BAB II LANDASAN TEORI - UKSW
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI - UKSW
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Strategi Komunikasi
Menurut Onong Uchjana Effendy (2005 : 32), strategi adalah perencanaan atau
planning dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan yang hanya dapat dicapai
melalui taktik operasional. Sebuah strategi komunikasi hendaknya mencakup segala
sesuatu yang dibutuhkan untuk mengetahui bagaimana berkomunikasi dengan khalayak
sasaran. Strategi komunikasi mendefinisikan khalayak sasaran, berbagai tindakan yang
akan dilakukan, mengatakan bagaimana khalayak sasaran akan memperoleh manfaat
berdasarkan sudut pandangnya, dan bagaimana khalayak sasaran yang lebih besar dapat
dijangkau secara lebih efektif.
Dalam strategi komunikasi perlu mempertimbangkan berbagai komponen dalam
komunikasi karena komponen-komponen itulah yang mendukung jalannya proses
komunikasi yang sangat rumit. Lima komponen utama komunikasi yang menjadi pusat
kajian dalam strategi komunikasi yaitu:
A. Komunikator
Komunikator merupakan pihak yang menjalankan proses strategi komunikasi.
Untuk menjadi komunikator yang baik dan dapat dipercaya oleh komunikator atau
khalayak sasaran, maka komunikator harus memiliki daya tarik serta kredibilitas.
B. Pesan Komunikasi
Pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada khalayak sasaran dalam
strategi komunikasi pastinya memiliki tujuan tertentu. Tujuan inilah yang
menentukan teknik komunikasi yang akan dipilih dan digunakan dalam strategi
komunikasi. Dalam strategi komunikasi, perumusan pesan yang baik dengan
mempertimbangkan situasi dan kondisi khalayak sangatlah penting. Pesan yang
dirumuskan oleh komunikator hendaknya tepat mengenai khalayak sasaran.
7
C. Media Komunikasi
Kita telah mengetahui dan memahami berbagai pengertian media menurut para
ahli, pengertian media massa menurut para ahli, serta pengertian media sosial
menurut para ahli. Kesimpulan dari semua pengertian terkait media adalah bahwa
media adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan komunikasi.
Media komunikasi kini tidak lagi terbatas pada media massa yang memiliki
beberapa karakteristik media massa masing-masing. Kehadiran internet sebagai
media komunikasi telah melahirkan berbagai media komunikasi modern baru.
Dalam strategi komunikasi, kita perlu mempertimbangkan pemilihan media
komunikasi yang tepat dan dapat menjangkau khalayak sasaran dengan tepat dan
cepat. Pemilihan media komunikasi dalam strategi komunikasi disesuaikan dengan
tujuan yang hendak dicapai, pesan yang akan disampaikan, serta teknik komunikasi
yang digunakan.
D. Khalayak Sasaran
Dalam strategi komunikasi, melakukan identifikasi khalayak sasaran adalah hal
penting yang harus dilakukan oleh komunikator. Identifikasi khalayak sasaran
disesuaikan dengan tujuan komunikasi.
E. Efek/Pengaruh
Efek ialah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh
penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh bisa terjadi pada
pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang. Karena itu, pengaruh bisa juga
diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan
tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.
2.1.1 Proses Perencanaan Strategi Komunikasi
Terdapat empat tahapan dalam proses strategi komunikasi dalam pengelolaan
komunikasi yang paling penting, yaitu:
1. Analisa Situasi (Fact Finding)
2. Mengembangkan Tujuan dan Strategi Komunikasi (Planning)
3. Menjalankan Strategi Komunikasi (Actuating)
4. Evaluasi yang mencakup monitoring atau controlling (Santoso S.
Hamijoyo:1989)
8
2.2 Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi manusia yang di dalamnya ada
unsur keakraban dan saling mempengaruhi di antara pihak-pihak yang berkomunikasi.
Dalam berkomunikasi antar pribadi aspek ekspektasi pribadi merupakan faktor penting
yang mempengaruhi berlangsungnya komunikasi. Pesan yang disampaikan dalam
komunikasi antar pribadi tidak hanya berupa kata-kata atau pesan verbal, melainkan
juga pesan-pesan nonverbal. Oleh karena itu dalam komunikasi antarpribadi pesan
disampaikan dalam bentuk sentuhan, pandangan mata, mimik wajah atau intonasi dalam
penyampaian kata-kata. Dengan begitu pesan yang disampaikan menjadi lebih utuh
(Mubarok, 2014:74-75).
