ANALISIS FI’IL TSULATSI MUJARROD DAN MAZID BESERTA ...

15
Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1 Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0 P-ISSN 2598-0637 E-ISSN 2621-5632 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 545 ANALISIS FI’IL TSULATSI MUJARROD DAN MAZID BESERTA FAIDAHNYA DALAM KITAB AYYUHAL WALAD Moh Nizar Alwi Universitas Negeri Malang [email protected] ABSTRAK: Penelitian ini adalah penelitian mengenai pola morfologis (al-siyagh al-sharfiyyah ) dari fi’il-fi’il yang terdiri dari 3 huruf dan mendapatkan tambahan huruf-huruf tertentu (fi’il tsulatsi mazid ) yang disertai faidahnya dalam kitab “Ayyuhal Walad ” karya Imam Abu Hamid al-Ghazali. Urgensi penelitian ini dikarenakan fenomena banyaknya wazan fi’il mazid dalam bahasa Arab, mencapai 12 wazan dengan bervariatif faidahnya. Dengan adanya faidah yang bervariatif ini menyebabkan banyak ketumpang tindihan dalam memaknai suatu fi’il. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan wazan-wazan dari fi’il tsulasi mazid yang terdapat dalam kitab Ayyuhal Walad dengan menentukan faidahnya .Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan desain library research (kajian pustaka). Dalam penelitian ini ditemukan variasi wazan dari fi’il tsulatsi mazid bi harfin (tambahan satu huruf), bi harfain (tambahan 2 huruf), dan bi tsalasati ahraf (tambahan tiga huruf). Begitu pula, faidah-faidah yang terdapat disetiap fi’ilnya, seperti faidah muthawa’ah, ta’diyyyah, takalluf, wujdan, itikhad, musyarokah bainats nain, musyarokah bainats nain fa aktsar . KATA KUNCI: fi’il tsulatsi mazid, wazan, Ayyuhal Walad. Bahasa Arab merupakan bahasa dari kitab suci al- Qur’an yang menjadi pedoman hidup dan landasan hukum bagi pemeluk agama islam, agama yang terbesar pemeluknya. Ghalayaini (1984:8) mengatakan Bahasa Arab adalah satuan-satuan bahasa yang diujarkan oleh orang Arab untuk mengungkapkan maksud dan tujuan mereka. Bahasa tersebut disalurkan secara turun temurun hingga sampai kepada umat manusia. Bahasa ini dijaga melalui al- Qur’an al -Karim dan hadits-hadits Nabi serta karya-karya para sastrawan Arab yang diriwayatkan oleh para penyair Arab (Nuruddin, 2014:80). Karena dalam mempelajari ilmu linguistik harus memahami ilmu-ilmunya, maka bahasa Arab pun tidak lepas dari ilmu-ilmu kebahasaan termasuk sintaksis (nahwu), semantik (dilalah), merfologi (sharf ), dan fonologi (ashwat ). Hal ini berbanding lurus dengan yang dikatakan oleh Suhardi dalam (Hidayah, 2018:46) pembahasan tentang bahasa tidak terlepas dari ilmu yang mengkajinya yaitu linguistik. Linguistik merupakan ilmu yang berkaitan dengan bahasa atau induk ilmu bahasa yang objek kajiannya meliputi fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Dari keempat ilmu linguistik tersebut, penelitian ini akan

Transcript of ANALISIS FI’IL TSULATSI MUJARROD DAN MAZID BESERTA ...

Page 1: ANALISIS FI’IL TSULATSI MUJARROD DAN MAZID BESERTA ...

Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1

Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi

Revolusi Industri 4.0

P-ISSN 2598-0637

E-ISSN 2621-5632

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 545

ANALISIS FI’IL TSULATSI MUJARROD DAN MAZID

BESERTA FAIDAHNYA DALAM KITAB AYYUHAL WALAD

Moh Nizar Alwi

Universitas Negeri Malang

[email protected]

ABSTRAK: Penelitian ini adalah penelitian mengenai pola morfologis (al-siyagh al-sharfiyyah) dari fi’il-fi’il yang terdiri dari 3 huruf dan mendapatkan tambahan huruf-huruf tertentu (fi’il tsulatsi mazid) yang disertai faidahnya dalam kitab “Ayyuhal Walad” karya Imam Abu Hamid al-Ghazali. Urgensi penelitian ini dikarenakan fenomena banyaknya wazan fi’il mazid dalam bahasa Arab, mencapai 12 wazan dengan bervariatif faidahnya. Dengan adanya faidah yang bervariatif ini menyebabkan banyak ketumpang tindihan dalam memaknai suatu fi’il. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan wazan-wazan dari fi’il tsulasi mazid yang terdapat dalam kitab Ayyuhal Walad dengan menentukan faidahnya.Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan desain library research (kajian pustaka). Dalam penelitian ini ditemukan variasi wazan dari fi’il tsulatsi mazid bi harfin (tambahan satu huruf), bi harfain (tambahan 2 huruf), dan bi tsalasati ahraf (tambahan tiga huruf). Begitu pula, faidah-faidah yang terdapat disetiap fi’ilnya, seperti faidah muthawa’ah, ta’diyyyah, takalluf, wujdan, itikhad, musyarokah bainats nain, musyarokah bainats nain fa aktsar.

KATA KUNCI: fi’il tsulatsi mazid, wazan, Ayyuhal Walad.

Bahasa Arab merupakan bahasa dari kitab suci al-Qur’an yang menjadi pedoman

hidup dan landasan hukum bagi pemeluk agama islam, agama yang terbesar

pemeluknya. Ghalayaini (1984:8) mengatakan Bahasa Arab adalah satuan-satuan

bahasa yang diujarkan oleh orang Arab untuk mengungkapkan maksud dan tujuan

mereka. Bahasa tersebut disalurkan secara turun temurun hingga sampai kepada

umat manusia. Bahasa ini dijaga melalui al-Qur’an al-Karim dan hadits-hadits Nabi

serta karya-karya para sastrawan Arab yang diriwayatkan oleh para penyair Arab

(Nuruddin, 2014:80). Karena dalam mempelajari ilmu linguistik harus memahami

ilmu-ilmunya, maka bahasa Arab pun tidak lepas dari ilmu-ilmu kebahasaan

termasuk sintaksis (nahwu), semantik (dilalah), merfologi (sharf), dan fonologi

(ashwat). Hal ini berbanding lurus dengan yang dikatakan oleh Suhardi dalam

(Hidayah, 2018:46) pembahasan tentang bahasa tidak terlepas dari ilmu yang

mengkajinya yaitu linguistik. Linguistik merupakan ilmu yang berkaitan dengan

bahasa atau induk ilmu bahasa yang objek kajiannya meliputi fonologi, morfologi,

sintaksis, dan semantik. Dari keempat ilmu linguistik tersebut, penelitian ini akan

Page 2: ANALISIS FI’IL TSULATSI MUJARROD DAN MAZID BESERTA ...

