Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus

download Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus

of 25

description

bayi berat lahir rendah

Transcript of Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus

  • 5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus

    1/25

    PENDAHULUAN

    Menurut definisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia

    kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi prematur

    ataupun bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu tanpa

    memperhatikan berat badan, sebagian besar bayi prematur lahir dengan berat badan

    kurang 2500 gram. Bayi prematur memiliki berbagai masalah akibat belum

    berkembangnya organ-organ tubuh, sehingga belum siap untuk berfungsi di luar

    rahim. Masalah yang sering dijumpai pada bayi kurang bulan dan BBLR adalah :

    Asfiksia, gangguan nafas, hipoglikemia, hipotermia, maslah pemberian ASI, ikterus,

    infeksi, masalah perdarahan. Penatalaksanaan didasarkan pada masalah yang muncul

    yang berkaitan dengan berat badan lahir rendah.(1) (2) (3)

    Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernapas

    secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia pada BBL merupakan

    penyebab kematian 19% dari 5 juta kematian BBL setiap tahun. Resusitasi

    merupakan tindakan utama pada asfiksia.(1)

    Ikterus neonatorum adalah warna kuning yang terlihat pada kulit atau selaput

    lendir oleh karena adanya penimbunan bilirubin di jaringan bawah kulit atau selaput

    lendir sedangkan hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin yang

    menjurus ke arah terjadinya kern ikterus atau ensefalopati bilirubin bila tidak

    terkendali. Bayi dikatakan hiperbilirubinemia bila mengalami peningkatan kadar

    bilirubin total >13 mg/dL. Penanganan pada bayi dengan ikterus yang fisiologis dapat

  • 5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus

    2/25

    dilakukan rawat jalan, pemberian ASI/PASI yang lebih ditingkatkan dan pemberian

    sinar matahari yang cukup pada bayi. Penangan hiperbilirubinemia dapat berupa

    terapi sinar atau fototerapi untuk mengurangi kadar bilirubin yang ada di dalam

    sirkulasi.(1,4)

    Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas 37.5 C. manifestasi dapat

    berupa kulit hangat terlihat kemerahan atau merah muda pada awalnya dan kemudian

    terlihat pucat, berkeringat. Ketidakmampuan neonatus untuk mengeluarkan keringat

    merupakan sebagian besar dari masalah yang terjadi. Penanganan terutama dengan

    menjaga suhu lingkungan karena suhu tubuh sangat dipengaruhi oleh suhu tubuh

    lingkungan. Pencegahan dehidrasi juga dapat mengurangi kejadian hipertermia.(5)

    Berikut akan dibahas refleksi kasus mengenai Bayi Prematur dengan asfiksia,

    ikterus neonatorum dan hipertermia di ruangan Perinatal Resiko Tinggi (PERISTI)

    RSUD Undata Palu.

    .

  • 5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus

    3/25

    KASUS

    IDENTITAS

    Nama : By. AR

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Tanggal lahir : 29 Januari 2014 (06.35)

    Tanggal masuk : 5 Februari 2014 (8 hari)

    ANAMNESIS

    Bayi baru masuk jam 20.30 melalui UGD diantar oleh keluarga dengan keluhan

    masuk kuning pada tangan dan kaki tidak sampai pada telapak yang muncul sejak

    usia 2 hari, panas dan malas minum sejak 2 hari sebelum masuk RS. Bayi tidak

    pernah kejang, tidak ada gangguan kesadaran, tidak rewel, ada gangguan minum, dan

    bayi mengkonsumsi ASI dan susu formula karena ASI ibu sedikit. BAB tidak

    berwarna dempul, BAK

  • 5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus

    4/25

    demam selama hamil, terdapat riwayat preeklamsia saat hamil, anemia berat tidak

    ada, tidak ada konsumsi obat-obatan tertentu selama kehamilan. Ibu tidak

    mengkonsumsi alkohol ataupun merokok selama hamil. Di rumah juga tida ada yang

    merokok. Selama hamil, aktivitas ibu kurang. Nafsu makan dan gizi ibu selama hamil

    cukup.

    Riwayat golongan darah dan rhesus : Golongan darah dan rhesus bayi dan ibu

    tidak diketahui.

