Etiologi Malaria
Transcript of Etiologi Malaria
ETIOLOGI MALARIA
Malaria disebabkan oleh parasit sporozoa Plasmodium yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles betina infektif. Sebagian besar nyamuk
anopheles akan menggigit pada waktu senja atau malam hari, pada beberapa jenis
nyamuk puncak gigitannya adalah tengah malam sampai fajar.
Empat jenis penyebab malaria pada manusia :
a. Plasmodium falcifarum yang sering menjadi malaria cerebral, dengan angka
kematian yang tinggi. Infeksi oleh spesies ini menyebabkan parasitemia yang
meningkat jauh lebih cepat dibandingkan spesies lain dan merozoitnya
menginfeksi sel darah merah dari segala umur (baik muda maupun tua).
Spesies ini menjadi penyebab 50% malaria di seluruh dunia. Masa inkubasi 12
hari. Umumnya kekambuhan terjadi paling lama 1 tahun, penyebabnya adalah
parasite stadium eritrosik yang belum terbunuh sempurna oleh obat – obat anti
malaria. Penyebab malaria tropika.
b. Plasmodium vivax, spesies ini cenderung menginfeksi sel-sel darah merah
yang muda (retilkulosit) kira-kira 43% dari kasus malaria di seluruh dunia
disebabkan oleh plasmodium vivax. Relaps pada malaria diakibatkan oleh
aktifnya kembali hipnozoit di organ hati yang kemudian menjadi merozoit dan
menyerang eritrosit normal. Penyebab malaria tertian.
c. Plasmodium Malariae, mempunyai kecenderungan untuk menginfeksi sel-sel
darah merah yang tua. Masa inkubasi 28-30 hari. Relaps umunya terjadi
selama 1 tahun pertama kemudian diikuti timbulnya kekambuhan jangka
panjang sampai 30 tahun. Penyebabnya parasite stadium erotrosik yang berada
di sirkulasi mikrokapiler yang tidak dapat dibunuh karena pengobatan anti
malaria yang tidak sempurna. Penyebab malaria quartana.
d. Plasmodium ovale, prediksinya terhadap sel-sel darah merah mirip dengan
plasmodium vivax (menginfeksi sel-sel darah muda). Masa inkubasi sama
dengan plasmodium vivax yaitu 13 – 17 hari. Jarang dijumpai di
Indonesia,pada umumnya sering terjadi di Afrika dan Pasifik barat
Ada juga seorang penderita diinfeksi lebih dari satu spesies plasmodium
secara bersamaan. Hal ini disebut infeksi campuran atau mixed infeksion. Infeksi
campuran paling banyak disebabkan dua spesies terutama plasmodium falcifarum
dan plasmosium vivax atau plasmodium vivax dan plasmodium malariae. Lebih
jarang lagi infeksi campuran oleh tiga spesies sekaligus. Infeksi campuran banyak
dijumpai di wilayah yang tingkat penularan malarianya tinggi.
Nyamuk Anopheles hidup didaerah iklim tropis dan subtropis, tetapi juga
bisa hidup didaerah yang beriklim sedang. Nyamuk ini jarang ditemukan pada
daerah dengan ketinggian lebih dari 2000 – 2500 meter.
Ciri nyamuk Anopheles relatif sulit membedakannya dengan jenis nyamuk
lain, kecuali dengan kaca pembesar. Ciri yang paling menonjol yang bisa dilihat
oleh mata telanjang adalah posisi waktu menggigit menungging, terjadi di malam
hari, baik di dalam maupun di luar rumah, sesudah menghisap darah nyamuk
istirahat di dinding dalam rumah yang gelap, lembab, di bawah meja, tempat tidur
atau di bawah dan di belakang lemari.
Di seluruh dunia terdapat sekitar 2.000 spesies Anopheles, 60 spesiesnya
diketahui sebagai penular malaria. Di Indonesia ada sekitar 80 jenis dan 24 spesies
diantaranya terbukti penular malaria. Sifat masing-masing spesies berbeda
tergantung dari berbagai faktor seperti penyebaran geografis, iklim dan tempat
perindukannya. Biasanya nyamuk Anopheles betina menggigit manusia pada
malam hari atau sejak senja hingga subuh. Jarak terbangnya 0,5 – 3 km dari
tempat perindukannya. Jika ada tiupan angin kencang biasanya terbawa sejauh 20
– 30 km. Umur nyamuk Anopheles dewasa di alam bebas belum diketahui secara
pasti, tetapi pada laboratorium dapat mencapai 3-5 minggu. Karakteristik dari
beberapa nyamuk Anopheles dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Anopheles aconitus
1) Di Indonesia nyamuk ini terdapat hampir diseluruh kepulauan, kecuali
Maluku dan Irian.
