Tugas Refarat Farmasi Migren.docx
-
Upload
inno-noicke-korwa -
Category
Documents
-
view
234 -
download
6
Transcript of Tugas Refarat Farmasi Migren.docx
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Migren (migraine) adalah suatu sindrom klinis akibat disfungsi integrasi
sistem saraf pusat dengan manifestasi klinis berupa gangguan kepribadian dan
tubuh yang luas, dapat dengan atau tanpa rasa sakit. Manisfetasi klinis yang paling
sering adalah sakit kepala yang timbul periodik (rekuren), pada awal serangan
unilateral tetapi pada suatu waktu dapat bilateral atau menyeluruh. Serangan sakit
dapat berlangsung beberapa menit sampai beberapa hari; rasa sakit dapat hanya
samar-samar saja, tetapi dapat sangat berat sampai tidak tertahankan.
Migren dibedakan atas dua bentuk. Bentuk pertama disebut migren klasik
atau tipikal, sedangkan bentuk yang lain disebut migren atipikal atau noncommon
migraine. Migren klasik seringkali didahului oleh gejala prodromal yang sering
diikuti dengan sakit kepala hemikranial, mual, dan muntah. Migren atipikal
umumnya tanpa gejala prodromal dan tidak selalu hemikranial, tanpa mual
maupun muntah. Bentuk atipikal ini ada yang menyebutkan sebagai sick
headache.
1.2 Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas akhir Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian Farmasi RSU
Jayapura.
1.3 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan mempelajari penyebab terjadinya migren pada
penderita.
2. Untuk mengetahui penatalaksanaan atau penanganan pada penderita
migren.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Migren (migraine) adalah suatu sindrom klinis akibat disfungsi integrasi
sistem saraf pusat dengan manifestasi klinis berupa gangguan kepribadian dan
tubuh yang luas, dapat dengan atau tanpa rasa sakit.
2.2 Etiologi
Etiologi migren adalah sebagai berikut :
1. Perubahan hormon, penurunan konsentrasi estrogen dan progesteron pada
fase luteal menstruasi.
2. Makanan, vaosodilator (histamin seperti pada anggur merah, natrium nitrat),
vasokontriktor (tiramin seperti pada keju, coklat, kafein), zat tambahan pada
makanan (MSG).
3. Stress, rangsangan sensorik seperti sinar yang terang menyilaukan dan bau
yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan.
5. Faktor fisik seperti aktivitas fisik yang berlebihan (aktivitas seksual) dan
perubahan pola tidur.
6. Perubahan lingkungan, alkohol dan merokok.
Migren lebih banyak terdapat pada perempuan sehingga diduga terdapat
faktor genetik tertentu yang mendasari timbulnya serangan migren pada
seseorang. Pasien migren seringkalai mempunyai intelegensia tinggi, sangat
ambisius, perfeksionistik, mempunyai etika pergaulan yang sangat kuat dan kaku,
obsesional.
2
2.3 Patofisiologi
Teori yang masih dianut sampai saat ini yaitu teori vaskular, teori
penyebaran depresi kortikal, teori neurotransmitter, hipotesis sentral, teoti
unifikasi dan teori disfungsi sistem trigeminovaskular.
1. Teori vaskular : serangan disebabkan oleh vasokontriksi pembuluh darah
intrakranial sehingga aliran darah otak menurun yang dimulai dibagian
oksipital dan meluas ke anterior perlahan-lahan ibarat gelombang oligemia
yang sedang menyebar, yang melintasi korteks serebri dengan kecepatan 2-3
mm per menit, berlangsung beberapa jam dan diikuti oleh vasodilatasi
pembuluh darah ekstrakranial yang menimbulkan nyeri kepala.
2. Teori penyebaran depresi kortikal dimana terjadi depresi gelombang listrik
yang menyebar lambat ke anterior setelah peningkatan mendadak aktivitas
listrik pada bagian posterior otak.