    PEMERIKSAAN FISIK

    Tanda-tanda vital

    Denyut jantung : 164x/menit

    Suhu : 380C

    Respirasi : 49 x/menit

    CRT : < 2 detik

    Berat Badan : 1.500 gram

    Penurunan Berat Badan: 9%

    Sistem neurologi :Aktivitas : kurang aktif

    Kesadaran : compos mentis

    Fontanela : datar

    Sutura : memisah

    Ubun-ubun : tidak membonjol

  • 5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus

    5/25

    Refleks cahaya : ada

    Kejang : tidak ada

    Tonus otot : normal

    Sistem pernapasanSianosis : tidak ada sianosis

    Merintih : tidak ada

    Apnea : tidak ada

    Retraksi dinding dada : tidak ada

    Pergerakan dinding dada : simetris

    Cuping hidung : tidak ada

    Bunyi pernapasan : bronchovesicular

    Bunyi tambahan : wheezing -/-, rhonchi -/-.

    Skor Down

    Frekuensi Napas : 0

    Merintih : 0

    Sianosis : 0

    Retraksi : 0

    Udara Masuk : 0

    Total skor : 0 (tidak ada gawat napas)

    WHO : tidak ada gangguan napas

    Sistem hematologi :Pucat : tidak ada

  • 5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus

    6/25

    Ikterus : (+) Kramer IV

    Sistem kardiovaskulerBunyi Jantung : SI dan SII murni reguler

    Murmur : tidak ada

    Sistem GastrointestinalKelainan dinding abdomen: tidak ada

    Muntah : tidak ada

    Diare : tidak ada

    Residu lambung : tidak ada

    Organomegali : tidak ada

    Peristaltik : positif, kesan normal

    Umbilikus

    Pus : tidak ada

    Kemerahan : tidak ada

    Edema : tidak ada

    Sistem Genitalia.Hipospadia : tidak ada

    Hidrokel : tidak ada

    Hernia : tidak ada

    Testis : belum turun

    Anus imperforata : tidak ada

    Pemeriksaan lain

  • 5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus

    7/25

    Ekstremitas : Akral hangat

    Turgor : kembali cepat

    Kelainan kongenital : tidak ada

    Trauma lahir : tidak ada

    Kategori Sepsis Neonatorum

    Kategori A: Hipertermia

    Kategori B: Gangguan minum, kurang aktif

    Kesimpulan : Dugaan sepsis (1A + 2B)

    RESUME :

    Bayi baru masuk jam 20.30 melalui UGD diantar oleh keluarga dengan keluhan

    masuk kuning pada tangan dan kaki tidak sampai pada telapak yang muncul sejak

    usia 2 hari, panas dan malas minum sejak 2 hari sebelum masuk RS. BAB tidak

    berwarna dempul, BAK

  • 5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus

    8/25

    DIAGNOSIS: Bayi preterm + Asfiksia + Ikterus neonatorum + Hipertermia

    TERAPI :

    IVFD Dextrosa 5% 8 tetes/menit Injeksi Cefotaxime 50 mg / 8 jam / iv ASI / PASI 12 x 10 cc Kompres air hangat Memantau ikterus setiap 8-12 jam

    Anjuran pemeriksaan :

    - Darah rutin- Bilirubin total- Golongan darah dan rhesus ibu- Golongan darah dan rhesus bayi- Tes Coombs direk-

    Skrining G6PD- Kadar albumin

  • 5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus

    9/25

    FOLLOW UP

    06/02/2014 (9 hari)

    S: Kuning pada tangan dan kaki tidak sampai pada telapak (+), panas (-), malas

    minum (-), BAK kurang

    O: - Tanda Tanda Vital:

    Denyut Jantung : 128x/menit Suhu : 36,9 C

    Pernapasan : 44x/menit CRT : < 2 detik

    Berat badan : 1.550 gr

    Penurunan berat badan : 6%

    Keadaan Umum: Sedang

    - Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada(-), pergerakan dinding dada simetris (+),

    Skor DOWN : 0 (tidak ada gawat nafas) . WHO: tidak ada gangguan napas

    - Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).- Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (+) Kramer IV- Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).- Sistem Saraf : aktifitas aktif, tingkat kesadaran compos mentis, fontanela

    datar, kejang (-), ubun-ubun membonjol (-)

    -

    Kriteria Sepsis: A: -

    B: -

  • 5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus

    10/25

    Pemeriksaan penunjang : GDS : 92 mg/dL

    Darah rutin :

    Hb : 14,1 g / dl Trombosit : 164.000 /mm3 Hct : 42,5 % WBC : 8.800/ mm3Bilirubin total 10,6 mg/dL

    Bilirubin direk I,8 mg/dL

    Bilirubin indirek 8,8 mg/dL

    Keterangan: Bayi pada kasus ini termasuk higher risk karena usia kehamilan

    tergolong preterm (35 minggu) dan bayi memiliki faktor risiko berupa asfiksia.

