Tugas L Farmasi

download Tugas L Farmasi

of 22

description

tugas farmasi

Transcript of Tugas L Farmasi

  • 5/24/2018 Tugas L Farmasi

    1/22

    1

    Pelayanan logistik Farmasi rumah sakit merupakan kegiatan di rumah sakit dalam rangka

    menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Sebagai rumah sakit swasta nasional dengan

    kategori Tipe Rumah sakit Bedah dengan :

    Rincian fisik sebagai berikut :

    Luas Tanah luas bangunan luas taman Jalan/parkir

    45.200 m2 25.600 m

    2(2 tingkat ) 10.350 m

    2 15.500 m

    2

    Jenis pelayanan

    Rawat Darurat kunjungan 675 / bulan

    Rawat Jalan :

    Poliklinik Umum kunjungan 1150/bulan

    Poliklinik gigi kunjungan 750/bulan

    Poliklinik Spesialis kunjungan 2378/bulan

    Jumlah Tempat Tidur : 95 tempat tidur yang meliputi :

    Kelas Utama I II III Total

    Jumlah TT 15 12 27 41 95

    BOR (%) 60 78,9 76,3 85 Rerata :75,05

    Ruang Operasi : 2 kamar

    Jenis Operasi besar Operasi sedang Operai kecil Total

    Jumlah 161 / bulan 86/ bulan 135/bulan 382 /bulan

    Pelayanan penunjang

    - Laboratorium

    - Radiologi

    - Farmasi

    - Gizi

  • 5/24/2018 Tugas L Farmasi

    2/22

    2

    Ketenagaan

    Dr umum Dr gigi Dr spesialis Apoteker perawat Bidan Ass apoteker Radiografer administrasi pekarya Total

    4 1 9 2 34 8 12 2 18 16 106

    Pengelolaan Logistik Farmasi untuk RS tipe Bedah sesuai dengan pelayanan di atas, maka tahapan-

    tahapan yang ditempuh sebagai seorang Manager/ Direktur adalah sebagai berikut :

    a. Buat struktur organisasi pengelolaan Perbekalan Farmasi ( PF) di rumah sakit

    PENYUSUNAN STRUKTUR ORGANISISASI INSTALASI FARMASI

    Keterangan :

    Petugas terdiri dari

    1. Kepala Instalasi Farmasi : dikepalai oleh seorang Apoteker senior ( salah satu dari 2

    apoteker)

    2. Administrasi IFRS : dipegang oleh seorang petugas administrasi

    3. Pengelolaan Perbekalan Farmasi : dikepalai oleh seorang Asisten Apoteker senior

    4. Pelayanan Farmasi Klinik : dikepalai oleh seorang apoteker

    Apoteker 1

    1 Administratur

    UGD/ k operasi (1AA)

    Rawat jalan (1AA)

    Rawat inap(1AA)

    UGD/ k operasi (1AA)

    Rawat jalan (1AA)

    Rawat inap(2 AA)

    UGD/ k operasi (1AA)

    Rawat jalan (1AA)

    Rawat inap(1AA)

    A oteker 21 AA 1 AA

  • 5/24/2018 Tugas L Farmasi

    3/22

    3

    5. Unit yang lebih kecil dipegang oleh Asisten Apoteker kecuali unit rawat inap 2 asisten

    apoteker

    b. Tugas pokok dan fungsi pengelolaan PF di rumah sakit

    Staf dan Pimpinan

    Pelayanan farmasi diatur dan dikelola demi terciptanya tujuan pelayanan

    1. IFPRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit) dipimpin oleh Apoteker

    2. Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh Apoteker yang mempunyai

    pengalaman minimal 2 tahun di bagian farmasi rumah sakit

    3. Apoteker telah terdaftar di Depkes dan mempunyai surat ijin kerja

    4. Pada pelaksanaannya Apoteker dibantu oleh Tenaga Ahli Madya Farmasi(D3) dan Tenaga

    Menengah Farmasi (AA)

    5. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan peraturan-

    peraturan farmasi baik terhadap pengawasan distribusi maupunadministrasi barang farmasi

    6. Setiap saat harus ada Apoteker di tempat pelayanan untuk melangsungkan dan mengawasi

    pelayanan farmasi dan harus ada pendelegasian wewenang yang bertanggung jawab bila

    kepala farmasi berhalangan.

    7. Adanya uraian tugas (job discription)bagi staf dan pimpinan farmasi

    8. Adanya staf farmasi yang jumlah dan kualifikasinya disesuaikan dengan kebutuhan

    9. Apabila ada pelatihan kefarmasian bagi mahasiswa Fakultas Farmasi atau tenaga farmasi

    lainnya, maka harus ditunjuk Apoteker yang memiliki kualifikasi pendidik/ pengajar untuk

    mengawasi jalannya pelatihan tersebut.

    10.Penilaian terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang terkait dengan pekerjaan

    fungsional yang diberikan dan juga pada penampilan kerja yang dihasilkan dalam

    meningkatkan mutu pelayanan.

    Seluruh jenis pelayanan rumah sakit memiliki 7 (tujuh) standar yang secara berurutan terdiri dari :

    falsafah dan tujuan, administrasi dan pengelolaan, staf dan pimpinan, fasilitas dan peralatan,

    kebijakan dan prosedur, pengembangan staf dan program pendidikan, serta evaluasi dan

    pengendalian mutu.

    Standar pertamadari pelayanan farmasi menyatakan falsafah dan tujuan pelayanan farmasi rumah

    sakit berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu dan terjangkau bagi

    semua lapisan masyarakat.

