KROMATOGRAFI
description
Transcript of KROMATOGRAFI
Rita Fauziah Safitri240210120075
V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Kromatografi adalah suatu cara pemisahan komponen-komponen dari
campurannya, yang didasarkan oleh adanya perbedaan sifat komponen tersebut
terhadap fase diam (tetap) dan fase gerak yang ada dalam sistem kromatografi.
Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi
komponen-komponennya. Kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa
padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas).
Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang
terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju
yang berbeda.
Ada 4 macam kromatografi, yaitu kromatografi kertas, kolom, lapis tipis,
dan gas. Dengan kromatografi kertas, kolom, dan lapis tipis dapat dipisahkan zat-
zat warna, asam-asam amino, asam-asam lemak dan alkaloid, sedangkan dengan
kromatografi gas dapat digunakan untuk memisahkan komponen seperti penimbul
cita rasa, aroma, bau, dan juga bisa untuk analisis asam-asam lemak.Dasar-dasar
dari kromatografi adalah sebagai berikut:
1. Kromatografi dengan asas adsorpsi, memakai fase diam padat dan fase
gerak cair atau gas.
2. Kromatografi dengan asas partisi, memakai fase diam cair dan fase gerak
cair.
3. Kromatografi dengan asas fitrasi, memakai fase diam padat yang
mempunyai sifat fitrasi dan fase gerak cairan.
4. Kromatografi dengan asas suhu kritik, memakai CO2 dalam keadaan
superkritik.
Praktikum analisis pangan kali ini dilakukan dengan metode kromatografi
kertas secara kualitatif dengan prinsip perbedaan polaritas pada bahan. Fase diam
pada kromatografi kertas adalah air yang didukung oleh pelat serat selulosa, fase
bergerak air dicampur pelarut organik.Susunan serat kertas membentuk medium
berpori yang bertindak sebagai tempat untuk mengalirkannya fase bergerak.
Berbagai macam tempat kertas secara komersil tersedia adalah Whatman 1, 2, 31
dan 3 MM. Kertas asam asetil, kertas kieselguhr, kertas silikon dan kertas penukar
Rita Fauziah Safitri240210120075
ion juga digunakan. Kertas asam asetil dapat digunakan untuk zat–zat hidrofobik
(Khopkar, 1990).
Selain kertas Whatman dalam teknik kromatografi dapat pula digunakan
kertas selulosa murni. Kertas selulosa yang dimodifikasi dan kertas serat kaca.
Untuk memilih kertas, yang menjadi pertimbangan adalah tingkat dan
kesempurnaan pemisahan, difusivitas pembentukan spot, efek tailing,
pembentukan komet serta laju pergerakan pelarut terutama untuk teknik
descending dan juga kertas seharusnya penolak air. Seringkali nilai Rf berbeda
dari satu kertas ke kertas lainnya. Pengotor yang terdapat pada kertas saring
adalah ion-ion Ca2+, Mg2+, Fe3+, Cu2+.
Kromatografi kertas lebih banyak digunakan untuk pemisahan senyawa
non polar, karena selulosa (kertas) bersifat polar. Kromatografi kertas banyak
digunakan untuk pemisahan senyawa bahan alam. Kekurangannya secara umum,
pengujiannya lebih lama karena panjang kertas bisa sampai 50 cm.Mekanisme
pemisahan dengan kromatografi kertas prinsipnya sama dengan mekanisme pada
kromatografi kolom. Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas saring,
yakni selulosa. Sampel yang akan dianalisis ditempatkan ke ujung kertas yang
kemudian digantung dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan
kedalam pelarut yang mengisi dasar wadah. Fase mobil (pelarut) dapat saja
beragam. Pada praktikum kali ini, pelarut yang digunakan ada 2, yaitu campuran
dari butanol, asam asetat dan aquades (4:1:5) yang ketika ketika larutan
dicampurkan akan terbentuk dua lapisan; serta campuran dari phenol dan aquades
(8:2). Larutan pertama terbentuk dua lapisan karena butanol bersifat non polar
sedangkan asam asetat dan aquades bersifat polar, jadi asam asetat dan air akan
saling bercampur, sedangkan untuk pelarut 2 terdiri atas fenol bersifat non polar
dan air bersifat polar. Lapisan atas dari larutan digunakan sebagai fase gerak
dalam kromatografi kertas karena pada lapisan tersebut merupakan pelarut yang
bersifat nonpolar.
Sampel yang digunakan pada praktikum ini yaitu saos, kunyit, pewarna
sintetik dan minuman beenergi. Pertama-tama, percobaan ini dimulai dengan
memotong kertas saring dengan panjang 7.5 cm dan lebar 2.5 cm.1.5 cm dari
bawah kertas saring diberi spot sampel menggunakan pipa kapiler. Kertas saring
Rita Fauziah Safitri240210120075
kemudian diletakkan pada suatu chamber yang pada bagian bawahnya berisi
pelarut, kedua pelarut tersebut diletakkan dalam chamber yang berbeda. Ujung
kertas yang paling bawah menyentuh pelarut sehingga larutan akan naik keatas
sesuai dengan gaya kapilaritas, saat pelarut hampir mencapai puncak batas atas,
kemudian keluarkan dari chamber dan keringkan dengan menggunakan hair
dryer. Dinginkan lempeng kertas tersebut, lalu semprotkan ninhidrin agar warna
terlihat jelas dan jarak dapat dihitung.Ninhidrin bereaksi dengan asam amino
menghasilkan senyawa-senyawa berwarna, umumnya coklat atau ungu.
