Kromatografi Gas
-
Upload
nanang-khairul-hadi -
Category
Documents
-
view
905 -
download
110
description
Transcript of Kromatografi Gas
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Benzene, Toluene, dan Xylene (BTX) merupakan senyawa yang banyak
atau biasa ditemukan pada tanah dan air tanah yang tercemar oleh bensin, atau
produk-produk minyak bumi lainnya (Chang et al, 1992). BTX telah menjadi
fokus pada beberapa studi tentang bioremidiasi dan biodegradasi karena sifatnya
yang merusak lingkungan (Crawford dan Crawford, 1996). Ada dua alasan yang
mendasari studi tentang BTX. Alasan pertama, seringkali terjadi organisme yang
ada di air tercemar oleh minyak bumi. Hal ini disebabkan karena lebih besarnya
daya larut BTX dalam air dibandingkan dengan senyawa hidrokarbon yang lain.
Alasan kedua, benzene merupakan senyawa karsinogenik sedangkan toluene dan
xylene walaupun secara umum bukan senyawa karsinogen tetapi harus ada pada
level rendah dalam air minum dan air untuk kebutuhan sehari-hari karena
ketoksikannya (Krumholz et al., 1996).
Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas
perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut. Terdapat dua fase pada
kromatografi, yaitu fase diam (stationary) dan fase bergerak (mobile). Fase diam
dapat berupa zat padat atau zat cair, sedangkan fase bergerak dapat berupa zat cair
atau gas. Dalam kromatografi fase bergerak dapat berupa gas atau zat cair dan
fase diam dapat berupa zat padat atau zat cair.
Banyak jenis kromatografi, salah satunya adalah kromatografi gas, yang
merupakan metode kromatografi pertama yang dikembangkan pada zaman
instrumen dan elektronika. Kromatografi gas dapat dipakai untuk setiap campuran
dimana semua komponennya mempunyai tekanan uap yang berarti, suhu tekanan
uap yang dipakai untuk proses pemisahan. Tekanan uap memungkinkan
komponen menguap dan bergerak bersama-sama dengan fase gerak yang berupa
gas.
Kromatografi gas merupakan metode yang tepat dan cepat untuk
memisahkan campuran yang sangat rumit. Waktu yang dibutuhkan beragam,
2
mulai dari beberapa detik untuk campuran yang sederhana sampai berjam-jam
untuk campuran yang mengandung 500-1000 komponen.
Kromatografi gas sendiri terdiri dari 2 yaitu kromatografi gas cairan
dengan mekanisme pemisahan partisi, teknik kolom dan nama alat GLC dan
kromatografi gas padat dengan mekanisme pemisahan absorbsi, teknik kolom dan
nama alat GSC. Namun GSC jarang digunakan sehingga pada umumnya yang
disebut dengan GC saat ini adalah GLC. Pada prinsipnya pemisahan dalam GC
adalah disebabkan oleh perbedaan dalam kemampuan distribusi analit diantara
fase gerak dan fase diam di dalam kolom pada kecepatan dan waktu yang berbeda.
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mengidentifikasi dan menentukan kadar
BTX dengan menggunakan teknik kromatografi gas.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Dasar Kromatografi Gas
Kromatografi Gas adalah metode kromatografi pertama yang
dikembangkan pada jaman instrument dan elektronika yang telah merevolusikan
keilmuan selama lebih dari 30 tahun. Sekarang KG dipakai secara rutin di
sebagian besar laboratorium industri dan perguruan tinggi. KG dapat dipakai
untuk setiap campuran yang komponennya atau akan lebih baik lagi jika semua
komponennya mempunyai tekanan uap yang berarti pada suhu yang dipakai untuk
pemisahan (Widjaya 2009).
Dalam kromatografi gas, fase bergeraknya adalah gas dan zat terlarut
terpisah sebagai uap. Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara fase gas
bergerak dan fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah
menguap) yang terikat pada zat padat penunjangnya.
