BAB 2
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Kerangka Teori dan Literatur
2.1.1. Grand Theory
Grand Theory adalah percobaan setiap teori dari penjelasan
keseluruhan kehidupan social, pengalaman manusia atau sejarah. Ini
berlawanan dengan positivisme, empirisme atau pandangan bahwa
pengertian hanya dilakukan dengan mempelajari fakta-fakta, masyarakat
dan fenomena. (Skinner, 1990).
Grand Theory yang melandasi penelitian ini adalah Signaling
Theory. Signaling Theory adalah suatu tindakan manajemen dalam
pemberian petunjuk terhadap investor tentang bagaimana manajemen
memandang prospek perusahaan. (Brighanm, 2006:185). Perusahaan
dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari
penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan
dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan hutang. Signaling Theory
mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan
memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa
informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk
merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau
informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik
daripada perusahaan lain. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian
sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi.
Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka
menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba
yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan
melakukan tindakan membesar besarkan laba dan membantu pengguna
laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang berkualitas.
2.1.2. Laporan Keuangan
Hasil akhir dari sebuah proses akuntansi yang dapat digunakan oleh
pihak internal atau pihak eksternal adalah laporan keuangan. Laporan
yang menunjukkan kondisi keuangan suatu perusahaan dalam suatu
periode adalah laporan keuangan. (Kasmir, 2013 : 7)
Ikatan Akuntansi Indonesia menjelaskan dalam Standar Akuntansi
Keuangan 2015, laporan keuangan yang utama terdiri dari :
a. Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan suatu
perusahaan pada periode/tanggal tertentu.
b. Perhitungan laba/rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya dan
laba/rugi perusahaan pada periode tertentu.
c. Laporan sumber dan pengunaan dana.
2.1.3. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan menurut Kasmir (2013 : 10), adalah :
1. Memberikan informasi mengenai jenis dan jumlah harta yang dimiliki
suatu perusahaan.
2. Memberikan informasi mengenai jenis dan jumlah kewajiban dan
modal yang dimiliki suatu perusahaan.
3. Memberikan informasi mengenai jenis dan jumlah pendapatan suatu
perusahaan dalam suatu periode.
4. Memberikan informasi mengenai dan jenis biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan pada suatu periode.
5. Memberikan informasi mengenai perubahan-perubahan yang terjadi
pada aktiva, pasiva, dan modal suatu perusahaan.
6. Memberikan informasi mengenai kinerja manajemen perusahaan
dalam suatu periode.
7. Memberikan informasi mengenai catatan atas laporan keuangan.
8. Informasi keuangan lainnya.
Menurut penjelasan di atas, tujuan laporan keungan adalah
memberikan informasi mengenai seluruh kegiatan pada suatu perusahaan
yang selanjutnya dijadikan acuan dalam penilaian untuk kinerja
manajemen dalam suatu periode.
2.1.4. Makro Ekonomi
Makroekonomi berkaitan dengan perilaku ekonomi secara
keseluruhan, total output barang dan jasa ekonomi, pertumbuhan output,
tingkat inflasi dan pengangguran, neraca pembayaran, dan nilai tukar.
Makroekonomi berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi jangka panjang
dan fluktuasi jangka pendek yang merupakan siklus bisnis.
Makroekonomi berfokus pada perilaku ekonomi dan kebijakan yang
memengaruhi konsumsi dan investasi, mata uang, dan neraca
perdagangan, penentu perubahan upah dan harga, kebijakan moneter dan
fiskal, stok uang, anggaran federal, suku bunga, dan utang nasional.