Setelah itu dilakukan pengukuran jarak antara garis start dengan titik
tengah warna.Dari proses ini dihitung waktu retensinya (Rf), Rf merupakan waktu
yang diperlukan oleh solut untuk melintas suatu kolom dengan panjang tertentu.
waktu retensi dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut.
Rf = Jarak yangditempuh sampel (cm)
Jarak yang ditempuh pembawa(cm)
Nilai Rf yang didapat akan menunjukkan identitas asam amino dan
intesitas zone dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi dengan
membandingkan dengan noda-noda standarnya. Nilai Rf yang dekat atau sama
dengan satu menunjukkan komponen-komponen campuran yang akan dipisahkan
paling mudah larut dalam fase mobil organik, sedangkan nilai Rf yang mendekati
nol merupakan komponen-komponen yang kelarutannya dalam fase organik lebih
rendah (Basset, 1994).
Rita Fauziah Safitri240210120075
Tabel 1. Hasil Pengamatan Kromatografi Kertas
Kelompok Sampel Xz (cm) Xp (cm) Rf
1
Kunyit
0.2
5 cm
0.04
2 0.2 0.04
3 0.3 0.06
4 0.2 0
5 0.2 0.04
1
Pewarna
Sintetis
3.8 0.76
2 2.8 0.56
3 2.5 0.5
4 3.65 0.75
5 3.5 0.7
6
Saus Tomat
0.2 0.04
7
8 0.1 0.02
9 0.4 0.08
10 0.4 0.08
6
Minuman
Berenergi
0.3 0.06
7 2.1 0.42
8 3 0.6
9 1 0.2
10 1.5 0.3
(sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014)
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa nilai Rf rata-rata pada
sampel kunyit adalah sebesar 0.036, sampel pewarna sintetik adalah sebesar
0.654, sampel saus tomat adalah sebesar 0. , dan sampel minuman berenergi
adalah sebesar 0.316. Menurut literatur senyawa-senyawa organik pada kunyit
yang cenderung bersifat nonpolar (Istiyasono, 2003), pewarna sintetik bersifat
polar. Pada sampel saus tomat nilai Rf nya tergolong cukup rendah dibandingkan
dengan sampel pewarna sintetis dan minuman berenergi. Hal ini menunjukkan
bahwa sampel ini bersifat tidak polar, atau menggunakan pewarna alami yang
berasal dari tanaman. Sementara sampel minuman berenergi nilai Rfnya lebih
Rita Fauziah Safitri240210120075
tinggi dibandingkan dengan saus tomat, hal ini menunjukkan sampel ini bersifat
cukup polar, atau menggunakan pewarna sintetis sebagai sumber pewarnanya.
Tetapi nilai Rfnya tidak sebesar nilai Rf pada pewarna sintetis murni, artinya
jumlah pewarna sintetis yang digunakan tidak terlalu banyak.
Pada hasil pengamatan dengan menggunakan sampel yang sama
didapatkan perbedaan nilai Rf, hyang dapat tersebut dapat disebabkan oleh
perbedaan jumlah sampel yang diteteskan pada saat pengujian dengan metode
kromatografi kertas. Semakin banyak sampel yang diteteskan maka akan semakin
tinggi nilai Rfnya apabila sampel bersifat polar, begitupun sebaliknya.
Dalam pemisahan anorganik pada selulosa yang tidak diubah dua
kelompok utama faktor nampaknya mengatu mobilitas pelbagai unsur. Pertama,
faktor yang menaikan kelarutan dalam fase organik dan menyebabkan nilai Rf
yang tinggi. Kedua, kelompok yang mengatur mobilitas adalah yang cenderung
menyebabkan nilai Rf rendah karena menahan komponen-komponen campuran
tersebut dalam fase air yang stasioner dari selulosa itu.
Karena pelarut fase geraknya yang digunakann adalah air yang bersifat
polar maka semakin polar sampel maka sampel tersebut akan ikut bergerak
bersama air semakin tinggi, sebaliknya semakin bersifat non-polar sampel maka
sampel tersebut tidak akan ikut terangkat oleh fase gerak air.
Rita Fauziah Safitri240210120075
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan
1. Kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi
cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas).
2. Nilai Rf yang didapatkann secara berturut-turut dari yang terbesar keyang
terendah adalah pewarna sintetik 0.654, minuman berenergi 0.316, saus tomat
0. , dan kunyit sebesar 0.036,.
3. Karena pelarut fase geraknya yang digunakann adalah air yang bersifat
polar maka semakin polar sampel maka sampel tersebut akan ikut bergerak
bersama air semakin tinggi, sebaliknya semakin bersifat non-polar sampel
maka sampel tersebut tidak akan ikut terangkat oleh fase gerak air.
4. Kepolaran senyawa organik meningkat dengan bertambahnya jumlah gugus
fungsi dan menurun dengan bertambahnya atom karbon.
6.2. Saran
1. Pengadaan alat secara optimal merupakan hal yang sangat penting untuk
menunjang analisis sehingga didapatkan hasil yang maksimal.
Rita Fauziah Safitri240210120075
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J, et al. 1994. Buku Ajar Vogel ; Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
Istiyasono, E.P., Supardjan, A.M., dan Pramono, H.D., 2003, Tautomeri Keto-Enol Kurkumin dan Beberapa Turunan Kurkumin Tersubstitusi pada C-4, Suatu Kajian Pendekatan Kimia Komputasi, Majalah Farmasi Indonesia
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Sudarmaji, Slamet, dkk. 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta, Yogyakarta.
Winarno, F.G. 1997. Kima Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka, Jakarta.