Kasbes Mata

26
LAPORAN KASUS SEORANG WANITA 22 TAHUN DENGAN MIOPIA SEDANG Penguji kasus : Pembimbing : Dibacakan oleh : Dibacakan tanggal : I. PENDAHULUAN Tajam penglihatan dipengaruhi oleh refraksi, kejernihan media refrakta dan saraf. Bila terdapat kelainan/gangguan pada komponen tersebut, akan dapat mengakibatkan penurunan tajam penglihatan. Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media refrakta yang terdiri atas kornea, cairan mata, lensa, badan kaca, dan panjang bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya bola mata seimbang sehingga setelah melalui media refrakta dibiaskan tepat di daerah macula lutea. Mata yang normal disebut dengan emetropia dan mata yang tidak bisa membiaskan cahaya tepat sampai macula lutea disebut ametropia. Salah satunya dari kelainan refraksi adalah mata dengan miopia yang dikarenakan axial length yang panjang melebihi normal, indeks refraksi yang meningkat, kelainan dari kurvatura kornea dan lensa. Miopia 1

description

mata

Transcript of Kasbes Mata

Page 1: Kasbes Mata

LAPORAN KASUSSEORANG WANITA 22 TAHUN

DENGAN MIOPIA SEDANG

Penguji kasus :

Pembimbing :

Dibacakan oleh :

Dibacakan tanggal :

I. PENDAHULUAN

Tajam penglihatan dipengaruhi oleh refraksi, kejernihan media refrakta

dan saraf. Bila terdapat kelainan/gangguan pada komponen tersebut, akan

dapat mengakibatkan penurunan tajam penglihatan. Hasil pembiasan sinar

pada mata ditentukan oleh media refrakta yang terdiri atas kornea, cairan

mata, lensa, badan kaca, dan panjang bola mata. Pada orang normal susunan

pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya bola mata seimbang

sehingga setelah melalui media refrakta dibiaskan tepat di daerah macula

lutea. Mata yang normal disebut dengan emetropia dan mata yang tidak bisa

membiaskan cahaya tepat sampai macula lutea disebut ametropia. Salah

satunya dari kelainan refraksi adalah mata dengan miopia yang dikarenakan

axial length yang panjang melebihi normal, indeks refraksi yang meningkat,

kelainan dari kurvatura kornea dan lensa. Miopia termasuk ke dalam kelainan

refraksi yaitu suatu keadaan mata dimana sinar-sinar sejajar dari jarak tak

terhingga (tanpa akomodasi) dibiaskan didepan retina. 1,2,3

Organisasi kesehatan dunia WHO menyebutkan setidaknya 45 juta

penduduk dunia buta (3/60) dan 135 juta penduduk dunia low vision (6/18).

Berdasarkan riset kesehatan dasar 2007, prevalensi nasional kebutaan di

Indonesia yaitu sebesar 0,9% dimana gangguan refraksi menempati urutan

ke-3 setelah katarak dan glaukoma. 4

1

Page 2: Kasbes Mata

II. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Nn. M

Umur : 22 tahun

Agama : Islam

Alamat : Jln. Lemah Gempal IV A No.59 Semarang

Pekerjaan : Bekerja ditoko roti

III. ANAMNESIS

(Anamnesis dilakukan dengan autoanamnesis pada tanggal 14 November 2011

di poli mata RSDK)

Keluhan Utama : Penglihatan kedua mata kabur

Riwayat Penyakit Sekarang :

± 3 tahun yang lalu penderita mengeluh apabila membaca jarak jauh

menjadi kabur dan huruf terlihat membayang yang baru dirasakan penderita

saat duduk dibelakang kelas di SMK, kaburnya perlahan-lahan dan terjadi

sepanjang hari, makin lama makin kabur. Penderita juga merasakan sering

pusing jika membaca terlalu lama. Mata merah (-), nyeri/cekot-cekot (-),

nrocos (-), silau (-), kotoran mata (-). Karena mengganggu aktivitas penderita

periksa ke optik dan penderita disarankan menggunakan kacamata mata, mata

kanan (-1,50) dan mata kiri (-2,00). Setelah menggunakan kacamata

penglihatan menjadi jelas. ± 1 tahun yang lalu pasien memeriksakan kembali

ke optik dikarenakan sering pusing dan penglihatan makin kabur, dari hasil

pemeriksaan di optik didapatkan mata kanan menjadi (-2,00) dan mata kiri

menjadi (-2,50).

