BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Strategi ...
BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4674/2/BAB...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Teori ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4674/2/BAB...
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Teori kepatuhan ( Compliance Theory)
Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan waktu dalam
penyampaian pelaporan keuangan perusahaan publik di indonesia telah
diatur dalam surat keputusan Ketua BAPEPAM Nomor : Kep-
36/PM/2003 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala.
Peraturan tersebut sesuai dengan teori kepatuhan (compliance theory)
yang dikemukakan (Saleh 2004). Teori kepatuhan telah diteliti pada
ilmu-ilmu sosial khususnya dibidang psikologis dan sosiologis yang
lebih menekankan pada pentingnya proses sosialisasi dalam
mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang individu ( Saleh dan
Susilowati 2004). Menurut Tyler terdapat dua perspektif dasar dalam
literatur sisologi mengenai kepatuhan pada hukum, yaitu instrumenal dan
normatif . perspektif instrumental mengasumsikan individu secara utuh
didorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan-tanggapan terhadap
perubahan insentif, dan penalti yang berhubungan dengan perilaku.
Perspektif normatif berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai
moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi mereka ( Saleh dan
Susilowati 2004).
Seorang individu cenderung mematuhi hukum yang mereka anggap
sesuai dan konsisten dengan norma-norma internal mereka.
9
Komitmen normatif melalui legitimasi (normative commitmrent though
legitimacy) berarti mematuhi peraturan karena otoritas penyusun hukum
tersebut memiliki hak untuk mendikte perilaku, sedangkan komitmen
normatif melalui moralitas personal (normative commitment through
morality) berarti mematuhi hukum karena hukum tersebut dianggap
sebagai keharusan.
Tuntutan akan kepatuhan terhadap waktu penyampaian laporan
keuangan berkala oleh perusahaan publik kepada Bapepam di Indonesia
telah diatur dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang pasar
Modal, dan selanjutnya diatur dalam Peraturan Bapepam Nomor X.K.2,
Lampiran keputusan ketua Bapepam dan LK Nomor: KEP-346/BL/2011
tentang penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten atau
perusahaan Publik. Peraturan tersebut mengisyaratkan adanya kepatuhan
setiap perilaku individu maupun organisasi yang terlibat di pasar modal
indonesia untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan
secara tepat waktu ke bapepam. Hal ini sesuai dengan teori kepatuhan
mendorong perusahaan untuk berusaha menyampaikan laporan keuangan
secara tepat waktu karena selain merupakan kewajiban perusahaan untuk
menyampaikan laporan keuangan tepat waktu, juga akan bermanfaat bagi
para pengguna laporan (Sulistyo 2010).
2. Teori keagenan (Agency Theory)
Pengertian akuntabilitas publik sebagai kewajiban pihak pemegang
amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan,
10
melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang
menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal)
yang memiliki hak untuk meminta pertanggungjawaban tersebut,
penjelasan (Mardiasmo 2004). Teori keangenan menjelaskan hubungan
antara agen dan principal. Analoginya agen adalah manajemen
perusahaan dan pricipal adalah pemilik perusahaan, keduanya terikat
dalam sebuah kontrak. Yang mana si agen yang bertindak sebagai
pengambil keputusan menutup kontrak untuk melakukan tugas-tugas
tertentu bagi prinsipal, dan prisipal bertindak sebagai evaluator informasi
menutup kontrak untuk memberi imbalan pada si agen ( Hendriksen dan
Breda 2000). Kesimpulannya teori agensi adalah teori yang mencoba
menjabarkan hubungan antara agen dan prinsipal, dimana terdapat
penyerahan otorisasi dari pemilik kepada agen untuk menjalankan
aktivitas perusahaan. Fokus dari teori agensi adalah untuk menentukan
kontrak yang paling efisiensi mengenai hubungan agen prinsipal yang
terkait dengan ( Ikshan dan Suprasto 2008) :
a. Manusia (Mementingkan diri sendiri, terkait dengan rasionalitas
menolak resiko.
b. Organisasi (Konflik tujuan antar anggota organisasi)
c. Informasi (Informasi sebagai komoditas)
Dalam praktik timbul masalah (agency problem), karena ada
kesenjagan kepentingan antara para pemengang saham sebagai pemilik
perusahaan dengan pihak pengurus atau manajemen sebagai agen ( Surya
11
dan Yustiavandana 2008). Masalah ageni akan muncul karena agen dan
prinsipal memiliki tujuan yang berbeda (Ikhsan dan Suprasto 2008).
