Askep Pasien Dgn Krisis

22
Laporan pendahuluan Pada Pasien Dengan isolasi sosial(isos) Disusun oleh: Kelas III A NAMA : NI LUH NOVIRIYANNA NIM :120027 AKADEMI KEPERAWATAN BALA KESELAMATAN PALU KATA PENGANTAR

description

mencoba

Transcript of Askep Pasien Dgn Krisis

Laporan pendahuluan Pada Pasien Dengan isolasi sosial(isos)

Disusun oleh:Kelas III A

NAMA : NI LUH NOVIRIYANNANIM :120027

AKADEMI KEPERAWATAN BALA KESELAMATAN PALU

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh karena lindungan dan penyertaan-Nya sehingga kami kelompok III dapat menyelesaikan makalah yang berjudul asuhan keperawatan pada pasien dengan krisis ini tepat pada waktunya.Makalah ini kami buat agar dapat bermanfaat bagi pembaca maupun bagi kami selaku penyusun makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.Tak lupa pula kami megucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah mendukung kami dalam pembuatan makalah ini. Terimakasih juga kami ucapkan kepada Ibu Ida Yanriastuti, S. Kep yang telah membina kami dalam pembelajaran materi PERAWATAN JIWA I ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita sekalian. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Palu, februari 2015Penyusun

BAB IITINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI

Menurut Iyus Yosep dalam buku keperawatan jiwa, krisis adalah gangguan internal yang di akibatkan oleh peristiwa yang menegangkan atau ancaman yang dirasakan pada diri individu.( Iyus Yosep, 2007, hal.263 )Krisis didefinisikan juga sebagai konflik atau masalah atau gangguan internal yang merupakan hasil dari keadaan stress karena adanya ancaman terhadap dirinya. Pengertian lain tentang krisis yaitu suatu kondisi individu tak mampu mengatasi masalah dengan cara penanganan (koping) yang biasa dipakai. Krisis juga dapat diartikan sebagai ketidakseimbangan psikologis yang merupakan hasil dari peristiwa menegangkan atau mengancam integritas diri.( Asuhan Keperawatan Jiwa, 2009, hal.113 )Krisis adalah reaksi berlebihan terhadap situasi yang mengancam saat kemampuan menyelesaikan masalah yang dimiliki klien dan respon kopingnya tidak adekuat untuk mempertahankan keseimbangan psikologis.( Keperawatan Kesehatan Jiwa & Psikiatrik, 2004, hal.279)Berdasarkan pengertian pengetian di atas, dapat disimpulkan bahwa krisis tersebut merupakan suatu gangguan internal yang mempengaruhi keseimbangan psikologis seseorang karena adanya peristiwa yang menegangkan atau mengancam terhadap individu tersebut.

B. PERIODE TERJADINYA KRISIS

a. Pra Krisis: Individu dapat berfungsi dengan baik dalam memenuhi kebutuhan. Individu memiliki keseimbangan sosial

b. Krisis: Individu mengalami ancaman atau bahaya disorganisasi dan ketidakseimbangan. Individu mencoba menangani krisis dengan berbagai cara yang dimiliki atau dengan bantuan orang lain. Individu memiliki pengalaman subyektif berupa kekecewaan, gagal melakukan mekanisme koping yang biasa dan mengalami berbagai gejala (tabel dibawah)Gejala Fisik Keluhan somatik ( mis. Sakit kepala, gejala gastrointestinal, rasa sakit ) Ganguan nafsu makan ( mis. Peningkatan atau penurunan berat badan yang signifikan ) Gangguan tidur ( mis. Insomnia, mimpi buruk ) Gelisah, sering menangis, iritabilitas

Gejala kognitif Konfusi, sulit berkonsentrasi Pikiran yang kejar mengejar Ketidakmampuan mengambil keputusan

Gejala Prilaku Disorganisasi Impulsive, ledakan kemarahan Sulit menjalankan tanggung jawab peran yang biasa Menarik diri dari interaksi social

