Post on 11-Feb-2020
[Type here]
PROPOSAL PENELITIAN GAMBUT
Regenerasi Hutan Gambut pada Kawasan Lahan Gambut yang Telah
Terbakar di Desa Pasir, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat
TIM PENGUSUL
Bela Maulidia (D1051161036)
Theresia Iga Ayu M.O.V (D1051161008)
Vera Maulidia (D1051161020)
Fakultas Teknik
Universitas Tanjungpura
Tahun 2019
[Type here]
[Type here]
Deskripsi Penelitian
Topik yang dipilih
Pemulihan Lahan Gambut Terdegradasi
Judul
Regenerasi Hutan Gambut pada Kawasan Lahan Gambut yang Telah Terbakar di Kabupaten
Mempawah, Kalimantan Barat
Latar Belakang
Hutan rawa gambut di Kalimantan dieksploitasi sejak adanya konsesi hak penguasaan
hutan (HPH) di areal hutan rawa gambut. Selama dua dasawarsa terakhir (1990-2010), luas
area rawa gambut di Kalimantan mengalami penurunan yang sangat drastis. Berdasarkan
citra satelit, luas areal rawa gambut di Kalimantan pada tahun 1990 adalah 4,93 juta ha,
namun pada tahun 2010 luas areal rawa gambut di Kalimantan dilaporkan turun menjadi 2,18
juta ha (Miettinen et al., 2012) atau mengalami penurunan sebesar 2,9% per tahun selama 20
tahun. Rusaknya hutan rawa gambut dan perubahan hutan menjadi perkebunan dan areal
pertanian tidak hanya menyebabkan kerusakan ekosistem, tetapi juga menyebabkan
hilangnya keanekaragaman jenis hayati, penurunan cadangan karbon, dan peningkatan emisi
gas rumah kaca ke atmosfer. Hutan rawa gambut yang diubah menjadi perkebunan kelapa
sawit menurunkan keanekaragaman jenis di Kalimantan sebesar 1%, atau setara dengan
hilangnya empat spesies burung. Perubahan lahan juga berkontribusi terhadap hilangnya 140
juta ton cadangan karbon dan melepaskan emisi rata-rata hingga 4,6 juta ton CO2 per tahun
dari oksidasi gambut (Koh et al., 2011).
Kebakaran lahan gambut di Kalimantan Barat terjadi sejak bertahun-tahun yang lalu,
hingga saat ini kebakaran tersebut masih sering terjadi disetiap musim kemarau. Kondisi ini
dapat dilihat dari data Kementerian Lingkungan Hidup bahwa tahun 2014, Provinsi
Kalimantan Barat mengalami peningkatan kasus kebakaran lahan yang besar, mencapai 270
titik api yang tersebar di beberapa kabupaten (KLH, 2014). Kebakaran lahan yang
menyebabkan bencana asap tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berdasarkan data
BNPB (2013) kebakaran disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu kondisi iklim dan aktivitas
manusia dalam pengelolaan lahan. Persentase yang berasal dari kegiatan manusia sebanyak
99%, baik disengaja maupun karena unsur kelalaian. Kebakaran lahan yang terjadi akibat
pengaruh iklim hanya terjadi sebagian kecil (Qodriyatun, 2014).
Provinsi Kalimantan Barat, khususnya Kabupaten Mempawah mengalami kebakaran
lahan gambut besar pada tahun 2018. Puluhan hektar lahan gambut di Desa Pasir, Dusun
Sebukit Rama, Kecamatan Mempawah Hilir ludes dilalap api. Fakta di lapangan menunjukkan
kebakaran yang terjadi hampir setiap tahun dengan luasan yang selalu bertambah
[Type here]
merupakan kenyataan bahwa gambut tidak lagi dalam kondisi alaminya atau sudah
mengalami kerusakan. Oleh karena itu, penelitian keragaman jenis hutan rawa gambut perlu
dilakukan untuk mengetahui kapasitas regenerasi dan suksesi alami hutan rawa gambut, tipe
penyebar benih masing-masing jenis tumbuhan yang dapat menentukan kemiripan jenis
vegetasi.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana komposisi dan keragaman jenis vegetasi hutan rawa gambut di Desa Pasir?