P-ISSN 2598-0637

E-ISSN 2621-5632

Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1

Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 546

membahas ilmu turunan dari dua ilmu yaitu morfologi dan semantik, atau yang

disebut dengan morfosmantis.

Pada saat ini kebanyakan buku berbahasa Arab tidak menggunakan syakal seperti

kitab-kitab kuning (kitab turats) yang mengkaji berbagai ilmu seperti ilmu nahwu,

ilmu sharf, ilmu fiqih dan masih banyak lagi. Hal ini terjadi bukan karena belum

adanya sistem syakal (harakat) akan tetapi, karena sistem tanpa syakal ini memang

sudah menjadi kebiasaan. Salah satu alasannya adalah adanya sistem wazan dan

i’rab tanpa syakal pun, tulisan berbahasa Arab itu dapat dibaca melalui wazan dan

i’rab. Ammar mengatakan (dalam Sukamta, 2012:3) wazan mengatur bacaan

sebagian besar kosakata bahasa Arab secara mandiri, artinya bukan dalam

hubungannya dengan kata yang lain. Sedangkan menurut Gholayaini (1984: 9)

wazan adalah patokan bacaan untuk bagian selain akhir kata, berupa urutan harakat

berupa fathah, dhammah, kasrah atau sukun, menggunakan huruf dasar, patokan

atau timbangan ini diterapkan baik pada fi’il atau isim, terutama kata-kata yang

mutamakkin atau yang bukan mabni (tetap).

Peneliti memilih fi’il dalam penilitian ini dikarenakan fi’il sering digunakan dalam

kalam Arab. Sedangkan dalam kalam Arab sendiri ada dua jumlah yang menjadi

pokok yaitu jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyyah. Diantara keduanya sering

dijumpai adanya fi’il (Ma’ruf, 2002:63). Fi’il ini berbeda dengan kalimat-kalimat

lainnya (isim dan huruf) karena fi’il bisa bersambung dengan ta’ fa’il, ta’ ta’nits,

ya’ mukhotobah, dan nun taukid. Selain itu, dikarenakan fi’il ini mengalami afiksasi

(ziyadah) yang merupakan salah satu proses morfologis bahasa Arab yang paling

sering terjadi disetiap kata dalam bahasa Arab (Hidayah, 2018:47).

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pembelajar bahasa Arab sebagai

pengembangan ilmu pengetahuan telebih dalam menambah khazanah ilmu bahasa

Arab terlebih dalam bidang ilmu sharf. Disisi lain, penelitian ini membantu

mahasiswa bahasa Arab sebagai perantara untuk pemahaman mereka dalam ilmu

sharf, khususnya terhadap fi’il-fi’il mazid. Karena menurut penelitian yang

diungkapkan oleh Hidayah (2018:47) menyatakan bahwa pemahaman mahasiswa

bahasa Arab tentang fi’il mazid masih kurang selama proses pembelajaran. Mas’ud

juga mengatakan (2011:7) bahwa kebanyakan dari pelajar merasa bosan dengan

ilmu sharaf ini dan membuat mereka takut untuk mendalaminya, karena ilmu ini

merupakan ilmu yang sangat rumit dan sulit. Oleh karena itu, dalam mempelajari

ilmu ini harus memperbanyak latihan dan membaca teori-teori mengenai dasar-

dasar maupun yang lebih mendalam.

Peneliti juga menggunakan salah satu kitab yang klasikal dikalangan pembelajar

akhlaq (tashawuf) pemula yaitu kitab Ayyuhal Walad (wahai anakku) karangan Al-

Imam Abi Hamid Muhammad Bin Muhammad Al-Ghozali, yang diterbitkan Al-

Harmain dengan jumlah halaman dua puluh empat. Hasil penelitian ‘Aliyah (2014)

menemukan 93 data kalimah yang mengalami i’lal bil ibdal diantaranya yang

berbentuk kalimat fi’il yaitu, 31 fi’il madhi(verba perfektum), 15 fi‟il mudhori‟

(verba imperfektum), 1 fi‟il amar (verba imperatif). Dari penelitian diatas peneliti

Page 3: ANALISIS FI’IL TSULATSI MUJARROD DAN MAZID BESERTA ...

Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1

Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi

Revolusi Industri 4.0

P-ISSN 2598-0637

E-ISSN 2621-5632

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 547

hanya menelaah dari segi i’lalnya saja dan ditemukan 47 fi’il dengan shigat yang

berbeda. Oleh karena itu, peneliti kali ini berusaha bertabaruk dengan pengarang

kitab ini yaitu Al-Imam Abi Hamid Muhammad Bin Muhammad Al-Ghozali, dan

mempermudah dalam menentukan fi’il-fi’il yang ada dalam kitab ini dengan

mengklasifikasikan menurut wazan-wazannya beserta faidahnya. Karena penelitian

ini dilihat dari dua ilmu linguistik yang sangat pokok yaitu ditinjau dari segi

morfologinya (ilmu sharf) dan semantiknya (ilmu dilalah).

Morfologi

Morfologi sebagai bagian dari ilmu kebahasaan, mempelajari struktur intern kata,

tata kata dan tata bentuk (Kentjono, 39:1990). Penekanan kajian pada ilmu ini

hanya membahas tentang kata sebuah bahasa. Sedangkan Daud (2018:34)

mengatakan bahwasanya morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk

kalimat dan perubahan kalimat yang terjadi seperti halnya pengurangan atau

penambahan dan pengaruhnya terhadap makna yang tercipta. Karena dalam

kajiaannya morfologi mempelajari penambahan maupun pengurangan dengan

maksud menciptakan makna yang berbeda. Dalam istilah bahasa Arab, morfologi

biasa disebut dengan ilmu sharf. Rifa’i mengatakan (dalam Hidayah, 2018:46) yaitu

ilmu yang membahas kaidah/aturan pembentukan kata dalam bahasa Arab dan tidak

membahas tentang i’rab (jabatan kata dalam kalimat) dan bina’, hanya saja objek

kajiannya yaitu berupa isim-isim mu’rab dan fi’il-fi’il mutasharif. Jadi, morfologi

yang dalam bahasa Arab disebut ilmu sharf ini hanya mempelajari mengenai kata

saja terkait perubahan, penambahan maupun pengurangan, dan yang demikian itu

dapat juga mempengaruhi makna yang dimaksud. Dalam penelitian ini akan

berfokus pada fi’il-fi’il mutasharif. Yang dimaksud dengan fi’il-fi’il mutasharif

adalah fi’il-fi’il (kata kerja) yang dapat mengalami perubahan dengan tambahan

maupun pengurangan dengan berbeda-bedanya makna yang diciptakan.

