EPM Makalah (FIX revisi).pdf

53
MAKALAH PENYUSUNAN DAN PENGUJIAN INSTRUMEN KEMAMPUAN SPASIAL DAN SELF CONCEPT Mata Kuliah: Evaluasi Pembelajaran Matematika Dosen Pengampu: Prof. Dr. Darhim, M.Pd. Disusun oleh: Kelompok 3 Khotimah NIM. 1302501 Rahmita Nurbaiti NIM. 1302602 Ria Sefianti NIM. 1302406 Sri Mariana NIM.1302715 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014
  • date post

    22-Jun-2015
  • Category

    Documents

  • view

    205
  • download

    4

description

Makalah EPM Evaluasi Pembelajaran Matematika

Transcript of EPM Makalah (FIX revisi).pdf

Page 1: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

MAKALAH

PENYUSUNAN DAN PENGUJIAN INSTRUMEN

KEMAMPUAN SPASIAL DAN SELF CONCEPT

Mata Kuliah: Evaluasi Pembelajaran Matematika

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Darhim, M.Pd.

Disusun oleh:

Kelompok 3

Khotimah NIM. 1302501

Rahmita Nurbaiti NIM. 1302602

Ria Sefianti NIM. 1302406

Sri Mariana NIM.1302715

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014

Page 2: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena

dengan segala rahmat dan anugerahNya kami dapat menyelesaikan revisi dari

makalah β€œPenyusunan dan Pengujian Instrumen Kemampuan Spasial dan

Self Concept”. Makalah ini disusun dan direvisi sebagai tugas pada matakuliah

Evaluasi Pembelajaran Matematika.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak untuk perbaikan makalah selanjutnya.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini memberikan manfaat bagi

penulis sendiri, teman-teman, dan bagi perkembangan dunia pendidikan. Aamiin.

.

Bandung, Mei 2014

Penyusun

Page 3: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 4

1.3 Tujuan ................................................................................... 4

1.4 Sistematika Penulisan ........................................................... 5

BAB II MODELPEMBELAJARAN DAN PERANGKAT EVALUASI 7

2.1 Pembelajaran yang Diukur ..................................................... 7

2.2 Kemampuan yang Diukur ....................................................... 8

2.2.1 Jenis Kemampuan yang Diukur .................................... 8

2.2.2 Indikator Kemampuan yang Diukur ............................. 13

2.3 Kisi-kisi Kemampuan yang Diukur ........................................ 15

2.3.1 Kisi-kisi Kemampuan Spasial ...................................... 15

2.3.2 Kisi-kisi Self Concept ................................................... 20

2.4 Instrumen Kemampuan yang Diukur ...................................... 21

2.4.1 Instrumen Kemampuan Spasial .................................... 21

2.4.2 Instrumen Self Concept ................................................ 21

BAB III UJI COBA INSTRUMEN ........................................................... 22

3.1 Uji Keterbacaan ..................................................................... 22

3.2 Uji Coba Instrumen ................................................................ 29

BAB IV ANALISIS INSTRUMEN ............................................................ 31

4.1 Validitas Instrumen ................................................................. 31

4.2 Reabilitas Instrumen ............................................................... 37

4.3 Analisis Instrumen Tes ............................................................ 42

4.4 Penyempurnaan Instrumen Tes ................................................ 45

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 46

5.1 Kesimpulan ............................................................................ 46

5.2 Saran ...................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 48

PEDOMAN REVISI DAN HASIL DISKUSI ............................................ 50

LAMPIRAN ............................................................................................... 75

Page 4: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

iii

Page 5: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geometri merupakan cabang matematika yang menempati posisi khusus

dalam kurikulum matematika karena memainkan peranan utama dalam bidang

matematika dan banyaknya konsep yang termuat di dalamnya. Kita menemukan

hal-hal yang berkaitan dengan geometri di setiap tempat dan hampir setiap objek

visual. Selain itu, geometri merupakan satu-satunya ilmu yang dapat mengaitkan

matematika dengan bentuk fisik dunia nyata. Oleh sebab itu, kebutuhan dalam

mempelajari geometri merupakan hal yang sangat krusial sehingga kurikulum

matematika di Indonesia dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi

menekankan pentingnya penguasaan materi geometri bidang dan geometri ruang.

Tujuan diberikannya geometri di sekolah menurut Bobango (dalam

Abdussakir, 2010, hlm. 2) adalah agar siswa memperoleh rasa percaya diri pada

kemampuan matematikanya, menjadi pemecah masalah yang baik, dapat

berkomunikasi secara matematik, dan dapat bernalar secara matematik.

Sedangkan menurut NCTM (2000), salah satu standar diberikannya geometri di

sekolah adalah agar anak dapat menggunakan visualisasi, mempunyai

kemampuan penalaran spasial dan pemodelan geometri untuk menyelesaikan

masalah. Sejalan dengan hal tersebut, Budiarto (dalam Abdussakir, 2010, hlm.2)

menyatakan bahwa tujuan pembelajaran geometri adalah untuk mengembangkan

kemampuan berpikir logis, mengembangkan intuisi keruangan, menanamkan

pengetahuan untuk menunjang materi yang lain, dan dapat membaca serta

menginterpretasikan argumen-argumen matematik.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa

geometri memberikan banyak kontribusi dalam mengembangkan aspek kognisi

siswa, salah satunya adalah kemampuan spasial. Kecerdasan spasial merupakan

salah satu kecerdasan dari 8 kecerdasan majemuk (multiple intelegency) yang

dikemukakan Howard Gardner (Rose, Malcolm J. Nicholl, 2002, hlm.59).

Page 6: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

2

Gardner menyatakan bahwa kecerdasan orisinal (bakat) setiap individu itu

berbeda-beda, yang dikelompokkan ke dalam 8 jenis kecerdasan: linguistik, logis-

matematis, visual spasial, musikal, kinestetik tubuh, interpersonal, intrapersonal,

dan naturalis.

Kemampuan spasial merupakan konsep abstrak yang meliputi persepsi

spasial yang melibatkan hubungan spasial termasuk orientasi sampai pada

kemampuan yang rumit yang melibatkan manipulasi serta rotasi mental. Gardner

(dalam Suparyan, 2007, hlm.2) mengemukakan bahwa kemampuan spasial

merupakan kemampuan yang sangat penting untuk pemikiran ilmiah yang dapat

digunakan untuk menggambarkan dan memanipulasi informasi dalam

pembelajaran dan pemecahan masalah. Dalam kemampuan spasial diperlukan

adanya pemahaman perspektif, bentuk-bentuk geometris, menghubungkan konsep

spasial dengan angka dan kemampuan dalam transformasi mental dari bayangan

visual. Pemahaman tersebut tentunya diperlukan dalam belajar matematika. Pada

anak usia sekolah kemampuan spasial ini sangat penting karena kemampuan

spasial erat hubungannya dengan aspek kognitif secara umum.

Hal tersebut sesuai dengan temuan yang diperoleh Guay & McDaniel dan

Bishop (dalam Tambunan, 2006, hlm.28) bahwa kemampuan spasial mempunyai

hubungan positif dengan matematika pada anak usia sekolah. Studi dari Shermann

(dalam Tambunan, 2006, hlm.28) juga menemukan bahwa matematika dan

berpikir spasial mempunyai korelasi yang positif pada anak usia sekolah, baik

pada kemampuan spasial taraf rendah maupun taraf tinggi.

Selanjutnya menurut Soemadi (1994), agar dapat belajar geometri dengan

baik dan benar, siswa dituntut untuk menguasai kemampuan dasar geometri,

keterampilan dalam pembuktian, keterampilan membuat lukisan dasar geometri,

dan memiliki kemampuan spasial (keruangan) yang memadai. Penelitian

menunjukkan bahwa pemahaman pengetahuan spasial dapat mempengaruhi

kinerja yang berhubungan dengan tugas-tugas akademik terutama matematika,

membaca dan IPA (dalam Suparyan, 2007, hlm.1). Selain itu, banyak profesi-

profesi teknis dan ilmiah yang membutuhkan orang-orang yang memiliki

kemampuan spasial di atas 90%, diantaranya adalah arsitek, perancang pesawat,

Page 7: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

3

pilot, arsitek, ahli fisika, dokter, dan sebagainya, seperti yang dikemukakan

Owens (dalam Suparyan, 2007, hlm.23) sebagai berikut:

All students can and should develop spatial abilities. Spatial abilities are

not just important part of learning geometry. They are involved in other

parts of the mathematic curriculum, in other parts of the school

curriculum beyond mathematics, and in any parts of people’s live and

career.

Pada hakikatnya, geometri memiliki peluang yang lebih besar untuk dapat

dipahami anak dibandingkan cabang matematika yang lain. Hal ini disebabkan

karena benda-benda geometris yang memuat ide-ide geometri ada di sekeliling

anak jauh sebelum anak memasuki usia sekolah sehingga secara tidak langsung

sudah terbentuk pemahaman intuitif tentang ruang dalam diri anak. Akan tetapi,

faktanya geometri merupakan sumber ketidakpahaman siswa di samping

aritmatika (Van Hiele, 1999). Soedjadi (1991) menemukan bahwa geometri

merupakan materi yang tergolong sulit bagi siswa di semua jenjang pendidikan.

Hal ini terlihat dari kesulitan siswa saat menentukan suatu sudut siku-siku atau

bukan; sukar mengenali dan memahami bangun-bangun geometri, terutama

bangun-bangun ruang serta unsur-unsurnya. Suwarsono (dalam Suparyan, 2007,

hlm. 7) juga menemukan bahwa banyak guru yang merasa kurang β€žamanβ€Ÿ dan

kurang β€žsiapβ€Ÿ jika mengajarkan materi geometri karena merasa penguasaannya

dalam materi-materi geometri masih kurang memadai.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, kami melakukan observasi dan wawancara

terhadap salah satu guru matematika di SMP Labolatorium Universitas

Pendidikan Indonesia untuk mengetahui bagaimana kegiatan pembelajaran

geometri di sekolah. Masalah-masalah yang terjadi di sekolah dalam pembelajaran

di sekolah khususnya pada materi geometri diantaranya adalah sulitnya siswa

untuk membayangkan bangun-bangun geometri, kurangnya minat siswa terhadap

materi bangun ruang. Solusi yang sudah dicoba untuk mengatasi masalah tersebut

diantaranya dengan menggunakan metode yang menarik dan interaktif, salah

satunya dengan memanfaatkan media pembelajaran komputer, diantaranya dengan

program-program Geometri seperti Cabri dan Sketchpad. Program Geometri ini

digunakan untuk membantu siswa memahami konsep geometri dengan mudah.