    Berdasarkan kurva diatas didapatkan bahwa bayi pada kasus ini belum termasuk

    indikasi untuk fototerapi.

  • 5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus

    11/25

    A:Bayi preterm + Asfiksia + Ikterus neonatorum

    P: IVFD Dextrosa 5% 8 tetes/menit

    Injeksi Cefotaxime 50 mg / 8 jam / iv

    ASI / PASI 12 x 10 cc

    Dijemur pada matahari pagi sekitar 5-15 menit

    Memantau ikterus setiap 8-12 jam

    07/02/2014 (10 hari)

    S: Kuning pada tangan dan kaki tidak sampai pada telapak (+), panas (-), malas

    minum (-), BAK > 6 kali per hari

    O: - Tanda Tanda Vital:

    Denyut Jantung : 140x/menit Suhu : 36,6C

    Pernapasan : 44x/menit CRT : < 2 detik

    Berat badan : 1.550 gr

    Penurunan berat badan : 6%

    Keadaan Umum: Sedang

    - Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada(-), pergerakan dinding dada simetris (+),

    Skor DOWN : 0 (tidak ada gawat nafas) . WHO: tidak ada gangguan napas

    - Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).- Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (+) Kramer IV

  • 5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus

    12/25

    - Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).- Sistem Saraf : aktifitas aktif, tingkat kesadaran compos mentis, fontanela

    datar, kejang (-), ubun-ubun membonjol (-)

    A:Bayi preterm + Asfiksia + Ikterus neonatorum

    P: IVFD Dextrosa 5% 8 tetes/menit

    Injeksi Cefotaxime 50 mg / 8 jam / iv

    ASI / PASI 12 x 10 cc

    Dijemur pada matahari pagi sekitar 5-15 menit

    Memantau ikterus setiap 8-12 jam

    08/02/2014 (11 hari)

    S:Kuning sampai pada perut (+), panas (-), malas minum (-), BAK > 6 kali per hari

    O: - Tanda Tanda Vital:

    Denyut Jantung : 132x/menit Suhu : 36,7 C

    Pernapasan : 52x/menit CRT : < 2 detik

    Berat badan : 1.600 gr

    Penurunan berat badan : 3%

    Keadaan Umum: Sedang

    - Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada(-), pergerakan dinding dada simetris (+),

    Skor DOWN : 0 (tidak ada gawat nafas) . WHO: tidak ada gangguan napas

  • 5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus

    13/25

    - Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).- Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (+) Kramer II- Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).- Sistem Saraf : aktifitas aktif, tingkat kesadaran compos mentis, fontanela

    datar, kejang (-), ubun-ubun membonjol (-)

    A:Bayi preterm + Asfiksia + Ikterus neonatorum

    P: IVFD Dextrosa 5% 8 tetes/menit

    Injeksi Cefotaxime 50 mg / 8 jam / iv

    ASI / PASI 12 x 10 cc

    Dijemur pada matahari pagi sekitar 5-15 menit

    Memantau ikterus setiap 8-12 jam

    09/02/2014 (12 hari)

    S:Kuning pada wajah (+), panas (-), malas minum (-), BAK > 6 kali

    O: - Tanda Tanda Vital:

    Denyut Jantung : 140x/menit Suhu : 37,2 C

    Pernapasan : 48x/menit CRT : < 2 detik

    Berat badan : 1.550 gr

    Penurunan berat badan : 6%

    Keadaan Umum: Sedang

  • 5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus

    14/25

    - Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada(-), pergerakan dinding dada simetris (+),

    Skor DOWN : 0 (tidak ada gawat nafas) . WHO: tidak ada gangguan napas

    - Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).- Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (+) Kramer I- Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).- Sistem Saraf : aktifitas aktif, tingkat kesadaran compos mentis, fontanela

    datar, kejang (-), ubun-ubun membonjol (-)