Saat ini penderita datang ke RSDK untuk kontrol karena penderita

merasakan sering pusing dan penglihatan semakin bertambah kabur. Penderita

datang juga ingin berencana mengganti pemakaian kacamata dengan lensa

kontak.

2

Page 3: Kasbes Mata

Riwayat Penyakit Dahulu :

- Riwayat trauma pada mata disangkal

- Riwayat penyakit mata 1 tahun terakhir disangkal

- Riwayat pemakaian kacamata sejak 3 tahun yang lalu

- Penderita memiliki kebiasaan membaca buku pada jarak dekat dan

tiduran.

Riwayat Penyakit Keluarga :

- Tidak ada anggota keluarga yang memakai kacamata

Riwayat Sosial Ekonomi :

- Penderita bekerja di toko roti.

- Tinggal serumah dengan orang tuanya

- Ayah bekerja sebagai wiraswasta, dan Ibu sebagai ibu rumah tangga

- Biaya pengobatan ditanggung sendiri

- Kesan : sosial ekonomi cukup

IV. PEMERIKSAAN

PEMERIKSAAN FISIK

Status Praesen (Tanggal 14 November 2011)

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Komposmentis

Tanda vital : TD : 120/80 mmHg suhu : afebris

nadi : 84x/menit RR : 23x/menit

Pemeriksaan fisik : Kepala : mesosefal

Thoraks : cor : tidak ada kelainan

paru : tidak ada kelainan

Abdomen : tidak ada kelainan

Ekstremitas : tidak ada kelainan

3

Page 4: Kasbes Mata

Status Oftalmologi (Tanggal 14 Novemver 2011)

Oculus Dexter Oculus Sinister

5/60 VISUS 5/60

5/60 S -3,00 6/6 KOREKSI 5/60 S -3,00 6/6

Tidak dilakukan SENSUS COLORIS Tidak dilakukan

Gerak bola mata ke segala arah

baik

PARASE/PARALYSE Gerak bola mata ke segala arah

baik

Tidak ada kelainan SUPERCILIA Tidak ada kelainan

Edema (-), spasme (-) PALPEBRA SUPERIOR Edema (-), spasme (-)

Edema (-), spasme (-) PALPEBRA INFERIOR Edema (-), spasme (-)

Hiperemis (-), sekret (-),

edema (-)

CONJUNGTIVA

PALPEBRALIS

Hiperemis (-), sekret (-),

edema (-)

Hiperemis (-), sekret (-),

edema (-)

CONJUNGTIVA FORNICES Hiperemis (-), sekret (-),

edema(-)

Injeksi (-), sekret (-) CONJUNGTIVA BULBI Injeksi (-), sekret (-)

Tidak ada kelainan SCLERA Tidak ada kelainan

Jernih CORNEA Jernih

Kedalaman cukup,

Tindal Efek (-)

CAMERA OCULI

ANTERIOR

Kedalaman cukup,

Tindal Efek (-)

Kripte (+) IRIS Kripte (+)

Bulat, central, regular,

d : 3mm, RP (+) N

PUPIL Bulat, central, regular,

d : 3mm, RP (+) N.

Jernih LENSA Jernih

(+) cemerlang FUNDUS REFLEKS (+) cemerlang

T(digital) normal TENSIO OCULI T(digital) normal

Tidak dilakukan SISTEM CANALIS

LACRIMALIS

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan TEST FLUORESCEIN Tidak dilakukan

4

Page 5: Kasbes Mata

Pemeriksaan Binokularitas : - Aflternating Cover Test (+)

- Distorsi (-)

- Duke Elder test (+)

V. RESUME

± 3 tahun yang lalu penderita mengeluh apabila membaca jarak jauh

menjadi kabur dan huruf terlihat membayang yang baru dirasakan

penderita saat duduk dibelakang kelas di SMK, kaburnya perlahan-lahan

dan terjadi sepanjang hari, makin lama makin kabur. Penderita juga

merasakan sering pusing jika membaca terlalu lama. Karena mengganggu

aktivitas penderita periksa ke optik dan penderita disarankan

menggunakan kacamata mata, mata kanan (-1,50) dan mata kiri (-2,00).