Page 8: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

4

Berbagai pendekatan dan metode pembelajaran dapat dipadankan dengan

penggunaan program-program Geometri tersebut.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, untuk mengetahui bagaimana

kemampuan spasial dan self concept siswa, kami membuat instrumen tes berupa

tes kemampuan spasial dan instrumen non-tes berupa angket self concept

berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur. Instrumen tes dan non-tes tersebut

kemudian dilakukan pengujian untuk mengetahui tingkat validitas, reabilitas,

indeks kesukaran, dan daya pembeda tiap item soal.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:

a) Apakah instrumen tes kemampuan spasial yang diberikan pada siswa

valid dan reliabel?

b) Bagaimana indeks kesukaran dan daya pembeda masing-masing item

soal tes kemampuan spasial yang diberikan pada siswa?

c) Apakah angket self concept yang diberikan pada siswa valid dan reliabel?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penyusunan makalah ini

diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Untuk mengetahui bagaimana validitas dan reabilitas instrumen tes

kemampuan spasial yang diberikan pada siswa

b) Untuk mengetahui bagaimana indeks kesukaran dan daya pembeda

masing-masing item soal tes kemampuan spasial yang diberikan pada

siswa

c) Untuk mengetahui bagaimana validitas dan reabilitas angket self concept

siswa

Page 9: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

5

1.4 Sistematika Makalah

Sistematika penulisan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai

berikut:

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam sub-bab ini jelaskan mengapa peneliti tertarik untuk

menyusun dan melakukan pengujian terhadap kemampuan spasial

dan self concept siswa serta masalah-masalah yang berkaitan

dengan pembelajaran geometri di sekolah.

1.2 Rumusan Masalah

Berisi tentang rumusan masalah berdasarkan latar belakang

makalah.

1.3 Tujuan

Dalam sub-bab ini dijelaskan tujuan dari penyusunan laporan

penelitian/makalah ini.

1.4 Sistematika Masalah

Berisi headline atau garis besar isi dari tiap bab secara singkat.

BAB II Model Pembelajaran dan Perangkat Evaluasi

2.1 Pembelajaran yang Diukur

Berisi tentang hasil wawancara mengenai pembelajaran

matematika di kelas, khususnya pada materi geometri.

2.2 Kemampuan yang diukur

Berisi tentang landasan teori/kajian pustaka mengenai

kemampuan spasial dan self concept siswa.

2.3 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan yang diukur

Berisi tentang kisi-kisi instrumen tes kemampuan spasial dan

angket self concept siswa berdasarkan aspek dan indikator yang

akan diukur.

Page 10: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

6

2.4 Instrumen Kemampuan yang diukur

Berisi tentang instrumen tes kemampuan spasial dan angket self

concept siswa yang telah disusun.

BAB III Uji Coba Instrumen

3.1 Uji Keterbacaan Soal (Skala Terbatas)

Berisi tentang hasil uji keterbacaan soal dalam skala terbatas pada

5 orang siswa serta hasil uji terhadap 5 orang ahli.

3.2 Uji Coba Instrumen

Berisi tentang hasil uji coba instrumen terhadap 25 orang siswa

serta hasil uji terhadap 5 orang ahli.

BAB IV Analisis Instrumen

4.1 Validitas Instrumen

Berisi tentang analisis mengenai validitas instrumen tes maupun

non-tes secara keseluruhan dan validitas per item soal.

4.2 Reliabilitas Instrumen

Berisi tentang analisis mengenai reliabilitas instrumen tes maupun

non-tes.

4.3 Analisis Item Tes

Berisi tentang analisis mengenai indeks kesukaran dan daya

pembeda per item soal.

4.4 Penyempurnaan Item Tes

Berisi tentang perbaikan terhadap soal-soal yang belum

memenuhi standar berdasarkan analisis item tes yang telah

dilakukan menurut pendapat ahli.

Kesimpulan dan Saran

Berisi tentang kesimpulan dan saran terhadap pengujian instrumen tes

dan instrumen non-tes yang telah dilakukanyang menjawab rumusan

masalah yang sudah dikemukakan.

Page 11: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

7

BAB II

MODEL PEMBELAJARAN DAN PERANGKAT EVALUASI

2.1 Pembelajaran yang Diukur

Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan dari tingkat dasar

sampai tingkat menengah atas. Termasuk di antaranya yaitu di tingkat menengah

pertama atau SMP. Berdasarkan Permendiknas No. 23 Tahun 2006, Standar

Kompetensi Lulusan (SKL) untuk tingkat SMP meliputi tujuh poin yang memuat

materi Bilangan; Aljabar; Geometri dan Pengukuran; serta Statistika dan Peluang.

Adapun SKL dalam bidang Geometri yaitu memahami bangun-bangun

geometri, unsur-unsur dan sifat-sifatnya, ukuran dan pengukurannya, meliputi:

hubungan antar garis, sudut (melukis sudut dan membagi sudut), segitiga

(termasuk melukis segitiga) dan segi empat, teorema Pythagoras, lingkaran (garis

singgung sekutu, lingkaran luar dan lingkaran dalam segitiga, dan melukisnya),

kubus, balok, prisma, limas dan jaring-jaringnya, kesebangunan dan kongruensi,

tabung, kerucut, bola, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan karakteristik tahapan perkembangan kemampuan kognitif

menurut Piaget, siswa yang berada pada tingkat SMP berada pada tahap belajar

formal operasional. Tahap operasional formal adalah periode terakhir

perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam

usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik

pada tahap ini yaitu diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak,

menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.

Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi

berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara

fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan

perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan

sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai

seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkret.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap pengajar mata

pelajaran matematika di SMP Labschool, didapatkan informasi mengenai

Page 12: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

8

bagaimana pembelajaran di sekolah tersebut dilaksanakan. Model pembelajaran

yang digunakan disesuaikan dengan tujuan materi yang sedang dipelajari. Dalam

pembelajaran Geometri, khususnya, Guru memanfaatkan media pembelajaran

berupa program-program komputer yang dapat meningkatkan pemahaman siswa

dalam materi geometri bangun ruang. Adapun software yang digunakan yaitu

Geometer’s SketchPad dan dilaksanakan di laboratorium komputer sekolah jadi

masing-masing siswa menggunakan satu komputer. Selain media software, media

lain yang juga digunakan yaitu alat peraga berbentuk model-model 3D yang dapat

langsung disentuh dan dieksplorasi oleh siswa.

2.2 Kemampuan yang Diukur

Aspek yang diukur dalam evaluasi pembelajaran berdasarkan kurikulum

yang berlaku yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif. Adapun kemampuan dalam

pembelajaran geometri yang akan diukur yaitu kemampuan spasial (kognitif) dan

self concept (afektif). Dalam bidang matematika, kemampuan spasial sangat

penting untuk ditingkatkan. Kemampuan ini akan membantu siswa dalam

memahami geometri serta sifat-sifat yang termuat di dalamnya. Selanjutnya

kemampuan ini juga bermanfaat bagi siswa untuk memecahkan masalah

matematika dan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

2.2.1 Jenis Kemampuan yang Diukur

A. Kemampuan Spasial

Para ahli memiliki berbagai pendapat mengenai definisi kemampuan

spasial. Di antaranya yaitu Colom, dkk. yang menyatakan kemampuan

spasial sering kali didefinisikan sebagai generasi, retensi, pengambilan, dan

transformasi gambar-gambar visual. Sedangkan Tartre dalam Berna

menyebutkan kemampuan spasial sebagai kemampuan mental yang

berkaitan dengan memahami, memanipulasi, menyusun kembali, atau

menginterpretasikan relasi-relasi secara visual.

Mengenai batasan dari kemampuan ini Olkun (2003) mengkhususkan

konsep kemampuan spasial digunakan untuk kemampuan yang berkaitan

Page 13: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

9

dengan ruang dan dua komponen utama dalam kemampuan ini yaitu relasi

spasial dan visualisasi spasial.

Lebih lanjut lagi, Gardner dalam Harmony & Theis mengemukakan

bahwa kemampuan spasial adalah kemampuan untuk menangkap dunia

ruang secara tepat atau dengan kata lain kemampuan untuk

memvisualisasikan gambar, yang di dalamnya termasuk kemampuan

mengenal bentuk dan benda secara tepat, melakukan perubahan suatu benda

dalam pikirannya dan mengenali perubahan tersebut, menggambarkan suatu

hal atau benda dalam pikiran dan mengubahnya dalam bentuk nyata,

mengungkapkan data dalam suatu grafik serta kepekaan terhadap

keseimbangan, relasi, warna, garis, bentuk, dan ruang.

Piaget & Inhelder dalam Tambunan (2007) menyebutkan bahwa

kemampuan spasial sebagai konsep abstrak yang di dalamnya meliputi

hubungan spasial (kemampuan untuk mengamati hubungan posisi objek

dalam ruang), kerangka acuan (tanda yang dipakai sebagai patokan untuk

menentukan posisi objek dalam ruang), hubungan proyektif (kemampuan

untuk melihat objek dari berbagai sudut pandang), konservasi jarak

(kemampuan untuk memperkirakan jarak antara dua titik), representasi

spasial (kemampuan untuk merepresentasikan hubungan spasial dengan

memanipulasi secara kognitif), rotasi mental (membayangkan perputaran

objek dalam ruang).

Berdasarkan definisi di atas, kemampuan visual adalah kemampuan

yang erat kaitannya dengan visualisasi benda dalam ruang. Kemudian benda

tersebut dikenai perubahan yang berkaitan dengan berbagai macam aspek

dari spasial. Di antara perubahan tersebut antara lain rotasi, proyeksi,

konservasi jarak, dsb. Kemampuan untuk menvisualkan hasil dari

perubahan ini menunjukkan tingkat kepekaan seseorang terhadap

keseimbangan relasi pada ruang tersebut.

Kemampuan spasial berkaitan dengan keberhasilan seseorang baik

dari sisi melakukan kegiatan sehari-hari maupun berkaitan dengan studi

keilmuan yang lain. Dalam kegiatan sehari-hari misalnya berkaitan dengan

Page 14: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

10

bagaimana kita membaca peta, menyetir yang berhubungan dengan

bagaimana kita memperkirakan posisi kita di antara pengendara lain, atau

tugas seperti menyusun barang-barang dalam satu tempat yang berkaitan

dengan bagaimana kita menentukan tempat yang pas untuk suatu barang.

Dari segi keilmuan yang terkait, kemampuan visual sangat

berpengaruh dalam bidang matematika, teknik, meteorologi, arsitektur,

radiologi, dan semua bidang lain lain yang berkaitan dengan konsep

β€œkeruangan”. Misalnya dalam bidang radiologi, seorang pengamat harus

mampu menginterpretasikan gambar hasil scan dengan x Ray. Kemampuan

visual juga semakin penting seiring berkembangnya teknologi seperti

komputer grafis.

Dalam bidang geometri, kemampuan spasial adalah kemampuan yang

amat penting terutama yang berkaitan dengan konsep ruang. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Pakaya (2013) kemampuan spasial memiliki

hubungan positif dengan hasil belajar geometri. Kemampuan spasial

mempengaruhi hasil belajar geometri sebesar 10,311% sedangkan 89,689%

dipengaruhi oleh faktor lainnya. Hal ini berati seiring dengan meningkatnya

kemampuan spasial siswa, maka hasil belajar atau performance siswa dalam

materi geometri juga akan meningkat.