2. Bagaimana terjadinya regenerasi dan tingkat kemiripan jenis di hutan rawa gambut
dengan sejarah kebakaran dan tipe tutupan lahan yang berbeda?
3. Bagaimana pengaruh regenerasi alami hutan rawa gambut yang telah terbakar dengan
kualitas air?
4. Bagaimana pengaruh regenerasi alami hutan rawa gambut yang telah terbakar dengan
kualitas tanah?
Tujuan Penelitian
1. Mengkaji informasi tentang komposisi dan keragaman jenis vegetasi hutan rawa gambut
di Desa Pasir.
2. Mengetahui regenerasi dan tingkat kemiripan jenis di hutan rawa gambut dengan sejarah
kebakaran dan tipe tutupan lahan yang berbeda.
3. Menganalisis pengaruh regenerasi alami hutan rawa gambut yang telah terbakar dengan
kualitas air.
4. Menganalisis pengaruh regenerasi alami hutan rawa gambut yang telah terbakar dengan
kualitas tanah.
Temuan Baru Penelitian
Penelitian ini merupakan kombinasi dari beberapa penelitian tentang gambut dan
mangrove. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis pengaruh regenerasi lahan gambut
yang telah terbakar terhadap faktor abiotik. Sehingga diharapkan dapat menjadi salah satu
bahan pertimbangan dalam menyusun strategi restorasi pengelolaan lahan gambut
khususnya pada kawasan lahan gambut yang telah mengalami proses regenerasi.
Metodologi
A. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada kawasan lahan gambut di Kabupaten Mempawah, Kalimantan
Barat. Areal pengamatan regenerasi berupa lahan bekas kebakaran lahan gambut. Sebagian
kawasan telah mengalami regenerasi secara alami dominan oleh asli di Kawasan tersebut.
Pengumpulan data terkait penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April – Juni tahun
2019.
B. Alat dan Bahan
[Type here]
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pita meter, GPS (Global
Positioning System), kertas label, alat tulis, tally sheet, tali rafia dan botol sampel.
C. Langkah Kerja
a). Struktur dan Komposisi Hutan Gambut
Metode yang digunakan untuk menentukan stasiun dalam penelitian ini adalah
metode purposive sampling (Palys, 2008). Setiap stasiun ditentukan transek secara tegak
lurus dari laut ke darat sehingga terdapat 2 sub stasiun. Masing-masing sub stasiun dibagi
menjadi 3 plot sebagai ulangan. Digunakan tali rafia yang telah di tentukan ukurannya (10
m x 10 m), tali rafia ukuran ini digunakan untuk menentukan luas areal pengamatan, yaitu
10x10 m2.
Dalam plot 10x10 m2, diamati dan dicatat parameter pertumbuhan dengan
pengukuran langsung (metode allometrik). Pengukuran meliputi: tinggi akar, lebar dan
panjang tajuk, tinggi tajuk, tinggi pohon dan tinggi total dan diameter batang kategori pohon,
dimana ukuran vegetasi tersebut adalah tinggi >1,5 m, diameter >10 cm. Pengamatan jumlah
dan jenis anakan mangrove ditentukan menggunakan plot berukuran 5x5 m2, dengan
katagori anakan adalah tinggi 1,5 m, diameter <10 cm. Pada plot 5x5 m2, di tentukan plot
berukuran 1x1 m2 untuk mengamati jumlah dan jenis semai dengan katagori pohon tinggi
<1,5 m. Sampel yang sudah diambil di lapangan, kemudian diidentifikasi jenisnya. Identifikasi
jenis dilakukan dengan menggunakan buku identifikasi jenis tanaman.
b). Pengukuran Kualitas Tanah
Sampel tanah diambil dari lima titik petak pengamatan, yaitu di setiap ujung petak
dan tengah petak pengamatan dengan kedalaman 0-30 cm dan 31–60 cm, selanjutnya
setiap sampel dikomposit pada setiap kedalaman. Sampel tanah kemudian dianalisis di
Laboratorium Badan Riset dan Standarisasi Industri Pontianak.
c). Pengukuran Kualitas Air
Sampel air diambil dari lokasi petak pengamatan sebanyak 200 ml. Sampel air
selanjutnya dianalisis kadar salinitas dan kadar oksigen terlarut di Laboratorium Badan
Riset dan Standarisasi Industri Pontianak.