  • 5/24/2018 Tugas L Farmasi

    4/22

    4

    Standar keduamenyatakan administrasi dan pengelolaan pelayanan farmasi diselenggarakan agar

    pelayanan farmasi efisien dan bermutu berdasarkan fasilitas yang ada dan standar profesional yang

    universal.

    Standar ketiga menghendaki pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh apoteker yang

    memiliki pengalaman memadai. Apoteker adalah sebagai pimpinan instalasi farmasi, sedangkan

    stafnya adalah para asisten apoteker.

    Standar keempat menghendaki tersedianya ruangan, peralatan dan fasilitas lain yang dapat

    mendukung administrasi, profesionalisme dan fungsi teknik pelayanan farmasi sehingga menjamin

    terlaksananya pelayanan farmasi yang fungsional, profesional dan etis. Keputusan Menteri

    Kesehatan Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

    telah mensyaratkan apotek harus memiliki : ruang tunggu yang nyaman bagi pasien, tempat untuk

    mendisplai informasi bagi pasien (termasuk penempatan brosur/materi informasi), ruangan tertutup

    untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan

    catatan medikasi pasien, keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien, dan ruang

    racikan.

    Standar kelima menghendaki semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan

    dicantumkan tanggal dikeluarkannya peraturan tersebut. Peraturan dan prosedur yang ada harus

    mencerminkan standar pelayanan farmasi mutakhir, yang sesuai dengan peraturan dan tujuan dari

    pelayanan farmasi itu sendiri.

    Standar keenammenghendaki setiap staf mempunyai kesempatan meningkatkan pengetahuan dan

    keterampilannya.

    Standar ketujuh mengenai evaluasi dan pengendalian mutu, menyatakan bahwa pelayanan farmasi

    harus mencerminkan kualitas pelayanan kefarmasian yang bermutu tinggi, melalui cara pelayanan

    farmasi rumah sakit yang baik.

    Pengendalian mutu adalah suatu mekanisme kegatan pemantauan dan penilaian terhadap

    pelayanan yang diberikan, seara terencana dan sistematis, sehingga dapat diidentifikasi peluang

    untuk penongkatan mutu serta menyediakan mekanisme tindakan yang diambil sehingga terbentuk

    proses peningkatan mutu pelayanan farmasi yang berkesinambungan.

  • 5/24/2018 Tugas L Farmasi

    5/22

    5

    Pengelolaan perbekalan farmasiadalah suatu proses yang merupakan siklus kegiatan, dimulai dari

    pemilhan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,

    administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.

    Fungsi Pengeleloaan Perbekalan Farmasi

    a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit

    b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal

    c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat

    sesuai ketentuan yang berlaku

    d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan

    di rumah sakit

    e. Menerima perbekalan farmasi sesuai spesifikasi dan ketentuan yang berlaku

    f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan

    kefarmasian

    g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit

    Pelayanan diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya pelayanan farmasi yang efisien dan

    bermutu. Berdasarkan fasilitas yang ada dan standar pelayanan keprofesian yang universal

    1. Adanya bagan organisasi yang menggambarkan uraian tugas, fungsi, wewenang dan

    tanggung jawab serta hubungan koordinasi di dalam maupun di luar pelayanan farmasi yang

    ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit.

    1. Bagan organisasi dan pembagian tugas dapat direvisi kembali setiap 3 tahun dan diubah bila

    terdapat hal :

    a. Perubahan pola kepegawaian

    b. Perubahan standar pelayanan farmasi

    c. Perubahan peran rumah sakit

    d. Penambahan atau pengurangan pelayanan

    2. Kepala instalasi farmasi harus terlibat dalam perencanaan manajemen dan penentuan

    anggaran serta penggunaan sumber daya

    3. Instalasi Farmasi harus menyelenggarakan rapat pertemuan untuk membicarakan masalah-

    masalah dalam peningkatan pelayanan farmasi. Hasil pertemuan tersebut disebarluaskan

    dan dicatat untuk disimpan.

    4. Adanay Komite/Panitia Farmasi dan Terapi di rumah sakit dan Apoteker IFRS menjadi

    sekretaris komite/panitia.

  • 5/24/2018 Tugas L Farmasi

    6/22

    6

    5. Adanya komunikasi yang tetap dengan dokter dan paramedis, serta selalu berpartisipasi

    dalam rapat yang membahas masalah perawatan atatu rapat antar bagian atau konferensi

    dengan pihak lain yang mempunyai relevansi dengan farmasi.

    6. Hasil penilaian/ pencatatan konduite terhadap staf didokumentasikan secara rahasia dan

    hanya digunakan oleh atasan yang mempunyai wewenang untuk itu.

    7. Dokumentasi yang rapi dan rinci dari pelayanan farmasi dan dilakukan evaluasi terhadap

    pelayanan farmasi setiap tiga tahun.

    Semua kebijakan dan presedur yang ada harus tertulis dan dicantumkan tanggal dikeluarkannya

    peraturan tersebut. Peraturan dan prosedur yang ada harus mencerminkan standar pelayanan

    farmasi mutakhir yang sesuai dengan paraturan dan tujuan dari pelayanan farmasi itu sendiri.