Secara bahasa (terminologi) ilmu sharf adalah perubahan (Mas’ud, 2011:71).

Secara istilah (etimologi) mengetahui perubahan kalimat dengan melihat keadaanya

seperti berharakat atau sukun, terhadap makna yang dimaksud yang tidak bisa

terlepas dari perubahan makna itu. Sejalan dengan apa yang telah dikatakan oleh

Al-Gholayyini (1984:6) ilmu sharf adalah

ام بنية الكلمة، لم بأحكالتصريف لغة التغيير. ومنه تصريف الرياح، أي تغييرها، واصطلاحا هو الع وبما لأحرفها من أصالة وزيادة وصحة وإعلال وإبدال وشبه ذلك.

Tashrif secara etimologi berarti perubahan. Seperti contoh tasyrifu al-riyah

(perubahan arah angin). Sedangkan secara terminologi, ilmu mengenai hukum-

hukum pembentukan kata dan hal-hal yang terkait dengan huruf-hurufnya,

termasuk huruf asli, huruf tambahan, huruf shahih, i’lal (perubahan huruf ilat),

ibdal(penggantian huruf) dan lain sebagainya.

Page 4: ANALISIS FI’IL TSULATSI MUJARROD DAN MAZID BESERTA ...

P-ISSN 2598-0637

E-ISSN 2621-5632

Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1

Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 548

Morfem merupakan satuan terkecil dalam telaah ilmu morfologi. Ramlan

mengatakan (1985:28) morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang bermakna,

dapat berupa akar (dasar) dan dapat berupa afiks/charf ziyadah. Apabila morfem ini

digabungkan akan membentuk sebuah kata. Kata ini merupakan satuan terbesar

dalam telaah ilmu ini. Kata menurut Kentjono (1990:44) adalah satuan gramatikal

bebas yang terkecil. Akan tetapi, Chaer mengatakan (Hidayah dkk, 2018:46) para

tata bahasawan tradisional tidak mengenal istilah dan konsep morfem, namun yang

dikenal yaitu kata. Artinya, tata bahasawan dahulu hanya mengenali istilah kata

beserta konsep-konsepnya.

Fi’il

Fi’il merupakan salah satu bagian dari kalam Arab selain isim dan huruf.

Fi’il adalah kata yang menunjukkan perbuatan yang berhubungan dengan waktu

tertentu. Waktu yang terikat dengan fi’il ini ada 3, yaitu masa lampau, masa

sekarang dan masa yang akan datang. Dalam susunan kaliamat bahasa Arab, fi’il

ini menentukan jenis kalimat yang tersusun. Fi’il menurut keaslian hurufnya itu,

ada kalanya tsulatsi dan adakalanya ruba’i, dan tiap-tiap dari keduanya adakalanya

mujarrod (sepi dari huruf tambahan) dan adakalanya mazid (adanya penambahan

huruf) (Mas’ud, 2011:78). Berdasarkan kala/aspeknya fi’il terbagi menjadi tiga

yaitu madhi, mudhari’ dan amr (Hidayah, 2018:48). Karakteristik fi’il yang lain

menurut Zuhriyah (t.t:4) setiap fi’il dalam bahasa Arab memiliki hubungan

predikatif (alaqah isnadiyah) yang menunjukkan adanya morfem rangkap, yang

terdiri dari fi’il dan fa’il.

Sejalan dengan apa yang dikatakan Daud (2018:34), perubahan pada pembentukan

kata memberikan perubahan makna semantis, yang berupa kalimat lain, seperti

shighat fi’il berupa fi’il madhi, fi’il mudhare’ dan fi’il amr yang menunjukkan

suatau kejadian dan waktunya, dan setiap penambahan terhadap fi’il, taukid

(penguatan) dan tadh’if (mendobelkan huruf) juga memberikan perubahan makna.

Huruf-huruf ziyadah (tambahan) yang dihimpun dalam jumlah "سألتموني" jika

ditambahkan pada struktur kalimat maka dapat menjadikan macam-macam makna

semantis sesuai huruf yang ditambahkan. Selain itu fi’il ini juga dapat menglami

afiksasi. Afiksasi merupakan salah satu bagian dari morfologi. Karena dalam

kajiannya afiksasi merupakan sub bagian yang mengarah pada pembentukan kata.

Ramlan mengatakan (1985:56) bahwa afiks ialah suatu satuan gramatik terikat yang

di dalam suatu kata, merupakan unsur yang bukan kata dan bukanpokok kata, yang

merniliki kesanggupan melekat pada satuan satuan lain untuk membentuk kataatau

pokok kata baru.Verhaar (1993:60) mengatakan bahwa afiks ini selalu berupa

morfem terikat dan dapat dirangkai pada awal kata, akhir kata, kombinasi dari

keduanya dan berupa sisipan. Artinya, dalam proses afiksasi ini bertujuan untuk

membentuk sebuah kata baru dari bentuk kata dasar ada dengan morfem yang ada.

Fi’il terbagi dalam beberapa jenis berdasarkan kriterianya masing-masing,

di antaranya (Hidayah, 2018:48):

Page 5: ANALISIS FI’IL TSULATSI MUJARROD DAN MAZID BESERTA ...

Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1

Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi

Revolusi Industri 4.0

P-ISSN 2598-0637

E-ISSN 2621-5632

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 549

a. Berdasarkan kala/aspeknya fi’il terbagi menjadi tiga yaitu madhi,

mudhari’ dan amr.

b. Berdasarkan jenis konsonan radikal atau jenis huruf asli maka fi’il terbagi

dalam dua macam, yaitu shahih dan mu’tal.

c. Berdasarkan keberadaan objeknya fi’il terbagi atas lazim dan muta’adi.

d. Berdasarkan keberadaan subjeknya fi’ilterbagi atas ma’lum dan majhul.

