Bab 1, 2, 3 Baru Lagi

79
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan visi Departemen Kesehatan (Depkes) menuju Indonesia Sehat 2010, segala aspek kehidupan manusia Indonesia yang berpengaruh terhadap kesehatan perlu mendapat perhatian, salah satunya mengenai kesehatan ibu dan anak. Salah satu upaya program kesehatan ibu dan anak adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif pada bayi sampai usia enam bulan (Yuliarti, 2008). ASI merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam organik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu dan merupakan makanan terbaik bagi bayi (Bahiyatun, 2009). ASI juga merupakan minuman alamiah untuk semua bayi cukup bulan selama usia bulan-bulan pertama. Suhu yang sesuai serta tidak memerlukan waktu untuk

description

another part of script

Transcript of Bab 1, 2, 3 Baru Lagi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka mewujudkan visi Departemen Kesehatan (Depkes)

menuju Indonesia Sehat 2010, segala aspek kehidupan manusia Indonesia

yang berpengaruh terhadap kesehatan perlu mendapat perhatian, salah satunya

mengenai kesehatan ibu dan anak. Salah satu upaya program kesehatan ibu

dan anak adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif pada bayi sampai

usia enam bulan (Yuliarti, 2008).

ASI merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan

garam organik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu dan

merupakan makanan terbaik bagi bayi (Bahiyatun, 2009). ASI juga

merupakan minuman alamiah untuk semua bayi cukup bulan selama usia

bulan-bulan pertama. Suhu yang sesuai serta tidak memerlukan waktu untuk

persiapannya merupakan alasan ASI selalu mudah tersedia (Behrman.,

Kliegman., & Arvin, 2000). Kebutuhan nutrisi bayi sampai usia 6 bulan dapat

dipenuhi hanya dengan memberikan ASI saja atau yang dikenal sebagai ASI

eksklusif (Yuliarti, 2010).

Menurut World Health Organization (WHO) pemberian ASI eksklusif

memiliki arti bahwa bayi hanya menerima ASI. Tidak ada cairan atau padatan

lain diberikan meskipun air kecuali berasal dari larutan rehidrasi oral, atau

tetes / sirup vitamin, mineral atau obat-obatan. WHO merekomendasikan

2

bahwa bayi harus ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan untuk

mencapai pertumbuhan, pembangunan dan kesehatan yang optimal. Setelah

itu, bayi harus menerima nutrisi makanan pendamping yang memadai dan

aman serta terus menyusui sampai dua tahun atau lebih.

ASI Ekslusif sudah diketahui manfaat dan dampaknya serta menjadi

amanat konstitusi, namun kecenderungan pada ibu untuk menyusui bayi

secara eksklusif masih rendah. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan

Indonesia (SDKI) 2012, hanya 27,1% bayi yang memperoleh ASI eksklusif

selama 6 bulan, sedangkan pemberian ASI pada bayi usia 0-1 bulan sebesar

50,8%, antara usia 2-3 bulan sebesar 48,9% dan pada usia 7-9 bulan sebesar

4,5%. Pemberian ASI ekslusif kepada bayi selama 6 bulan dalam SDKI 2012

lebih tinggi dibandingkan dengan hasil SDKI 2007. Berdasarkan data Dinas

Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2011, angka kelahiran total

sejumlah 30.192 bayi yang lahir, bayi yang mendapatkan ASI eksklusif

sebesar 35,9% sedangkan bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif sebesar

62,9% (Wadud, 2013).

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, pemberian

ASI saja dalam 24 jam terakhir semakin menurun seiring meningkatnya umur

bayi. Pada usia 0 bulan mencapai 52,7%, usia 1 bulan mencapai 48,7%, usia 2

bulan 46,0%, usia 3 bulan 42,2%, usia 4 bulan 41,9%, usia 5 bulan 36,6%

sedangkan usia 6 bulan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif hanya

mencapai angka 30,2%.

3

Salah satu tugas ibu post partum adalah menyusui. Namun, tidak

seluruh ibu dapat memenuhi tugas tersebut karena berbagai kondisi, salah

satunya karena ibu bekerja. Banyak ibu yang bekerja dalam era globalisasi

seperti sekarang, hal ini sering menjadi kendala bagi ibu untuk memberikan

ASI eksklusif kepada bayinya, sehingga pemberian ASI eksklusif bisa tidak

tercapai. Ibu yang bekerja perlu pengetahuan dan cara menyusui dengan benar

agar dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya (Ikatan Dokter Anak

Indonesia, 2013).

Kurangnya waktu pada ibu yang bekerja untuk berkonsultasi langsung

kepada dokter serta terbatasnya konsultan khusus mengenai ASI eksklusif

membuat mereka kurang percaya diri untuk memberikan ASI eksklusif

kepada bayi mereka. Hermina, Fuada, & Hidayat (2012) menyatakan bahwa

informasi seputar ASI dapat diperoleh melalui tenaga kesehatan, tempat

pelayanan kesehatan, keluarga, non keluarga, media elektronik, dan media

cetak. Namun, ada cara lain untuk mendapatkan informasi seputar ASI

eksklusif yaitu dengan cara menggunakan media sosial.

Media sosial didefinisikan oleh Kaplan dan Haenlein (2010, dikutip

Abrahams, 2012) sebagai koleksi aplikasi berbasis internet yang

memungkinkan untuk penciptaan dan pertukaran isi yang dihasilkan oleh

para pengguna. Komponen media sosial termasuk blog, situs jejaring sosial

seperti Facebook, microblogging layanan seperti Twitter, komunitas konten

seperti YouTube dan proyek-proyek kolaboratif seperti Wikipedia. Media

4

sosial adalah sumber daya yang semakin populer untuk kesehatan dan

informasi kesehatan.

Menurut Kondarto (2010) pemanfaatan situs jejaring sosial telah

menjadi tren atau gaya hidup bagi sebagian masyarakat di Indonesia. Jejaring

sosial pada saat ini telah menguasai kehidupan para pengguna internet.

Buktinya situs jejaring sosial Facebook berada pada peringkat pertama

website yang paling banyak diakses di Indonesia. Menurut Sembiring (2013)

situs jejaring sosial yang paling banyak diakses adalah Facebook dan Twitter.

Indonesia menempati peringkat 4 pengguna Facebook terbesar setelah USA,

Brazil dan India. Hal ini didukung oleh Kementerian Komunikasi dan

Informatika (2013) yang mengungkapkan bahwa pengguna internet di

Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Sebanyak 95% dari angka tersebut

menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial. Media sosial sangat

berperan sebagai perantara sesama manusia untuk bersosialisasi dalam dunia

internet. Contohnya sebanyak 44% wanita Amerika Serikat menghabiskan

lebih banyak waktu online setelah bayi baru lahir dan kemungkinan besar

seorang ibu yang baru melahirkan akan mencari informasi menyusui dan

dukungan melalui jejaring sosial (Cann, Amber & Jeanette, 2012).

Dukungan melalui jejaring sosial bisa didapatkan melalui suatu

komunitas vitual. Komunitas virtual berperan sebagai tempat untuk

sekumpulan orang-orang yang memiliki minat dan tujuan yang sama untuk

saling berinteraksi kapanpun dan dimanapun mereka berada tanpa harus

bertemu secara langsung (Rheingold, 2012). Hal ini memberikan peluang

5

pada ibu untuk menggali informasi serta mencari dukungan sehingga

membuat ibu menjadi lebih percaya diri untuk bertanya mengenai masalah

atau informasi yang sedang mereka butuhkan. Dalam komunitas tersebut

setiap orang yang ingin bergabung harus mendaftar terlebih dahulu. Saat ini

di dunia internet sudah banyak terdapat komunitas virtual dan memiliki

banyak anggota didalamnya.

