BAB II baru
-
Upload
herlinda-septiany -
Category
Documents
-
view
55 -
download
11
Transcript of BAB II baru
Laboratorium Kimia Analit Jjjj
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Dasar Teori
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan
pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu.
Bagian terbesar dari penentuan secara analisis
gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal ke
senyawa murni stabil yang dapat segera diubah
menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti.
Berat unsur dihitung berdasarkan rumus senyawa dan
berat atom unsur-unsur yang menyusunnya.
Pemisahan unsur-unsur atau senyawa yang dikandung
dilakukan dengan beberapa cara, seperti: metode
pengendapan, metode penguapan, metode
elektroanalisis, atau berbagai macam metode lainnya.
Pada prakteknya, dua metode pertama adalah yang
terpenting. Metode gravimetri memakan waktu yang
cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat
diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat
digunakan.
Program Studi D3 Teknik Kimia
II-1
II-2
Laboratorium Kimia Analit(Kimia Analitik, hal. 25)
Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah
zat yang paling tua dan paling sederhana
dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya.
Kesederhanaan itu jelas kelihatan karena dalam
gravimetri jumlah zat ditentukan dengan menimbang
langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain.
Pada dasarnya pemisahan zat dilakukan dengan cara
sebagai berikut. Mula-mula cuplikan zat dilarutkan
dalam pelarut yang sesuai, lalu ditambahkan zat
pengendap. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci,
dikeringkan atau dipijarkan dan setelah dingin
ditimbang. Kemudian jumlah zat yang ditentukan
dihitung dari faktor stoikiometrinya. Hasilnya disajikan
sebagai persentase bobot zat dalam cuplikan semula.
(Asas Pemeriksaan Kimia, hal. 295)
Meskipun gravimetri merupakan cara
pemeriksaan kimia terhitung yang paling tua dan
paling jelas urutan kerjanya, namun pemakaiannya
terbatas karena pengerjaannya memakan waktu lama.
Selain itu, berbagai persyaratan harus dipenuhiagar
Program Studi D3 Teknik Kimia
II-3
Laboratorium Kimia Analitpenentuan terhitung dapat dilakukan dengan
memuaskan. Persyaratan itu antara lain:
1. Zat yang akan ditentukan harus dapat
diendapkan secara terhitung (sekurangnya 99,9
% kesempurnaan pengendapannya). Ini berarti
bahwa endapan yang terbentuk harus cukup
sukar larut. Umumnya, endapan yang dipakai
dalam gravimetri mempunyai kelarutan yang
sangat rendah, sehingga kehilangan yang
disebabkan oleh kelarutannya dapat diabaikan.
Selain itu, zat pengendap yang berlebihan harus
ditambahkan pada proses pengendapan
pengendapan karena jumlah zat pengendap
yang dibutuhkan untuk pengendapan tidak
diketahui dengan pasti. Penambahan zat
pengendap yang berlebihan ini juga akan
mengurangi kehilangan endapan. Misalnya, jika
pengendapan ion kalsium sebagai kalsium
oksalat dipertimbangkan, maka kelebihan ion
oksalat akanmenggeser kesetimbangan reaksi
pengendapan ke arah pembentukan endapan
kalsium oksalat seperti berikut:
Ca2+ + C2O4- CaC2O4
Program Studi D3Teknik Kimia
II-4
Laboratorium Kimia Analit2. Endapan yang terbentuk harus cukup murni dan
dapat diperoleh dalam bentuk yang cocok untuk
pengolahan selanjutnya. Endapan yang
terbentuk hablur kasar lebih cocok untuk
pengolahan selanjutnya dalam gravimetri
daripada endapan yang berbentuk hablur halus
atau endapan yang tak berbentuk. Sedangkan
pengolahan selanjutnya itu akan menghasilkan
senyawa yang akan ditimbang yang
mengandung zat yang ditentukan. Bentuk
senyawa ini dinamakan bentuk-timbang, yang
harus murni secara kimia, mantap dan
mempunyai susunan stoikiometri yang pasti.