Trenholm dan Jensen (Suranto AW, 2011: 3) mendefinisikan komunikasi
interpersonal sebagai komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka
(komunikasi diadik). Sifat komunikasi ini adalah: (a) spontan dan informal; (b) saling
menerima feedback secara maksimal; (c) partisipan berperan fleksibel.
Ciri-ciri komunikasi antar pribadi menurut Mubarok (2014:75-77) adalah:
1. Pesan dikirim dan diterima secara simultan dan spontan, relatif kurang terstruktur.
Pembicaraan mereka mengalir diselingi gurauan, gelak tawa dan lainnya dan
berkembang ke berbagai arah sesuai kehendak mereka. Terkadang tidak ada
kesimpulan berarti dalam pembicaraan mereka karena memang tidak
dimaksudkan untuk menyelesaikan persoalan apa pun. Bisa jadi perkembangan
pembicaraan mengarah pada hal-hal baru yang tidak diprediksikan sebelumnya.
2. Umpan balik segera (immediately feedback). Dalam komunikasi antarpribadi,
umpan balik baik berupa tanggapan, dukungan, ekspresi wajah, dan emosi bisa
diberikan secara langsung. Masing-masing bisa saling mendukung, menyanggah,
marah, sedih seketika itu juga.
3. Komunikasi berlangsung secara sirkuler. Peran komunikator dan komunikan terus
dipertukarkan. Siapa yang memulai komunikasi siapa yang memberi tanggapan
berjalan bergantian. Terkadang si A memulai pembicaraan, kemudian B memberi
tanggapan. Setelah itu si B yang memulai tema pembicaraan dan A yang memberi
tanggapan. Proses ini berjalan terus-menerus secara bergantian.
4. Kedudukan keduanya adalah setara (dialogis). Karena terjadi pertukaran posisi
komunikator dan komunikan secara terus-menerus, maka kedudukan mereka
9
adalah setara, bersifat dialogis dan bukan satu arah. Meskipun beberapa orang
mencoba mendominasi pembicaraan, tetapi komunikasi tidak akan berjalan kalau
dia tidak memberi kesempatan orang lain untuk memberi tanggapan.
5. Mempunyai efek yang paling kuat dibanding konteks komunikasi lainnya.
Komunikator dapat mempengaruhi langsung tingkah laku (konatif) dari
komunikannya dengan memanfaatkan pesan verbal dan nonverbal. Pengaruh dari
seseorang terhadap orang lain lebih kuat untuk mengambil keputusan penting
dalam hidupnya.
2.3 Terorisme
Kata “teror” berasal dari bahasa latin terrere yang kurang lebih diartikan sebagai
kegiatan atau tindakan yang dapat membuat pihak lain ketakutan (Ezzat A Fattah, dalam
Petrus Reinhard Golose, 2014:3). Istilah “terorisme” sendiri pada 1970-an dikenakan
pada beragam fenomena: dari bom yang meletus di tempat-tempat publik sampai
dengan kemiskinan dan kelaparan. Beberapa pemerintah bahkan menstigma musuh-
musuhnya sebagai “teroris” dan aksi-aksi mereka disebut “terorisme” (Budi Hadirman,
2003:3-4). Jakob Oetama dalam Hendropriyono (2009:217) menyatakan, bahwa
terorisme klasik melakukan propaganda melalui aksi (propaganda by deeds), sehingga
memerlukan dukungan media massa. Terorisme memanfaatkan maksimal para jurnalis
untuk memperbesar hasil baik yang didapatkannya. Kebanyakan jurnalis tidak merasa
telah membantu keberhasilan operasi terorisme, karena liputan dijamin oleh kebebasan
pers dalam negara demokrasi.