Pada tahun 2011, International Lactation Consultant Association

(ILCA) mendirikan sebuah blog yang menerima hampir 95.000 tampilan

halaman yang dilihat dalam tahun pertamanya. Banyak individu pertama

International Board Certified Lactation Consultants (IBCLC), organisasi

menyusui profesional dan organisasi pendukung ibu-ke-ibu sekarang

memberikan informasi dan dukungan melalui jaringan internet seperti

Facebook dan Twitter. Di Indonesia, ada beberapa kelompok di jejaring sosial

yang dibuat untuk meningkatkan pengetahuan, memberikan informasi tentang

ASI serta mendukung untuk meyakinkan para ibu agar bisa berhasil

memberikan ASI eksklusif seperti Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI)

memiliki 70.468 anggota, Tambah ASI Tambah Cinta memiliki 45.155

anggota, serta ASI for Baby Sumatera Selatan memiliki 267 anggota dalam

sebuah group facebook. Sementara itu, anggota komunitas virtual ASI for

Baby Sumatera Selatan dalam sebuah group BBM telah memiliki 28 anggota.

Berdasarkan studi pendahuluan dengan beberapa anggota kelompok

media sosial di facebook melalui aplikasi chat, peneliti mendapatkan

informasi dari beberapa anggota kelompok tersebut. Tiga dari anggota

6

kelompok tersebut mengatakan bahwa mereka bergabung ke dalam komunitas

virtual tersebut untuk mendapatkan dukungan dari anggota group facebook

lainnya karena lingkungan sekitarnya belum pro ASI, ingin menambah

informasi seputar ASI serta kesehatan ibu dan anak tanpa mengenal waktu,

mengikuti teman yang juga bergabung ke dalam komunitas virtual tersebut,

cost effective, serta tidak tersedianya konselor ASI di lingkungan tempat

tinggal mereka. Mereka juga mengatakan ingin memberikan ASI eksklusif

kepada bayinya. Ada pula yang ingin ikut mengkampanyekan gerakan sadar

ASI.

Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Fleur (2011)

bahwa sebagai seorang ibu baru ia menghabiskan banyak waktu untuk online.

Ia bisa menemukan informasi, mendapatkan dukungan dari orang lain melalui

suatu hal yang sama seperti dirinya, dan kadang-kadang membantu orang lain

yang sedang mencari dukungan terhadap masalah mereka. Dukungan dari

teman sesama sangat penting ketika akan menyusui. Hasil penelitian Ida

(2012) menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara dukungan teman

dan dukungan suami dengan perilaku pemberian ASI eksklusif antara ibu

dengan dukungan teman baik dan dukungan suami yang baik dengan ibu yang

dukungan temannya kurang dan dukungan suaminya kurang. Ibu yang

didukung baik oleh temannya berpeluang 3,388 kali lebih besar berperilaku

memberikan ASI eksklusif 6 bulan disbanding dengan ibu yang dukungan

temannya kurang. Sementara itu, ibu yang didukung dengan baik oleh

suaminya berpeluang 3,737 kali lebih besar berperilaku memberikan ASI

7

eksklusif dibandingkan dengan ibu yang dukungan suaminya kurang. Secara

alami manusia adalah makhluk sosial. Saat ini, banyak ibu-ibu memilih media

sosial sebagai salah satu cara untuk mendapatkan dukungan serta informasi

yang sedang mereka butuhkan.

Perhatian pada kebutuhan emosi memerlukan dukungan dan kadang-

kadang konseling. Konseling melibatkan pertukaran pendapat dan ide yang

memberi dasar untuk pemecahan masalah bersama (Wong et.al., 2009).

Menurut Efendi dan Makhfudli (2009) dua peran perawat yang berfungsi

dalam promosi kesehatan suatu komunitas virtual yaitu sebagai pendidik dan

pelaksana konseling keperawatan. Berdasarkan peran tersebut, perawat

kesehatan masyarakat diharapkan dapat mendukung para anggota kelompok

komunitas virtual dalam mencapai tujuan perubahan perilaku untuk hidup

sehat serta memberikan ASI eksklusif kepada bayi mereka.

Mengingat pentingnya ASI eksklusif dalam peningkatan derajat

kesehatan dan meningkatnya teknologi canggih seperti sekarang ini serta

banyaknya ibu yang bergabung ke dalam suatu komunitas virtual, maka

penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan antara

Kemanfaatan Komunitas Virtual dengan Pemberian ASI Eksklusif.

B. Rumusan Masalah

ASI sangat penting bagi bayi. Namun, masih banyak ibu yang tidak

memberikan ASI kepada bayi mereka karena berbagai alasan seperti ASI

tidak keluar, ibu harus bekerja, takut akan perubahan bentuk badan, serta

8

lingkungan sekitar yang tidak kurang mendukung untuk memberikan ASI.

Dukungan dalam memberikan ASI bisa didapat dari lingkungan sekitar, salah

satunya adalah teman. Di era media sosial seperti sekarang ini, dukungan

teman sebaya itu tidak hanya didapat dari sahabat atau teman dekat tapi juga

dari kelompok pendukung ASI yang banyak di internet seperti Milis,

Facebook, Twitter dll. Ketika lingkungan sekitar tidak mendukung ASI, maka

dalam group-group dunia maya inilah kita bisa saling berbagi tentang

pengalaman menyusui serta mendukung ibu-ibu yang lain untuk menyusui.

Ibu bisa bertanya, berbagi beban atau berbagi pengalaman dengan sesama

tanpa terikat tempat dan waktu. Berdasarkan latar belakang di atas maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara

kemanfaatan komunitas virtual dengan pemberian ASI eksklusif.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara kemanfaatan komunitas virtual

dengan pemberian ASI eksklusif.

2. Tujuan Khusus

Tujuan Khusus dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui:

a. Mengetahui karakteristik ibu dalam komunitas virtual ASI for Baby

Sumatera Selatan

b. Mengetahui kemanfaatan komunitas virtual dalam group facebook ASI

for Baby Sumatera Selatan

9

c. Mengetahui pemberian ASI eksklusif dalam komunitas virtual ASI for

Baby Sumatera Selatan

d. Mengetahui hubungan antara kemanfaatan komunitas virtual dengan

pemberian ASI eksklusif.

D. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi pihak-pihak terkait diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai salah satu tambahan bahan referensi baru dalam memberikan

informasi kesehatan melalui media elektronik dan digunakan sebagai

tambahan mengenai manfaat ibu tergabung pada komunitas virtual dalam

memberikan ASI eksklusif didalam dunia pendidikan kesehatan.

2. Bagi Orang Tua

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada orang

tua khususnya ibu mengenai pentingnya memberikan ASI eksklusif

kepada bayi mereka.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini menjadi sarana bagi peneliti untuk meningkatkan

pemahaman dan menambah wawasan peneliti tentang komunitas virtual

serta hubungannya dengan pemberian ASI eksklusif.

10

4. Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini diharapkan memberikan ide atau inovasi yang baru dalam

memberikan informasi atau konseling mengenai ASI dan masalah

kesehatan lainnya dengan menggunakan internet sebagai medianya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini meneliti tentang hubungan antara kemanfaatan komunitas

virtual dengan pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini dilakukan melalui

salah satu group facebook yang dibuat khusus untuk tanya jawab seputar ASI

dan masalah kesehatan anak serta ibu lainnya. Waktu penelitian ini

dilaksanakan pada bulan April 2014. Subjek penelitian yaitu ibu-ibu menyusui

yang menjadi anggota group facebook yang membahas mengenai ASI.

Penelitian ini menggunakan metode korelasi dengan pendekatan cross

sectional.

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Air Susu Ibu (ASI)

1. ASI Eksklusif

ASI merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan

garam organik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu dan

merupakan makanan terbaik bagi bayi (Bahiyatun, 2009). Kebutuhan nutrisi

bayi sampai usia 6 bulan bisa dipenuhi hanya dengan memberikan ASI saja

atau lebih dikenal sebagai ASI eksklusif. ASI eksklusif adalah pemberian ASI

tanpa makanan tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan. Bayi tidak

diberikan apa-apa kecuali makanan yang langsung diproduksi oleh ibu karena

bayi memperoleh nutrisi terbaiknya melalui ASI (Yuliarti, 2010).

Menurut Marmi (2012) berdasarkan stadium laktasi, ASI dapat dibagi

menjadi 3 yaitu:

a. Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan kental yang berwarna kekuning-kuningan

yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang mengandung tissue

debris dan redual material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari

kelenjar mamae sebelum dan sesudah melahirkan anak. Kolostrum

disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau

12

keempat, dari masa laktasi. Kolostrum juga mengandung banyak antibodi

yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.