Setelah menggunakan kacamata penglihatan menjadi jelas. ± 1 tahun yang

lalu pasien memeriksakan kembali ke optik dikarenakan sering pusing dan

penglihatan makin kabur, dari hasil pemeriksaan di optik didapatkan mata

kanan menjadi (-2,00) dan mata kiri menjadi (-2,50).

Saat ini penderita datang ke RSDK untuk kontrol karena penderita

merasakan sering pusing dan penglihatan semakin bertambah kabur.

Penderita datang juga ingin berencana mengganti pemakaian kacamata

dengan lensa kontak.

Pemeriksaan fisik : status praesens dan pemeriksaan fisik dalam batas

normal.

Status oftalmologi :

Oculus Dexter Oculus Sinister

5/60 VISUS 5/60

5/60 S – 3,00 6/6 KOREKSI 5/60 S -3,00 6/6

Pemeriksaan Binokularitas : - Aflternating Cover Test (+)

- Distorsi (-)

5

Page 6: Kasbes Mata

- Duke Elder test (+)

VI. DIAGNOSA KERJA

ODS : Miopia sedang

VII. PROGNOSIS

OD OS

Quo ad visam ad bonam ad bonam

Quo ad sanam Dubia ad bonam Dubia ad bonam

Quo ad vitam ad bonam ad bonam

Quo ad cosmeticam ad bonam ad bonam

VIII. PENATALAKSANAAN

Resep kacamata atau pemakaian lensa kontak sesuai dengan koreksi.

IX. EDUKASI

Menjelaskan kepada penderita tentang penyakit, rencana terapi dan

prognosisnya.

Menjelaskan kepada penderita jika menggunakan lensa kontak harus selalu

menjaga kebersihan lensa kontak.

Menjelaskan efek samping dari penggunaan lensa kontak jika penderita

tidak bisa menjaga kebersihan lensa kontak

Bila mata merah atau terganggu, lensa kontak harus segera dilepas dan

diperiksakan ke dokter.

Menjelaskan kepada penderita tidak boleh membaca sambil tiduran, tidak

boleh membaca ditempat remang-remang/cahaya kurang.

X. USUL-USUL

1. Kontrol pemeriksaan visus setiap 6 bulan

2. Pemeriksaan funduskopi

6

Page 7: Kasbes Mata

DISKUSI

KELAINAN REFRAKSI

Secara keseluruhan status refraksi mata ditentukan oleh :9

1. Kekuatan kornea (rata-rata 43 D)

2. Kedalaman camera oculi anterior (rata-rata 3,4 mm)

3. Kekuatan lensa kristalina (rata-rata 21 D)

4. Panjang aksial (rata-rata 24 mm)

Kelainan refraksi adalah keadaan di mana bayangan tegas tidak terbentuk

pada retina (macula lutea). Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan

sistem optik pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Pada mata

normal, kornea dan lensa akan membelokkan sinar pada titik fokus yang tepat

pada sentral retina. Keadaan ini memerlukan susunan kornea dan lensa yang

sesuai dengan panjang bola mata. Pada kelainan refraksi , sinar dibiaskan di depan

atau di belakang macula lutea.2

Ametropia adalah keadaan di mana pembiasan mata dengan panjang bola

mata yang tidak seimbang. Ametropia dapat disebabkan kelengkungan kornea

atau lensa yang tidak normal (ametropia kurvatur) atau indeks bias abnormal di

dalam mata (ametropia indeks). Ametropia dapat ditemukan dalam bentuk

kelainan miopia, hipermetropia, dan astigmatisme. Bentuk-bentuk ametropia :

1. Ametropia aksial

Ametropia yang terjadi akibat sumbu optik bola mata lebih panjang atau lebih

pendek sehingga bayangan benda difokuskan di depan atau di belakang retina.