Singkatnya, makroekonomi membahas masalah dan masalah ekonomi
utama saat ini. Untuk memahami masalah ini, kita harus mengurangi
detail rumit dari ekonomi untuk hal-hal penting yang dapat dikelola. Hal-
hal penting itu terletak pada interaksi antara pasar barang, tenaga kerja,
dan aset ekonomi dan dalam interaksi di antara ekonomi nasional yang
berdagang satu sama lain. (Dornbusch, Fischer, dan Startz, 2011:3)
Mishkin (2016:445) menyatakan bahwa terdapat tiga fokus utama
dalam makroekonomi, yaitu pertumbuhan output, pengangguran, serta
inflasi dan deflasi. Kebijakan pemerintahan yang dibuat seharusnya
menghasilkan pertumbuhan output yang tinggi, angka pengangguran
yang rendah, dan angka inflasi yang rendah.
Berdasarkan dua pemaparan di atas dapat diketahui bahwa
makroekonomi berkaitan dengan masalah ekonomi secara keseluruhan.
Fokus makroekonomi berkaitan dengan total pendapatan suatu negara,
agregat-agregat konsumsi dan investasi, dan berfokus pada level harga
yang ada di pasar secara keseluruhan.
2.1.5. Suku Bunga (BI Rate)
Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa bank
merupakan suatu lembaga penyelenggara simpan-pinjam di masyarakat.
Dalam menyelenggarakan kegiatan simpan-pinjam di masyarakat, suku
bunga menjadi hal yang penting dalam kegiatan perbankan. Untuk
menarik peminat produk simpanan, sebuah bank haruslah menawarkan
suku bunga simpanan yang kompetitif dan memberikan keuntungan bagi
nasabahnya. Sama hal nya dengan produk kredit yang ditawarkan.
Nasabah akan cenderung memilih produk kredit dengan bunga yang
rendah dalam memenuhi keperluannya.
Kasmir (2017:25) menyatakan bahwa keuntungan utama dari bisnis
perbankan yang berdasarkan prinsip konvensional diperoleh dari selisih
bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpan dengan bunga
pinjaman atau kredit yang disalurkan. Keuntungan dari selisih bunga ini
di bank dikenal dengan istilah spread based.
Kasmir (2017:114) juga berpendapat bahwa bunga bank dapat
diartikan sebagai balas jasa yang diberikan bank yang berdasarkan
prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual
produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar
kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar
oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). Lanjut
Kasmir (2017: 115) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi suku
bunga, diantaranya kebutuhan dana, persaingan, kebijakan pemerintah,
target laba yang diinginkan, jangka waktu, kualitas jaminan, reputasi
perusahaan, produk yang kompetitif, hubungan baik, serta jaminan pihak
ketiga.
Tujuan Bank Indonesia dalam Undang-Undang RI Nomor 23
Tahun 1999 adalah untuk mencapai dan memelihara kestabilan rupiah.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar
utama yang menjadi tugasnya yaitu menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran, dan menjaga stabilitas sistem keuangan. Melalui tiga pilar
tersebut, Bank Indonesia sudah seharusnya mengatur tingkat suku bunga
agar terjadi persaingan yang sehat di dunia perbankan. Industri jasa
perbankan diwajibkan mengacu pada tingkat suku bunga Bank Indonesia
dalam memberikan bunga simpanan dan bunga kredit kepada nasabah.
2.1.6. Nilai Tukar Mata Uang
Kebanyakan negara di dunia memiliki mata uangnya masing-
masing. Contohnya Indonesia memiliki rupiah, Amerika Serikat memiliki
dollar, Jepang memiliki yen, dan lainnya. Transaksi yang terjadi antar
negara menimbulkan nilai tukar atas masing-masing mata uang tersebut,
atau yang dikenal juga dengan istilah kurs.
Menurut PSAK 10, kurs adalah rasio pertukaran untuk dua mata
uang dan selisih kurs merupakan selisih yang dihasilkan dari penjabaran
sejumlah tertentu satu mata uang ke dalam mata uang lain pada kurs yang
berbeda. Kurs atau nilai tukar mata uang umumnya digunakan dalam
transaksi internasional. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai
tukar mata uang, diantaranya kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
dalam suatu sistem pemerintahan, kondisi politik ekonomi suatu negara,
angka supply and demand atas mata uang tersebut, dan lain sebagainya.