3. Teori neurotransmitter : pada serangan terjadi pelepasan berbagai
neurotransmitter antara lain serotonim dari trombosit yang memiliki efek
vasokonstriktor. Reseptor serotonim banyak terdapat di meningen, lapisan
korteks serebri, struktur dalam dari otak, dan yang paling banyak inti-inti
dalam otak. Dua reseptor yang penting adlah 5-HT1 yang bila terangsang
akan menghentikan serangan migren, sedangkan reseptor 5-HT2 bila disekat
maka akan mencegah serangan migren.
4. Teoti sentral : serangan berkaitan dengan penurunan aliran darah dan aktivitas
listrik kortikal yang dimulai pada korteks visual lobus oksipital. Gejala
prodromal migren yang terjadi beberapa jam atau satu hari sebelum nyeri
kepala berupa perasaan berubah, pusing, haus, menguap menunjukkan
gangguan fungsi hipotalamus.
5. Teori inflamasi neurogenik : sistem trigeminovaskular dimulai dari meningen
pada ujung serabut aferen primer C yang kecil dari nervus trigeminus yang
badan selnya berada dalam ganglion trigeminus dan pembuluh darah
3
disekitarnya. Inflamasi neurogenik yang menimbulkan nyeri migren terjadi
pada ujung pertemuan antara serabut saraf trigeminus dan arteri duramater.
6. Teori unifikasi : meliputi sistem saraf pusat dan pembuluh darah perifer.
2.4 Presentasi Klinis
Gambaran klinis yang sering ditemui antara lain :
Nyeri kepala : bersifat unilateral (pada salah satu sisi) bentuknya
berdenyut menandakan adanya rangsangan aferen pada pembuluh darah.
Mual : mual adalah gejala yang paling sering dikemukakan oleh penderita,
menunjukan adanya ekstravasasi protein.
Aura : aura yang timbul biasanya berupa gangguan penglihatan (fotofobia
atau fonofobia), bunyi atau bebauan tertentu, menandakan adanya proyeksi
difus locus ceruleus ke korteks serebri, adanya gejala produksi monocular
pada retina dan produksi bilateral yang tidak normal.
Rasa kebal/baal.
Vertigo : pusing karena gerakan otot yang tidak terkontrol, menandakan
adanya gejala neurologik yang berasal dari korteks serebri dan batang
otak.
Rasa lemas waktu berdiri, disebabkan oleh turunnya tekanan darah waktu
berdiri (postural hypotension).
Kontraksi otot-otot disekitar dahi, pipi, leher dan bahu, menandakan
adanya gangguan mekanisme internal tubuh yang disebut jam biologis
(biological clock).
Pada migren terdapat berbagai bentuk klinis :
Cluster headache (disebut juga neuralgia migrenosa dan sefalgia
histaminik) adalah sakit kepala unilateral yang rekuren yang hampir selalu
pada sisi kepala yang sama, sakit kepala yang khas dirasakan pada regio
okulomotor atau okulotemporal dan kadang-kadang menjalar ke rahang
4
atas. Umumnya rasa sakit berlangsung antara 30-90 menit, dan timbul
beberapa kali dalam sehari selama 6-12 minggu atau terkadang lebih lama.
Cluster headache atipikal merupakan serangan sakit kepala yang timbul
beberapa kali dalam sehari, biasanya tanpa masa bebas nyeri. Bentuk
atipikal ini berbeda dengan cluster headache tipikal dalam hal lokasi, lama
sakit, seringnya berpindah-pindah dan frekuensi serangan.
Multiple jabs adalah varian cluster headache yang berupa sakit seperti
tertusuk dengan intensitas dan lokasi yang bervariasi yang berlangsung
hanya beberapa detik dan rekuren beberapa kali dalam sehari.
Background vascular headache juga merupakan varian cluster headache
yang berlangsung kronik, terus menerus, biasanya unilateral dengan
intensitas sakit yang bervariasi dengan berdenyut pada waktu istirahat atau
pada saat mulai kerja.