Gejala Emosional Ansietas, marah, merasa bersalah Sedih, depresi Paranoid, curiga Putus asa, tidak berdaya

c. Post Krisis:Resolusi krisis atau penyelesaian krisis dapat menghasilkan :1) Sama dengan sebelum krisishasil pemecahan masalah efektif2) Lebih dari pada sebelum krisisIndividu menemukan sumber dan cara penanganan yang baru3) Lebih rendah dari sebelum krisiske maladaptif ( terjadi depresi, Curiga )

C. TIPE KRISISKrisis sebagai aspek integral dari pertumbuhan dan perkembangan manusia, dalam rentang hidup seseorang mungkin pernah dan akan mengalami krisis, kemampuan individu atau seseorang dalam menghadapi krisis di gambarkan sebagai jalan keluar dalam berprilaku adaptif. Beberapa tipe krisis yang dapat dihadapi individu atau seseorang :

a. Krisis Perkembangan ( Maturasi )Terjadi sebagai respons terhadap transisi dari satu tahap maturasi ke tahap lain dalam siklus kehidupan. Misalnya, beranjak dari remaja ke dewasa.Menurut Psychoanalitical Theory, hal terpenting dalam krisis adalah pengalaman respons adaptif dan mal adaptif masa usia dini anak sepanjang perjalanan hidupnya. Dampak dari masa anak tersebut akan berpengaruh pada masa dewasanya khususnya kematangan dalam pola koping yang digunakan. Konflik masa lalu anak yang tidak selesai atau belum terpecahkan akan mewarnai cara dia menghadapi krisis setelah dewasanya.Sigmun Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi 5 fase yaitu fase oral, fase anal, fase laten dan fase pubertas. Sedangkan Erik Erikson membagi menjadi 8 fase yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa pra sekolah, masa remaja, masa dewasa muda, masa dewasa pertengahan dan masa dewasa lanjut.Erikson Theory lebih menekankan pada tugas tugas perkembangan yang harus dicapai pada setiap tahap kembangnya, misalnya basic trust, autonomy, initiative, industry, identity, intimacy, generativity, integrity, tiap tahap itu bias gagal dicapai dan dipenuhi maka akan terjadi kebalikannya seperti mistrust, shame, guilt, dan sebagainya.Dalam teori yang mereka kemukakan menekankan bahwa perkembangan tersebut merupakan satu rentang yang setiap tahap mempunyai tugas dan masalah yang harus diselesaikan untuk menuju kematangan pribadi individu. Keberhasilan seseorang menyelesaikan masalah pada fase-fase tersebut akan mempengaruhi individu mengatasi stress yang terjadi dalam hidupnya. Krisis maturasi terjadi dalam satu periode transisi yang dapat mengganggu keseimbangan psikologis seperti pada masa pubertas, masa perkawinan, menjadi orang tua, menaupause, lanjut usia. Krisis maturasi membutuhkan perubahan peran yang memadai, sumber-sumber interpersonal dan penerimaan orang lain terhadap peran baru.

b. Krisis Situasi ( Situasional )Terjadi sebagai respon terhadap kejadian yang tiba tiba dan tidak terduga dalam kehidupan seseorang.Krisis situasi terjadi apabila keseimbangan psikologis terganggu akibat suatu kejadian yang spesifik seperti kehilangan, kehamilan yang tidak diinginkan, atau penyakit akut, kehilangan orang yang dicintai, bahkan kegagalan.Krisis situasi terjadi jika peristiwa eksternal tertentu menimbulkan ketidakseimbangan yang berupa :1) Dapat didugaDimana Peristiwa kehidupan sehari hari seperti bekerja, sekolah, kuliah, maupun kegagalan di kehidupan sehari hari.Kemudian peristiwa dalam hubungan keluarga seperti adanya anggota keluarga baru, perpisahan atau perceraian.

2) Tidak dapat didugaMerupakan sebuah peristiwa yang sangat traumatik dan tidak pernah diduga atau pun diharapkan oleh seorang individu.Contohnya kematian orang yang dicintai akibat sebuah kecelakaan, PHK, diperkosa, dipenjara.

c. Krisis sosial ( Adventisius )Terjadi sebagai respon terhadap trauma berat atau bencana alam.Disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak diharapkan serta dapat menyebabkan kehilangan ganda yang berupa harta benda dan sejumlah perubahan dilingkungannya seperti bencana alam gunung meletus, kebakaran, banjir, perang.Krisis ini tidak dialami oleh semua orang seperti halnya krisis maturasi.Tapi krisis ini dapat mempengaruhi individu, masyarakat, bahkan Negara.