Faktor lain yang berpengaruh pada hasil belajar siswa selain

kemampuan atau ability adalah bagaimana konsep diri siswa itu sendiri.

Konsep diri ini juga dikenal dengan self concept yang terkait dengan

bagaimana seseorang melihat dirinya secara utuh, yakni bagaimana ia

melihat dirinya (self image), menilai kemampuannya (self esteem), maupun

harapan akan dirinya sendiri (self ideal).

B. Self Concept

Rosenberg dalam Zaharapoulos mendefinisikan self concept sebagai

keseluruhan dari pemikiran dan perasaan seseorang yang mereferensikan

dirinya sendiri sebagai objek. Dalam konteks pendidikan, self concept

dinyatakan sebagai hasil yang diharapkan dari diri sendiri, proses yang

Page 15: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

11

mengintervensi hasil dari bidang lain yang diharapkan seperti hasil belajar,

atau sebagai faktor utama yang mempengaruhi proses seperti motivasi,

ataupun ketekunan.

Shavelson dalam Eleni menyatakan self concept pada dasarnya

merupakan apa yang seseorang pikirkan tentang dirinya sendiri. Persepsi

tersebut terbentuk melalui pengalaman pribadi dengan lingkungan dan

dipengaruhi oleh penguatan dan evaluasi oleh orang lain yang signifikan.

Selanjutnya Shavelson menambahkan self concept bersifat multidimensi,

artinya seseorang memiliki persepsi yang berbeda terhadap diri mereka

sendiri untuk aspek-aspek yang berbeda dalam hidup mereka (misalnya

persepsi terhadap penampilan fisik, persepsi dari kemampuan akademik),

serta konsep diri secara global. Juga disebutkan bahwa self concept

terbentuk secara hierarkis dalam hal yang bersifat umum, persepsi global

dari diri terbentuk dari persepsi-persepsi diri dalam situasi-situasi yang lebih

spesifik.

Definisi lainnya yaitu konsep diri atau self concept adalah cara

individu dalam melihat pribadinya secara utuh, menyangkut fisik, emosi,

intelektual, sosial, dan spiritual. Termasuk di dalamnya adalah persepsi

individu dengan orang lain maupun lingkungannya, nilai-nilai yang

berkaitan dengan pengalaman dan objek, serta tujuan, harapan, dan

keinginannya (Fitts dalam Herniati, 2011).

Malcolm & Sleve dalam Suratman menyebutkan perkembangan

konsep diri dipengaruhi oleh empat faktor yaitu;

1. Reaksi orang lain (signifikan other), yakni bagaimana orang lain

memperlakukan kita.

2. Perbandingan dengan orang lain, individu sering kali

membandingkan dirinya dengan orang lain yang sebaya atau

hampir sama dengannya.

3. Peran individu, harapan dan pengalaman individu dalam suatu

peran akan turut mempengaruhi konsep dirinya.

Page 16: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

12

4. Identifikasi dengan orang lain, yang paling berpengaruh dalam hal

ini adalah orang tua. Seorang anak yang orang tuanya memiliki

konsep diri positif cenderung akan merasa bahwa dirinya memiliki

konsep diri yang positif pula.

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa self concept merupakan

bagaimana seorang individu melihat dirinya sendiri secara utuh,

menyangkut setiap aspek kehidupannya seperti fisik, emosi, intelektual,

spiritual, dan sosial. Self concept individu secara global terbentuk secara

hierarkis dari hal-hal yang lebih spesifik. Selain itu self concept tidak

bersifat statis tetapi dinamis seiring dengan perubahan yang dialami oleh

individu tersebut. Perubahan itu dapat berasal dari interaksi individu dengan

lingkungan (eksternal) ataupun perubahan dalam diri individu itu sendiri

(internal).

Menurut Nagy, et al (Yuberta, 2013) dimensi spesifik self concept

akademis menunjukkan suatu penilaian individu yang memandang dirinya

dikaitkan dengan kemampuannya dalam akademis. Ketika pandangan yang

diperoleh memuaskan, maka akan terbentuk konsep diri positif begitu pula

sebaliknya.

Dilihat dari dimensinya, self concept berarti bagaimana individu

melihat, menilai, dan berharap akan dirinya sendiri. Bagaimana self concept

seseorang sudah tentu akan berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Siswa

dengan self concept yang rendah cenderung tidak memiliki motivasi yang

kuat maupun sikap bersungguh-sungguh dalam pembelajaran sehingga

siswa tersebut menjadi mudah frutsasi dan menyerah jika menemui

kesulitan.

Sebaliknya siswa dengan self concept yang baik cenderung

bersemangat dan memiliki motivasi tinggi bahwa dirinya dapat mengikuti

pembelajaran dengan baik. Sikap dalam pembelajaran ini selanjutnya

berpengaruh terhadap prestasi siswa di sekolah. Self concept yang baik juga

berarti bahwa siswa mengenal dengan baik kelebihan dan kelemahannya

sehingga ia dapat memaksimalkan usahanya untuk dapat mengembangkan

Page 17: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

13

kemampuan yang dimiliki serta menanggulangi kelemahan yang ada pada

dirinya.

Hal lain yang juga penting yaitu self concept akan berpengaruh besar

ketika siswa dihadapkan pada tugas atau ujian. Siswa dengan self concept

yang baik akan merasa tertantang dengan ujian tersebut dan ia akan

berusaha sekuat tenaga untuk menjalaninya dengan baik dengan

mengandalkan kemampuannya dirinya sendiri. Hal ini tentu akan

menjauhkannya dari tindakan meniru hasil kerja orang lain. Sedangkan

siswa dengan self concept yang rendah cenderung β€œmenyerah” di awal dan

lebih memilih untuk tidak mempercayai kemampuannya sendiri. Akibatnya

ia lebih memilih meniru hasil kerja orang lain dan impact yang lebih parah

yaitu ia secara tidak sadar telah β€œmematikan” kreativitasnya sendiri.

2.2.2 Indikator Kemampuan yang Diukur

A. Indikator Kemampuan Spasial

Velez, Deborah, dan Marylin (2006) menyatakan kemampuan spasial

adalah suatu keterampilan yang meliputi memanggil, mengingat, dan

mentransformasi informasi visual dalam konteks keruangan. Kemampuan

spasial ini kemudian dibagi menjadi lima aspek, yaitu:

Orientasi spasial yaitu kemampuan untuk menduga secara akurat

perubahan orientasi suatu objek.

Memori lokasi spasial yaitu kemampuan untuk mengingat posisi

objek pada suatu urutan.

Visualisasi spasial kemampuan mengenal dan menghitung

perubahan orientasi pada suatu adegan. Walaupun kemampuan ini

secara definitif mirip dengan rotasi mental, kemampuan ini tidak

memerlukan rotasi mental dari objek, tetapi memperkirakan satu

posisi dalam hubungannya ke suatu objek statis. Visualisasi spasial

didefinisikan juga sebagai kemampuan untuk membayangkan hasil

sesudah melipat atau merakit bagian-bagian suatu objek.

Page 18: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

14

Disembedding adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk

menemukan suatu objek sederhana yang dilekatkan dalam gambar

yang lebih kompleks.

Persepsi spasial mengacu pada kemampuan seseorang untuk

menemukan arah horizontal dan vertikal yang paling lazim pada

suatu keadaan yang polanya dialihkan.

B. Indikator Self Concept

Self concept adalah pandangan setiap individu tentang dirinya sendiri.

Konsep ini menurut Calhoun dalam Raras, memiliki 3 dimensi, yaitu (1)

pengetahuan individu tentang dirinya sendiri, (2) pengharapan individu

terhadap dirinya sendiri, dan (3) penilaian individu tentang dirinya sendiri.

Dimensi pertama dari self concept, yaitu pengetahuan individu tentang

dirinya. Pengetahuan ini menempatkan setiap individu ke dalam kelompok

ataupun kategori-kategori sosial tertentu. Dalam benak setiap individu,

terdapat satu daftar identitas yang menggambarkan dirinya. Misalnya berapa

usianya, kebangsaannya, sukunya, pekerjaannya, keadaan fisiknya, dan

sebagainya. Dengan demikian, self concept setiap individu dapat didasarkan

pada keseluruhan pengetahuan daftar identitas dirinya yang

menempatkannya ke dalam kelompok ataupun kategori-kategori sosial

tertentu. Misalnya menjadi kelompok usia, kelompok bangsa, kelompok

suku, kelompok pekerjaan, kelompok keadaan fisik, dan sebagainya. Dalam

pengertian luas, setiap individu juga mengidentifikasikan dirinya dengan

kelompok sosial lainnya, yang akhirnya akan menambah luas pengetahuan

tentang daftar identitas dari dirinya.

Dimensi kedua dari aspek self concept adalah harapan atau cita-cita

diri. Setiap individu mempunyai pengharapan bagi dirinya sendiri.

Pengharapan ini merupakan diri ideal, yaitu cita-cita diri atau suatu angan-

angan individu tentang apa yang diinginkannya dari dirinya. Diri ideal yang

terdapat pada setiap individu adalah berbeda. Pengharapan bagi setiap

individu adalah tujuan yang membangkitkan kekuatan serta mendorong

Page 19: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

15

setiap individu menuju masa depan dan memandu kegiatan individu dalam

perjalanan hidupnya. Satu hal yang pasti, setelah individu mencapai

tujuannya, maka akan muncul cita-cita atau pengharapan lain/baru.

Dimensi ketiga dari self concept adalah penilaian individu terhadap

dirinya sendiri. Dalam artian, setiap individu adalah berkedudukan sebagai

penilai tentang dirinya sendiri setiap hari. Menurut Calhoun dalam Raras,

penilaian yang dilakukan setiap individu terhadap dirinya sendiri setiap hari

akan diukur dengan mengajukan pertanyaan apakah diri bertentangan

dengan (1) "saya dapat menjadi" apa, yaitu pengharapan bagi diri individu

itu sendiri (dimensi pengharapan) dan (2) "saya seharusnya menjadi apa",

yaitu standar individu bagi dirinya sendiri. Hasil pengukuran dari dua

pertanyaan ini disebut dengan rasa.

2.3 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan yang diukur

2.3.1 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Spasial

Kisi-kisi kemampuan spasial disusun berdasarkan kurikulum yang

digunakan saat ini yaitu kurikulum 2013. Adapun materi yang akan diuji

yaitu materi geometri di kelas VIII semester 2 dan khususnya dibatasi pada

materi bangun ruang. Kompetensi Dasar yang akan diukur yaitu kompetensi

3.9 dan 3.11 (lihat tabel kisi-kisi). Aspek kemampuan spasial yang akan

diukur kemudian dihubungkan dengan indikator dalam kurikulum. Dari lima

indikator yang telah ditentukan kemudian disusun instrumen soal yang

sesuai untuk memenuhi tujuan dari indikator tersebut. Selain itu, ditentukan

pula tingkat kognitif dari masing-masing soal berdasarkan taksonomi

Bloom. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam menentukan bobot

nilai dari masing-masing soal. Semakin tinggi tingkat kognitifnya maka

bobot yang diberikan pun semakin tinggi pula dan sebaliknya. Sedangkan

pemberian bobot nilai ini disesuaikan dengan jumlah poin pertanyaan pada

masing-masing butir soal.