Pada miopia aksial fokus akan terletak di depan retina karena bola mata lebih

panjang dan pada hipermetropia aksial fokus bayangan terletak di belakang

retina.1

2. Ametropia refraktif

Ametropia akibat kelainan sistem pembiasan sinar di dalam mata. Bila daya

bias kuat, maka bayangan benda terletak di depan retina (miopia) atau bila

daya bias kurang maka bayangan benda akan terletak di belakang retina

(hipermetropia refraktif).1

7

Page 8: Kasbes Mata

3. Ametropia kurvatura

Ametropia yang terjadi karena kecembungan kornea atau lensa yang tidak

normal. Pada miopia kurvatura kornea bertambah kelengkungannya seperti

pada keratokonus. Sedangkan pada hipermetropia kurvatura lensa dan kornea

lebih kecil dari kondisi normal.1

Terdapat tiga tipe kelainan refraksi yaitu:

a. Myopia

b. Hipermetropia

c. Astigmatisma

Kelainan refraksi bisa diketahui dengan melakukan pemeriksaan tajam penglihatan

atau visus.

Pemeriksaan visus dengan optotipe Snellen.

Tujuannya adalah melakukan pemeriksaan refraksi secara subyektif. Pemeriksaan

refraksi secara subyektif adalah suatu tindakan untuk memperbaiki penglihatan

seseorang dengan bantuan lensa yang ditempatkan didepan bola mata.

Alat-alat yang digunakan:

- Optotipe Snellen

- Trial lens set

Prosedur pemeriksaan terdiri dari dua langkah :

1. Langkah pertama : Pemeriksaan visus

2. Langkah kedua : Koreksi visus

Langkah pertama.

Pasien duduk dengan jarak 6 meter dari optotipe Snellen, salah satu mata

pasien ditutup kemudian disuruh membaca huruf terbesar sampai huruf

terkecil.

Bila huruf terbesar tidak terbaca maka pasien diperiksa dengan hitung jari.

Contoh : visus = 1/60 (artinya pasien bisa membaca optotipe Snellen pada

jakar 1 meter sedangkan orang normal bisa membaca optotipe Snellen pada

jarak 60 meter)

Bila hitung jari tidak bisa, maka pasien diperiksa dengan lambaian tangan pada

jarak 1 m. Pasien disuruh menyebutkan arah lambaian tangan. Hasilnya visus

= 1/300

8

Page 9: Kasbes Mata

Bila lambaian tangan tidak bisa maka pasien diperiksa dengan menggunakan

sinar, untuk membedakan gelap-terang dan arah datangnya sinar. Hasilnya

visus = 1/~ LP(light proyeksi) baik/buruk

Bila tidak bisa membedakan gelap dan terang, maka visus = 0. Pastikan

dengan reflek pupil direk dan indirek.

Langkah kedua.

Koreksi visus dilakukan jika pasien dapat membaca huruf Snellen.

Pemeriksaan dilakukan dengan tehnik trial and error.

Pasang trial frame. Koreksi dilakukan bergantian, dengan cara menutup salah

satu mata.

Pasang lensa sferis +0,5D. Setelah diberi lensa sferis +0,5D visus membaik,

berarti hipermetrop.

Koreksi dilanjutkan dengan cara menambah atau mengurangi lensa sferis

sampai didapatkan visus 6/6.

Koreksi yang diberikan pada hipermetrope adalah koreksi lensa sferis positif

terbesar yang memberikan visus sebaik-baiknya.

Jika diberi lensa sferis positif bertambah kabur, berarti miopia. Maka lensa

diganti dengan lensa sferis negatif.

Koreksi dilanjutkan dengan cara menambah atau mengurangi lensa sferis

sampai didapatkan visus 6/6

Koreksi yang diberikan pada miopia adalah koreksi lensa sferis negatif terkecil

yang memberikan visus sebaik-baiknya.

Jika visus tidak bisa mencapai 6/6, maka dicoba dengan memakai pinhole

Bila visus membaik setelah diberi pinhole, berarti terdapat astigmatisma maka

dilanjutkan dengan koreksi astigmatisma.

Setelah visus menjadi 6/6, kemudian dilakukan pemeriksaan binokularitas :

- Duke elder test

Pasien disuruh melihat optotipe snellen dengan menggunakan lensa

koreksi, kemudian ditaruh lensa sferis +0,25D pada kedua mata. Jika

pasien merasa kabur berarti lensa koreksi sudah tepat, apabila menjadi

jelas berarti pasien masih berakomondasi.

9

Page 10: Kasbes Mata

- Alternating cover test

Dilakukan dengan cara menutup kedua mata secara bergantian. Pasien

membandingkan kedua mata mana yang paling jelas. Pada mata miopia,

mata yang paling jelas koreksinya dikurangi. Pada mata hipermetrop, mata

yang paling jelas koreksinya ditambah.