2.3.1 Karakteristik Terorisme
Beberapa karakteristik terorisme menurut Hakim (2004:18-19) adalah:
a. Semangat Nasionalisme. Pejuang kemerdekaan umumnya menggunakan
kekerasan politik untuk melawan rezim penjajah. Kekerasan politik dalam artian
kerusuhan massal, perang saudara, revolusi, atau perang antar bangsa, tidak termasuk
dalam kategori terorisme. Kekerasan politik yang dilakukan oleh pejuang kemerdekaan,
secara sepihak dianggap sebagai terorisme oleh rezim kolonial. Terorisme dengan spirit
nasionalisme dapat ditemukan di Aljazair, Palestina, dan sejumlah negara jajahan di
masa suburnya kolonialisme.
10
b. Semangat Separatisme. Kelompok separatis secara stereotipe juga
menempatkan kekerasan politik sebagai model perjuangan bersenjata. Kekerasan
politik yang dipilih sebagai jalan perjuangan oleh kaum separatis, cenderung diklaim
sebagai bentuk teror oleh opini dunia. Kekerasan politik yang dieksploitasi gerakan
separatisme menggunakan ancaman kekerasan dan atau kekerasan untuk menimbulkan
ketakutan di lingkungannya. Gerakan separatisme yang mengadopsi pola-pola
terorisme yaitu, IRA di Irlandia, Macan Tamil Eealam di Srilanka, Gerakan Aceh
Merdeka, Republik Maluku Selatan atau Organisasi Papua Merdeka di Indonesia.
c. Semangat Radikalisme Agama. Kelompok-kelompok radikal agama pun
ditengarai menggunakan metode teror untuk memperjuangkan kepentingannya.
Kekerasan politik dalam bentuk teror seringkali dijadikan sebagai alat untuk mencapai
tujuan. Kelompok Jihad Islam di Mesir, Jihad Islam di Yaman, National Islamic Front
di Sudan, Al Qaeda yang berbasis di Afganistan, Jamaah Islamiyah yang berbasis di
Malaysia, atau kelompok-kelompok radikal Yahudi seperti Haredi, Gush Emunim,
Kach Kahane di Israel adalah sekedar contoh elemen-elemen dengan spirit radikalisme
agama yang cenderung mengedepankan budaya kekerasan dan terorisme.
d. Semangat Bisnis. Narcoterorism di Myanmar yang dikenal dengan sebutan
United War State Army adalah kelompok teroris yang berlatar belakang perdagangan
narkotika dan obat-obatan terlarang. Di Jepang juga dikenal Yakuza, yaitu organisasi di
kalangan dunia hitam yang melakukan bisnis illegal dengan mengedepankan metode
teror sebagai cara untuk mencapai tujuan.
2.3.2 Jaringan Terorisme
Menurut pemberitaan di tirto.id, polisi menuding rentetan bom di Surabaya
didalangi kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Nama ini menggantikan dominasi
Jamaah Islamiyah (JI) dalam pemberitaan mengenai teror di Indonesia yang
sebelumnya menjadi kelompok teroris terbesar di Indonesia. Puncak pergantian ini
terjadi setelah rentetan bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo12. Untuk mengenal
lebih dalam, berikut profil singkat JI dan JAD:
12 Nathaniel, Felix. 16/05/2018. “Antara Jamaah Islamiyah dengan Jamaah Ansharut Daulah” dalam
https://tirto.id/antara-jamaah-islamiyah-dengan-jamaah-ansharut-daulah-cKut diakses pada 07/10/2018
pukul 22.25 WIB.
11
1. Jamaah Islamiyah (JI)
Secara historis, keberadaan JI dapat ditelusuri ke akarnya, yaitu gerakan Darul
Islam (DI) pimpinan Kartosoewirjo, yang muncul di Indonesia pada tahun 1940-
an. DI merupakan organisasi politik yang memiliki sayap militer yang ikut
berjuang bersama-sama angkatan bersenjata Indonesia melawan penjajah
Belanda. Namun setelah Republik Indonesia memiliki kedaulatan penuh pada
tahun 1949, DI masih tetap mempertahankan tentara, dan perjuangannya untuk
mendirikan Negara Islam Indonesia (Hakim, 2004 : 47).