Yang perlu diperhatikan di sini adalah kurikulum yang digunakan

untuk menyusun instrumen soal adalah kurikulum 2013, sedangkan

Page 20: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

16

kurikulum yang digunakan di sekolah yang akan diuji masih menggunakan

kurikulum 2006. Untuk hal ini, perbedaan kurikulum yang digunakan tidak

menjadi masalah. Hal ini dikarenakan berdasarkan wawancara dengan guru

matematika di SMP Laboratorium UPI, guru-guru di sana sudah mulai

mendapatkan pelatihan dan bimibingan mengenai kurikulum 2013. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa sekolah tersebut sudah tidak asing dengan

kurikulum 2013.

Selain itu, terdapat alasan lain yang lebih mendasar yaitu aspek yang

akan diuji dalam instrumen ini tidak berfokus pada indikator dalam

kurikulum yang berlaku. Akan tetapi berfokus pada kemampuan spasial

yang akan diukur. Oleh karena itu pula tidak semua indikator dalam

kurikulum diuji melalui instrumen ini, tetapi hanya beberapa indikator yang

dapat digunakan untuk mengukur kemampuan spasial.

Dari lima aspek kemampuan spasial yang telah disebutkan

sebelumnya, hanya empat aspek yang akan diukur melalui instrumen yang

disusun. Aspek yang tidak diukur tersebut adalah memori lokasi yaitu

kemampuan untuk mengingat posisi objek pada suatu urutan. Hal ini

dikarenakan aspek ini bukan termasuk aspek kognitif sehingga tidak dapat

diukur memalui instrumen tes. Aspek ini termasuk dalam ranah

psikomotorik sehingga apabila akan diukur maka diperlukan instrumen lain

yang lebih sesuai.

Page 21: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

17

ANALISIS BUTIR SOAL TES KEMAMPUAN SPASIAL (RANAH KOGNITIF)

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas : VIII (Delapan)

Semester : II (dua)

GEOMETRI DAN PENGUKURAN

Kompetensi Inti : 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya

tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

Kompetensi Dasar Aspek Kemampuan Indikator Kemampuan

Spasial

No.

Soal Ranah Kognitif

Tingkat

Kesukaran

Daya

Pembeda

Kunci

Jawaban/

Bobot

Nilai

3.9 Menentukan

luas permukaan

dan volume

kubus, balok,

prisma, dan

limas

Orientasi spasial

(kemampuan untuk

menduga secara akurat

perubahan orientasi

suatu objek)

Mengidentifikasi bentuk

atau posisi suatu objek

geometri yang

dipandang dari sudut

pandang tertentu

4 Mengenali/

Mengidentifikasi

(C1)

Mudah

Visualisasi spasial

(kemampuan

mengenal dan

menghitung perubahan

orientasi pada suatu

adegan)

Mengidentifikasi dan

mengklasifikasikan

gambar geometri

Mengkonstruksi dan

merepresentasikan

model-model geometri

yang digambar pada

bidang datar

3,5 Mengklasifikasikan/

Mengelompokkan

(C2)

Memproduksi/

Mengkontruksi

(C6)

1 Soal

Sedang dan

1 Soal Sulit

Page 22: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

18

Kompetensi Dasar Aspek Kemampuan Indikator Kemampuan

Spasial

No.

Soal Ranah Kognitif

Tingkat

Kesukaran

Daya

Pembeda

Kunci

Jawaban/

Bobot

Nilai

3.11 Menaksir dan

menghitung

volume

permukaan

bangun ruang

yang tidak

beraturan

dengan

menerapkan

geometri

dasarnya

Persepsi spasial

(kemampuan

seseorang mengingat

arah vertical dan

horizontal yang paling

lazim pada suatu

keadaan yang polanya

dialihkan

Dapat menyatakan

kedudukan antar unsur-

unsur dalam bangun

ruang pada sudut

pandang tertentu

1 Menafsirkan/

Merepresentasi

(C2)

Sedang

Disembedding

(kemampuan yang

dimiliki seseorang

untuk menemukan

suatu objek sederhana

yang dilekatkan pada

objek yang lebih

kompleks)

Menginvestigasi suatu

objek geometri

2 Menganalisis/ Memeriksa

(C4)

Sedang

Page 23: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

19

Berdasarkan kisi-kisi instrument kemampuan spasial tersebut terlihat

bahwa ada satu aspek kemampuan spasial yang diukur oleh dua soal. Hal ini

bertujuan agar soal yang diujikan tidak terlalu sedikit. Jika hanya 1 soal

untuk 1 aspek, karena aspek kemampuan spasial yang diujikan pada

isntrumen ini hanya 4 aspek. Dengan demikian, artinya soal yang diujikan

hanya 4 soal dengan waktu yang disediakan adalah 50 menit. Sedangkan,

alasan tim penyusun memilih hanya pada aspek β€œvisualisasi spasial” saja

yang terdiri atas dua soal disebabkan oleh judgment penyususun instrument

setelah studi literatur bahwa diantara keempat aspek kemampuan spasial

tersebut yang paling essensial adalah pada aspek β€œvisualisasi spasial”. Hal

ini, diperkuat oleh banyaknya hasil penelitian Benbow dan Mc Ginness

(dalam Geary, 1996) yang menemukan adanya hubungan antara pemecahan

masalah matematika dengan kemampuan visual spasial.

2.3.2 Kisi-kisi Instrumen Self Concept

Kemampuan self concept terdiri dari tiga dimensi yang akan diukur

yakni pengetahuan, harapan, dan penilaian. Setiap dimensi memiliki

masing-masing dua indikator yang dijabarkan dalam pernyataan positif dan

negatif.

Page 24: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

20

KISI-KISI SKALA SIKAP SELF CONCEPT

NO DIMENSI YANG

DIUKUR INDIKATOR

NOMOR

PERNYATAAN

POSITIF NEGATIF

1 PENGETAHUAN

Partisipasi siswa

dalam pelajaran

matematika

4, 5

14, 2

Pandangan siswa

tentang kemampuan

matematika yang

dimiliki

15,6

1,18

2 HARAPAN

Tujuan siswa dalam

belajar matematika

untuk masa yang

akan dating

13, 20 17

Pandangan siswa

terhadap

pembelajaran

matematika dengan

suatu model

3 12, 19

3 PENILAIAN

Peran aktif siswa

dalam mengikuti

pembelajaran

matematika

8

16

Ketertarikan siswa

terhadap soal-soal

kemampuan spasial

dalam kehidupan

sehari-hari

10,9 7,11

2.4 Instrumen Kemampuan yang diukur

2.4.1 Instrumen Kemampuan Spasial

Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan spasial yaitu

berupa tes esai yang terdiri dari 5 butir soal. Butir soal pertama memiliki 3

poin pertanyaan yang masing-masing memiliki bobot nilai 2. Butir soal kedua

Page 25: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

21

merupakan pertanyaan yang meminta siswa menyatakan strategi penyelesaian

soal bangun ruang dan memiliki bobot nilai 4. Butir soal ketiga berisi

pertanyaan tentang jaring-jaring bangun ruang prisma dan limas, terdiri dari 2

poin pertanyaan dengan masing-masing berbobot nilai 2. Butir soal keempat

masih terkait dengan jaring-jaring yang dihubungkan dengan bangunnya,

memiliki bobot nilai 7 karena siswa diminta menyebutkan tujuh titik yang

sesuai dengan bangun yang diberikan. Butir soal kelima terdiri dari 3 poin

pertanyaan dengan masing-masing berbobot nilai 3. Ringkasan instrumen

kemampuan spasial dapat dilihat dalam tabel berikut.

Soal Jumlah Poin Bobot Nilai

1 3 2 6

2 1 4 4

3 2 2 4

4 7 1 7

5 3 3 9

Total 30

2.4.2 Instrumen Self Concept

Instrumen kemampuan self concept terdiri dari 20 butir pernyataan

yang terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif. Pernyataan

tersebut disajikan dalam bentuk tabel dan pada kolom berikutnya disediakan

lima pilihan sikap untuk siswa. Pilihan sikap siswa ini didasarkan pada

konsep skala likert yaitu STS (sangat tidak setuju); TS (tidak setuju); N

(Netral); S (setuju); dan SS (sangat setuju). Siswa kemudian diminta untuk

membaca pernyataan yang diberikan dan memberikan tanda ceklis (√) atau

silang (x) pada kolom yang menurut mereka sesuai dengan keadaan yang

sebenarnya. Lembar instrumen self concept dapat dilihat pada lampiran.

Page 26: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

22

BAB III

UJI COBA INSTRUMEN

Untuk memperoleh data dan informasi mengenai hal-hal yang ingin dikaji

dalam makalah ini, maka setelah disusun seperangkat instrumen, perlu

dilakukan uji coba terhadap instrumen tersebut. Adapun uji coba yang dilakukan

meliputi dua tahapan uji coba, yaitu uji keterbacaan dan uji coba ke sekolah. Uji

keterbacaan dilakukan dengan dua jenis pengujian yang berbeda, yaitu melalui

validator ahli dan uji keterbacaan terbatas. Sedangkan uji coba ke sekolah

dilakukan setelah dua pengujian tersebut dilakukan dan dianalisa.

Uji keterbacaan dilakukan untuk memperoleh data dan informasi mengenai

validitas teoritik tes soal kemampuan spasial dan self concept. Validitas teoritik

yang dimaksud adalah validitas muka (konstruk), isi, dan bahasa. Uji coba ke

sekolah dilakukan untuk memperoleh data dan informasi mengenai validitas

empirik, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran instrumen kemampuan

spasial dan self concept.

3.1 Uji Keterbacaan

Instrumen yang baik dan dapat dipercaya adalah yang memiliki tingkat

validitas dan reliabilitas yang tinggi. Oleh karena itu, sebelum instrumen tersebut

dianalisis lebih lanjut, maka terlebih dahulu dilakukan uji coba keterbacaan yang

diberikan bukan pada siswa yang akan menjadi testi pengujian instrumen secara

empirik. Uji keterbacaan soal ini diberikan kepada lima siswa yang berasal kelas

IX SMP Negeri 29 Bandung yang juga telah mendapatkan materi mengenai

bangun ruang sisi datar. Lima orang siswa kelas IX tersebut dipilih berdasarkan

tingkat kemampuan menurut guru bidang studi matematika kelas IX di sekolah

tersebut, yaitu satu siswa berkemampuan tinggi, tiga siswa berkemampuan

sedang, dan satu siswa lainnya berkemampuan rendah.

Selain dilakukan uji keterbacaan soal pada siswa, kami juga meminta

bantuan kepada lima orang orang validator ahli untuk mengetahui validitas

instrumen secara teoritik. Lima orang ahli yang menjadi validator instrumen

Page 27: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

23

dipilih berdasarkan latar belakang keahlian yang berbeda, yaitu guru matematika,

guru bahasa, ahli pembelajaran matematika, ahli bidang matematika, dan ahli

evaluasi atau pengajaran.