- Distortion test

Pasien disuruh berjalan sambil memakai lensa koreksi. Jika saat berjalan

lantai tidak goyang-goyang dan tidak merasa pusing maka koreksi sudah

tepat.

- Reading test

Untuk pasien yang berusia 40 tahun atau lebih, perlu dilakukan test

penglihatan dekat. Diberi lensa sferis positif sesuai umur kemudian

membaca kartu jaeger

Lensa addisi untuk penglihatan dekat biasanya diberikan berdasarkan

patokan umur :

- 40 tahun : 1,00D

- 50 tahun : 2,00D

- > 60 tahun : 3,00D

Setelah semua pemeriksaan selesai maka dibuatkan resep kaca mata dimana

sebelumnya telah diukur PD (pupil distance) dengan penggaris.

Gambar 1. Optotipe Snellen

10

Page 11: Kasbes Mata

Gambar 2. Pinhole

Gambar 3. Trial frame

MIOPIA

Miopia atau rabun jauh adalah kelainan refraksi suatu keadaan mata dimana

sinar-sinar sejajar dari jarak tak terhingga (tanpa akomodasi) dibiaskan didepan

retina.2

Tipe dari myopia:

1. Miopia aksial

Bertambah panjangnya diameter antero-posterior bola mata dari normal. Pada

orang dewasa penambahan panjang aksial bola mata 1 mm akan menimbulkan

perubahan refraksi sebesar 3 dioptri.

Myopia aksial disebabkan oleh beberapa faktor seperti :

1. Menurut Plempius (1632), memanjangnya sumbu bolamata tersebut

disebabkan oleh adanya kelainan anatomis.

2. Menurut Donders (1864), memanjangnya tekanan otot pada saat

konvergensi.6

11

Page 12: Kasbes Mata

Gambar4. Diameter bola mata pada miopia dan bayang jatuh di depan retina.5

2. Miopia refraktif

Bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti terjadi pada katarak

intumensen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih

kuat.

pada miopia refraktif, menurut Albert E. Sloane dapat terjadi karena beberapa

macam sebab, antara lain :

1. Kornea terlalu cembung (<7,7 mm)

2. Terjadinya hydrasi/penyerapan cairan pada lensa kristalina sehingga

bentuk lensa kristalina menjadi lebih cembung dan daya biasnya

meningkat. Hal ini biasanya terjadi pada penderita katarak stadium awal

(imatur)

3. Terjadi peningkatan indeks bias pada cairan bolamata (biasanya terjadi

pada penderita diabetes melitus).6

Menurut derajat beratnya miopia dibagi dalam :

a. Miopia ringan, dimana myopia kecil daripada < 3 dioptri

b. Miopia sedang, dimana myopia lebih antara 3-6 dioptri

c. Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri

Klasifikasi miopia berdasarkan umur :

1. Congenital (sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak)

2. Youth-onset miopia (<20 tahun)

3. Early adult-onset miopia (20-40 tahun)

4. Late adult-onset miopia (>40 tahun). (Sidarta,2007)

12

Page 13: Kasbes Mata

Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk :

a. Miopia stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa

b. Miopia progresif, myopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat

bertmbah panjangnya bola mata.

c. Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan

ablasi retina dan kebutaan atau sama dengan miopia pernisiosa = miopia maligna

= miopia degeneratif.

Miopia degeneratif atau myopia maligna bila miopia lebih dari 6 dioptri disertai

kelainan pada fundus okuli terbentuk stafiloma, dan pada bagian temporal papil

terdapat atrofi korioretina. Atrofi retina berjalan kemudian setelah terjadinya

atrofi sklera dan kadang-kadang terjadi ruptur membran Bruch yang dapat

menimbulkan rangsangan untuk terjadinya neovaskularisasi subretina.2

Miopia berdasarkan klinis :

1. Myopia simpleks, dengan syarat:

a. Tidak dijumpai kelainan patologis pada mata

b. Progresifitas mulai berkurang pada saat masa pubertas dan stabil usia

20 tahun

c. Derajat myopia tidak lebih dari (-6 D)

d. Visusnya dengan koreksi dapat mencapai penuh

2. Myopia patologis

a. Bila myopia masih progresif

b. Dijumpai tanda – tanda degeneratif pada vitreous, makula, dan retina

c. Gambaran klinisnya antara lain:

i. Secara keseluruhan, bola mata lebih besar dan terjadi

pemanjangan hampir seluruhnya ke arah polus posterior.