Volume kolostrum berkisar 150-300 ml/24 jam.

b. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)

Air susu masa peralihan adalah ASI peralihan dari kolostrum menjadi asi

matur yang disekresi dari hari ke 4 sampai hari ke 10 dari masa laktasi,

namun ada pula yang berpendapat bahwa ASI mature baru akan terjadi

pada minggu ke 3 sampai ke 5.

c. Air Susu Matur

Air susu matur adalah ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya

yang memiliki komposisi relatif konstan, namun ada juga yang

mengatakan komposisi ASI baru bisa konstan pada minggu ke 3 sampai

ke 5. ASI ini tidak menggumpal bila dipanaskan. Volume air susu matur

berkisar 300-850 ml/24 jam.

13

Di bawah ini merupakan beberapa komposisi kolostrum dibandingkan dengan

ASI matur:

Tabel 2.1 Komposisi kolostrum dibandingkan dengan ASI matur

Komposisi Kolostrum (hari 1-5)

ASI matur (30 hari)

Energi (kcal/dl) 58,0 70,0

Lemak (g/dl) 2,9 42,2

Asam lemak tak jenuh rantai panjang (% total lemak)

- 14

Protein (g/dl) 2,3 0,9

Kasein (g/dl) 0,5 0,4

α – Lactalbumin (g/dl), Whey

- 0,3

Laktoferin (g/dl) 0,5 0,2

IgA (g/dl) 0,5 0,2

Laktosa (g/dl) 5,3 7,3

Vitamin A (RE) (µg/dl)

151 75

Kalsium (mg/dl) 28 30

Natrium (mg/dl) 48 15

Zat besi (mg/dl) - 0,0847

Sumber: Program Manajemen Laktasi perkumpulan Perinatologi Indonesia

dikutip Marmi (2012).

14

Di bawah ini merupakan komposisi ASI matur dibandingkan dengan ASI

prematur:

Tabel 2.2 Komposisi ASI matur dibandingkan dengan ASI prematur

Zat Gizi

Hari ke 3-5 Hari ke 8-11 Hari ke 15-18 Hari ke 26-29

Matur

Prematur

Matur

Prematur

Matur

Prematur

Matur

Prematur

Energi(kkal/dl)

48 3,0 59 71 62 71 62 70

Lemak(kkal/dl)

1,85 3,0 2,9 4,14 3,06 4,33 3,05 4,09

Protein(g/dl)

1,87 2,10 1,7 1,86 1,52 1,71 1,29 1,41

Laktosa(g/dl)

5,14 5,04 5,98 5,55 6,0 3,63 6,51 5,97

Sumber : Program Manajemen Laktasi perkumpulan Perinatologi Indonesia

dalam Marmi (2012).

Komposisi ASI tiap orang berbeda-beda, terutama dengan pola makan

dan asupan gizi yang berbeda. Menurut Hendarto dan Keumala (2008) ASI

mengandung air sebanyak 87.5%, oleh karena itu bayi yang mendapat cukup

ASI tidak perlu lagi mendapat tambahan air walaupun berada di tempat yang

mempunyai suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna

bayi, sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal tersebut

15

yang dapat menyebabkan terjadinya diare pada bayi yang mendapat susu

formula.

Dalam komposisi ASI terdapat beberapa kandungan, yaitu:

a. Karbohidrat

Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai

salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat

dalam ASI hampir 2 kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada

susu sapi atau susu formula. Namun demikian angka kejadian diare

yang disebabkan karena tidak dapat mencerna laktosa (intoleransi

laktosa) jarang ditemukan pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini

disebabkan karena penyerapan laktosa ASI lebih baik dibanding

laktosa susu sapi atau susu formula. Kadar karbohidrat dalam

kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama

laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Sesudah

melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil.

b. Protein

Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda

dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan

susu sapi terdiri dari protein whey dan Casein. Protein dalam ASI

lebih banyak terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh

usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein

Casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah protein Casein

yang terdapat dalam ASI hanya 30% dibanding susu sapi yang

16

mengandung protein ini dalam jumlah tinggi (80%). Disamping itu,

beta laktoglobulin yaitu fraksi dari protein whey yang banyak terdapat

di protein susu sapi tidak terdapat dalam ASI. Beta laktoglobulin ini

merupakan jenis protein yang potensial menyebabkan alergi. 

Kualitas protein ASI juga lebih baik dibanding susu sapi yang terlihat

dari profil asam amino (unit yang membentuk protein). ASI

mempunyai jenis asam amino yang lebih lengkap dibandingkan susu

sapi. Salah satu contohnya adalah asam amino taurin. Asam amino ini

hanya ditemukan dalam jumlah sedikit di dalam susu sapi. Taurin

diperkirakan mempunyai peran pada perkembangan otak karena asam

amino ini ditemukan dalam jumlah cukup tinggi pada jaringan otak

yang sedang berkembang. Taurin ini sangat dibutuhkan oleh bayi

prematur karena kemampuan bayi prematur untuk membentuk protein

ini sangat rendah.

ASI juga kaya akan nukleotida (kelompok berbagai jenis senyawa

organik yang tersusun dari 3 jenis yaitu basa nitrogen, karbohidrat, dan

fosfat) dibanding dengan susu sapi yang mempunyai zat gizi ini dalam

jumlah sedikit. Disamping itu kualitas nukleotida ASI juga lebih baik

dibanding susu sapi. Nukleotida ini mempunyai peran dalam

meningkatkan pertumbuhan dan kematangan usus, merangsang

pertumbuhan bakteri baik dalam usus dan meningkatkan penyerapan

besi dan daya tahan tubuh.

17

c. Lemak

Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi dan

susu formula. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk

mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Ada

beberapa perbedaan antara profil lemak yang ditemukan dalam ASI

dan susu sapi atau susu formula. Lemak omega 3 dan omega 6 yang

berperan pada perkembangan otak bayi banyak ditemukan dalam ASI.

Disamping itu, ASI juga mengandung banyak asam lemak rantai

panjang diantaranya asam dokosaheksanoik (DHA) dan asam

arakidonat (ARA) yang berperan terhadap perkembangan jaringan

saraf dan retina mata. 

Susu sapi tidak mengadung kedua komponen ini, oleh karena itu

hampir terhadap semua susu formula ditambahkan DHA dan ARA ini.

Tetapi perlu diingat bahwa sumber DHA & ARA yang ditambahkan

ke dalam susu formula tentunya tidak sebaik yang terdapat dalam ASI.

Jumlah lemak total di dalam kolostrum lebih sedikit dibandingkan ASI

matang, tetapi mempunyai persentasi asam lemak rantai panjang yang

tinggi.

ASI mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang

dibanding susu sapi yang lebih banyak mengandung asam lemak

jenuh. Seperti kita ketahui konsumsi asam lemak jenuh dalam jumlah

banyak dan lama tidak baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh

darah. 

18

d. Karnitin

Karnitin ini mempunyai peran membantu proses pembentukan energi

yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. ASI

mengandung kadar karnitin yang tinggi terutama pada 3 minggu

pertama menyusui, bahkan di dalam kolostrum kadar karnitin ini lebih

tinggi lagi. Konsentrasi karnitin bayi yang mendapat ASI lebih tinggi

dibandingkan bayi yang mendapat susu formula.

e. Vitamin

1) Vitamin K

Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi

sebagai faktor pembekuan. Kadar vitamin K dalam kandungan ASI

hanya seperempatnya kadar dalam susu formula. Bayi yang hanya

mendapat ASI berisiko untuk terjadi perdarahan, walapun angka

kejadian perdarahan ini kecil. Oleh karena itu pada bayi baru lahir

perlu diberikan vitamin K yang umumnya dalam bentuk suntikan. 

2) Vitamin D

Seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit vitamin

D. Hal ini tidak perlu dikuatirkan karena dengan menjemur bayi

pada pagi hari maka bayi akan mendapat tambahan vitamin D yang

berasal dari sinar matahari sehingga pemberian ASI eksklusif

ditambah dengan membiarkan bayi terpapar pada sinar matahari

pagi akan mencegah bayi menderita penyakit tulang karena

kekurangan vitamin D.

19

3) Vitamin E

Salah satu fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding

sel darah merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan

terjadinya kekurangan darah (anemia hemolitik). Keuntungan ASI

adalah kandungan vitamin E nya tinggi terutama pada kolostrum

dan ASI transisi awal.