Tension headache disebut pula muscle contraction headache merupakan
sakit kepala yang biasanya bilateral, seringkali dirasakan pada puncak
kepala atau di regio tengkuk-oksipital. Sakit kepala tipe u=ini banyak
terdapat pada masa menopause dan premenstruasi.
2.5 Diagnosis
Sakit kepala yang berat sampai membangunkan pasien dari tidur, atau
menyebabkan pasien tidak bisa tidur, sangat mungkin disebabkan oleh kelainan
organik. Sakit kepala yang menyebabkan pasien tidak melakukan pekerjaanya
sehari-hari mungkin organik tetapi dapat pulakarena psikogenenik yang yang
didramatisasikan oleh pasien neurotik. Dalam anemnesis harus didapatkan data
mengenai lokasi, kurva, peristiwa biologis tertentu (misalnya haid) dan peristiwa
sosiokultural yang dialami pasien.
Migrein klasik umumnya tidak sulit didiagnosis bila fakta dan riwayat
penyakit diikuti dengan teliti demikian dengan cluster headache berserta
variannya. Apalagi pasien mempunyai intelegensia yang tinggi. Kesulitan
mungkin timbul karena : 1) kelainan neurologis pada seorang pasien tidak
dipikirkan kemungkinan berasal dari sindrom migrein, 2) kelainan neurogis dapat
5
timbul tanpa disertai migrein, dan 3) kurangnya kesadaran bahwa sakit kepala
pada migrein dapat merupakan satu-satunya gejala, bervariasi, sehingga sulit
dibedakan dengan sakit kepala yang lain
Cluster headache bentuk tipikal dan atipikal berbeda dalam hal 1)
frekuensi serangan sakit kepala pada varian cluster headache atipikal lebih sering
dari bentuk tipikal, 2) varian cluster headache jarang yang terlokalisasi pada satu
mata, 3) sering berpindah tempat, 4) dapat ditimbulkan dengan kerja, 5) sering
disertai dengan multiple jabs atau backround vasculer headache dan 6)
responsnya baik terhadap indometosin.
2.6 Pemeriksaan Laboratorium
Pada lingkungan tertentu dan sakit kepala sekunder, hasil pemeriksaan
kimiawi serum pola toksilogi urine, uji fungsi tyroid, dan pemeriksaan darah
lainnya seperti hitung jenis lengkap, titer antibodi antinuklear, laju endap eritrosit,
dan titer antibodi antifosfolipid juga harus dipertimbangkan.
2.7 Terapi
2.7.1 Terapi Non-Farmakologi
Menempelkan es pada kepala dan beristirahat atau tidur sejenak,
biasanya diruangan yang agak gelap tenang dapat bermanfaat bagi
pasien migrein.
Penatapelaksaan pencegahan sebaiknya dimulai dengan
mengidentifikasi dan menghidari faktor yang dapat memicu serangan
migrein.
Perubahan perilaku (terapi relaksasi, biofeedback,terapi koognitif)
merupakan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh pasien
yang cenderung memilih terapi tanpa obat atau jika terapi obat tidak
efektif atau tidak dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien.
6
2.7.2 Terapi Farmakologi
Terapi migrein akut paling efektif jika diberikan pada saat awal
serangan migrien.
Terapi sebelum serangan dengan antiemetik (misalnya
proklorperazin, metoklopramid) 15-30 menit sebelum memberikan
terapi abortif atau pengobatan non oral (suppositoria rectal, obat
semprot hidung, injeksi) dianjurkan jika mual-muntah parah. Selain
sebagai bahan antiemetik, bahan prokinetik metolopromid juga dapat
meningkatkan absorpsi obat oral.
Terapi migrein akut harus dibatasi hanya utnuk 2hari/minggu untuk
mencegah penyalahgunaan obat atau efek rebound (sakit kepala
justrus muncul kembali).