    1. Kriteria kebijakan dan prosedur dibuat oleh kepala instalasi, panitia/komite farmasi dan

    terapi serta para apoteker

    2. Obat hanya dapat diberikan setelah mendapat pesanan dokter dan apoteker menganalisa

    secara kefarmasian. Obat adalah bahan berkhasiat dengan nama generik

    3. Kebijakan dan prosedur yang tertulis harus mencantumkan beberapa hal berikut;

    a. Macam obat yang dapat diberikan oleh perawat atas perintah dokter

    b. Label obat yang memadai

    c. Daftar obat yang tersedia

    d. Gabungan obat parenteral dan labelnya

    e. Pencatanan dalam rekam farmasi pasien ber=serta dosis yang diberikan

    f. Pengadaan dan penggunaan obat di rumah sakit

    g. Pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap, rawat jalan, karyawan dan

    pasien tidak mampu.

    h. Pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi perencanaan, pengadaan,

    penerimaan, pembuatan/produksi, penyimpanan, pendistribusian dan penyerahan

    i. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai pemakaian obat dan efek

    samping obat bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta pencatatan penggunaan

    obat yang salah dan atau dikeluhkan pasien

    j. Pengawasan mutu pelayanan dan pengendalian perbekalan farmasi

    k. Pemberian konseling/informasi oleh apoteker kepada pasien maupun keluarga

    pasien dalam hal penggunaan dan penyimpanan obat serta berbagai aspek

    pengetahuan tentang obat demi meningkatkan derajat kepatuhan dalam

    penggunaan obat

  • 5/24/2018 Tugas L Farmasi

    7/22

    7

    l. Pemantauan terapi obat (PTO) dan pengkajian penggunaan obat

    m. Apabila ada sumber daya farmasi lain disamping instalasi maka secara organisasi

    dibawah koordinasi instalasi farmasi

    n. Prosedur penarikan/penghapusan obat

    o. Pengaturan persediaan dan pesanan

    p. Cara pembuatan obat yang baik

    q. Penyebaran informasi mengenai obat yang bermanfaat kepada staf

    r. Masalah penyimpanan obat yang sesuai dengan aturan/undang-undang

    s. Pengamanan pelayanan farmasi dan penyimpanan obat harus terjamin

    t. Peracikan, penyimpanan dan pembuangan obat-obat sitotoksik

    u. Prosedur yang harus ditaati bila terjadi kontaminasi terhadap staf

    4. Harus ada sistem yang mendokumentasikan penggunaan obat yang salah dan atau

    mengatasi masalah obat

    5. Kebijakan dan prosedur harus konsisten terhadap sistem pelayanan rumah sakit lainnya.

    C. Kebijakan/system pengelolaan PF ( mulai seleksi s/d evaluasi )

    1.Pemilihan /seleksi :

    Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau kesehatan yang terjadi di rumah sakit,

    identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menetukan kriteria pemilihan dengan

    memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.

    Penentuan seleksi obat merupakan peran aktif apoteker Panitia farmasi dan Terapi untuk

    menetapkan kualitas dan efektifitas serta jaminan purna transaksi pembelian.

    2.Perencanaan

    Merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang

    sesuai denngan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan

    menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah

    ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi

    disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

    Pedoman Perencanaan

    DOEN , formularium RS, standar terapi RS, Ketentuan setempat yang berlaku

    Data catatan medik

    Anggaran yang tersedia

  • 5/24/2018 Tugas L Farmasi

    8/22

    8

    Penetapan prioritas

    Siklus penyakit

    Sisa persediaan

    Data pemakaian periode lalu

    Rencana pengembangan

    3. Pengadaan

    Merupakan kegaitan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan

    disetujui, melalui;

    a. Pembelian ( secara langsung atau tender)

    b. Produksi /pembuatan sediaan farmasi

    Steril

    Non steril

    c. Sumbangan/ droping/hibah

    4.Produksi

    Merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk dan pengemasan kembali sediaan farmasi

    steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kriteria obat

    yang diproduksi :

    Sediaan farmasi dengan formula khusus

    Sediaan farmasi dengan harga murah

    Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil

    Sediaan farmasi yang tidak tersedia di pasaran

    Sediaan farmasi untuk penelitian

    Sediaan nutrisi parenteral

    Rekonstruksi sediaan obat kanker

    5.Penerimaan

    Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai

    dengan aturan kefarmasian melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi atau sumbangan.

    Pedoman dalam penerimaan perbekalan farmasi :

  • 5/24/2018 Tugas L Farmasi

    9/22

    9

    Pabrik harus mempunyai sertifikat analisa

    Barang harus bersumber dari distributor utama

    Harus mempunyai material safety data sheet (MSDS)

    Khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus mempunyai certificate of origin

    Expire dateminimal 2 tahun

    6.Penyimpanan

    Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang ditetapkan ;

    Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya

    Dibedakan menurut suhunya, kestabilannya

    Mudah tidaknya meledak/terbakar

    Tahan/ tidaknya terhadap cahaya

    Disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai

    kebutuhan.

    7.Pendistribusian

    Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di RS untuk pelayanan individu

    dalam proses terapi bagi pasien rawat inap, rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis.

    Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan

    mempertimbangkan :

    Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada

    Metode sentralisasi atau desentralisasi

    Sistemfloor stock, resep individu, dispensingdosis unit atau kombinasi

    8.Dispensing

    Merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi, interpretasi,

    menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket, penyerahan obat dengan pemberian informasi

    obat yang memadai disertai sistem dokumentasi.

    9.Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat

  • 5/24/2018 Tugas L Farmasi

    10/22

    10

    Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak

    diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis,

    diagnosis dan terapi. Tujuan ;

    Menemukan ESO(efek samping obat) sedini mungkin tereutama yang berat, tidak

    dikenal, frekuensinya jarang

    Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal sekali, yang baru saja

    ditemukan.

    Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi timbulnya

    ESO atau mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya ESO.