Jamaah Islamiyah (JI) yang berarti Organisasi Keislaman, dilaporkan dibentuk
di Malaysia di akhir tahun 1980-an oleh sekelompok kaum ekstrimis Indonesia
yang mengasingkan diri. Jaringan kelompok ini berkembang menjadi sel-sel yang
tersebar di kepulauan Indonesia, Malaysia, FIlipina, Singapura dan Thailand. Sel-
sel yang lebih kecil kemungkinan ada di wilayah lain Asia Tenggara. Tujuan
kelompok ini adalah mendirikan Daulah Islamiyah atau negara Islam di
Indonesia dan wilayah lain Asia Tenggara dengan segala cara, termasuk dengan
kekerasan.
Di tahun-tahun awal pembentukannya JI menyarankan penggunaan jalan
damai dalam mencapai tujuan itu, namun pada pertengahan tahun 1990-an
kelompok ini mulai mengambil jalan mempergunakan kekerasan. Menurut David
Wright-Neville dari Universitas Monash, Australia, militansi ini terbentuk
sebagian karena kontak antara tokoh-tokoh JI dan personel al-Qaeda yang berada
di Afghanistan ketika itu. Di bawah pengaruh Al-Qaeda, JI mulai yakin bahwa
tujuannya hanya bisa dicapai lewat "perang suci". Meski hubungan antara Ji dan
Al-Qaeda berawal sekitar 15 tahun lalu, masih ada bukti kuat yang mendukung
pernyataan bahwa JI adalah "sayap Al-Qaeda di Asia Tenggara”.
Kehadiran kaum militan Asia Tenggara secara bersamaan di kamp-kamp Al-
Qaeda di Afghanistan yang menyebabkan terjadi hubungan pribadi antara JI dan
kelompok-kelompok Islamis garis keras Asia Tenggara. Kelompok itu antara lain
Fron Pembebasan Islam Moro, gerakan yang memperjuangkan negara Muslim di
Filipina Selatan, dan sejumlah kelompok Indonesia, Malaysia dan Thailand.
Namun bukti yang ada mengisyaratkan bahwa meski sebagian personal JI
12
terinspirasi oleh tokoh global seperti Osama bin Laden, kelompok-kelompok Asia
Tenggara tetap berbeda secara organisasi dan operasi.13.
2. Jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD)
JAD dibentuk tahun 2015 oleh sekitar 24 milisi asal Indonesia yang bersumpah
setia kepada pemimpin IS Abu Bakr al-Baghdadi. Aman Abdurrahman yang kini
mendekam di tahanan Mako Brimob merupakan pemimpin spiritual JAD dan
disebut sebagai pemimpin de facto semua simpatisan IS di Indonesia. Tahun lalu,
Departemen Pertahanan AS mengklasifikasikan JAD sebagai organisasi teroris.
Menurut Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC), IS berfungsi sebagai
organisasi payung yang membawahi kelompok teroris lainnya di seluruh dunia
tanpa jejak logistik yang jelas, termasuk dengan JAD. Namun demikian, Aman
Abdurrahman diduga berada di ‘susunan keanggotaan IS’ dan ditugasi sebagai
penerjemah propaganda IS di Indonesia14 .
Jika JI menginduk pada Al-Qaeda, JAD terafiliasi dengan ISIS15. Tujuannya ada
beberapa poin, yakni sebagai wadah menyatukan para pendukung ISIS di
Indonesia yang berasal dari berbagai organisasi Islam, mempersiapkan kaum
muslimin Indonesia untuk menyambut kedatangan Khilafah Islamiyah,
menyatukan pemahaman dan manhaj dari para pendukung Anshar Daulah, dan
mempersiapkan orang-orang yang hendak pergi berjihad16.
13 NN. 22/09/2010. “Profil Jamaah Islamiyah” dalam
https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2010/09/100922_jamaahislamiyah diakses pada
07/10/2018 pukul 21.40 WIB. 14 Simbolon, Christian. 14/05/2018. “5 Hal Tentang JAD, Dalang Teror Bom Surabaya” dalam
https://rappler.idntimes.com/christian-simbolon/5-hal-tentang-jad-dalang-teror-bom-surabaya-1/full
diakses pada 07/10/2018 pukul 22.24 WIB. 15 Nathaniel, Felix. 16/05/2018. “Antara Jamaah Islamiyah dengan Jamaah Ansharut Daulah” dalam
https://tirto.id/antara-jamaah-islamiyah-dengan-jamaah-ansharut-daulah-cKut diakses pada 07/10/2018
pukul 22.25 WIB. 16 Putri, Zunita. 18/05/2018. “Terbentuknya JAD dari Aman Abdurrahman di Nusakambangan” dalam
https://news.detik.com/berita/4026822/terbentuknya-jad-dari-aman-abdurrahman-di-nusakambangan
diakses pada 07/10/2018 pukul 22.35 WIB.
