BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan”...

32
39 BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL PERMOHONAN MAAF Bab ini membahas tentang bentuk dan makna ekspresi permohonan maaf. Pengungkapan permohonan maaf setiap individu berbeda-beda sesuai dengan perbendaharaan kata yang dimiliki. Strategi permohonan maaf secara umum disebutkan dengan menggunakan satuan lingual yang mengandung makna permohonan maaf, seperti ‘afwan, ma’dzirah, a>sif dan sa> michni. Penanda tersebut merupakan penanda tuturan ekspresif seseorang dalam permohonan maaf. Penanda satuan lingual permohonan maaf tersebut memiliki bentuk yang bermacam-macam. Bentuk permohonan maaf yang akan dibahas dalam bab ini adalah bentuk satuan lingual penanda permohonan maaf serta macam satuan lingual lain yang masih mengandung persamaan asal waza>n. Bentuk satuan lingual tersebut dapat bergabung dalam sebuah kontruksi ataupun berdiri sendiri, juga dapat berada di awal, tengah, maupun akhir tuturan. Bentuk-bentuk satuan lingual tersebut memiliki makna yang berbeda-beda. Satuan lingual yang memiliki asal waza>n yang sama terkadang juga memiliki makna yang berbeda. Perbedaan makna yang terkandung dalam satuan lingual tersebut juga akan dibahas dalam bab ini. Berikut pembahasan penanda lingual ekspresi permohonan maaf:

Transcript of BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan”...

Page 1: BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan” merupakan fi’il muta’addi, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek (maf’ul

39

BAB II

BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL

PERMOHONAN MAAF

Bab ini membahas tentang bentuk dan makna ekspresi permohonan maaf.

Pengungkapan permohonan maaf setiap individu berbeda-beda sesuai dengan

perbendaharaan kata yang dimiliki. Strategi permohonan maaf secara umum

disebutkan dengan menggunakan satuan lingual yang mengandung makna

permohonan maaf, seperti ‘afwan, ma’dzirah, a>sif dan sa>michni. Penanda tersebut

merupakan penanda tuturan ekspresif seseorang dalam permohonan maaf.

Penanda satuan lingual permohonan maaf tersebut memiliki bentuk yang

bermacam-macam. Bentuk permohonan maaf yang akan dibahas dalam bab ini

adalah bentuk satuan lingual penanda permohonan maaf serta macam satuan lingual

lain yang masih mengandung persamaan asal waza>n. Bentuk satuan lingual tersebut

dapat bergabung dalam sebuah kontruksi ataupun berdiri sendiri, juga dapat berada di

awal, tengah, maupun akhir tuturan.

Bentuk-bentuk satuan lingual tersebut memiliki makna yang berbeda-beda.

Satuan lingual yang memiliki asal waza>n yang sama terkadang juga memiliki makna

yang berbeda. Perbedaan makna yang terkandung dalam satuan lingual tersebut juga

akan dibahas dalam bab ini. Berikut pembahasan penanda lingual ekspresi

permohonan maaf:

Page 2: BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan” merupakan fi’il muta’addi, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek (maf’ul

40

A. Bentuk dan Makna Kata ‘afwan

1. Pengertian Kata ‘Afwan.

‘Afwan merupakaan ism masdar yg berasal dari kata َاوً فْ عَ – وفُ عْ يَـ –ا فَ ع yang

berarti maaf (Munawir, 1997: 950). Senada dengan Munawir, Yunus (1990: 273) juga

mendefinisikan ‘afwan dengan akar kata tersebut dengan waza>n الً عْ فَـ –لُ عُ فْ يَـ –لَ عَ فَـ

/fa’ala-yaf’ulu-fa’lan/.

‘Afwan dalam kamus Munjid (2008: 517) berasal dari kata عفا memiliki makna

ترك عقوبه و صفح عنه: عفوا عنه و له ذنبه و عفا عن ذنبه

/’Afwan ‘anhu wa lahu dzanbuhu wa ‘afa> ‘an dzanbihi: shafacha ‘anhu wa taraka ‘uqu>bahu/. ‘Mohon maaf atas itu, dia mempunyai salah, maaf atas kesalahannya: agar diberi kemurahan hati dan terhindar dari hukum’. Hukuman tersebut dapat berupa fisik dalam bentuk tindakan ataupun

pengancaman muka dalam bentuk sikap.

Menurut kajian morfologis, ‘afwan merupakan kata yang tidak berdiri sendiri.

Kata tersebut sebenarnya didahului oleh fi’il, akan tetapi fi’il tersebut dihapuskan.

Apabila fi’il tersebut tersebut dimunculkan, maka dapat dikira-kirakan kalimat yang

akan muncul adalah عفوا طلبأ /athlubu ‘afwan/.

Page 3: BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan” merupakan fi’il muta’addi, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek (maf’ul

41

Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan” merupakan fi’il muta’addi, yaitu

kata kerja yang membutuhkan objek (maf’ul bih) agar dapat menjadi kalimat yang

sempurna. Kata ‘afwan merupakan maf’ul bih dari fi’il “athlubu” sehingga menjadi

kalimat yang sempurna.

Kata ‘afwan merupakan kata yang berbentuk masdar dan berposisi sebagai

maf’ul mutlaq. al-Ghulayaini (2008: 411) mendefinisikan maf’ul mutlaq dengan

istilah

تأكيدا ملعناه أو بيانا لعدده أو بيانا لنوعه بدال من اللفظ بفعله مصدر يذكر بعد فعل من لفظه

/Masdarun yudzkaru ba’da fi’li min lafdzihi ta'ki>dan lima’na>hu au baya>nan li’ada>dihi au baya>nan linau’ihi badalan minal-lafzhi bi fi’lihi/. ‘Masdar yang diletakkan setelah fi’il dalam satu lafadz, hal tersebut berfungsi sebagai ta’kid (penguatan) untuk makna, sebagai penjelasan dari jumlah dan jenis atau sebagai badal dari fi’il tersebut’. Maf’ul mutlaq menurut Hamid (2010: 232) adalah sebuah istilah yang tidak

berkedudukan sebagai khabar dan berfungsi menunjukkan penegasan terhadap fungsi,

macam, atau jumlah. Hamid (2010: 233) membagi maf’ul muthlaq menjadi dua

macam, yaitu maf’ul muthlaq yang lafadznya sama dengan fi’il yang

menashabkannya (accusative) dan maf’ul muthlaq yang maknanya sama dengan fi’il

yang menashabkannya (accusative). Menurut pembagian Hamid tersebut, kata ‘afwan

merupakan kategori yaitu maf’ul muthlaq yang lafadznya sama dengan fi’il yang

menashabkannya (accusative).

‘Afwan merupakan padanan dari i beg your pardon!, pardonme! dan excuse

me! yang berarti maafkan saya! (Baalbaki dan Baalbaki 2006:630). Senada dengan

Page 4: BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan” merupakan fi’il muta’addi, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek (maf’ul

42

Baalbaki dan Baalbaki, al-Adaileh (2007: 148) menyepadankan kata ‘afwan dengan

pardon. Kata tersebut digunakan ketika berbicara menggunakan bahasa resmi dengan

seseorang yang belum akrab. Kata ‘afwan bukan hanya merupakan kata yang

digunakan dalam memohon maaf saja, namun kata ini juga digunakan untuk balasan

dari seseorang yang berterimakasih (al-Adaileh, 2007: 153).

2. Kontruksi Kata ‘Afwan dalam Tuturan Permohonan Maaf

Penggunaan kata ‘afwan juga ditemukan pada posisi yang berbeda-beda, baik

di awal maupun di akhir tuturan. Kata ‘afwan pada penelitian ini ditemukan dalam

dua jenis kontruksi, yaitu kata ‘afwan yang berdiri sendiri dan kata ‘afwan yang

berada dalam kontruksi.

a. Kata ‘afwan berada pada awal tuturan

Permohonan maaf dituturkan penutur untuk menyelamatkan mukannya.