2.8 Deskripsi Obat
1. Terapi Serangan Migren Akut
DIMETOTIAZID
Indikasi : migren dan nyeri kepala.
Peringatan : asma, glaukoma sudut sempit, hipertrofi prostat, retensi urin,
hamil, menyusui, kelainan hati dan kardiovaskuler.
Efek samping : mengantuk, pusing, mulut kering.
Interaksi : efek sedasi ditingkatkan oleh depresan SSP lain, efek mirip
atropin diperkuat oleh antikolinergik lain, antidepresan trisiklik dan
MAOI.
Dosis : 30-40 mg/hari. Dapat ditingkatkan sampai 80 mg.
Migristene (Rhone Poulenc Rorer Indonesia) kapsul 10 mg; 20 mg (K).
ERGOTAMIN TARTRAT
Indikasi : serangan migren akut dan migren varian yang tidak responsif
terhadap analgesik.
Kontraindikasi : hipertensi berat atau tidak cukup terkontrol, gangguan
hati dan ginjal, penyakit pembuluh darah perifer, penyakit vaskuler
7
obliteratif dan sindrom Raynaud, hamil, menyusui, penyakit jantung
koroner, hipertiroid, sepsis, porfiria.
Peringatan : resiko vasospasmus perifer, lansia, ketergantungan, tidak
dapat untuk profilaksis migren.
Vasospasmus : beri peringatan kepada pasien untuk segera menghentikan
pengobatan jika kesemutan meningkat secara ekstrem dan untuk
menghubungi dokter.
Efek samping : mual, muntah, vertigo, nyeri abdomen, diare, kram otot,
dan terkadang sakit kepala bertambah, nyeri dada, iskemia miokard dan
instetinal, jarang infark miokard, dosis tinggi berulang dapat menyebabkan
ergotisme dengan gangren dan kebingungan, penggunaan berlebuhan
dapat menimbulkan fibrosis peritonel, denyut jantung dan pleural,
penggunaan supositoria jangka panjang dilaporkan dapat menyebabkan
ulserasi sehingga membatasi penggunaannya melalui rektal atau anal.
Dosis : pada mula kerja 1-2 tablet, maksimal 4 tablet dalam 24 jam. Dapat
diulang dengan interval tidak kurang dari 4 hari, maksimal 8 tablet per
minggu. Anak-anak tidak dianjurkan.
Ergotamin Tartrat (generik) tablet 1 mg (K).
Kombinasi dengan kafein :
Ergotamin tartrat-kofein (generik) tablet 1 mg/50 mg (K).
Cafergot (Novartis Indonesia) tablet 1 mg/50 mg (K).
Ericaf (Tempo Scan Pacific) tablet 1 mg/50 mg (K).
Ergotamin kombinasi :
Bellaphen (Soho) tablet salut gula 0,3 mg (K).
Di Indonesia juga beredar Co-Dergokrin dan Dihidroergotamin.
CO-DERGOKRIN
Xepadergin (Metiska) tablet 1 mg, 4,5 mg (K).
Ergitika (Ikapharmindo) tablet 1 mg, 4,5 mg (K).
8
DIHIDROERGOTAMIN
Dihydergot (Novartis Indonesia) tablet 2,5 mg (K).
ANALGESIK
Umumnya sakit kepala akibat migren memberi respon terhadap analgesik
seperti asetosal atau parasetamol, namun pada peristaltik sering menurun
selama serangan migren, obat mungkin tidak dapat diserap dengan baik
untuk dapat bekerja efektif.
Anti inflamasi non steroid asam tolfenamat digunakan khusus untuk
mengatasi serangan migren akut, kalium diklofenak, flurbiprofen,
ibuprofen, dan natrium naproksen juga digunakan pada migren.
AGONIS 5HT1
Indikasi : mengatasi migren.
Kontraindikasi : agonis 5HT1 tidak boleh digunakan untuk pencegahan
dan dikontraindikasikan pada penyakit jantung iskemik, pernah mengalami
infark miokardia, vasospasmus koroner dan hipertensi berat atau tidak
terkendali.