Ada beberapa kelebihan kromatografi gas, diantaranya kita dapat
menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan efisiensi pemisahan yang
tinggi. Gas dan uap mempunyai viskositas yang rendah, demikian juga
kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat, sehingga analisis
relatif cepat dan sensitifitasnya tinggi. Fase gas dibandingkan sebagian besar fase
cair tidak bersifat reaktif terhadap fase diam dan zat-zat terlarut. Kelemahannya
adalah teknik ini terbatas untuk zat yang mudah menguap.
Kromatografi gas merupakan metode yang tepat dan cepat untuk
memisahkan campuran yang sangat rumit. Waktu yang dibutuhkan beragam,
mulai dari beberapa detik untuk campuran sederhana sampai berjam-jam untuk
campuran yang mengandung 500-1000 komponen. Komponen campuran dapat
diidentifikasikan dengan menggunakan waktu tambat (waktu retensi) yang khas
pada kondisi yang tepat. Waktu tambat ialah waktu yang menunjukkan berapa
lama suatu senyawa tertahan dalam kolom.waktu tambat diukur dari jejak pencatat
pada kromatogram dan serupa dengan volume tambat dalam KCKT dan Rf dalam
KLT. Dengan kalibrasi yang patut, banyaknya (kuantitas) komponen campuran
dapat pula diukur secara teliti. kekurangan utama KG adalah bahwa ia tidak
4
mudah dipakai untuk memisahkan campuran dalam jumlah besar. Pemisahan pada
tingkat mg mudah dilakukan, pemisahan campuran pada tingkat g mungkin
dilakukan; tetapi pemisahan dalam tingkat pon atau ton sukar dilakukan kecuali
jika tidak ada metode lain.
Proses kromatografi dalam alat KG dimulai dengan menyuntikkan sample
ke dalam kolom. Mula-mula komponen-komponen di dalam kolom diuapkan,
kemudian dielusi oleh gas pembawa untuk melalui kolom. Perbedaan laju migrasi
masing-masing komponen dalam kolom disebabkan oleh perbedaan titik didih dan
interaksi masing-masing komponen dengan fasa stasioner. Pendeteksian saat
keluar dari kolom dilakukan berdasarkan perubahan sifat fisika aliran gas yang
disebabkan adanya komponen yang dikandungnya. Sifat fisika tersebut, misalnya
daya hantar panas, absorpsi radiasi elektromagnetik, indeks refraksi, derajat
terinduksi ion, dsb. Untuk analisa kualitatif, komponen-komponen yang terelusi
dikenali dari nilai waktu retensi, TR. TR analit dibandingkan dengan TR standar
pada kondisi operasi alat yang sama. Sedangkan untuk analisa kuantitatif,
penentuan kadar atau jumlah analit dilakukan dengan membandingkan luas
puncak analit dengan luas puncak standar. Efisiensi kolom ditentukan berdasarkan
jumlah pelat teori (N) dalam kolom, melalui persamaan : N = 16 x (TR / WB)2 ,
dengan TR = waktu retensi dan WB = lebar dasar puncak.
2.2. Prinsip Kerja
Kromatografi gas mempunyai prinsip yang sama dengan kromatografi
lainnya, tapi memiliki beberapa perbedaan misalnya proses pemisahan campuran
dilakukan antara stasionary fase cair dan gas fase gerak dan pada oven temperur
gas dapat dikontrol sedangkan pada kromatografi kolom hanya pada tahap fase
cair dan temperatur tidak dimiliki.
Secara rinci prinsip kromatografi adalah udara dilewatkan melalui nyala
hydrogen (hydrogen flame) selanjutnya uap organik tersebut akan terionisasi dan
menginduksi terjadinya aliran listrik pada detektor, kuantitas aliran listrik
sebanding dengan ion.
2.3. Rancangan Kromatografi Gas
Kromatografi gas terdiri dari beberapa alat diantaranya :
5
1. Fase Mobil (Gas Pembawa).
Fase mobil (gas pembawa) dipasok dari tanki melalui pengaturan
pengurangan tekanan. Kemudian membawa cuplikan langsung ke dalam
kolom. Jika hal ini terjadi, cuplikan tidak menyebar sebelum proses
pemisahan. Cara ini cocok untuk cuplikan yang mudah menyerap.