    Kegiatan :

    - Menganalisa laporan ESO (identifikasi obat, pasien)

    - Mengisi formulir ESO

    - Melaporkan ke panitia ESO

    10. EVALUASI DAN PELAPORAN

    Untuk memudahkan penilaian kinerja rumah sakit, diperlukan adanya

    parameter/indikator/standar yang dapat digunakan sebagai pembanding. Tujuan khusus

    pemeriksaan kinerja bidang penunjang pelayanan medis adalah menilai apakah bidang penunjang

    pelayanan medis mampu memenuhi kebutuhan harian obat-obatan yang diperlukan oleh bidang

    pelayanan medis (penilaian efektivitas), untuk tujuan itu indikator pelayanan farmasi dapat dilihat

    dari jumlah resep yang dilayani dibandingkan dengan jumlah pasien (rawat jalan, rawat inap, dan

    rawat darurat).

    Indikator-indikator lainnya untuk penilaian kinerja pelayanan farmasi dalam ruang lingkup efektivitaspelayanan resep antara lain adalah : Angka Penyerahan Obat Jadi Lebih Dari 15 Menit, Angka

    Penyerahan Obat Racikan Lebih Dari 30 Menit, dan Angka Kesalahan Penyerahan Obat.

    Angka Penyerahan Obat Jadi Lebih Dari 15 Menit didefinisikan sebagai angka kejadian keterlambatan

    penyerahan obat jadi ke pasien di mana waktu yang diperlukan lebih dari 15 menit . Persentasenya

    diperoleh dari jumlah lembar resep yang penyerahannya melebihi waktu standar dibagi dengan

    jumlah seluruh lembar resep yang dilayani. Standar yang berlaku adalah kurang dari 20 %.

    Keterlambatan penyerahan obat jadi ke pasien dapat disebabkan oleh :

  • 5/24/2018 Tugas L Farmasi

    11/22

    11

    Persediaan obat di ruang peracikan habis sehingga harus mengambil di gudang farmasi.

    1. Salah menghitung dosis, sehingga harus diulang

    2. Kesalahan dokter menuliskan dosis, sehingga harus di konsultasikan dulu dengan

    dokter yang bersangkutan.

    3. Obat yang dimaksud tidak ada, sehingga untuk mengganti obat yang sejenis harus di

    konsultasikan dulu dengan dokter yang bersangkutan

    Angka Penyerahan Obat Racikan Lebih Dari 30 Menit didefinisikan sebagai angka kejadian

    keterlambatan penyerahan obat racikan ke pasien di mana waktu yang diperlukan lebih dari 30

    menit. Persentasenya diperoleh dari jumlah lembar resep yang penyerahannya melebihi waktu

    standar dibagi dengan jumlah seluruh lembar resep yang dilayani. Standar yang berlaku adalah

    kurang dari 20 %.

    Angka Kesalahan Penyerahan Obat didefinisikan sebagai angka kejadian kesalahan penyerahan obat

    pada pasien. Persentasenya diperoleh dari jumlah lembar resep yang penyerahan obatnya

    salah dibagi dengan jumlah seluruh lembar resep yang dilayani. Standar yang berlaku adalah kurang

    dari 3 %. Kesalahan penyerahan obat ini dapat disebabkan oleh :

    1. Salah membaca resep

    2. Salah pemberian etiket pada obat.

    Kesalahan memberi etiket pada obat ini dapat menjadi atau merupakan pelanggaran terhadap

    Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan farmasi dan Alat

    Kesehatan, pada pasal 26 ayat (1) yang menyatakan : Penandaan dan informasi sediaan farmasi dan

    alat kesehatan dilaksanakan untuk melindungi masyarakat dari informasi sediaan farmasi dan alat

    kesehatan yang tidak obyektif, tidak lengkap serta menyesatkan.

    Untuk menunjang kinerja pelayanan farmasi, diperlukan pengelolaan yang memadai terhadap

    logistik farmasi. Habisnya persediaan obat di ruang peracikan, tidak tersedianya obat yang

    diperlukan, dan pemberian etiket yang salah pada obat sebagaimana telah disebutkan di atas

    menunjukkan pengelolaan logistik farmasi yang belum memadai sehingga mengganggu kinerja

    pelayanan farmasi.

    Untuk mengelola logistik farmasi dengan baik, perlu dilaksanakan 4 (empat) fungsi dasar manajemen

    obat.

  • 5/24/2018 Tugas L Farmasi

    12/22

    12

    Pertama seleksi obat, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

    Mengevaluasi problem kesehatan yang ada di masyarakat.

    Mengidentifikasi pilihan pengobatan

    Pemilihan jenis obat dan bentuk sediaan

    Menentukan jenis-jenis obat yang harus disediakan masing-masing bagian.

    Kedua pengadaan obat, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

    Menghitung kebutuhan obat

    Menentukan metode pengadaan

    Melakukan pengadaan

    Memastikan barang yang diperoleh bermutu dan proses pengadaan sesuai dengan

    ketentuan yang berlaku

    Ketiga distribusi obat, dengan melaksanakan : manajemen penyimpanan obat, kontrol stok,

    pencatatan, serta pendistribusian sampai ke depo-depo atau bagian-bagian yang membutuhkan.

    keempat adalah penggunaan obat, dengan memperhatikan : diagnosis, peresepan, dispensing,

    dan pemberian obat ke pasien dengan benar.