Selain itu, bentuk-timbang ini harus mempunyai
bobot rumus yang besar karena endapan akan
mengandung zat yang ditentukan lebih kecil
sehingga kesalahan-kesalahan dalam
penyaringan, penimbangan dan sebagainya
akan mempunyai pengaruh yang kecil pada
hasil penentuan zat. Persentase zat yang
ditentukan dalam bentuk timbang itu
dinamakan faktor perubahan atau faktor
gravimetri.
(Asas Pemeriksaan Kimia, hal. 295-296)
Program Studi D3 Teknik Kimia
II-5
Laboratorium Kimia AnalitII. 1. 1 Metode dan Proses Pengendapan
Pengendapan dilakukan sedemikian rupa
sehingga memudahkan proses pemisahannya.
Umumnya pengendapan dilakukan pada larutan yang
panas sebab kelarutan bertambah dengan
bertambahnya temperatur. Pengendapan dilakukan
dalam larutan encer yang ditambahkan pereaksi
perlahan-lahan dengan pengadukan ynag teratur,
partikel yang terbentuk lebih dahulu berperanan
sebagai pusat pengendapan. Untuk memperoleh pusat
pengendapan yang besar suatu reagen ditambahkan
agar kelarutan endapan bertambah besar.
(Kimia Analitik, hal. 25-26)
Pada dasarnya endapan terjadi melalui dua
proses. Pada proses pertama, terbentuk zarah-zarah
yang sangat kecil (1-100 nm) yang disebut inti,
sedangkan pada proses kedua inti-inti tersebut
tumbuh menjadi zara-zarah yang lebih besar.
Inti-inti tersebut tidak muncul segera setelah zat
pengendap ditambahkan ke dalam larutan yang akan
diendapkan, tetapi hampir selalu ada masa imbas,
yakni masa antara penambahan zat pengendap dan
Program Studi D3Teknik Kimia
II-6
Laboratorium Kimia Analitmunculnya endapan, misalnya masa imbas untuk
endapan AgCl sangat singkat (beberapa detik)
sedangkan masa imbas untuk endapan BaSO4 bisa
beberapa menit, terutama jika pengendapan dilakukan
dalam larutan yang sangat encer. Namun demikian,
umunya endapan yang mempunyai masa imbas
singkat sering digunakan dalam pemeriksaan kimia,
sehingga ini dapat terbentuk dengan segera setelah
larutan-larutan yang bereaksi dicampurkan.
(Asas Pemeriksaan Kimia, 296-297)
Selanjutnya, inti-inti itu tumbuh menjadi zarah-
zarah yang lebih besar dengan berbagai cara,
tergantung pada kelarutan endapan dan keadaan
pengendapan, yang menentukan bentuk endapan
yang terjadi. Bila kelarutan endapan tidak begitu
rendah, maka pada penambahan zat pengendap
selanjutnya sangat sedikit inti baru terbentuk, tapi
sebagian besar zat pengendap itu berperan
dalampertumbuhan inti-inti yang telah ada. Akibatnya
akan diperoleh endapan yang berbentuk hablurkasar,
yang agak murni dan cocok untuk pengolahan
selanjutnya. Sebaliknya, bila kelarutan endapan
sangat rendah, maka sejumlah besar inti baru akan
Program Studi D3 Teknik Kimia
II-7
Laboratorium Kimia Analitterbentuk selama proses penambahan zat pengendap.
Akibatnya, endapan terbentuk karena
pengelompokkan inti-inti sehingga timbul endapan
yang berbentuk hablur halus atau bahkan endapan
yang tak berbentuk sama sekali.
(Asas Pemeriksaan Kimia,297)
II. 1. 2 Pemilihan Keadaan untuk Pengendapan
Dalam gravimetri, endapan yang diinginkan
adalah endapan hablur kasar, karena endapan seperti
ini mudah disaring dan dicuci. Selain itu, lantaran luas
permukaan endapan hablur kasar itu lebih kecil
daripada luas permukaan endapan hablur halus, maka
endapan hablur kasar ini lebih sedikit mengandung
kotoran.
(Asas Pemeriksaan Kimia, 297)
Untuk memperoleh endapan hablur kasar
tersebut, ada suatu ukuran yang sangat penting
diperhatikan dalam proses pengendapan, yakni
kelewatjenuhan nisbi (R). Kelewatjenuhan (R) ini
dirumuskan dengan persamaan berikut:
Program Studi D3Teknik Kimia
II-8
Laboratorium Kimia AnalitQ - S
R =
S
Di sini R = kelewatjenuhan nisbi
Q = kepekatan molar larutan setelah
dicampur, tapi belum timbul
endapan
S = kelarutan molar endapan
(Asas Pemeriksaan Kimia, 297)
II. 1. 3 Kemurnian Endapan: Kopresipitasi
Pemisahan endapan dari larutan tidak selalu
menghasilkan zat murni. Kontaminasi endapan oleh
zat lain yang larut dalam pelarut disebut kopresipitasi.
Hal ini berhubungan dengan adsorbsi pada permukaan
partikel dan terperangkapnya (oklusi) zat asing selama
proses pertumbuhan kristal dari partikel primernya.
Adsorbsi banyak terjadi padaendapan gelatin dan
sedikit pada endapan mikrokristal, misalkan AgI pada
perak asetat dan endapan BaSO4 pada alkali nitrat.
Program Studi D3 Teknik Kimia
II-9
Laboratorium Kimia AnalitPengotoran dapat juga disebabkan oleh
postpresipitasi, yaitu pengendapan yang terjadi pada
permukaan endapan pertama. Hal ini terjadi pada zat
yang sekitit larut kemudian membentuklarutan lewat
jenuh. Zat in mempunyai ion yang sejenis dengan
endapan primernya, misal: pengendapan CaC2O4
dengan adanya Mg. MgC2O4 akan terbentuk bersama-
sama dengan CaC2O4. lebih lama waktu kontak, maka
lebih besar endapan yang terjadi.
(Kimia Analitk, hal. 27)
Postpresipitasi dan kopresipitasi merupakan dua
fenomena yang berbeda. Sebagai cintoh, pada
postpresipitasi, semakin lama waktunya, maka
kontaminasi bartambah, sedangkan pada kopresipitasi
sebaliknya. Kontaminasi bertambah akibat
pengadukan larutan hanya pada postpresipitasi tetapi
tidak pada kepresipitasi. Kemungkinan bertambahnya
kontaminasi sangat besar pada postpresipitasi
dibanding pada kopresipitasi.
(Kimia Analitk, hal. 27)
Program Studi D3Teknik Kimia
II-10
Laboratorium Kimia AnalitII. 1. 4 Keadaan Optimum untuk Pengendapan
Aturan-aturan umum yang diikuti adalah
sebagai berikut:
a) Pengendapan harus dilakukan pada larutan
encer, yang bertujuan untuk memperkecil
kesalahan akibat kopresipitasi
b) Pereaksi dicampurkan perlahan-lahan dan
teratur dengan pengadukan ynag tetap. Ini
berguna untuk pertumbuhan kristal yang
teratur. Untuk kesempurnaan raksi, pereaksi
yang ditambahkan harus berlebih. Urut-urutan
pencampuran harus teratur dan sama.
c) Pengendapan dilakukan pada larutan panas bila
endapan yang terbentuk stabil pada temperatur
tinggi. Aturan ini tidak selau benar untuk
bermacam endapan organik.
d) Endapan kristal biasanya dibentuk dalam waktu
yang lama dengan menggunakan pemanas uap
untuk menghindari adanya kopresipitasi.
e) Endapan harus dicuci dengan larutan encer
f) Untuk menghindari postpresipitasi atau
kopresipitasi sebaiknya dilakukan pengendapan
ulang.