Gas pembawa ini harus bersifat inert dan harus sangat murni. Seringkali
gas pembawa ini harus disaring untuk menahan debu uap air dan oksigen. Gas
sering digunakan adalah N2, H2 He dan Ar.
2. Sistem Injeksi Sampel
Sampel dimasukkan ke dalam aliran gas, jika sampel berupa cairan harus
diencerkan terlebih dahulu dalam bentuk larutan. Injeksi sampel dapat
diambil dengan karet silicon ke dalam oven, banyak sampel + 0,1-10 ml.
3. Kolom
Fungsi kolom merupakan ”jantung” kromatografi gas dimana terjadi
pemisahan komponen-komponen cuplikan kolom terbuat dari baja tahan
karat, nikel, kaca. Merupakan jantung kromatografi, dimana pemisahan
komponen cuplikan terjadi yang berwujud puncak-puncak yang disebut
kromatogram. Faktor yang berkaitan dengan keterpisahan puncak
kromatografi adalah keefisienan kolom dan keefisienan pelarut.
Ada dua tipe kolom :
a. Kolom Partisi, berisi bahan padat inert menyangga lapisan tipis cairan,
disebut Chromatography Gas Cair (GLC).
b. Kolom Adsorbsi, berisi partikel penyerap yang umumnya digunakan
untuk analisa gas permanen dan hydrokarbon rendah, biasa disebut
Chromatography Gas Padat (GSC).
4. Detektor
Fungsi detektor untuk memonitor gas pembawa yang keluar dari kolom
dan merespon perubahan komposisi yang terelusi. Merupakan suatu gawai
yang menunjukan dan mengukur banyaknya komponen yang terpisah dalam
gas pembawa. Suhu detektor harus panas agar cuplikan tak mengembun.
Pelebaran puncak dan menghilangnya puncak komponen merupakan ciri khas
6
terjadinya pengembunan. Seluruh detektor ditutup dalam oven yang lebih
panas dibanding dengan temperatur kolom. Hal itu menghentikan kondensasi
dalam detektor (pada FID).
5. Pencatat (Recorder)
Fungsi recorder sebagai alat untuk mencetak hasil percobaan pada sebuah
kertas yang hasilnya disebut kromatogram (kumpulan puncak grafik).
7
BAB III
METODE PRAKTIKUM
1.1. Alat dan Bahan
Beberapa peralatan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah :
1. Penjerap arang aktif
2. Pompa sampling udara
3. Kromatografi gas dengan detektor FID
4. Pipet
5. Flow meter terkalibrasi
Beberapa bahan yang digunakan antara lain:
1. Standar BTX
2. CS2
3. Gas Nitrogen
4. Hidrogen
5. Udara tekan
1.2. Prosedur Analisis
1.2.1. Pengambilan Sampel
a). Aktive Sampler
Tabung penjerap dibuka kedua ujungnya dan dihubungkan dengan
pompa vakum
Tabung penjerap diletakkan dalam kondisi vertikal selama
sampling
Flow, waktu dan atau volume udara diukur secara akurat. Sampel
diambil dengan flow rate 1L/menit atau kurang. Volume sampel
yang diambil sebaiknya dilakukan sesuai dengan threshold limit
value.
b). Diffuser Sampler
Penjerap ditempatkan sesuai dengan maksud dan tujuan monitoring
(apakah untuk evaluasi worker exposure level, evaluasi hight
exposure periode selama hari kerja, evaluasi control measure
8
seperti ventilasi, scerening kelompok kerja dalam mengidentifikasi
kelompok resiko tinggi, dll).
Sampling dilakukan pada saat shift kerja maksimal.
Lama dan kecepatan sampling disesuaikan dengan kapasitas
penjerap yang digunakan dan parameter yang dianalisis. Misalnya
jika menggunakan produk 3M 3500/3510 atau 3520/3530 dapat
mengacu ke Technical Data Bulletin Organic Vapor Monitor
Sampling & Analysis.