Selain itu, ada satu pembagian fi’il yang terlewatkan yaitu keaslian hurufnya. Kedua

pembagian fi’il ini berdasarkan keaslian hurufnya. Apabila tiga hurufnya asli

dinamakan fi’il tsulatsi mujarrod, jika huruf aslinya terdiri dari empat huruf maka

dinamakan fi’il ruba’i mujarrod.

Fi’il tsulasi mujarrod merupakan salah satu pembagian fi’il dari segi keaslian

hurufnya. Fi’il tsulasi mujarrod adalah fi’il yang ketiga hurufnya yaitu fa’ fi’il, ‘ain

fi’il dan lam fi’ilnya masih asli (Mas’ud, 2011:76(. Fi’il tsulasi mujarrod ini

mempunyai pengelompokan lima wazan (Mas’ud, 2011:41), yaitu wazan عل -ف عل wazan ,ي فعل ي فعل -ف , wazan عل ي فعل -ف , wazan ي فعل -فعل , dan wazan عل -ف .ي فعل

Akan tetapi dalam redaksi lain menyatakan bahwa ada enam wazan yang terdapat

pada fi’iltsulatsi mujarrod. Pada wazan yang terakhir ini –dengan dibaca kasrah

الفعل باعتبار حروفه

الفعل المزيد الفعل المجرد

د الرباعيالمجر د الثلاثيالمجر المزيد الثلاثي المزيد الرباعي

بحرفين

بحرف واحد بثلاثة أحرف

بحرف

بحرفين

Page 6: ANALISIS FI’IL TSULATSI MUJARROD DAN MAZID BESERTA ...

P-ISSN 2598-0637

E-ISSN 2621-5632

Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1

Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 550

‘ain fi’ilnya pada madhi dan mudhori’- seperti lafadz يحسبم -حسب . Seperti yang

diungkapkan dalam nadhom berikut :

كسر فتح ضم ضم كسرتان فتح ضم فتح كسر فتحتان

No Wazan Contoh Fi’il

عل 1 ي فعل -ف ي نصر -نصر

عل 2 ي فعل -ف يضرب -ضرب

عل 3 ي فعل -ف يسأل -سأل

ي فعل -فعل 4 ي علم –علم

عل 5 ي فعل -ف يحسن -حسن

ي فعل -فعل 6 يحسب -حسب

Fi’il tsulasi mazid merupakan bagian kedua dari fi’il yang dilihat dari segi keaslian

hurufnya. Karena fi’il tsulasi terdiri dari huruf-huruf aslinya yaitu fa’ fi’il, ‘ain fi’il

dan lam fi’ilnya dan ada juga yang mendapatkan tambahan. Al-Hamalawi

mengatakan penambahan yang terjadi pada kata dasar yang terdapat pada verba

(fi‟il tsulasi mazid) yang setelah mendapat (imbuhan) dengan menggunakan huruf

ziyadah menjadi fi’il tsulasi mazid yang menyebabkan jumlah huruf dalam kata

tersebut menjadi empat huruf (tsulatsi biharfin wahidin), atau lima huruf (tsulasi

mazid biharfaini), atau enam huruf (tsulatsi mazid bi tasalatsati ahruf) (Zahriyah,

t.t:4(. Mas’ud (2011:76) mengatakan huruf-huruf ziyadah yang ditambahkan hanya

huruf-huruf yang terhimpun pada kalimat سألتمونيها kecuali pada ilhaq dan tadh’if

(mendobel huruf). Karena pada keduanya ditambahkan dengan huruf yang sesuai

dengan wazan. Selain membahas dalam ranah kajian morfologi (ilmu sharf),

penambahan huruf ini juga mengakibatkan perubahan makna.

Berdasarkan beberapa uraian yang telah dijelaskan diatas,terdapat empat jenis

ziyadah dalam bahasa Arab dan akan menjadi kajian dalam penelitian ini, yaitu:

a. Prefiks (sabiqah)

Yaitu afiks/charf ziyadah yang diletakkan di depan kata dasar (Hidayah, 2018:49).

Prefiks ini juga disebut dengan awalan (Kentjono, 1990:44).Seperti pada kata أفعل

yang mendapatakan tambahan huruf أ didepan.

Page 7: ANALISIS FI’IL TSULATSI MUJARROD DAN MAZID BESERTA ...

Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1

Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi

Revolusi Industri 4.0

P-ISSN 2598-0637

E-ISSN 2621-5632

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 551

b. Infiks (dakhilah)

Yaitu afiks yang ditambahkan ditengah, yang disebut dengan sisipan(Kentjono,

1990:44). Proses imbuhannya disebut sebagai infiksasi (Hidayah, 2018:49). Seperti

pada kata فعل yang mendapatkan imbuhan berupa pendobelan huruf ditengah.

c. Konfiks

Yaitu afiks/charf ziyadah yang terdiri atas dua unsur, yaitu di depan dan di belakang

bentuk dasar, dan proses imbuhan tersebut disebut konfiksasi. Atau disebut juga

dengan sirkumfiks (Kentjono, 1990:44). Seperti pada kata احمر yang mendapatkan

imbuhan ا didepan dan pendobelan pada huruf akhir.

d. Kombinasi (Mamzuju ziyadah)

Hidayah (2018:49) mengatakan bahawa Mamzuju ziyadah dapat terbentuk antara

prefiks dan infiks. Seperti kata اشتغل yang berasal dari dasar شغل mendapatkan

prefiks ا dan infiks ت, atau kombinasi konfiks dan infiks seperti pada kata احضار.

Semantik

Sedangkan ilmu yang membahas mengenai perubahan makna ini dalam bidang

linguistik biasa disebut dengan semantik (Ainin & Asrori, 2008:6). Semantik dalam

bahasa Arab sendiri sering disebut dengan دلالة (dilalah). Pembatasan makna yang

akan diteliti yaitu dari makna leksikal dan makna gramatikal. Makna leksikal adalah

makna dasar yang terdapat pada setiap kata, sedangkan makna gramtikal adalah

makna berdasarkan konteks (Ainin & Asrori, 2008:38). Apabila diambil

kesimpulan dari beberapa pendapat para pakar linguistik dapat dikatakan bahwa

makna leksikal merupakan makna yang sesuai dengan referennya (acuannya)

meskipun kata yang digunakan sudah masuk dalam kalimat. Sedangkan makna

gramatikal merupakan makna yang tercipta karena akibat adanya proses

morfologis.