2) Biasanya dapat dijumpai di dataran rendah tetapi lebih banyak didapat di
daerah kaki gunung pada ketinggian 400-1000 m.
3) Jentiknya terdapat di sawah dan saluran irigasi. Sawah yang akan ditanami
dan mulai diberi air, yang masih ada batang padi dan jerami yang
berserakan, merupakan sarang yang sangat baik.
4) Nyamuk dewasa hinggap dalam rumah dan kandang, tetapi tempat
hinggap yang paling disukai ialah di luar rumah, pada tebing yang curam,
gelap dan lembab. Juga terdapat diantara semak belukar didekat
sarangnya.
5) Jarak terbangnya dapat mencapai 1,5 km, tetapi mereka jarang terdapat
jauh dari sarangnya.
6) Terbangnya pada malam hari untuk menghisap darah.
b. Anopheles Sundaicus
1) Lebih senang menghisap darah orang daripada binatang
2) Aktif menggigit sepanjang malam tetapi paling banyak ditangkap antara
pukul 22.00-01.00
3) Lebih banyak ditemukan menggigit orang di luar rumah daripada di dalam
rumah
4) Pada waktu malam nyamuk masuk ke dalam rumah untuk mencari darah,
hinggap di dinding baik sebelum maupun sesudah menghisap darah,
perilaku istirahat nyamuk ini sangat berbeda antara satu dengan lokasi
lainnya
5) Jarak terbang nyamuk betina cukup jauh pernah ditangkap di tempat lebih
3 km dari tempat perindukan
6) Berkembang biak di air payau dengan kadar garam optimum antara 12-18
% meski tidak begitu tinggi jentik nyamuk dapat ditemukan pada kadar
garam di bawah 5% dan bila kadar garam mencapai 40% maka jentik akan
menghilang
7) Jentik terkumpul di tempat-tempat yang tertutup tanaman air yang
mengapung (ganggang atau lumut), sampah yang terapung-apung dan
pinggiran yang berumput
8) Genangan air payau untuk berkembang biak adalah genangan terbuka dan
mendapat sinar matahari langsung, genangan air yang terlindung oleh
rimbunan tumbuhan pelindung akan menjadikan tempat yang tidak cocok
untuk tempat perindukan
c. Anopheles Balabacensis
1) Lebih tertarik menghisap darah orang daripada binatang baik di dalam
maupun di luar rumah
2) Ditemukan sepanjang tahun baik pada musim hujan maupun musim
kemarau.
3) Keaktifan mencari darah terlambat kebanyakan ditangkap setelah tengah
malam sampai pukul 04.00, meskipun sebenarnya sudah mulai terlihat
sejak senja sampai pagi
4) Sebelum dan sesudah menghisap darah pada malam hari banyak hinggap
di dinding. Pada siang hari tidak ditemukan istirahat di dalam rumah tetapi
di alam luar (hutan) walau tidak diketahui dimana nyamuk tersebut
beristirahat.
5) Tempat perindukan genangan air tawar didalam hutan (permanen atau
temporer), di genangan air tidak mengalir bekas tapak kaki, bekas roda,
juga di pinggir sungai terutama pada musim kemarau. Pada musim hujan
tempat perkembangbiakan spesies tersebut adalah di aliran mata air yang
tergenang, di genangan-genangan air hujan di tanah, dan di lubang-lubang
batu. Sering didapatkan juga pada parit yang alirannya terhenti. Pada
musim kemarau sumber air tanah berkurang sehingga terbentuk genangan-
genangan air sepanjang sungai.