3.2.2. Analisis kadar BTX
a). Desorpsi Sampel (Active Sampler)
Tabung penjerap yang telah berisi sampel dipindahkan ke dalam
botol kecil dan ditambahkan 1 ml CS2.
Waktu desorpsi jangan melebihi 3 jam.
Aliquot disimpan dalam wadah tertutup dan secepatnya
diinjeksikan ke alat kromatografi gas.
b). Desorpsi Sampel (Diffusive Sampler)
Penjerap (monitor) yang telah berisi sampel dibuka dan
ditambahkan 1,5 ml CS2 melalui center port.
Monitor port segera ditutup, dikocok kuat selama 30 menit, dan
eluen didekantasi pada vial 2 ml yang tertutup.
Eluen siap diinjeksikan ke alat kromatografi gas.
c). Injeksi ke Alat Kromatografi Gas
Alat Kromatografi Gas dinyalakan dan diatur kondisi analisis
seperti berikut :
1. Kolom : Fused Silica Capilary Column, 007 methyl 5% phenyl
silicone.
2. Dimensi kolom : L= 60 M, Ø dalam 0,25 mm, ID 0,25 µm, film
thickness.
3. Suhu kolom : awal 600ºC selama 5 menit; akhir 100ºC selama 3
menit; kenaikan suhu 5ºC/menit.
4. Suhu detektor : 200ºC
5. Gas pembawa : Nitrogen
9
6. Rasio split : 1/80
7. Volume injeksi : 1µL
8. Linier velocity : 20
9. Detector : FID
3.2.3 Perhitungan
a) Penentuan Bobot Kontaminan (W)
W = Area kontaminanarea standar
× Konsentrasi Standar ×Volume desorpsi
b) Penentuan Konsentrasi
C (mg /m3)= WF x t
atau
C ( ppm)=W x Br x t
atau
¿
Area SampelArea Standar
xKonsentrasi Std ( μgml ) x( T
298 )x 1000
F ( lm )x t (menit)
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Analisis Kromatografi Gas
Hasil dari analisis kromatografi gas yang pertama diperoleh data area
standar BTX berdasarakan retensi waktunya. Terdapat empat jenis senyawa dalam
standar yang diukur yaitu CS2, Benzene, Toluene, Xylene. Area standar BTX
berdasarkan retensi waktunya tersaji dalam tabel 1 dan gambar 1 menunjukkan
grafik hasil pengukuran kromatografi gas untuk area standar.
Tabel 1. Area standar BTX berdasarkan retensi waktunya
No. Retensi Waktu Area Standar Nama Senyawa
1. 5,373 369910 CS2
2. 6,116 113334 Benzene3. 7,438 122443 Toluene4. 9,440 2926 Xylene5. 9,635 141577 Xylene6. 10,318 2335 Xylene
Total 752525
11
Gambar 1. Grafik hasil pengukuran kromatografi gas untuk area standar BTX
Hasil dari pengukuran pada sampel BTX diperoleh grafik serta data
mengenai waktu retensi dan area dari sampel yang diukur. Untuk mengidentifikasi
jenis senyawa dari sampel yang diuji yaitu dengan melihat dan membandingkan
pada tabel hasil pengukuran area standar BTX. Selanjutnya dilakukan
penghitungan konsentrasi pada setiap senyawa BTX yang telah teridentifikasi.
Hasil pengukuran terhadap sampel tersaji pada gambar 2.
Gambar 2. Grafik hasil pengukuran kromatografi gas untuk area sampel BTX.
Penghitungan konsentrasi BTX dari dari hasil sampel :
1. Benzene
Diketahui :
12
Area Sampel : 79293
Area Standar : 113334
Konsentrasi Standar : 850 µg/ml
Flow rate (F) : 1 l/menit
Volume desorbsi : 1 ml
T : 300C jadi dalam kelvin : 300C +273 = 303 0K
suhu kamar 250C jadi dalam 0K : 250C + 273 = 298 0K
Sampling rate :35,5 cc/min
Recovery Coefisien (r) = 0,97
t = 30 menit
¿
Area SampelArea Standar
xKonsentrasi Std ( μgml ) x( T
298 )x 1000
F ( lm )x t (menit)
¿
79293113334
x 850( μgml ) x ( 303
298 ) x1000
1 ( lm) x30 (menit)
=20155 ,74 µg /m3
= 20,156 mg/m3
2. Toluene
Diketahui :
Area Sampel 1 : 389354
Area Sampel 2 : 758145
Area Standar : 122443
Konsentrasi standar Toluen : 920 µg/ml
Recovery Coefisien (r) = 1,01
t = 30 menit
Sampling rate : 27,3 cc/min
Flou rate (F) = 1 L/menit
B= 8,45
13
¿
389354+758145122443
x 920( μgml ) x ( 303
298 ) x1000
1 ( l /menit ) x 30(menit )
¿292220 , 9 µg /m3
= 292,221 mg/m3
3. Xylene
Diketahui
Area standar 1: 2926
Area standar 2 : 141577
Area standar 3 : 2335
Area sampel : 3471
Konsentrasi standar : 1140 µg/ml
¿
Area SampelArea Standar
xKonsentrasi( μgml ) x ( T
298 ) x1000
F ( lm ) x t (menit)
¿
34712926+141577+2335
x 1140( μgml )x ( 303
298 ) x1000
1( lm )x 30(menit )
¿913,33 µg/ m3
= 0,913 mg/m3
4.2 Pembahasan
Standar konsentrasi baku mutu bahan berbahaya dan beracun (B3) di udara
diatur oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) dalam SNI 19-1232-2005 yang
menjelaskan tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Zat Kimia di Udara Tempat
Bekerja. Standar tersebut mengacu pada Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja
Nomor: SE-01/MEN/1997 tentang Nilai Ambang Batas faktor kimia di udara
lingkungan kerja. Standar tersebut ditentukan untuk mengantisipasi efek negatif
dari zat kimia BTX yang kemungkinan terjadi di tempat kerja dan perlu dilakukan
14
untuk pencegahan dan perlindungan terhadap keselamatan serta kesehatan tenaga
kerja.
Kadar konsentrasi senyawa BTX berdasarkan hasil pengukuran pada
sampel dengan alat kromatografi gas yaitu Benzene memiliki konsentrasi 20,156
mg/m3, Toluene 292,221 mg/m3, dan Xylene 0,913 mg/m3. Nilai ambang batas di
udara tempat kerja untuk senyawa Benzene adalah 32 mg/m3 atau 10 ppm,
Teoluene sebesar 188 mg/m3 atau 50 ppm, sedangkan Xylene 434 mg/m3 atau 100
ppm. Perbandingan konsentrasi hasil uji BTX dengan baku mutu tersaji dalam
tabel 2.
Tabel 2. Kadar konsentrasi senyawa BTX dan baku mutunya
No. Nama Senyawa Konsentrasi (mg/m3) Baku Mutu (mg/m3)1. Benzene 20,156 32
2. Toluene 292,221 1883. Xylene 0,913 434
Nilai konsentrasi Benzene berada di bawah standar baku mutu, sehingga
masuk dalam kategori aman. Untuk Tolune nilai konsentrasinya berada di atas
baku mutu, sehingga kondisi ini sangat membahayakan bagi para pekerja. Untuk
Xylene nilai konsentrasinya jauh berada di bawah baku mutu, hal ini sangat aman
bagi para pekerja.
Secara umum senyawa Benzene masih berada di bawah standar baku
mutu, namun konsentrasinya mendekati baku mutu. Efek toksik Benzene pada
konsentrasi yang sangat tinggi melalui inhalasi atau dosis oral yang besar,
mengakibatkan depresi sistem susunan syaraf dan dapat berakibat kematian. Pada
tingkat permulaan Benzene terutama berpengaruh terhadap susunan syaraf pusat.
Tanda-tanda utamanya adalah : perasaan mengantuk, pusing, sakit kepala, vertigo,
dan kehilangan kesadaran.