Efek samping : sensasi rasa geli, panas, terasa berat, tekanan, atau rasa
ketat pada bagian tubuh (termasuk tenggorokan dan dada), kemerahan
pada wajah, mengantuk, terasa lemah, kelelahan, mual dan muntah.
Peringatan : agonis 5HT1 sebaiknya digunakan dengan hati-hati pada
pasien dengan penyakit koroner arteri (penderita penyakit jantung),
gangguan fungsi hati, kehamilan dan menyusui.
ELETRIPTAN
Indikasi : pengobatan serangan migren akut.
Peringatan : gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal.
Kontraindikasi : kecelakaan yang mempengaruhi cerebrovascular yang
pernah terjadi atau serangan iskemik transient, penyakit vaskular perifer.
9
Efek samping : mulut kering, dispepsia, nyeri abdominal, takikardi,
astenia, mengantuk, ataksia, gangguan berbicara, miastenia, mialgia,
faringitis, berkeringat.
Dosis : 40 mg segera mungkin setelah serangan, ulangi setelah 2 jam jika
migren kambuh (pasien yang toidak memberi respon pada dosis pertama
jangan minum dosis kedua untuk serangan yang sama), naikkan dosis
hingga 80 mg untuk serangan berikutnya jika dosis 40 mg tidak
mencukupi, maksimum 80 mg dalam 24 jam.
Anak dan remaja dibawah 18 tahuntidak direkomendasikan.
Relpax (Produsen/Generik) tablet 20 mg, 40 mg, 80 mg (K).
NARATRIPTAN
Indikasi : pengobatan serangan migren akut.
Peringatan : gangguan fungsi ginjal, sensitif terhadap sulfonamid.
Kontraindikasi : kecelakaan yang mempengaruhi cerebrovaskular yang
pernah terjadi atau serangan iskemik transient, penyakit vaskular perifer.
Efek samping : bradikardi atau takikardi, gangguan penglihatan, kolitis
iskemik.
Dosis : 2,5 mg segera mungkin setelah serangan, jika migren kambuh
setelah respon awal, dosis dpat diulangi setelah 4 jam maksimal 5 mg
dalam 24 jam. Anak dan remaja dibawah 18 tahun tidak
direkomendasikan.
Naramig (Glaxo Wellcome Indonesia) tablet salut selaput 2,5 mg (K).
SUMATRIPTAN
Indikasi : serangan akut migran; cluster haeadache.
Peringatan : tidak untuk profilaksis, gangguan hati dan ginjal, juga
iskemia jantung, hamil, menyusui, dianjurkan sebagai monoterapi dan
tidak boleh diberikan bersama obat migren akut lainnya, tidak boleh
diberikan sampai 24 jam setelah perhentian sediaan, yang mengandung
ergotamin; hindari pemberian bersama MAOI, SSRI, atau litium, tidak
10
boleh diberikan intravena karena dapat menyebabkan vasospasme koroner
dan angina.
Kontra indikasi : mengalami kecelakan serbrovaskuler atau serangan
iskemik menetap, penyakit vaskuler perifer hipertensi sedang dan berat.
Efek samping : kenaikan tekanan darah yang menetap, hipotensi,
mengantuk, bradikardia atau takikardia, gangguan penglihatan, kolitis
iskemi, sindroma Raynoud, kejang, eritrema pada lokasi penyuntikan,
iritasi hidung dan gangguan pengecapan pada penggunaan semprot
hidung.
Dosis : oral 100 mg segera setelah mula kerja; dosis boleh diulang pada
tidak kurang dari 2 jam bila migren kambuh, maksimal dalam 24 jam,
anak dan remaja dibawah 18 tahun tidak direkomendasikan.