Demi menyelamatkan mukanya, penutur juga menggunakan kata‘afwan di awal

tuturan. Pentur ingin menekankan permohonan maaf yang ia tuturkan, sehingga

tuturannya menggunakan kata ‘afwan pada posisi terdepan.

1) Kata ‘afwan yang berdiri sendiri.

Kata ‘afwan dapat berdiri sendiri, seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya. Penelitian ini menemukan kata ‘afwan yang berdiri sendiri dan

berada di awal tuturan berjumlah empat tuturan, yaitu tiga tuturan yang

bergabung dengan jumlah fi’liyah dan satu tuturan yang bergabung dengan

jumlah ismiyah. Berikut contoh penggunaan kata tersebut:

Page 5: BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan” merupakan fi’il muta’addi, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek (maf’ul

43

Tuturan 13:

:M) .ضور متأخرامعذرة حل .اليوم االجتماع حلل الواجب لدينا نسيت أنّ .عفوا )13(

Sa:1)

/‘Afwan. Nasi>tu anna ladaina> al-yaumal-ijtima>’a lichallil-wa>jibi. Ma’dziratan lichudzu>ri muta'akhkhiran/. ‘Maaf. Aku lupa bahwa pada hari ini kita mempunyai pertemuan untuk mengerjakan tugas. Maaf karena datang terlambat’.

Tuturan di atas merupakan kata ‘afwan yang berada di awal tuturan.

Kata tersebut bergabung dengan jumlah fi’liyah yang menggungakan fi’il

muta’adi, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek. Fi’il tersebut adalah

نسي nasi>tu / ‘saya lupa’, yang terdiri dari dua kata, yaitu fi’il madhi/ نسيت

/nasiya/ dan dhami>r muttashil taqdiruhu ana> ت/tu/. Maf’ul dari fi’il tersebut

adalah pada kalimat أّن لدينا اليوم اإلجتماع/ anna ladaina> al-yaumal-ijtima>’a / ‘kita

mempunyai janji untuk berkumpul’.

Tuturan 14:

(P: M:3)هل تسمح يل باملرور؟ .عفوا )14(

/‘Afwan. Hal tasmachu li> bil murur?/ ‘Maaf. Apakan anda memperkenankanku lewat?’ Tuturan (14) di atas menggunakan kata‘afwan yang berdiri sendiri dan

bergabung dengan jumlah fi’liyah. Fi’il yang digunakan dalam jumlah fi’liyah

tersebut adalah fi’il mudha>ri’ /tasmachu/ ‘anda berkenan’. Fi’il ini merupakan

Page 6: BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan” merupakan fi’il muta’addi, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek (maf’ul

44

fi’il yang berasal dari kata مسح/samacha/ dan bergabung dengan fa’il, yaitu

.ta/ yang berupa dhami>r mustatir taqdiruhu anta/ت

2) Kata ‘afwan yang berada dalam kontruksi

Kata ‘afwan tidak selamanya berdiri sendiri. Seperti halnya yang

ditemukan pada penelitian ini. Kata tersebut dapat bergabung dengan kata

untuk menegaskan dan menambah kejelasan. Berikut penjelasan kontruksi

tersebut:

Tuturan 15:

فال خليل يل اال من اخرتته يل, حد ليكون خليليألقد اخرتت .بكم عفوا )15(

(M: Sa:8)

/‘Afwan bikum. Laqad akhtartu achada liyaku>na khali>li>, fala> khali>la li> illa man akhtartuhu li>/. ‘Maaf kepadamu. Aku telah memilih salah seorang untuk menjadi kekasihku. Maka tidak ada kekasih kecuali siapa yang aku telah memilihnya untukku’. Tuturan (15) ini menggunakan kata ‘afwan yang tidak berdiri sendiri,

akan tetapi kata tersebut bergabung dengan charf ja>r, yaitu charf ja>r bi.Charf

ini menjadikan kata ‘afwan membutuhkan objek. Objek pada tuturan tersebut

adalah dhami>r muttashil /kum/ ‘kalian’. Dhami>r ini digunakan untuk kata

ganti orang kedua yang berupa jama>'.

Charf ja>r bi pada tuturan (15) ini memiliki makna a’t-tab’idziyyah,

yang bermakna dari. Makna tersebut merupakan makna penegasan yang

menegaskan bahwa penutur memohon agar diberikan sesuatu dari mitra tutur,

yaitu sebuah maaf dari mitra tutur.

Page 7: BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan” merupakan fi’il muta’addi, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek (maf’ul

45

Tuturan 16:

R): إليه ثار شوقي و حيبّ أا هذا من رمبّ ..لقد ظننت أنك محيمي...يا أخ عفوا )16(

S:4)

/‘Afwan ya> akh... laqad zhanantu annaka chami>mi>.. rubbama> ha>dza> min atsa>ri syauqi> wa chubbi> ilaihi/. ‘Maaf saudara... saya mengira bahwa kau adalah teman dekatku.. mungkin ini dari rasa rinduku dan sayangku padanya’. Tuturan (16) menggunakan kata ‘afwan bergabung dengan huruf

nida>’. Nida>’ adalah thalabul-iqba>l atau meminta perhatian dengan

menggunakan salah satu huruf nida>’ yang menggantikan tugas fi’il yaitu

ad’u>/ ‘saya memanggil’, baik secara lafazhan ataupun taqdiran. Huruf/أدعو

nida>’ di atas diikuti muna>da> (yang dipanggil) yang digunakan untuk

memperjelas mitra tutur yang dimaksud.

Tuturan ini menggunakan huruf nida>’ يا /ya’/. Huruf nida>’ ini dapat

digunakan baik untuk muna>da dekat, tengah, maupun jauh. Pada tuturan ini,

huruf tersebut digunakan untuk muna>da dekat, tetapi berhukum jauh. Hal

tersebut dikarenakan muna>da tersebut berada dalam jarak dekat, penutur

berhadapan dengan mitra tutur secara langsung. Akan tetapi, muna>da

berhukum jauh dikarenakan penutur tidak mengenal mitra tutur, sehingga

percakapan mereka terasa jauh.

Muna>da yang digunakan pada tuturan di atas adalah muna>da nakirah

maqshu>dah, yaitu kata أخ/akh/. Kata tersebut termasuk dalam nakirah karena

Page 8: BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan” merupakan fi’il muta’addi, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek (maf’ul

46

kata tersebut merupakan kata yang masih umum, dan termasuk maqshu>dah

karena kata tersebut mempunyai acuan yang sudah jelas, yaitu seseorang yang

sedang bertutur dengan penutur.

b. Kata ‘afwan berada pada akhir tuturan

Penggunaan kata afwan di akhir tuturan merupakan salah satu cara penutur

untuk memohon maaf. Penggunaan tersebut dikarenakan penutur menginginkan

mitra tutur untuk terlebih dahulu memahami keadaan yang ada. Misalnya, ketika

seorang penutur salah dalam menyapa orang lain. Penutur dapat menjelaskan

keadaan dari kesalahannya agar keadaan yang dialami penutur dapat dipahami

oleh mitra tutur. Kemudian, setelah mitra tutur memahami keadaan yang terjadi,

penutur akan memohon maaf atas kesalahannya tersebut.

Jumlah kata ‘afwan di akhir tuturan pada penelitian ini ada empat tuturan.

Berikut contoh dari kata ‘afwan yang berdiri sendiri di akhir kalimat.

Tuturan 17:

U: Sa: 6)(.عفوا .فأحضر متأّخرا بسببه .حصل االستدام..... يا الدكتور )17(

/Ya> al-duktu>ra… chashalal-istida>m, fa akhdhuru muta'akhkhiran bisababihi. ‘Afwan/. ‘Prof, di jalan sedang terjadi kecelakaan, oleh karena itu saya terlambat, maaf’. Kata ‘afwan pada tuturan tersebut berdiri sendiri berada di akhir tuturan.

Kata tersebut didahului oleh Jumlah fi’liyah. Fi’il yang digunakan pada tuturan

(17) di atas berbentuk fi’il mudha>ri’, yaitu أحضر /akhdhuru/. Fi’il tersebut

merupakan fi’il yang membutuhkan objek. Objek dari fi’il tersebut adalah kalimat

muta'akhkhiran bisababih.

Page 9: BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan” merupakan fi’il muta’addi, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek (maf’ul

47

B. Bentuk dan Makna Kata العفو /al-‘Afwu/.

1. Pengertian Kata al-‘Afwu.

al-‘Afwu memiliki akar kata yang sama dengan ‘afwan, keduanya merupakan

masdar dari kata اوً فْ عَ –و فُ عْ يَـ –ا فَ عَ /’afa>-ya’fu>-afwan/ (Munawir, 1997: 951). al-Kalali

dalam kamus Indonesia-Arab menyepadankan kata al-‘afwu dengan kata maaf (al-

Kalali, 1987: 328). Parkinson (2006: 167) menyepadankan kata al-‘afwu dengan to

ask pardon, yakni memohon maaf. Permohonan maaf ini dilakukan ketika seseorang

telah membuat kesalahan yang tidak disengaja.

Lain halnya dengan penjelasan di atas, kamus Munjid menyebutkan bahwa

.adalah maf'ul yang bermakna fa'il (2008: 517) ( dapat dibaca al-‘afwu/ al-‘afwa) العفو

Kata al-‘afwu menggunakan penanda ma’rifah alif lam dengan maksud bahwa

permohonan maaf yang diucapkan oleh penutur merupakan sebuah kekhususan.

Kekhususan yang dimaksud adalah bahwa permohonan maaf yang diucapkan

hanyalah untuk satu kasus pada tuturan yang ia tuturkan.

2. Kontruksi Kata al-‘Afwu dalam Tuturan Permohonan Maaf

Kontruksi al-‘afwu berbeda dengan kontruksi ‘afwan. Pada kontruksi ‘afwan,

kata ‘afwan dapat berdiri sendiri, sedangkan pada kontruksi al-‘afwu, kata al-‘afwu

tidak dapat berdiri sendiri. Kata tersebut dapat bergabung dengan charf ataupun fi’il.

Berikut contoh kontruksi al-‘afwu dalam tuturan.

Page 10: BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan” merupakan fi’il muta’addi, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek (maf’ul

48

a. Kata al-‘afwu berada pada awal tuturan

Pentur menggunakan kata al-‘afwu di depan kalimat karena ia ingin

menekankan permohonan maaf yang ia tuturkan, sehingga tuturannya

menggunakan kata permohonan maafnya pada awal kalimat. Berikut contoh

penggunaan kata al-‘afwu pada awal kalimat.

Tuturan 18:

U): .إن كنت أردت أن تكون زوجة الثانية يل فال حرج عليك .كنت متزّوج.منك العفو )18(

Sa:8) /al-‘Afwu minki, kuntu mutazawwija, in kunti aradti an taku>na zaujatats-tsa>niyata li> fala> charju ‘alaika/. ‘Saya mohon maaf padamu, saya telah memiliki kekasih, jika kamu mau menjadi kekasih kedua untukku, maka tidak masalah’.

Tuturan (18) menggunakankata al-‘afwu dalam keadaan tidak berdiri

sendiri, melainkan bergabung dengan tarkib jar majru>r yang menggunakan charf

jar berupa charf ja>r min. Charf adalah sesuatu yang menunjukkan makna lain dan

tidak memiliki keistimewaan sebagaimana yang dimiliki oleh ism dan fi’il (al-

Ghulayaini, 2008:16). Charf ja>r min pada tuturan tersebut bermakna li i>dha>q atau

untuk menyebutkan makna yang sesungguhnya, yaitu untuk mendapatkan sebuah

maaf dari mitra tutur.

Jika dilihat dari sisi yang lainnya, sebagaimana telah disebutkan dalam

kamus Munjid bahwa al-‘afwu adalah maf'ul yang bermakna fa’il, kata al-‘afwu

dalam tuturan tersebut merupakan fa’il taqdiruhu ana>.

Page 11: BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan” merupakan fi’il muta’addi, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek (maf’ul

49

b. Kata al-‘afwu berada pada tengah tuturan

Penutur meletakkan kata di tengah kalimat karena penutur ingin

mendapatkan perhatian dari mitra tutur dengan menyapanya sebelum ia memohon

maaf, selain itu penutur juga ingin menjelaskan situasi setelah memohon maaf.

Kata al-‘afwu yang berada di tengah tuturan pada penelitian ini ditemukan dalam

dua tuturan. Kata al-‘afwu pada kedua tuturan tersebut berada pada kontruksi

jumlah fi’liyah dengan menggunakan fi’il yang sama, yaitu /أطلب/athlubu/.

Berikut penjelasannya.

Tuturan 19:

ألنين طالبة جديدة . ليس معي التذكرة مع أن هذه السيارة عندي. العفو أطلب .ديا سيّ )19(

ل انظر بطاقة تصدقين، تفضّ لو أنت مل . يف اجلامعة، و مل أعرف النظام اجلاري هنا

ا يل .ارةالسيّ (F: M:3) .ستجد أ

/Ya sayyida. Athlubul-‘afwa. Laisa ma’i> at-tadzkirata ma’a anna ha>dzihis-sayya>rata indi>. Li'anani> tha>libatun jadi>datun fi>l-ja>mi’ati, wa lam a’rif an-nidza>mal-ja>ri> huna>. Lau anta lam tashdiqni> tafadhdhal undhur bitha>qatas-sayya>rati, satajidu annaha> li>/. ‘Wahai tuan.Saya mohon maaf. Saya tidak membawa tiket mobil saya. Karena saya mahasiswa baru dikampus ini, dan saya tidak mengetahui peraturan yang berjalan di sini. Jika anda belum mempercayaiku, silahkan lihat kartu mobilku, anda akan menngetahui bahwa mobil ini milikku’.

Tuturan (19) di atas terdiri dari lima kalimat dalam penyusunannya. Kata

al-‘afwu pada tuturan di atas terdapat pada kalimat kedua. Kalimat tersebut

merupakan jumlah fi’liyah yang terdiri dari fi’il mudha>ri’ “athlubu” dengan

Page 12: BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan” merupakan fi’il muta’addi, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek (maf’ul

50

dhamir mustatir أ sebagai kata ganti orang pertama yang taqiruhu ana> dan juga

objek yaitu al-‘afwu.

Tuturan 20:

أنا آسف من . لقد أخطأت بغري عمد يف كتابة إسم حضرتك الكامل .أيا مشرفنا املكرم )20(

سأصححه . فإين لست قاصدا هذا التقصري منكم العفو أطلب. ائنفسي و من هذا اخلط

(F: M:7)فورا ولن أعيد هذا األمر إن شاء اهللا

/Aya> musyrifana>l-mukarram. Laqad akhta’tu bi ghairi amdin fi> kita>bati ismu khadzratakal-ka>mila. Ana> a>sifa min nafsi> wa min ha>dza>l-kha>tha>'i>. Athlubul-‘afwa minkum fainni> lastu qa>sidan hadza>t-taqsi>ri. Sa’ushachichuhu fauran wa lan a’i>du ha>dza>l-'amra in sya>’alLah/. ‘Pak pembina yang mulia. Saya telah salah dengan tidak sengaja dalam penulisan nama lengkap anda. mohon maaf dan ini adalah salahku. Saya mohon maaf kepadamu, saya tidak sengaja dengan kelalaian ini. Saya akan perbaiki kesalahan saya sesegera mungkin dan semoga saya tidak mengulanginya lagi, insyaAllah’.

Kata al-‘afwu di atas terdapat pada kalimat ketiga, kalimat tersebut

merupakan jumlah fi’liyah dengan fi’il “athlubu” yang mengandung kata ganti

orang pertama, yaitu pada huruf أ di awal fi’il.