ii. Curvatura lebih flat

iii. COA lebih dalam

iv. Pupil lebih lebar

v. Sclera lebih tipis

vi. Pada fundus okuli dapat dijumpai papil N.II “myopic crescent”

yakni bintik yang melebar karena bola mata membesar dan

bertambah panjang. Dijumpai juga vasa choroid yang tampak

jelas, choroid yang atrofi, dan retina tigroid, yakni keadaan di

13

Page 14: Kasbes Mata

mana retina lebih tipis akibat kehilangan banyak pigmen

sehingga retina tampak gambaran kuning hitam.

vii. Pada makula, dapat dijumpai atrofi, gambaran mirip perdarahan

di dekat macula, ataupun foster-fuchs fleck

viii. Pada derajat myopia yang sangat tinggi, dapat dijumpai

posterior stafiloma, yakni seluruh polus posterior herniasi ke

belakang.

Komplikasi Miopia :

- Ablatio Retina

- Glukoma sudut terbuka

Beberapa hal yang mempengaruhi resiko terjadinya miopia, antara lain:

1. Keturunan. Orang tua yang mempunyai sumbu bolamata yang lebih panjang

dari normal akan melahirkan keturunan yang memiliki sumbu bolamata yang

lebih panjang dari normal pula.

2. Ras/etnis. Ternyata, orang Asia memiliki kecenderungan miopia yang lebih

besar (70%-90%) dari pada orang Eropa dan Amerika (30%-40%). Paling

kecil adalah Afrika (10%-20%).

3. Perilaku. Kebiasaan melihat jarak dekat secara terus menerus dapat

memperbesar resiko miopi. Demikian juga kebiasaan membaca dengan

penerangan yang kurang memadai.6

Diagnosis miopia

Untuk mendiagnosis miopia dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan pada

mata, pemeriksaan tersebut adalah :

1. Refraksi Subyektif

Diagnosis miopia dapat ditegakan dengan pemeriksaan refraksi subyektif,

seperti yang telah diterangkan sebelumnya metode yang digunakan adalah

dengan metode “trial and error” jarak pemeriksaan 6 m dengan menggunakan

kartu Snellen.

2. Refraksi Obyektif

Yaitu menggunakan retinoskopi, dengan lensa kerja sferis +2,00D pemeriksa

mengamati refleks fundus yang bergerak berlawanan arah dengan arah

gerakan retinoskop (against movement) kemudian dikoreksi dengan lensa

sferis negatif sampai tercapai netralisasi.

14

Page 15: Kasbes Mata

3. Autorefraktometer (komputer)

Yaitu menentukan miopia atau besarnya kelainan refraksi dengan

menggunakan komputer.6

Gambar 2. Visus normal, mata Miopia, dan mata miopia yang sudah dikoreksi.6

Penanganan Miopia

Tujuan penanganan miopia adalah penglihatan binocular yang jelas,

nyaman, efisien, dan kesehatan mata yang baik bagi pasien.9 Pilihan cara yang

dapat mengatasi kelainan refraksi meliputi :

1. Kacamata koreksi

Pemilihan kacamata masih merupakan metode paling aman untuk

memperbaiki refraksi.2 Keuntungan penggunaan kacamata meliputi: lebih

murah, lebih aman bagi mata, dan membutuhkan akomodasi yang lebih kecil

daripada lensa kontak.10 Kerugian penggunaan kacamata meliputi:

menghalangi penglihatan perifer, membatasi kegiatan tertentu, dan

mengurangi kosmetik.2

15

Page 16: Kasbes Mata

2. Lensa kontak

Lensa kontak yang biasanya digunakan ada 2 jenis yaitu, lensa kontak keras

yang terbuat dari bahan plastik polimetilmetacrilat (PMMA) dan lensa lunak.