Program Studi D3 Teknik Kimia
II-11
Laboratorium Kimia Analit(Kimia Analitk, hal. 27-28)
II. 1. 5 Pengendapan dari Larutan Serbasama
Pada pengendapan dari larutan serbasama, zat
pengendap tidak ditambahkan sebagai larutan, tetapi
dibangkitkan secara kimia dalam larutan tempat
berlangsungnya pengendapan. Pembangkitan zat
pengendap itu dapat dilakukan dengan beberapa cara,
antara lain:
(1) Peningkatan pH
Pengendapan dilakukan dengan peningkatan pH
larutan secara terkendali. Misalnya, urea
digunakan untuk membangkitkan ion hidroksida
yang serbasama dalam larutan.
(2) Pelepasan Anion
Di sini anion pengendap dibangkitkan secara
perlahan-lahan dalam larutan yang
mengandung ion logam yang akan diendapkan.
Pembangkitan anionitu dilakukan dengan cara
hidrolisis terkendali senyawa-senyawa tertentu
dalam suasana yang cocok untuk pembentukan
endapan.
Program Studi D3Teknik Kimia
II-12
Laboratorium Kimia Analit(3) Pelepasan Kation
Pelepasan kation dari senyawa kompleks
tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara,
misalnya dengan mengoksidasi zat
pengompleksnya, dengan mengubah-ubah pH
larutan dan dengan pengusiran ion logam dari
senyawa kompleksnya dengan ion logam lain
yang dapat membentuk kompleks yang lebih
mantap dengan zat pengompleks.
(4) Pengendapan dari Pelarut Campur
Pada pengendapan dari pelarut campur, mula-
mula dibuat larutan sedemikian rupa sehingga
endapan larut seluruhnya, dengan memakai
campuran air dan pelarut organik yang dapar
bercampur dengan air (biasanya dipakai
aseton). Kemudian larutan itu dipanaskan
sehingga pelarut organik menguap dan zat
terlarut mengendap parlahan-lahan.
(Asas Pemeriksaan Kimia, hal. 299-300)
II. 1. 6 Cemaran Endapan
Biasanya endapan menahan berbagai cemaran
dari larutan asalnya. Cemaran ini menimbulkan
Program Studi D3 Teknik Kimia
II-13
Laboratorium Kimia Analitberbagai kesalahan dalam penentuan jumlah zat.
Misalnya, dari data kelarutan, penguraian elektrolit
dan sifat keionan. Pencemaran senyawa-senyawa yang
sukar larut oleh zat-zat yang berbeda selama proses
pengendapannya disebut pengendapan serta.
Pencemaran ini dapat dikurangi dengan pengendapan
dan pencucian yang hati-hati, tapi tidak dapat
dihilangkan sama sekali.
Sebab-sebab timbulnya pengendapan-serta
dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan, yakni:
penjerapan pada permukaan, penjeratan dan
pengendapan-serta sebentuk.
(Asas Pemeriksaan Kimia, hal. 301)
II. 1. 7 Pemisahan Endapan
Dalam gravimetri, endapan biasanya
dikumpulkan dengan penyaringan cairan induknya
melalui kertas saring atau alat penyaring kaca masir.
Kertas saring yang digunakan dalam gravimetri
terbuat dari selulosa yang sangat murni sehingga jika
dibakar hanya meninggalkan sisa abu sangat sedikit.
Lazimnya kertas saring itu dibagi atas tiga kelompok
yakni kertas saring yang berpori besar, sedang dan
Program Studi D3Teknik Kimia
II-14
Laboratorium Kimia Analitkecil. Pemilihan kertas saring itu tergantung pada sifat
endapan yang akan disaring. Sebaliknya, alat
penyaring kaca masir digunakan bila endapan yang
disaring tidak akan dipijar setelah penyaringan, tetapi
hanya dikeringkan saja.