Kata al-‘afwu diatas bergabung dengan tarkib jar majru>r yang

menggunakan charf jar berupa charf ja>r “min” dan majru>r yang berupa dhami>r

muttashil taqdiruhu antum, yaitu كم/kum/. Charf ja>r “min” ini bermakna li i>dha>q

atau untuk menyebutkan makna yang sesungguhnya, yaitu untuk mendapatkan

sebuah maaf dari mitra tutur.

Page 13: BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan” merupakan fi’il muta’addi, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek (maf’ul

51

c. Kata al-‘afwu berada pada akhir tuturan

Penutur menggunakan kata al-‘afwu dikarenakan ia menginginkan mitra

tutur untuk terlebih dahulu memahami situasi yang ada sebelum ia memohon

maaf. Berikut kata al-‘afwu yang ditemukan di akhir tuturan:

Tuturan 21:

طارئ أمر هناك أن وأخربكم الساعة هذه يف معكم موعًدا لديّ أن أعرف الطالب أيها )21(

ذلك يقتضي األمر هذا لكن موعدكم من لفتأخ أن قصدي فليس. معكم االجتماع مينعين

S:5) :(Aمنكم والعفو .اهللا مبشيئة آخر وقتا لكم سأختار.

/Ayyuhath-thulla>ba a’rifu anna ladayya mau’idan ma’akum fi> hadzihis-sa>’ata wa ukhbirukum anna huna>ka amra tha>ri' yamna’ani> al-ijtima>’a ma’akum. Falaisa qasdi> an akhtalifa min mau’idukum lakinna ha>dzal-amra yaqtadhi> dza>lika, sa akhta>ru lakum waqtan a>khari bimasyi'atilLah, wal-‘afwu minkum/. ‘Wahai murid-murid saya tahu bahwa saya telah memiliki janji dengan kalian pada jam ini dan disini saya akan mengabarkan bahwa pada saat ini saya mempunyai acara mendesak yang melarangku untuk bertemu dengan kalian. Saya tidak bermaksud untuk mengingkari janji dengan kalian akan tetapi acaraku ini menghendaki demikian. Saya akan mencarikan waktu untuk dapat bertemu kalian dengan izin Allah. Saya mohon maaf kepada kalian’. Pada kalimat terakhir pada tuturan di atas, kataal-‘afwu tidak berdiri

sendiri, melainkan bergabung dengan charfu ja>r من/min/ yang bermakna li i>dha>q

atau untuk menyebutkan makna yang sesungguhnya. Makna yang sesungguhnya

dari charf ini adalah makna dari, sehingga yang dimaksud adalah penutur

memohon sebuah maaf dari mitra tutur.

Page 14: BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan” merupakan fi’il muta’addi, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek (maf’ul

52

C. Bentuk dan Makna Kata /أستعفي/Asta’fi>/.

1. Pengertian Kata Asta’fi>

Kata asta’fi> memiliki asal kata yang sama dengan kata afwan dan al-‘afwu

yang berarti maaf. Perbedaannya adalah dalam bentukan wazannya, kata afwan dan

al-‘afwu menggunakan waza>n tsulatsi mujarrad, yaitu /’afa>-ya’fu>-afwan/. Lain

halnya dengan kedua kata tersebut, kata asta’fi> berasal dari wazan tsulatsi mazid bi

tsala>tsati achruf, yaitu alif, sin dan ta yang membentuk waza>n إستفعل /istaf’ala/.

Waza>n ini berarti fa’il meminta maf’ul untuk melakukan sesuatu.

Kata asta’fi> merupakan fi’il mudhari’ dari يستعفي-إستعفي /ista’fa>-yasta’fi>/

yang berarti fa’il meminta maf’ul untuk mengampuninya. Fi’il ini mengandung

dhami>r mustatir taqdiruhu ana>. Yunus (1990:273) menyepadankan kata asta’fi>

dengan meminta kebebasan. Sejalan dengan Yunus, Munawir (1997: 951) menyebut

kata asta’fi> dengan طلب العفو /thalabul-afwa/ ‘meminta maaf’.

2) Kontruksi Kata Asta’fi> dalam Tuturan Permohonan Maaf

Kata asta’fi> pada penelitian ini terletak di awal tuturan, karena penutur lebih

menekankan permohonan maaf yang dimaksudkan. Pada penelitian ini ditemukan

pada dua tuturan, kedua tuturan tersebut merupakan kata asta’fi> yang bergabung

dengan charfu ja>r. Berikut contoh tuturan tersebut. Tuturan 22:

)Sa:1 :U( نسيت الوعد .منكم أستعفي )22(

Page 15: BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan” merupakan fi’il muta’addi, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek (maf’ul

53

/Asta’fi> minkum, nasi>tul-wa’da/. ‘Saya mohon maaf kepada kalian, saya lupa akan janji itu’.

Pada kalimat pertama, kata asta’fi> bergabung dengan charfu ja>r “min”. Charfu

min pada tuturan di atas mengandung makna a’t-tab’i>dz atau menerangkan bagian,

yaitu bagian dari sifat pemaaf sebagai bagian dari jiwa mitra tutur.

Pada tuturan (22), penutur menggunakan kata asta’fi> yang bergabung dengan

jumlah fi’liyah. Fi’il / نسيت /nasi>tu/ digunakan dalam jumlah fi’liyah ini. Fi’il ini

merupakan fi’il muta’addi, sehingga fi’il ini mewajibkan adanya objek. Objek pada

tuturan diatas adalah kata الوعد /al-wa’da /.

D. Bentuk dan Makna Kata / عذرا /’Adzran /.

1. Pengertian Kata ‘Adzran

Kata ‘adzran merupakan bentuk masdar dari عذرا –يعذر -عذر /‘adzaa-

ya’dziru-‘adzran/ yang berarti maaf (Munawir, 1997: 909). Baalbaki dan Baalbaki

(2006: 614) dalam kamus al-Maurid menyepadankan ‘adzran dengan to excuse,

forgive, dan pardon yang berarti memaafkan atau memberi ampun.

al-Adaileh (2007: 148) menyepadankan kata ‘adzran dengan apologize.

Senada dengan al-Adaileh, Chamani dan Zareipur (2010: 143) menyepadankan kata

‘adzran dengan apologize. Kata tersebut digunakan saat berbicara dengan seseorang

yang akrab, kata ini merupakan taraf kata yang sopan dalam permohonan maaf.

Page 16: BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan” merupakan fi’il muta’addi, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek (maf’ul

54

Manthur (1119: 2854) menyebutkan kata ‘adzran dengan makna جةاحل /al-

chujjatu/, yaitu sebuah alasan. Alasan yang dimaksud adalah alasan yang

diungkapkan untuk sebuah perbaikan. Salah satu kegunaan alasan tersebut adalah

untuk memohon maaf dan memperbaiki hubungan baik dengan mitra tutur.

2. Kontruksi Kata ‘Adzran dalam Tuturan Permohonan Maaf

a. Kata ‘adzran berada pada awal tuturan

Penutur menginginkan sebuah maaf dari mitra tutur, sehingga ia

meletakkan kata ‘adzran pada awal tuturan. Selain itu, penutur juga menjelaskan

situasi setelah menyebutkan kata ‘adzran sebagai bentuk penguatan. Kalimat

yang mengandung kata ‘adzran pada tuturan ini berada dalam kontruksi jumlah

ismiyah, berikut penjelsannya:

Tuturan 23:

عليه اتفقنا ما نسيت األفكار تزاحم و شغالاإل لكثرة .التخلف على صدقائيأ اي عذرا )23(

(A: S:1)مساح و عذر فلاآل مّنا ولكم. أذكره أن الشيطان إال أنسانيةوما

/‘Adzran ya> asdiqa>'i ala>t-takhlifi. likatsratil-isytigha>li wa taza>chumul-afka>ri nasi>tu ma> ittafaqna> alaihi wa ma> ansa>niyati illasy-syaitha>ni an adzkurahu. Wa lakum minna>l-a>la>f ‘adzra wa sama>cha/. ‘Maaf hai teman-temanku, atas kesalahanku. Karena banyaknya kesibukan dan fikiran aku lupa atas apa yang telah kita sepakati dan tidak ada kelupaan kecuali datangnya dari setan, aku akan mengingat itu. Saya memohon beribu maaf dan ketulusanmu’.