4) Vitamin A

Vitamin A berfungsi untuk kesehatan mata, mendukung

pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhan. ASI tidak

hanya mengandung vitamin A dalam jumlah yang tinggi tetapi juga

mengandung bahan bakunya yaitu beta karoten. Hal ini salah satu

yang menerangkan mengapa bayi yang mendapat ASI mempunyai

tumbuh kembang dan daya tahan tubuh yang baik. 

5) Vitamin yang larut dalam air

Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B,

asam folat, vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan yang

dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap kadar vitamin ini dalam

ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi

kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu

dengan gizi kurang karena vitamin B6 dibutuhkan pada tahap awal

perkembangan sistem syaraf sehingga ibu yang menyusui perlu

ditambahkan vitamin ini, sedangkan vitamin B12 cukup di dapat

dari makanan sehari-hari, kecuali ibu menyusui yang vegetarian.

20

6) Mineral

Kadar mineral dalam ASI tidak begitu dipengaruhi oleh makanan

yang dikonsumsi ibu dan status gizi ibu. Mineral di dalam ASI

mempunyai kualitas yang lebih baik dan lebih mudah diserap

dibandingkan dengan mineral yang terdapat di dalam susu sapi. 

Mineral utama yang terdapat di dalam ASI adalah kalsium yang

mempunyai fungsi untuk pertumbuhan jaringan otot, rangka,

transmisi jaringan saraf dan pembekuan darah. Walaupun kadar

kalsium ASI lebih rendah dari susu sapi, tapi tingkat penyerapannya

lebih besar. Penyerapan kalsium ini dipengaruhi oleh kadar fosfor,

magnesium, vitamin D dan lemak. Perbedaan kadar mineral dan

jenis lemak diatas yang menyebabkan perbedaan tingkat

penyerapan. Kekurangan kadar kalsium darah dan kejang otot lebih

banyak ditemukan pada bayi yang mendapat susu formula

dibandingkan bayi yang mendapat ASI. 

Kandungan zat besi baik di dalam ASI maupun susu formula

keduanya rendah serta bervariasi. Namun, bayi yang mendapat ASI

mempunyai risiko yang lebih kecil utnuk mengalami kekurangan

zat besi dibanding dengan bayi yang mendapat susu formula. Hal

ini disebabkan karena zat besi yang berasal dari ASI lebih mudah

diserap, yaitu 20-50% dibandingkan hanya 4 -7% pada susu

formula. Keadaan ini tidak perlu dikuatirkan karena dengan

21

pemberian makanan padat yang mengandung zat besi mulai usia 6

bulan masalah kekurangan zat besi ini dapat diatasi. 

Mineral zinc dibutuhkan oleh tubuh karena merupakan mineral

yang banyak membantu berbagai proses metabolisme di dalam

tubuh. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan

mineral ini adalah Acrodermatitis enterophatica dengan gejala

kemerahan di kulit, diare kronis, gelisah dan gagal tumbuh. Kadar

zinc ASI menurun cepat dalam waktu 3 bulan menyusui. Seperti

halnya zat besi kandungan mineral zink ASI juga lebih rendah dari

susu formula, tetapi tingkat penyerapan lebih baik. Penyerapan zinc

terdapat di dalam ASI, susu sapi dan susu formula berturut-turut

60%, 43-50% dan 27-32%. Kadar mineral yang juga tinggi didalam

ASI dibandingkan susu formula adalah selenium, yang sangat

dibutuhkan untuk pertumbuhan cepat.

2. Fisiologi Pengeluaran ASI

Menurut Sukarni dan Margareth (2013) pengeluaran ASI merupakan suatu

interaksi yang sangat komplek antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-

macam hormon. Pengaturan hormon terhadap pengeluaran ASI dapat dibedakan

menjadi 3 bagian, yaitu:

a. Pembentukan Kelenjar Payudara

1) Masa kehamilan

22

Pada awal kehamilan terjadi peningkatan yang jelas dari duktus baru serta

percabangan-percabangan dan lobulus yang dipengaruhi oleh hormon-

hormon plasenta dan korpus luteum. Hormon-hormon yang ikut

membantu mempercepat pertumbuhan adalah prolaktin, laktogen plasenta,

karionik gonadotropin, insulin, kortisol, hormon tiroid, hormon paratiroid

dan hormon pertumbuhan.

2) Pada 3 bulan kehamilan

Prolaktin dari hipofise anterior mulai merangsang kelenjar air susu untuk

menghasilkan air susu yang disebut kolostrum. Pada masa ini pengeluaran

kolostrum masih dihambat oleh estrogen dan progesteron, tetapi jumlah

prolaktin meningkat sedangkan aktifitas dalam pembuatan kolostrum

ditekan.

3) Pada trimester kedua kehamilan

Laktogen plasenta mulai merangsang untuk pembuatan kolostrum.

Keaktifan dari rangsangan hormon-hormon terhadap pengeluaran air susu

telah didemonstrasikan kebenarannya. Seorang ibu yang melahirkan bayi

berumur 4 bulan namun bayinya meninggal, maka kolostrum akan tetap

keluar.

b. Pembentukan air susu

Pada seorang ibu yang menyusui terdapat 2 refleks yang masing-masing

berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu, yaitu:

23

1) Refleks prolaktin

Pada akhir kehamilan hormon prolaktin memiliki peranan untuk membuat

kolostrum, namun jumlah kolostrum masih terbatas karena aktivitas

prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang memiliki kadar

tinggi. Setelah partus, lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus

luteum maka estrogen dan progesteron berkurang. Isapan bayi yang

merangsang puting susu dan kalang payudara akan merangsang ujung-

ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.

Rangsangan tersebut dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis

hipotalamus yang akan menekan pengeluaran faktor-faktor penghambat

sekresi prolaktin dan sebaliknya akan merangsang pengeluaran faktor-

faktor yang memacu sekresi prolaktin. Faktor-faktor yang memacu sekresi

prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin.

Hormon tersebut merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk

memproduksi air susu.

Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal setelah 3 bulan

melahirkan sampai penyapihan anak. Tidak akan terjadi peningkatan

prolaktin walau ada isapan bayi pada saat tersebut, namun pengeluaran air

susu masih tetap berlangsung.

Pada ibu yang melahirkan anak tetapi tidak menyusui, kada prolaktin akan

menjadi normal pada minggu ke 2-3. Pada ibu yang menyusui prolaktin

akan meningkat dalam keadaan stress atau pengaruh psikis, anestesi,

operasi, serta rangsangan puting susu.

24

2) Reflek Letdown

Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior,

rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke hipofise

posterior (neurohipofise) kemudian dikeluarkan oleh oksitosin.

Melalui aliran darah, hormon ini akan diangkat menuju uterus yang dapat

menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ

tersebut. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah keluar dari

alveoli kemudian masuk ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir

melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi.

Faktor-faktor yang meningkatkan let down yaitu melihat bayi,

mendengarkan suara bayi, mencium bayi, serta memikirkan untuk

meyusui bayi. Sedangkan faktor-faktor yang menghambat reflek let down

adalah stress seperti keadaan bingung / pikiran kacau, takut serta cemas.

c. Pemeliharaan pengeluaran air susu

Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofise akan mengatur kadar

prolaktin dan oksitosin dalam darah. Hormon–hormon ini sangat perlu untuk

pengeluaran permulaan dan pemeliharaan penyediaan air susu selama

menyusui. Bila susu tidak dikeluarkan akan mengakibatkan terlambatnya

proses menyusui. Berkurangnya rangsangan menyusui oleh bayi misalnya

kekuatan isapan yang kurang , frekuensi isapan yang kurang dan singkatnya

waktu menyusui ini berarti pelepasan prolaktin yang cukup untuk

mempertahankan pengeluaran air susu mulai sejak minggu pertama kelahiran.