Perkembangan( Maturasi )SituasionalAdventisius

Mulai sekolah Pubertas Lulus sekolah Menikah Melahirkan anak Anak anak meninggalkan rumah pensiun Bercerai Kematian Kehilangan pekerjaan Kegagalan akademik Diagnose penyakit serius Banjir Gempa bumi Perang Kejahatan dengan kekerasan Perkosaan Pembunuhan Penculikan Tindakan teroris

D. PSIKODINAMIKA KEJADIAN KRISISFase 1 : memakai coping yang biasa, jika tidak efektif timbul keteganganFase 2 : respon problem solving yang bisa, jika tidak efektif ketegangan meningkatFase 3 : emergency problem solving diaktifkan

E. FAKTOR KESEIMBANGAN ( BALANCING FACTOR )Manusia adalah makhlukyang unik dan utuh yang terdiri dari bio-psikososial-spiritual. Dalam keadaan sehat ( terhindar dari stress dan ketegangan ) individu berada dalam keadaan seimbang. Beberapa hal yang bias mempengaruhi keseimbangan individu tersebuat yaitu :a. Persepsi terhdap peristiwa/kejadian1) Apa arti kejadian pada individu2) Pengaruh kejadian pada masa depan3) Apakah individu memandang masalah secara realitasPersepsi yang realistis mendorong individu untuk menerima kenyataan sehingga dalam menghadapi masalah dapat menemukan pemecahan masalah positif.Sebaliknya persepsi yang tidak realistis membuat individu sulit untuk menerima kenyataan sehingga dalam menghadapi masalah dapat menemukan pemecahan masalah negatif.b. Situasi pendukung atau yang mendorongSebuah kondisi atau situasi yang ada dilingkungan internal maupun eksternal individu bisa mempengaruhi keseimbangan psikologinya. Contohnya hubungan intim yang bermakna dengan lingkungan akan memberi dukungan dan sumber pada individu tersebutc. KopingIndividu mempunyai koping yang siap dipakai setiap saat dalam mengatasi masalah. Jika individu tidak tahu apa yang akan dilakukan dapat menimbulkan kecemasan meningkat, dalam keadaan cemas yang meningkat, penyelesaian masalah menjadi tidak rasional sehingga menimbulkan krisis.

Selanjutnya caplan menjelaskan tentang 3 kriteria agar seseorang mampu kembali pada keadaan adaptif dari krisis :1. Kemampuan untuk mengelola emosi seperti marah, kecemasan, frustasi2. Kemampuan menggunakan koping yang adaptif3. Kemampuan untuk memelihara reality testing dan tidak regresi saat berhadapan dengan krisis.

TEORI ASKEP PADA PASIEN DENGAN MASALAH KRISIS

1. PENGKAJIANSelama pengkajian perawat harus mengumpulkan data tentang sifat krisis dan pengaruhnya.Mengingat batas waktu krisis dan penyelesaiannya sangat singkat yaitu paling lama enam minggu, maka pengkajian harus dilaksanakan secara spesifik dan berorientasi pada masalah yang actual. Aspek aspek yang perlu dikaji :a. Faktor predisposisi- Keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan masalah pada fase fase tumbuh kembangakan mempengaruhi kemampuan individu mengatasi stress yang terjadi dalam hidupnya. Setiap fase, individu menglami krisis yang lazim disebut krisis maturisi- Pembagian fase tumbuh kembang menurut Sigmund freud dari fase oral, anal, falik, laten dan pubertas- Krisis maturasi terjadi dalam satu periode transisi yang dapat menganggu keseimbangan psikologis seperti pada masa pubertas, masa perkawinan, menjadi orang tua, menopause, lanjut usia- Krisis maturisi memerlukan perubahan peran yang dipengaruhi oleh contoh peran yang memadai, sumber-sumber interpersonal dan tingkat penerimaan orang lain terhadap peran baru