Penilaian oleh validator ahli dan uji keterbacaan dilakukan pada waktu yang

sedikit berbeda. Hal ini dilakukan agar soal yang diberikan pada saat uji coba

terbatas adalah soal yang dinilai telah memiliki kevalidan yang tinggi dari segi

validitas isi dan bahasa instrumen. Penilaian oleh validator ahli dilakukan terlebih

dahulu yaitu pada tanggal 14-18 Maret 2014, dilanjutkan dengan konsultasi

perbaikan instrumen tes kemampuan spasial dan self concept.

A. Validator Ahli

Kualitas soal secara teoritik, yaitu validitas isi dan bahasa diketahui

berdasarkan penilaian oleh lima orang validator. Validitas isi adalah derajat

dimana sebuah tes mengukur cakupan substansi yang akan diukur (Sukardi,

2003:123). Validitas ini berkenaan dengan kesahihan instrumen, dengan materi

yang akan ditanyakan, baik menurut per butir soal maupun menurut soalnya

secara menyeluruh (Ruseffendi, 1998:133). Erman (2003: 105) menyatakan

bahwa hal-hal yang harus diperhatikan agar suatu intrumen memiliki validitas isi

yang baik adalah:

a) Bahan instrumen merupakan sampel representatif untuk mengukur

seberapa jauh tujuan (indikator pembelajaran dan kompetensi dasar)

dapat tercapai, baik ditinjau dari materi yang diajarkan maupun dari segi

tingkat proses belajar.

b) Titik berat bahan yang diujikan harus berimbang dengan titik berat bahan

dalam kurikulum, sesuai dengan alokasi waktu yang disediakan untuk

menyajikannya dalam kegiatan belajar-mengajar.

c) Untuk mengerjakan evaluasi tersebut tidak diperlukan pengetahuan lain

yang tidak relevan atau bahan yang belum diajarkan.

Setelah mempertimbangkan tiga hal di atas, disusunlah instrumen dan

lembar validatornya. Penilaian oleh validator dilakukan dengan cara yang sama

yaitu dengan mengisi lembar validator yang akan diisi oleh para ahli dan

Page 28: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

24

konsultasi terhadap perbaikan instrumen. Selain untuk menilai validitas isi,

lembar validator yang diisi oleh para ahli tersebut juga disusun untuk mengetahui

validitas bahasa dari instrumen yang telah disusun. Validitas bahasa suatu

instrumen disebut pula sebagai validitas bentuk instrumen (pertanyaan,

pernyataan, suruhan) atau validitas tampilan, yaitu keabsahan susunan kalimat

atau kata-kata dalam soal sehingga jelas pengertiannya atau tidak menimbulkan

tafsiran lain (Erman, 2003: 106). Apabila suatu instrumen tidak dapat atau sulit

dipahami maksudnya sehingga testi tidak bisa menjawabnya dengan baik,

kemudian jika soal tes kurang bersih, tulisan terlalu berdesakan, tanda baca atau

notasi lain mengenai bahan uji yang kurang jelas atau salah, ini berarti akan

mengurangi validitas bahasanya hingga memasuki kategori tidak baik. Jadi

validitas muka bahasa instrumen hanya menyangkut keabsahan penyajian

instrumen tersebut berkenaan dengan tampilan luarnya saja, belum menyangkut

materi bahan uji instrumen itu sendiri. Pada umumnya alat evaluasi yang

mempunyai validitas isi yang baik, validitas bahasanya juga baik, tetapi tidak

sebaliknya. Oleh karena itu, validitas muka ini dapat ditentukan berdasarkan

pendapat para ahli yang kompeten bersamaan dengan validitas isi.

Namun, aspek yang dinilai oleh tiap validator tidak sama, karena

berdasarkan pada aspek latar belakang keahlian tiap validator. Komentar,

penilaian, dan saran validator selanjutnya dijadikan dasar untuk memperbaiki soal

tes spasial dan pernyataan self concept. Berikut adalah rekapitulasi hasil validasi

dari validator ahli:

No Validator

Ahli Komentar

Hasil

Penilaian

Validitas

Perbaikan

1 Guru

Matematika:

Dwi

Haryanto,

M.Pd

Cek kembali redaksi

kata pada angket

pernyataan self

concept

Tinggi Memberikan revisi

redaksi pernyataan

self concept no 4,

5, 7, 8

2 Guru Bahasa

Indonesia:

Penggunaan bahasa

sudah sesuai dengan

Tinggi Menyederhanakan

pertanyaan pada

Page 29: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

25

Dessy D,

S.Pd.

Ejaan Yang

Disempurnakan

(EYD), namun

apabila kalimat soal

tidak terlalu

panjang/disederhana

kan kembali maka

akan dapat

memudahkan siswa

dalam memahami isi

soal

soal no 4 pada tes

kemampuan spasial

3 Ahli

Pembelajaran

Matematika:

Kartono,

M.Pd

Perlu diperhatikan

kembali antara

indicator dengan

kompetensi yang

akan diukur (tidak

koheren)

Pada instrumen

sikap terdapat dua

pertanyaan/pernyata

an serupa namun

berbeda arah (positif

dan negatif), maka

sebaiknya

digunakan untuk

salah satu indikator

Tinggi Memperbaiki

redaksi soal no 2

sehingga sesuai

dengan kategori

C4 pada ranah

kognitif Bloom

Memperbaiki

item pernyataan

angket self

concept no

6,13,17

4 Ahli Bidang

Matematika:

Dr. Stanley

Dewanto, M.

Pd

Terlalu banyak yang

diketahui dari soal

kemampuan spasial

yang no 1, jika pada

gambar telah ada

suatu simbol

kesamaan panjang

segmen maka tidak

perlu lagi diberikan

keterangannya pada

soal

Pada soal

kemampuan spasial

Tinggi Memperbaiki

soal no 1

Memperbaiki

soal no 2

Page 30: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

26

no 2, jika

pertanyaannya

adalah β€œHitung

Volum” maka

bukanlah

merupakan soal

menganalisis/

memeriksa dengan

kategori C4 pada

ranah kognitif

Bloom

Pernyataan self

concept no 1 dan no

6, no 13, 17, dan 20

merupakan

duplikasi sehingga

perlu dipilih salah

satu

Memperbaiki

item pernyataan

angket self

concept no 6, 13,

dan 17

5 Ahli

Evaluasi/

Pengajaran:

Dr. H. Tatang

Mulyana,

M.Pd

Pertanyaan dan

gambar pada soal no

2 pada tes

kemampuan spasial

kurang jelas

Pernyataan no 4, 5,

7, 12, dan 19 pada

angket self concept

harus berhubungan

dengan matematika

Tinggi Memperbaiki

soal no 2

Mengaitkan

pernyataan no 4,

5, 7, 12, dan 19

pada angket self

concept dengan

matematika

Berdasarkan hasil pengujian validitas teoritik oleh para ahli di atas,

diperoleh kesimpulan bahwa instrumen kemampuan spasial dan self concept

memiliki tingkat validitas yang tinggi. Meskipun demikian, terdapat beberapa

poin yang harus direvisi dari segi penyusunan kalimat, penggunaan simbol dan

keterangan gambar yang kurang jelas. Instrumen kemudian direvisi berdasarkan

masukan dari para ahli.

Page 31: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

27

B. Uji Keterbacaan pada Siswa

Uji keterbacaan terbatas dilakukan juga untuk melihat kualitas secara

teoritik yaitu dari segi validitas konstruk. Validitas konstruk adalah derajat dari

suatu instrumen dalam mengukur konstruk yang diduga, yaitu perilaku yang tidak

bisa diamati yang kita duga ada (Ruseffendi, 1998:133). Validitas konstruk ini

dilakukan dengan memberikan soal kemampuan spasial dan angket self concept

kepada lima orang siswa yang berasal dari kelas IX yang dianggap memiliki

kemampuan setara dengan kelas VIII.E berdasarkan judgement guru bidang studi

matematika di sekolah tersebut.

Pengujian validitas konstruk ini dilakukan untuk memperoleh informasi

keterbacaan siswa terhadap instrumen yang diberikan. Pada bagian ini, penguji

tidak memberikan lembar validasi terstruktur yang harus diisi oleh testi. Namun

dilakukan dengan memberikan instrumen kepada siswa dan mereka diminta untuk

menuliskan komentar pada instrumen tersebut yang berkaitan dengan kejelasan

soal, kejelasan maksud soal, kejelasan gambar, gambaran kemampuan mereka

dalam menyelesaikan instrumen yang diberikan. Komentar pada testi tersebut,

dianalisa dan dijadikan patokan untuk melakukan revisi instrumen sebelum

dilakukan uji coba ke sekolah. Berikut adalah rekapitulasi komentar yang

diberikan oleh siswa pada saat dilakukan uji keterbacaan:

Testi Komentar

Testi-1 Soalnya jelas

Saya mengerti maksud soal

Gambar jelas

Saya masih bingung mengenai kesamaan antara volum udara

dan volum ruangan

Saya masih bingung mengenai titik sudut yang bersesuaian

Pernyataan angket self concept dapat saya pahami maknanya

Testi-2 Kalimat soal yang diberikan mudah untuk dipahami sehingga

saya dapat mengetahui maksud dan tujuannya

Gambar yang diberikan jelas, namun ada beberapa gambar

Page 32: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

28

yang tidak saya mengerti pada soal no. 3

Pernyataan angket self concept dapat saya pahami maknanya

Testi-3 Secara umum maksud soalnya dapat saya pahami, namun

saya sedikit ragu pada soal no 2 dan no 4 karena saya sudah

lupa dengan materi yang ditanyakan pada soal tersebut

Gambar jelas, namun saya bingung pada gambar pada soal

no.5

Pernyataan angket self concept dapat saya pahami maknanya

Testi-4 Secara keseluruhan soal dan gambar terbaca dengan jelas,

namun saya tidak mengerti dengan maksud β€œberpotongan”

pada soal no. 1

Pernyataan angket self concept dapat saya pahami maknanya

Testi-5 Soal dan gambar terbaca dengan jelas, namun saya merasa

gambar pada soal no.5 rumit

Pernyataan angket self concept dapat saya pahami maknanya

Setelah perbaikan instrumen berdasarkan bimbingan dan masukan yang

diberikan oleh para ahli, pada tanggal 17 maret 2014 dilakukan uji keterbacaan

yang diberikan kepada lima orang siswa, kemudian dianalisa. Setelah instrumen

valid dan direvisi berdasarkan penilaian ahli, serta memiliki tingkat keterbacaan

yang baik menurut hasil analisis uji keterbacaan terbatas maka pada tanggal 20

Maret 2014 soal tes kemampuan spasial dan angket self concept diujicobakan

pada kelas VIII.E dengan jumlah siswa sebanyak 25 orang.