Dengan adanya afiks (huruf ziyadah) dalam bahasa Arab berupa huruf-huruf yang

dihimpun dalam kalimat سألتموني memberikan makna yang memang dikehendaki.

Tambahan huruf ini adakalanya satu huruf, dua huruf, maupun tiga huruf sesuai

dengan wazan pembentukannya. Selain mempengaruhi dalam morfologisnya,

penambahan ini juga berpengaruh pada semantisnya berupa timbulnya makna-

makna yang baru.

Page 8: ANALISIS FI’IL TSULATSI MUJARROD DAN MAZID BESERTA ...

P-ISSN 2598-0637

E-ISSN 2621-5632

Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1

Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 552

Makna fi’il tsulatsi mujarrod

Pada fi’il tsulatsi mujarrod ini hanya ada dua faidah makna yaitu makna lazim dan

muta’addi, atau sering disebut dengan fi’il lazim atau fi’il muta’addi.

a. Fi’il Lazim

Fi’il lazim merupakan fi’il yang tidak bersambung dengan maf’ul bih, kecuali

dengan perantara huruf jar. Ciri-ciri fi’il lazim ini hanya untuk fi’il-fi’il yang

menunjukkan sifat atau perwatakan seperti كرم dan شرف, begitu juga fi’il yang

berwazan atau fi’il mengandung makna kebersihan ,اقعنسس dan احرنجم seperti افعنلل

ataupun makna kotor seperti نظف dan yang terakhir adalah ,وسخ dan دنس atau , طهر

fi’il yang menjadi akibat terhadap fi’il sebelumnya yang membutuhkan maf’ul bih.

b. Fi’il Muta’addi

Fi’il muta’addi merupakan fi’il yang bersambung dengan maf’ul bih tanpa

perantara huruf jar (Abdillah, t.t:412). Sedangkan Mas’ud (2011:89) mengatakan

bahwa fi’il muta’addi adalah fi’il yang memerlukan adanya maf’ul bih. Fi’il ini juga

disebut dengan waqi’ atau mujawiz.

Tanda dari fi’il ini adalah apabila bersambung dengan ha’ dhommir dan itu

merupakan ha’ yang murni untuk maf’ul bih. Berbeda dengan ha’ masdar yang

bersambung dengan fi’il muta’addi maupun lazim, maka ha’ tersebut tidak

menunjukkan muta’addinya fi’il seperti الضرب ضربته زيدا (Abdillah, tt:412).

Makna Fi’il Tsulatsi Mazid

Tambahan Satu Huruf

Fi’il ini juga disebut dengan fi’il mazid ruba’i, karena pembentukannya ada

penambahan satu huruf terhadap fi’il tsulatsi mujarrod. Pembagian pada fi’il ini ada

tiga wazan yaitu 1) أفعل (3 فاعل (2 فعل.

a. Wazan فعل

Fi’il tsulatsi mujarrod diikutkan wazan فعل dengan menambahkan tadl’if

(mendobel ‘ain fi’ilnya) berfaidah : 1) ta’diyyah (للتعدية) menjadikan fi’il lazim

menjadi fi’il muta’adi (menjadikan fa’ilnya fi’il menjadi maf’ul), 2) taktsir( ( للتكثير

untuk menunjukkan banyaknya perbuatan, 3) nisbatul fi’il (لنسبة المفعول إلى أصل الفعل)

menisbatkan objek dengan kata dasar fi’il, 4) menghillangkan makna dasar fi’il dari

objeknya (maf’ul), (لسلب أصل الفعل من المفعول), (لاتخاد الفعل من الاسم) (5 membuat fi’il

dari sebuah isim.

b. Wazan فاعل

Fi’il tsulatsi mujarrod diikutkan wazan ’dengan menambahkan alif setelah fa فاعل

fa’il berfaidah: 1) musyarokah (persekutuan) antara dua orang, 2) Berfaidah

sebagaimana wazan فعل yang berfaidah taktsir (memperbanyak), 3) Berfaidah

sebagaimana wazan أفعل yang berfaidah ta’diyah, 4) Berfaidah sebagaiman

mujarrodnya.

c. Wazan أفعل

Page 9: ANALISIS FI’IL TSULATSI MUJARROD DAN MAZID BESERTA ...

Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1

Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi

Revolusi Industri 4.0

P-ISSN 2598-0637

E-ISSN 2621-5632

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 553

Fi’il tsulatsi mujarrod diikutkan wazan أفعل dengan menambahkan hamzah qotho’

dipermulaannya berfaidah: 1) ta’diyyah yaitu menjadikan fa’ilnya fi’il (pelaku

perbuatan) menjadi maf’ul (objek perbuatan), 2) masuknya fa’il (pelaku) pada suatu

waktu, 3) menujunya fail pada suatu tempat, 4) adanya sumber fi’il itu di fa’ilnya,

5) mubalaghoh atau melebih-lebihkan makna fi’il.

Tambahan Dua Huruf

Fi’il mujarrod yang ditambah dua huruf pada fi’il madhinya ini juga disebut fi’il

mazid khumasi, karena jumlah huruf pada fi’il madhinya adalah lima. Wazan yang

mengikuti tambahan dua huruf ini ada lima wazan.

a. Wazan تفاعل

Fi’il tsulatsi mujarrod yang mengikuti wazan تفاعل dengan menambah ta’ di

awalnya dan alif setelah fa’ fi’ilnya, memiliki faidah: 1) musyarakah baina istnaini

faaktsar (persekutuan diantara dua orang atau lebih), artinya perbuatan itu

ditimbulkan oleh dua orang atau lebih, 2) menampakkan sesuatau yang sebenarnya

tidak terjadi, 3) terjadinya perbuatan secara berangsur-angsur (tidak satu kali), 4)

mendatangkan arti fi’il tsulatsi mujarrodnya (ma’nanya sama dengan ma’na

tsulatsi mujarrodnya), 5) muthowa’ahnya fi’il yang mengikuti wazan فاعلyang

berfaidah ta’diyah.

Wazan تفعل

Fi’il tsulatsi mujarrod yang mengikuti wazan dengan menambah ta’ di awalnya

dan mendobel setelah fa’ fi’ilnya, memiliki faidah: 1) muthowa’ahnya fi’il yang

mengikuti wazan 2 ,فعل) takalluf, artinya berusahanya fa’il dengan keras agar

perbuatan itu dapat berhasil, 3) fa’il menjadikan maf’ul sebagai asal fi’il (sumber

fi’il), 4) utuk menunjukkan bahwa fa’il menjauhi suatu perbuatan (sumber fi’il), 5)

shoiruroh, artinya berubahnya fa’il menjadi pokok fi’il, 6) menunjukkan

keberhasilan perbuatan (asal fi’il) berkali-kali, 7)tholab, artinya berusaha atau

meminta sesuatu (asal fi’il) kepada maf’ulnya.

Wazan افتعل

Fi’il tsulatsi mujarrod yang mengikuti wazan افتعل dengan menambah hamzah

washal di awalnya dan ta’ diantara a’in dan fa’ fi’ilnya, memiliki faidah: 1)

muthowa’ahnya fi’il yang mengikuti wazan 2 , فعل) membuat sesuatu dari asal fi’il,

3) melebih-lebihkan makna fi’il, 4) mengganti fi’il tsulatsi mujarrodnya, 5)

mengganti wazan تفاعل yang berfaidah musyarokah (persekutuan), 6) tholab

(meminta).

b. Wazan انفعل

Fi’il tsulatsi mujarrod yang mengikuti wazan انفعل dengan menambah hamzah

washal di awalnya dan nun setelahnya, berfaidah: 1) muthowa’ahnya fi’il yang

mengikuti wazan 2 ,فعل) muthowa’ahnya fi’il yang mengikuti wazan فعلأ .

c. Wazan افعل

Page 10: ANALISIS FI’IL TSULATSI MUJARROD DAN MAZID BESERTA ...

P-ISSN 2598-0637

E-ISSN 2621-5632

Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1

Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 554

Fi’il tsulatsi mujarrod yang mengikuti wazan افتعل dengan menambah hamzah

washal di awalnya dan mendobel pada lam fi’il, memiliki faidah: 1) menunjukkan

bahwa fa’il telah masuk pada suatu sifat, 2) melebih- lebihkan makna suatu sifat.

Tambahan Tiga Huruf

Fi’il ini juga disebut dengan fi’il mazid sudasi, karena pembentukannya ada

penambahan tiga huruf terhadap fi’il tsulatsi mujarrod, dan jumlah hurufnya

menjadi enam. Adapun wazan yang mengikuti tambahan tiga huruf ini ada empat

wazan.

a. Wazan استفعل

Fi’il tsulatsi mujarrod yang mengikuti wazan dengan menambah hamzah استفعل

washal, sin dan ta’ di awalnya, memiliki faidah: 1) tholab, artinya permintaan fa’il

pada asal fi’il dari maf’ulnya, 2) wujdan sifah, artinya fa’il menganggap maf’ul pada

suatu sifat, 3) tahawul, artinya berubahnya fa’il pada asal fi’il, 4) takalluf yaitu,

berusahanya fa’il dengan keras agar asal fi’il itu dapat tercapai, 5) mengganti fi’il

tsulatsi mujarrodnya, 6) muthowa’ahnya fi’il yang mengikuti wazan فعل dan أفعل.

b. Wazan افعوعل

Fi’il tsulatsi mujarrod yang mengikuti wazan افعوعل dengan menambah hamzah

washal, mendobel a’in fi’ilnya dan menambah wau diantara dua a’in fi’ilnya,

berfaidah: 1) mubalaghah (melebih-lebihkan makna fi’il), 2) menggantikan fi’il

tsulatsi mujarrodnya.

c. Wazan افعال

Fi’il tsulatsi mujarrod yang mengikuti wazan افعال dengan menambah hamzah

washal dan alif setelah a’in fi’il serta mendobel lam fi’ilnya. Fi’il yang diikutkan

wazan ini hanya memiliki satu faidah yaitu melebih-lebihkan sifat yang telah

dimasuki oleh fa’il.

d. Wazan افعول

Fi’il tsulatsi mujarrod yang mengikuti wazan افعول dengan menambah hamzah

washal dan dua wawu setelah a’in fi’ilnya. Fi’il yang mengikuti wazan sama dengan

fi’il yang mengikuti wazan افعالhanya memiliki satu faidah yaitu melebih-lebihkan

fi’il lazim seperti اجلوذ الإبل.

Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan

Taylor (Prastowo 2012: 22) penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang diamati. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

desain penelitian library research atau yang biasa dinamakan dengan riset pustaka

atau studi kepustakaan. Metode kepustakaan menurut Prastowo (2012: 190) adalah

satu jenis metode penelitian kualitatif yang lokasi atau tempat penelitiannya

dilakukan di pustaka,dokumen, arsip, dan lain sebagainya. Objek formal dalam

penelitian ini berupa data yang berhubungan dengan ziyadah huruf (penambahan

huruf) beserta makna yang muncul. Sedangkan objek materialnya adalah kitab

Page 11: ANALISIS FI’IL TSULATSI MUJARROD DAN MAZID BESERTA ...

Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1

Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi

Revolusi Industri 4.0

P-ISSN 2598-0637

E-ISSN 2621-5632

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 555

Ayyuhal Walad karangan Imam Al-Ghazali RA (Al-Imam Abi Hamid Muhammad

Bin Muhammad Al-Ghozali). Karena dalam penelitian ini menggunakan penelitian

kualitatif, maka peneliti disini sebagai instrumen utama dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini ditemukan sumber data primer berupa kitab Ayyuhal Walad

karangan Imam Al-Ghazali ra (Al-Imam Abi Hamid Muhammad Bin Muhammad

Al-Ghozali). Data yang diambil dari penelitian ini berupa fi’il-fi’il mujarrod

maupun mazid. Dalam penelitian ini dipilih teknik dokumentasi, dengan

menggunakan langkah-langkah:

1. akan menelaah setiap kalimat yang didalamnya terdapat fi’il tsulasi

mujarrod maupun mazid dari kitab Ayyuhal Walad.

2. Peneliti akan mempersiapkan dan mengolah data yang akan dianalisis.

3. Peneliti akan menelaah setiap kalimat yang didalamnya terdapat fi’il tsulasi

mujarrod maupun mazid dari kitab Ayyuhal Walad.

4. Kemudian, peneliti mendokumentasikan data-data fi’il yang diperoleh

kedalam kartu data, seperti wazan, faidah dan analisisnya.