Selain dengan penyaringan, endapan dapat pula
dipisahkan dengan cara pengenap-tuangan. Dengan
cara ini, endapan yang berada dalam cairan induknya
diendapkan beberapa saat, kemudian cairan bagian
atasnya dituangkan ke dalam wadah lain. Pekerjaan ini
dilakukan berulang-ulang sampai semua cairan
terpisah dari endapan.
(Asas Pemeriksaan Kimia, 305)
II. 1. 8 Mencuci Endapan
Tujuan mencuci endapan adalah menghilangkan
kontaminasi pada permukaan. Pencucian akan berhasil
jika pencucian dilakukan berulang-ulang dengan
pemakaian sebagian demi sebagian cairan pencuci.
Pencucian dilanjutkan terus sampai ion pengotor telah
hilang sama sekali. Hilangnya ion pengotor ditandai
dari hasil negati pada pengujian cairan pencuci
dengan pereaksi yang cocok.
Program Studi D3 Teknik Kimia
II-15
Laboratorium Kimia AnalitHal penting yang perlu diperhatikan dalam
pencucian endapan adalah pemilihan larutan pencuci.
Sebenarnya air murni merupakan cairan pencuci yang
paling cocok, namun air hanya dapat digunakan bila
endapan yang akan dicuci berupa hablur dan
mempunyai kelarutan yang rendah (misalnya BaSO4).
Untuk menghindarkan larutnya endapan kembali
karena terbentuknya koloid, maka endapan-endapan
yang tak berbentuk seperti Fe(OH)3, Al(OH)3 dicuci
dengan air panas yang mengandung elektrolit
lembam, misalnya NH4NO3. Sedangkan endapan yang
dapat terhidrolisis air, misalnya MgNH4PO4.6H2O dicuci
dengan larutan amonia. Endapan yang agak mudah
larut dicuci dengan air yang mengandung zat
pengendap atau dengan larutan jenuh endapan itu.
Namun demikian, perlu diingat bahwa zat pengendap
itu haruslah zat yang mudah menguap sehingga dapat
hilang pada saat pemijaran endapan
Larutan pencuci dibagi dalam 3 kelompok:
a) Larutan yang mencegah terbentuknya koloid
yang mengakibatkan dapat lewat kertas saring,
misal: penggunaan amonium nitrat untuk
mencuci endapan ferihidroksida.
Program Studi D3Teknik Kimia
II-16
Laboratorium Kimia Analitb) Larutan yang mengurangi kelarutan dari
endapan (misal: alkohol)
c) Larutan yang dapat mencegah hidrolisis garam
dari asam lemah atau basa lemah.
(Kimia Analitik, hal. 28-29)
II. 1. 9 Pengeringan dan Pemijaran Endapan
Setelah dipisahkan, endapan diubah bentuknya
menjadi bentuk timbang dengan cara pengeringan
atau pemijaran. Pengeringan dilakukan untuk
memisah air, elektrolit yang terjerap dan kotoran-
kotoran yang mudah menguap lainnya, sedangkan
pemijaran dilakukan untuk memperoleh bentuk-
timbang yang sesuai.
Pengeringan adalah proses pemanasan endapan
pada suhu 100-150°C, dan digunakan untuk
mengubah endapan yang basah menjadi bentuk-
timbang yang kering. Sedangkan pemijaran adalah
proses pemanasan endapan bersama-sama dengan
kertas saring pada suhu rendah pada mulanya untuk
mengarangkan kertas saring itu tanpa timbulnya
nyala, dilanjutkan dengan pemijaran dalam tanur
pemijar pada suhu 600-1100°C. suhu dan lamanya
Program Studi D3 Teknik Kimia
II-17
Laboratorium Kimia Analitpemijaran tergantung pada sifat-sifat endapan. Suhu
pemijaran yang paling sesuai untuk suatu endapan
sering ditentukan dengan cara termogravimetri.