    A:Bayi preterm + Asfiksia + Ikterus neonatorum

    P: IVFD Dextrosa 5% 8 tetes/menit

    Injeksi Cefotaxime 50 mg / 8 jam / iv

    ASI / PASI 12 x 10 cc

    Dijemur pada matahari pagi sekitar 5-15 menit

    Memantau ikterus setiap 8-12 jam

    10/02/2014 (13 hari)

    S:Kuning pada wajah (+), panas (-), malas minum (-), BAK > 6 kali

    O: - Tanda Tanda Vital:

    Denyut Jantung : 128x/menit Suhu : 36,9 C

    Pernapasan : 44x/menit CRT : < 2 detik

    Berat badan : 1.600 gr

  • 5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus

    15/25

    Penurunan berat badan : 3%

    Keadaan Umum: Sedang

    - Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada(-), pergerakan dinding dada simetris (+),

    Skor DOWN : 0 (tidak ada gawat nafas) . WHO: tidak ada gangguan napas

    - Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).- Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (+) Kramer I-

    Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).

    - Sistem Saraf : aktifitas aktif, tingkat kesadaran compos mentis, fontaneladatar, kejang (-), ubun-ubun membonjol (-)

    A:Bayi preterm + Asfiksia + Ikterus neonatorum

    P: IVFD Dextrosa 5% 8 tetes/menit

    Injeksi Cefotaxime 50 mg / 8 jam / iv

    ASI / PASI 12 x 10 cc

    Dijemur pada matahari pagi sekitar 5-15 menit

    Memantau ikterus setiap 8-12 jam

    11/02/2014 (14 hari)

    S:Kuning (-), panas (-), malas minum (-), BAK >6 kali

    O: - Tanda Tanda Vital:

    Denyut Jantung : 128x/menit Suhu : 36,9 C

  • 5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus

    16/25

    Pernapasan : 44x/menit CRT : < 2 detik

    Berat badan : 1.600 gr

    Penurunan berat badan : 3%

    Keadaan Umum: Sedang

    - Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada(-), pergerakan dinding dada simetris (+),

    Skor DOWN : 0 (tidak ada gawat nafas) . WHO: tidak ada gangguan napas

    -

    Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).

    - Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)- Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).- Sistem Saraf : aktifitas aktif, tingkat kesadaran compos mentis, fontanela

    datar, kejang (-), ubun-ubun membonjol (-)

    A:Bayi preterm + Asfiksia + Post Ikterus neonatorum

    P: PMK

    Pasien pulang dan menjalani rawat jalan

  • 5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus

    17/25

    DISKUSI

    Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik

    dan pemeriksaan penunjang.

    Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien masuk dengan keluhan kuning pada

    tangan dan kaki tidak sampai pada telapak yang muncul sejak usia 2 hari, panas dan

    malas minum sejak 2 hari sebelum masuk RS. Dari anamnesis ini didapatkan bahwa

    pasien mengalami ikterus neonatorum yang bersifat fisiologis berdasarkan waktu

    munculnya. Selama perawatan, ikterus mulai hilang perlahan-lahan dan hilang

    sepenuhnya pada usia 14 hari.

    Dari anamnesis juga didapatkan bayi riwayat lahir dengan spontan LBK, skor

    apgar 3-5-7, ketuban biasa. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami

    asfiksia. Usia kehamilan adalah 35 minggu. Berat badan lahir 1.650 gram. Riwayat

    maternal primigravida. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pasien tergolong bayi

    preterm.

    Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu 380C, respirasi 49 x/menit, berat badan

    1.500 gram (penurunan BB 9%), skor down 0 (tidak ada gawat napas), ikterus

    Kramer IV, kriteria sepsis tergolong dugaan sepsis (1 kriteria A dan 2 kriteria B).

    Dari pemeriksaan fisik ini didapatkan bahwa bayi mengalami hipertermia dan ikterus

    neonatorum.

    Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada bayi ini adalah gula darah sewaktu

    dengan hasil pemeriksaan 92 gr/dL. Pada pemeriksaan bilirubin total didapatkan

  • 5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus

    18/25

    kadarnya adalah 10,6 mg/dL Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa pasien tidak

    mengalami hipoglikemia, dan tidak mengalami hiperbilirubinemia.

    Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

    didapatkan bahwa diagnosis pasien pada kasus ini adalah bayi preterm dengan

    asfiksia, ikterus neonatorum dan hipertermia.

    Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum 37 minggu usia kehamilan

    sedangkan bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari

    2500 gram.

    (1)

    Faktor risiko terjadinya bayi prematur antara lain(6)

    :

    a. Janin: Gawat janin, kehamilan kembar, eritroblastosis, hydrop non imunb. Plasenta: Plasenta previa, abruptio plasentac. Uterus: Uterus bikornat, serviks tidak kompetend. Ibu: Pre eklamsia, penyakit medis kronis (misalnya penyakit jantung), Infeksi

    (misanya Listeria monositogenes, infeksi saluran kemih), penyalahgunaan

    obat

    e. Lain-lain: Ketuban pecah sebelum waktunya, polihidramnion, IatrogenikPada kasus ini, faktor risiko terjadinya bayi prematur adalah dari faktor ibu

    berupa preeklamsia. Adanya kemungkinan preeklamsia ini menyebabkan gangguan

    pada aliran uteroplasenta yang menyebabkan peningkatan risiko pelepasan prematur

    plasenta sebanyak 10%.(7)

    Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernapas

    secara spontan dan teratur setelah lahir. Keadaan ini disertai dengan hipoksia,

  • 5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus

    19/25

    hiperkapnia, dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang terdapat pada penderita

    asfiksia ini merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru

    lahir terhadap kehidupan ekstrauterin.(2)

    Menurut Lee et. al. (2008), faktor risiko asfiksia terbagi atas 3, yaitu(8)

    :

    a. Antepartum: primiparitas, demam selama kehamilan, anemia, pendarahanantepartum, riwayat kematian neonatus sebelumnya, hipertensi pada

    kehamilan.

    b.

    Intrapartum: Malpresentasi, partus lama, ketuban bercampur mekonium,

    ruptur membran prematur, prolaps umbilikus.

    c. Bayi/post natal: prematuritas, BBLR, restriksi pertumbuhan intrauterina.Pada kasus ini, faktor risiko asfiksia terutama berkaitan dengan faktor antepartum

    dan bayi. Pada antepartum, terjadinya asfiksia berkaitan dengan adanya hipertensi

    pada kehamilan, dan primiparitas. Sedangkan faktor bayi berkaitan dengan

    prematuritas.

    Ikterus adalah deskolorasi kuning pada kulit, membran mukosa, dan sklera akibat

    peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Pada neonatus penampakan kuning terjadi

    bila kadar bilirubin serum > 5 mg/dl, Sedangkan dikatakan hiperbilirubinemia bila

    kadar bilirubin dalam serum > 13 mg/dl.(1)

    Ikterus terbagi atas 2 yaitu :

    a. Ikterus fisiologis

  • 5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus

    20/25

    Terjadi setelah 24 jam pertama. Pada bayi cukup bulan nilai puncak 6-8 mg/dl

    biasanya tercapai pada hari ke-3-5. Pada bayi kurang bulan nilainya 10-12 mg/dl

    bahkan sampai 15 mg/dl. Peningkatan/akumulasi bilirubin serum < 5 mg/dl/hari.

    b. Ikterus patologis (non fisiologis)Terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan . Peningkatan/akumulasi bilirubin

    serum > 5 mg/dl/hari. Bilirubin total serum > 17 mg/dl pada bayi yang mendapat

    ASI . Ikterus menetap setelah 8 hari pada bayi cukup bulan atau setelah 14 hari

    pada bayi kurang bulan. Bilirubin direk > 2 mg/dl.

    Gambar 1. Fisiologi Metabolisme bilirubin(9)

  • 5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus

    21/25

    Terdapat 4 mekanisme umum tentang patofisiologi terjadinya ikterus pada

    neonatus yaitu:(1,10)

    a. Pembentukan bilirubin yang berlebihan akibat proses hemolisis yang meningkatpada neonatus (akibat sepsis, perdarahan tertutup, inkompatibilitas darah,

    hematoma darah ekstravaskuler, kelainan sel darah merah intrinsik) dan bisa

    secara fisiologis mengingat umur eritrosit pada neonatus cenderung lebih pendek

    sekitar 80-90 hari.

    b.