Agritan (Paros Indonesia) tablet 100 mg (K)
Cetatrex (Soho Industri Farmasi) kaptabs salut selaput 100 mg (K)
ALKALOID ERGOT
Pengunaan ergotamin untuk migren terbatas karena ergot sulit di absorbsi
dan karena efek sampingnya, terutama mual, muntah, nyeri abdomen dan
kram otot. Dosis yang direkomendasikan untuk sediaan ergotamin. Tidak
melebihi dan pengobatan tidak boleh diulang dengan interval kurang dari 4
hari.
ANTI EMETIK
Seperti domperidon dan anti emetik anti histamin, dapat meredakan mual
akibat serangan migren
2. Profilaksis Migren
Pengobatan pencegahan dipertimbangkan untuk pasien yang :
Yang mengalami serangan mingren setidaknya 2x sebulan.
Mengalami peningkatan frekuensi sakit kepala
Mengalami dissabilitas yang bermakna atau mengganggu jika migren tidak
teratasi
11
Tidak dapat menerima pengobatan migren yang sesuai.
KLONIDIN HIDROKLORIDA
Indikasi : hipertensi, migren.
Peringatan : pada kehamilan, menyusui, riwayat depresi, hindari pada
porviria.
Efek samping : mulut kering, sedasi, depresi, retensi cairan, bradikardi,
sakit kepala, pusing, eforia, tidak bisa tidur, ruam kulit, mual, konstipasi.
Dosis : oral 50-100 mcg 3x sehari dinaikkan setiap hari kedua, dosis
maksimum sehari biasanya 1,2 mg.
Clonidin (Generik) tablet 0,15 mg (K)
Catapres (Scraning Indonesia) tablet 0,75 mcg, 150 mcg (K)
PISOTIVE
Indikasi : pencegahan nyeri kepala vaskuler, migran biasa dan cluster
headche.
Kontra indikasi : glukoma sudut sempit, retensi urin.
Interaksi : sedatif, anti histamin, alkohol, depresan ssp.
Efek samping : efek anti muskarini, mengantuk, napsu makan bertambah,
berat badan bertambah, mual, pusing, agresi dan depresi.
Dosis : 1,5 mg malam hari atau 500 mcg 3x sehari, sesuai dengan respon.
Litec (Nofartis Indonesia) tablet salut gula 0,5 mg (K).
Lysagor (Kalbe) tablet salut selaput 0,5 mg (K)
12
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Migren (migraine) adalah suatu sindrom klinis akibat disfungsi integrasi
sistem saraf pusat dengan manifestasi klinis berupa gangguan kepribadian dan
tubuh yang luas, dapat dengan atau tanpa rasa sakit. Manisfetasi klinis yang paling
sering adalah sakit kepala yang timbul periodik (rekuren), pada awal serangan
unilateral tetapi pada suatu waktu dapat bilateral atau menyeluruh.
Penatalaksanaan Migren meliputi :
1. Pengobatan non farmakologik.
2. Pengobatan farmakologik.
3.2 Saran
Paramedis agar memperhatikan penggunaan obat sistemik dan obat
topikal meliputi indikasi, dosis, kontra indikasi, peringatan, perhatian
dan efek samping.
Pasien agar memperhatikan setiap pemeriksaan maupun terapi psoriasis
yang dianjurkan baik terapi non farmakologis maupun terapi
farmakologis.
Untuk mahasiswa sebagai referensi dan pengetahuan tentang penyakit
migren.
13
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Seto Sagung. 2009.Informatorium Obat Nasional Indonesia 2008. Badan
pengawasan obat dan makanan: Jakarta.
2. Sudoyo Aru W, dkk.2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3. Interna
Publishing. Jakarta
3. Sigit Joseph I Dr, Apt,dkk. 2008. Iso farmakoterapi.Ikatan Sarjana farmasi
Indonesia: Jakarta.
4. Mansjoer Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2.Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta
5. Anonim, “Diagnosis dan tatalaksana kegawatdaruratan Migren”,
http://neurougm.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=35&Itemid=1.html. 08 juli 2013.
14