25

3. Mekanisme menyusui

a. Reflek mencari (rooting reflex)

Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut

merupakan rangsangan yang menimbulkan reflek mencari pada bayi. Ini

menyebabkan kepala bayi berputar menuju putting susu yang menempel

tadi diikuti dengan membuka mulut dan kemudian puting susu ditarik

masuk ke dalam mulut.

b. Reflek menghisap (sucking reflex)

Puting susu yang sudah masuk ke dalam mulut degan bantuan lidah,

puting susu ditarik lebih jauh dan rahang menekan kalang payudara

dibelakang puting susu yang pada saat itu sudah terletak pada langit-langit

keras. Dengan tekanan bibir dan gerakan rahang secara berirama, maka

gusi akan menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus, sehingga air susu

akan mengalir ke puting susu, selanjutnya bagian belakang lidah menekan

puting susu pada langit–langit yang mengakibatkan air susu keluar dari

puting susu. Cara yang dilakukan oleh bayi, tidak akan mnimbulkan cidera

pada puting susu.

c. Reflek menelan (swallowing reflex)

Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan gerakan

menghisap yamg ditimbulkan oleh otot–otot pipi, sehingga pengeluaran

air susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan

masuk ke lambung. Keadaan ini akan terjadi bila bayi diberi susu botol

dimana rahang mempunyai peranan sedikit ketika menelan dot botol,

26

sebab susu mengalir dengan mudah dari lubang dot. Dengan adanya gaya

berat yang disebabkan oleh posisi botol yang dipegang kearah bawah dan

selanjutnya dengan adanya isapan pipi yang semuanya ini akan membantu

aliran susu, sehingga tenaga yang diperlukan oleh bayi untuk menghisap

susu menjadi minimal.

Kebanyakan bayi–bayi yang masih baru lahir belajar menyusu pada

ibunya, kemudian dicoba pada susu botol yang bergantian, maka bayi

tersebut akan menjadi bingung puting. Sehingga bayi sering menyusu

pada ibunya dengan cara menyusu seperti menghisap dot botol, berakibat

kurang baiknya pengeluaran air susu ibu. Oleh karena itu, jika bayi

terpaksa tidak bisa langsung disusui oleh ibunya pada awal kehidupan,

sebaiknya bayi diberi minum melalui sendok, cangkir, atau pipet, sehingga

bayi tidak mengalami bingung puting.

4. Cara Menyusui yang Benar

Menurut Purwanti (2012) urutan tindakan menyusui yang benar yaitu:

a. Pilih posisi yang paling nyaman untuk menyusui. Siapkan peralatan seperti

kapas, air hangat, handuk kecil yang bersih, bantal untuk penopang bayi,

selimut kecil dan penopang kaki ibu.

b. Balikkan bayi diatas bantal dengan baik sehingga posisi bayi saling

berhadapan dengan ibu. Perut ibu berhadapan dan bersentuhan dengan perut

bayi. Perhatikan kepala agar tidak terjadi pemuntiran leher dan punggung

bayi harus lurus.

27

c. Mula-mula masase payudara dan keluarkan sedikit ASI untuk membasahi

putting susu kemudian oleskan putting susu ibu ke bibir bayiuntuk

merangsang refleks isap bayi.

d. Topang payudara dengan tangan kiri atau kanan dan empat jari menahan

bagian bawah areola mamae sampai bayi membuka mulutnya.

e. Setelah bayi siap menyusu, masukkan puting susu sampai daerah areola

mamae masuk ke mulut bayi. Pastikan bayi mengisap dengan benar dan

biarkan bayi bersandar ke arah ibu. Jaga agar posisi kepala tidak

menggantung karena posisi ini akan menyebabkan bayi sulit menyusui

dengan benar.

f. Pertahankan posisi bayi yang tepat dan nyaman sehingga memungkinkan

bayi dapat mengisap dengan benar. ASI keluar dengan lancer dan puting

susu ibu tidak lecet. Bila posisi tidak benar dan puting susu ibu lecet akan

menjadi pintu masuk kuman yang membahayakan ibu dan bayi.

g. Susui bayi selama ia mau dan berikan ASI secara bergantian pada kedua

payudara sehingga mempertahankan ASI tetap diproduksi seimbang pada

kedua payudara.

h. Bila menghadapi masalah, segera cari bantuan ke petugas yang memahami

tatalaksana ASI sehingga segera mendapatkan pemecahannya karena bila

produksi ASI mengalami penekanan, produksinya akan segera berhenti dan

sulit untuk dirangsang kembali.

i. Setelah bayi selesai menyusu, sebaiknya putting susu dan sekitarnya

dibasahi oleh ASI dan biarkan kering sendiri untuk menjaga kelembapan.

28

j. Setelah menyusui, bila bayi tidak tidur, sendawakan bayi dengan

meletakkan bayi telungkup kemudian punggungnya ditepuk-tepuk secara

perlahan atau bayi ditidurkan telungkup di pangkuan dan tepuk punggung

bayi.

5. Manfaat Menyusui

Menurut Proverati & Rahmawati (2010) manfaat menyusui terbagi

menjadi dua, yaitu:

a. Manfaat bagi bayi

ASI menyediakan nutrisi lengkap bagi bayi. ASI mengandung protein,

mineral, air, lemak dan laktosa. ASI memberikan seluruh kebutuhan nutrisi

dan energi selama 1 bulan pertama, separuh atau lebih nutrisi selama 6 bulan

kedua tahun pertama dan sepertiga nutrisi atau lebih selama tahun kedua. ASI

juga menyediakan perlindungan terhadap infeksi dan penyembuhan yang

lebih cepat dari infeksi. Imunoglobulin A dimiliki kolostrum dalam jumlah

yang banyak sehingga terdapat kekebalan tubuh pasif terhadap infeksi pada

bayi tersebut. Ada faktor bifidus di dalam ASI yang menyebabkan

pertumbuhan dari Lactobacillus bifidus yang dapat menurunkan kumpulan

bakteri patogen (menyebabkan penyakit pada manusia) penyebab diare.

Berdasarkan penelitian di negara maju, ASI dapat menurunkan angka infeksi

saluran pernafasan bawah, otitis media (infeksi pada telinga tengah),

meningitis bakteri (radang selaput otak), infeksi saluran kemih, diare dan

necrotizing enterocolitis. Protein yang terdapat pada ASI adalah protein yang

29

spesifik untuk manusia, maka pengenalan lebih lama terhadap protein asing

atau protein lain yang terdapat di dalam susu formula dapat mengurangi dan

memeperlambat terjadinya alergi.

Manfaat untuk bayi:

1) Mempromosikan ASI yang kuat dan aman untuk bayi

2) Merangsang lima indera manusia

3) Memberikan kehangatan dan kenyamanan bayi

4) Menjaga terhadap penyakit, alergi, SIDS dan infeksi

5) Membantu mengembangkan rahang dan otot wajah dengan benar

6) Mudah dicerna

7) Meningkatkan berat badan bayi

8) Benar-benar memberi gizi lengkap untuk tahu pertama kehidupan dan

suplemen solids ke bayi

9) Perkembangan otak dan meningkatkan IQ

b. Manfaat bagi ibu dan keluarga

Menyusui bayi bagi ibu mempunyai banyak keuntungan diantaranya

menurunkan berat badan ibu, mengurangi resiko hipertensi bagi ibu serta

meningkatkan hubungan kasih sayang ibu dan anak. Menyusui juga tidak

perlu mempersiapkan susu formula dan tidak memerlukan botol steril

sehingga biaya yang dikeluarkan lebih rendah. Beberapa hal perlu diketahui

bagi ibu yang menyusui yaitu perunya konsultasi dengan dokter tentang

penggunaan obat ketika menyusui. Ibu menyusui juga harus memelihara gizi

30

yang baik, memenuhi kebutuhan cairan terutama air putih, mendapatkan

banyak istirahat dan merawat puting susu serta kebersihan dada.

Hormon oksitosin dilepaskan selama menyusui yang menyebabkan

peningkatan kontraksi rahim, mencegah involusi rahim, dan menurunkan

angka kejadian perdarahan setelah melahirkan. Wanita yang menyusui dapat

menurunkan angka kejadian kanker indung telur dan kanker payudara setelah

menopause sesuai dengan lamanya waktu ibu menyusui. Wanita yang

menyusui juga dapat mengurangi angka kejadian osteoporosis dan patah

tulang panggul setelah menopause, serta menurunkan kejadian obesitas karena

kehamilan. Menyusui dapat menciptakan ikatan antara ibu dengan bayi serta

memperlambat ovulasi (keluar dan matangnya sel telur) setelah melahirkan

sehingga menjadi suatu bentuk KB alamiah.