    Gangguan transportasi bilirubin tak terkonjugasi oleh hati akibat

    hipoalbuminemia sehingga kapasitas pengangkutan bilirubin tak terkonjugasi

    (indirect) berkurang.

    c. Gangguan Uptake ikatan bilirubin dan albumin oleh hati akibat difesiensi enzimglucorinil transferase yang dapat bersifat fisiologis. Kekurangan enzim ini biasa

    terjadi pada hepar yang imatur pada bayi preterm, dapat juga terjadi pada pasien

    hipotiroid.

    d. Penurunan ekskresi bilirubin terkonjugasi dalam empedu akibat faktor intrahepatik yang bersifat obstruktif fungsional atau mekanik ataupun akibat

    peningkatan sirkulasi enterohepatik.

    Pada kasus ini, ikterus neonatorum yang terjadi masih tergolong fisiologis

    terutama berkaitan dengan waktu munculnya yaitu pada hari ke-2 dan hilang pada

    hari ke-14. Hilangnya ikterus tergolong normal mengingat bahwa bayi tergolong bayi

    kurang bulan Penyebab ikterus pada kasus ini adalah pada proses metabolisme dan

    ekskresi. Proses metabolisme terganggu karena bayi tergolong prematur sehingga hati

  • 5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus

    22/25

    belum sepenuhnya matur sehingga proses metabolisme masih kurang. Ekskresi juga

    terganggu dikaitkan dengan peningkatan sirkulasi enterohepatik karena rendahnya

    asupan enteral.

    Untuk manajemen ikterus fisiologis biasanya hanya dilakukan rawat jalan

    pemberian ASI dini dan ekslusif dan sering serta bayi dapat cukup sinar matahari

    pagi.(1,3)

    Pada kasus ini untuk ikterusnya hanya diberikan ASI dan dan disinari

    matahari pagi. Pada kasus ini dilakukan rawat inap karena bayi mengalami masalah

    lain dan diperlukan pemantauan dengan ketat terhadap masalah maupun ikterus yang

    terjadi.Pada kasus ini tidak dilakukan fototerapi karena berdasarkan kurva belum

    termasuk indikasi untuk fototerapi. Berdasarkan kurva, bayi pada kasus ini tergolong

    high risk karena usia kehamilan 35 minggu dan mengalami asfiksia yang merupakan

    salah satu faktor risiko.

    Penanganan hiperbilirubinemia dapat berupa fototerapi, fototerapi yang dilakukan

    pada pasien bertujuan untuk mengurangi kadar bilirubin yang terdapat di dalam

    sirkulasi. Mekanisme fototerapi yang terjadi berupa fotoisomerasi dan oksidasi

    fotosensitif. Fotoisomerasi mempertinggi ekskresi bilirubin dengan cara mengubah

    konfigurasi bilirubin. Selama fototerapi, energy cahaya dari panjang gelombang yang

    sesuai dapat mengubah konfigurasi Z atau cis ikatan ganda menjadi konfigurasi E

    membentuk struktur isomer E,Z atau Z,E atau E,E. Penyusunan kembali, secara

    internal dalam molekul bilirubin mengakibatkan terganggunya pengikatan hidrogen

    dan membuka sisi polar bilirubin untuk molekul air. Sehingga hasil perubahan

    konfigurasi bilirubin menjadi larut dalam air dan dapat diekskresi melalui empedu

  • 5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus

    23/25

    dan urin tanpa konjugasi sebelumnya. Sedangkan oksidasi fotosensitif menyebabkan

    bilirubin terhidrolisis menjadi monopirol, dipirol, dan tripirol, yang larut dalam air

    dan kemudian dieksresi ke dalam empedu atau urin. Jadi fototerapi menurunkan

    konsentrasi bilirubin dengan mempertinggi kelarutan air.(1,3)

    Kontraindikasi dilakukannya foto terapi adalah :

    a. Hiperbilirubinemia karena bilirubin direk (hepatitis)b. Hiperbilirubinemia obstruktiva (atresia biliaris)

    Bayi yang menjalani fototerapi harus di observasi dengan ketat untuk menentukan

    penghentian fototerapi. Berikut ini syarat penghentian fototerapi(10)

    :

    a. Bayi cukup bulan dengan bilirubin total 12 mg/dl.b. Bayi kurang bulan dengan bilirubin total 10 mg/dl.c. Jika timbul efek samping.