Sedangkan analisis data yang akan dilakukan peneliti dengan langkah-langkah:

1. Membuat format penelitian dengan pengumpulan masing-masing

klasifikasi fi’il yang diteliti. Kalsifikasi yang dmaksud adalah

berdasarkan wazan dari masing-masing fi’il tersebut. Peneliti

mengumpulkan keseluruhan data beserta klasifikasinya, antara fi’il

mujarrod dan fi’il mazid.

2. Pengumpulan dan pengecekan data, peneliti mengumpulkan

klasifikasi-klasifikasi tersebut dan memeriksa kembali

3. Reduksi data, dari keseluruhan fi’il yang telah dikumpulkan, Peneliti

memilih beberapa fi’il yang relevan dengan penelitian, peneliti

mengambil sampel berdasarkan wazan serta keragaman jenis

fi’ilnya.

4. Penyajian data, peneliti memgklarifikasikan fi’il tersebut sesuai

zaman yang terbentuk, wazan pembentukannya, jenis ziyadah, huruf

tambahan, serta peran semantisnya. Kemudian memasukkan setiap

kategori tersebut kedalam instrumen penelitian berupa kartu data dan

lembar rekapitulasinya.

5. Penyimpulan data, peneliti menerjemahkan dan menganalisis data

untuk selanjutnya disimpulkan hasil penelitian tentangfi’il

berdasarkan zaman/waktu dan mujarrod atau mazidnya dalam kitab

Ayyuhal Walad.

Page 12: ANALISIS FI’IL TSULATSI MUJARROD DAN MAZID BESERTA ...

P-ISSN 2598-0637

E-ISSN 2621-5632

Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1

Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 556

HASIL DAN PEMBAHASAN

Wazan fi’il tsulasi Mujarrod

Berdasarkan penelitian terhadap kitab Ayyuhal Walad karya Imam Muhammad Al-

Ghazali ditemukan fi’il tsulasi mujarrod sebanyak 146 fi’il. Dari 146 fi’il yang

ditemukan terbagi atas beberapa wazan, yaitu 44 fi’il yang mengikuti wazan bab 1

( عل ي فعل -ف ), 42 fi’il mengikuti wazan bab 2 ( عل ي فعل -ف ), 38 fi’il mengikuti

wazan bab 3 ( عل ي فعل -ف ), 16 fi’il mengikuti wazan bab 4 ( ي فعل -فعل ), 5 fi’il

mengikuti wazan bab 5 ( عل ي فعل -ف ), dan 1 fi’il mengikuti wazan ( ي فعل -ل فع ). Dari hasil data ini fi’il yang mengikuti wazan bab 1 menjadi yang paling banyak.

Wazan Fi’il Tsulasi Mazid

Berdasarkan penelitian terhadap kitab Ayyuhal Walad karya Imam Muhammad Al-

Ghazali ditemukan fi’il tsulatsi mazid sebanyak 140 fi’il. Dari 140 fi’il yang

ditemukan terbagi atas beberapa wazan, yaitu 45 fi’il mengikuti wazan 21 ,أفعل fi’il

mengikuti wazan 15 ,فعل fi’il mengikuti wazan 30 ,فاعل fi’il mengikuti wazan افتعل, 15 fi’il mengikuti wazan 4 ,تفعل fi’il mengikuti wazan 3 ,تفاعل fi’il mengikuti wazan

لانفع , 9 fi’il mengikuti wazan استفعل. Dari penelitian yang ditemukan ada beberapa

wazan yang tidak ditemukan dalam kitab Ayyuhal Walad ini, seperti wazan افعل, wazan افعوعل, wazan افعال, dan wazan افعول. Fi’il yang paling banyak adalah fi’il

terddapat dalam wazan أفعل.

Makna Semantis Fi’il Tsulasi Mujarrod

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap 146 fi’il

tsulasi Mujarrod yang terdapat dalam kitab Ayyuhal Walad, maka ditemukan data

berupa, 86 fi’il yang memiliki faidah ta’diyah (fi’il muta’addiy) dan 60 fi’il yang

mempunyai faidah lazim (fi’il lazim). Dari data yang telah ditemukan peneliti,

terdapat fi’il yang memiliki faidah ta’diyah terbanyak yaitu pada fi’il yang

mengikuti wazan ( عل ي فعل -ف ). Makna Semantis Fi’il Tsulasi Mazid

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap 140 fi’il

tsulasi Mujarrod yang terdapat dalam kitab Ayyuhal Walad, maka peneliti

menemukan faidah-faidah perubahan morfologis yang terdapat dalam masing-

masing fi’il. Data yang ditemukan oleh peneliti berupa:

Page 13: ANALISIS FI’IL TSULATSI MUJARROD DAN MAZID BESERTA ...

Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1

Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi

Revolusi Industri 4.0

P-ISSN 2598-0637

E-ISSN 2621-5632

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 557

a. wazan أفعل

Pada wazan ini ditemukan 39 fi’il yang berfaidah ta’diyah, 4 fi’il berfaidah

melebihkan dalam makna (mubalaghoh lilma’na), dan 2 fi’il yang berfaidah adanya

sumber fi’il itu di fa’ilnya.

b. wazan فعل

Pada wazan ini ditemukan 18 fi’il yang berfaidah ta’diyah, 3 fi’il berfaidah

banykanya perbuatan(taktsir), 1 fi’il berfaidah nisbatnya maf’ul terhadap sumber

fi’il (لنسبة المفعول إلى أصل الفعل), 1 fi’il berfaidah ittikhad.

c. wazan فاعل

Pada wazan ini ditemukan 7 fi’il yang berfaidah musyarokah bainatsnain, 5 fi’il

berfaidah ta’diyahnya 3 ,أفعل fi’il berfaidah taktsir.

d. wazan افتعل

Pada wazan ini ditemukan 10 fi’il yang berfaidah mubalaghoh, 4 fi’il berfiadah

muthawaah,5 fi’il berfaidah membuat sesuatu dari asal fi’il, 1 fi’il berfaidah thalab,

1 fi’il berfaidah musyrakahnya 7 ,تفاعل fi’il berfaidah mengganti fi’il tsulatsi

mujarrodnya.

e. wazan تفعل

Pada wazan ini ditemukan 5 fi’il yang berfaidah takalluf, 2 fi’il berfiadah

shairuroh, 3 fi’il berfadah ittilhad, dan untuk muthawaah, fa’il menjadikan maf’ul

sebagai asal fi’il, menunjukkan bahwa fa’il menjauhi suatu perbuatan, masing-

masing 1 fi’il.

f. wazan تفاعل

Pada wazan ini ditemukan 2 fi’il yang berfaidah mengganti tsulatsi mujarrodnya, 1

fi’il berfiadah menunjukkan keberhasilan perbuatan (asal fi’il) berkali-kali.

g. wazan لانفع

Pada wazan ini ditemukan 3 fi’il yang berfaidah muthawaah fi’il tsulatsi

mujarodnya.

h. wazan استفعل

Pada wazan ini ditemukan 3 fi’il yang berfaidah takalluf, 2 fi’il berfiadah

muthawaah,2 fi’il berfaidah wujdan sifah, 1 fi’il berfaidah thalab, 1 fi’il berfaidah

thalab, 1 fi’il berfaidah mengganti fi’il tsulatsi mujarrodnya.