Mishkin (2016:471) menyatakan bahwa transaksi pertukaran kurs
terbagi dalam dua jenis, yaitu spot transaction dan forward transaction.
Sementara Kasmir (2017:221) menyatakan bahwa transaksi pertukaran
mata uang terbagi dalam tiga jenis, yaitu spot transaction, forward
transaction, dan swap transaction
Dalam spot transaction penyerahan valas ditetapkan dalam dua hari
kerja berikutnya. Tanggal penyerahan bisa saja terjadi di hari yang sama
dengan penetapan nilai kurs, serta bisa terjadi dalam satu sampai dua hari
kerja berikutnya. Dalam forward transaction penyerahan mata uang
dilakukan beberapa hari mendatang, baik secara mingguan maupun
bulanan. Forward transaction seringkali disebut sebagai transaksi
berjangka. Sementara swap transaction adalah transaksi barter, yaitu
kombinasi antara pembeli dan penjual untuk dua mata uang asing secara
tunai yang diikuti membeli dan menjual kembali mata uang yang sama
secara tunai dan tunggak secara simultan dengan batas waktu yang
berbeda (Kasmir, 2017:222-223)
2.1.7. Bank Size
Bank size merupakan gambaran seberapa besar perusahaan
perbankan. Beberapa cara dapat dilakukan untuk mengukur size
perusahaan perbankan. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.
14/26/PBI/2012 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor
Berdasarkan Modal Inti Bank mengelompokkan bank ke dalam empat
BUKU (Bank Umum berdasarkan Kegiatan Usaha) yaitu:
1. BUKU 1 adalah bank dengan modal inti sampai dengan kurang dari
Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun Rupiah)
2. BUKU 2 adalah bank dengan modal inti paling sedikit sebesar
Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun Rupiah) sampai dengan kurang
dari Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun Rupiah)
3. BUKU 3 adalah bank dengan modal inti paling sedikit sebesar
Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun Rupiah) sampai dengan kurang
dari Rp30.000.000.000.000,00 (tiga puluh triliun Rupiah)
4. BUKU 4 adalah bank dengan modal inti paling sedikit sebesar
Rp30.000.000.000.000,00 (tiga puluh triliun Rupiah)
Beberapa peneliti lainnya mengukur bank size dengan melihat total
aset yang dimiliki perusahaan. Semakin besar nilai aset yang dimiliki,
maka semakin besar pula bank size perusahaan tersebut. Goddard,
Molyneux, Liu, dan Wilson (2010) dalam penelitiannya mengungkapkan
bahwa jika bank memiliki size yang lebih besar, maka bank dapat unggul
dalam persaingan dengan bank-bank lainnya sehingga akan berpengaruh
pula pada peningkatan profitabilitasnya.
2.1.8. Profitabilitas
Profitabilitas yaitu hasil akhir yang dicapai manajemen dari setiap
kebijakasanaan dan keputusan. Bringham dan Houston (2006:107)
mendefinisikan profitabilitas sebagai hasil bersih dari serangkaian
kebijakan dan keputusan yang ditetapkan melalui perhitungan yang
relevan dengan berbagai tolak ukur seperti rasio keuangan. Sedangkan
Harahap (2008:219) mendefinisikan profitabilitas merupakan
kemampuan perusahaan memperoleh laba dengan seluruh kemampuan
sumber daya yang dimiliki.
Gitman dan Zutter (2015:128) menjelaskan bahwa terdapat banyak
cara untuk mengukur profitabilitas, yaitu dengan menggunakan common-
size income statements, menentukan gross profit margin, operationg
profit margin, net profit margin, earning per share, return on total
assets, dan return on equity.