13
2.4 Film Dokumenter
Bill Nichols (1991:111) merumuskan secara sederhana bahwa film dokumentr
adalah upaya menceritakan kembali sebuah kejadian atau realitas yang menggunakan
fakta dan data.
Karakteristik film dokumenter yang menerangkan bahwa dokumenter adalah film
non fiksi:
1. Setiap adegan dalam film dokumenter merupakan rekaman kejadian
sebenarnya, tanpa interpretasi imajinatif seperti dalam film fiksi.
2. Yang dituturkan dalam film dokumenter berdasarkan peristiwa asli,
sedangkan dalam film fiksi isis cerita berdasarkan imajinasi.
3. Sebagai sebuah film non fiksi, sutradara melakukan observasi pada suatu
peristiwa nyata, lalu melakukan perekaman gambar sesuai apa adanya.
4. Apabila struktur cerita dalam film fiksi mengacu pada alur cerita atau plot,
dalam dokumenter berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, dan
lokasi yang nyata.
2.5 Dokumenter Rekonstruksi
Dokumenter jenis ini memberi gambaran ulang terhadap peristiwa yang terjadi
secara utuh. Biasanya ada kesulitan tersendiri dalam mempresentasikannya kepada
penonton, sehingga harus dibantu rekonstruksi peristiwanya. Peristiwa yang
memungkinkan direkonstruksi dalam film-film jenis ini adalah peristiwa kriminal
(pembunuhan atau perampokan) dan bencana. Dokumenter rekonstruksi tidak
menonjolkan seorang jurnalis yang melaporkan, menjelaskan peristiwa dan
menyimpulkan seaktual mungkin. Fokus utamanya rekonstruksi suatu peristiwa penting
dan menarik yang pernah terjadi atau dialami seseorang.
Rekonstruksi yang dilakukan tidak membutuhkan mise en scen (pemain, lokasi,
kostum, make up, dan lighting) yang persis dengan kejadiannya. Yang hendak dicapai
dari rekonstruksi di sini adalah sekadar proses terjadinya peristiwa itu. Dalam membuat
rekonstruksi, bisa dilakukan dengan shot live action atau bisa juga dibantu dengan
animasi (Fachruddin, 2012: 329-330).
14
2.6 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
No. Judul Nama Peneliti Metode Hasil
1. Perekrutan Anggota
ISIS
Terhadap Warga
Negara
Indonesia Melalui
Media
Internet
Dihubungkan
Dengan
UU No. 15 Tahun
2003 Tentang
Pemberantasan
Tindak Pidana
Terorisme
Recky Surya
Firdaus
(Universitas
Pasundan)
Deskriptif
Kualitatif
Perekrutan yang melalui
beberapa tahap tersebut
melibatkan seseorang
yang disebut pendukung
atau simpatisan ISIS.
Dalam UU No. 15 Tahun
2003 tidak dijelaskan
peraturan mengenai
hukuman kepada
simpatisan, dan hukuman
hanya dijatuhkan pada
seseorang yang sudah
terbukti bertindak atau
bergabung dengan
Kelompok Terorisme.
Maka, perlu adanya revisi
Undang-undang.
2. Strategi Komunikasi
Badan
Penyelenggara
Jaminan
Sosial (BPJS)
Kesehatan Makassar
Dalam
Menyosialisasikan
Program Jaminan
Kesehatan
Nasional (JKN)
Kaderia Ikbal
(Universitas
Hasanuddin
Makassar)
Deskriptif
Kualitatif
BPJS Kesehatan Makassar
telah melaksanakan
strategi komunikasi sesuai
konsep strategi
komunikasi Anwar Arifin
untuk komunikasi efektif.
Pelaksanaan strategi
komunikasi sosialisasinya
tidak hanya dilaksanakan
kepada masyarakat umum
namun juga kepada
instansi pemerintah dan
provider.