(Asas Pemeriksaan Kimia, hal. 306)
II. 1. 10 Beberapa Endapan Organik yang
Penting
Beberapa pereksi organik yang sering
digunakan pada analisis gravimetru, misalnya:
a) Dimetilglioksim untuk nikel. Pereaksi berlebih
harus dihindari untuk menghindarkan
pembentukan endapan pereaksinya sendiri.
Sitrat dan tartarat digunakan sebagai pereksi
pelindung (sequistering agent).
b) Cupferron untuk Fe(III) dan Cu. Hal ini
bermanfaat dalam kondisi asam, larutan dingin,
dan endapannya dibakar kemudian ditimbang.
c) Pereaksi 8-hidroksikuinolin (untuk Mg) adalah
ditambahkan pada keadaan (suasana) dingin
dan endapannya dicuci dengan air hangat.
Endapan kemudian dilarutkan dalam asam dan
dititrasi
Program Studi D3Teknik Kimia
II-18
Laboratorium Kimia Analitd) Pereaksi salisildioksim (untuk Cu). Asam
tartarat digunakan sebagai masking agent.
Komleks tersebut larut dalam alkohol tetapi
tidak stabil jika lebih dari 73 hari. Ditimbang
sebagai Cu-salisildioksim.
e) 1-nitroso-2-nafto (untuk logam Co) digunakan
pada keadaan asam. Komleks tersebut dibakar
dan ditimbang sebagai Co3O4. pereaksinya
dibuat dalam asam asetat glasial dan air
destilasi.
f) Asam kuinaldat (untuk Cu). Metode ini sensitif
dengan menggunakan pereaksi pengompleks.
Pada kompleks hanya dikandung 15% Cu.
g) Asam mandelat digunakan (untuk Zr). Endapan
dibakar dan oksidasinya ditimbang.
h) Asam antranilat digunakan pada beberapa
logam (untuk Cu). Biasanya sering digunakan
garam natrium.
(Kimia Analitik, hal. 32-33)
II. 1. 11 Beberapa Zat Pengendap Anorganik
yang Lazim Dipakai dalam Gravimetri
Tabel 1
Program Studi D3 Teknik Kimia
II-19
Laboratorium Kimia AnalitZat Pengendap Zat yang
diendapkan
Bentuk-
timbang
NH4OH
Zat Pengendap
H2S
Be
Al
Sc
Cr
Fe
Ga
Zr
Zat yang
diendapkan
In
Sn
U
Cu
Zn
BeO
Al2O3
Sc2O3
Cr2O3
Fe2O3
Ga2O3
ZrO2
Bentuk-
timbang
InO3
SnO2
U2O8
CuO
ZnO atau
Program Studi D3Teknik Kimia
II-20
Laboratorium Kimia Analit
(NH4)2S
(NH4)2HPO4
(NH4)2HPO4
H2SO4
Ge
As
Mo
Sn
Sb
Bi
Hg
Co
Mg
Al
Mn
Zn
Zr
Cd
Bi
ZnSO4
GeO2
As2O3 atau
As2O5
MoO3
SnO2
Sb2O3 atau
Sb2O5
Bi2O3
HgS
CO3O4
Mg2P2O7
AlPO4
Mn2P2O7
Zn2P2O7
Zr2P2O7
Program Studi D3 Teknik Kimia
II-21
Laboratorium Kimia Analit
H2PtCl6
H2C2O4
Zat Pengendap
(NH4)2MoO4
HCl
AgNO3
Li
Mn
Sr
Cd
Pb
Ba
K
Rb
Cs
Ca
Sr
Th
Zat yang
diendapkan
Cd
Cd2P2O7
BiPO4
LiSO4
MnSO4
SrSO4
CdSO4
PbSO4
BaSO4
K2PtCl6 atau Pt
Rb2PtCl6
Cs2PtCl6
CaO
SrO
ThO2
Bentuk-
Program Studi D3Teknik Kimia
II-22
Laboratorium Kimia Analit(NH4)2CO3
KSCN atau
NH4SCN
K2Cr2O7
NaHCO3
HNO3
H2IO6
NaCl,Pb(NO3)2
BaCl2
MgCl2, NH4Cl
Pb
Ag
Hg
Na
Si
Cl
Br
I
Bi
Cu
Ba
Ru
Os
Ir
Sn
timbang
CaMoO4
PbMoO4
AgCl
Hg2Cl2
NaCl dari
butanol
SiO2
AgCl
AgBr
AgI
Bi2O3
Cu2(SCN)2
BaCr2O7
Ru
Program Studi D3 Teknik Kimia
II-23
Laboratorium Kimia AnalitHg
F
So2-4
PO3-4
Os
Ir
SnO2
Hg5(IO6)2
PbClF
BaSO4
Mg2P2O7
( Asas Pemeriksaan Kimia, hal. 310-311)
Program Studi D3Teknik Kimia
II-24