Luaran Publikasi
Penelitian ini akan dipublikasi dalam bentuk jurnal penelitian yang dapat digunakan untuk
menambah wawasan ilmu pengetahuan.
[Type here]
Pustaka
Andriesse, J.P. 1992. Constrains and Oppurtinities for Alternative Use Options of Tropical
Peatland. Proc. Of int. Symp. On Tropical Peatland, Kuching, Sarawak, Malaysia,
6-10 May 1991.Hlm 1-6
Hardjowigeno, S. 1986. Genesis dan Klasifikasi Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian
IPB: Bogor
Koh, L.P., Miettinen, J., Liew, S.C., & Ghazoul, J. (2011). Remotely sensed evidence of
tropical peatland conversion to oil palm (PNAS Early edition)..
Miettinen, J., Shi, C., & Liew, S.C. (2012). Two decades of destruction in Southeast Asia’s
peat swamp forests. Frontiers in Ecology and the Environments 10, 124-128. doi:
10.1890/100236.
Noor M. 2001. Pertanian Lahan Gambut. Potensi dan Kendala. Kanisius. Yogyakarta.
Qodriyatun, S. N. 2014. Kebijakan Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan.
Prosiding Info Singkat Kesejahteraan Sosial. Peneliti Madya bidang Kebijakan
Lingkungan pada Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen
DPR RI. 6(6): 9-12.
Soil Survey Staff. 1999. Kunci Taksonomi Tanah . Edisi Kedua Bahasa Indonesia, 1999.
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengenbangan
Pertanian.
White, Gerald L.et al. 2003. The Analysis and Use of Financial Statement, Third Edition. USA:
John Wiley & Sons, Inc.
[Type here]
Rencana Anggaran Belanja (RAB)
No. Deskripsi Persentase Jumlah (Rp) 1 Pita Meter 50 m 98.000,00
2 Tali Tambang 5 mm 114.000,00
3 Penyewaan GPS 900.000,00
4 Kantong Plastik 10.000,00
5 Tali Rafia 12.000,00
6 Gunting Stek 78.500,00
7 Amplop Kertas 5.000,00
8 Spidol Kertas 9.000,00
9 Isolasi 15.000,00
10 ATK 30.000,00
11 Kertas A4 52.000,00
12 Kertas Label 5.000,00
13 Transportasi 500.000,00
14 Pengujian Parameter 4.500.000
Total 6.328.500,00
Rincian RAB
Belanja Habis Pakai
Deskripsi Justifikasi Pemakaian
Kuantitas Harga Satuan (Rp)
Biaya (Rp)
Pita Meter 50 m 1 buah 1 buah 98.000 98.000 Tali Tambang 5 mm
1 buah 1 buah 114.000 114.000
Kantong Plastik 1 buah 1 buah 10.000 10.000 Tali Rafia 1 buah 1 buah 12.000 12.000 Gunting Stek 1 buah 1 buah 78.500 78.500 Amplop Kertas 5 buah 5 buah 1.000 5.000 Spidol Kertas 1 buah 1 buah 9.000 9.000 Isolasi 1 buah 1 buah 15.000 15.000 Kertas A4 1 rim 1 rim 52.000 52.000 Kertas Label 1 buah 1 buah 5.000 5.000
SUB TOTAL 398.500,00
Biaya Operasional Lain (0-20%)
Deskripsi Justifikasi Pemakaian
Kuantitas Harga Satuan (Rp)
Biaya (Rp)
ATK 1 buah 1 buah 30.000 30.000,00 Transportasi 5 hari 5 hari 100.000 500.000,00 Pengujian Parameter
3 paket 3 paket 1.500.000,00 4.500.000,00
Penyewaan GPS
10 hari 10 hari 90.000,00 900.000,00
SUB TOTAL 5.930.000,00
TOTAL ANGGARAN 6.328.500,00
[Type here]
[Type here]
[Type here]
[Type here]