Kata ‘adzran pada tuturan di atas berada pada awal kalimat. Kata tersebut

diikuti oleh nida>’ untuk mengambil perhatian dari mitra tutur. Charf nida>’ yang

Page 17: BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan” merupakan fi’il muta’addi, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek (maf’ul

55

digunakan adalah يا/ya> / yang menunjukkan bahwa orang yang dipanggil (muna>da)

adalah orang yang dekat. Muna>da dari nida>’ tersebut berbentuk mufrad ma’rifah,

karena penutur mengarahkan tuturannya untuk orang yang jelas, yaitu teman-

temannya yang sedang menunggunya.

b. Kata ‘adzran berada pada akhir tuturan

Penutur meletakkan kata ‘adzran di akhir tuturan karena ia menginginkan

untuk menjelaskan situasi yang telah terjadi sehingga mitra tutur memahami posisi

penutur pada saat itu.

Tuturan 24:

عذرا و عذرا. ما نوعا تشبهه ألنك زميلي أنك عأتوقّ كنت. دالسيّ هاأيّ ذرينتاع اهللا ماشاء )24(

)S:4 :A (وقع ما ىعل

/Ma> sya>'alLah i’tadzirni> ayyuha>s-sayyida. Kuntu atawaqqa’a annaka zami>li>, li'annaka tasya>bahahu nau’an ma>. ‘Adzran wa ‘adran ala> ma> waqa’a/. ‘Masya Allah maafkan saya tuan. Saya kira anda teman saya, karena anda mirip dengannya. Maaf sekali atas apa yang terjadi’.

Pada tuturan (24) diatas, penutur menggunakan kata ‘adzran diakhir

kalimat. Hal ini dikarenakan penutur ingin menjelaskan kejadian yang sedang

terjadi sebelum memohon maaf. Sehingga dengan demikian, akan terbentuk

pemahaman yang sama antara penutur dan mitra tutur.

Pada tuturan di atas, terdapat dua kata‘adzran dalam satu kalimat. Hal ini

digunakan untuk penegasan bahwa penutur benar-benar memohon maaf.

Page 18: BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan” merupakan fi’il muta’addi, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek (maf’ul

56

E. Bentuk dan Makna Kata معذرة / Ma’dzirah /.

1. Pengertian Kata Ma’dzirah.

Kata معذرة/ma’dzirah/ merupakan bentuk masdar dari عذرا –يعذر -عذر

/‘adzara-ya’dziru-‘adzran/ yang berarti maaf (Munawir, 1997: 909). Baalbaki dan

Baalbaki (2006: 614) dalam kamus al-Maurid menyepadankan ma’dzirah dengan to

excuse, forgive, dan pardon yang berarti memaafkan atau memberi ampun. Senada

dengan Baalbaki dan Baalbaki, Chamani dan Zareipur (2010: 143) menyepadankan

ma’dzirah dengan apologize.

Manthur (1119: 2857-2859) mendefinisikan kata ma’dzirah dengan sebuah

ism yang berasal dari wazan يعذر -عذر /‘adzara-ya’dziru / yang berarti pengungkapan

alasan. Manthur (1119: 2857) menjelaskan makna alasan tersebut dengan kalimat

بكّل حّجة يعتذر منها لو أدىل

/Lau adla> bikulli chujjatin ya’tadziru minha>/. ‘Jika seseorang menunjukkan beberapa alasan maka ia memohon maaf dengan alasan tersebut’. Kata ma’dzirah juga ditemukan dalam beberapa ayat dalam al-Qur’an, baik

dalam bentuk mufrad maupun jama’. Seperti pada surat al-A’raf:164 berikut:

øŒ Î) uρôMs9$s% ×π ¨Βé& öΝåκ÷] ÏiΒzΝÏ9 tβθ Ýà Ïè s?$·Βöθ s%  ª!$# öΝßγä3Î=ôγãΒ÷ρ r& öΝåκæ5Éj‹yè ãΒ$\/#x‹tã#Y‰ƒÏ‰x©((#θ ä9$s

∪⊆∉⊇∩ƒtG−)àθβtρu9sèy=γ̄ßΟó‘u/nÎ3äΟó)Î<n’4Βtè÷‹É‘uο̧%

Wa idz qa>la ummatun minhum lima taidhu>na qauman. Allahu muhlikuhum au muadzdzibuhum ‘adza>ban syadi>dan. Qa>lu> ma’dziratan ila> rabbikum wa la’allahum yattaqu>na.

Page 19: BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan” merupakan fi’il muta’addi, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek (maf’ul

57

dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: "Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang Amat keras?" mereka menjawab: "Agar Kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa. Katsir (dalam Syaikh, 2003: 609) menjelaskan bahwa yang dimaksud alasan

adalah sebuah pelepasan tanggungjawab. Alasan mereka itu ialah bahwa mereka telah

melaksanakan perintah Allah untuk memberi peringatan, sehingga jika dikemudian

hari ia ditanya tentang tugasnya, maka alasan tersebut adalah jawaban yang tepat

untuk bertanggungjawab.

Pada ayat tersebut terlihat bahwa alasan yang diungkapkan digunakan untuk

bertanggungjawab kepada Allah, sebuah ungkapan permohonan maaf atas kelalaian

kaum yang telah diberi nasihat. Ungkapan pertanggungjawaban tersebut dapat

mengembalikan keridhaan Allah kepada pemberi nasehat.

2. Kontruksi Kata Ma’dzirah dalam Tuturan Permohonan Maaf

a. Kata Ma’dzirah Berada pada Awal Tuturan

Seperti halnya tuturan permohonan maaf yang lain, penutur menggunakan

kata ma’dzirah di awal tuturan menunjukkan bahwa penutur lebih mengedepankan

maaf dari mitra tutur. Tuturan permohonan maaf yang ditemukan di awal tuturan

menggunakan kata ma’dzirah yang berada dalam kontruksi yang bergabung

dengan tarkib nida>’. Seperti pada tuturan 25 dibawah ini.

لقد حاولت إجناز هذا العمل خالل أسبوع، وتبني أين عاجزة .ساحمين معذرة، يا أستاذ، )25(

?(F: M: 2)من فضلك هل ميكنين أن أطلب تأجيل الوقت إىل أسبوع القادم. عن إمتامه

Page 20: BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan” merupakan fi’il muta’addi, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek (maf’ul

58

/Ya> usta>dzu, ma’dzirata, sa>michni>.Laqad cha>waltu inja>zi ha>dza>l-amala khila>la usbu>’a, wa tubayyinu anni> ‘a>jizata an itma>mihi. Min fadzlika hal yumkinuni> an athluba ta'ji>lal-waqta ila> usbu>’il-qa>dimi?/ ‘Pak, maafkan saya, maaf. Saya telah mengerjakan tugas ini selama satu minggu, anda menjelaskan bahwa saya tidak mampu untuk menyelesaikan tugas ini. Jika anda berkenan, mungkinkah saya meminta waktu sampai minggu depan?’

Pada tuturan (25) kata ma’dzirah bergabung dengan tarkib nida>’ yaitu ya>

usta>du. Tarkib ini terdiri dari alat nida>’ “ya>” yang menunjukkan bahwa

muna>danya dekat, sedangkan muna>da pada tuturan di atas berupa naqirah

maqsu>dah, karena orang yang diajak bicara telah diketahui. Kata ma’dzirah pada

tuturan di atas juga bergabung dengan kata yang berekspresi permohonan maaf,

yaitu sa>michni>. Kata sa>michni> pada tuturan di atas berfungsi untuk menegaskan

permohonan maaf penutur.

b. Kata ma’dzirah berada pada tengah tuturan

Penutur menggunakan kata ma’dzirah pada tengah tuturan bertujuan

untuk memberikan alasan atas kesalahannya, kemudian tidak hanya itu, penutur

juga memperkuat alasan tersebut dengan kalimat setelah kata ma’dzirah.

Penggunaan kata ma’dzirah ditemukan berada dalam kontruksi. Berikut contoh

tuturan tersebut:

Tuturan26:

)M: Sa: 1(.خلضور متأخرا معذرة .جتماع حلل الواجباليوم اإل عفوا نسيت أن لدينا )26(

/‘Afwan nasi>tu an ladaina>l-yaumal-ijtima>’a lichallil-wa>jiba. Ma’dzirata likhudhu>ri muta'akhiran/.

Page 21: BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan” merupakan fi’il muta’addi, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek (maf’ul

59

‘Maaf saya lupa bahwa hari ini kita mempunyai pertemuan untuk mengerjakan tugas. Maaf untuk datang terlambat’. Pada tuturan di atas, kata ma’dzirah tidak berdiri sendiri, melainkan

berada dalam kontruksi jumlah fi’liyah. Jumlah fi’liyah tersebut terdiri dari fi’il

yang terhapus, yaitu أعتذر /a’tadziru/, maf’ul muthlaq, yaitu معذرة /ma’dzirata/

sebuah kata permohonan maaf dan juga maf’ul tsa>ni, yaitu خلضور متأخرا /likhudhu>ri

muta’akhiran/ sebuah penjelasan dari permohonan maaf tersebut.

F. Bentuk dan Makna Kata /أعتذر/A’tadzir /.

1. Pengertian Kata A’tadzir

kata أعتذر /a’tadzir / dan معذرة / ma’dzirah/ keduanya berasal dari akar kata yang

sama. Merupakan fi’il mudha>ri’ dengan waza>n علتإف /ifta’ala/. Fi’il tersebut

berdhami>r mustatir taqdiruhu ana>. al-Adaileh (2007: 148), menyepadankan kata

a’tadzir dengan kata apologize.

2) Kontruksi Kata A’tadzir dalam Tuturan Permohonan Maaf

a. Kata a’tadzir berada pada awal tuturan

Penutur mengunakan kata a’tadzir di awal tuturan dengan maksud bahwa

penutur lebih menekankan permohonan maaf atas kesalahan yang telah ia lakukan.

Pada penelitian ini, kata a’tadzir ditemukan dalam satu bentuk, yaitu berada dalam

kontruksi jumlah fi’liyah.

Tuturan 27:

و مل أقدر على ... وقعت يف الزحام و فيه التصادم... ريعلى تأخّ يا أستاذنا أعتذركم )27(

(R: S:6) خروجه

Page 22: BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan” merupakan fi’il muta’addi, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek (maf’ul

60

/A’tadzirukum ya> usta>dzana> ala> ta'akhkhuri>… waqa’tu fi>z-zucha>mi wa fi>hit-tasha>dum.. wa lam aqdiru ala> khuru>jihi/. ‘Saya mohon maaf prof, atas keterlambatanku. Saya terjebak macet karena kecelakaan. Dan saya tidak dapat keluar darinya’. Tuturan (27)di atas kata a’tadzir tidak berdiri sendiri, melainkan bergabung

dalam sebuah kontruksi. Kata tersebut diikuti oleh charf nida>’ yang menggunakan

muna>da mufrad ma’rifah. Huruf nida>’ dijumpai pada tuturan tersebut befungsi

untuk mengambil perhatian mitra tutur. Muna>da (orang yang dipanggil) yang

digunakan berbentuk gelar, yaitu “usta>dzuna>”, kata itu digunakan oleh penutur

karena penutur menghormati mitra tutur.

2. Kata a’tadzir berada pada tengah tuturan

Penutur menggunakan kata a’tadzir di tengah kalimat karena penutur

menginginkan untuk menjelaskan kejadian yang terjadi, kemuadian ia akan

memohon maaf atas kesalahannya tersebut. Tidak hanya demikian, penutur juga

menegaskan alasannya dengan memberikan penjelasan yang lain. Kata a’tadzir

ditengah tuturan pada penelitian ini dapat berada dalam kontruksi jumlah fi’liyah

dan jumlah ismiyah.

Tuturan 28:

و أرجو مساحتكم على .. على ذلك أعتذركم... كتابة االسم خاطئة أرى أنّ )28(

(R: S: 7) ..جتديدها

/Ara> anna kita>batal-isma kha>thi'ata.. a’tadzirukum ala> dza>lika. Wa arju> sama>chatakum ala> tajdi>diha>/. ‘Saya melihat bahwa terjadi kesalahan dalam penulisan nama. Saya mohon maaf atas itu. Saya mohon kelapangan hati anda agar saya dapat menggantinya’.

Page 23: BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan” merupakan fi’il muta’addi, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek (maf’ul

61

Jumlah fi’liyah pada tuturan (28) di atas menggunakan fi’il أعتذر

/a’tadziru/ yang mengandung fa’il berupa dhami>r mustatir taqdiruhu ana>. Fi’il

tersebut merupakan fi’il muta’adi yang mempunyai objek dalam bentuk dha>mir

mustatir taqdiruhu antum, yaitu كم/kum/. Fi’il tersebut juga bergabung dengan

charfu ja>r على /ala>/ yaitu yang bermakna lam ta’li>l untuk mengutarakan sebuah

alasan.

Tuturan 29:

و ... و احلمد هللا ...و إن كان يوافق ما تريد... لقد اجنزت عملي ... يا سعادة املدير )29(

...S: :(R (2 إلبداله إن شاء اهللا كما طلبتو أرجو مساحتك ... منه أعتذر أنا...إال

/Ya> sa’a>datal-mudi>ri… laqad anjaztu amali>..wa in ka>na yuwa>fiqu ma> turi>d.. wal-chamdulillah..wa illa>,, ana> a’tadziru minhu.. wa arju> sama>chataka li ibda>lihi in sya>’alLah kama> thalabta/. ‘Pak direktur yang mulia, saya telah berusaha menyelesaikan tugasku, apabila sesuai dengan apa yang anda inginkan, Alhamdulillah. Apabila tidak sesuai, saya mohon maaf dari itu. Saya mohon kerelaan hati anda agar saya dapat menggantinya sesuai dengan yang anda inginkan.InsyaAllah’. Kata a’tadzir di atas berada pada kontruksi jumlah fi’liyah. Fi’il yang

digunakan dalam tuturan tersebut adalah fi’il mudha>ri’ أعتذر /a’tadziru/. Kata

a’tadzir pada kalimat tersebut bergabung dengan ism dhamir أنا /ana>/, ism tersebut

merupakan kata ganti orang pertama tunggal. Selain itu, kata a’tadzir juga

bergabung dengan charfu ja>r “min”, charf ini bermakna baya>n li jinsi, yaitu untuk

menjelaskan jenis kesalahannya.

Page 24: BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan” merupakan fi’il muta’addi, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek (maf’ul

62

G. Bentuk dan Makna Menggunakan Kata اعذر /I’tadzir/.

1. Pengertian Kata I’tadzir.

‘Adzran, ma’dzirah, a’tadzir dan i’tadzir merupakan kata yang berasal dari

wazan yang sama. I’tadzir merupakan fi’il amr dari dari يعذر -عذر /‘adzara-ya’dziru/

yang berarti maaf (Munawir, 1997: 909). Baalbaki dan Baalbaki (2006: 614) dalam

kamus al-Maurid menyepadankan ma’dzirah dengan to excuse, forgive, dan pardon

yang berarti memaafkan atau memberi ampun.