d. Anopheles Sinensia
1) Lebih tertarik menghisap darah binatang (lembu) daripada orang walaupun
akan menghisap darah orang pula
2) Banyak dijumpai menggigit di luar rumah, aktif mencari darah setelah
gelap dan menurun setelah pukul 21.00, di tempat teduh pada siang hari
mau juga menggigit orang atau binatang
3) Pada siang hari jarang ditemukan di dalam rumah tetapi malam hari dapat
ditemukan hinggap di dinding kamar dan beranda rumah sebelum dan
sesudah menghisap darah
4) Jentik berkembang biak di kolam terbuka yang berumput, sawah dan
rawa-rawa
e. Anopheles Nigerrimus
1) Lebih tertarik menghisap darah binatang (lembu) daripada orang walaupun
akan menghisap darah orang pula
2) Banyak dijumpai menggigit di luar rumah, aktif mencari darah setelah
gelap dan menurun setelah pukul 21.00, di tempat teduh pada siang hari
mau juga menggigit orang atau binatang
3) Pada siang hari jarang ditemukan di dalam rumah tetapi malam hari dapat
ditemukan hinggap di dinding kamar dan beranda rumah sebelum dan
sesudah menghisap darah
4) Jentik lebih senang berkembang biak di kolam yang dalam dan rawa-rawa
dengan permukaan yang tertutup oleh tanaman
f. Anopheles maculatus
Spesies nyamuk ini umumnya berkembangbiak pada genangan-genangan air
tawar jernih baik di tanah seperti di mata air, galian-galian pasir atau belik,
genangan air hujan maupun genangan air di sungai yang berbatu-batu kecil
yang terbentuk karena sumber air kurang sehingga air tidak mengalir dan
mengenang di sepanjang sungai serta mendapat sinar matahari langsung.
Perilaku menghisap darah baik di dalam maupun di luar rumah paling banyak
sekitar pukul 22.00. Spesies ini pada siang hari ditemukan istirahat di luar
rumah pada tempat-tempat yang teduh antara lain di kandang sapi dan kerbau,
di semak-semak, di lubang-lubang di tanah pada tebing dan lubang-lubang
tempat pembuangan sampah. Selama penangkapan pada siang hari tidak
pernah menemukan Anopheles maculatus istirahat di dalam rumah. Jarak
terbangnya kurang lebih 1 km tetapi mereka jarang terdapat jauh dari
sarangnya dan lebih suka mengigit binatang dari pada manusia.
Peran nyamuk sebagai vektor penular malaria tergantung, kepada beberapa
faktor antara lain :
a. Umur nyamuk atau longevity. Diperlukan waktu untuk perkembangbiakan
gametosit dalam tubuh nyamuk untuk menjadi sporozoit yakni bentuk parasit
yang siap menginfeksi manusia sehat.
b. Peluang kontak dengan manusia merupakan kesempatan untuk menularkan
sporozoit ke dalam darah manusia.
c. Frekuensi menggigit seekor nyamuk. Semakin sering seekor nyamuk yang
membawa sporozoit dalam kelenjar ludahnya semakin besar kemungkinan di
berperan sebagai vektor penular penyakit malaria.
d. Kerentanan nyamuk terhadap parasit itu sendiri. Nyamuk yang terlalu banyak
parasit dalam perutnya tentu bisa melebihi kapasitas perut nyamuk itu sendiri.
Perut bisa meletus dan mati karenanya.
e. Ketersediaan manusia di sekitar nyamuk. Nyamuk yang memiliki kebiasaan
menggigit di luar rumah pada malam hari maka akan mencoba mencari
manusia dan masuk ke dalam rumah. Setelah menggigit, beristirahat di dalam
maupun di luar rumah.
f. Kepadatan nyamuk. Kalau populasi nyamuk terlalu banyak sedangkan
persediaan makanan misalnya binatang atau manusia tidak ada maka
kepadatan nyamuk akan merugikan populasi nyamuk itu dan sebaliknya.
g. Lingkungan. Beberapa faktor lingkungan sangat berperan dalam tumbuhnya
nyamuk sebagai vektor penular penyakit malaria. Faktor-faktor tersebut antara
lain: fisik, biologi, kimia.
DAFTAR PUSTAKA :
Achmadi, U.F. 2005. Manajemmen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta : PT.
Kompas Media Nusantara
http://repository.library.uksw.edu/bitstream/handle/123456789/1070/
T1_462008083_BAB%20II.pdf?sequence=3
Iskandar A., Sudjain C., Sanropic D. Et all. 1985. Pemberantasan Serangga dan
Binatang Pengganggu. Jakarta: Depkes RI.
Rampengan. Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta, EGC, 2007.
Sutisna P. 2004. Malaria Secara Ringkas. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Widoyono. 2005. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &
Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga