ANALISIS SEMIOTIKA KEPEDULIAN TERHADAP ANAK JALANAN...
Transcript of ANALISIS SEMIOTIKA KEPEDULIAN TERHADAP ANAK JALANAN...
ANALISIS SEMIOTIKA KEPEDULIAN TERHADAP ANAK JALANAN DALAM FILM RUMAH TANPA JENDELA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Komunikasi Pernyiaran Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Andina Vanda Marsista
109051000005
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
JAKARTA
2015
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam
jenjang Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Januari 2015
AndinaVanda Marsista
i
ABSTRAK
Andina Vanda Marsista
109051000005
Analisis Semiotika Kepedulian terhadap Anak Jalanan dalam Film Rumah Tanpa Jendela
Rumah Tanpa Jendela, merupakan sebuah film drama musikal yang diadaptasi dari cerpen karya Asma Nadia, mengisahkan tentang persahabatan dua orang anak yang berbeda status sosial. Anak yang terlahir sebagai anak orang kaya sangat peduli pada sahabatnya yang terlahir kurang beruntung, ia hanya anak seorang penjual ikan dan sol sepatu. Keinginannya hanya satu, yaitu memiliki rumah dengan jendela. Film yang disutradarai oleh Aditya Gumay ini berhasil meraih penghargaan Pemeran Utama Pria Terbaik di Festival Film Indonesia (2011). Emir Mahira sebagai pemeran utama pria mampu memerankan tokoh Aldo dengan baik sehingga film ini menjadi menarik. Dan Emir Mahira adalah anak kecil pertama yang mampu meraih penghargaan tersebut.
Banyaknya adegan tentang kepedulian dalam Film Rumah Tanpa Jendela
membuat peneliti tertarik menggunakan Analisis Semiotika dalam penelitian ini untuk menggambarkan pentinganya kepedulian dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna judul film Rumah Tanpa Jendela, mengetahui makna ikon, indeks, dan simbol dalam Film Rumah Tanpa Jendela, dan mengetahui bagaimana kepedulian terhadap anak jalanan dalam Film Rumah Tanpa Jendela.
Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif. Subjek
penelitian adalah film Rumah Tanpa Jendela, sedangkan unit analisisnya adalah potongan-potongan gambar atau visual yang terdapat dalam film Rumah Tanpa Jendela, juga dialog yang ada pada film yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi yang dianalisis menggunakan teori Charles Sanders Peirce.
Charles Sanders Peirce melihat tanda melalui ikon, indeks dan simbol,
sehingga peneliti dapat lebih memahami makna atau simbol yang terkandung dalam dialog, gambar dan gerak pemain film Rumah Tanpa Jendela. Pesan kepedulian yang ingin disampaikan oleh Aditya Gumay tergambarkan dengan baik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah jendela dimaknai sebagai jendela hati, yaitu tempat seseorang menggunakan jendela dan mata hatinya untuk melihat sekitar dan lebih peka terhadap orang lain yang saling membutuhkan. Keywords: Film, Rumah Tanpa Jendela, Kepedulian, Jendela, Hati.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat, hidayah serta taufiq-Nya peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul Analisis Semiotika Kepedulian Terhadap Anak Jalanan dalam Film
“Rumah Tanpa Jendela”
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan kita sebagai umatnya hingga akhir
zaman.
Pada penyusunan Skripsi ini, peneliti menyadari masih banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan
dan kemampuan peneliti. Oleh sebab itu dengan hati terbuka peneliti
mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga peneliti dapat
mengembangkan pengetahuan dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada
dikemudian hari.
Adapun dalam penyusunan skripsi ini tidak semata-mata hasil kerja
sendiri, melainkan juga berkat bimbingan dan dorongan dari pihak-pihak yang
telah membantu, baik secara morilmaupunmateril. Maka dari itu peneliti ingin
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga serta penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada yang terhormat:
1. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi beserta pembantu Dekan I, II, dan III Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
2. Rachmat Baihaki M.A, selaku Ketua Jurusan Program Studi Komunikasi
dan Penyiaran Islam.
3. Ibu Fita Fathurakhmah, M. Si selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
4. Wati Nilam Sari, M. Si Sisebagai Dosen Pembimbing yang selalu sabar
dan menyempatkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan
yang sangat membantu dan berguna untuk penelitian skripsi ini.
5. Orang Tua tercinta, Dudi Hermansyah Sukmana dan Rustantina
Kartikawati, yang selalu memberikan doa, kasih sayang dan semangat.
Tidak ada lagi yang bisa Peneliti lakukan untuk membalas semua doa dan
kasih sayang kedua orang tua selain mendoakan dan membanggakan
mereka.
6. Adik tercinta, Muhammad Ivandrian Sukmana yang sering mengejek
Peneliti karena tak kunjung lulus. Namun Peneliti tahu, itu adalah bentuk
motivasi untuk Peneliti. Semoga kelak kita menjadi anak yang sukses dan
selalu membanggakan kedua orang tua dan keluarga besar. Amin.
7. Aditya Gumay dan Adenin Adlan selaku Sutradara dan Produser Film
“Rumah Tanpa Jendela” yang telah memberikan bantuan dan
kerjasamanya dalam penyelesaian skripsi.
8. Teman-teman KPI A angkatan 2009, Khususnya Ulfa, Risti, Ika, Iqbal
dan Nani yang berjuang bersama dalam menyelesaikan skripsi ini dan
terus memberikan semangat serta doa untuk Peneliti. Kalian adalah teman-
teman yang tidak akan pernah Peneliti lupakan. Kalian adalah pengisi hari-
hari peneliti selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah.
iv
9. Sahabat peneliti, Yustitia Nurlita Atmadinata dan Baihaqi Ari Nugraha
yang sudah meluangkan waktunya untuk tetap memberikan semangat,
motivasi dan tidak bosan mendengarkan keluh-kesah Peneliti.
10. Bapak Harry Roseno dan Bapak Edwin Farid serta teman-teman KOI
Digitalyang sudah memberikan kesempatan kepada Peneliti untuk belajar
dan mendapat pengalaman kerja yang luar biasa. Serta telah memberikan
Peneliti kelonggaran waktu untuk bisa mengerjakan skripsi disela-sela hari
kerja. Semoga setelah Peneliti menyelesaikan kuliah, Peneliti bisa
memberikan yang lebih baik lagi untuk KOI Digital. Amin..
11. Dan kepada seluruh pihak yang telah membantu jalannya penelitian ini,
yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, namun sama sekali tidak
mengurangi rasa terima kasih peneliti kepada kalian.
Semoga Allah SWT membalassemuakebaikan yang telah kalian
berikanuntukpeneliti.Pada akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi rekan-rekan pembaca.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Jakarta, Oktober 2014
NIM: 109051000005 Andina Vanda Marsista
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ......................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................. 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................... 5
D. Tinjauan Pustaka ............................................................ 6
E. Metodologi Penelitian .................................................. 8
F. Sistematika Penulisan ................................................... 10
BAB II KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Umum Semiotika ............................................ 12
1. Konsep Dasar Semiotika .......................................... 12
2. Konsep Semiotika Charles Sanders Peirce ............. 15
3. Tipologi Tanda Versi Charles Sanders Peirce.......... 17
B. Tinjauan Umum Kepedulian .......................................... 19
C. Tinjauan Umum Film ..................................................... 23
1. Pengertian Film ........................................................ 23
2. Sejarah Film di Indonesia ......................................... 24
3. Fungsi Film .............................................................. 25
4. Jenis-jenis Film ........................................................ .25
5. Teknik Pengambilan Gambar ................................... 27
D. Film Sebagai Media Dakwah ......................................... 32
vi
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Sekilas Tentang Film Rumah Tanpa Jendela ................. 35
B. Sinopsis Rumah Tanpa Jendela ...................................... 36
C. Tim Produksi Rumah Tanpa Jendela ............................. 37
D. Profil Aditya Gumay
(Sutradara Film Rumah Tanpa Jendela) ......................... 39
E. Profil Para Pemain Film Rumah Tanpa Jendela ............ 41
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Interpretasi ...................................................................... 72
B. Kepedulian dalam Film Rumah Tanpa Jendela Ditinjau
Dari Teori Segi Tiga Makna (Triangle Meaning)
Charles Sanders Peirce .................................................. 74
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................. 76
B. Saran ............................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 78
LAMPIRAN ......................................................................................... 81
viii
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar Rambu Tanah Longsor ................................................................ 21
2. Gambar Rambu Dilarang Berputar ........................................................... 22
3. Gambar Jenis Tanda dan Cara Kerja Ikon, Indeks dan Simbol ................ 23
4. Profile Aditya Gumay Sutradara Film Rumah Tanpa Jendela .................. 41
5. Gambar Emir Mahira ................................................................................ 43
6. Gambar Dwi Tasya ................................................................................... 44
7. Gambar Raffi Ahmad ............................................................................... 45
8. Gambar Inggrid Widjanarko ..................................................................... 47
9. Gambar Yuni Shara ................................................................................... 48
10. Gambar Aswin Fabanyo............................................................................ 49
11. Gambar Alicia Djohar ............................................................................... 50
12. Gambar Aty Cancer .................................................................................. 51
13. Gambar Varissa Camelia .......................................................................... 52
14. Gambar Maudy Ayunda ............................................................................ 53
15. Gambar Ozan Ruz .............................................................................................. 54
16. Gambar
17. Gambar Adegan 2
Adegan 1
18. Gambar Adegan 3
19. Gambar Adegan 4
20. Gambar Adegan 5
21. Gambar Adegan 6
ixi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1………………..…………………………………………... 88
2. Lampiran 2 ……………………………………………….................... 89
3. Lampiran 3 ………………………………………………………........ 90
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan film di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat
pesat. Film merupakan rangkaian gambar bergerak dalam komunikasi massa
visual. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop.Industri film
adalah industri bisnis, predikat ini telah menggeser anggapan orang yang
masih meyakini bahwa film adalah karya seni yang diproduksi secara kreatif
dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika
yang sempurna1
Film selain berfungsi sebagai hiburan, juga memiliki fungsi informatif
maupun edukatif, bahkan persuasif.
. Namun, film sebagai industri juga mampu memberikan
manfaat.
2 Film adalah medium komunikasi massa
yang ampuh sekali, dalam ceramah-ceramah penerangan atau pendidikan kini
banyak digunakan film sebagai alat bantu untuk memberikan penjelasan.Film
memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap manusia.Pengaruh film
bergantung dari cerita film itu sendiri. Film yang memiliki cerita baik sudah
tentu akan berpengaruh baik kepada penontonnya.3
Di tengah perkembangannya, film di Indonesia menawarkan berbagai
warna yang sesuai dengan bermacam-macam fenomena yang banyak terjadi di
1Elvinaro Ardianto, dkk.,KomunikasiMassa: Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2007),h. 143. 2Elvinaro Ardianto, dkk.,KomunikasiMassa: Suatu Pengantar, h. 145 3Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2003), h. 209
2
masyarakat. Diantaranya, film yang menyajikan pesan dakwah yang
terinspirasi dari kejadian di tengah masyarakat.
Kenyataannya yang sedang terjadi di masyarakat kita sekarang adalah
globalisasi yang ditandai dengan percepatan arus komunikasi dan informasi
serta berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebutuhan dan
persoalan masyarakat menjadi semakin kompleks. Akibatnya, kondisi ini
secara perlahan tetapi pasti membawa masyarakat untuk berpikir pragmatis
dan hanya memiliki sedikit waktu untuk beribadah atau menghadiri majelis-
majelis ta’lim dan semacamnya karena hampir sebagian waktunya digunakan
untuk bekerja.Sisa waktu yang ada digunakan untuk beristirahat dan mencari
hiburan seperti menonton televisi ataupun bioskop.Oleh karena itu, dakwah
melalui film menjadi salah satu pilihan tepat.4
4Zaenal Arifin, Dakwah Melalui Film dan Sinetron, (Yogyakarta: STAIN Purwokerto
Press dan Unggun Religi, 2006), h. 66 dan 92
Berdakwah dilakukan bukan hanya sebatas pada teori saja namun juga
praktik.Salah satunya adalah peduli kepada sesama. Peduli kepada sesama
adalah berbagi nikmat. Berbagi rezeki yang kita miliki, apa yang kita punya
kepada orang yang membutuhkan. Yang tampak kasat mata adalah mereka
yang hidup dalam keberlimpahan harta tetapi masih bersikap individualistik,
mengutamakan kepentingan dirinya dan kelompoknya. Kegiatan sosial
kemasyarakatan, apalagi di perkotaan, sudah menjadi barang asing. Masing-
masing orang tampak sibuk dan memikirkan urusannya sendiri-sendiri.
Akhirnya setiap orang nyaris tak mempedulikan orang lain di sekitar tempat
tinggalnya. Mereka yang bernasib tak mujur lebih banyak meratapi nasibnya.
3
Dalam Islam, wujud berbagi itu bisa berupa sedekah dan zakat. Jika
bersedekah itu bersifat anjuran, sedangkan zakat itu wajib sebagai tanda
menyucikan hartanya. Berbagi harus dilandasi dengan keikhlasan untuk
membantu orang lain yang membutuhkan. Tak boleh ada keberatan dalam hati
saat menyalurkan pemberian tersebut, kecuali hanya mengharap ridha Allah
semata. Jika yang diutamakan adalah hal demikian, maka Allah SWT telah
menjanjikan pahala yang berlipat ganda.5
Sebagai bentuk apresiasi didunia perfilman, film Rumah Tanpa
Jendelatelah meraih beberapa penghargaan, di antaranya yaitu Pemeran Utama
Pria Terbaik di Festival Film Indonesia (2011), menjadi Unggulan dalam
kategori Penata Musik Terbaik di Festival Film Indonesia (2011).
Seperti dalam firman Allah SWT: “Perumpamaan orang-orang yang
menafkahkan harta mereka di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh butir dan setiap butir membuahkan lagi 100 biji.
Allah melipat gandakan (pahala) bagi siapa yang dikehendaki-Nya.Allah
Maha Luas karunia-Nya dan lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 261).
Dari gagasan diatas, baiknya perfilman di Indonesia lebih sering mengangkat
tema tentang peduli sesama seperti film “Rumah Tanpa Jendela”.
6
Film ini diadaptasi dari cerpen karya Asma Nadia. Film ini penting
untuk diteliti karena film ini bisa menjadi motivator dan inspirasi bagi anak
jalanan dalam berjuang hidup dalam kerasnya arus globalisasi. Film ini juga
5http://www.w-islam.com/2012/11/314/islam-itu-peduli-sesama/, diakses pada tanggal 8
Februari 2013 6http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-r017-11-253275_rumah-tanpa-jendela/award,
diakses pada tanggal 8 Februari 2013
4
mengingatkan kepada kita untuk peduli dengan lingkungan sekitar dengan
saling berbagi. Seperti firman Allah SWT yang terkandung dalam surat Al-
Ma’un ayat 1-3, yang artinya:
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.” (Q.S. Al-Ma’un: 1-3)
Allah menyebutkan bahwa para pendusta agama adalah orang-orang
yang menolak dan menghardik anak yatim, dan mereka tidak menganjurkan
kepada orang lain untuk memberi makan kepada anak yatim dan kaum fakir
miskin. Maka setiap Muslim hendaknya memiliki sifat peduli terhadap
sesamanya dalam kehidupan bermasyarakat.
Dari latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Semiotika Kepedulian
terhadap Anak Jalanan dalam Film Rumah Tanpa Jendela”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan oleh Peneliti di atas,
maka Peneliti membatasi penelitian pada adegan-adegan dalam film Rumah
Tanpa Jendela yang memiliki pesan moral dan simbol untuk mewakili tentang
Kepedulian.
5
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana makna ikon, indeks dan simbol dalam film Rumah Tanpa
Jendela?
2. BagaimanaKepedulian terhadap Anak Jalanan dalam Film Rumah Tanpa
Jendela ditinjau dari segi tiga makna (triangle meaning) Charles Sander
Peirce?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui makna ikon, indeks, dan simbol dalam Film Rumah
Tanpa Jendela.
b. Mengetahui bagaimana Kepedulian terhadap Anak Jalanan dalam
Film Rumah Tanpa Jendela.
2. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini:
a. Kegunaan Akademis
Penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan kontribusi yang
positif dalam berbagai analisis studi tentang komunikasi, khususnya
analisis semiotika pada film.Serta menjadi tambahan referensi bahan
pustaka.
6
b. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan bagi para
akademisi yang mengambil bidang komunikasi, khususnya yang
berminat di dunia perfiilman.
D. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah terlebih dahulu
melakukan tinjauan pustakayang berkaitan dengan “Analisis
SemiotikaKepedulian terhadap Anak Jalanan dalam Film Rumah Tanpa
Jendela”, diantaranya:
Kajian mengenai Rumah Tanpa Jendela telah dilakukan oleh beberapa
orang dengan beberapa bentuk karya ilmiah.Salah satunya adalah Jurnal
Pendidikan Bahasa dan Sastrayang berjudul “Novel Rumah Tanpa Jendela
Karya Asma Nadia: Kajian Sosiologi Sastra, Resepsi Pembaca dan Nilai
Pendidikan” yang disusun oleh Herlina, Herman J Waluyo, Nugraheni Eko
mahasiswa Pascasarjana UNS tahun 2013. Jurnal ini membahas tentang latar
belakang sosial budaya masyarakat pinggiran dalam Novel Rumah Tanpa
Jendela, pengaruh latar belakang sosial pengarang terhadap proses penciptaan
novel, resepsi pembaca novel, dan nilai pendidikan yang terkandung dalam
novel.Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap pembaca novel
tersebut ditemukan bahwa novel karya Asma Nadia ini membawa pengaruh
baik bagi pembacanya.Latar belakang sosial budaya dalam novel ini
dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan, perilaku serta pendidikan dan keadaan
ekonomi pengarang yang sangat sederhana.Nilai moral dan pendidikan yang
7
terkandung dalam novel ini adalah agar selalu senantiasa meminta pertolongan
kepada Allah dan selalu ergotong royong, peduli dengan sesama.7
Selain itu, ada pula penelitian yang berjudul “Analisis Struktural Dan
Kajian Religiusitas Tokoh Dalam Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma
Nadia” yang disusun oleh Kusumaning Dwi Susanti, mahasiswi Sastra
Indonesia Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro tahun 2013. Jurnal
skipsi ini mengungkap kaitan antarunsur struktur dan unsur religiusitas dalam
karya sastra.Dalam penelitian ini, dijelaskan keseluruhan struktur novel, mulai
dari penokohan, alur dan latar.Serta unsur religiusitas yang saling
berkaitan.Nilai religiusitas yang disuguhkan dalam Novel RTJ ini adalah
seseorang dipandang sebagai manusia religius itu tidak hanya terbatas dengan
teori agama yang diketahui saja, melainkan dengan tingkah laku baik yang
menandakan bahwa orang itu berlaku religius.Manusia diciptakan oleh Tuhan
bukan untuk memahami teori keagamaan saja tetapi untuk bisa menerapkan
ajaran agama yang diterimanya dalam masyarakat. Seseorang yang tidak
mengaku beragama apapun tetapi ia mempercayai Tuhan dan menerapkan
prinsip kebenaran di lingkungan sekitarnya, maka ia bisa dikatakan berlaku
religius.
8
Kemudian ada penelitian sejenis mengenai kajian semiotika, salah
satunya adalah skrispsi yang berjudul “Analisis Semiotik Film Animasi Upin
dan Ipin” yang disusun oleh Akhmad Bayhaki, mahasiswa KOmunkasi dan
7Herlina, Herman J. Waluyo, Nugraheni Eko, “Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma
Nadia: Kajian Sosiologi Sastra, Resepsi Pembaca dan Nilai Pendidikan”, Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra (Pascasarjana UNS, 2013)
8Kusumaning Dwi Susanti, “Analisis Struktural Dan Kajian Religiusitas Tokoh Dalam Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia”, Jurnal Skripsi (Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, Semarang, 2013)
8
Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah tahun 2009.9
E. Metodologi Penelitian
Pisau analisis yang
digunakan dan wacana yang teliti berbeda dengan penelitian ini. Pada skripsi
ini digunakan pisau analisis Roland Barthes dan wacana yang ditelitipun
merupakan sebuah film animasi.Film animasi Upin dan Ipin lebih banyak
menyajikanpesan dakwah dalam dunia Islam.Semua itu tercermin dalam
simbol-simbol serta perilaku tokoh menjalankan puasa, sahur, tarawih serta
ibadah-ibadah lain yang terdapat di bulan Ramadhan dan hari raya Idul
Fitri.Semiotika film animasi tidak jauh berbeda dengan semiotika film cerita
atau fiksi.Hanya saja gambar atau visualisasiya yang terlihat berbeda.
1. Metode dan Paradigma Penelitian
Pendekatanyang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dengan menggambarkan pesan-pesan secara simbolis dalam
filmRumah Tanpa Jendela menggunakan Analisis Semiotika.Penelitian ini
menggunakan model Charles Sanders Peirce, yang membagi tanda atas ikon,
indeks dan simbol.Ikon adalah sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai
penanda yang serupa dengan bentuk objeknya.Sedangkan indeks merupakan
sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan
petandanya.Dan simbol merupakan sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai
penanda yang oleh kaidah secara konvensi telah lazim digunakan dalam
masyarakat.10
9Akhmad Bayhaki, “Analisis Semiotik Film Animasi Upin dan Ipin”, Skripsi S1 (Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009) 10Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Analisis Wacana, Analisis
Semiotika, dan Analisis Framing, h. 98
9
2. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun subjek penelitian ini adalah film Rumah Tanpa Jendela
produksi Smardhana Production. Sedangkan objek penelitiannya adalah
potongan gambar atau visual dan suara yang terdapat dalam film Rumah
Tanpa Jendela yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian.
3. Tahapan Penelitian
a. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini adalah data primer dan
sekunder.
1) Data Primer :
Data yang diperoleh dari video film Rumah Tanpa
Jendela, kemudian dipilih gambar dari adegan-adegan
yang berkaitan dengan penelitian.
2) Data Sekunder
Data yang diperoleh dari literatur yang mendukung data
primer, seperti buku-buku, internet, artikel yang
berhubungan dengan penelitian.
b. Teknik Analisis Data
Setelah data primer dan sekunder terkumpul, kemudian
diklarifikasikan sesuai pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah.Lalu
dilakukan analisis data dengan menggunakan teknik analisis semiotika
Pierce.Charles Sanders Peircemengembangkan teori segi tiga makna (triangle
meaning) yang terdiri atas tanda (sign), objek (object), dan interpretan
10
(interpretant). Menurut Peirce, salah satu bentuk tanda adalah kata, sedangkan
objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Dan interpretan merupakan tanda
yang ada dalam benak sesorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.11
c. Teknik Penulisan
Penelitian ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang ditulis oleh: Hamid Nasuhi, dkk.
Yang diterbitkan oleh CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.12
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah tahap demi tahap pembatasan karya ilmiah ini,
maka peneliti menyusun ke dalam lima bab, dimana setiap bab terdiri dari
beberapa sub bab. Bab-bab yang ada secara umum dan keseluruhannya saling
berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yang diawali dari bab I yaitu
pendahuluan sampai bab V yaitu penutupan yang berupa kesimpulan dan
saran-saran, sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan: Yang memuat latar belakang masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II : Kerangka Teori: Bab ini menerangkan tentang tinjauan umum
semiotika, kepedulian terhadap sesama, tinjauan umum film, yaitu
pengertian film, sejarah film di Indonesia, fungsi film, jenis-jenis
11Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Analisis Wacana, Analisis
Semiotika, dan Analisis Framing, h. 114-115. 12Hamid Nasuhi dkk, CeQDA (Center for Quality Development an Assurance), UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. Cet, pertama
11
film, teknik pengambilan gambar, tinjauan umum dakwah, serta
film sebagai media dakwah.
Bab III: Gambaran Umum: Pada bab ini menerangkan tentang
sekilastentang film Rumah Tanpa Jendela,sinopsis Rumah Tanpa
Jendela, tim produksi,profil sutradara film Rumah Tanpa Jendela,
danprofil pemainfilm Rumah Tanpa Jendela.
Bab IV: Temuan dan Analisa Lapangan: Penjelasan tentang temuan
data dan analisis makna ikon, indeks dan simbol yang terdapat
pada film Rumah Tanpa Jendela. Dan juga makna dari judul film
Rumah Tanpa Jendela.
Bab V: Penutup:Berisi kesimpulan dan saran-saran yang bersifat
membangun.
12
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Umum Semiotika
1. Konsep Dasar Semiotika
Semiotik sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial memahami
dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan
‘tanda’.Dengan demikian, semiotik mempelajari hakikat tentang keberadaan
suatu tanda.1
Secara etimologi, istilah semiotik berasal dari bahasa Yunani semeion
yang berarti “tanda”.Secara terminologis, Eco mendefinisikan semiotik
sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-
peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.
2
Sebagai bagian dari lmu sosial, semiotika komunikasi massa (media
massa) lebih banyak memfokuskan kajiannya pada simbol. Menurut Van
Zoest, metode analisis semiotik pada dasarnya lebih menekankan perhatian
mengenai apa yang disebut lambang-lambang yang mengalami “retak teks”.
Yang dimaksud dengan retak teks adalah bagian (kata, istilah, kalimat,
paragraf) dari teks yang ingin dipertanyakan lebih lanjut dicari tahu artinya
atau maknanya.
3
1Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Analisis Wacana, Analisis Semiotika,
dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 87 2Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Analisis Wacana, Analisis Semiotika,
dan Analisis Framing, h. 95 3Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Analisis Wacana, Analisis Semiotika,
dan Analisis Framing, h. 121
13
Menurut Pateda, sekurang-kurangnya ada sembilan macam semiotik
yang kita kenal sekarang4
a. Semiotik analitik, yaitusemiotik yang menganalisis sistem
tanda. Peirce menyatakan bahwa semiotik berobjekkan
tanda dan menganalisisnya menjadi ide, objek, dan makna.
Ide dapat dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna
adalah sebagai beban yang terdapat dalam lambang yang
mengacu kepada objek tertentu.
, yaitu:
b. Semiotik deskriptif, yaitu semiotik yang memperhatikan
sistem tanda yang dapat kita alami sekarang, meskipun ada
tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan
sekarang. Misalnya, langit yang mendung menandakan
bahwa hujan tidak lama lagi akan turun, dari dahulu hingga
sekarang tetap saja seperti itu. Namun, dengan majunya
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni telah banyak tanda
yang diciptakan oleh manusia untuk memenuhi
kebutuhannya.
c. Semiotik faunal (zoosemiotic), yaitu semiotik yang khusus
memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan.
Hewan biasanya menghasilkan tanda untuk berkomunikasi
antara sesamanya, tetapi juga sering menghasilkan tanda
yang dapat ditafsirkan oleh manusia. Misalnya seseorang
yang menunda waktu keberangkatannya beberapa saat,
4Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Analisis Wacana, Analisis Semiotika,
dan Analisis Framing, h. 100-102
14
Karena mendengar bunyi cicak yang ada dihadapannya.
Tanda-tanda yang dihasilkan oleh hewan seperti ini
menjadi perhatian orang yang bererak dalam bidang
semiotik faunal.
d. Semiotik kultural, yaitu semiotik yang khusus menelaah
sistem tanda yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat
tertentu. Telah diketahui bahwa masyarakat sebagai
makhluk sosial memiliki sistem budaya tertentu yang telah
turun-temurun dipertahankan dan dihormati. Budaya yang
terdapat dalam masyarakat yang juga merupakan sebuah
sistem, menggunakan tanda-tanda tertentu yang
membedakannya dengan masyarakat yang lain.
e. Semiotik naratif,yaitu semiotik yang menelaah sistem
tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan
(folklore). Mitos dan cerita lisan, ada di antaranya yang
memiliki nilai kultural yang tinggi.
f. Semiotik natural, yaitu semiotik yang khusus menelaah
sistem tanda yang dihasilkan oleh alam. Alam yang tidak
bersahabat dengan manusia seperti banjir atau tanah
longsor, sebenarnya memberikan tanda kepada manusia
bahwa manusia telah merusak alam.
g. Semiotik normatif, yaitu semiotik yang khusus menelaah
sistem tanda yang dibuat oleh manusia yang berwujud
norma-norma, misalnya rambu lalu lintas.
15
h. Semiotik sosial, yaitu semiotik yang khusus menelaah
sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud
lambang, baik lambang yang berwujud kata maupun
lambang berwujud kata dalam satuan yang disebut kalimat.
Dengan kata lain semiotik sosial menelah sistem tanda yang
terdapat dalam bahasa.
i. Semiotik struktural, yaitu semiotik yang khusus menelaah
sistem tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.
Dalam perkembangannya, semiotika memiliki beberapa tokoh yang
terkenal, diantaranya adalah Ferdinand de Saussure (1857-1913).Saussure
adalah seorang ahli bahasa Swiss yang mengemukakan pandangan bahwa
linguistik hendaknya menjadi bagian suatu ilmu pengetahuan umum tentang
tanda, yang disebutnya semiologi.Kemudian ada seorang filsuf Amerika,
Charles Sanders Peirce (1839-1914).Teori Peirce menjadi Grand Theorydalam
semiotik.Gagasan yang bersifat menyeluruh, deskripsistruktural dari semua
sistem penandaan.Peirce ingin mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan
menggabungkan kembali semua komponen dalam struktur tunggal.5
2. Konsep Semiotika Charles Sanders Peirce
Peirce lahir dalam sebuah keluarga intelektual pada tahun
1839.Ayahnya, Benyamin adalah seorang profesor matematika pada
Universitas Harvard.Peirce berkembang pesat dalam pendidikannya di
Harvard. Pada tahun 1859 dia menerima gelar BA, kemudian pada tahun 1862
5Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Analisis Wacana, Analisis Semiotika,
dan Analisis Framing, h. 96-97
16
dan 1863 secara berturut-turut ia menerima gelar M.A dan B.Sc dari
Universitas Harvard6
Charles Sanders Peirce memiliki teori segi tiga makna (triangle
meaning)yang terdiri atas sign (tanda) atau representamen, object (objek), dan
interpretant (interpretan).Sebuah tanda atau representamen (representamen),
menurut Chales S. Peirce adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili
sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain itu
dinamakan sebagai interpretan (interpretant) dari tanda yang pertama, pada
gilirannya akan mengacu pada Object tertentu. Dengan demikian, sebuah
tanda atau representamen memiliki relasi triadik langsung dengan interpretan
dan objeknya.Apa yang disebut sebagai proses simiosis merupakan suatu
proses yang memadukan entitas yang disebut sebagai representamen tadi
dengan entitas lain yang disebut sebagai objek. Proses simiosis ini sering
disebut sebagai signifikasi (signification)
.
7
Interpretant
Representamen Object
. Jadi, yang dikupas teori segi tiga
makna ini adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda
ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi.
6Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis bagi Penelitian
dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011), h.13 7Kris Budiman, “Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonitas”, (Yogyakarta:
Jalasutra, 2011), h. 17-18
17
3. Tipologi Tanda Versi Charles Sanders Peirce
Upaya klasifikasi yang dilakukan oleh Peirce terhadap tanda memiliki
kekhasan meski tidak bisa dibilang sederhana. Peirce membedakan tipe-tipe
tanda menjadi :Ikon(icon),Indeks(index) dan Simbol(symbol) yang didasarkan
atas relasi di antara representamen dan objeknya8
a. Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan ‘rupa’ sehingga
tanda itu mudah dikenal oleh para pemakaiannya. Di dalam ikon,
hubungan antara representamen dan objeknya terwujud sebagai
kesamaan dalam beberapa kualitas. Contoh: sebagian besar rambu
lalu lintas merupakan tanda yang ikonik karena ‘menggambarkan’
bentuk yang memiliki kesamaan dengan objek yang sebenarnya.
Gambar rambu terpampang tebing yang sedang runtuh atau longsor
yang dapat membahayakan pengguna jalan, jelas tanda ini bersifat
ikonik karena ia “meniru” atau menggambarkan dengan objek yang
diacunya.
.
Rambu Tanah Longsor Gambar 2.19
8Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis bagi Penelitian
dan Skripsi Komunikasi, h. 20-23 9Sumber gambar dari
http://sdmuhcc.net/elearning/mod/forum/discuss.php?d=2088&parent=2513, diakses pada tanggal 15 Mei 2013
18
b. Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau
eksistensial di antara representamen dan objeknya. Di dalam
indeks, hubungan antara tanda dengan objeknya bersifat kongkrit,
aktual, dan biasanya melalui suatu cara yang sekuensial atau kausal
(mengisyaratkan). Contoh: jejak telapak kaki di atas permukaan
tanah, indeks dari kehadiran seseorang atau binatang yang telah
dilewat disana. Ketukan pintu merupakan indeks dari kehadiran
seorang tamu di rumah kita.
c. Simbol adalah jenis tanda yang bersifat arbitrer dan konvensional
sesuai kesepakatan atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat
yang sudah lazim digunakan. Tanda-tanda kebahasaan pada
umumnya adalah simbol-simbol. Tidak sedikit dari rambu lalu
lintas yang bersifat simbolik. Salah satu contohnya adalah rambu
lalu lintas yang sangat sederhana ini. Rambu ini menyatakan
larangan berputar arah bagi semua kendaraan.
Rambu Dilarang Berputar Gambar 2.210
10Sumber gambar darihttp://pixabay.com/en/sign-one-symbol-signs-symbols-26528/,
diakses pada tanggal 15 Mei 2013
19
Jenis Tanda dan Cara Kerja Ikon, Indeks dan Simbol Gambar 2.111
Jenis Tanda
Ditandai dengan Contoh Proses Kerja
Ikon -persamaan
(kesamaan)
-kemiripan
gambar, foto, dan
patung
-dilihat
Indeks -hubungan sebab
akibat
-keterkaitan
-asap---api
-gejala---penyakit
-diperkirakan
Simbol -konvensi atau
-kesepakatan social
-kata-kata
-isyarat
-dipelajari
Dari sudut pandang Peirce, proses signifikasi bisa saja menghasilkan
rangkaian hubungan yang tidak berkesudahan, sehingga pada gilirannya
sebuah interpretan akan menjadi representamen, menjadi interpretan lagi, jadi
representamen lagidan seterusnya.
B. Tinjauan Umum Kepedulian
1. Pengertian Kepedulian
Kata pedulidalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
mengindahkan, memperhatikan, menghiraukan. Sedangkan kepedulian berarti
sikap mengindahkan.Jadi kepedulian sosial menurut Kamus Besar Bahasa
11Kris Budiman, “Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonitas”, (Yogyakarta:
Jalasutra, 2011), h.14 (dimodifikasi dari karya Berger, Arthur Asa, Tanda-Tanda dalam Kebudayaan Kontemporer, Yogyakarta, Tiara Wacana, 2000, h. 14)
20
Indonesia adalah sikap mengindahan sesuatu yang terjadi di masyarakat12.
Menaruh peduli berarti menaruh perhatian atau menghiraukan sesuatu.
Kepedulian berarti memerhatikan sesuatu13. Sikap peduli adalah sikap
keterpanggilan untuk membantu mereka yang lemah, miskin, membantu
mengatasi penderitaan, dan kesulitan yang dihadapi orang lain. Orang-orang
peduli adalah orang-orang yang tidak bisa tinggal diam menyaksikan
penderitaan orang lain. Sikap peduli adalah sikap kesediaan untuk memberi
solusi terhadap persoalan masyarakat.Agar masyarakat dapat mau berdonasi,
agar masyarakat mau menyumbang, agar masyarakat memilih kerelawanan
sehingga mau membantu kesulitan saudara-saudara kita. Peduli adalah sikap
untuk memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan, selalu tergerak membantu
kesulitan manusia lainnya. Sikap peduli adalah sikap untuk berusaha
membangkitkan kemandirian yang ada di masyarakat14
Dalam Islam sendiri disebutkan bahwa manusia merupakan makhluk
sosial. Dimana mereka harus menjalin hubungan bermasyarakat dengan baik.
Saling membantu dan gotong royong jika salah satu diantaranya mengalami
kesulitan. Tidak hanya itu, kita juga harus mempedulikan mereka yang kurang
mampu dalam urusan dunia. Mengeluarkan sedekah untuk mereka dengan rasa
ikhlas tanpa mengharap imbalan dan ingin dipuji merupakan perbuatan baik
.
12http://kbbi.web.id/peduli, diakses pada tanggal 11 Januari 2015 13H. Darsono-Ibrahim, PemahamanAl-Qur’an dan Hadist, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2009), h. 25 14http://oase.kompas.com/read/2010/08/24/01134533/Peduli.Adalah, diakses pada tanggal
12 Juni 2013
21
sebagai dasar kepedulian. Beban mereka juga akan terasa berkurang.
Menolong mereka semata-mata hanya karena Allah SWT15
2. Jenis-jenis Kepedulian Sosial
.
Kepedulian sosial dibagi menjadi 3, yaitu16
a. Kepedulian yang berlangsung saat suka maupun duka
:
Kepedulian sosial merupakan keterlibatan pihak yang satu kepada
pihak yang lain dalam turut merasakan apa yang sedang dirasakan
atau dialami oleh orang lain.
b. Kepedulian pribadi dan bersama
Kepedulian bersifat pribadi, namun ada kalanya kepedulian itu
dilakukan bersama. Cara ini penting apabila bantuan yang
dibutuhkan cukup besar atau berlangsung secara berkelanjutan.
c. Kepedulian yang sering lebih mendesak
Kepedulian akan kepentingan bersama merupakan hal yang sering
mendesak untuk kita lakukan. Caranya dengan melakukan sesuatu
atau justru menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu demi
kepentingan bersama.
Menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia lain adalah sebuah
kebaikan, hal ini bisa diwujudkan dengan saling peduli. Seperti peduli
terhadap anak-anak jalanan. Mereka juga membutuhkan pendidikan dan
kehidupan yang layak seperti anak-anak yang lain. Hanya saja mereka kurang
15http://edukasi.kompasiana.com/2012/12/19/peduli-sesama-sebagai-bentuk-keimanan-
517421.html, diakses pada tanggal 10 Februari 2013 16http://dimas-p-a-fib11.web.unair.ac.id/artikel_detail-104726-EtikadanKepribadian-
KepedulianSosial.html, diakses pada tanggal 11 Januari 2015
22
beruntung, mereka hanya mengandalkan jerih-payah sendiri dengan
mengamen atau menjadi ojek payung.Terkadang ada beberapa orang baik
yang mau menyumbangkan hartanya untuk mereka.Namun, tidak sedikit
orang yang menghardik mereka dan tidak mau peduli.Hal ini terjadi karena
ada hambatan dari dalam diri dan pengaruh lingkungan.
3. Hambatan Dalam Mewujudkan Kepedulian Sosial
Ada beberapa hal yang merupakan hambatan kepedulian sosial,
diantaranya adalah sebagai berikut17
a. Egoisme
:
Egoisme merupakan doktrin bahwa semua tindakan seseorang terarah
atau harus terarah pada diri sendiri.
b. Materialistis
Merupakan sikap perilaku manusia yang sangat mengutamakan materi
sebagai sarana pemenuhan kebutuhan hidupnya. Demi mewujudkan itu
mereka umumnya tidak terlalu mementingkan cara untuk
mendapatkannya.
Menurut Deaux, Dane, Wrightsman, orang yang tinggal di daerah
pedesaan cenderung lebih penolong daripada orang yang tinggal di daerah
perkotaan. Hal ini dapat dijelaskan melalui urban-overload hypothesis, yaitu
orang-orang yang tinggal di perkotaan terlalu banyak mendapat stimulasi dari
lingkungan, terlalu sibuk sering tidak peduli dengan kesulitan orang lain
17http://dimas-p-a-fib11.web.unair.ac.id/artikel_detail-104726-EtikadanKepribadian-
KepedulianSosial.html, diakses pada tanggal 11 Januari 2015
23
karena sudah overload dengan beban tugasnya sehari-hari18
Menjadi anak jalanan bukanlah sebuah pilihan hidup mereka,
melainkan sebuah tuntutan hidup. Keberadaan anak jalanan di setiap
persimpangan jalan, stasiun, terminal adalah fenomena, gejala tentang
gambaran nyata kondisi kemiskinan suatu kota dan gambaran kemiskinan
bangsa kita
, sehingga sikap
egois dan mementingkan materi tidak dapat di lepaskan dari kehidupan orang
perkotaan.
19
4. Tinjauan Umum Film
. Oleh karena itu, kepedulian terhadap anak jalanan maupun
orang yang tidak mampu lainnya menjadi tanggung jawab bersama.
Sudah menjadi keharusan kita bagi setiap orang muslim memiliki
sikap peduli. Kepedulian bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti
sikap tolong menolong.
1. Pengertian Film
Secara harfiah, film (sinema) adalah cinematographie yang berasal
dari kata cinema (gerak), tho atau phytos (cahaya), dan graphie atau graph
(tulisan, gambar, citra). Jadi film adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar
dapat melukis gerak dengan cahaya, harus menggunakan alat khusus, yang
biasa disebut kamera.20
18Tim Penulis Fakultas Psikologi UI, Psikologi Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika,
2011), h. 136
Ada juga pengertian lain, yaitu film berasal dari kata
filmen, yang berarti lapisan tipis pada permukaan susu setelah
19http://www.depok.go.id/en/29/07/2010/01-berita-depok/kepedulian-terhadap-anak-jalanan, diakses pada tanggal 12 Juni 2013
20http://www.kajianpustaka.com/2012/10/pengertian-sejarah-dan-unsur-unsur-film.html#.UWkg5meDmSo, diakses pada tanggal 13 April 2013
24
dipanasi.Awalnya kata film mengacu pada bahan ke bentuk karya seni audio-
visual, namun setelah ada perkembangan teknologi media penyimpanan ini
telah mengubah pengertian film.Film kini diartikan sebagai suatu genre seni
bercerita berbasis audio-visual, atau cerita yang dituturkan pada penonton
melalui rangkaian gambar bergerak.21
2. Sejarah Film di Indonesia
Di Indonesia, bioskop pertama kali muncul di Batavia (Jakarta),
tepatnya di Tanah Abang Kebonjae, pada 5 Desember 1900. Namun,
kehadiran bioskop ini tidak dapat dikatakan sebagai tonggak awal sejarah film
Indonesia. Alasannya, film-filmnya saat itu masih impor dari luar negeri.22
Indonesia pertama kali memutar film bisu pada tahun 1926 dengan
judul Lady Van Java yang diproduksi di Bandung. Dan pada tahun 1930,
masyarakat disuguhi film Lutung Kasarung, Si Conat dan Pareh. Film-film
terebut merupakan film bisu yang diusahakan oleh orang-orang Belanda dan
Cina.Film bicara yang pertama berjudul Terang Bulan.Pada saat perang Asia
Timur Raya di penghujung tahun 1941, perusahaan perfilman yang
diusahakan oleh orang Belanda dan Cina itu berpindah tangan kepada
pemerintah Jepang diubah namanya dari NV. Multi Film menjadi Nippon Eiga
Sha, namun ketika Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya,
maka pada tanggal 6 Oktober 1945 Nippon Eiga Sha diserahkan secara resmi
kepada pemerintah Indonesia. Sejak saat itu, lahirlah Berita Film Indonesia
21http://id.shvoong.com/humanities/film-and-theater-studies/2280708-pengertian-film-
dansejarahnya/#ixzz2QKcec3sd, diakses pada tanggal 13 april 2013 22http://www.kajianpustaka.com/2012/10/pengertian-sejarah-dan-unsur-unsur-
film.html#.UWkg5meDmSo, diakses pada tanggal 13 April 2013.
25
(BFI). Bersamaan dengan pindahnya Pemerintah RI dari Yogyakarta ke
Jakarta, BFI pun pindah dan bergabung dengan Perusahaan Film Negara yang
pada akhirnya berganti nama menjadi Perusahaan Film Nasional.23
3. Fungsi Film
Film bertujuan untuk memberikan hiburan kepada publik.Akan tetapi,
dalam film dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan
persuasif.Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional memproduksi
film-film sejarah yang objektif atau film dokumenter dan film yang diangkat
dari kehidupan sehari-hari secara berimbang.24
4. Jenis-jenis Film
Film dapat dikelompokan pada beberapa jenis, yaitu film cerita, film,
berita, film dokumenter dan film kartun.25
a. Film Cerita
Film cerita adalah jenis film yang mengandung suatu cerita
yang lazim dipertunjukan di gedung-gedung bioskop dengan
bintang film tenar dan didistribusikan sebagai barang dagangan
(bisnis).Cerita yang diangkat menjadi topik film bisa berupa
cerita fiktif atau berdasarkan cerita nyata yang dikemas secara
menarik, baik dari jalan ceritanya maupun dari segi
gambarnya.Film cerita merupakan karya yang terstruktur dalam
tiga tahap.Pertama adalah tahap pra-produksi merupakan
23Elvinaro Ardianto, dkk.,KomunikasiMassa: Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2007), h. 144-145 24Elvinaro Ardianto, dkk.,KomunikasiMassa: Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, h. 145 25Elvinaro Ardianto, dkk.,KomunikasiMassa: Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, h. 148-149
26
periode ketika skenario diperoleh.Skenario bisa berupa adaptasi
dari novel atau cerita pendek atau memang certa yang sengaja
dibuat untuk keperluan pembuatan film.Kedua adalah tahap
produksi yaitu masa berlangsungnya pembuatan film
berdasarkan skenario. Terakhir adalah tahap post-produksi,
yaitu proses editing, dimana ketika bagian film yang
pengambilan gambarnya tidak sesuai dengan urutan cerita yang
kemudian disusun menjadi satu26
Film cerita merupakan film yang menyajikan kepada publik
sebuah cerita yang harus mengandung unsur-unsur yang dapat
menyentuh rasa manusia.
.
27
b. Film Berita
Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa
yang benar-benar terjadi.Karena sifatnya berita, maka film
yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita.
Sebenarnya, jika dibandingkan dengan media lainnya seperti
surat kabar dan radio, sifat newsyfact-nya film berita tidak ada.
Sebab suatu berita harus aktual, sedangkan berita yang
disajikan oleh film berita tidak pernah aktual karena proses
pembuatannya yang cukup lama. Akan tetapi dengan adanya
televisi yang juga sifatnya auditif visual seperti film, maka
berita yang difilmkan dapat disajikan kepada publik melalui
26Marcel Danesi, Pengantar Memahami: Semiotika Media, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010),
h. 134 27Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi,(Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2003), h. 212
27
televisi lebih cepat.Film berita sudah tua usianya, lebih tua
daripada film cerita.Bahkan, film cerita yang pertama
dipertunjukan kepada publik kebanyakan berdasarkan film
berita.28
c. Film Dokumenter
Film dokumenter didefinisikan oleh Robert Flaherty sebagai
“karya ciptaan mengenai kenyataan” (creative treatment of
activity).Berbeda dengan film berita yang merupakan rekaman
kenyataan, maka film dokumenter merupakan hasil interpretasi
pibadi (pembuatnya) mengenai kenyataan tersebut.
d. Film Kartun
Gagasan film kartun tercipta adalah dari para seniman
lukis.Ditemukannya cinematography telah menimbulkan
gagasan kepada mereka untuk menghidupkan gambar-gambar
yang mereka buat. Dan gambar-gambar itu bias menimbulkan
hal yang lucu dan menarik. Tokoh dalam film kartun dapat
dibuat menjadi ajaib, dapat terbang, menghilang, menjadi
besar, kecil secara tiba-tiba dan lain-lain.Rangkaian lukisan
atau gambar tersebut dirangkai setiap detiknya dan diputar
dalam proyektor film.29
28Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi,(Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, h. 212 29Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi,(Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, h.216
28
5. Teknik Pengambilan Gambar
Dalam film, teknik pengambilan gambar sangatlah diperhatikan karena
setiap sudut pengambilan gambar memiliki makna masing-masing.Hal
ini berpengaruh terhadap tanda-tanda atau simbol yang ingin
disampaikan dalam film.Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam
pengambilan gambar, yaitu:
1. Camera angle (sudut pengambilan gambar), yakni posisi
kamera pada saat pengambilan gambar. Masing-masing angle
punya makna tertentu.
2. Frame size (ukuran gambar), yakni ukuran shot untuk
memperlihatkan situasi objek bersangkutan.
3. Gerakan kamera, yakni posisi kamera bergerak, sementara
objek bidikan diam.
4. Gerakan objek, yakni posisi kamera diam, sementara objek
bidikan bergerak.
5. Komposisi, yakni seni menempatkan gambar pada posisi yang
baik dan enak dilihat.
Berikut mengenai camera angle dan frame size:
1. Camera Angle
Dalam urusan sudut pengambilan gambar dibagi menjadi lima sudut
pengambilan gambar. Masing-masing mmpunyai fungsi yang berbeda
sehingga karakter dan pesan yang terkandung dalam setiap shot akan berbeda
pula.
29
b. Bird Eye View
Suatu teknik pengambilan gambar yang dilakukan
dengan posisi kamera diatas ketinggian objek yang
direkam.Tujuan sudut pengambilan gambar ini adalah
untuk memperlihatkan objek-objek yang lemah dan tak
berdaya.
c. High Angle
Pengambilan gambar dari atas objek.Selama kamera
berada diatas objek maka sudah dianggap high angle.
Kesan yang ditimbulkan dari pengambilan gambar ini
adalah kesan lemah, tak berdaya, kesendirian, dan kesan
lain yang mengandung konotasi dilemahkan atau
dikerdilkan.
d. Low Angle
Sudut ini membangun kesan berkuasa, baik dalam sosial
maupun ekonomi, politik, sosial, dan lainnya.Seseorang
yang ditampilkan dengan sudut iniakan mempunyai
kesan dominan.
e. Eye Level
Teknk pengambilan gambar yang sejajar dengan
objek.Sudut pengambilan gambar ini standar digunakan.
Hasilnya memperlihatkan tangkapan pandangan mata
seseorang yang berdiri sejajar atau yang mempunyai
30
ketinggian tubuh yang sama dengan objek. Sudut
pengambilan ini tidak mengandung kesan
tertentu.Meskipun demikian, dalam sudut ini tetap harus
diperhatikan aspek komposisinya.
f. Frog Eye
Teknik pengambilan gambar yang dilakukan dengan
ketinggian kamera sejajar dengan dasar kedudukan objek
atau dengan ketinggian yang lebih rendah dari dasar
kedudukan objek.Sudut pengambilan ini mempunyai
kesan dramatis untuk memperlihatkan suatu
pemandangan yang aneh, ganjil, atau sesuatu yang
menarik tetapi dambil dengan variasi tidak biasa.
Itulah kelima camera angle yang harus dikuasai. Setiap sudut
pengambilan mempunyai fungsi dan maksud yang berbeda sehingga hasilnya
lebih variatif.30
2. Frame Size
Frame size akan menjadi kekuatan sebuah gambar. Berikut macam-
macam frame size31
30Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2006), h. 120-124 31Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, h. 124-128
:
31
a. Extreme Close-up (ECU)
Memiliki ukuran sangat dekat sekali, misalnya hidungnya,
matanya atau telinganya saja. Berfungsi menunjukan detail
suatu objek.
b. Big Close-up (BCU)
Memiliki ukuran dari batas kepala hingga dagu objek.Untuk
menonjolkan objek dan menimbulkan ekspresi tertentu.
c. Close-up (CU)
Memiliki ukuran dari batas kepala sampai leher bagian
bawah.Untuk memberi gambaran objek secara jelas.
d. Medium Close-up (MCU)
Memiliki ukuran dari batas kepala hingga dada atas.Berfungsi
menegaskan profil seseorang.
e. Mid Shot (MS)
Memiliki ukuran dari batas kepala sampai pinggang (perut
bagian bawah).Untuk memperlihatkan seseorang dengan
sosoknya.
f. Knee Shot (KS)
Memiliki ukuran dari batas kepala hingga lutut. Untuk
memperlihatkan sosok objek (sama dengan MS).
g. Full Shot (FS)
Memiliki ukuran dari batas kepala hingga kaki.Berfungsi untuk
memperlihatkan objek dengan lingkungan sekitar.
32
h. Long Shot (LS)
Memiliki ukuran objek penuh dengan latar belakangnya.Dan
berfungsi untuk memperlihatkan objek dengan latar
belakangnya.
i. One Shot (1S)
Memiliki ukuran dengan pengambilan gambar satu objek. Dan
berfungsi untuk memperlihatkan seseorang dalam frame.
j. Two Shot (2S)
Memiliki ukuran dengan pengambilan gambar dua
objek.Memiliki fungsi untuk adegan dua objek sedang
berinteraksi.
k. Three Shot (3S)
Memiliki ukuran dengan pengambilan gambar tiga
objek.Berfungsi untuk menunjukan tiga orang berinteraksi.
l. Group Shot (GS)
Memiliki ukuran dengan pengambilan gambar dengan
memperlihatkan objek lebih dari tiga orang.
5. Film Sebagai Media Dakwah
Dalam perkembangannya, film menjadi salah satu media yang efektif
untuk menyampaikan pesan.Sedangkan dakwah sangat erat kaitannya dengan
pesan yang disampaikan.Dakwah memiliki beberapa unsur, yang salah
satunya adalah metode dan media dakwah.Menurut Wardi Bachtiar metode
adalah cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da’i untuk menyampaikan
33
pesan dakwahnya.Sedangkan media adalah alat yang dipakai untuk
menunjang metode tersebut.
Adapun secara aplikatif, dakwah dapat dilakukan dengan beberapa
cara atau metode termasuk juga media yang digunakan. Dakwah bisa dengan
kekuasaan (bil-Quwah), dengan lisan (bil-Lisan), tulisan (bil-Qalam),
perbuatan (bil-Hal), dengan menggunakan media massa baik cetak maupun
elektronik, tergantung pada selera, kemampuan dan kebutuhan akan suksesnya
kegiatan dakwah itu sendiri.
Definisi singkat dakwah adalah mengajak orang lain kepada kebaikan
sesuai dengan perintah Allah. Dalam berdakwah, semestinya dapat berdialog
dengan kebudayaan modern secara aktif mengisinya dengan substansi dan
nuansa-nuansa Islami.Namun, hal ini hanya bisa dilakukan bila kita
memahami arus globalisasi secara benar dan tidak tertinggal dengan
informasi-informasi aktual dari mancanegara. Seperti yang dikatakan
futurology John Naisbitt:
“We are moving toward the capability to communicate anything to anyone, anywhere, anyform-voice, data, textor imae at the speed of light”.32
Kata kunci untuk mengantisipasi perubahan kini dan mendatang adalah
informasi dan ilmu pengetahuan.Pada era globalisasi sekarang ini, tentu
banyak yang harus dibenahi tentang aktivitas dakwah, termasuk penggunaan
(Kita sedang bergerak ke arah kemampuan berkomunikasi apa saja
kepada siapa pun, dimana pun, berbentuk apa pun (baik itu) suara, data,
tulisan atau gambar (citra) dengan (menggunakan) kecepatan suara).
32Chairil Anwar, Islam dan Tantangan Kemanusiaan Abad XXI, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2000), h. 65-66
34
berbagai dimensi untuk keperluan dakwah.Salah satunya dengan media
mutakhir seperti film.33
Dakwah melalui film akan lebih mudah diterima karena media yang
digunakan adalah media audiovisual. Di samping secara verbal, pesan dakwah
juga didukung oleh visualisasi gambar yang memiliki efek yang sangat
kuat.Film merupakan karya seni peran yang bersifat imajinatif untuk
menggambarkan suatu objek atau sebuah realitas khidupan dan mnegandung
misi atau tujuan tertentu ari pihak yang memproduksi.
34
33Samsul Munir Amin, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta: Amzah, 2008),
h. xii 34Zaenal Arifin, Dakwah Melalui Film dan Sinetron, h. 93-94
35
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sekilas Tentang Film Rumah Tanpa Jendela
Film Rumah Tanpa Jendela diadaptasi dari cerpen Asma Nadia yang
berjudul Jendela Rara. Cerpen tersebut dikembangkan menjadi novel Rumah
Tanpa Jendela.Awalnya, Aditya Gumay sebagai sutradara kurang tertarik
untuk membuat cerpen tersebut menjadi sebuah film.Karena menurutnya,
cerpen tersebut terlalu “gelap” untuk dijadikan film keluarga, dengan adanya
cerita yang mengangkat profil seorang preman hingga profil seorang
pelacur.Namun, akhirnya Aditya Gumay memutuskan untuk mengambil
intisari dari cerpen tersebut, yaitu seorang anak perempuan miskin yang hanya
ingin memiliki jendela di rumahnya.Selebihnya, mulai skenario dan alur cerita
sudah jauh berbeda dari cerpen Asma Nadia.1
Digarap sebagai sebuah drama musikal,Rumah Tanpa
Jendela
Sebagai seseorang yang memimpin sekaligus mengelola sanggar,
Aditya Gumay mampu mengeluarkan potensi akting terbaik dari para aktor
muda.Terlebih mereka masih belum banyak pengalaman berakting dalam
film.Film ini juga mampu menggugah perasaan setiap orang yang
menontonnya agar senantiasa ingin berbagi, peduli dan selalu
sebenarnya memiliki jalan cerita yang sederhana.Awalnya penonton
dikenalkan pada dua karakter utama yang memiliki strata sosial berbeda.Dan
diakhiri dengan begitu banyak pesan moral yang terkandung didalamnya.
Salah satunya adalah pesan tentang saling peduli dan membantu sama lain.
1Aditya Gumay. Wawancara Langsung. Jum’at, 24 Januari 2014 di Lokasi syuting, Depok
36
bersyukur.Mampu membuat penonton film ini terbawa suasana sampai
menangis namun tidak terlihat berlebihan, setiap adegan dibuat sealami
mungkin.
B. Sinopsis Rumah Tanpa Jendela
Rumah Tanpa Jendela merupakan sebuah film drama musikal yang
mengambil setting di kampung kumuh kawasan Menteng Pulo
Jakarta.Rara,gadis kecil 8 tahun yang sangat memimpikan sebuah jendela di
rumahnya, agar tiap malam ia dapat melihat cantiknya rembulan, dan matahari
di pagi hari. Namun sang ayah, Raga, yang hanya seorang penjual ikan hias
dan sol sepatu, terlalu miskin untuk sekadar membelikan daun jendela dan
kusennya.
Berawal dari kecelakaan kecil, membuat Rara akrab dengan Aldo
(Emir Mahira), putra bungsu pengusaha kaya, Pak Syahri dan Nyonya
Ratna.Aldo, Nenek Aisyah dan kak Adam pun sering berkunjung ke sekolah
rara untuk sekedar berbagi buku bacaan.Dari semua anggota keluarga Aldo
hanya nenek dan kakaknya lah yang sepenuhnya mendukung kegatan
Aldo.Suatu hari, Aldo mengajak Rara dan teman-temanya untuk datang ke
acara pesta ultah kakak Aldo, Andini, yang ke-17. Aldo, Nenek Aisyah, dan
kak Adam, memberikan kejutan dengan menyumbangkan sebuah lagu
bersama Rara dan teman-temanya. Namun, bukan pujian yang didapat, tapi
justru murka dan amarah dari Andini dan ibunya.Iamalu. Sampai-sampai ia
memaki Aldo sebagai anak autis. Dan ini membuat Aldo pergi dari rumah
37
untuk menemui Rara. Karena ia merasa tak ada yang menyayanginya
lagi.Aldo justru merasa lebih nyaman dengan kehidupan Rara.
Betapa terkejutnya Rara saat pulang.Rumahnya telah
terbakar.Kebakaran itu berlangsung bersamaan dengan pesta Ulang tahun tadi.
Kejadian ini membuat Simbok koma, dan Rara harus kehilangan Ayah
tercintanya. Padahal saat itu Ayahnya tengah pulang membawa daun jendela
dan kusen untuk Rara, jendela yang selama ini diimpikannya.Tak berapa lama
Aldo dan Nenek Aisyah datang, mereka terkejut, dan segera membawa
simbok ke Rumah Sakit.
Nenek Aisyah yang sangat baik hati itu bersedia menanggung semua
biaya perawatan simbok selama di RS.Rara sangat bersyukur.Dia setiap hari
selalu menemani simbok. Aldo, kak Adam, Nenek Aisyah, dan teman
temannya juga sering kali datang menemaninya. Ini membuat persahabatan
Rara dan Aldo semakin akrab.Akhirnya, Rara dan Si Mbok pun hidup di villa
keluarga Aldo.
C. Tim Produksi Rumah Tanpa Jendela (Pemain dan Crew)
Berikut adalah orang-orang dibalik pembuatan Film Rumah Tanpa
Jendela2
Departemen Produksi
Sutradara:
Cerita:
Penata Skrip:
:
Aditya Gumay
Asma Nadia
Adenin Adlan
2http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-r017-11-253275_rumah-tanpa jendela/credit#.UbccPtji6So, diakses pada tanggal 11 Juni 2013
38
Produser Eksekutif:
Produser:
Line Produser:
Aditya Gumay
Intan Ophelia
Aditya Gumay
Seto Mulyadi
Adenin Adlan
Usman Gumanti
Aswin Fabanyo
Departemen Kamera
Penata Kamera:
Halaston Pakpahan
Departemen Artistik
Penata Artistik:
Penata Rias:
Ferry Farhani
Dita Helena
Departemen Suara dan Musik
Penata Suara:
Penata Musik:
Irwan Ali Akbar
Iwan Darmawan
Adam S. Permana
Departemen Penyuntingan
Penata Gambar:
Aziz Natandra
Produksi
Produksi:
Smardhana Production
Sanggar Ananda
Pemain Emir Mahira sebagai Aldo
Dwi Tasya sebagai Rara
Raffi Ahmad sebagai Raga
39
Inggrid Widjanarko sebagai Si Mbok
Yuni Shara sebagai Bude Asih
Aswin Fabanyo sebagai Pak Syahri
Alicia Djohar sebagai Nyonya Ratna
Atie Kanser sebagai Nenek Aisyah
Varissa Camelia sebagai Bu Alya
Maudy Ayunda sebagai Andhini
Ozan Ruz sebagai Adam
D. Profile Aditya GumaySutradara Film Rumah Tanpa Jendela
Aditya Gumay Gambar 1.3.3
Aditya Gumay, pria yang lahir pada hari Selasa
, 04 Oktober 1966
3Sumber gambar dari
dikenal sebagai pimpinan Teater Kawula Muda dan Sanggar Ananda yang
didirikannya pada tahun 1986 dan 1989. Pria kelahiran Jambi ini identik
dengan Sanggar Ananda yang sejak 1989 dikenal lewat berbagai tayangan
televisi serial anak-anak dan berjaya di era 1990an. Banyak artis televisi dan
film yang lahir dari dua sanggarnya tersebut.Ia pernah mendapat pendidikan
tinggi di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta dan menimba
http://www.indonesianfilmcenter.com/images/gallery/Aditya%20Gumay2.JPG, diakses pada tanggal 1 Mei 2013.
40
ilmu film lewat Kursus Pendidikan Umum (KPU) Sinematografi yang
diselenggarakan oleh Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail.4
Aditya Gumay sudah menulis skenario sejak usia 14 tahun. Dan
berbagai program TV dan sinetron serta film telah diproduksi PT. Smaradhana
Pro, sejak tahun 1988. Tidak hanya menulis skenario dan menyutradarai film serta
sinetron, Aditya Gumay juga aktif di berbagai bidang, seperti menjadi Executive
Produser album musik, menciptakan puluhan lagu untuk album, soundtrack
film/sinetron dan operet off air, sampai mengajar akting dan presenter di berbagai
tempat dan memberikan workshop di kampus-kampus. Aditya Gumay juga beberapa
kali jadi panitia dan juri festival film
5
Tina Toon & Lenong Bocah The Movie
.Dan setelah lebih dari 15 tahun malang
melintang di dunia broadcast, Aditya memulai debutnya di film sebagai
sutradara melalui film .
Karya-karyanya juga sudah mewarnai perfilman Indonesia, berikut
beberapa karya Aditya Gumay6
1. Serial ‘The Nani’ (Indosiar)
:
2. Serial Rumah Pelangi (RCTI)
3. Serial Canda (RCTI)
4. Serial ‘Anak Betawi Gedongan’ (SCTV)
5. Serial O’seram (ANTV)
6. Serial Ftv “New Misteri” (ANTV)
7. Film 'Tina Toon& Lenong Bocah’ (Layar Lebar35 Mm, Tahun 2003),
4http://filmindonesia.or.id/movie/name/nmp4b9bce4189230_aditya-gumay, diakses pada tanggal 25 Januari 2013 5Email Adenin Adlan, Proposal Film Rumah Tanpa Jendela, tanggal 26 September 2014, 3:48 PM. 6Email Adenin Adlan, Proposal Film Rumah Tanpa Jendela
41
8. Film Emak Ingin Naik Haji (2009), Rumah Tanpa Jendela (2011) & Ummi
Aminah (2012).
E. Profil Para Pemain Film Rumah Tanpa Jendela
1. Emir Mahira Salim sebagai Aldo
Gambar 2.3.7
Emir Mahira adalah anak yang lahir di Jakarta 19 September 1997.Ia
memulai karirnya di Film Garuda Didadaku. Rumah Tanpa Jendela adalah
film keduanya, sekaligus film yang menjadikannya sebagai Pemeran Utama
Pria Terbaik Anugerah Piala Citra FFI 2011 mengalahkan Alex Komang
dalam film Surat Kecil untuk Tuhan, Ferdy Tahierdalam film Masih Bukan
Cinta Biasa, Oka Antaradalam film Sang Penari, dan Tio Pakusadewodalam
film Tebus
Emir Mahira
8. Menurut Aditya Gumay, Emir Mahira mencatatkan sejarah,
bahwa Emir Mahira adalah anak yang mampu mengalahkan orang dewasa
dalam kategori pemeran utama pria terbaik FFI 2011, mengalahkan aktor-
aktor senior dalam kategori pemeran utama pria9
Emir berperan sebagai Aldo, anak seorang pengusaha yang serba
berkecukupan, namun ia merupakan penderita Down Syndrome yang
.
7Sumber gambar dari http://data.tribunnews.com/foto/bank/images/emir-mahira-salim.jpg, diakses pada tanggal 11 Juni 2013 8http://www.kapanlagi.com/showbiz/film/indonesia/terbaik-piala-citra-2011-emir-mahira-tumbangkan-senior.html, diakses pada tanggal 10 Mei 2013 9Aditya Gumay. Wawancara Langsung. Jum’at, 24 Januari 2014 di Lokasi syuting, Depok
42
seharusnya mendapat perhatian lebih, bukan dihindari atau dijauhi. Dalam
film ini, ia menjadi sahabat Rara. Aldo adalah anak yang peduli terhadap
sesama, yang mau berteman dan berbagi dengan anak-anak jalanan.Aldo tidak
segan mengajak seluruh keluarganya untuk menyumbangkan buku untuk
anak-anak disekolah Rara.
Aldo divisualisasikan dengan cukup baik oleh Aditya Gumay.Emir
berhasil memerankan tokoh Aldo dengan sangat baik, ia mampu mendalami
bagaimana cara bicara, cara bersikap sebagai anak Down Syndrome.
2. Dwi Tasya sebagai Rara
Gambar 3.3.10
Anak perempuan yang lahir pada tanggal 25 September 2000 ini
memiliki nama lengkap Dwi Anastasya Septianni. Dia berperan sebagai Rara
dalam film ini.Rara adalah anak miskin yang hidup di perkampungan
kumuh.Ia ingin sekali memiliki jendela di rumahnya, namun karena
keterbatasan ekonomi, impian itu harus ia kubur dalam-dalam. Walaupun
sebenarnya, keinginan itu tak pernah hilang seutuhnya.Rara merupakan anak
Dwi Tasya
10Sumber gambar http://www.indonesianfilmcenter.com/pages/profile/profile.php?pid=3518631296d5, diakses pada tanggal 1 Mei 2013
43
yang baik hati.Setelah sekolah, Rara membantu ayahnya, dengan mengojek
payung.Keinginan Rara untuk belajar pun cukup tinggi.
Tasya mampu mendeskripsikan anak yang riang, namun rona
wajahnya berubah ketika keinginan memiliki jendela mulai menggelayuti
hatinya lagi. Dengan berteman dengan Aldo, membuat Rara merasa senang
karena bisa berkunjung kerumah Aldo yang memiliki jendela banyak dan
besar sekaligus kadang Rara merasa sedih ketika kembali kerumahnya yang
sama sekali tidak memiliki jendela. Rumahnya saja hanya terbuat dari kardus
dan tripeks bekas.
Tasya merupakan salah satu tokoh utama dalam film ini.Walaupun
usianya yang terbilang masih sangat muda, Tasya sukses memainkan peran
sebagai Rara11
3. Raffi Ahmad sebagai Raga
.
Gambar 4.3.12
Raffi Faridz Ahmadlahir di
Raffi Ahmad
Bandung, 17 Februari1987. Iaadalah
seorang pembawa acara, aktor sekaligus penyanyi. Bukan hanya itu, sekarang
Raffi Ahmad juga sedang belajar menjadi seorang sutradara. Terbukti ia mulai
memproduksi beberapa film pendek dan beberapa judul FTV. Kiprahnya di
11Email Adenin Adlan, Proposal Film Rumah Tanpa Jendela 12Sumber gambar dari http://img.lensaindonesia.com/thumb/350-630-1/uploads--1--2013--03--93115-raffi-ahmad-cs-ngadu-ke-dpr.jpg, diakses pada tanggal 11 Juni 2013
44
pertelevisian Indonesia sudah tidak diragukan lagi.Tidak kalah, dalam dunia
perfilman Raffi juga sudah beberapa kali bermain film layar lebar.Salah
satunya adalah di Rumah Tanpa Jendela.
Raffi berperan sebagai Raga, ayah dari Rara.Raga hanya berprofesi
sebagai penjual ikan dan sol sepatu. Hal inilah yang membuatnya kadang
merasa sedih, dengan pekerjaan seperti itu ia hanya mampu menghidupi anak
dan ibunya di tempat kumuh. Namun Raga selalu mengajarkan kepada
anaknya untuk selalu bersyukur.Raga berusaha untuk mewujudkan impian
anaknya, yaitu memiliki jendela. Namun disaat ia sudah memiliki jendela
untuk diberikan kepada Rara, Raga malah meninggal dunia karena
menyelamatkan ibunya dar kebakaran dirumahnya.
Raga sukses diperankan oleh Raffi Ahmad.Walaupun Raffi belom
menikah apalagi menjadi seorang ayah, Raffi mampu memainkan tokoh ini
dengan baik.Bahkan banyak adegan Raffi yang membuat orang menangis
karena melihat perjuangan seorang ayah membesarkan anak perempuan satu-
satunya13
13Email Adenin Adlan, Proposal Film Rumah Tanpa Jendela
.
45
4. Inggrid Widjanarko sebagai si mbok
Gambar 5.3.14
Lahir di
Inggrid Widjarnako
Surabaya,18 Agustus1958Inggrid Widjanarkoadalah seorang
presenter dan aktris. Inggrid juga sudah malang-melintang didunia hiburan
Indonesia.Kemampuan aktingnya pun sudah teruji, terbukti lewat film Rumah
Tanpa Jendela. Inggrid berperan sebagai si Mbok yaitu ibu dari Raga yang
pastinya nenek dari Rara.Si Mbok merupakan orang yang sabar dengan
keadaan.Inggrid memerankan seorang perempuan setengah baya dengan
penyakit paru-paru yang menggerogoti hidupnya. Selain Raga, Si Mbok juga
memiliki anak perempuan, yaitu Asih. Namun, keadaan membuat Asih
melakukan hal yang tidak disukai Si Mbok.
Inggrid memang tidak menjadi peran utama, tetapi tokoh Si Mbok ini
mampu menyempurnakan pendeskripsian warga ditempat kumuh15
14Sumber gambar dari http://www.kapanlagi.com/showbiz/selebriti/ingrid-widjanarko-kintamani-jadi-tempat-inspirasi.html, diakses pada tanggal 1 Mei 2013 15Email Adenin Adlan, Proposal Film Rumah Tanpa Jendela
.
46
5. Yuni Shara sebagai Bude Asih
Gambar 6.3.16
Aditya Gumay mengemas tokoh Asih ini dengan sangat halus. Tanpa
harus mepertontonkan adegan yang kurang mendidik, Aditya lebih memilih
Yuni Shara
Yuni Sharalahir dengan namaWahyu Setyaning Budi di Malang, 3 Juni
1972. Yuni adalah seorang penyanyi.Sebelumnya, Raffi Ahmad mengajaknya
bermain di film pendek, namun Yuni pertama kali bermain di film layar lebar
adalah dalam film Rumah Tanpa Jendela ini.
Walaupun dalam film ini Yuni hanya menjadi seorang figuran, namun
perannya cukup menyadarkan kita bahwa diluar sana banyak hal sama yang
terjadi seperti apa yang diperankan oleh Yuni. Yuni berperan sebagai Asih
atau Bude Asih.Asih adalah saudara Raga.Tetapi karena keadaan ekonomi
yang tidak kunjung membaik, Asih mengambil keputusan terberat dalam
hidupnya.Menjadi seorang Pekerja Seks Komersial.Hal tersebut sangat
mengejutkan Si Mbok dan tentunya Raga.Walaupun keputusan itu menentang
keluarganya, Asih tetap menjalankan profesinya itu.Dengan berat Asih harus
keluar dari rumah mereka dan tidak tinggal bersama mereka lagi, karena diusir
Si Mbok.Terkadang Asih juga menyisihkan sebagian uangnya untuk Si Mbok,
Raga dan Rara.Namun mereka menolak keras pemberian Asih.
16Sumber gambar dari http://us.images.detik.com/content/2011/05/03/230/yuni1cover.jpg, diakses pada tanggal 1 Mei 2013
47
menggambarkan sosok PSK Asih dari cara berpakaiannya yang agak terbuka
dan cara penolakan dari anggota keluarganya. Aditya Gumay melakukan ini
karena ia sadar bahwa film ini ditujukan untuk anak-anak dan keluarga17
6. Aswin Fabanyo sebagai Pak Syahri
.
Gambar 7.3.18
Cukup sulit untuk mendapatkan informasi mengenai Aswin Fabnyo.
Pada intinya, dalam film ini ia memerankan tokoh sebagai Pak Syahri. Pak
Syahri merupakan kepala keluarga yang bijaksana.Ia seorang pengusaha kaya,
ia senang melihat Aldo mau peduli dan berbagi rezeki kepada anak-anak di
perkampungan kumuh. Namun Syahri bingung mencari cara agar istrinya mau
mengerti yang dilakukan Aldo. Aswin mungkin tidak terlalu sulit memerankan
tokoh Pak Syahri, karena tokoh ini memiliki usia dan kehidupan yang hampir
sama dengan kehidupan nyatanya
Aswin Fabanyo
19
17Email Adenin Adlan, Proposal Film Rumah Tanpa Jendela 18Sumber gambar dari vlcsnap-2013-05-03-13h43m49s242 19Email Adenin Adlan, Proposal Film Rumah Tanpa Jendela
.
48
7. Alicia Djohar sebagai Nyonya Ratna
Gambar 8.3.20
Alicia Djohar yang sering dipanggil Itje.Ialahir di
Alicia Djohar
Bogor, 18
Februari1954. Itje adalah seorang pemain film Indonesia dan mantan Ratu
Bogor pada tahun 1972.Ia pernah menjadi pemeran utama dalam film Gadis
Kampus. Dalam film Rumah Tanpa Jendela, Itje berperan sebagai Nyonya
Ratna, ibu dari Aldo.
Ratna memiliki sifat dasar yang baik sebenarnya.Namun, kecintaannya
pada hal-hal yang berbau duniawi membuatnya tidak peka pada keadaan
sekitar.Ratna digambarkan sebagai wanita sosialita.Memiliki banyak
perhiasan dan kurang peduli pada anaknya sendiri, terutama Aldo apalagi pada
masyakarat kecil.Bahkan cenderung mendeskrimnasi orang miskin.Dari awal
sesungguhnya Ratna tidak suka jika Aldo berteman dengan Rara.Namun
karena suami, mertua dan anaknya mendukung Aldo, Ratna tidak bisa apa-
apa.Sampai pada akhirnya Ratna mencurigai Rara dan anak-anak pemulung
mengambil salah satu perhiasannya.Ratna semakin tidak suka pada mereka
20Sumber gambar dari http://klimg.com/kapanlagi.com/g/parfi_dan_departemen_sosial/p/alicia_djohar-20080325-004-bambang.jpg, diakses pada tanggal 3 Mei 2013
49
dan melarang Aldo bermain dengan anak-anak pemulung itu.Tetapi ada
saatnya dimana Ratna melunak, dan mengizinkan Aldo bermain dengan Rara.
Aditya Gumay ingin menyampaikan pesan tentang kemanusiaan lewat
tokoh Ratna.Dan Itje melakukannya dengan baik21
8. Aty Cancer sebagai Nenek Aisyah
.
Gambar 9.3.22
Aty Cancer Zein lahir di
Aty Cancer
Lampung, 10 Juli1949.Ia mengawali karier
dalam film Dunia Belum Kiamat pada tahun 1971. Lalu meraih penghargaan
sebagai Best Actress dalam ajang Indonesian Movie Awards 2010, untuk
perannya dalam film Emak Ingin Naik Haji.Sudah banyak film yang Ia
bintangi, salah satunya adalah Rumah Tanpa Jendela.
Dalam film ini Aty berperan sebagai Nenek Aisyah.Nenek Aisyah
adalah orang yang sangat penyayang.Nenek Aisyah ini datang ke rumah untuk
menemani Aldo.Nenek juga sangat senang ketika dapat ikut berkenalan
dengan Rara dan teman-teman.Nenek juga yang selalu melindungi dan
menemani Aldo dan Rara, begitu juga ketika Si Mbok masuk Rumah Sakit.
21Email Adenin Adlan, Proposal Film Rumah Tanpa Jendela 22Sumber gambar dari http://klimg.com/kapanlagi.com/p/aty_cancer_1_kl.jpg, diakses pada tanggal 3 Mei 2013
50
Peran Aty Cancer sebagai Nenek Aisyah ini memang bukan sebagai
peran utama, tetapi jika tidak ada tokoh seperti Nenek Aisyah ini, maka film
ini tidak akan sukses mencuri perhatian penonton. Karena peran Nenek Aisyah
ini bisa disebut sebagai “orang tengah”, selalu tidak memihak kepada salah
satu pihak23
9. Varissa Camelia sebagai Bu Alya
.
Gambar 10.3.24
Varissa Camelialahir di
Varissa Camelia
Jakarta, 28 Februari1984. Varissa merupakan
seorang aktris berkebangsaan Indonesia keturunan Arab. Dia pertama kali
bermain film layar lebar dalam film Cinta Pertama. Dalam film Rumah Tanpa
Jendela, Varissa berperan sebagai Bu Alya. Bu Alya adalah guru sukarela
yang mengajar di sekolah tempat Rara tinggal. Bu Alya sama sekali tidak
mengharapkan imbalan apapun dari mengajar disana, keringatnya dalam
mengajar pun rela tidak dibayar. Ia hanya ingin agar anak-anak kurang mampu
seperti Rara juga bisa mendapatkan pendidikan. Walaupun dengan
keterbatasan fasilitas, kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut tetap
berjalan.Bu alya hanya satu-satunya pengajar di sekolah itu.Peran bu Alya
23Email Adenin Adlan, Proposal Film Rumah Tanpa Jendela 24 Sumber gambar dari vlcsnap-2013-05-03-13h48m31s250
51
menjadi hidup ketika berkenalan dengan Aldo dan Adam.Sejak saat itu, Bu
Alya menjadi pelindung juga bagi Rara25
10. Maudy Ayunda sebagai Andini
.
Gambar 11.3.26
Ayunda Faza Maudialahir di
Maudy Ayunda
Jakarta, 19 Desember1994. Selain
sebagai seorang penyanyi, Maudy juga mulai bermin film.Debutnya dalam
dunia film tanah air diawali lewat film Untuk Rena yang dibintanginya
bersama Surya Saputra pada tahun 2006. filmSang Pemimpi.Terakhir Maudy
main dalam Film Perahu Kertas 1 dan 2.Dia juga merupakan finalis GADIS
Sampul2009
Andini adalah tokoh dalam flm Rumah Tanpa Jendela yang Ia
mainkan. Andini merupakan anak kedua Bu Ratna.Sejak Aldo terlahir sebagai
penderita Down Syndrome, Andini agak malu dengan keadaan adiknya
itu.Andini tidak mau pacarnya tahu tentang keadaan adiknya.Sedangkan
teman-teman Andini justru semakin membuat Andini tertekan memiliki adik
seperti Aldo.Bahkan, karena terlalu seringnya Andini mengucilkan Aldo, ia
sering ditegur dan dimarahi oleh Adam.
, yang menjadi batu loncatannya dalam dunia hiburan.
25Email Adenin Adlan, Proposal Film Rumah Tanpa Jendela 26Sumber gambar dari http://www.21cineplex.com/data/gallery/pictures/13518303292869_430x625.jpg, diakses pada tanggal 3 Mei 2013
52
Maudy benar-benar mampu melakukan peran sebagai orang yang
antagonis.Padahal, dalam film-film sebelumnya, Maudy selalu mendapatkan
peran protagonis27
11.
.
Ozan Ruz sebagai Adam
Gambar 12.3.28
Mendapatkan informasi tentang Ozan Ruz juga cukup sulit, namun
dalam film ini Ozan berperan sebagai Adam, yaitu kakak dari Aldo.Adam
merupakan remaja laki-laki yang sangat menyukai musik dan sangat sayang
kepada Aldo.Adam juga ikut bersama Aldo ketika menyumbangkan buku-
buku ke sekolahnya Rara.Adam juga ikut peduli kepada anak-anak di
perkampungan kumuh itu, Adam juga berteman dengan mereka.Bahkan,
karena berteman dengan anak-anak itu, Adam pun bertemu dengan Bu
Alya.Mereka berdua lah yang menjadi pembimbing Aldo, Rara dan teman-
temanya
Ozan Ruz
29
27Email Adenin Adlan, Proposal Film Rumah Tanpa Jendela 28 Sumber gambar dari vlcsnap-2013-05-03-13h45m11s50 29Email Adenin Adlan, Proposal Film Rumah Tanpa Jendela
.
53
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Film diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu film cerita, film,
berita, film dokumenter dan film kartun.Film Rumah Tanpa Jendela termasuk
dalam klasifikasi film cerita.Film cerita adalah jenis film yang mengandung
suatu cerita yang lazim dipertunjukan di gedung-gedung bioskop dengan
bintang film tenar dan didistribusikan sebagai barang dagangan
(bisnis)1
Film ini berjudul Rumah Tanpa Jendela dengan mengusung tema
tentang kepedulian.Dalam film ini para pemain berhasil memerankan tokoh
mereka dengan baik.Walaupun kebanyakan pemain di film ini adalah anak
.Cerita yang diangkat menjadi topik film bisa berupa cerita fiktif atau
berdasarkan cerita nyata yang dikemas secara menarik, baik dari jalan
ceritanya maupun dari segi gambarnya.Film cerita merupakan film yang
menyajikan kepada publik sebuah cerita yang harus mengandung unsur-unsur
yang dapat menyentuh rasa manusia.
Di Indonesia, banyak kasus dalam kehidupan nyata yang diselipi di
setiap adegan. Persahabatan beda strata yang tetap bisa bersahabat walaupun
cara hidup mereka berbeda, pendidikan mereka berbeda, pemahaman mereka
tentang hidup juga berbeda. Bersahabat sejak kecil, bahkan bukan hanya
bersahabat dengan yang sebayanya saja tetapi juga dengan
keluarganya.Mereka bisa rukun karena rasa kepedulian, kasih sayang dan rasa
saling menghargai yang tinggi.
1 Elvinaro Ardianto, dkk., Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa rekatama Media, h. 148-149
54
kecil, namun mereka mampu berakting dengan baik.Terutama peran Aldo
yang dimainkan oleh Emir Mahira.Ia sangat menjiwai perannya sebagai anak
penderita Down Syndrome. Begitu juga dengan peran Rara yang dimainkan
oleh Dwi Tasya. Dengan raut wajahnya yang ceria, ia dapat mendalami
karakter Rara yang memang seorang yang optimis akan sebuah impian.
Walaupun di pertengahan film terdapat suatu cerita tentang
kesalahpahaman antara Rara dengan keluarga Aldo terutama Nyonya Ratna,
ibu dari Aldo yang sejak awal memang tidak suka Aldo berteman dengan Rara
seorang anak yang tinggal di perkampungan kumuh bersama para pemulung,
menyangka kalau Rara mencuri kalung kesayangannya. Tapi salah paham itu
tidak berangsung lama, karena akhirnya Ibu Aldo dan keluarga sadar jika
ternyata Rara adalah anak baik-baik.
Film ini menceritakan tentang kepedulian.Dimana anak berbeda strata
sosial mampu bersahabat dengan baik, tulus dan saling menghargai dan
peduli.Banyak konflik yang terjadi, namun pada akhirnya perbedaan strata
sosial memang bukanlah penghalang.
Rumah Tanpa Jendela ini berlatar di Kota Jakarta, banyak adegan yang
diambil di kampung kumuh kawasan Menteng Pulo Jakarta.Tempat rekreasi
The Jungle.Sampai pada pakaian yang digunakan Rara, persis seperti anak
yang hidup serba berkekurangan.Ada juga lokasi perumahan mewah Jakarta
sebagai rumah Aldo.
Hampir setiap adegan dalam film ini menarik, bagian yang menarik
dalam film ini adalah ketika Aldo langsung tertarik dengan suasana di rumah
55
singgah (sekolah pemulung) saat Aldo datang mengunjungi untuk
menyumbangkan beberapa buku miliknya.