    Tujuan pengelolaan penyimpanan logistik farmasi adalah sebagai berikut :

    Mencegah kehilangan

    Mencegah over stock

    Mencegah out of stock

    Mencegah kerusakan

    Mencegah pemborosan

    Mengelola perbekalan farmasi dari sumber barang sampai ke user dengan seefisien

    mungkin.

    Pengelolaan yang buruk atas logistik farmasi akan menimbulkan masalah, di antaranya adalah stock

    out dan over stock. Stock out dapat berakibat memburuknya kondisi pasien karena treatment yang

    tertunda, meningkatnya biaya kesehatan pasien, kerugian finansial, bahkan meninggalnya pasien

    karena tidak bisa memperoleh obat penyelamat (lifesaving drug) tepat waktu. Over stock

    mengakibatkan terhentinya investasi obat, ruang penyimpanan menjadi terbatas, kerusakan obat,

    obat kadaluarsa, risiko kehilangan meningkat.

  • 5/24/2018 Tugas L Farmasi

    13/22

    13

    Berkaitan dengan pengelolaan logistik farmasi yang efektif dan efisien, ada beberapa indikator

    kinerja atas pengendalian persediaan yang sebaiknya diperhatikan yaitu :

    1. Inventory Control System

    1. Adanya sistem kontrol inventory

    2. Adanya kartu stock atau buku stock yang digunakan untuk mencatat setiap keluar dan

    masuknya barang dari ruang penyimpanan

    1. Adanya pemesanan obat kembali berdasarkan sistem konsumsi yang ada

    2. Adanya stock minimum atau safety stock ditentukan berdasarkan frekuensi

    pengiriman barang dan konsumsi pemakaian rata-rata

    3. Dilakukan stock fisik untuk mencocokkan dengan kartu stock secara regular

    1. Staff training in Inventory management2. Petugas yang bertanggung jawab untuk perencanaan, pembelian,

    penyimpanan, dan distribusi telah mendapat pelatihan secara formal

    tentang pengelolaan inventory

    3. Adanya prosedur manajemen inventory yang dapat digunakan sebagai

    panduan

    Fasilitas Penyimpanan

    1. Adanya ruang penyimpanan yang cukup untuk menampung

    persediaan

    2. Adanya ruang penerimaan atau pendistribusian

    3. Adanya form laporan kerusakan barang atau kesalahan pengiriman

    4. Adanya ruang penyimpanan kering, bersih, ada ventilasi udara, dan suhu 15-

    25C

    ada lemari pendingin ; temperatur dicatat secara teratur

    3. Pengelolaan di ruang penyimpanan

    d. Buat kebutuhan PF dasar ( obat dan alat kesehatan) kamar bedah yang diperlukan:

    (asumsi kedudukan RS berada di kota dan distributor farmasi lengkap dengan sistem pemesanan

    yang cepat hantar dan diasumsikan Lead Time adalah 1 hari)

    Diketahui RS memiliki Ruang Operasi : 2 kamar dengan rincian kegiatan sebagai berikut;

    Jenis Operasi besar Operasi sedang Operasi kecil Total

    Jumlah 161 / bulan 86/ bulan 135/bulan 382 /bulan

    Mingguan 95,5/minggu

  • 5/24/2018 Tugas L Farmasi

    14/22

    14

    Sehingga dapat disiapkan perlengkapan kamar bedahnya dengan metode konsumsi per mingguan :

    Daftar Obat dan Alat Kesehatan di Kamar Bedah adalah :

    No Nama Barang Kamar Bedah/ minggu

    1 Catgut plain no 00 1 roll

    2 Catgut plain no 01 1 roll

    3 Catgut Chrom no 00 1 roll

    4 Catgut Chrom no 01 1 roll

    5 Zeide no 00 1 roll

    6 Zeide no 01 1 roll

    7 Zeide no 1 1 roll

    8 Vicryl 30 biji

    9 Mess 20 30 biji

    10 Mess no 16 32 biji (operasi kecil)

    11 Disp. Spuit no 3 cc 96 biji

    12 Disp. Spuit no 5 cc 96 biji

    13 Disp. Spuit no 10 cc 96 biji

    14 Disp. Spuit no 50 cc (op prostat) 10 biji

    15 Handschoen no 6,5 423 pasang

    16 Handschoen no 7 113 pasang

    17 Handschoen no 7,5 28 pasang

    18 Blood set ( operasi besar&sedang) 61 set

    19 Infus set (operasi kecil) 42 set

    20 NGT ( op besar) 51 set

    21 Catheter cab 2 (op besar&sedang) 61 set

    22 Catheter cab 3 (op prostat) 10 set

    23 Urine bag (Op besar&sedang) 61 set

    24 Spongostan 61 buah

    25 Hypafix 96 buah

    26 Sufratul 96 buah

    27 Isodin 5 liter/galon 3 galon

    28 Tensokrep 42 buah

    29 Sofban 42 buah

    30 Poly give 42 buah

  • 5/24/2018 Tugas L Farmasi

    15/22

    15

    31 D 5% 61 botol

    32 RL 61 botol

    33 NaCL 0,9% 61 botol

    34 Ondansetron 61 botol

    35 Gastrul (sc 3 kasus/minggu) 3 biji

    36 Aquabidest 61 biji

    Bahan Anestesi

    1 WFI 25 ml 61 ampul

    2 Atropin sulfat 61 ampul

    3 Efedrin HCL 61 ampul

    4 Valium 61 ampul

    5 Trachium 61 ampul

    6 Pethidin 61 ampul

    7 Pehakain 42 ampul

    8 Halothan (sisa stock = 1 ) 25 botol

    9 Isofluran 25 botol

    10 Kalnex 61 ampul

    11 Safol 42 botol

    12 Ketalar 42 botol

    13 Sucholin 61 botol

    14 Adrenalin 61 botol

    15 N2O 5 tabung

    16 O2 5 tabung

    17 Deksamethason 20 ampul

    18 Syntocynon 3 ampul

    19 Methergin 3 ampul

    Bahan Habis Pakai

    1 Savlon 5 liter/galon 2 galon

    2 U pad 61 biji

  • 5/24/2018 Tugas L Farmasi

    16/22

    16

    3 Dermangios 61 biji

    4 Lisol 1 liter/botol 10 botol

    Keterangan : dalam kamar bedah telah disiapkan gudang penyimpanan obat dan alat kesehatan yang

