58635524-Miliaria

6

Click here to load reader

description

dsa

Transcript of 58635524-Miliaria

  • Miliaria

    1. DefinisiKelainan kulit (dermatitis) yang muncul akibat tersumbatnya saluran kelenjar keringat ekrin, ditandai dengan adanya vesikel milier.

    2. SinonimBiang keringat, keringat buntet, liken tropikus, prickle heat.

    3. EtiologiBiasanya timbul akibat udara panas/lembab, atau karena pengaruh pakaian yang tidak menyerap keringat, tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat oleh bakteri yang menimbulkan peradangan dan edema akibat keringat yang keluar dan diabsorbsi oleh epidermis atau dermis.

    4. PrevalensiDapat timbul pada semua umur, pria dan wanita memiliki frekuensi yang sama, tidak berpengaruh terhadap bangsa/ras tertentu, cenderung pada daerah yang panas dan kelembapan tinggi.

    5. PatofisiologiPanas, lembab berlebihan

    Keringat berlebih

    Oklusi (pemblokan) permukaan kulit karena pakaian, perban, dll.

    Keringat tertahan di stratum korneum

    Duktus kelenjar keringat ekrin tersumbat

    Jika persisten, akan terjadi kebocoran keringat di epidermis/dermis dari duktus

    Miliaria kristalina Miliaria Rubra Miliaria Profunda

    Kebocoran di S. korneum di subcorneal di papilla dermis

  • 6. Klasifikasi

    a. Miliaria KristalinaKebocoran keringat terjadi pada tingkat stratum korneum.

    - Gejala klinis : Terlihat vesikel-vesikel berukuran 1-2mm, menyerupai titik-titik embun. Vesikel bergerombol tanpa tanda radang pada bagian-bagian yang tertutupin pakaian. Umumnya asimtomatis.

    - Pada pemeriksaan histopatologi : terlihat gelembung intra/subkorneal.- Pengobatan : tidak diperlukan, cukup dengan menghindari panas yang berlebihan,

    mengisahakan ventilasi yang baik, pakaian tipis dan menyerap keringat.

    Gambar 1 : miliaria kristalina

    b. Miliaria rubraKebocoran keringat pada tingkat subcorneal (dibawah stratum korneum tetapi masih dalam lapisan epidermis).

    - Gejala klinis : Terlihat papul merah atau papul vesicular ekstrafolikular yang sangat gatal dan pedih. Mudah terinfeksi sekunder menjadi impetigo dan furunkulosis, terutama pada anak. Miliaria jenis ini terdapat pada orang yang tidak biasa pada daerah tropik.

    - Patogenesis terdapat dua pendapat, yaitu;o Banyaknya keringat dan perubahan kualitatif karena adanya sumbatan

    keratin pada muara kelenjar keringat ekrin dan perforasi (lubang) sekunder pada bendungan keringat di epidermis.

    o Kadar garam yang tinggi pada kulit menyebabkan spongiosis dan terjadi pada muara kelenjar keringat.

    Stafilokokus diduga juga mempunyai peranan.- Pemeriksaan Histopatologi : gelembung terjadi pada stratum spinosum sehingga

    menyebabkan peradangan pada kulit.- Terapi : pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat. Dapat diberikan bedak

    salisil 2% yang dibubuhi menthol -2%.

  • Gambar 2 : miliaria rubra

    c. Miliaria ProfundaKebocoran keringat terjadi pada papilla dermis. Agak jarang kecuali di daerah tropis. Biasanya timbul setelah miliaria rubra.

    - Gejala klinis : Papul putih, keras, berukuran 1-3mm. Tidak gatal dan tidak terdapat eritema.

    - Pemeriksaan Histopatologi : tampak duktus kelenjar keringat ekrin yang pecah pada dermis bagian atas (papilla dermis) dengan atau tanpa infiltrasi sel radang.

    - Terapi : menghindari panas dan kelembapan berlebihan, mengusahakan regulasi suhu yang baik dan pakaian yang tipis. Dapat diberikan losio calamine dengan atau tanpa menthol 0,25%, dapat pula resorsin 3% dalam alkohol.

    Gambar 3 : miliaria profunda

    7. Diagnosa - Anamnesa- Pemeriksaan Fisik - Pemeriksaan dermatologi :

  • o Lokalisasi : dapat terjadi pada anggota badan dan bagian tubuh lain seperti wajah, leher, kulit kepala, dan badan.

    o Efloresensi : M. kristalina : tampak vesikel diameter

  • Patogenesis

    Infeksi kandida dapat terjadi, apabila ada faktor predisposisi baik endogen maupun eksogen. Faktor endogen meliputi perubahan fisiologik, umur,dan imunologik.