3.2 Uji Coba ke Sekolah

Instrumen yang disusun dengan maksud dan tujuan tertentu biasanya tidak

didapat secara langsung pada saat penyusunan instrumen, melainkan harus

memenuhi syarat dan ketentuan yang baku. Instrumen yang digunakan oleh

peneliti memiliki dua syarat penting, yaitu harus valid dan reliabel, selain itu

untuk instrumen tertentu seperti tes hasil belajar ditambahkan persyaratan daya

Page 33: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

29

pembeda dan tingkat kesukaran instrumen. Hal tersebut perlu dilakukan untuk

mengetahui keampuhan dan keabsahan instrumen untuk mengungkapkan data

yang diperluka agar berkualitas tinggi.

Oleh karena itu, uji yang selanjutnya dilakukan setelah uji keterbacaan

terbatas adalah uji coba instrumen ke sekolah. Uji ini dilakukan setelah merevisi

instrumen berdasarkan data yang telah diperoleh pada saat uji keterbacaan

terbatas. Uji coba ke sekolah ini, diberikan pada satu kelas siswa kelas VIII. Siswa

yang dijadikan testi adalah siswa yang telah mempelajari materi yang akan

diujikan. Sebelum dilakukan uji coba ke sekolah, terlebih dahulu diadakan

wawancara dan konsultasi dengan guru bidang studi matematika pada kelas

tersebut untuk mengetahui pembelajaran yang telah dilakukan selama ini di

sekolah tersebut, kemampuan siswa, materi pembelajaran, dan hal lain yang

dianggap perlu. Uji coba ini dilakukan selama 60 menit, dengan 50 menit siswa

menjawab soal tes kemampuan spasial dan 10 menit kemudian mengisi angket

self concept.

Page 34: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

30

BAB IV

ANALISIS INSTRUMEN

4.1 Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu

instrumen (Arikunto, 2006:168). Suatu instrumen yang valid berarti instrumen

penelitian tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono,

2012:121). Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data

yang didapat dan digunakan sesuai dengan variabel yang dimaksud. Instrumen

memiliki validitas tinggi jika derajat ketepatan mengukurnya benar (Russefendi,

1998:132).

Sukmadinata (2011: 228) menyatakan bahwa ada beberapa karakteristik dari

validitas, yaitu:

a) Instrumen dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang akan diukur,

misalnya suatu tes benar-benar menggukur sikap siswa terhadap

matematika bukan pengetahuan matematika siswa.

b) Validitas menunjukkan derajat atau tingkatan, validitasnya tinggi,

sedang, dan rendah.

c) Validitas instrumen juga memiliki spesifikasi tidak berlaku umum.

Misalnya suatu tes matematika menunjukkan validitas yang tinggi dalam

mengukur keterampilan menghitung siswa tapi rendah dalam mengukur

kemampuan berfikir kreatif siswa.

Validitas analisis instrumen yang akan dijelaskan pada bagian ini adalah

validitas empirik. Sukmadinata (2011: 228) menyatakan validitas empirik

berkenaan dengan tingkat ketepatan instrumen mengukur segi yang akan diukur

dibandingkan dengan hasil pengukuran dari instrumen lain yang menjadi kriteria.

Instrumen yang menjadi kriteria adalah instrumen yang sudah standar. Erman

(2003: 109) menjelaskan bahwa validitas ini diperoleh melalui observasi atau

pengalaman yang bersifat empirik, kriteria itu digunakan untuk menentukan

tinggui-rendahnya koefisien validitas yang dibuat melalui perhitungan korelasi,

Page 35: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

31

yaitu dengan mengkorelasikan antara skor item instrument dengan rumus Pearson

Product Moment memakai angka kasar (raw score). Kriteria yang digunakan

untuk menentukan validitas instrumen adalah:

Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen, Arikunto (1995: 63-69)

menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti

memiliki validitas rendah. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini

adalah validitas konstruk (Construct Validity). Untuk menguji validitas alat ukur,

terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara

keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total

yang merupakan jumlah tiap skor butir, dengan rumus Pearson Product Moment

yaitu:

Dimana:

= Koefisien korelasi

βˆ‘ = jumlah skor item

βˆ‘ = jumlah skor total (seluruh item)

= jumlah sampel

Selanjutnya dihitung dengan uji – t dengan rumus:

Dimana :

t = Nilai

r = koefisien korelasi hasil

n = jumlah responden

Distribusi (tabel t) untuk 5 dan derajat kebebasan (dk = n-2)

Kriteria untuk pengambilan keputusan adalah :

π‘Ÿ 𝑖𝑑𝑒𝑛𝑔 𝑛 βˆ‘π‘‹π‘Œ βˆ’ βˆ‘π‘‹ . βˆ‘π‘Œ

𝑛. βˆ‘π‘‹2 βˆ’ βˆ‘π‘‹2 𝑛. βˆ‘π‘Œ2 βˆ’ βˆ‘π‘Œ2

𝑑 𝑖𝑑𝑒𝑛𝑔 π‘Ÿ 𝑛 βˆ’ 2

1 βˆ’ π‘Ÿ2

Jika 𝑑 𝑖𝑑𝑒𝑛𝑔 > π‘‘π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ berarti valid sebaliknya

𝑑 𝑖𝑑𝑒𝑛𝑔 < π‘‘π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ berarti tidak valid

Page 36: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

32

Nilai tersebut dapat juga langsung dibandingkan dengan nilai

dengan kriteria sebagai berikut:

Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks

korelasinya (r) sebagai berikut:

TABEL KRITERIA VALIDITAS ITEM INSTRUMEN

Besarnya r Interpretasi

0,80 < r < 1,00 Sangat tinggi

0,60 < r < 0,79 Tinggi

0,40 < r < 0,59 Cukup Tinggi

0,20 < r < 0,39 Rendah

0,00 < r < 0,19 Sangat rendah (Tidak Valid)

A. Validitas Instrumen Angket Self Concept

Dalam makalah ini, instrumen self concept yang digunakan berbentuk

angket. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert. Skala Likert

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau

sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dengan menggunakan skala

likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi aspek, aspek

dijabarkan menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-

indikator yang terukur ini berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab

oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau

dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut:

Jika π‘Ÿ 𝑖𝑑𝑒𝑛𝑔 > π‘Ÿπ‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ maka instrumen atau item soal berkorelasi

signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid)

π‘Ÿ 𝑖𝑑𝑒𝑛𝑔 < π‘Ÿπ‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ maka instrumen atau item soal tidak berkorelasi

signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid)

Page 37: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

33

Pernyataan Negatif

Sangat Setuju (SS) = 1

Setuju (S) = 2

Ragu-ragu (R) = 3

Tidak Setuju (TS) = 4

Sangat Tidak Setuju (STS) = 5

Pernyataan Positif

Sangat Setuju (SS) = 5

Setuju (S) = 4

Ragu-ragu (R) = 3

Tidak Setuju (TS) = 2

Sangat Tidak Setuju (STS) = 1

Berikut ini adalah hasil pengujian validitas terhadap instrumen self concept:

NO

KOEFISIEN

KORELASI

Harga

Harga

KEPUTUSAN

Kategori

1 0,365 1,88 2.069 Tidak Valid Rendah

2 0,332 1,69 2.069 Tidak Valid Rendah

3 0,003 0,01 2.069 Tidak Valid Sangat Rendah

4 0,795 6,29 2.069 Valid Tinggi

5 0,635 3,94 2.069 Valid Tinggi

6 0,258 1,28 2.069 Tidak Valid Rendah

7 0,416 2,19 2.069 Valid Cukup Tinggi

8 0,610 3,69 2.069 Valid Tinggi

9 0,354 1,81 2.069 Tidak Valid Rendah

10 0,677 4,41 2.069 valid Tinggi

11 0,481 2,63 2.069 Valid Cukup Tinggi

12 0,080 0,38 2.069 Tidak Valid Sangat Rendah

13 0,474 2,58 2.069 Valid Cukup Tinggi

14 0,531 3,00 2.069 Valid Cukup Tinggi

15 0,551 3,16 2.069 Valid Cukup Tinggi

16 0,661 4,22 2.069 Valid Tinggi

17 0,741 5,30 2.069 Valid Tinggi

18 0,505 2,80 2.069 Valid Cukup Tinggi

19 0,343 1,75 2.069 Tidak Valid Rendah

20 0,578 3,39 2.069 Valid Cukup Tinggi

Instrumen tes yang telah dinyatakan valid, dipakai untuk uji reliabilitas lebih

lanjut, sedangkan instrumen tes yang tidak valid boleh dibuang atau diperbaiki

dan diuji kembali validitasnya. Oleh karena itu, instrumen tes yang dibuat harus

memenuhi ketercakupan variabel penelitian, bahkan dibuat harus melebihi kriteria

Page 38: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

34

tersebut dalam rangka mengantisipasi adanya tes yang terbuang dan tidak terpakai

nantinya.

Berdasarkan hasil uji validitas terhadap angket self concept, diperoleh

bahwa soal yang dinyatakan valid sebanyak tiga belas item soal yaitu soal nomor

4, 5, 7, 8, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, dan 18, sedangkan tujuh item soal lainnya

dinyatakan tidak valid. Jika item soal dinyatakan valid, artinya soal-soal tersebut

sudah dapat mengukur apa yang hendak diukur, sebaliknya jika item soal

dinyatakan tidak valid, artinya soal tersebut belum dapat mengukur apa yang

hendak diukur. Meskipun demikian instrumen soal tetap perlu dilakukan uji

reabilitas secara empirik untuk melihat koefisien reabilitasnya. Item-item soal

yang dinyatakan tidak valid dapat diperbaiki atau dibuang. Hal ini disebabkan

validitas instrumen dipengaruhi oleh kondisi dan kemampuan objek yang akan

diteliti.

Berikut ini adalah item pernyataan angket self concept yang perlu diperbaiki

atau dibuang:

Item

No. PERNYATAAN SS S N TS STS

1 Saya merasa kurang percaya diri saat

menghadapi pelajaran matematika

2

Saya mengabaikan tugas/ pekerjaan

rumah yang diberikan guru

matematika

3 Saya lebih mudah memahami

matematika melalui diskusi kelompok

6 Menurut saya soal-soal matematika

sangat mudah untuk diselesaikan

9 Saya suka mencari sumber belajar

matematika lainnya

12 Guru adalah satu-satunya sumber

belajar dalam belajar matematika

19

Saya senang jika guru tidak

mengoreksi tugas/pekerjaan rumah

yang diberikan Guru matematika

Page 39: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

35

B. Validitas Instrumen Kemampuan Spasial

Berdasarkan hasil uji coba instrumen kemampuan spasial yang telah

dilakukan terhadap 25 siswa SMP Laboratorium UPI, hasil uji validitas instrumen

kemampuan spasial secara keseluruhan, yaitu 5643 dengan

396, artinya instrumen dapat dikatakan valid, dengan dengan tingkat validitas

sedang/cukup tinggi. Berikut ini adalah hasil pengujian validitas per item soal tes

kemampuan spasial:

Item Soal No. 1 No. 2 No.3 No.4 No.5

𝒓 0,540 0,717 0,322 0,720 0,671

𝒓 0,396

Kesimpulan Valid Valid Tidak Valid Valid Valid

Kategori Cukup Tinggi Rendah Tinggi Tinggi

Hasil uji validitas per item soal tes kemampuan spasial yang diperoleh

adalah sebagai berikut: 4 soal dinyatakan valid, sedangkan 1 soal dinyatakan tidak

valid. Berdasarkan tabel hasil pengujian di atas, diperoleh bahwa soal yang

dinyatakan valid yaitu soal nomor 1, 2, 4, dan 5, sedangkan satu item soal lainnya

dinyatakan tidak valid. Jika item soal dinyatakan valid, artinya soal-soal tersebut

sudah dapat mengukur apa yang hendak diukur, sebaliknya jika item soal

dinyatakan tidak valid, artinya soal tersebut belum dapat mengukur apa yang

hendak diukur. Dengan demikian, item soal yang dinyatakan tidak valid tidak

perlu dilakukan uji reliabilitas karena soal yang valid sudah tentu reliabel, tetapi

soal yang reliabel belum tentu valid. Meskipun demikian instrumen soal tetap

perlu dilakukan uji reabilitas secara empirik untuk melihat koefisien reabilitasnya.