    diperlukan dalam pelayanan kamar bedah per mingguan. Persiapan dan penyimpanan ini didasarkan

    pada jumlah dan jenis operasinya. Apabila terjadi kekurangan, maka dari kamar operasi dapat

    mengambil di depo farmasi dengan pelaporan yang telah ditentukan.

    Cara menghitung menurut metode konsumsi di atas:

    CT=(CAxT)+SS- sisa stock

    Keterangan :

    CT: kebutuhan per periode waktu

    CA: kebutuhan rata-rata waktu

    T: Lama kebutuhan

    SS: Safety stock

    Plain Catgut00 : kebutuhan per mingguan sebagai berikut:

    Asumsi bahwa operasi besar dan sedang selalu memerlukan Plain Catgut 1 meter per pasien : maka ;

    jumlah operasi besar + sedang = (161+86=247/bulan) ; maka memerlukan 247 meter/bulan;

    Operasi kecil memerlukan plain cat gut 0,5 meter per pasien; maka; 135/bulan = kira-kira 70

    meter/bulan ; jadi total rata-rata per bulan ; 247 +70 = 317 meter .

    Rumusan mencari SS = Lead Time X CA

    Jumlah hari/bulan

    SS = 1 x 317 = 10,6 = 11

    30

    CT = (317 x 1 bulan)+11(sisa stok ) = 328msisa stok ;

    Bila diasumsikan : benang Plain Catgut yang disediakan berupa roll : maka dalam 1 roll plain catgut

    sekitar 100 meter; maka dalam 1 bulan dibutuhkan 3-4 roll .Sehingga perhitungannya sebagai

    berikut : dengan asumsi sisa stock selalu 1 roll maka :

    Dalam 1 bulan direncanakan kebutuhan plain catgut : 328100 = 228 m = sekitar 2-3 roll/ bulan jadi

    dalam perencanaan adalah 1 roll/ 2 mingguan.

  • 5/24/2018 Tugas L Farmasi

    17/22

    17

    Vicryl : per pasien operasi besar dan sedang : memerlukan 1 vicryl, sehingga dalam 1

    bulanan dibutuhkan rata-rata : 247 vicryl .

    Cara menghitung SS untuk vicryl : 1 ; x 247 = 62 buah

    30

    Rumus perencanaan motode konsumsi : ( 62x 1 bulan)+62 - sisa stock = 122sisa stock ; bula

    asusmsi sisa stock = 10 : maka dibutuhkan 122-10 = 112 vicryl per bulan dan dalam perencanaan

    mingguan menjadi 112 : 4 = sekitar 30 vicryl / minggu

    Spuit ( dipakai untuk semua jenis operasi) : per pasien 1 biji; jadi total operasi 382 pasien :

    rata-rata 382 biji per bulan ;

    Perhitungan SS = 1 x 382 = 13

    30

    CT = (382x1)+13sisa stock = 382 +13 sisa stock = 395 sisa stock : bila asumsi sisa stock 10 biji,

    maka 395 -10 = 385 perbulan= jadi perencanaan per minggu 385 : 4= sekitar 96 biji per minggu.

    Bahan yang hanya dipakai untuk operasi Besar dan sedang (247)saja :

    berarti SS = 1 x 247 = sekitar 8 ; bila sisa stock selalu 10 maka :

    30

    CT = (247 x 1)+ 810 = 245 per bulan; = 61 per mingguan

    Bahan yang dipakai hanya untuk operasi kecil saja : (135)

    SS = 1 x 135 = 45

    30

    CT = (135x1)+4510 = 170/ bulan = 42 / minggu

    Bahan yang dipakai untuk operasi Besar saja : (161)

    SS = 1 x 161 = sekitar 54

    30

    CT = (161 x 1)+54-10 = 205 /bulanan = sekitar 51 / mingguan

    Bahan yang akan dipakai operasi sedang saja (86) :

    SS = 1 X 86 = sekitar 29

    30

    CT = (86 X1) + 29 -10 = 105/ bulan= sekitar 26/ mingguan.

  • 5/24/2018 Tugas L Farmasi

    18/22

    18

    Handschoen :

    Operasi Besar : terdiri dari ; 1 operator, 1 instrumen,2 asisten,2anestesi , 1 looper : masing-masing

    menggunakan 1pasang : jadi memerlukan 7 pasang . ; 161 x7 = 1.127 pasang

    Operasi Sedang : terdiri dari ; 1 operator, 1 instrumen,1 asisten; 2 anestesi, 1 looper; total 6 pasang;

    86x6 = 516 pasang

    Operasi kecil : 1 operator ; 1 instrumen/asisten;1anestesi;1 looper: 4 pasang ; 135x4 =546 pasang

    Total 2.189 pasang.