Keuntungan bagi ibu:

1) Ibu tidak akan mengalami menstruasi dalam beberapa bulan (bisa dipakai

sebagai KB alami).

2) Uterus akan berkontraksi lebih cepat sehingga akan mempercepat proses

pemulihan rahim untuk persiapan kehamilan kembali.

3) Mempercepat proses pembentukan tubuh ke ukuran semula.

4) Murah, lebih mudah dan lebih ramah lingkungan.

5) Ibu dapat melakukannya dimana saja, bahkan jika tidak ada air disekitar.

6) Mengurangi kemungkinan mengembangkan kanker payudara, kanker

ovarian, infeksi saluran kemih dan osteoporosis.

7) Lebih mudah menyusui pada malam hari.

31

8) Ibu memiliki alasan untuk orang-orang yang mendapatkan makanan

ringan dan minuman karena ibu memiliki ASI.

9) Ibu menjadi perempuan yang lengkap karena dapat menyusui.

10) Memberikan kesenangan dan kepuasan bagi ibu.

c. Manfaat ASI bagi Negara

1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak karena ASI mengandung

zat-zat kekebalan yang bisa melindungi bayi dari penyakit sehingga resiko

kematian dan kesakitan akan menurun.

2) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit karena bayi jarang sakit sehingga

menurunkan angka kunjungan ke rumah sakit yang tentunya memerlukan

biaya perawatan.

3) Mengurangi devisa untuk membeli susu formula karena keuangan untuk

membeli susu formula bisa dialihkan untuk membeli kebutuhan yang lain.

4) Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa karena ASI mengandung

docosahexaenoic acid (DHA) dan arachidonic acid (AA) yaitu asam lemak

tak jenuh rantai panjang yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak

yang optimal yang bermanfaat untuk kecerdasan bayi (Astutik, 2014).

6. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan ASI Eksklusif

Menurut Soetjiningsih (2000, dikutip Astutik, 2014) faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan ASI eksklusif adalah:

a. Faktor sosial budaya

Ibu bekerja atau wanita karir dan kesibukkan sosial lainnya.

32

b. Meniru teman, tetangga atau orang terkenal yang memberikan susu botol

sehingga merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayi.

c. Faktor Psikologis

Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita.

d. Faktor fisik ibu

e. Faktor bayi

Bayi yang sakit tidak memungkinkan untuk diberikan ASI.

f. Faktor tenaga kesehatan

Kurangnya motivasi dari tenaga kesehatan khususnya bidan menyebabkan

ibu bayi tidak mau memberikan ASI eksklusif karena penerapan yang salah

datang dari petugas kesehatan sendiri yang menganjurkan ASI dengan susu

kaleng.

g. Meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI.

7. Dukungan Menyusui

Menurut Astutik (2014) dukungan menyusui dapat dipengaruhi oleh

dukungan dukungan sosial dari orang lain, diantaranya:

a. Dukungan Suami

Peran serta suami untuk mendukung keberhasilan menyusui dapat

dimulai sejak masa kehamilan, yaitu dengan meningkatkan kesiapan ibu

hamil dalam menghadapi proses persalinan. Dalam praktik sehari-hari,

peran suami justru sangat menentukan keberhasilan menyusui. Suami

mempunyai peran memberi dukungan dan ketenangan bagi ibu yang sedang

33

menyusui. Peran suami lainnya yaitu membantu kelancaran tugas-tugas istri,

misalnya dalam hal mengganti popok atau memberi dukungan saat

menyusui dengan memijat punggung istri.

b. Dukungan Keluarga dan Teman

Kenyataan yang ada di masyarakat, ibu menyusui cenderung mendatangi

kerabat atau teman daripada ke petugas kesehatan jika mengalami kesulitan

dalam menyusui. Sekitar satu dari empat ibu dibantu oleh kerabat atau

teman saat mereka mengalami masalah menyusui. Ibu menyusui yang

sebagian besar temannya memberikan susu botol akan cenderung lebih

berhenti menyusui dalam dua minggu pertama setelah melahirkan.

c. Dukungan Teman Sebaya

Department of Health di Inggris menemukan adanya peningkatan tren

positif ke arah peningkatan berkelanjutan menyusui yang didukung oleh

teman sebaya. Laporan konsisten dari ibu telah mengindikasikan bahwa

dukungan teman sebaya dapat membantu saat ibu berpikir untuk berhenti

menyusui atau mempunyai masalah yang berkaitan dengan menyusui.

Kapasitas program dukungan teman sebaya untuk memberdayakan wanita

yang hidup dalam komunitas yang terasing secara sosial tidak boleh

diremehkan.

d. Dukungan dari Spesialis Penasihat Menyusui Bayi

Spesialis penasihat yang dimaksud adalah penasihat yang menangani

masalah laktasi dan perawatan bayi sehingga diharapkan mampu

34

memberikan asuhan dan dukungan yang dapat diterima oleh ibu menyusui

dengan jalan sebagai berikut:

1) Mengembangkan dan memantau kebijakan dan pedoman menyusui bayi.

2) Memberikan pelatihan di tempat kerja untuk professional pekerjaan dan

pekerja pemberi dukungan.

3) Memeriksa praktik menyusui bayi.

4) Memastikan bahwa selebaran dan informasi untuk wanita akurat, sejalan

dengan kebijakan menyusui dan tidak mengiklankan perusahaan susu

formula.

5) Mengatur dan melaksanakan seminar menyusui untuk wanita di periode

antenatal.

6) Mengatur dan melaksanakan pelayanan breastfeeding drop-in.

7) Mendukung profesional kesehatan di area klinis mereka.

8) Menyupervisi profesional kesehatan yang melakukan kursus menyusui.

9) Mengambil peran sebagai pemimpin ketika unit maternitas dan

komunitas bekerja sama untuk mendapatkan penghargaan Baby Friendly

Initiative Award.

10) Bekerja sama dengan organisasi lokal dan nasional untuk

mempromosikan, melindungi dan mendukung menyusui.

e. Kelompok Sukarela

1) Kelompok Pendukung ASI (KP ASI)

KP ASI merupakan kumpulan ibu-ibu relawan yang memiliki minat sama

terhadap peningkatan penggunaan ASI. KP ASI di rumah sakit

35

anggotanya terdiri atas Dharma Wanita, serta bukan pegawai rumah sakit.

Kadang KP ASI dikelola oleh suatu organisasi wanita sehingga secara

otomatis anggota KP ASI juga merupakan anggota organisasi wanita

tersebut. Kegiatan KP ASI antara lain sebagai berikut:

a) Melakukan kunjungan ke unit kerja.

b) Membuat dokumentasi masalah ibu hamil dan menyusui.

c) Mengelola tempat penitipan anak.

d) Membentuk KKP ASI

e) Mengelola posyandu binaan.

f) Memberikan penyuluhan dan ceramah

2) Kader Kelompok Pendukung ASI (KKP ASI)

KKP ASI adalah kader kesehatan yang bersal dari ibu-ibu pascapersalinan

yang dibina oleh KP ASI rumah sakit, kader di posyandu yang telah

dibina mengenai ASI oleh tim PP ASI, atau lainnya dengan tugas khusus

meningkatkan penggunaan ASI di tingkat desa. KKP ASI juga dapat

berasal dari ibu yang mendapatkan rawatan pascapersalinan di rumah sakit

yang sudah dimotivasi dan dibina oleh KP ASI serta kader setempat yang

telah dilatih. Kegiatan yang dilakukan oleh KKP ASI pada prinsipnya

adalah sebagai berikut:

a) Membimbing teknik menyusui yang benar.

b) Mengatasi masalah menyusui yang sederhana.

c) Merujuk masalah menyusui yang tidak dapat diatasi.

36

d) Melakukan penyuluhan tentang manfaat ASI, perbandingan

keuntungan dan kerugian pemberian ASI dan susu formula, gizi dan

sebagainya (Perinasia, 2009 dikutip Astutik, 2014).

8. Masalah dalam Menyusui

Menurut Astutik (2014), masalah dalam pemberian ASI eksklusif yaitu:

a. Masa Antenatal

1) Kurang atau salah informasi.