Keuntungan pemakaian lensa kontak adalah: memberikan penglihatan yang

lebih luas, tidak membatasi kegiatan, kosmetik lebih baik. Kerugian

penggunaan lensa kontak: sukar dalam perawatan, mata dapat merah dan

infeksi, tidak semua orang dapat memakainya (mata alergi dan mata kering).2

3. Obat

Obat-obatan sikloplegik kadang digunakan untuk mengurangi respon

akomodasi terutama untuk mengatasi pseudomyopia. Beberapa penelitian

menyatakan bahwa atropin topikal dan cyclopentolate mengurangi progresi

miopia pada anak dengan youth onset-myopia. Namun dilatasi pupil yang

terjadi mengakibatkan silau. Selain itu terdapat reaksi alergi, reaksi

idiosinkrasi, dan toksisitas sistemik, serta pemakaian atropin jangka panjang

dapat mengakibatkan efek buruk pada retina.10

4. Orthokeratologi

Tindakan ini bertujuan untuk mendatarkan kornea perifer sehingga sama

datarnya dengan kornea sentral. Beberapa penelitian menunjukkan

orthokeratologi dapat menurunkan miopia hingga 3,00 D; dengan rata-rata

penurunan 0,75 – 1,00 D.10

5. Bedah refraktif

Pembedahan ini dilakukan untuk memperbaiki penglihatan akibat gangguan

pembiasan. Jenis pembedahan meliputi pembedahan di kornea (radial

keratotomi, keratektomi fotorefraktif/photorefractive keratectomy/PRK,

automated lamellar keratoplasti/ALK, LASIK) dan lensa (implantasi lensa

intra ocular, clear lens extraction).2

ANALISA KASUS

Pada kasus ini didapatkan diagnosis miopia sedang pada kedua mata

berdasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik yang mengarah pada diagnosis

tersebut.

16

Page 17: Kasbes Mata

Anamnesis

- Penderita perempuan berusia 22 tahun

- Penglihatan kedua mata kabur apabila membaca jauh, perlahan-lahan

semakin kabur, tidak merah, tidak keluar sekret, tidak nyeri, tidak silau.

Faktor resiko : penderita mempunyai kebiasaan membaca dekat dan tiduran.

Riwayat penyakit dahulu : penderita mempunyai riwayat pemakaian

kacamata 3 tahun yang lalu.

- Penderita ingin berencana mengganti pemakaian kacamata dengan lensa

kontak.

Pemeriksaan oftalmologis

- Visus VOD = 5/60 VOS = 5/60

- Koreksi visus OD 5/60 S – 3,00 6/6 dan OS 5/60 S – 3,00 6/6.

Pemeriksaan Binokularitas : - Aflternating Cover Test (+)

- Distorsi (-)

- Duke Elder test (+)

Pemeriksaan fisik : status praesens dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.

Penatalaksanaan

Terapi yang diberikan kepada penderita dengan lensa kontak dikarenakan permintaan

penderita, penderita diberikan edukasi tentang pemakaian lensa kontak dan menjaga

kebersihan lensa kontak. Pemeriksaan visus setiap 6 bulan juga disarankan kepada

penderita untuk memantau progresi dari miopia. Pemeriksaan funduskopi disarankan

dilakukan untuk melihat keadaan fundus oculi dan melihat apakah fungsi saraf masih

baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan DG, Taylor A, Paul R. Oftalmologi umum edisi 14. Jakarta : Widya

Medika,2000

17

Page 18: Kasbes Mata

2. Ilyas S. Kelainan refraksi. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai penerbit

FK UI,2004

3. Iiyas S. Optik dan refraksi. Dalam : Ilmu Penyakit Mata untuk dokter umum

dan mahasiswa kedokteran. Jakarta: Balai penerbit Sagung Seto,2002

4. www.wartamedika.com

5. Univ. Sumatra Utara [repository] 2008. Avalaible from:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3438/1/09E01854.pdf

6. ifan050285.wordpress.com/2010/03/22/miopia/

7. drshafa.wordpress.com/2010/03/09/miopia

8. http://www.healthylifeessex.co.uk/pages/wellbeing/myopia_article_pg.html

9. Siregar, NH. Kelainan Refraksi yang Menyebabkan Glaukoma. [referat

Repository USU]. 2008. [cited 9 Desember 2011]. Available from :

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3438/1/09E01854.pdf

10. Goss, DA, et al. Care of the Patient with Myopia. [American Optometric

Association]. 2010. [cited 9 Desember 2011]. Available from :

http://www.aoa.org/documents/CPG-15.pdf

18