    Perubahan fisiologik seperti kehamilan (karena perubahan pH dalam vagina); kegemukan (karena banyak keringat); debilitas; latrogenik; endokrinopati (gangguan gula darah kulit); penyakit kronik seperti: tuberkulosis, lupus eritematosus dengan keadaan umum yang buruk.

    Umur contohnya: orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status imunologiknya tidak sempurna. Imunologik contohnya penyakit genetik.

    Faktor eksogen meliputi: iklim, panas, dan kelembaban menyebabkan respirasi meningkat, kebersihan kulit, kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan maserasi dan memudahkan masuknya jamur, dan kontak dengan penderita misalnya pada thrush, dan balanopostitis.

    Gejala klinis (Kandidosis intertriginosa)Kandidosis Intertriginosa dapat didefinisikan sebagai penyakit jamur yang ditandai dengan lesi di daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosa. Biasanya pada kandidiasis intertriginosa, lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah yang erosif, dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer.

    Kandidosis Intertriginosa merupakan bentuk tersering dari Kandidiasis kulit. Daerah lipatan kulit merupakan lingkungan ideal bagi pertumbuhan Kandida karena lembab dan tertutup.

    Pembantu diagnosisDapat dibagi menjadi pemeriksaan langsung dan pemeriksaan biakan. Pemeriksaan langsung: kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10% atau dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu.

    Pemeriksaan biakan: bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dektrosa glukosa Sabouraud, dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol) untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu 37C, koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like colony. Identifikasi Candida albicans dilakukan dengan membiakkan tumbuhan tersebut pada corn meal agar.

    Diagnosis BandingDapat dibagi berdasarkan tempatnya yaitu kandidiasis kutis lokalisata, kandidiasis kuku, dan kandidiasis vulvovaginitis.

  • Kandidiasis kutis lokalisata dengan: 1). eritrasma: lesi di lipatan, lesi lebih merah, batas tegas, kering tidak ada satelit, pemeriksaan dengan sinar Wood positif, 2).dermatitis intertriginosa, 3). dermatofitosis (tinea).

    TerapiDengan cara menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi, topikal, dan sistemik. Topikal meliputi:1). larutan ungu gentian -1% untuk selaput lendir, 1-2% untuk kulit, dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari2). nistatin: berupa krim, salap, emulsi3). amfoterisin B4). grup azol antara lain: Mikonazol 2% berupa krim atau bedak, Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim, Tiokonazol, bufonazol, isokonazol, Siklopiroksolamin 1% larutan, krim, Antimikotik yang lain yang berspektrum luas.Sistemik meliputi: 1). Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam saluran cerna, obat ini tidak diserap oleh usus, 2). Amfoterisin B diberikan intravena untuk kandidiasis sistemik, 3). Untuk kandidiasis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500 mg per vaginam dosis tunggal, sistemik dapat diberikan ketokonazol 2 x 200 mg selama 5 hari atau dengan itrakonazol 2 x 200 mg dosis tunggal atau dengan flukonazol 150 mg dosis tunggal, 4). Itrakonazol: bila dipakai untuk kandidiasis vulvovaginalis dosis untuk orang dewasa 2 x 100 mg sehari, selama 3 hari.

    Beberapa terapi non-obat tampaknya membantu. Terapi tersebut belum diteliti dengan hati-hati untuk membuktikan hasilnya, seperti: 1). mengurangi penggunaan gula, 2). minum teh Pau dArco. Ini dibuat dari kulit pohon Amerika Selatan, 3). memakai bawang putih mentah atau suplemen bawang putih. Bawang putih diketahui mempunyai efek anti-jamur dan antibakteri. Namun bawang putih dapat mengganggu obat protease inhibitor, 4). kumur dengan minyak pohon teh (tea tree oil) dapat dilarutkan dengan air, 5). memakai kapsul laktobasilus (asidofilus).

    Fitria Dewi Nur 0910.211.109Referensi : - Kulkel UI- Saripati kulit- www.emedicine.medscape.com : eMedicine Specialties > Dermatology > Diseases

    of the Adnexa

    MiliariaAuthor: Nikki A Levin, MD, PhD, Associate Professor of Medicine, Division of Dermatology, University of Massachusetts Medical School

    - Kulkel UI- Saripati kulit- www.emedicine.medscape.com : eMedicine Specialties>Dermatology>Diseases of the AdnexaMiliaria