Laboratorium Kimia AnalitII.2Aplikasi Industri
PENGARUH TEGANGAN LISTRIK DAN
KECEPATAN ALIR TERHADAP HASIL
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR YANG
MENGANDUNG LOGAM PB, Cd dan TSS
MENGGUNAKAN ALAT
ELEKTROKOAGULASI
Telah dilakukan percobaan proses
elektrokoagulasi untuk reduksi kadar Pb,Cd dan TSS
dalam limbah B3. Limbah yang digunakan memiliki
karakteristik kontaminan Pb 6,450 ppm, Cd 1,978 ppm
dan mengandung zat padat terlarut (TSS) sebesar 350
ppm. Percobaan dilakukan dengan metode tegangan
listrik bervariasi dari 6 Volt sampai 12 Volt kecepatan
alir bervariasi dari 6,720 ml/dtk sampai 37,300 ml/dtk
dan waktu operasi tetap 60 menit dan pH limbah 6,5.
Analisis Pb dan Cd dalam filtrat hasil akhir digunakan
perangkat AAS, dan analisis TSS dengan metode
gravimetri. Dari percobaan diperoleh hasil terbaik
adalah tegangan listrik 12 volt dan kecepatan alir
Program Studi D3 Teknik Kimia
II-25
Laboratorium Kimia Analitlimbah masuk 6,720 ml/dtk yang memberikan nilai
efisiensi elektrokoagulasi kontaminan Pb sebesar
99,845%, Cd sebesar 98,938% dan TSS sebesar
95,004 %.
Pada era globalisasi ini pemakaian bahan kimia
sebagai bahan utama atau bahan pembantu proses
pada pengolahan limbah harus benar-benar
dipertimbangkan karena beban pencemaran
lingkungan semakin mengkhawatirkan. Penggunaan
bahan kimia selektif hanya dianjurkan pada
pengolahan limbah yang memiliki kadar kontaminan
logam berat cukup tinggi dan diarahkan pada proses
recoverry. Pengolahan kimia pada pengolahan limbah
radioaktif cair fase air biasanya hanya mampu
mengatasi persoalan limbah dengan karakteristik
tertentu, sehingga beningan over flow biasanya masih
mengandung sedikit logam berat dan zat padat
terlarut yang belum dapat dibuang ke lingkungan.
Proses elektrokoagulasi diduga dapat menjadi
pilihan metode pengolahan limbah radioaktif cair fase
air alternatif mendampingi metode-metode
pengolahan yang lain yang telah dilaksanakan. Di
Indonesia penerapan metode elektrokoagulasi untuk
pengolahan limbah belum banyak dilakukan, sehingga
Program Studi D3Teknik Kimia
II-26
Laboratorium Kimia Analitperlu dilakukan pengkajian proses melalui percobaan-
percobaan dan pengujian terhadap parameter yang
berpengaruh. Proses elektrokoagulasi disusun meliputi
proses equalisasi, elektrokimia, sedimentasi dan
proses filtrasi. Proses equalisasi dimaksudkan untuk
menyeragamkan limbah cair yang akan diolah
terutama kondisi pH, pada tahap ini tidak terjadi reaksi
kimia. Pada proses elektrokimia akan terjadi pelepasan
Al3+ dari plat electrode (anoda) sehingga membentuk
flok Al(OH)3 yang mampu mengikat kontaminan dan
partikel-partikel dalam limbah. Proses elektrokoagulasi
dilakukan pada bejana elektrolisis yang di dalamnya
terdapat dua penghantar arus listrik searah yang
disebut elektroda, yang tercelup dalam larutan limbah
sebagai elektrolit.