b. Faktor Presipitasi1) Mengindentifikasi factor pencetus, termasuk kebutuhan yang terancam, misalnya :- Kehilangan orang yang dicintai, baik kematian maupun perpisahan yang lazim disebut krisis situasi- Kehilangan biopsikososial, seperti kehilangan salah satu anggota tubuh karena operasi, sakit, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran social, kehilangan kemampuan melihat dan sebagainya.- Kehilangan milik pribadi misalnya kehilagan harta benda, kehilangan kewarganegaraan, rumah kena gusur, dan sebagainya.- Ancaman kehilangan misalnya anggota keluarga yang sakit, perselisihan yang hebat dengan pasangan hidup

2) Mengidentifikasi persepsi klien terhadap kejadian.Persepsi terhadap kejadian yang menimbulkan krisis,termasuk pokok pikiran dan ingatan yang berkaitan dengan kejadian tersebut.- Apa arti / makna kejadian terhadap individu- Pengaruh kejadian terhadap masa depan- Apakah individu memandang kejadian tersebut secara realistic

3) Mengidentifikasi sifat dan kekuatan system pendukungMeliputi keluarga, sahabat dan orang orang penting bagi klien yang mungkin dapat membantu :- Dengan siapa klien tinggal, tinggal sendiri, dengan keluarga, dengan teman- Pakah punya teman tempat mengeluh- Apakah bisa menceritakan masalah yang dihadapi bersama keluarga- Apakah ada orang atau lembaga yang memberikan bantuan- Apakah mempunyai keterampilan untuk mengganti fungsi orang yang hilang

4) Mengidentifikasi kekuatan dan mekanisme koping ynag lalu termasuk strategi koping yang berhasil dan tidak berhasil- Apakah yang bisa dilakukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi- Cara apa yang pernah berhasil dan tidak berhasil, serta apa saja yang dapat menyebabkan kegagalan tersebut- Apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah sekarang- Apakah suka mengikuti latihan olahraga utnuk mengatasi ketegangan- Apakah mencetuskan perasaanya dengan menangis.

c. PerilakuBerapa gejala yang sering ditunjukkan olehindividu dalam keadaan krisis :1) Perasaan tidak berdaya, kebingungan, depresi, menarik diri. Keinginan merusak diri sendiri atau orang lain2) Perasaan di asingkan oleh lingkungan3) Kadang kadang menunjukkan gejala somatic2. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATANa. Tujuan Umum1) Klien dapat berfungsi kembali seperti sebelum terjadi krisis2) Klien dapat meningkatkan perannya3) Klien menampakkan perilaku yang adekuat ( dampak krisis tidak terlihat )4) Klien mampu meningkatkan system pendukung dalam menghadapi krisis di kemudian harib. Tindakan keperawatan1) Manipulasi LingkunganIntervensai yang secara langsung untuk merubah situasi yang bertujuan memberikan dukungan situasional atau kehilangan stress2) Dukungan umumMemberikan rasa aman dan naman bahwa perawat dengan sikap hangat, menerima, empati penuh perhatin berada di pihak klien untuk memberikan dukungan3) Pendekatan umumIntervensi diberikan untuk individu atau masyarakat dengan resiko tinggi sesegera mungkin, seperti krisis pada korban bencana. Membantu mereka menghadapi proses berduka4) Pendekatan individualPendekatan ini termasuk menegakkan diagnose dan terapi terhadap masalah spesifik pada klien tertentu. Pendekatan individual ini efektif untuk semua jenis krisis ketika terdapat peristiwa mencederai diri sendiri dan orang lain. Teknis intervensi krisis bersifat aktif, local, dan ekspolarif yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah sesegara mungkin.3. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Koping individual yang tidak efektif berhubungan dengan perpisahan dengan orang lain yang dicintai, yang dimanifestasikan dengan menangis, perasaan tidak berharga dan bersalah.2. Perubahan proses interaksi keluarga berhubungan dengan anggota keluarga yang dirawat di rumah sakit, ditandai dengan perasaan khawatir, takut, dan bersalah.