2.1.9. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan salah satu alat untuk megukur
profitabilitas perusahaan. Gitman dan Zutter (2015:128-131) membagi
rasio profitabilitas menjadi sebagai berikut ini:
Tabel 2.1. Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas
No. Rasio Rumus
a. Gross Profit Margin = Gross Profit ÷ Sales
b. Operating Profit Margin = Operating Profit ÷ Sales
c. Net Profit Margin = Earning available for common
stockholders ÷ Sales
d. Earning per Share (EPS)
= Earning available for common
stockholders ÷ Number of
Outstanding Shares
e. Return on Total Assets
(ROA)
= Earning available for common
stockholders ÷ Total Assets
f. Return on Total Equity
(ROE)
= Earning available for common
stockholders ÷ Common Stock Equity
Sumber: Gitman dan Zutter (2015:128-131)
Rasio profitabilitas mengukur pendapatan atau keberhasilan operasi
suatu perusahaan untuk periode waktu tertentu. Penghasilan, atau
kekurangannya, memengaruhi kemampuan perusahaan untuk
memperoleh utang dan pembiayaan ekuitas. Ini juga mempengaruhi
posisi likuiditas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk tumbuh.
Baik kreditor dan investor tertarik dalam mengevaluasi kemampuan
perusahaan menghasilkan laba. Analis sering menggunakan profitabilitas
sebagai ujian akhir efektivitas operasi manajemen. (Weygandt, Kimmel,
dan Kieso, 2015:723)
Jenis-jenis rasio profitabilitas menurut Kasmir (2013 : 200-201)
sebagai berikut :
a) Net profit margin merupakan perbandingan antara laba setelah
bunga dan pajak dengan penjualan. Pendapatan bersih atas
penjualan ditunjukkan oleh rasio ini.
b) Return on assets atau return on investment merupakan rasio yang
menampilkan hasil atas penggunaan jumlah aktiva dalam suatu
perusahaan. Suatu ukuran efektivitas manajemen perusahaan
dalam mengelola investasinya adalah return on investment.
c) Return on equity merupakan hasil pengembalian ekuitas yang
digunakan untuk mengukur laba bersih setelah pajak dengan modal
sendiri. Efisiensi penggunaan modal sendiri suatu perusahaan
diukur dengan return on equity. Semakin tinggi rasio ini, maka
posisi pemilik perusahaan semakin kuat dan semakin baik dalam
penggunaan modal.
Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2015:724), rasio
profitabilitas yang banyak digunakan adalah return on equity. Hal
tersebut digunakan untuk mengukur profitabilitas dari sudut pandang
pemegang saham biasa. Rasio ini menunjukkan berapa penghasilan dari
laba bersih yang diperoleh perusahaan untuk setiap dana yang
diinvestasikan oleh pemiliknya. Semakin tinggi rasio return on equity,
maka semakin baik perusahaan dalam mengelola modal yang
diinvestasikan oleh pemegang saham.
2.2 Penelitian Terdahulu
Berikut ini merupakan beberapa hasil penelitian terdahulu yang mendukung
peneliti dalam membuat penelitian ini:
Tabel 2.2 Daftar Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun) Judul Hasil Penelitian
1. Amzal, C.
(2016)
The Impact of
Macroeconomics
Variables on
Indonesia Islamic
Banks Profitability
Secara parsial Gross Domestic
Product (GDP), BI Rate,
tingkat inflasi, dan Non
Performing Financing (NPF)
memiliki pengaruh terhadap
bank syariah di Indonesia.
2. Pardede, N.,
Hidayat, R.R,
Sulasmiyati, S.
(2016)
Pengaruh Harga
Minyak Mentah
Dunia, Inflasi,
Suku Bunga
(Central Bank
Terdapat pengaruh simultan
atas harga minyak mentah
dunia, inflasi, suku bunga, dan
nilai tukar terhadap indeks
harga saham sektor
No. Peneliti
(Tahun) Judul Hasil Penelitian
Rate), dan Nilai
Tukar (Kurs)
Terhadap Indeks
Harga Saham
Sektor
Pertambangan di
Asean (Studi pada
Indonesia,
Singapura, dan
Thailand Periode
Juli 2013 –
Desember 2015)
pertambangan di Indonesia dan
Singapura, namun tidak
demikian di Thailand. Namun
inflasi dan suku bunga tidak
berpengaruh secara parsial
terhadap indeks harga saham
sektor pertambangan di
Indonesia, Singapura, serta
Thailand. Nilai tukar
merupakan variabel yang
paling mempengaruhi indeks
harga saham sektor
pertambangan terutama di
Thailand.