Pada pemajanan akut tingkat sedang dapat menyebabkan sindrom
prenarkosis yang khas, yaitu sakit kepala, perasaan pusing atau mabuk, dan
kadang-kadang mengalami iritasi ringan pada saluran napas dan cerna. Pemajanan
akut dengan konsentrasi tinggi dapat menyebabkan sesak napas, euforia,
tinitus, dan anestesia yang dalam. Bila tidak segera ditolong, dapat terjadi
kegagalan pernafasan dan kejang. Efek toksik yang paling berarti pada paparan
15
benzena adalah kerusakan sumsum tulang yang terjadi secara laten dan sering
ireversibel, mungkin disebabkan oleh metabolit benzena epoksida. Sebagai
akibatnya menimbulkan kerusakan genetik dari DNA pada perkembangan tunas-
tunas sel dalam tulang rawan, meningkatkan pertumbuhan myeloblast (precursor
sel-sel darah putih) dan penurunan jumlah hitung sel darah merah dan platelet.
Paparan benzena dalam waktu lama juga dapat menyebabkan kanker pada organ
pembuat darah, kondisi ini disebut leukemia.
Kondisi konsentrasi Toluene yang berada diatas baku mutu sangat
bernahaya bagi kesehatan para pekerja. Toluena merupakan zat cair membias,
tanpa warna, berbau khas dan terbakar dengan nyala berasap. Toluene bersifat non
polar. Toluene tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik seperti
dietil eter, karbon tetra klorida atau heksana.
Toluene merupakan polutan organik yang beracun. Toluene atau
persenyawaan toluene yang masuk ke dalam tubuh akan ikut dalam proses
metabolisme tubuh. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan peredaran darah,
sistem pernapasan tidak berfungsi normal, iritasi pada mata, pusing, tidak sadar
dan kejang-kejang. Efek negatif dari toluena secara lebih rinci diuraikan dalam
tabel 3 dibawah ini:
Tabel 3. Efek Toluene dalam Tubuhppm Efek Setelah Terakumulasi Dalam Tubuh 8 jam
100 ppm Sakit kepala, pusing, kelelahan, mengantuk
200 ppm Koordinasi lemah, kesadaran menurun
600 ppm Mengantuk, kontrol emosi kurang
800 ppm Gelisah, otot lemah, insomnia beberapa hari
> 10.000 ppm Kehilangan kesadaran, merusak jantung, mati
Sumber : Department of Health and Human Service, 2009
Nilai konsentrasi Toluene dari sample yang diuji yaitu 292,221 mg/m3, jika berdasarkan tabel 3 maka efek dari Toluene setelah terakumulasi dalam tubuh selama 8 jam akan mengakibatkan sakit kepala, pusing, kelelahan, dan mengantuk.
16
17
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa nilai
konsentrasi Benzene Toluene Xylene dari sampel yang diuji pada praktikum kali
ini sebesar 20,156 mg/m3, 292,221 mg/m3 , 0,913 mg/m3. Konsentrasi Toluene
melebihi nilai ambang batas, sedangkan konsentrasi Benzene dan Xylene berada
di bawah nilai ambang batas. Efek dari Toluene setelah terakumulasi dalam tubuh
selama 8 jam akan mengakibatkan sakit kepala, pusing, kelelahan, dan
mengantuk.
18
DAFTAR PUSTAKA
Chang MK, TC Voice, dan CS Criddle. 1993. Kinetics of Competitif Inhibition and Cometabolism in the Biodegradation of Benzene, Toluene, and Xylene by Two Pseudomonas Isolates. Biotechnology and Bioengineering. Pp 1057-1065.
Crawford RL dan DL Crawford. 1996. Bioremediation : Principles and Applications. Cambridge University Press.
Krumholz LR, EC Matthew, dan MS Joseph. 1996. Biodegradation of BTEX Hydrocarbon Under Anaerobic Conditions. Di dalam Crawford RL dan DL Crawford. Bioremediation : Principles and Applications. Cambridge University Press.
Widjaya P. 2009. Pemisahan dan Penentuan Komponen Organik dengan Kromatografi Gas. Laporan Paraktikum Kimia Analitik. Bandung : Program Studi Kimia FMIPA ITB.
Wiryawan, Adam. Dkk. 2007. Kimia Analitik. Malang : Departemen Pendidikan Nasional