2) Kontruksi Kata I’tadzir dalam Tuturan Permohonan Maaf

Kata i’tadzir berada pada penelitian ini ditemukan dalam satu tuturan. Kata

tersebut berada di awal tuturan dan tidak berdiri sendiri, melainkan berada dalam

sebuah kontruksi. Berikut penjelasan tuturan tersebut.

Tuturan 30:

ىعل وعذرا عذرا. نوعاما تشبهه ألنك,زميلي أنك عأتوقّ كنت.دالسيّ هاأيّ ىنر ذتعإ اهللا ماشاء )30(

(A: S: 4) ماوقع

/Ma> sya>'alLah i’tadzirni >ayyuha>s-sayyida. Kuntu atawaqqa’a annaka zami>li>, liannaka tasya>bahahu nau’an ma>. ‘Adzran wa adran ala> ma> waqi’a/. ‘MasyaAllah maafkan saya tuan. Saya kira anda teman saya, karena anda mirip dengannya. Maaf sekali atas apa yang terjadi’.

Kata i’tadzir pada pada tuturan di atas bergabung dengan kalimah tayyibah,

yaitu اهللا ماشاء /ma> sya>'alLah/ kalimat tersebut berguna untuk mengungkapkan

ketakjuban. Selain itu, kata i’tadzir juga bergabung dengan charf nida>’ ./<ayyuha/ هاأيّ

Chaf tersebut digunakan untuk muna>da yang jauh. Muna>da pada tuturan tersebut

Page 25: BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan” merupakan fi’il muta’addi, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek (maf’ul

63

adalah ّدالسي /a’s-sayyida/, muna>da ini termasuk muna>da mufrad ma’rifah dengan alif

lam ma’rifah, yaitu muna>da tunggal dan sudah diketahui orangnya.

H. Bentuk dan Makna Kata /آسف/A>sif /.

1. Pengertian Kata A>sif.

Kata آسف /a>sif /merupakanism fa’il dari waza>n أسف– يأسف - أسفا /asifa-ya'safu-

asafan/. Kata a>sif menurut Yunus (1989: 42) berarti yang berduka cita atau yang

kasian. Sedangkan Baalbaki dan Baalbaki (2006: 64) menyepadankan kata آسف

/a>sif/ dengan (i am) sorry, excuse me, dan pardon me yang berarti maafkan saya.

Baalbaki dan Baalbaki (2006: 64) juga menyebutkan bahwa kata آسف /a>sif/ dan سفأ

/asif/ merupakan dua kata yang sama. Kedua kalimat ini sepadan dengan regretful

atau sad.

Berbeda dengan Baalbaki dan Baalbaki, al-Adaileh (2007: 148)

menyepadankan kata a>sif dengan sorry. Sama halnya dengan Al-adaileh, Chamani

dan Zareipur (2010: 143) juga menyepadankan kata a>sif dengan sorry. Kata ini

digunakan ketika berbicara dengan orang sebaya atau bisa juga digunakan saat

berbicara dengan orang yang belum akrab.

2. Kontruksi kata a>sif dalam tuturan permohonan maaf

Page 26: BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan” merupakan fi’il muta’addi, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek (maf’ul

64

a. Kata a>sif berada pada awal tuturan

1) Kata a>sif berdiri sendiri

Tuturan 31:

)M:7 :P(لست معتمد .آسف )31(

/A>sif. Lastu mu'tamidan/. ‘Maaf. saya tidak sengaja’.

Kata a>sif pada tuturan (31) di atas berdiri sendiri. Kata tersebut

diikuti olehfi’il laisa. Laisa pada tuturan di atas bermakna peniadaan. Selain

itu, laisa juga mengandung dhami>r mustatir taqdiruhu ana> yaitu huruf ت/tu/,

sehingga menjadi لست /lastu/.

2) Kata a>sif berada dalam kontruksi

Tuturan 32:

)M: :F (1 سآيت إليكن فور ما ميكن .نسيت موعد لقائنا .آسف أنا يا زمياليت )32(

/Ya> zami>la>ti> ana> a>sifa.Nasi>tu mau’ida liqa>'ana>. Sa'a>ti> ilaikunna fauran ma> yumkinu/. ‘Hai teman-temanku aku mohon maaf. Aku lupa akan janji pertemuan kita. Aku akan datang menemui kalian secepat mungkin’. Kata a>sif pada tuturan di atas bergabung dengan tarkib nida>’ dan juga

dhamir munfashil.Tarkib nida>’ pada tuturan tersebut terdiri dari charf nida>’ يا

/ya>/ yang menunjukkan bahwa muna>danya berada dalam keadaan dekat,

sedangkan muna>danya berupa mudha>f, yaitu ism ةزميال /zami>la>ti/ yang

diidhafahkan kepada ya’ mutakallim.

Page 27: BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan” merupakan fi’il muta’addi, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek (maf’ul

65

b. Kata a>sif berada pada tengah tuturan

Kata a>sif yang berada pada tengah tuturan pada penelitian ini ditemukan

berada dalam kontruksi. Berikut penjelasannya.

Tuturan 33:

من آسف أنا. لقد أخطأت بغري عمد يف كتابة إسم حضرتك الكامل .أيا مشرفنا املكرم )33(

سأصححه . أطلب العفو منكم فإين لست قاصدا هذا التقصري. ائو من هذا اخلطنفسي

(F: M: 7) فورا ولن أعيد هذا األمر إن شاء اهللا

/Aya> musyrifana>l-mukarram. Laqad akhta'tu bi ghairi ‘amdin fi> kita>bati ismu khadratakal-ka>mila. Ana> a>sif min nafsi> wa min hadza>l-khatha>'i>. Athlubul-‘afwa minkum fainni> lastu qa>sidan hadza> a’t-taqsi>ra. Saushachichuhu fauran wa lan a’i>du hadza>l-amra in sya>'alLah/. ‘Pak pembina yang mulia. Saya tidak sengaja telah salah dalam menulis nama lengkap anda. Saya mohon maaf dari diriku dan kesalahan ini. Saya mohon maaf, saya tidak bermaksud untuk itu. Akan saya perbaiki kesalahan saya sesegera mungkin dan semoga saya tidak mengulanginya lagi, insyaAllah’. Kalimat “ana> a>sif min nafsi> wa min hadza>l-khatha>’i>” merupakan

kontruksi a>sif pada tuturan (33) di atas. Kata a>sif pada kalimat tersebut

bergabung dengan dha>mir أنا /ana>/ yang digunakan untuk mempertegas

permohonan maaf dan juga bergabung dengancharf ja>r من /min/ yang bermakna

a’s-sababiyah wa a’t-ta’li>l, yaitu untuk menjelaskan alasan penutur memohon

maaf.

I. Bentuk dan Makna Kata محنيسا /Sa>michni>/.

1. Pengertian Kata Sa>michni>

Page 28: BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan” merupakan fi’il muta’addi, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek (maf’ul

66

Kata sa>michni> terdiri dari dua morfem, yaitu fi’il محسا /sa>mich/ dan dhami>r ين

/ni>/. Fi’ll محسا /sa>mich/ dalam kamus Munawwir (1984: 657) merupakan fi’il amr

yang berarti maafkan. Dhami>r ين /ni>/ adalah dhami>r muttasil orang pertama tunngal.

Dhami>r ini berposisi sebagai maf’ul darifi’il محسا /sa>mich/.

Baalbaki dan Baalbaki (2006: 453), beliau menyebutkan fi’il tersebut dengan

arti to forgive atau memaafkan. Senada dengan Baalbaki dan Baalbaki, al-Adaileh

(2007: 153) juga menyepadankan kata sa>michni> dengan forgive me. Kata ini

digunakan ketika berbicara dengan seseorang yang akrab.

2) Kontruksi Kata Sa>michni> dalam Tuturan Permohonan Maaf

a. Kata sa>michni> berada pada awal tuturan

Kata sa>michni> pada awal tuturan ditemukan dalam sebuah kontruksi.

Brikut contoh dari tuturan yang menggunakan kata sa>michni> di awal tuturan.