Program Studi D3 Teknik Kimia
II-27
Laboratorium Kimia AnalitApabila dalam suatu elektrolit ditempatkan dua
elektroda dan dialiri arus listrik searah, maka akan
terjadi peristiwa elektrokimia yaitu gejala dekomposisi
elektrolit, yaitu ion positif (kation) bergerak ke katoda
dan menerima elektron yang direduksi dan ion negatif
(anion) bergerak ke anoda dan menyerahkan elektron
yang dioksidasi. Reaksi yang terjadi pada proses ini
adalah[2,3]:
Reaksi Pada Katoda
Ion H+ dari suatu asam akan direduksi menjadi gas
hidogen yang akan bebas sebagai gelembung-
gelembung gas.
2H + + 2e− →H (1)
Pb2+ +6e− →Pb (2)
Larutan yang mengalami reduksi adalah pelarut
(air) dan terbentuk gas hidrogen (H2) pada katoda
2H2O + 2e→ 2OH- + H+ (3)
Reaksi Pada Anoda :
Anoda terbuat dari logam alumunium akan
teroksidasi
Al + 3H 2 O→ Al(OH)3 + 3H+ + 3e (4)
Ion OH- dari basa akan mengalami oksidasi
membentuk gas oksigen (O2),
4OH → 2H2O + O2 + 4e (5)
Program Studi D3Teknik Kimia
II-28
Laboratorium Kimia AnalitJika larutan mengandung ion-ion logam lain
maka ion-ion logam akan direduksi menjadi logamnya
dan terdapat pada batang katoda misalnya :
Pb2++ 2e→Pb (6)
Dari reaksi tersebut, pada anoda akan
dihasilkan gas, buih dan flok Al(OH)3. Selanjutnya flok
yang terbentuk akan mengikat logam Pb yang ada di
dalam limbah, sehingga flok akan memiliki
kecenderungan mengendap. Selanjutnya flok yang
telah mengikat kontaminan Pb tersebut diendapkan
pada bak sedimentasi dan sisa buih akan terpisahkan
pada unit filtrasi.
Karena dalam proses elektrokoagulasi ini
menghasilkan gelembung-gelembung gas, maka
kotoran-kotoran yang terbentuk yang ada dalam air
akan terangkat ke atas permukaan air. Flokflok
terbentuk ternyata mempunyai ukuran yang relatif
kecil sehingga flok-flok yang terbentuk tadi lama-
kelamaan akan bertambah besar ukurannya.
Pada percobaan ini digunakan limbah cair B3
yang mengandung kontaminan logamnberat (Pb, Cd
dan TSS). Melalui percobaan ini diharapkan dapat
diperoleh data teknis tentang proses elektrokoagulasi
yang dapat diterapkan untuk kebutuhan pengolahan
Program Studi D3 Teknik Kimia
II-29
Laboratorium Kimia Analitlimbah radioaktif serta dapat diaplikasikan pada
industri kimia. Variabel yang dicoba adalah tegangan
listrik proses digunakan standar nilai baku yang
ditetapkan untuk limbah cair industri kimia sesuai
dengan surat keputusan Kep. Kepala BAPEDAL No
03/BAPEDAL/04/1995 tentang baku mutu limbah cair
yaitu memiliki kadar maksimum yang diijinkan untuk
Pb 0,15 ppm, Cd 0,05 ppm dan nilai TSS sebesar 100
ppm.
Program Studi D3Teknik Kimia