Agen berjuang untuk memaksimalkan pembayaran kontraknya yang
bergantung pada suatu tingkatan usaha tertentu yang dibutuhkan
sementara prinsipal berjuang untuk memaksimalkan pengembalian atas
penggunaan sumber dayanya yang bergantung pada pembayaran yang
terutang pada agen (Belkaoui 2007) perbedaan kepentingan umum terjadi
dalam dunia bisnis. Perbedaan kepentingan dapat menimbulkan konflik
kepentingan antara manajemen sebagai pembuat dan penyaji laporan
keuangan dengan para pemakai laporan keuangan ( Halim dalam Agus
Sukonco 2013).
Konflik kepentingan secara alamiah akan terjadi dalam struktur
kepemilikan perusahaan (ownership structurec) yang terjadi dari dua
tipe, yaitu struktur kepemilikan yang tersebar (dispersed ownership)
kepada para pemengang saham publik (outside investors) dan struktur
dengan pengendalian (control) pada segelintir pemengang saham saja
(concentrated ownership) (Surya dan Yustiavandana 2008). Ketika
pemilik modal menginginkan keuntungan maksimal, maka resiko yang
akan ditanggung juga akan tinggi (High risk high return). Pihak agen
atau manajemen perusahaan tidak terlalu ingin mengambil resiko karena
jika mereka gagal mencapai target maka karir mereka akan hancur.
Pemilik modal dan agen bertindak untuk kepentingan perusahaan (Ikhsan
dan suprasto 2008). Dalam konflik kepentingan dibutuhkan pihak ketiga
12
sebagai penegah sebagai alternatif untuk menyelesaikan masalah
tersebut.
Auditor dianggap pantas sebagai penegah (pihak ketiga) dari
concflict of interest atas laporan keuangan. Para pengguna laporan
keuangan mengarapkan kepastian dari auditor independen bahwa laporan
keuangan bebas dari pengaruh konflik kepentingan (Halim dalam Agus
Sukonco 2013). Auditor dapat memberikan keyakinan yang memadai
kepada pihak prinsipal mengenai laporan keuangan yang dibuat oleh
pihak manajemen dengan melakukan audit atas laporan keuangan
perusahaan.
3. Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan adalah laporan keuangan ditambah dengan
informasi lain yang berhubungan,baik langsung maupun tidak lansung
dengan informasi yang disediakan oleh sistem akuntansi, seperti
informasi tentang sumber daya perusahaan, earning, current cost,
informasi tentang prospek perusahaan yang merupakan bagian integral
(Yadiati dalam Agus Sukonco). Laporan keuangan yang lengkap terdiri
dari : Neraca, Laporan laba rugi, Perubahan ekuitas, Laporan arus kas,
dan catatan atas laporan keuangan (Suharli 2009).
Tujuan pelaporan keuangan untuk tujuan umum adalah untuk
memberikan informasi keuangan tentang entitas pelaporan yang berguna
bagi investor sekarang dan potensial ekuitas, debitur dan kreditur lainnya
dalam pengambilan keputusan dalam kapasitas mereka sebagai penyedia
13
modal (Kieso et al 2011). Tujuan pelaporan keuangan perusahaan akan
diterapkan untuk semua pemakai laporan keuangan perusahaan yang
dipublikasikan, tujuannya yaitu (Belkaoui dan Riahi 2006) :
a. Salah satu tujuan utama dari penerbitan laporan keuangan
perusahaan adalah untuk menyediakan akuntansi melalui fungsi-
fungsi pengurusan manajemen,dan juga keberhasilannya (ataupun
kebalikannya) dalam mencapai sasaran untuk menghasilkan kinerja
ekonomi perusahaan yang memuaskan dan menjaganya dalam posisi
keuangan yang sehat dan kuat.
b. Tujuan pelaporan keuangan yang baik adalah untuk menyediakan
suatu informasi dalam bentuk sedemikian rupa untuk meminimalkan
ketidakpastian tentang vadilitas informasi.
c. Mempunyai cakupan yang luas untuk inovasi sehingga perbaikan
dimungkinkan.
d. Dibuat untuk diarahkan pada kebutuhan pemakai yang dapat
memahami secara lengkap serangkaian laporan keuangan.