Dalam film ini, hanya ada dua tokoh saja yang menjadi pemeran
utamanya, yaitu Aldo dan Rara. Sang Sutradara ingin menampilkan kesan
bahwa rasa kepedulian terhadap sesama itu tidak mengenal usia, walaupun
Aldo dan Rara masih sama-sama belum dewasa tetapi mereka bisa saling
berbagi. Sekalipun memiliki perbedaan strata sosial.Dan film ini
menggambarkan, betapa pentingnya memiliki ‘jendela hati’.
Dalam film ini banyak sekali simbol-simbol yang ditampilkan.Salah
satunya adalah jendela.Jendela dalam arti sebenarnya adalah sebuah benda
yang membantu udara dan cahaya bisa masuk dan keluar pada suatu rumah
atau bangunan.Namun dalam Film “Rumah Tanpa Jendela”, jendela dijadikan
sebuah gambaran, sebagai suatu analogi, perumpamaan-perumpamaan bahwa
betapa bukan cuma rumah yang butuh jendela.Tapi penghuni rumah itu
sebenernya juga harus membuka jendela hati.Seperti sepenggal lirik dalam
soundtrack filmnya, “lihatlah sekitarmu, masih banyak cinta memerlukan
cinta”.2
Dalam penelitian ini, peneliti akan mencoba mendeskripsikan setiap
adegan yang menunjukan kepedulian dalam film dengan menggunakan
Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce. Model Peirce bersifat semiotik
Pada dasarnya, Rumah Tanpa Jendela ingin mengajak semua orang,
untuk bukan cuma memiliki jendela dirumahnya tapi juga memiliki jendela
dihatinya masing-masing.
2Aditya Gumay. Wawancara Langsung. Jum’at, 24 Januari 2014 di Lokasi syuting, Depok.
56
analitis. Peirce menyatakan bahwa semiotik berobjekan tanda dan
menganalisisnya menjadi ide, objek dan makna.Ide dapat dikatakan lambang,
sedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam lambang yang mengacu
kepada objek tertentu.3
1. Scene Satu
Teori segi tiga makna (triangle meaning), yang
dikemukakan Peirce terdiri atas sign (tanda), object (objek), dan interpretant
(interpretan).Dan Peirce membagi tanda ke dalam tiga tipe, yakni ikon, indeks
dan simbol.
Visualisasi: Ikonadalah tanda yang
mengandung kemiripan “rupa”
sebagaimana dapat dikenali oleh para
pemakainya. Pada adegan tersebut
terdapat 4 ikon yaitu Aldo dan Nenek
dengan baju bersih yang bagus dan Si
Mbok serta Rara yang berbaring
dengan baju lusuhnya. Pada gambar
tersebut terihat juga keempat ikon
ada di sebuah ruangan kecil yang
berdindingkan triplek.
Indeks Indeks adalah tanda yang memiliki
keterkaitan fenomenal atau
eksistensial di antara
3Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 100
57
representamendan objeknya. Indeks
pada adegan ini ditampilkan melalui
gambar sosok orang dengan baju
bagus dan bersih identik dengan
orang kaya. Dan baju lusuh identik
dengan orang miskin. Ruangan kecil
yang berdindingkan triplek diartikan
sebagai ketidakmampuan seseorang
untuk memiliki rumah yang layak
apalagi mewah. Ada ikon yang
sedang berbaring menandakan ia
sedang sakit dan tiga ikon lainnya
sedang menjenguk.
Simbol Simbol adalah tanda yang dirancang
untuk menjadikan sumber acuan
melalui kesepakatan atau persetujuan
dalam konteks spesifik. Simbol yang
muncul adalah adanya sikap
kepedulian yang ditunjukan oleh Aldo
dan Nenek kepada Rara yang sedang
sakit. Dari gambar tersebut ada
perbedaan status sosial yang terlihat
dari kondisi pakaian, menunjukan
bahwa seseorang yang memiliki sikap
58
kepedulian, tidak mementingkan
status sosial. Dan menunjukan
kepedulian ternyata tidak perlu cara
yang rumit, kepedulian juga tercermin
dari kegiatan menjenguk orang sakit.
2. Scene Dua
Visualisasi: Ikon adalah tanda yang
mengandung kemiripan “rupa”
sebagaimana dapat dikenali oleh para
pemakainya. Pada adegan tersebut
terlihat Aldo dan Kak Adam
berkunjung ke Sekolah Singgah di
perkampungan kumuh. Dan terlihat
juga anak-anak murid Sekolah
Singgah yang sedang rebutan buku
dari dalam kardus yang dipegang
oleh Bu Guru Alya.
Indeks Indeks adalah tanda yang memiliki
keterkaitan fenomenal atau
eksistensial di antara representamen
dan objeknya. Indeks pada adegan ini
ditampilkan melalui adegan anak
murid Sekolah Singgah yang rebutan
59
mengambil buku yang di bawa Aldo
dan Kak Adam menyiratkan bahwa
mereka antusias dalam menuntut
ilmu, minat baca mereka tinggi.
Sedangkan kardus yang digunakan
Aldo dan Kak Adam untuk membawa
buku menandakan kesederhanaan.
Simbol Simbol adalah tanda yang dirancang
untuk menjadikan sumber acuan
melalui kesepakatan atau persetujuan
dalam konteks spesifik. Simbol yang
muncul adalah berbagi adalah bentuk
kepedulian yang paling sederhana.
Membahagiakan orang lain dan diri
sendiri adalah tujuan dari berbagi.
Tidak peduli, kecil-besar, banyak-
sedikit barang yang dibagikan,
niscaya bisa bermanfaat untuk orang
lain. Dan minat baca anak-anak yang
justru punya keterbatasan biaya dalam
pendidikan justru lebih menyadari
bahwa membaca adalah jendela
dunia.
60
3. Scene Tiga
Visualisasi: Ikon adalah tanda
yang mengandung kemiripan
“rupa” sebagaimana dapat
dikenali oleh para pemakainya.
Pada adegan tersebut terlihat
Raga yang sedang menggenggam
kusen jendela dan seorang laki-
laki yang sedang memegang
pikulan ikan hias.
Indeks Indeks adalah tanda yang memiliki
keterkaitan fenomenal atau eksistensial di
antara representamen dan objeknya.
Indeks pada adegan ini ditampilkan
melalui ekspresi gembira dan penuh
syukur yang terlihat di wajah Raga karena
berhasil mendapatkan kusen jendela untuk
Rara yang ditukar dengan dagangan
ikannya pada tukang loak.
Simbol
Simbol adalah tanda yang dirancang untuk
menjadikan sumber acuan melalui
kesepakatan atau persetujuan dalam
konteks spesifik. Simbol yang muncul
adalah kepedulian yang tinggi justru di
61
perlihatkan oleh tukang loak, orang yang
sama-sama tidak memiliki harta berlebih.
Ia mau menukarkan barangnya dengan
pikulan ikan hias milik Raga.
4. Scene Empat
Visualisasi: Ikon, adalah tanda
yang mengandung kemiripan
“rupa” sebagaimana dapat
dikenali oleh para pemakainya.
Pada adegan tersebut terlihat ada
dua ikon. Ada Si Mbok yang
sedang berbaring dengan selang
infuse dan masker oksigen di
Rumah Sakit. Dan ikon kedua
adalah Rara yang sedang sholat
di samping Si Mbok yang
terbaring. Terlihat juga ada
sebuah Al-Qur’an di meja
samping tempat tidur Si Mbok.
Indeks Indeks adalah tanda yang memiliki
keterkaitan fenomenal atau eksistensial di
antara representamen dan objeknya.
Indeks pada adegan ini ditampilkan
62
melalui Rara yang sedang sholat
menandakan Rara adalah seorang
Muslimah dan sholat adalah salah satu
cara Rara berdoa untuk kesembuhan Si
Mbok. Si Mbok yang berbaring lemas
dengan selang infuse dan masker oksigen
identik sebagai orang yang sedang sakit
dan butuh perawatan juga doa agar bisa
kembali pulih. Al-Qur’an yang ada di
meja samping tempat tidur Si Mbok dapat
diartikan bahwa orang yang menemani
atau menjenguk Si Mbok sering
memperdengarkan lantunan ayat-ayat suci
untuk Si Mbok.
Simbol Simbol adalah tanda yang dirancang untuk
menjadikan sumber acuan melalui
kesepakatan atau persetujuan dalam
konteks spesifik. Simbol yang muncul
adalah berdoa dan selalu menemani adalah
bentuk kepedulian yang paling dasar dan
pasti dilakukan oleh setiap orang saat ada
keluarga yang sedang sakit atau tertimpa
musibah.
63
5. Scene Lima
Visualisasi: Ikon, adalah tanda
yang mengandung kemiripan
“rupa” sebagaimana dapat
dikenali oleh para pemakainya.
Pada adegan tersebut terlihat ada
empat ikon. Si Mbok yang masih
tidak sadarkan diri dengan
masker oksigen di tempat tidur
rumah sakit. Dan tiga ikon
lainnya, yaitu Aldo, Rara dan
Nenek yang setia menemani di
samping Si Mbok.
Indeks Indeks adalah tanda yang memiliki
keterkaitan fenomenal atau eksistensial di
antara representamen dan objeknya.
Indeks pada adegan ini ditampilkan
melalui adegan Aldo dan Nenek yang
setia mendampingi Rara untuk menemani
Si Mbok di rumah sakit menandakan
kepedulian dalam memberikan semangat.
Simbol Simbol adalah tanda yang dirancang
untuk menjadikan sumber acuan melalui
kesepakatan atau persetujuan dalam
64
konteks spesifik. Simbol yang muncul
adalah kepedulian dapat dirasakan dan di
lihat tidak hanya dari sebuah perhatian
dan tindakan yang besar, melainkan juga
tindakan yang kecil, seperti memberikan
semangat dan motivasi serta erus
mendampingi. Perilaku ini merupakan
sikap moral yang menunjukan kepedulian.
6. Scene Enam
Visualisasi: Ikon,adalah
tanda yang mengandung
kemiripan “rupa”
sebagaimana dapat dikenali
oleh para pemakainya. Pada
adegan tersebut terlihat ada
sebuah jari yang sedang
menunjuk pada sebuah
gambar, di gambar tersebut
terlihat ada tiga orang
perempuan dan dua orang
laki-laki. Dan didukung oleh
dialog, “Ini Rara, ini Aldo, ini
Nenek, ini Bi Siti, ini Mas
65
Tarjo”, ungkap Aldo.
“Keluarga lain gak
digambar?”, tanya Guru
Lukis. “Gak ada yang lain,
pada sibuk. Jadi gak Aldo
gambar.” Jawab Aldo.
Indeks Indeks adalah tanda yang memiliki
keterkaitan fenomenal atau eksistensial di
antara representamen dan objeknya. Indeks
pada adegan ini ditampilkan melalui
ungkapan hati Aldo melalui gambarnya. Dari
lima ikon yang Aldo gambar, hanya Nenek
yang merupakan keluarga Aldo. Sedangkan
dialog antara Aldo dan Guru Lukis
menunjukan bahwa Aldo rindu terhadap
perhatian dan kasih sayang dari Orangtua dan
Kakak-kakaknya.
Simbol Simbol adalah tanda yang dirancang untuk
menjadikan sumber acuan melalui
kesepakatan atau persetujuan dalam konteks
spesifik. Simbol yang muncul adalah
luangkanlah waktu untuk keluarga di sela-
sela kesibukan walaupun hanya sekadar
berkumpul, berbagi cerita dan saling
66
memberikan perhatian. Karena kebahagiaan
harta yang kita cari, pada dasarnya semata-
mata adalah untuk kebahagiaan keluarga.
7. Scene Tujuh
Visualisasi: Ikon,adalah
tanda yang mengandung
kemiripan “rupa”
sebagaimana dapat dikenali
oleh para pemakainya. Pada
adegan terakhir ditutup
dengan empat orang anak
yang tersenyum lebar sambil
melompat dan memakai
seragam SD, lengkap
dengan tas sekolah disertai
sebuah kalimat, “Beberapa
anak pemulung di
sekolahkan oleh Ayahnya
Aldo di SD Obama. Dan
teman-teman Rara yang lain
pulang ke kampungnya
masing-masing”.
Indeks Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan
67
fenomenal atau eksistensial di antara
representamen dan objeknya. Indeks pada
adegan ini ditampilkan melalui empat orang
anak yang tersenyum lebar sambil melompat
dengan memakai seragam SD menunjukan
bahwa mereka sangat senang bisa melanjutkan
pendidikan. Apalagi bisa bersekolah di SD
Obama, Presiden Amerika saat ini. Dan
kalimat “Beberapa anak pemulung di
sekolahkan oleh Ayahnya Aldo di SD Obama.
Dan teman-teman Rara yang lain pulang ke
kampungnya masing-masing” menunjukan
Ayahnya Aldo yang suda sadar akan
pentingnya berbagi kepada sesama.
Simbol Simbol adalah tanda yang dirancang untuk
menjadikan sumber acuan melalui kesepakatan
atau persetujuan dalam konteks spesifik.
Simbol yang muncul adalah kebahagiaan yang
sesungguhnya adalah apabila kebahagiaan
yang kita dapat, bisa kita tularkan kepada
orang lain. Sesungguhnya, di dalam harta yang
kita miliki, terselip juga hak-hak mereka,
orang-orang yang kurang beruntung. Oleh
karena itu, sisihkan dan bagikan kepada
68
mereka yang pantas menerimanya.
8. Scene Delapan
Visualisasi: Ikonpada sebuah
adegan ada pada dialog nenek
yang sedang duduk, sambil
berkata pada Bu Aliya dan
Adam, “Seandainya semua
anak didunia ini bisa
memperoleh kebahagian, indah
kali… Kalau kita tak
memberikan hati dan tangan
kita untuk merengkuh mereka,
anak-anak jalanan itu, yatim
piatu pula kayak mana nasib
anak-anak itu”.
Indeks Indeks adalah tanda yang memiliki
keterkaitan fenomenal atau eksistensial di
antara representamen dan objeknya. Indeks
pada adegan ini ditampilkan melalui dialog
Nenek kepada Bu Alya dan Adam. berkata
pada Bu Aliya dan Adam, “Seandainya
semua anak didunia ini bisa memperoleh
kebahagian, indah kali…” dapat diartikan
69
sebagai rasa prihatin Nenek kepada anak-
anak yang kurang beruntung. “Kalau kita
tak memberikan hati dan tangan kita untuk
merengkuh mereka, anak-anak jalanan itu,
yatim piatu pula kayak mana nasib anak-
anak itu” menandakan kesadaran Nenek
akan pentingnya tolong menolong dan
peduli terhadap sesama.