Item-item soal yang dinyatakan tidak valid dapat diperbaiki atau dibuang. Hal ini

disebabkan validitas instrumen dipengaruhi oleh kondisi dan kemampuan objek

yang akan diteliti.

Page 40: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

36

Item soal yang perlu diperbaiki adalah soal nomor 3, yaitu:

4.2 Reliabilitas Instrumen

Kata reliabilitas dalam bahasa Indonesia diambil dari kata reliability dalam

bahasa Inggris, berasal dari asal kata reliabel yang artinya dapat dipercaya.

Instrumen tes dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila

diteskan berkali-kali. Jika kepada siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang

berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan yang sama atau ajeg

dalam kelompoknya. Uno, dkk. memberikan penekanan pada pengertian

reliabilitas sebagai konsistensi tes yaitu, seberapa konsisten skor tes dari satu

pengukuran ke pengukuran berikutnya. Reliabilitas merujuk pada

ketetapan/keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang diinginkan, artinya

kemampuan alat tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama.

Keandalan adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian

alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes

dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang

1. Perhatikan gambar di bawah ini!

a) Gambar manakah yang merupakan jaring-jaring suatu bangun

ruang?

b) Bangun ruang apakah yang terbentuk?

(1

)

(2

)

(4

)

(5

)

(3

)

Page 41: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

37

lebih subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas

antar penilai).

Jadi jelas bahwa, reliabilitas diartikan dengan keajegan (konsistensi) bila

mana tes tersebut diuji berkali-kali hasilnya relatif sama, artinya setelah hasil tes

yang pertama dengan tes yang berikutnya dikorelasikan terdapat hasil korelasi

yang signifikan. Derajat hubungan ini ditunjukkan dengan koefesien reliabilitas

yang bergerak dari 0 sampai dengan 1. Jika koefesiennya semakin mendekati 1

maka semakin reliabel dan sebaliknya. Umumnya para pakar memberikan standar

minimal koefesien reliabilitas sama atau lebih besar dari 0.6.

Dalam pendidikan, kegiatan pengukuran tentunya tidak berhubungan

dengan objek fisik seperti ukuran gedung, meja, tinggi badan, dan lain-lain.

Kegiatan pengukuran yang lebih sering dilakukan lebih bersifat non fisik, seperti

intelegensi, bakat dan minat, perilaku, persepsi siswa, atau hasil belajar siswa.

Dan untuk mengukur dimensi tersebut kita memerlukan instrumen tes yang benar-

benar reliabel karena item intrumen yang valid sudah tentu reliabel. Namun

reliabilitas instrumen yang sudah diketahui harus terlebih dahulu diuji secara

empiris, agar diketahui besarnya koefisien reliabilitas.

Berikut ini adalah hasil pengujian reabilitas terhadap instrumen self concept

dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach, yaitu:

Dimana:

= indeks reliabilitas tes secara keseluruhan

= banyak item soal

2 = variansi total skor

= proporsi subyek yang menjawab item dengan benar

= 1 – p

Nilai tersebut dapat langsung dibandingkan dengan nilai dengan

dk= N-1, dan taraf signifikasi 5%, diperoleh = 0,40 kriteria sebagai berikut:

π‘Ÿ 𝑛

π‘›βˆ’ 1

πœŽπ‘‘2 βˆ’ βˆ‘π‘π‘ž

πœŽπ‘‘2

Page 42: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

38

Sebagai patokan menginterprestasikan derajat reliabilitas digunakan kriteria

menurut Guilford (Suherman, 2003:139). Dalam hal ini diartikan sebagai

koefisien reliabilitas. Kriteria tingkat reliabilitasnya adalah sebagai berikut:

Kriteria Reliabilitas

0,8 ≀ ≀ 1 Sangat tinggi

0,6 ≀ < 0,8 Tinggi

0,4 ≀ < 0,6 Cukup

0,2 ≀ < 0,4 Rendah

0,00 ≀ < 0,2 Sangat rendah

A. Reliabilitas Instrumen Self Concept

Hasil uji reabilitas angket self concept secara keseluruhan, diperoleh

koefisien reabilitas yaitu 798. Bila diinterpretasikan dalam kriteria

Guilford, instrumen angket self concept tersebut memiliki reliabilitas tinggi.

Dengan kata lain, instrument tersebut memiliki kekonsistenan yang tinggi atau

akan memberikan hasil yang relatif sama bila diberikan kepada subjek yang sama

meskipun pada waktu, tempat, dan kondisi yang berbeda. Hasil uji reliabilitas

instrumen tes selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Jika π‘Ÿ 𝑖𝑑𝑒𝑛𝑔 > π‘Ÿπ‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ maka instrumen atau item soal berkorelasi

signifikan terhadap skor total (dinyatakan reliabel)

π‘Ÿ 𝑖𝑑𝑒𝑛𝑔 < π‘Ÿπ‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ maka instrumen atau item soal tidak berkorelasi

signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak reliabel)

Page 43: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

39

Subjek

Skor Perolehan Siswa Skor

Tota

l Soal

1

Soal

2

Soal

3

Soal

4

Soal

5

Soal

6

Soal

7

Soal

8

Soal

9

Soal

10

Soal

11

Soal

12

Soal

13

Soal

14

Soal

15

Soal

16

Soal

17

Soal

18

Soal

19

Soal

20

S-1 2 5 3 4 4 1 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 3 5 5 5 66

S-2 4 5 3 5 5 3 4 3 2 4 5 3 4 5 5 5 5 4 5 5 84

S-3 3 3 3 4 5 3 3 3 3 2 3 4 2 2 3 2 4 4 4 5 65

S-4 3 5 5 4 4 3 3 4 3 3 3 2 3 5 3 4 5 5 5 5 77

S-5 3 4 3 5 5 3 1 4 3 3 3 4 3 3 3 5 5 4 3 5 72

S-6 3 5 3 3 4 3 1 3 4 3 4 4 4 4 2 3 5 3 5 3 69

S-7 2 4 4 4 4 3 2 3 3 2 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 67

S-8 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 66

S-9 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 69

S-10 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 4 67

S-11 4 3 3 3 3 3 2 3 2 2 4 2 3 4 3 3 3 4 4 3 61

S-12 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 2 5 1 3 4 4 3 3 67

S-13 3 4 3 3 4 2 2 2 2 2 3 4 2 4 3 3 4 3 4 4 61

S-14 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 5 4 4 4 5 75

S-15 4 3 3 3 4 3 3 3 2 2 3 3 2 4 3 3 4 4 4 3 63

S-16 3 5 2 4 4 3 4 2 3 2 3 5 3 2 4 3 5 4 3 5 69

S-17 4 5 5 4 4 3 1 4 1 1 1 2 3 3 3 3 4 3 5 5 64

S-18 3 1 3 4 5 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 67

S-19 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 61

S-20 3 3 3 4 4 3 2 3 4 3 4 4 3 3 3 2 4 3 4 5 67

S-21 3 5 2 4 5 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 73

S-22 3 4 3 4 4 3 3 3 2 2 4 4 3 4 3 4 4 4 4 5 70

S-23 4 1 3 5 4 3 1 4 2 2 5 1 3 4 5 5 4 4 5 5 70

Page 44: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

40

S-24 4 4 3 5 5 4 4 5 4 3 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 86

S-25 2 3 3 2 2 3 2 2 2 1 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 48

0,39 1,27 0,47 0,56 0,58 0,33 1,04 0,50 0,72 0,67 0,76 0,89 0,46 0,76 0,83 0,84 0,54 0,46 0,58 0,69 57,14

βˆ‘ 13,4

57,1

𝒓 0,798

Page 45: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

41

B. Reliabilitas Instrumen Kemampuan Spasial

Hasil uji reabilitas instrumen kemampuan spasial secara keseluruhan, yaitu

438. Bila diinterpretasikan dalam kriteria Guilford, instrumen

kemampuan spasial tersebut memiliki reliabilitas sedang/cukup tinggi. Dengan

kata lain, instrumen tersebut memiliki kekonsistenan yang tinggi atau akan

memberikan hasil yang relatif sama bila diberikan kepada subjek yang sama

meskipun pada waktu, tempat, dan kondisi yang berbeda. Hasil uji reliabilitas

instrumen tes selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran.

4.3 Analisis Instrumen Tes

Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda

Soal yang dianggap baik berdasarkan PAN (Patokan Acuan Normal) adalah

soal yang tingkat kesukarannya sedang, sebab bila tingkat kesukaran soal itu

sedang maka dapat memberikan informasi mengenai perbedaan individual yang

paling besar (Ruseffendi, 1998:160-161).

Tingkat kesukaran instrumen adalah besaran yang digunakan untuk

menyatakan apakah suatu soal termasuk ke dalam kategori mudah, sedang, atau

sukar. Tingkat kesukaran instrumen dapat diperoleh dengan mencari indeks

kesukaran, rumusan untuk menentukan tingkat kesukaran (TK) adalah:

TK = Rata-rata : Skor Maksimum

Dengan kriteria :

Tabel Klasifikasi Indeks Kesukaran Instrumen

Indeks Kesukaran Kriteria

00,0IK Terlalu Sukar

30,000,0 IK Sukar

70,030,0 IK Sedang

00,170,0 IK Mudah

00,1IK Terlalu Mudah

(Erman, 2003:171)

Page 46: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

42

Sedangkan daya pembeda (Discriminating Power) dari sebuah butir soal

menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan

antara jumlah responden yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan

jumlah responden yang tidak dapat menjawab soal tersebut. Galton (dalam

Erman) berasumsi bahwa suatu perangkat alat tes yang baik harus bisa

membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah

(Erman, 2003: 159). Daya pembeda (DP) soal dapat ditentukan dengan rumus:

DP = (rata-rata KA – Rata-rata KB) : Skor Maksimum

Dimana;

KA = Kemampuan Atas

KB = Kemampuan Bawah

Dengan kriteria :

Tabel Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Kriteria

00,0DP Sangat Jelek

20,000,0 DP Jelek

40,020,0 DP Cukup

70,040,0 DP Baik

10,070,0 DP Sangat Baik

(Erman, 2003:160-161)

Sebelum menentukan tingkat kesukaran dan daya pembeda item tes, data

skor hasil uji coba diurutkan dari yang terbesar sampai terkecil kemudian data

dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok data pertama (dua belas siswa dengan

skor tertinggi) dikategorikan sebagai kelompok tinggi, sedangkan kelompok data

kedua (tiga belas siswa dengan skor yang lebih rendah) dikategorikan sebagai

kelompok rendah.