Untuk dapat mencapai tujuan dari pelaporan keuangan, perlu
adanya aturan yang mengatur hal tersebut. IASB (International
Accounting Standard Board) menerbitkan tiga pernyataan utama yang
mengatur pelaporan keuangan dan standar akuntansu, yaitu : IFRS
(International Financial Reporting Standards), international finansial
reporting interpretation dan framework for financial reporting (Kieso et
al 2011). Framework for financial reporting mempunyai beberapa
14
karakteristik kualitatif, karakteristik kualitatif tersebut harus ada pada
laporan keuangan yang dipublikasikan kepublik. Karakteristik kualitatif
pada conseptual framework for financial reporting adalah (Kieso et al
2011) :
a. Dapat diprediksi
b. Dapat dikonfirmasi
c. Lengkap
d. Netral
e. Bebas dari keslahan
f. Dapat dibandingkan
g. Dapat diverifikasi
h. Tepat waktu
i. Dapat dimengeti
Salah satu karakteristik kualitatif diatas terdapat satu komponen
yaitu tepat waktu. Tepat waktu disini artinya informasi harus tersedia
untuk pengambilan keputusan sebelumnya informasi tersebut kehilangan
kapasitasnya untuk memepengaruhi keputusan (Kieso et al 2011)
informasi yang lama tidak dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan karena apa yang terkandung didalam informasi tersebut sudah
tidak sesuai dengan keadaan saat ini.
4. Teori ketepatan waktu (Timeliness)
Ketepatan waktu tidak menjamin relevansi, tetapi relevansi
informasi tidak dimungkinkan tanpa ketepatan waktu, laporan keuangan
15
yang tepat waktu akan lebih berguna pada yang tidak tepat waktu.
Setelah informasi yang relevan tersedia lebih cepat, mampu
meningkatkan kapasitasnya untuk mempengaruhi keputusan dan
kurangnya ketepatan waktu dapat mengurangi informasi dari kegunaanya
(Kieso et al 2008) . ketepatan waktu pelaporan keuangan diatur dalam
peraturan Bapepam Nomor X.K.2, Lampiran keputusan Ketua Bapepam
dan LK Nomor: KEP-36/PM/2003 yang telah direvisi dengan KEP-
346/BL/2011, meyatakan bahwa setiap perusahaan publik wajib
menyampaikan laporan keuangan tahunan yang harus disertai dengan
pendapat lazim dari auditor independen dan disampaikan kepada
Bapepam selambat lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) stelah
tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan (Dedik Norman 2017).
Ketepatan waktu merupakan kualitas ketersediaan informasi pada
saat yang diperlukan atau kualitas informasi yang baik dilihat dari segi
waktu (Owusu dan Ansah 2000). Informasi harus disampaikan sesegera
mungkin agar tidak menghilangkan keakuratan informasi tersebut
sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.
Informasi yang dimaksud merupakan laporan keuangan, hal ini sesuai
dengan tujuan laporan keuangan yang dijelaskan oleh (IAI 2007), tujuan
laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Ketepatan waktu merupakan batasan
16
penting dalam pelaporan keuangan. Akumulasi, peringkasan, dan
penyajian informasi akuntansi harus disampaikan sesegara mungkin
untuk menjamin tersedianya informasi ditangan pemakai laporan
keuangan. Ketepatan waktu juga menunjukkan bahwa laporan keuangan
harus disajikan pada kurun waktu teratur untuk memperlihatkan
perubahan keaadan perusahaan yang memungkinkan akan mempengaruhi
prediksi dan keputusan pemakai (Hendriksen dan Breda 2000).
5. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan salah satu indikator keberhasilan
perusahaan untuk dapat menghasilkan laba sehingga semain tinggi
profitabilitas maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba bagi perusahaannya. Profitabilitas menunjukkan
tingkat efisiensi dan kinerja perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
bagi pemegang saham.
Profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan serta memeberikan ukuran tingkat efektivitas
manajemen suatu perusahaan ( Kasmir 2008). Profitabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada masa mendatang
dan merupakan indikator dari keberhasilan operasi perusahaan (Hapsari
dan Didin 2010). Rasio profitabilitas diantaranya :
17
a. Margin Laba (Profit Margin)
Rasio ini mengukur laba per rupiah penjualan dan mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam mengendalikan biaya dan
pengeluaran sehubung dengan penjualan ( Astuti 2004)
b. Pengembalian Atas Aset (Return On Asset ROA)
Rasio ini menggambarkan perputaran aset diukur dari volume
penjualan (Harahap 2010). Semakin tinggi hasil pengembalian
(laba) dari penggunaan aset perusahaan semakin efektif
perusahaan.
c. Pengembalian Atas Ekuitas (Returun On Equity ROE)
Rasio ini menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak
manajemen dalam memaksimumkan tingkat hasil pengembalian
investasi pemengang saham dan menekankan pada hasil
pendapatan sehubungan dengan jumlah yang diinvestasi (Astuti
2004). Rasio ini mengukuran tingkat efisiensi penggunaan ekuitas
sendiri dalam menghasilkan pengembalian (laba).
𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑅𝑂𝐴 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑥 100%
𝑅𝑂𝐸𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑥 100%
18
Tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk mencari keuntungan
yang maksimal (profit oriented). Keuntungan yang didapatkan
perusahaan akan membuat bisnis yang mereka jalankan akan terus
berkembang. Profitabilitas yang positif akan memberikan sinyal
pengelolah perusahaan yang baik. Profitabilitas dapat digunakan untuk
mengukur kinerja manajemen, apakah telah sesuai dengan target yang
ditetapkan atau belum. Rasio probitabilitas tidak hanya bermanfaat bagi
orang perusahaan tetapi juga bermanfaat bagi seluruh stakeholder.
Profitabilitas mempunyai manfaat diaantaranya (Kasmir 2008) :
a. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam
satu periode.
b. Mengetahui perkembangan laba perusahaan tahun sebelumnya
dengan tahun sekarang.
c. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu
d. Mengetahui tingginya laba berdih sesudah pajak dengan modal
sendiri.
e. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal pinjamin maupun modal sendiri.
6. Kepemilikan Publik
Kepemilikan publik adalah kepemilikan masyarakat umum (bukan
institusi yang signifikan) terhadap saham perusahaan publik (Hilmi dan
Ali 2008). Pemilik perusahaan adalah pemegang saham pengembalian
dimasa yang akan datang (Sundjaja 2010). Kepemilikan perusahaan yang
19
dimiliki publik menjadi banyak dan menyebar, maka perusahaan yang
sudah go public mempunyai tanggung jawab yang lebih banyak kepada
masyarakat atas pengelolaan perusahaan. Tidak seperti kreditur, pemilik
modal sendiri (pemilik saham biasa dan saham preferen) adalah pemilik
perusahaan (Sundjaja 2010). Saham yang dimiliki oleh pihak luar
memiliki persentase kepemilikan lebih dari 50%, sehingga pemilik
perusahaan dari luar memiliki kekuatan yang besar dalam mempengaruhi
kondisi dan hasil kinerja perusahaan. Kepemilikan pihak luar akan
memepngaruhi kondisi dan hasil kinerja perusahaan. Kepemilikan pihak
luaar akan mengubah pengelolahan perusahaan yang semula berjalan
dengan kehendak hati menjadi perusahaan yang berjalan dengan
pengawasan. Akibatnya keleluasaan manajemen terbatas (Ukago 2004).
Adanya pengawasan dari pihak luar menuntut manajemen untuk
menunjukkan kinerja yang baik. Pada dasarnya jika kinerja manajemen
dikatakan baik oleh pihak pemegang saham, maka pemegang saham akan
mendukung keberadaan manajemen juga sebaliknya jika kinerja
manajemen dikatakan buruk, maka pemegang saham dapat menggantikan
posisi manajemen yang lain.
Upaya manajemen untuk menunjukkan kinerja baik adalah dengan
menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja perusahaan
dan perubahan posisi keuangan, kinerja perusahaan, dan perubahan posisi
keuangan bagi pemilik perusahaan dari pihak luar. Pemilik perusahaan
dari pihak luar mempunyai kekuatan yang besar untuk menekan
20
manajemen dalam menyajikan informasi secara tepat waktu, karena
ketepatan waktu pelaporan keuangan akan mempengaruhi pengambilan
keputusan ekonomi (Saleh 2004).