2) Putting susu datar atau terbenam (Inversi Putting).

b. Masa pascapersalinan dini

1) Putting susu lecet atau pecah-pecah

2) Payudara bengkak

3) Saluran susu tersumbat

4) Mastitis atau abses payudara

c. Masa pascapersalinan lanjut

1) Sindrom ASI kurang

2) Ibu yang bekerja

3) Keadaan khusus

a) Ibu melahirkan dengan bedah sesar

b) Ibu sakit

c) Ibu dengan HIV

d) Ibu yang memerlukan pengobatan

e) Ibu hamil

37

d. Masalah menyusui pada bayi

1) Bayi sering menangis

2) Bayi bingung putting

3) Bayi premature dan bayi kecil (BBLR)

4) Bayi kuning (ikterik)

5) Bayi sakit

6) Bayi sumbing (celah palatum/langit-langit)

7) Bayi kembar

8) Bayi dengan lidah pendek (lingual frenulum)

9) Bayi yang memerlukan perawatan

B. Media Sosial

1. Definisi

Media sosial didefinisikan oleh Kaplan dan Haenlein sebagai koleksi

aplikasi berbasis internet yang memungkinkan untuk penciptaan dan

pertukaran isi yang dihasilkan oleh para pengguna. Definisi ini termasuk blog,

situs jejaring sosial seperti Facebook, microblogging layanan seperti Twitter,

komunitas konten seperti YouTube, dan proyek-proyek kolaboratif seperti

Wikipedia. Media sosial adalah sumber daya yang semakin populer untuk

kesehatan dan informasi kesehatan. Dari 64% orang dewasa di Amerika yang

melaporkan akan online untuk informasi kesehatan, diperkirakan 34% orang

menggunakan media sosial untuk mengaksesnya (Sheryl, 2012).

38

Di seluruh dunia, munculnya konektivitas digital mengubah cara orang

berkomunikasi. Di negara-negara industri, media sosial telah menjadi bentuk

dominan dari komunikasi, terutama bagi ibu hamil dan ibu baru. 93% dari

"Generasi Milenium" (mereka yang lahir setelah tahun 1982, lahir pada waktu

ketergantungan pada teknologi) berkomunikasi secara online. Di Amerika,

hampir 3 dari 4 orang menggunakan jejaring sosial situs web, seperti

Facebook, Twitter, atau Pinterest. Lebih dari setengah dari semua wanita yang

menanggapi satu survei menyatakan niat mereka untuk berbagi pengalaman

kelahiran mereka di media sosial. Selain itu, waktu untuk online meningkat

setelah kelahiran. 44% wanita Amerika Serikat menghabiskan lebih banyak

waktu online setelah bayi baru lahir dan kemungkinan besar seorang ibu baru

akan mencari informasi menyusui dan dukungan online (Amber & McCulloh,

2012).

2. Manfaat Media Sosial

Manfaat dari media sosial yaitu:

a. Sebagai sarana untuk berbagi informasi

b. Sebagai sarana untuk berekspresi

c. Sebagai sarana untuk menyalurkan hobi

d. Sebagai sarana untuk promosi

39

C. Komunitas Virtual

1. Definisi

Komunitas virtual yang sering juga disebut sebagai e-community atau

komunitas online adalah sekelompok orang yang media utama hubungannya

adalah internet dan tidak mengandalkan pertemuan langsung secara fisik.

Cakupannya sebenarnya sama seperti komunitas biasa. Semua orang bebas

membuat komunitas online, seperti untuk keperluan pekerjaan, pendidikan,

sosial, atau tujuan lainnya (Jasmadi, 2008).

Komunitas virtual adalah suatu tempat di dalam sebuah web dimana

orang dapat menemukan dan kemudian "berbicara" dengan media elektronik

kepada orang lain dengan minat yang sama. Komunitas virtual terutama

bertindak sebagai kedai kopi daripada perdagangan, meskipun ada yang

bersifat komersial di mana orang dapat melakukan transaksi, lelang dan

perdagangan. Komunitas virtual memainkan peran lebih besar dalam banyak

aspek kehidupan anggota mulai dari membentuk dan mempertahankan

persahabatan dan hubungan romantis, belajar, membentuk opini, pembelian,

dan menggunakan produk dan jasa (Hagel dan Armstrong, 1997). VC dapat

meningkatkan kepercayaan antara anggota sehingga mengurangi risiko dan

mendorong mereka untuk partisipasi e-commerce yang lebih besar. Oleh

karena itu, VC adalah alat yang ideal untuk e-commerce, e-marketing,

membangun pengetahuan dan e-learning kegiatan (Gupta & Kim, 2004).

40

2. Elemen Inti Komunitas Virtual

Internet memungkinkan jutaan orang di seluruh dunia untuk bertukar

informasi dan berperilaku bisnis. Secara khusus, potensi Internet untuk

transformasi informasi multi-way (satu-ke-satu, satu-ke-banyak, banyak-ke-

banyak) menyediakan mekanisme untuk membentuk kelompok kepentingan

bersama atau masyarakat (Rothaermel dan Sugiyama, 2001). Whittaker, Issacs

dan O'Day (1997, dikutip Gupta, 2004) mengidentifikasi elemen inti dari

komunitas virtual sebagai :

a. Tujuan bersama, minat, kebutuhan, atau kegiatan yang merupakan

alasan utama untuk bergabung dalam komunitas.

b. Diulang, berpartisipasi aktif dan sering, berinteraksi secara intens,

ikatan emosional yang kuat, dan kegiatan bersama antara peserta.

c. Akses untuk berbagi sumber dan kebijakan menentukan akses ke

sumber daya tersebut.

d. Timbal balik informasi, dukungan, dan jasa antar anggota.

e. Konteks berbagi dari ketentuan bersosialisasi, bahasa dan protokol.

3. Bentuk-Bentuk Komunitas Virtual di Internet

Menurut penjelasan anonymous 1 (2010, dikutip Andry, Handoko &

Ariansyah, 2011), beberapa macam bentuk komunitas virtual di internet antara

lain:

a. Mailing List (Milis)

41

Prinsip milis adalah setiap pesan yang dikirim akan diterima email

para anggota baik untuk topik/pesan baru dan balasan/komentar.

b. Forum

Forum adalah situs web yang lebih condong ke arah komunikasi

obrolan antar anggota forum dimana setiap obrolan akan direkam

dan setiap anggota bisa membacanya kapanpun. Ada yang

bertindak membuat topik baru da nada yang memberi komentar. Di

forum juga bisa membuat komunitas dari beberapa anggota forum,

tergantung jenis forumnya.

c. Blog

Blog adalah suatu situs pribadi yang dapat menjadi tempat

berekspresi dengan berbagai fitur/fungsi. Dengan blog, dapat ditulis

apapun dan tamu bisa ikut memberi komentar. Blog biasanya tidak

memiliki anggota karena yang mungkin hanyalah sebagai pengikut,

pelanggan postingan baru dan tamu biasa.

d. Jejaring Sosial

Di situs jejaring sosial, orang akan dapat terhubung dengan teman-

temannya sehingga memudahkan mereka dalam berkomunikasi

tanpa harus mengirim email. Di dalam website jejaring sosial juga

terdapat fungsi membuat grup dan bergabung dalam suatu grup

komunitas dilengkapi berbagai fitur/fungsi yang berguna bagi

pemakai/pengguna. Komunitas jejaring sosial ini hanya bisa diakses

42

dan digunakan oleh sesama pengguna situs jejaring sosial yang

sama saja.

4. Tujuan Menjadi Anggota Komunitas Virtual

Beberapa tujuan seseorang untuk menjadi anggota komunitas virtual, yaitu:

Tabel 2.3. Tujuan Menjadi Anggota Komunitas Virtual

Kategori Deskripsi ContohBertukar Informasi Memperoleh dan

bertukar informasi mengenai suatu topik.

-Untuk mendapatkan ide-ide baru-Untuk berbagi pengetahuan dengan orang lain

Mendapatkan dukungan sosial

Mendapatkan dan memberikan dukungan secara emosional

-Sebuah cara untuk mengekspresikan-Untuk mencurahkan permasalahan dan mendapatkan saran-Untuk mendukung orang lain yang sedang mengalami masa sulit

Persamaan Ketertarikan Suka dengan konsep komunitas virtual

-Berbagi masalah dengan sesama gender mengenai ASI eksklusif

5. Manfaat Komunitas Virtual

Menurut Sahib (2009) beberapa manfaat komunitas virtual untuk anggota

adalah:

Tabel 2.4. Manfaat komunitas virtual untuk anggota

43

Pertukaran Informasi Akses ke berbagai anggota, informasi dan pengalaman yang dapat digunakan untuk bertukar.