4. Kiganda, E.O
(2014)
Effect of
Macroeconomic
Factors on
Commercial Banks
Profitability in
Kenya: Case of
Equity Bank
Limited
Hasil OLS menunjukkan
bahwa faktor-faktor ekonomi
makro memiliki pengaruh yang
tidak signifikan terhadap
profitabilitas bank di Kenya
fokus pada ekuitas bank.
Secara khusus; pertumbuhan
ekonomi (PDB riil) dan inflasi
memiliki efek positif yang
tidak signifikan sedangkan
nilai tukar memiliki efek
negatif signifikan pada level
5%. Karena itu dapat
disimpulkan bahwa faktor
internal yang pada dasarnya
dipengaruhi oleh keputusan
internal manajemen dan dewan
menentukan kinerja bank di
Kenya.
5. Haholonga, R.
(2017)
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Profitabilitas
Perbankan Go
Public di Bursa
Efek Indonesia
Lending to GDP terbukti
memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap
profitabilitas yang diukur
melalui ROECOC, ROE, dan
EVA. Bank credit risk dan
taxation terbukti memiliki
pengaruh negatif yang
signifikan terhadap
profitabilitas yang diukur
melalui ROECOC dan ROE,
namun tidak terbukti signifikan
terhadap profitabilitas yang
diukur dengan EVA.
Sementara stock market
No. Peneliti
(Tahun) Judul Hasil Penelitian
volatility, bank size, liquidity,
capitalization, bank cost
efficiency, nontraditional
income dan labour productivity
tidak terbukti memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap profitabilitas yang
diukur dengan ROECOC,
ROE, dan EVA
6. Najoan, H.
(2016)
Analisis Kinerja
Perbankan Ditinjau
dari Aspek
Profitabilitas dan
Efisiensi (Studi
Kasus pada Bank
yang Terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia Periode
2012 – 2014)
Berdasarkan hasil pengolahan
data dan pembahasan akan
hasil penelitian yang
ditemukan, disimpukan bahwa
Non performing loan dan firm
size tidak berpengaruh
terhadap efisiensi, Capital
Adequacy Ratio (CAR)
berpengaruh negatif terhadap
efisiensi sementara risiko
berpengaruh positif terhadap
efisiensi. Selain itu corporate
governance, DER, CAR, dan
risiko tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas.
Sementara non performing
loan berpengaruh negatif
terhadap profitabilitas dan firm
size berpengaruh positif
terhadap profitabilitas.
Sumber: Data diolah (2018)
2.3 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu, penulis memperkirakan
adanya pengaruh BI Rate terhadap profitabilitas perusahaan jasa perbankan.
Spread based atas transaksi simpan-pinjam dalam dunia perbankan akan
mencerminkan profit yang akan diraih oleh perusahaan jasa perbankan.
Sementara nilai tukar mata uang juga dirasa memiliki pengaruh terhadap
profitabilitas perusahaan jasa perbankan. Jika nilai tukar mata uang dirasa
murah, maka masyarakat akan cenderung untuk membeli mata uang asing
tersebut, entah sebagai investasi maupun keperluan di masa mendatang.
Sementara sebaliknya jika nilai tukar mata uang dirasa mahal, maka masyarakat
akan cenderung menjual mata uang asing yang dimiliki untuk kemudian
memperoleh keuntungan atau menunda pembelian sampai nilai tukar mata uang
dinilai stabil. Bank size diukur dari total aset yang dimiliki perusahaan jasa
perbankan. Semakin besar aset yang dimiliki perusahaan, maka perusahaan
memiliki kesempatan lebih besar untuk mengembangkan variasi jasa keuangan
yang disediakan sehingga dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan
profitabilitas.