Page 47: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

43

Hasil uji tingkat kesukaran dan daya pembeda instrumen tes selengkapnya

dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Kesimpulan Analisa

No

Item

IK Kategori DP Kategori

1 0,673333 sedang 0,307692 Terima & Perbaiki

2 0,74 mudah 0,419872 Baik

3 0,55 sedang 0,104167 Ditolak

4 0,794286 mudah 0,235348 Diperbaiki

5 0,946667 mudah 0,066952 Ditolak

Berdasarkan hasil analisis tingkat kesukaran dan daya pembeda pada tabel

di atas, diketahui bahwa butir soal nomor 1 dan 3 termasuk kategori soal sedang

dan soal nomor 2, 4, dan 5. Sedangkan untuk berdasarkan analisis daya

pembedanya diperoleh 2 soal yang ditolak yaitu soal nomor 3 dan 5, 3 soal

diterima dengan dua soal diantaranya harus diperbaiki yaitu soal nomor 1 dan 4.

Hal ini berarti butir-butir soal yang diterima tersebut cukup mampu membedakan

siswa yang berkemampuan tinggi (pandai) dan mana siswa berkemampuan rendah

(tidak pandai).

Prediksi kami terhadap faktor penyebab ditolaknya beberapa soal di atas

berdasarkan hasil analisis terhadap lembar jawaban siswa yaitu sebagian besar

siswa yang menjawab soal kemampuan spasial dengan benar namun kurang

lengkap. Misalnya pada soal tiga sebagian siswa hanya mampu mengidentifikasi

salah satu bentuk jaring-jaring saja, siswa hanya menyebutkan bahwa hanya jaring

nomor 1 yang dapat dibentuk menjadi bangun ruang dan tidak menyebutkan

bahwa jaring-jaring nomor 2 dan nomor 4 juga dapat dibentuk menjadi bangun

ruang. Hal ini berimplikasi pada skor yang diberikan sehingga mereka tidak

mendapat nilai penuh. Penyebab lainnya yaitu mereka keliru menyebutkan nama

bangun dari jaring-jaring yang diberikan. Dengan demikian siswa akan fokus pada

satu bentuk bangun ruang kemudian menganalisa jaring-jaring mana yang dapat

membentuk bangun yang diharapkan.

Page 48: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

44

4.4 Penyempurnaan Instrumen Tes

A. Penyempurnaan item tes kemampuan spasial

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisa validitas, reliabilitas,tingkat

kesukaran dan daya pembeda, terdapat beberapa item soal yang harus

disempurnakan. Penyempurnaan item soal tersebut dilakukan berdasarkan

pertimbangan daya pembeda. Soal-soal yang harus disempurnakan kesukarannya

akan disesuaikan dengan sebaran normal, yakni satu item mudah; tiga item

sedang; dan satu item sukar. Soal yang disempurnakan tersebut tidak diujikan lagi

secara empirik, tetapi secara teoritik saja yaitu dengan mengkonsultasikan nya

kembali dengan para ahli. Hal ini dilakukan karena keterbatasan waktu.

Dari hasil analisa daya pembeda, terdapat dua item soal yang ditolak dan

dua item soal yang diperbaiki. Untuk item soal yang ditolak, maka akan dirancang

item soal yang baru untuk mengganti soal tersebut. Sedangkan untuk item soal

yang diperbaiki maka item soal tersebut akan dimodifikasi agar memenuhi kriteria

yang diharapkan. Misalkan pada item soal yang nomor tiga, dapat diperbaiki

dengan memberikan satu jenis jaring-jaring saja, misalnya prisma segitiga.

Kemudian siswa diminta menentukan jaring-jaring mana saja yang dapat dibentuk

menjadi bangun ruang. Opsi perbaikan yang lain yaitu, memberikan beberapa

jenis jaring-jaring yang berbeda-beda, misalnya diberikan lima jaring-jaring, yaitu

prisma segitiga, limas segitiga, balok, kubus, dan prisma segienam. Perbaikan

seperti ini akan meningkatkan tingkat analisa jawaban, sehingga tidak seluruh

siswa mampu menjawab soal tersebut dengan benar.

B. Penyempurnaan item instrumen Self Concept

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisa validitas dan reliabilitas,

terdapat beberapa item pernyataan yang harus disempurnakan. Penyempurnaan

item pernyataan tersebut dilakukan dengan pertimbangan keterwakilan pernyataan

terhadap indikator self concept. Item-item pernyataan yang disempurnakan

tersebut tidak diujikan lagi secara empirik, tetapi secara teoritik saja yaitu dengan

mengkonsultasikan nya kembali dengan para ahli. Hal ini dilakukan karena

keterbatasan waktu.

Page 49: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

45

Contohnya item pernyataan pada nomor 1 dan 18 yang merupakan

pernyataan negatif untuk indikator β€œ pandangan siswa tentang kemampuan

matematika yang dimiliki”. Pernyataan nomor 1 tidak valid sedangkan pernyataan

nomor 18 valid, sehingga pernyataan nomor 18 sudah dapat mewakili indikator

tersebut. Dengan demikian item pernyataan nomor 1 boleh dibuang dan tidak

perlu dilakukan penyempurnaan terhadap tersebut. Sedangkan pernyataan-

pernyataan yang tidak valid dalam satu indikator perlu dilakukan revisi.

Contohnya item pernyataan nomor 12 dan 19 yang merupakan pernyataan negatif

untuk indikator β€œ pandangan siswa terhadap pembelajaran matematika dengan

suatu model”.

Page 50: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

46

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil uji teoritik oleh para ahli dan uji

keterbacaan oleh siswa adalah sebagai berikut:

Para ahli dari masing-masing bidang memberikan masukan untuk

perbaikan item-item tes dalam instrumen yang telah disusun.

Berdasarkan poin-poin revisi dari ahli, instrumen tersebut kemudian

diperbaiki untuk kemudian maju pada tahap selanjutnya.

Siswa tidak mengalami masalah dengan konstruk soal serta siswa

mengerti maksud dari pertanyaan yang diberikan.

Berdasarkan hasil analisis uji coba instrumen, diperoleh kesimpulan sebagai

berikut:

a. Instumen tes kemampuan spasial dinyatakan valid dengan tingkat

validitas sedang/cukup dengan validitas per-item: 4 soal valid dan 1 soal

tidak valid. Sedangkan tingkat reliabilitasnya sedang/cukup.

b. Tingkat kesukaran Instumen tes kemampuan spasial terdiri dari 3 soal

mudah dan 2 soal sedang. Sedangkan daya pembeda instumen tes

kemampuan spasial terdiri dari 1 soal dengan kategori baik, 2 soal

dengan kategori terima dan perbaiki, dan 2 soal ditolak.

c. Instrumen angket Self Concept yang dinyatakan valid sebanyak 13 soal

dan yang dinyatakan tidak valid sebanyak 7 soal. Sedangkan tingkat

reliabilitasnya tinggi.

Page 51: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

47

5.2 Saran

Beberapa saran yang dapat disampaikan pada makalah ini adalah sebagai

berikut:

a. Sebelum melakukan uji coba instrumen sebaiknya dilihat terlebih dahulu

kondisi testi, fasilitas sekolah, dan pembelajaran yang biasa diterapkan

di sekolah yang akan dijadikan obyek pengujian instrumen.

b. Dalam membuat angket sebaiknya satu indikator memuat lebih dari satu

pernyataan.

c. Dalam merumuskan pernyataan angket sebaiknya menggunakan kalimat

yang jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan

kebingungan siswa dan dapat menghindari ketidakvalidan angket.

Page 52: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

48

DAFTAR PUSTAKA

Abdussakir. (2010). Pembelajaran Geometri Sesuai Teori Van Hiele. El-Hikmah:

Jurnal Kependidikan dan Keagamaan, VII (2), hlm.21-27.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Colom, Roberto., Ma JoseΒ΄ Contreras, and Juan Botella. 2001. Vehicles of Spatial

Ability. Fakultas Psikologi. Universitas AutoΒ΄noma de Madrid. 28049

Madrid, Spain.

Erman. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika untuk Guru dan Mahasiswa

Calon Guru Matematika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Harmony, Junsella. 2012. Pengaruh Kemampuan Spasial Terhadap Hasil Belajar

Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Kota Jambi. Program Studi

Pendidikan Matematika FPMIPA FKIP. Edumatica (2).

NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Virginia: The

NCTM, Inc.

Olkun, Sinan. Making Connections: Improving Spatial Abilities with Engineering

Drawing Activities. International Journal of Mathematics Teaching and

Learning April... Abant Izzet Baysal University. [email protected]

Pakaya, Multinas. 2013. Hubungan Antara Kemampuan Spasial Siswa Dengan

Hasil Belajar Matematika Pada Materi Geometri. Skripsi Jurusan

Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Negeri Gorontalo: Tidak diterbitkan.

Rose, Collin & Nicholl, M.J. (2002). Accelerated Learning For The 21st Century:

Cara Belajar Cepat Abad XXI. Bandung: Nuansa.

Ruseffendi. 1998. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta

Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&B. Bandung:

Alfabetha.

Sukmadinata, N.S. 2011, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Page 53: EPM Makalah (FIX revisi).pdf

49

Suparyan. (2007). Kajian Kemampuan Keruangan (Spatial Abilities) dan

Kemampuan Penguasaan Materi Geometri Ruang Mahasiswa Progam Studi

Pendidikan Matematika FMIPA (Universitas Negeri Semarang). (Tesis).

Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Suratman, Aditiyo. 2013. Hubungan Kualitas Peer Attachment dengan Konsep

Diri pada Remaja Depok.

Tambunan, Siti M. (2007). Hubungan antara Kemampuan Spasial dengan Prestasi

Belajar Matematika. Makara: Sosial Humaniora, X(1), hlm. 27-32.

Tambunan, Siti Marliah. 2006. Hubungan antara Kemampuan Spasial Dengan

Prestasi Belajar Matematika. Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia.

Makara (10).

Velez, Maria C., Deborah Silver, and Marilyn Tremaine. Understanding

Visualization through Spatial Ability Differences. Center for Advanced

Information Processing. Rutgers, the State University of New Jersey

Yuberta, Fauzi. 2013. Penerapan Strategi Every One is A Teacher Here dengan

Pendekatan Problem Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematis dan Self Concept Siswa MTsN. Tesis Magister pada SPs

UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Zaharopoulos, Eleni and Ken P. Hodge. Self Concept and Self Participation. New

Zealand Journal of Psychology. 1991. University of Otago.