    SS = 1 x 2189 = 73

    30

    CT = (2189x1)+73 -10 = 2.249

    Komposisi : no : 7,5 : 7 : 6,5 = 75%: 20% : 5% ; jadi :

    1687 : 450: 113 per bulanan ; jadi = 423 : 113 : 28 per mingguan

    e. Bagaimana upaya pelaksanaanpatient safetydalam pengelolaan PF ad d

    Pelaksanaan Patient Safetydalam pengelolaan perbekalan farmasi, merupakan bagian dari

    pelayanan prima dalam rumah sakit. Dimulai dari pengelolaan farmasi di IFRS sampai pada pasien

    merupakan rangkaian yang harus selalu menyertakan konseppatient safetydi dalamnya.

    Berdasarkan Laporan Peta Nasional Insiden Keselamatan Pasien (Konggres PERSI Sep 2007),

    kesalahan dalam pemberian obat menduduki peringkat pertama (24.8%) dari 10 besar insiden yang

    dilaporkan. Jika disimak lebih lanjut, dalam proses penggunaan obat yang meliputi prescribing,

    transcribing, dispensing dan administering, dispensing menduduki peringkat pertama. Dengan

    demikian keselamatan pasien merupakan bagian penting dalam risiko pelayanan di rumah sakit

    selain risiko keuangan (financial risk), risiko properti (property risk), risiko tenaga profesi

    (professional risk) maupun risiko lingkungan (environment risk) pelayanan dalam risiko manajemen.

    Badan akreditasi dunia The Joint Commision on Accreditation of Healthcare Organizations (JCAHO)

    mensyaratkan tentang kegiatan keselamatan pasien berupa identifikasi dan evaluasi hendaknya

    dilakukan untuk mengurangi risiko cedera dan kerugian pada pasien, karyawan rumah sakit,

    pengunjung dan organisasinya sendiri.

    Berdasarkan analisis kejadian berisiko dalam proses pelayanan kefarmasian, kejadian obat

    yang merugikan (adverse drug events), kesalahan pengobatan (medication errors) dan reaksi obat

    yang merugikan (adverse drug reaction) menempati kelompok urutan utama dalam keselamatan

    pasien yang memerlukan pendekatan sistem untuk mengelola, mengingat kompleksitas keterkaitan

    kejadian antara kesalahan merupakan hal yang manusiawi (to error is human) dan proses

    farmakoterapi yang sangat kompleks. Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya risiko obat tersebut

  • 5/24/2018 Tugas L Farmasi

    19/22

    19

    adalah multifaktor dan multiprofesi yang kompleks; jenis pelayanan medik, banyaknya jenis dan

    jumlah obat per pasien, faktor lingkungan, beban kerja, kompetensi karyawan, kepemimpinan dan

    sebagainya.

    Strategi untuk meningkatkan keselamatan pasien :

    a. Menggunakan obat dan peralatan yang aman

    b. Melakukan praktek klinik yang aman dan dalam lingkungan yang aman

    c. Melaksanakan manajemen risiko, contoh : pengendalian infeksi

    d. Membuat dan meningkatkan sistem yang dapat menurunkan risiko yang berorientasi kepada

    pasien.

    e. Meningkatkan keselamatan pasien dengan :

    - mencegah terjadinya kejadian tidak diharapkan (adverse event)

    - membuat sistem identifikasi dan pelaporan adverse event

    - mengurangi efek akibat adverse event

    Hal lain yang juga mempengaruhi keselamatan pasien yang memerlukan intervensi dari megasistem

    adalah pembenahan fenomena kemiripan Look a like (obat-obat dengan rupa atau kemasan mirip)

    atau Look a like Sound a like LASA (obat-obat dengan rupa dan nama mirip), misalnya :

    - Mefinter (asam mefenamat) dengan Metifer (mecobalamin),

    - Leschol (fluvastatin) dengan Lesichol (lesitin, vitamin),

    - Proza (ekstrak echinacea, vit C, Zn) dengan Prozac (fluoxetine).

    Dalam mengelola keselamatan pasien di level Mikrosistem, seorang Apoteker harus melakukannya

    dengan pendekatan sistemik. Masalah Keselamatan pasien merupakan kesalahan manusia (human

    error) yang terutama terjadi karena kesalahan pada level manajemen atau organisasi yang lebih

    tinggi.

    Apoteker harus berperan di semua tahapan proses yang meliputi :

    1. Pemilihan

    Pada tahap pemilihan perbekalan farmasi, risiko insiden/error dapat diturunkan dengan

    pengendalian jumlah item obat dan penggunaan obat-obat sesuai formularium.

    2. Pengadaan

    Pengadaan harus menjamin ketersediaan obat yang aman efektif dan sesuai peraturan yang berlaku

    (legalitas) dan diperoleh dari distributor resmi.

    3. Penyimpanan

    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan untuk menurunkan kesalahan pengambilan

    obat dan menjamin mutu obat:

  • 5/24/2018 Tugas L Farmasi

    20/22

    20

    Simpan obat dengan nama, tampilan dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike medication names)

    secara terpisah.

    Obat-obat dengan peringatan khusus (high alert drugs) yang dapat menimbulkan cedera jika

    terjadi kesalahan pengambilan, simpan di tempat khusus. Misalnya :

    o menyimpan cairan elektrolit pekat seperti KCl inj, heparin, warfarin, insulin, kemoterapi,

    narkotik opiat, neuromuscular blocking agents, thrombolitik, dan agonis adrenergik.

    o kelompok obat antidiabet jangan disimpan tercampur dengan obat lain secara alfabetis,

    tetapi tempatkan secara terpisah

    o Simpan obat sesuai dengan persyaratan penyimpanan.