15
3. Merancang Strategi
Komunikasi
Melawan
Radikalisme Agama
Gondo Utomo
(Universitas
Islam Negeri
(UIN) Sunan
Ampel
Surabaya)
Kualitatif Perencanaan strategi
komunikasi meliputi
dimensi penentuan visi
dan misi yang ingin
dicapai, melakukan
analisis situasi,
menentukan target
audiens, memilih sasaran
komunikasi, membangun
kerangka isu dan pesan,
memilih strategi dan
perangkat penyampai
pesan, serta melakukan
evaluasi untuk melihat
keberhasilan kampanye
informasi melawan
radikalisme agama.
4. Strategi Komunikasi
Perusahaan Oriflame
Dalam Merekrut
Customer di Kota
Makassar
Afridyawati
Rahmadani
(Universitas
Hasanuddin)
Deskriptif
Kualitatif
Strategi komunikasi
perusahaan Oriflame
efektif dalam merekrut
customer dengan kerangka
konseptual: mengenal
khalayak, menyusun
pesan, menetapkan
metode, seleksi dan
penggunaan media.
16
Video serupa yang sudah pernah dipublikasikan di Youtube:
Tabel.2.2
No. Judul Video
Dibuat/dipubli
kasikan oleh
akun Youtube
Narasumber Isi Video
1. “Tahapan
Seseorang
Menjadi
Terorisme”
Ibunda Prof. Hamdi
Muluk M.Si
Menjelaskan 5 tahap
seseorang menjadi
terorisme.
2. “Sofyan
Tsauri, bekas
Polisi mantan
Teroris”
Merdeka.com Sofyan Tsauri Menceritakan kisahnya
saat mulai terpapar
ideologi radikal, dan
kehidupan setelah bebas
dari penjara.
3. “Pengakuan
Mantan
Teroris
Perekrut
Mahasiswa"
Narasi TV Dirahasiakan Video investigasi yang
menjelaskan bagaimana
cara mantan teroris
merekrut mahasiswa untuk
bergabung menjadi
anggota gerakan radikal.
4. “ Memahami
Narasi
Ekstrimis dan
Ciri-cirinya”
CSRS UIN
Jakarta
- Video infografis yang
menjelaskan ciri-ciri narasi
ekstrimis agar masyarakat
tidak terjebak.
Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang lain adalah topik
bahasan yang lebih kepada strategi perekrutan teroris, yang dikemas dengan video
dokumenter dan dengan kombinasi tiga narasumber yang belum pernah muncul dalam
satu video yang sama.
17
2.7 Kerangka Pikir Perancangan
17
Bagan 2.1
17 Fitriana, Ika. 01/06/2016. “Ini 12 Daerah yang Masuk Zona Merah Terorisme” dalam
https://regional.kompas.com/read/2016/06/01/07410011/Ini.12.Daerah.yang.Masuk.Zona.Merah.Terori
sme diakses pada 31/08/2018 pukul 00.37 WIB.
Fakta
• Berdasarkan data dari BNPT, terdapat 12 zona merah terhadap aksi terorisme di Indonesia, dan 5 zona diantaranya berada di pulau Jawa. (Kompas.com).
• Surabaya Jawa Timur, pada tanggal 13 Mei 2018 terjadi tiga ledakan bom secara susul-menyusul di tiga gereja di Surabaya.
• ledakan bom terjadi lagi di Rusunawa Wonocolo di Taman, Sidoarjo, Jawa Timur, dan menewaskan anggota keluarga Anton Febrianto.
Masalah
• Kelompok teroris pola perekrutan barunya semakin berkembang dan menyebar di Indonesia, yang berarti adanya pergerakan kelompok teroris untuk menyebar-luaskan pahamnya dan merekrut anggota baru.
Tujuan
• Membuat video dokumenter tentang strategi komunikasi jaringan teroris di Indonesia dalam merekrut anggota baru, dengan tujuan untuk mencegah masyarakat agar tidak terlibat dalam berkembangnya kelompok teroris.
Hasil
• Video dokumenter tentang strategi komunikasi jaringan teroris dalam perekrutan anggota baru, yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat agar tidak lengah dan lebih waspada terhadap berbagai tindakan teroris yang merujuk pada perekrutan anggota baru.