Informasi Akses terhadap informasi yang tidak jelas atau tidak dapat diakses.

Dukungan Sosial Kesempatan untuk membangun dan memelihara hubungan sosial dengan orang yang sudah dikenal secara offline atau mereka bertemu secara online.Kesempatan untuk membantu dan memberikan dukungan kepada kelompok atau komunitas yang lebih besar.Kesempatan untuk menawarkan dan menerima dukungan emosional dalam iklim kepercayaan, kesetaraan dan empati.Kesempatan untuk berikatan sosial dan menghasilkan aksi sosial, interaksi sosial. Kesempatan untuk bertemu orang-orang dan membangun persahabatan.Kesempatan untuk dihibur.Akses yang fleksibel kepada masyarakat.Manajemen waktu yang fleksibelRuang dan dunia yang bebasJarak di luar batas kerja lokal atau komunitas geografis.

Permanen Kemampuan untuk memikirkan dan memperbaiki tanggapan.Kemampuan untuk menyimpan dan mengambil pesan.Akses ke artikel penelitian dan hyperlink dalam masyarakat terkait dengan fokus masyarakat.Kemampuan untuk membangun kehadiran sosial yang permanen melalui foto, profil tekstual, pesan arsip dan kemampuan untuk mengontrol dengan tingkat kemudahan seseorang berpartisipasi

44

dalam masyarakat.

Tabel 2.5. Manfaat komunitas virtual untuk organisasi

Kesetiaan Pelanggan Kesempatan untuk memperoleh umpan balik dan informasi pada kebutuhan pelanggan dan persyaratannya.Kesempatan untuk meningkatkan layanan pelanggan.

Komunikasi dan Kepercayaan Pegawai

Pemahaman yang lebih baik tentang apa yang orang lain lakukan dalam organisasi.Peningkatan tingkat kepercayaan.

Jarak dan Nama Baik Kesempatan untuk meningkatkan nama baik.Peningkatan akses terhadap pengetahuan yang lebih.Pertukaran informasi dengan sumber yang dapat dipercaya.

Produktivitas Peningkatan kualitas pengetahuan dan saran.Peningkatan penciptaan ide dan meningkatkan pemecahan masalah.Peningkatan inovasi bisnis dan produk baru.Menghemat waktu selama mencari informasi dan berbagi.

45

D. Peran Perawat

Menurut Efendi dan Makhfudli (2009) peran dan fungsi perawat

komunitas dalam promosi kesehatan adalah sebagai berikut:

a. Peran sebagai pendidik atau penyuluh kesehatan

Mengkaji kebutuhan klien serta diharapkan dapat diketahui tingkat

pengetahuan klien, informasi apa saja yang diperlukan klien, apa

yang ingin diketahui dari klien serta meningkatkan dan

memelihara kesehatan klien melalui pendidikan kesehatan

b. Peran sebagai pelaksana konseling keperawatan

1) Memberikan informasi, memberikan dukungan, memberikan

asuhan dan menjaga kepercayaan yang diberikan klien.

2) Membantu klien untuk mengidentifikasi masalah serta faktor-

faktor yang mempengaruhi.

3) Memberikan petunjuk kepada klien untuk mencari pendekatan

pemecahan masalah dan memilih cara pemecahan masalah yang

tepat.

4) Membantu klien menentukan pemecahan masalah yang dapat

dilakukan

c. Peran sebagai peneliti dan pengembang ilmu keperawatan

Riset keperawatan akan menambah dasar pengetahuan ilmiah

keperawatan dan meningkatkan praktik keperawatan bagi klien.

Praktik berdasarkan riset merupakan hal yang harus dipenuhi jika

profesi keperawatan ingin menjalankan kewajibannya pada

46

masyarakat dalam memberikan perawatan yang efektif dan efisien.

Oleh karena itu, setiap peerawat harus mampu melakukan riset

keperawatan (Asmadi, 2008).

d. Peran sebagai advokat

Perawat bertanggung jawab memberikan informasi yang benar

kepada responden tentang manfaat pemberian ASI eksklusif

terhadap kesehatan bayi. Perawat juga harus melindungi hak-hak

responden dan mendapatkan persetujuan dari responden sebelum

melakukan penelitian.

E. Penelitian Terkait

Berdasarkan penelitian terkait yang dilakukan oleh Cowie, Hill &

Robinson (2011) yang meneliti tentang dalam menggunakan layanan online

untuk dukungan menyusui. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengidentifikasi dan mengukur penggunaan utama dari sebuah papan diskusi

elektronik yang diselenggarakan oleh sebuah organisasi advokasi menyusui

awam terkemuka di Australia. Metode yang digunakan adalah dengan cara

tiga hari berturut-turut melihat percakapan di forum diskusi yang diikuti.

Menggunakan analisis isi, pesan diberi kode dan dianalisis secara statistik

untuk cara papan diskusi digunakan dan mana topik yang dihadiri dan tidak

dihadiri. Hasilnya menyatakan bahwa forum diskusi hampir secara universal

memberi dukungan emosional kepada para peserta dan sebagian besar

47

pengguna menyatakan emosi mereka dalam pesan mereka. Forum diskusi lay-

moderator dapat menjadi sumber daya berharga bagi orang tua yang

membutuhkan kepastian , informasi atau dukungan sosial umum . Hal ini juga

mungkin berguna untuk memperluas jumlah menyusui dan mengasuh

informasi yang tersedia di website utama organisasi.

Brown, Raynor & Lee (2011) meneliti tentang pentingnya menjadi

bagian dari komunitas pendukung menyusui pada ibu-ibu muda yang memilih

untuk menyusui memiliki tujuan penelitian yaitu untuk meneliti faktor-faktor

yang berhubungan dengan inisiasi menyusui dan durasi menyusui pada ibu

muda ( ≤ 24 tahun ). Sampel ibu diambil dari kelompok ibu dan bayi

setempat, pembibitan dan forum online ibu dan bayi. Hasil yang ditemukan

adalah ada hubungan yang positif antara menyusui setidaknya selama 6 bulan

dengan menghadiri kelompok pendukung menyusui, mempercayai menyusui

menjadi mudah, menjadi bagian dari lingkungan di mana ASI adalah normatif

dan didukung untuk menyusui oleh orang lain.

Hermina, Fuada, & Hidayat (2011) meneliti tentang faktor informasi

ASI dan MP-ASI kaitannya dengan praktik pemberian ASI eksklusif di

provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki kesimpulan bahwa praktik

pemberian ASI eksklusif di NTT masih rendah (8,9%), proporsi tertinggi

praktik pemberian ASI eksklusif lebih banyak ditemukan pada ibu-ibu

menyusui yang tinggal di perdesaan dibandingkan di perkotaan. Sebagian ibu-

ibu yang diteliti memperoleh informasi tentang ASI dan MP-ASI dari tenaga

kesehatan baik di tempat pelayanan kesehatan maupun non pelayanan

48

kesehatan, sehingga pengetahuan tenaga kesehatan tentang ASI dan MPASI

perlu terus ditingkatkan dengan dilengkapi berbagai media penyuluhan yang

menarik untuk mendukung keberhasilan ASI eksklusif. Sementara itu,

sebagian besar responden tidak mendapat informasi dari media massa dan

tidak ada hubungan jenis media yang diperoleh dengan praktik pemberian

ASI di NTT.

F. Kerangka Teori

49

Skema 2.1. Kerangka Teori

Sumber: Modifikasi dari Bahiyatun (2009); Astutik (2014); Efendi dan Makhfudli

(2009); Sahib (2009).

ASI

Dukungan menyusui

Suami Keluarga dan teman

Teman sebaya

Spesialis penasihat menyusui

Kelompok sukarela

KP ASI KKP ASI

Komunitas VirtualPeran Perawat:1. Pendidik2. Pelaksana konseling

keperawatan3. Peneliti dan pengembang

ilmu keperawatan4. Advokat

Manfaat Komunitas Virtual

Pemberian ASI eksklusif

50