7. Ukuran Perusahaan
Perusahaan besar memiliki kewajiban yang lebih besar dalam
memenuhi kebutuhan informasi bagi investor. Hal ini dilakukan
perusahan dengan memberikan pengungkapan yang lebih rinci dalam
laporannya. Semakin besar ukuran perusahaan, informasi yang
disediakan untuk investor dalam pengambilan keputusan sehubungan
dengan investasi dalam saham perusahaan tersebut akan semakin banyak
(Siregar dan Utama 2006).
Perusahaan besar memiliki sumber daya yang besar, sehingga
perusahaan perlu dan mampu dalam membiayai penyediaan informasi
untuk keperluan pengungkapan kepada pihak eksternal perusahaan.
Sebaliknya, perusahaan kecil memiliki sumber daya yang relatif sedikit,
sehingga perusahaan memungkinkan tidak memiliki informasi yang siap
untuk disajikan sebagaiman yang dimiliki oleh perusahaan besar,
sehingga perusahaan kecil memiliki biaya tambahan yang relatif besar
dalam melakukan pengukapan informasi yang lebih lengkap (Sari 2011).
Perusahaan berukuran besar memiliki basis pemegang saham yang lebih
luas, sehingga kebijakan perusahan besar akan berdampak lebih besar
terhadap kepentingan publik jika dibandingkan dengan keputusan yang
dibuat oleh perusahaan kecil.
21
Perusahaan yang memiliki sumber daya (aset) yang besar
memiliki banyak sumber informasi, lebih banyak staf akuntansi dan
sistem informasi yang lebih canggih, memiliki sistem pengendalian
intern yang kuat, adanya pengawasan dari investor, regulator dan sorotan
masyarakat, maka hal ini memungkinkan perusahaan untuk melaporkan
keuangan auditnya lebih cepat kepublik (Hilmi dan Ali 2008).
8. Umur Perusahaan
Umur Perusahaan harus diukur dari tanggal pendiriannya maupun
dari tanggal terdaftarnya di BEI. Umur perusahaan dalam penelitian ini
menggunakan umur perusahaan dari tanggal perusahaan terdaftar di
bursa efek (Owusa dan Ansah 2000). Hal ini dikarenakan, pada saat suatu
perusahaan sudah terdaftar di BEI dan go public, maka perusahaan harus
mempublikasikan pelaporan keuangan mereka kepada masyarakat.
Umur perusahaan sangat bergantung pada lamanya tidaknya
perusahaan yang juga berpengaruh terhadap struktur modal, terutama
berkaitan dengan kemampuan memperoleh pinjaman. Perusahaan yang
lebih tua lebih mudah memperoleh pinjaman karena lamanya perusahaan
itu berdiri atau beroperasi yang dijadikan jaminan lebih besar dan tingkat
kepercayaan bank juga tinggi. Aktiva yang dijaminkan dapat berupa
aktiva tetap berwujud serta aktiva lainnya seperti piutang dagang dan
persediaan. Perusahaan yang telah lama berdiri dimungkinkan memiliki
reputasi yang lebih baik dari perusahaan yang baru saja berdiri, karena
seiring dengan perjalanan waktu yang lebih lama berarti perusahaan yang
22
baru saja berdiri, karena seiringnya dengan perjalanan waktu yang lebih
lama berarti perusahaan telah menghadapi berbagai kondisi yang selalu
berkembang dan berbeda. Perusahaan yang dapat melalui kondisi
tersebut menunjukkan adanya stabilitas dalam manajemen perusahaan.
Hal ini merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan kreditor
dalam memberikan pinjaman.
9. Solvabilitas
Analisa solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menutupi seluruh kewajiban-kewajibannya.
Solvabilitas mengindikasikan jumlah modal yang dikeluarkan oleh
investor dalam rangka menghasilkan laba. (Carslaw dan Kaplan 1991)
Proporsi relatif dari hutang terhadap total aset mengindikasikan kondisi
keuangan dari perusahaan. Proporsi yang besar dari hutang terhadap total
aktiva akan meningkatkan kecenderungan kerugian dan dapat
meningkatkan kehati-hatian dari auditor terhadap laporan keuangan yang
akan diaudit. Dalam situasi seperti ini akan membuat audit delay semakin
panjang, akibatnya perusahaan cenderung akan tidak tepat waktu dalam
mempublikasikan laporan keuangan kepada publik.