    Adapun efek samping yang dapat terjadi selama dilakukannya fototerapi yaitu;

    hipertermi, dehidrasi, kelainan kulit, gangguan minum, bronze baby syndrome, dan

    kerusakan retina.(10)

    Hipertermia adalah keadaan meningkatnya suhu tubuh diatas 37,50C. Hipertermia

    lebih cepat terjadi pada neonates daripada dewasa. Bayi mempunyai kapasitas

    menyimpan panas lebih rendah karena suhu rongga tubuh yang berhubungan dengan

    lingkungan lebih tinggi, dan mempunyai rasio luas permukaan/volume tubuh yang

    lebih besar. Jadi sistem termoregulasi bayi homeoterm bayi mengatur dan

    menyeimbangkan produksi panas, aliran darah kulit, berkeringat dan respirasi dengan

    cara tertentu agar suhu tubuh dipertahankan konstan di dalam cakupan control suhu

  • 5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus

    24/25

    lingkungan. Ketidakstabilan suhu badan pada bayi disebabkan oleh ketidaksesuaian

    antara efisiensi sistem efektor dan ukuran tubuh.(3,5)

    Peningkatan suhu inti tubuh dapat disebabkan oleh suhu lingkungan yang

    berlebihan, infeksi, dehidrasi atau perubahan pengaturan panas sentral yang

    berhubungan dengan trauma lahir pada otak atau malformasi dan obat-obatan.

    Fototerapi pada hiperbilirubinemia juga dapat menyebabkan hipertermia.(3)

    Pada kasus ini, hipertermia kemungkinan disebabkan oleh dehidrasi yang terjadi

    pada bayi akibat malas minum yang terjadi pada bayi ini.

    Prognosis pada pasien ini terutama berkaitan dengan masalah prematur dan

    ikterus pada pasien. Prognosis terbagi atas dua, yaitu prognosis jangka pendek dan

    prognosis jangka panjang. Prognosis jangka pendek dapat dikatakan baik karena

    setelah pulang ikterus sudah sepenuhnya hilang. Sedangkan prognosis jangka panjang

    dapat dinilai dengan melihat ada tidaknya kernicterus yang terjadi. Pada kasus ini,

    tanda dan gejala kernicterus tidak ada. Berkaitan dengan prematuritas, pemantauan

    tumbuh kembang jangka panjang juga penting. Selain itu, prognosis juga berkaitan

    dengan kemungkinan-kemungkinan masalah yang dapat muncul berkaitan dengan

    prematuritas.

  • 5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus

    25/25

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Hariarti, M, Yunanto, A, Usman, A, Saroso, GI. Buku Ajar Neonatologi edisi I.Jakarta: IDAI, 2008.

    2. FKUI. Ilmu Kesehatan Anak jilid 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1985.3. Klaus, M. Fanaroff,A. Penalatalaksanaan Neonatus Risiko Tinggi, ed. 4. Jakarta:

    EGC, 1998.

    4.

    IDAI. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI,

    2010.

    5. Tim JNPK PONEK. Termoregulasi Pada Neonatus (PPT).6. Kliegman, RM. Janin dan Bayi Neonatus, in Behrman, RE, Kliegman, R, Arvin,

    AM. (Eds.): Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol. 1. Jakarta: EGC, 2000.

    7. Benson, RC, Pernoll, RL. Buku Saku Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta: EGC,2009.

    8. Lee, AC, Mullany, LC, Tielsch, JM, Katz, J. Risk Factors for Neonatal MortalityDue to Birth Asphyxia in Southern Nepal.Pediatrics. 2008 May; 121(5): e1381

    e1390.

    9. Kumar, Abbas, Fausto, Mitchell. Robbins Basic Pathology 8th Edition. USA:Elsevier, 2007.

    10.Tim PONEK. Hiperbilirubinemia Pada Neonatus. Neonatal TechnicalSupervisory Group.

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/eutils/elink.fcgi?dbfrom=pubmed&retmode=ref&cmd=prlinks&id=18450881http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/eutils/elink.fcgi?dbfrom=pubmed&retmode=ref&cmd=prlinks&id=18450881http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/eutils/elink.fcgi?dbfrom=pubmed&retmode=ref&cmd=prlinks&id=18450881http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/eutils/elink.fcgi?dbfrom=pubmed&retmode=ref&cmd=prlinks&id=18450881http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/eutils/elink.fcgi?dbfrom=pubmed&retmode=ref&cmd=prlinks&id=18450881