Sumber: Data diolah (2019)
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
2.4 Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, maka diajukan
hipotesis penelitian sebagai berikut:
H1: BI Rate berpengaruh terhadap profitabilitas (Return On Equity)
perusahaan jasa perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2015 – 2017.
BI Rate dirasa memiliki pengaruh terhadap profitabilitas perusahaan
jasa perbankan. Jika suku bunga Bank Indonesia rendah, hal tersebut dapat
menjadi pendorong pihak-pihak yang memerlukan pendanaan untuk
mengajukan kredit kepada bank. Suku bunga yang rendah akan membuat
para peminjam dana membayarkan bunga yang sedikit sehingga mungkin
saja mendorong ketertarikan untuk mengambil pendanaan dari bank.
Sebaliknya jika suku bunga Bank Indonesia tinggi, hal tersebut akan
membuat pihak-pihak yang memerlukan pendanaan mencari alternatif
pendanaan lain diluar pinjaman bank. Hal tersebut menjadi wajar
BI Rate (X1)
Nilai Tukar Mata Uang (X2)
Profitabilitas
Return on Equity (Y)
H1
H2
H3 Bank Size (X3)
dikarenakan para debitur harus membayar kewajiban bunga lebih tinggi
pada saat tingkat suku bunga sedang tinggi. Pemaparan-pemaparan tersebut
yang membuat peneliti merasa terdapat pengaruh antara BI Rate dengan
tingkat profitabilitas perusahaan jasa perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2015 – 2017.
H2: Nilai tukar mata uang berpengaruh terhadap profitabilitas (Return On
Equity) perusahaan jasa perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2015 – 2017.
Fluktuasi nilai tukar mata uang akan mempengaruhi minat masyarakat
dalam membeli mata uang asing. Jika nilai tukar mata uang dirasa murah,
maka masyarakat akan cenderung untuk membeli mata uang asing tersebut,
entah sebagai investasi maupun keperluan di masa mendatang. Sementara
sebaliknya jika nilai tukar mata uang dirasa mahal, maka masyarakat akan
cenderung menjual mata uang asing yang dimiliki untuk kemudian
memperoleh keuntungan atau menunda pembelian sampai nilai tukar mata
uang dinilai stabil. Bank mendapatkan keuntungan atas transaksi jual beli
mata uang asing ini. Keuntungan diperoleh dari selisih nilai tukar mata uang
yang diterbitkan Bank Indonesia dengan nilai tukar mata uang atau kurs
yang digunakan untuk bertransaksi dengan nasabah. Maka dari itu, nilai
tukar mata uang dianggap memiliki pengaruh terhadap profitabilitas
perusahaan jasa perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2015 – 2017.
H3: Bank size berpengaruh terhadap profitabilitas (Return On Equity)
perusahaan jasa perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2015 – 2017.
Bank size dalam penelitian ini diukur dari total aset yang dimiliki
perusahaan jasa perbankan. Jika perusahaan memiliki aset yang semakin
besar, maka perusahaan dapat unggul dalam daya saing dikarenakan aset
yang dimiliki dapat dikembangkan ke dalam beberapa variasi jasa keuangan
dengan keunggulan yang mungkin tidak dapat disaingi oleh kompetitor.
Kepemilikan aset yang besar juga dapat mencerminkan jumlah pinjaman
yang besar yang dapat disalurkan oleh bank melalui akun piutang. Jika
semakin besar pinjaman yang dapat disalurkan oleh bank kepada nasabah,
maka akan semakin besar pula penghasilan dari bunga yang diperoleh oleh
perusahaan jasa perbankan. Hal-hal ini lah yang membuat bank size
memiliki pengaruh terhadap profitabilitas perusahaan jasa perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015 – 2017.
Top Related