10. Ukuran KAP
Kantor akuntan publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi
akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, yang berusaha dibidang pemberian jasa profesional
dalam praktek akuntan publik (Rachmawati,2008). Sehingga perusahaan
23
dalam menyampaikan suatu laporan atau informasi akan kinerja
perusahaan kepada publik agar akurat dan terpercaya diminta untuk
menggunakan jasa KAP. Dan untuk meningkatkan kredibilitas dari
laporan itu, perusahaan menggunakan jasa KAP yang mempunyai
reputasi seperti KAP yang berafiliasi dengan dengan KAP besar yang
berlaku universal yang dikenal dengan KAP Big Four. Adapun kategori
kantor Akuntan Publik yang berafiliasi dengan The Big Four di
Indonesia, yaitu :
a. KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerja sama dengan KAP
Tanudiredja, Wibisana & Rekan.
b. KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerja
sama dengan KAP Siddharta dan Widjaja.
c. KAP Ernst & Young, yang bekerja sama dengan KAP Purwantono,
Suherman dan Surja
d. KAP Deloitte Touche Tohmatsu, yang bekerja sama dengan KAP
Osman Bing Satrio.
KAP yang lebih besar memiliki kualitas audit lebih baik dari KAP
kecil. Maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang menggunakan
jasa KAP besar cenderung tepat waktu dalam menyampaikan laporan
keuangannya.
11. Opini Auditor
Akuntan publik bertugas memberikan assurance terhadap
kewajaran laporan keuangan yang disusun dan diterbitkan oleh
24
manajemen, Assurance terhadap laporan keuangan tersebut, diberikan
akuntan publik melalui opini akuntan publik. Menurut Mulyadi (2002)
ada lima jenis pendapat akuntan, yaitu :
a. Pendapatan wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)
b. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan
(unqualified opinion with explanatory language)
c. Pendapatan wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
d. Pendapatan tidak wajar (adverse opinion)
e. Pernyataan tidak memberikan pendapatan (disclaimer opinion).
Perusahaan yang menerima pendapatan qualified opinion akan
menunjukkan audit delay yang lebih panjang dibanding dengan
perusahaan yang menerima pendapat unqualified opinion ( Carslaw dan
Kaplan, 1991)
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai faktor-faktor mempengaruhi ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan perusahaan publik telah banyak dilakukan
oleh beberapa penelitian sebelumnya, dan hasilnya :
a) Hilmi dan Ali (2008) meneliti perusahaan manufaktur yang lising di
BEI mengenai ketepatan waktu pelaporan keuangan. Hasilnya yang
didapatkan bahwa profitabilitas, likuiditas, struktur kepemilikan, dan
reputasi KAP berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan sedangkan leverage, ukuran perusahaan dan opini
25
audit tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan
keuangan.
b) Sulistyo (2010) meneliti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
ketepatan waktu penyaimpaian keuangan pada perusahaan listing di
BEI. Hasilnya, profitabilitas, ukuran perusahaan, kompleksitas operasi
perusahaan, kompleksitas operasi perusahaan, kepemilikan publik,
reputasi KAP berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan sedangkan likuiditas, leverage keuangan dan opini
auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan.
c) Yusralaini, dkk (2010) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi
ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan ke publik dan hasilnya
opini auditor berpengaruh signifikan sedangkan profitabilitas, dan
ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan.
d) Nella Yovita (2012) meneliti faktor-faktor yang memepengaruhi
ketetapatan waktu penyampaian keuangan pada perusahaan
pertambangan di BEI. Hasilnya likuiditas, ukuran perusahaan,
kepemilikan manajerial,dan kepemilikan publik berpengaruh terhadap
ketepatan waktu pelaporan keuangan penyampaian laporan keuangan
sedangkan profitabilitas, opini akuntan publik dan reputasi KAP tidak
berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian keuangan.
26
C. Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
a. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan
Keuangan.
Profitabilitas merupakan salah satu indikator keberhasilan
perusahaan untuk dapat menghasilkan laba sehingga semakin tinggi
profitabilitas maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba bagi perusahaannya. Semakin tinggi laba perusahaan
yang diperoleh biasanya membuat perusahaan tidak ragu dalam
menyampaikan laporan keuangannya secara tepat waktu karena hal
tersebut merupakan berita baik bagi perusahaan. (Dyer dan McHugh
,1975 dalam Saleh 2004). Hasil penelitian sebelumnya: Hilmi dan Ali
(2008), Sulistyo (2010), ditemukan profitabilitas berpengaruh terhadap
ketepatan waktu pelaporan keuangan. Berdasarkan hal tersebut, maka
hipotesis yang dibentuk adalah:
KEPEMILIKAN PUBLIK
UKURAN PERUSAHAAN
UMUR PERUSAHAAN
X1
X2
X3
X4
KETEPATAN WAKTU
PELAPORAN
KEUANGAN
PERUSAHAAN
Y
PROFITABILITAS
27
H1 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan perusahaan.
b. Pengaruh Kepemilikan Publik Terhadap Ketepatan Waktu
Pelaporan Keuangan.