4. INTERVENSIDiagnosa PertamaTUJUAN : Pasien dapat mengungkapkan perasaan secara bebas.INTERVENSI :1. Membina hubungan saling percaya dengan lebih banyak memakai komunikasi nonverbal.2. Mengijinkan pasien untuk menangis.3. Menunjukkan sikap empati.4. Menyediakan kertas dan alat tulis jika pasien belum mau berbicara.5. Mengatakan kepada pasien bahwa perawat dapat mengerti apabila dia belum siapuntuk membicarakan perasaannya dan mungkin pasien merasa bahwa nanti perawat akan mendengarkan jika dia sudah bersedia berbicara.6. Membantu pasien menggali perasaan serta gejala-gejala yang berkaitan dengan perasaan kehilangan

Diagnosa KeduaTUJUANKeluarga dapat mengungkapkan perasaannya kepada perawat atau orang lain.INTERVENSI :1. Melakukan pendekatan kepada anggota keluarga dengan sikap yang hangat, empati dan memberi dukungan.2. Menanyakan kepada keluarga tentang penyakit yang diderita oleh anggotakeluarganya, seperti timbulnya penyakit, beban yang dirasakan, akibat yang diduga timbul karena penyakit yang didertita oleh anggota keluarga tersebut.3. Menanyakan tentang perilaku keluarga yang sakit.4. Menanyakan tentang sikap keluarga secara keseluruhan dalam menghadapi keluarga yang sakit.5. Mendiskusikan dengan keluarga apa yang sudah dilakukan untuk mengatasi perasan cemas, takut, dan rasa bersalah.

5. EVALUASI1. Perawat menggunakan kriteria hasil yang spesifik dalam menentukan efektifitas implementasi keperawatan.2. Keselamatan klien, keluarga, dan masyarakat dapat dipertahankan sebagai hasil dari intervensi yang adekuat terhadap ekspresi perilaku yang tidak terkendali.3. Klien mengidentifikasi hubungan antara stressor dengan gejala yang dialami selama isolasi sosial.4. Klien mengevaluasi solusi yang mungkin dilakukan untuk mengatasi isolasi sosial klien memilih berbagai pilihan solusi.5. Klien kembali ke keadaan sebelum isolasi social atau memperbaiki situasi atau perilaku.

DAFTAR PUSTAKA

Budi, Anna Keliat. 2009. Model PraktikKeperawatanProfesionalJiwa. Jakarta : EGC

Iyus, Yosep. 2007. KeperawatanJiwa. RefikaAditama : Bandung

NANDA.2011. Diagnosis Keperawatan : Defenisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC

BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULANBerdasarkan data-data yang diperoleh, akhirnya dapat disimpulkan bahwa krisis merupakan suatu keadaan gangguan jiwa yang bisa terjadi pada orang-orang yang menghadapi suatu keadaan yang berubah dari keadaan, peristiwa atau kejadiaan yang terjadi secara tiba tiba di dalam kehidupan seseorang . Hal tersebut dapat mengganggu keseimbangan mekanisme koping individu tersebut yang tidak dapat menyelesaikan masalahnyaDi dalam menangani pasien dengan respon kehilangan, diperlukan prinsip-prinsip keperawatan yang sesuai, misalnya pada anak atau pada orang tua dengan respon kehilangan (kematiananak).Dalam proses asuhan keperawtan terutama pada pengkajiannya yaitu kami memfokuskan pada pengkajian terfokus yang menyebabkan klien tersebut dalam masalah krisis yang meliputi beberapa factor yaitu factor predisposisi, presipitasi, dan prilaku.

B. SARANSetelah kami membuat kesimpulan tentang asuhan keperawatan pada klien denganmasalah krisis, maka kami menganggap perlu adanya saran untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan.Adapun saran-saran yang dapat disampaikan sebagai berikut:1.Dalam pengkajian kita tantukan terlebih dahulu mana yang termasuk factor predisposisi, presipitasi, dan prilaku. 2.Intervensi krisis merupakan pendekatan yang relative baru dalam mencegah gangguan jiwa pada kasus secara dini.