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah ditemukan terdapat 286 fi’il berdasaarkan

keaslian hurufnya. 146 fi’il merupakan fi’il yang masih asli hurufnya secara

kesluruhan, atau disebut dengan tsulatsi mujarrod, sedangkan 140 fi’il merupakan

fi’il yang mendapatkan tambahan hurufnya, atau yang disebut dengan fi’il tsulatsi

mazid. Dengan bervariatif wazan dari data yang ditemukan, berupa 44 fi’il yang

mengikuti wazan ( عل ي فعل -ف ), 42 fi’il mengikuti wazan ( عل ي فعل -ف ), 38 fi’il

mengikuti wazan ( عل ي فعل -ف ), 16 fi’il mengikuti wazan bab 4 ( ي فعل -فعل ), 5

Page 14: ANALISIS FI’IL TSULATSI MUJARROD DAN MAZID BESERTA ...

P-ISSN 2598-0637

E-ISSN 2621-5632

Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1

Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 558

fi’il mengikuti wazan ( عل ي فعل -ف ), dan 1 fi’il mengikuti wazan ( ي فعل -ل فع ). Sedangkan pada fi’il tsulatsi mazid 45 fi’il mengikuti wazan 21 ,أفعل fi’il mengikuti

wazan 15 ,فعل fi’il mengikuti wazan 30 ,فاعل fi’il mengikuti wazan 15 ,افتعل fi’il

mengikuti wazan 4 ,تفعل fi’il mengikuti wazan 3 ,تفاعل fi’il mengikuti wazan لانفع ,

9 fi’il mengikuti wazan استفعل. Adapun faidah-faidah yang ditemukan dalam data

yang telah diteliti sangatlah bervariatif, seperti taktsir, ta’diyah, takalluf, shairuroh,

ittilhad, muthawaah, fa’il menjadikan maf’ul sebagai asal fi’il, dan menunjukkan

bahwa fa’il menjauhi suatu perbuatan.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti mengajukan

beberapa saran kepada dosen/guru, pembelajar bahasa Arab dan pembaca agar

mampu meningkatkan kemampuan berbahasa khususnya dalam hal penguasaan

kaidah bahasa Arab yang berhubungan dengan fi’il mujarrod dan mazid,

yaitu:

1. Dosen/Guru, Agar selalu melatih peserta didiknya dalam mengasah

kemampuan berbahsa Arabnya, terlebih dalam kaidah kebahasaannya.

2. Pembelajar bahasa Arab, hendaknya dapat meningkatkan kemauan,

kemampuan, serta wawasan berpikir tentang bahasa Arab agar mudah

dalam menghadapi hal-hal yang berhubungan dengan linguistik Arab

terutama tentang fi’il mazid.

3. Pembaca, hendaknya dapat lebih kritis dan tanggap dalam melakukan

penelitian-penelitian tentang kebahasaan/linguistik.

DAFTAR RUJUKAN

Ainin, Moh.. Asrori, Imam. 2008. Semantik Bahasa Arab. Surabaya:Hilal Pustaka.

Al-‘Aqiliy, Abdullah. 2009. Syarh Ibn ‘Aqil ‘Ala Alfiyyah. Jeddah:Al-Harmain

Al-Gholayini, Musthofa. 1984. Jami Al-Durus Al-‘Arabiyyah. Kairo:Darul

Ilmiyyah.

Hidayah, Nur. Busri, Hasan. Kuswardono, Singgih. 2018. Fi’il Mazid Dalam Al-

Qur’an Juz 1 (Tinjauan Morfosemantis). Lisanul Arab 7(1). Dari

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/laa/article/view/26079

Himmatul ‘Aliyah, Zudha. 2014.I’lal Bil Ibdal Dalam Kitab Ayyuhal Walad

(Analisis Morfofonologi). Skripsi tidak diterbitkan. Semarang:Universitas

Negeri Semarang

Mas’ud, Sa’duddin. 2011. Syarh Tasrif Al-‘Izzi. Al-Mamlakah Al-‘Arabiyyah Al-

Sa’udiyyah:Dar Al-Manhaj

Page 15: ANALISIS FI’IL TSULATSI MUJARROD DAN MAZID BESERTA ...

Prosiding Semnasbama IV UM Jilid 1

Peran Mahasiswa Bahasa Arab dalam Menghadapi

Revolusi Industri 4.0

P-ISSN 2598-0637

E-ISSN 2621-5632

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa IV 2020 HMJ Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 559

Muhammad Daud, Muhammad. 2018. Al-Arabiyyah wa ‘Ilmu Al-Lughah Al-

Hadist. Malang:Lisan Arabi

Nuruddin, Akhmad. Miftahuddin, Ahmad. Qutni, Darul. 2014. Fi’l Mu’tal

(Defektive Verb) Dalam Surat Yasin (Analisis Morfosintaksis). Lisanul

Arab 7(1). Dari

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/laa/article/view/26084

Kentjono, Djoko. 1990. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Jakarta:Fakultas Sastra

Universitas Indonesia

Sukamta. 2012. Kompleksitas Hubungan Antara Wazan Dan Makna (Kajian

Terhadap Variasi Wazan Dan Ambiguitas Bentuk Kata Dalam Bahasa

Arab). Adabiyyāt, Vol. XI, No. 1. Dari http://ejournal.uin-

suka.ac.id/adab/Adabiyyat/article/view/692/634

Zuhriyah, Lailatul. T.t. Pola-Pola Fi’il Tsulasi Al-Mazidah dan Faidahnya dalam

Surat Maryam. Dari

https://www.academia.edu/35328100/Karakteristik_Filil_Stulasi_Mazid.p

df