Kepemilikan perusahaan yang dimiliki oleh pihak luar akan
memberikan dampak pada pengelolaan perusahaan, dimana pengelolaan
perusahaan yang semula berjalan sesuai keinginan perusahaan itu
sendiri menjadi memiliki keterbatasan, hal tersebut dikarenakan
kurangnya keterlibatan pemilikan perusahaan dari luar yang ingin
mengetahui tingkat pengembalian atas investasi mereka. Dengan
demikian akan membuat perusahaan akan lebih tepat waktu dan teliti
dalam menyampaikan laporan keuangaannya (Hilmi dan Ali 2008).
Hasil penelitian sebelumnya : Hilmi dan Ali (2008), Sulistyo (2010),
serta Nella Yovita (2012), ditemukan kepemilikan berpengaruh
terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Berdasarkan hal
tersebut, maka hipotesis yang dibentuk adalah:
H2 : Kepemilikan Publik berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan perusahaan.
c. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Ketepatan Waktu
Pelaporan Keuangan
Ukuran Perusahaan yang besar menunjukkan bahwa ada banyak
informasi yang terdapat di dalam perusahaan tersebut, selain itu
28
perusahaan tersebut juga akan disoroti oleh banyak masyarakat umum
dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran kecil. Oleh karena
itu, perusahaan besar akan cenderung lebih menjaga image
perusahaannya di depan masyarakat, untuk menjaga image tersebut
maka perusahaan-perusahaan besar akan berusaha menyampaikan
laporan keuangannya secara tepat waktu. Carslaw dan Kaplan 1991,
dalam Hilmi dan Ali 2008) menyatakan perusahaan yang besar tentunya
juga mempunyai lebih banyak sumber informasi, staf akuntansi dan
sistem informasi yang lebih canggih, sistem pengendalian intern yang
kuat, adanya pengawasan dari investor, regulator dan masyarakat.
Kondisi perusahaan yang demikian membuat perusahaan akan lebih
tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya. Hasil
penelitian sebelumnya: Sulistyo,dkk (2010), dan Nella Yovita (2012),
ditemukan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang
dibentuk adalah :
H3 : Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan perusahaan.
d. Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Ketepatan Waktu
Pelaporan Keuangan.
Umur perusahaan mencerminkan perusahaan tetap survive dan
menjadi dan menjadi bukti bahwa perusahaan mampu bersaing dan
dapat mengambil kesempatan bisnis yang ada dalam perekonomian
29
(Christy el.at dalam Ardiansyah 2004). (Carslaw dan Kaplan 1991 dan
Owusu–Ansah 2000) dalam penelitian mereka menemukan bahwa umur
perusahaan secara signifikan mempunyai hubungan dengan ketepatan
waktu penyampaian laporan keuangan. Bukti empiris yang ada
menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki umur lebih tua
melaporkan lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan yang
memiliki umur yang lebih muda. Mereka berargumen bahwa
perusahaan yang memiliki umur yang lebih tua memiliki lebih banyak
sumber informasi, lebih banyak staf akuntansi dan sistem informasi
yang lebih canggih, memiliki sistem pengendalian intern yang kuat,
adanya pengawasan dari investor, regulator dan sorotan masyarakat,
maka hal ini memungkinkan perusahaan untuk melaporkan laporan
keuangan auditnya lebih cepat ke publik. Hasil Penelitian sebelumnya
Ngestiana Wijayanti (2009), serta Luciana Spica Amilia dan Lucas
Setiady (2006), ditemukan umur perusahaan berpengaruh terhadap
ketepatan waktu pelaporan keuangan. Berdasarkan hal tersebut, maka
hipotesis yang dibentuk adalah:
H4 : Umur Perusahaan berpengaruh terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan perusahaan.