Simbol Simbol adalah tanda yang dirancang untuk
menjadikan sumber acuan melalui
kesepakatan atau persetujuan dalam
konteks spesifik. Simbol yang muncul
adalah sikap peduli kita pada anak-anak
jalanan sangat berarti bagi mereka.
Memiliki kesadaran akan pentingnya peduli
dan berbagi berdampak besar, tidak hanya
bagi lingkungan tetapi juga diri sendiri.
Ada rasa bahagia saat kita bisa saling
peduli dan berbagi.
9. Scene Sembilan
Visualisasi: Ikon pada
sebuah adegan ada pada lirik
lagu yang di nyanyikan oleh
70
anak-anak jalanan “Jendela,
bukan cuma rumah yang perlu
jendela. Tapi juga jendela
disetiap hati kita. Tempat kita
membuka rasa.Agar jiwa,
peka senantiasa. Adakah
jendela dihatimu? Buka
jendelamu, bukalah
hatimu…Lihatlah
disekitarmu, masih banyak
kita, memerlukan cinta”.
Indeks Indeks adalah tanda yang memiliki
keterkaitan fenomenal atau eksistensial di
antara representamen dan objeknya. Indeks
pada adegan ini ditampilkan melalui sebuah
penggalan lirik lagu yang di nyanyikan oleh
Rara dan teman-temannya sesama anak
jalanan. “Bukan cuma rumah yang perlu
jendela. Tapi juga jendela disetiap hati kita.
Tempat kita membuka rasa. Agar jiwa, peka
senantiasa” dapat diartikan sebagai isi hati
para anak jalanan yang merasa di kecilkan
oleh orang-orang yang memiliki rumah
mewah dengan jendela di rumahnya.
71
“Adakah jendela dihatimu?” menandakan
ketidakyakinan para anak jalanan pada orang
sekitar yang sekarang sudah kurang peka
terhadap lingkungan dan lebih sering
memperhatikan diri sendiri saja. “Buka
jendelamu, bukalah hatimu…Lihatlah
disekitarmu, masih banyak kita, memerlukan
cinta” adalah sebuah ajakan untuk membuka
jendela hati, untuk senantiasa lebih peka dan
peduli pada sesama. Karena kepedulian
yang di terima oleh orang-orang yang kurang
beruntung sangat besar artinya bagi mereka.
Simbol Simbol adalah tanda yang dirancang untuk
menjadikan sumber acuan melalui
kesepakatan atau persetujuan dalam konteks
spesifik. Simbol yang muncul adalah sikap
ungkapan hati para anak jalanan yang ingin
protes terhadap orang disekitarnya yang
sekarang tidak lagi peka.
A. Interpretasi
Dalam perkembangannya, film menjadi salah satu media yang efektif
untuk menyampaikan pesan. Sedangkan dakwah sangat erat kaitannya dengan
pesan yangakan disampaikan. Dakwah memiliki beberapa unsur, yang salah
72
satunya adalah metode dan media dakwah. Dan dakwah dapat dilakukan
dengan beberapa cara atau metode termasuk juga media yang digunakan.
Dakwah bisa dengan kekuasaan (bil-Quwah), dengan lisan (bil-Lisan), tulisan
(bil-Qalam), perbuatan (bil-Hal), dengan menggunakan media massa baik
cetak maupun elektronik, tergantung pada selera, kemampuan dan kebutuhan
akan suksesnya kegiatan dakwah itu sendiri.
Dalam berdakwah, agar pesan dapat tersampaikan dengan baik,
hendaknya bila dapat mengikuti kemajuan teknologi dan memahami arus
globalisasi yang kemudian dimasukkan nilai-nilai Islami.Kata kunci untuk
mengantisipasi perubahan kini dan mendatang adalah informasi dan ilmu
pengetahuan.Pada era globalisasi sekarang ini, tentu banyak yang harus
dibenahi tentang aktivitas dakwah, termasuk penggunaan berbagai dimensi
untuk keperluan dakwah.Salah satunya dengan media mutakhir seperti film.4
Dakwah melalui film akan lebih mudah diterima karena media yang
digunakan adalah media audiovisual. Di samping secara verbal, pesan dakwah
juga didukung oleh visualisasi gambar yang memiliki efek yang sangat
kuat.Film merupakan karya seni peran yang bersifat imajinatif untuk
menggambarkan suatu objek atau sebuah realitas khidupan dan mnegandung
misi atau tujuan tertentu ari pihak yang memproduksi.
5
Seperti halnya Film Rumah Tanpa Jendela ini, menggugah
perasaan setiap orang yang menontonnya agar senantiasa ingin berbagi, peduli
dan selalu bersyukur.Sikap peduli adalah sikap untuk membantu mereka yang
4Samsul Munir Amin, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta: Amzah, 2008), h.
xii 5Zaenal Arifin, Dakwah Melalui Film dan Sinetron, h. 93-94
73
lemah, miskin, membantu mengatasi penderitaan, dan kesulitan yang dihadapi
orang lain. Orang-orang peduli adalah orang-orang yang tidak bisa tinggal
diam menyaksikan penderitaan orang lain. Dalam Islam sendiri disebutkan
bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang harus menjalin hubungan
sosial di masyarakat.
Dalam Islam, wujud berbagi itu bermacam-macam. Bisa berupa
sedekah dan zakat atau berbagi dan peduli dengan cara lainnya. Berbagi harus
dilandasi dengan keikhlasan untuk membantu orang lain yang membutuhkan.
Jangan sampai melakukan riya dan hanya ingin dilihat orang lain.
Dalam Film Rumah Tanpa Jendela, sikap peduli ditunjukan oleh Aldo
dan Rara yang saling bantu-membant dalam segala hal. Seperti saat Aldo
memberikan buku-buku ke sekolah singgah, tempat Rara dan anak jalanan
lainnya belajar.Atau seperti Raga yang bekerja keras mendapatkan kusen
jendela untuk mewujudkan keinginan Rara yang ingin memiliki jendela di
rumahnya.
Dari sekian banyak adegan yang Peneliti analisis menggunakan ikon,
indeks dan simbol terdapat pesan yang bisa diambil, bahwa memiliki jendela
memang penting.Baik itu jendea di rumah, maupun jendela di hati masing-
masing.Memiliki jendela yang besar di rumah mewah, tidak menjamin
seseorang memiliki jendela hati.Karena pada dasarnya, jendela hati lah yang
membuat kita bisa lebih peka dan bisa lebih peduli terhadap lingkungan
sekitar.
74
B. Kepedulian dalam Film Rumah Tanpa Jendela ditinjau dari teori segi
tiga makna (triangle meaning) Charles Sanders Peirce.
Teori segi tiga makna (triangle meaning) meninjau persoalan
bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang
pada waktu berkomunikasi.Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa
tanda terdiri dari tiga tipe, yaitu ikon, indeks dan simbol.
Kepedulian dalam Film Rumah Tanpa Jendela muncul lewat analisis
melalui ikon, indeks dan simbol tersebut.Ikon dalam film ini adalah visualisasi
yang ada pada setiap scenenya.Terutama adegan sosok Rara dan Aldo serta
anak-anak jalanan.Dan dialog-dialog yang dilakukan Rara dan Aldo terlihat di
setiap scene menjadi indeks bahwa mereka saling peduli satu sama lain.
Dialog yang ada dalam film menimbulkan simbol-simbol tertentu. Setiap
akting Rara dan Aldo menjadi simbol kepedulian terhadap sesama yang
hendaknya dilakukan oleh setiap makhluk yang memiliki jendela hati.Jendela
menjadi simbol bahwa manusia lebih memerlukan jendela pada hati mereka
daripada jendela dirumah masing-masing.Jendela tempat dimana kita bisa
melihat keadaan sekitar dan lebih peka terhadap lingkungan.Bisa saling
menghargai dan dihargai.
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Analisis pada ikon, indeks dan simbol yang ada dalam Film Rumah
Tanpa Jendela, menghasilkan pesan simbolik bahwa setiap manusia
harus memiliki jendela, tidak hanya dirumahny anamun juga jendela
dihatinya untuk melihat dan lebih peka terhadap lingkungan sekitar.
2. Kepedulian ditinjau dari teori segitiga makna Charles Sanders Peirce
dalam Film Rumah Tanpa Jendela, dapat di jelaskan dengan tiga
macam tanda yaitu ikon, indeks dan simbol.
a. Ikon dalam film ini adalah visualisasi yang ada pada setiap
scenenya. Terutama adegan sosok Rara dan Aldo serta anak-anak
jalanan.
b. Dialog-dialog yang dilakukan Rara dan Aldo terlihat di setiap
scene menjadi indeks bahwa mereka saling peduli. Dialog yang ada
dalam film menimbulkan simbol-simbol tertentu.
c. Setiap acting Rara dan Aldo menjadi simbol kepedulian terhadap
sesame yang hendaknya dilakukan oleh setiap makhluk yang
memiliki jendela hati. Jendela menjadi symbol bahwa manusia
lebih memerlukan jendela pada hati mereka dari pada jendela
dirumah masing-masing.
77
B. Saran
1. Adegan demi adegan dalam film hendaknya dibuat lebih detail agar
pesan simbolik yang ingin disampaikan oleh Sutradara bisa diterima
dengan baik oleh masyarakat dan bisa di aplikasikan dalam kehidupan
nyata. Serta menjadikan film sebagai media dakwah untuk
menyampaikan nilai-nilai kebaikan.
2. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan lebih banyak lagi penelitian
menggunakan analisis semiotika. Bukan hanya dilihat dari teori
Charles Sanders Peirce saja, melainkan dengan teori-teori yang lain
agar semakin banyak kajian penelitian semiotika tentang film.
78
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir.Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, Jakarta: Amzah, 2008.
Anwar, Chairil. Islam dan Tantangan Kemanusiaan Abad XXI, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.
Ardianto, Elvinaro, dkk. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, (2007).
Arifin, Zaenal. Dakwah Melalui Film dan Sinetron, Yogyakarta: STAIN Purwokerto Press dan Unggun Religi, (2006)
Baksin, Askurifai. Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006.
Bayhaki, Akhmad. “Analisis Semiotik Film Animasi Upin dan Ipin”, Skripsi S1 (Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009)
Budiman, Kris.“Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonitas”, Yogyakarta: Jalasutra, 2011.
Danesi, Marcel.Pengantar Memahami: Semiotika Media, Yogyakarta: Jalasutra, 2010.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, (2003)
Ibrahim, H. Darsono. Pemahaman Al-Qur’an dan Hadist, Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009.
J. Waluyo, Herlina Herman & Eko, Nugraheni.“Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia: Kajian Sosiologi Sastra, Resepsi Pembaca dan Nilai Pendidikan”, Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra (Pascasarjana UNS, 2013)
Nasuhi dkk, Hamid. CeQDA (Center for Quality Development an Assurance), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. Cet, pertama
79
Prof. Dr. Hamidi, M.Si, Metode Penelitian dan Teori Komunikasi: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian, (Malang: UMM Press, 2010)
Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006)
Susanti, Kusumaning Dwi. “Analisis Struktural Dan Kajian Religiusitas Tokoh Dalam Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia”, Jurnal Skripsi (Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, Semarang, 2013)
Tim Peneliti Fakultas Psikologi UI, Psikologi Sosial, Jakarta: Salemba Humanika, 2011.
Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011
Sumber lain:
Aditya Gumay. Wawancara Langsung. Jum’at, 24 Januari 2014 di Lokasi syuting,
Depok.
Email Adenin Adlan, Proposal Film Rumah Tanpa Jendela, tanggal 26 September
2014, 3:48 PM.
http://dimas-p-a-fib11.web.unair.ac.id/artikel_detail-104726-EtikadanKepribadian-
KepedulianSosial.html, diakses pada tanggal 11 Januari 2015
http://edukasi.kompasiana.com/2012/12/19/peduli-sesama-sebagai-bentuk-keimanan-
517421.html, diakses pada tanggal 10 Februari 2013
http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-r017-11-253275_rumah-tanpa-jendela/award,
diakses pada tanggal 8 Februari 2013
http://id.shvoong.com/humanities/film-and-theater-studies/2280708-pengertian-film-
dan sejarahnya/#ixzz2QKcec3sd, diakses pada tanggal 13 april 2013
http://kbbi.web.id/peduli, diakses pada tanggal 11 Januari 2015
80
http://oase.kompas.com/read/2010/08/24/01134533/Peduli.Adalah, diakses pada
tanggal 12 Juni 2013
http://www.depok.go.id/en/29/07/2010/01-berita-depok/kepedulian-terhadap-anak-
jalanan, diakses pada tanggal 12 Juni 2013
http://www.kajianpustaka.com/2012/10/pengertian-sejarah-dan-unsur-unsur-
film.html#.UWkg5meDmSo, diakses pada tanggal 13 April 2013
http://www.kapanlagi.com/showbiz/film/indonesia/terbaik-piala-citra-2011-emir-
mahira-tumbangkan-senior.html, diakses pada tanggal 10 Mei 2013
http://www.w-islam.com/2012/11/314/islam-itu-peduli-sesama/, diakses pada tanggal
8 Februari 2013
Sumber gambar dari http://data.tribunnews.com/foto/bank/images/emir-mahira-
salim.jpg, diakses pada tanggal 11 Juni 2013
Sumber gambar dari http://img.lensaindonesia.com/thumb/350-630-1/uploads--1--
2013--03--93115-raffi-ahmad-cs-ngadu-ke-dpr.jpg, diakses pada tanggal 11
Juni 2013
Sumber gambar dari http://pixabay.com/en/sign-one-symbol-signs-symbols-26528/,
diakses pada tanggal 15 Mei 2013
Sumber gambar dari
http://sdmuhcc.net/elearning/mod/forum/discuss.php?d=2088&parent=2513,
diakses pada tanggal 15 Mei 2013
Sumber gambar dari
http://www.indonesianfilmcenter.com/images/gallery/Aditya%20Gumay2.JP
G, diakses pada tanggal 1 Mei 2013.
Sumber gambar dari vlcsnap-2013-05-03-13h43m49s242
Sumber gambar dari vlcsnap-2013-05-03-13h45m11s50
Sumber gambar dari vlcsnap-2013-05-03-13h48m31s250
81
Lampiran 1
Poster Film Rumah Tanpa Jendela
81
82
Lampiran 4
Surat Penelitian Skripsi
83
Lampiran 3
Foto bersama Aditya Gumay dan Adenin Adlan (Sutradara dan Produser Rumah Tanpa Jendela)