Tuturan 34:

)Sa:: M 2(هذا االمر أن أحسن ساحمين )34(

/Sa>michni> an achsina ha>dza>l-amra/. ‘Maafkan saya, saya akan perbaiki perkara ini’. Pada tuturan di atas, kata sa>michni> bergabung dengan charf أن/an/

masdariyah. Charf ini berguna untuk merubah fi’il menjadi sebuah ism, yaitu

ism masdar. Sehingga fi’il أحسن /achsina/ berubah fungsi menjadi ism.

Page 29: BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan” merupakan fi’il muta’addi, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek (maf’ul

67

Tuturan 35:

و اجلامعة األنظمة أعرف مل و اجلامعة هذه يف جديد طالب أنا .ديياسيّ ساحمنا )35(

(A: S: 3) الدراجات أو للسيارات املوقف نظام بشأن مايتصل باألخص

/Sa>michna> ya> sayyidi>. ana> tha>libun jadi>dun fi> ha>dzihil-ja>mi’ati wa lam a’rif a’l-andhimatal-ja>mi’ata wa bil akhshi ma> yattashilu bi sya'ni nidha>mal-mauqifi lis-sayya>ra>ti au a’d-daraja>ti/. ‘Maafkan kami tuan. saya mahasiswa baru di kampus ini dan saya tidak mengetahui peraturan kampus, khususnya yang bersangkutan dengan peraturan parkiran untuk mobil atau sepeda’. Tuturan (35) di atas menggunakan kata sa>michni yang bergabung

dengan tarkib nida>’. Tarkib tersebut terdiri dari charf nida>’ يا /ya>/ yang

menunjukkan bahwa muna>danya berada dalam keadaan dekat. Sedangkan

muna>da dalam tuturan tersebut berupa muna>da mufrad ma’rifah, yaitu ّديسي

/sayyidi>/.

b. Kata sa>michni> berada pada tengah tuturan

Kata sa>michni yang berapada di tengah tuturan dapat berdiri sendiri

maupun bergabung dalam kontruksi, berikut penjelasannya:

1) Kata sa>michni> berdiri sendiri

Tuturan 36:

ذه أ .أنا طالب مستجدّ )36( ن ملا دخلت هذه موقف ال أجد أل, نظمةفما علمت

ذا األأعلم لو أنّ لدي ال, نظمة أقرأهاأ أيّ :M).عفوا.ساحمين.مرك قد اوجبتين

Sa:3)

Page 30: BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan” merupakan fi’il muta’addi, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek (maf’ul

68

/Ana> tha>libun mustajjidun. Fama> ‘alimtu biha>dzihi andzimah, li'ana lima> dakhaltu ha>dzihi mauqifa la> ajidu ayya andzimah aqra'uha>. Lidza> la> a’lamu lau annaka qad aujabtani> bi ha>dza> al-amra.Sa>michni>.‘Afwan/. ‘Saya mahasiswa baru. Saya tidak mengetahui peraturan ini, karena pada saat saya masuk ke tempat parkir, saya tidak mendapatkan atuaran apapun yang saya baca, maka dari itu saya tidak tahu jika anda mewajibkanku untuk perkara ini. Maaf. Maaf’. Pada tuturan (36) di atas, kata sa>michni> berdiri sendiri. Kata tersebut

bergabung dengan kata permmohonan maaf yang lain untuk mempertegas

permohonan maaf, yaitu kata عفوا /‘afwan/. Kata ‘afwan tersebut merupakan

maf’ul muthlaq dari fi’il yang terhapus.

2) Kata sa>michni> berada dalam kontruksi

Tuturan 37:

لقد حاولت . يف حضور الفصل أخريت ىعل ساحمين معذرة.يا فضيل األستاذ )37(

الذهاب من البيت مبكرا، ولكن قد طرأت يف الطريق حادثة، فال أستطيع أن أمر

. ختيار طريق آخر إىل املدرسةإو يف املرة القادمة سأحاول عدم التأخري ب. بسرعة

(F: M: 6)

/Ya> fadhilal-usta>dz. Ma’dzirata sa>michni> ‘ala> ta'khi>ri fi>chudhu>ril-fashla. Laqad cha>waltu a’dz-dziha>ba minal-baiti mubakkiran, walakinna qad thara'tu fi>th-thari>qi cha>ditsata, fala> astathi’a an amura bisur’ati. Fi>l-marratal-qa>dimata saucha>wilu adamut-ta'khi>ri biikhtiya>ri thari>qa a>khara ila> madrasati/. ‘Ustadz yang mulai. Maaf maafkan saya atas keterlambatanku dalam menghadiri kelas. Saya telah berusaha berangkat dari rumah pagi-pagi buta, akan tetapi secara tidak sengaja di jalan terjadi kecelakaan, maka dari itu saya tidak dapat berjalan dengan cepat. Pada kesempatan

Page 31: BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan” merupakan fi’il muta’addi, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek (maf’ul

69

mendatang saya akan berusaha untuk tidak terlambat dengan memilih jalan lain untuk ke sekolah’. Kalimat “ma’dzirata sa>michni>‘ala> ta’khi>ri fi> khudhu>ril-fashla”

merupakan kontruksi kata sa>michni> dalam tuturan (37) di atas. Pada

kalimat tersebut, kata sa>michni> bergabung dengan ism masdar dan juga

charf ja>r على /‘ala>/. Ism masdar pada kalimat tersebut dimunculkan untuk

mempertegas permohonan maaf penutur, sehingga penutur memunculkan

kata permohonan maaf selain sa>michni>. Sedangkan charfu ja>r pada kalimat

tersebut bermakna من /min /, yaitu penutur memohon maaf dari kesalahan

yang telah ia perbuat.

c. Kata sa>michni> berada pada akhir tuturan

Tuturan 38:

هذه اجلامعة و هي لقد حدثت صدمة السيارة يف الطريق اىل, زمحة يف كل مكان يا دكتور )38(

الطريق الذي حدثت فيه احلادثة حيت جاءت من البوابة الرئيسية فال استطيع العبورة ذلك ريبةق

) :M.ل القاعة ألمسع اليك الدروسخأن أد ساحمين...فتأخرت بذلك , يم املرورظشرطة لتن

Sa: 6)

/Yachmatu fi> kulli maka>ni ya> duktu>r, laqad chadasat shadmatisy-sayya>rati fi>th-tha>riq ila> ha>dzihil-ja>mi’ati wa hiya qari>bata minal-bawa>batir-ra'isiyati fala> astathi>’ul-ubu>rata dza>likath-thari>qal-ladzi chadasat fi>hi al-cha>ditsata chatta ja>'ati syarthati litanzhi>mil-maru>ra, fa ta'akhkhartu bidza>lika… Sa>michni> an adhulal-qa>’ata li asma’a ilaikad-duru>sa/. ‘Orang berdesak-desakan dimana-mana prof, telah terjadi tabrakan di jalan menuju kampus ini yaitu dekat dengan gerbang utama,

Page 32: BAB II BENTUK DAN MAKNA SATUAN LINGUAL ... Fi’il “athlubu” pada kalimat “athlubu‘afwan” merupakan fi’il muta’addi, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek (maf’ul

70

maka dari itu saya tidak dapat melintas jalan itu yang sedang terjadi kecelakaan sampai datang polisi lalu lintas untuk menertibkan jalan, maka saya terlambat karena itu…Maafkan saya untuk masuk aula untuk mendengarkan pelajaranmu’. Tuturan (38) di atas mengandung kata sa>michni> yang berada dalam

kontruksi. Kata tersebut bergabung dengan charf أن /an/. Charf ini adalah charf an

masdariah, yaitu charf an yang berfungsi untuk merubah fungsi fi’il menjadi

fungsi ism. Pada tuturan tersebut fi’il أدحل /adhula/ berubah fungsi menjadi fungsi

ism sehingga fi’il tersebut dapat bergabung dengan fi’il ساحمين /sa>michni>/.