    4. Skrining Resep

    Apoteker dapat berperan nyata dalam pencegahan terjadinya medication error melalui kolaborasi

    dengan dokter dan pasien.

    Identifikasi pasien minimal dengan dua identitas, misal nama dan nomor rekam medik/ nomor

    resep

    Apoteker tidak boleh membuat asumsi pada saat melakukan interpretasi resep dokter. Untuk

    mengklarifikasi ketidaktepatan atau ketidakjelasanresep, singkatan, hubungi dokter penulis resep.

    Dapatkan informasi mengenai pasien sebagai petunjuk penting dalam pengambilan keputusan

    pemberian obat, seperti :

    o Data demografi (umur, berat badan, jenis kelamin) dan data klinis (alergi, diagnosis dan

    hamil/menyusui). Contoh; Apoteker perlu mengetahui tinggi dan berat badan pasien

    yang menerima obat dengan indeks terapi sempit untuk keperluan perhitungan dosis.

    o Hasil pemeriksaan pasien (fungsi organ, hasil laboratorium,tanda-tanda vital dan

    parameter lainnya). Contohnya, Apoteker harus mengetahui data laboratorium yang penting,

    terutama untuk obat-obat yang memerlukan penyesuaian dosis dosis (seperti pada penurunan

    fungsi ginjal).

    o Apoteker harus membuat riwayat/catatan pengobatan pasien.

    Strategi lain untuk mencegah kesalahan obat dapat dilakukan dengan penggunaan otomatisasi

    (automatic stop order), sistem komputerisasi (e-prescribing) dan pencatatan pengobatan pasien

    seperti sudah disebutkan diatas.

    Permintaan obat secara lisan hanya dapat dilayani dalam keadaan emergensi dan itupun harus

    dilakukan konfirmasi ulang untuk memastikan obat yang diminta benar, dengan mengeja nama obat

    serta memastikan dosisnya. Informasi obat yang penting harus diberikan kepada petugas yang

    meminta/menerima obat tersebut. Petugas yang menerima permintaan harus menulis dengan jelas

    instruksi lisan setelah mendapat konfirmasi.

  • 5/24/2018 Tugas L Farmasi

    21/22

    21

    5. Dispensing

    Peracikan obat dilakukan dengan tepat sesuai dengan SOP.

    Pemberian etiket yang tepat. Etiket harus dibaca minimum tiga kali : pada saat pengambilan obat

    dari rak, pada saat mengambil obat dari wadah, pada saat mengembalikan obat ke rak.

    Dilakukan pemeriksaan ulang oleh orang berbeda.

    Pemeriksaan meliputi kelengkapan permintaan, ketepatan etiket, aturan pakai, pemeriksaan

    kesesuaian resep terhadap obat, kesesuaian resep terhadap isi etiket.

    6. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

    Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting tentang obat

    dan pengobatannya. Hal-hal yang harus diinformasikan dan didiskusikan pada pasien adalah :

    Pemahaman yang jelas mengenai indikasi penggunaan dan bagaimana menggunakan obat dengan

    benar, harapan setelah menggunakan obat, lama pengobatan, kapan harus kembali ke dokter

    Peringatan yang berkaitan dengan proses pengobatan

    Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang potensial, interaksi obat dengan obat lain dan makanan

    harus dijelaskan kepada pasien

    Reaksi obat yang tidak diinginkan (Adverse Drug Reaction ADR) yang mengakibatkan cedera

    pasien, pasien harus mendapat edukasi mengenai bagaimana cara mengatasi kemungkinan

    terjadinya ADR tersebut

    Penyimpanan dan penanganan obat di rumah termasuk mengenali obat yang sudah rusak atau

    kadaluarsa. Ketika melakukan konseling kepada pasien, apoteker mempunyai kesempatan untuk

    menemukan potensi kesalahan yang mungkin terlewatkan pada proses sebelumnya.

    7. Penggunaan Obat

    Apoteker harus berperan dalam proses penggunaan obat oleh pasien rawat inap di rumah sakit dan

    sarana pelayanaan kesehatan lainnya, bekerja sama dengan petugas kesehatan lain. Hal yang perlu

    diperhatikan adalah :

    Tepat pasien

    Tepat indikasi

    Tepat waktu pemberian

    Tepat obat

    Tepat dosis

    Tepat label obat (aturan pakai)

    Tepat rute pemberian

    8. Monitoring dan Evaluasi

  • 5/24/2018 Tugas L Farmasi

    22/22

    22

    Apoteker harus melakukan monitoring dan evaluasi untuk mengetahui efek terapi, mewaspadai efek

    samping obat, memastikan kepatuhan pasien. Hasil monitoring dan evaluasi didokumentasikan dan

    ditindaklanjuti dengan melakukan perbaikan dan mencegah pengulangan kesalahan. Seluruh

    personal yang ada di tempat pelayanan kefarmasian harus terlibat didalam program keselamatan

    pasien khususnya medication safety dan harus secara terus menerus mengidentifikasi masalah dan

    mengimplementasikan strategi untuk meningkatkan keselamatan pasien.

    Faktor-faktor lain yang berkonstribusi pada medication error antara lain :

    Komunikasi (mis-komunikasi, kegagalan dalam berkomunikasi ); Kegagalan dalam berkomunikasi

    merupakan sumber utama terjadinya kesalahan. Institusi pelayanan kesehatan harus menghilangkan

    hambatan komunikasi antar petugas kesehatan dan membuat SOP bagaimana resep/permintaan

    obat dan informasi obat lainnya dikomunikasikan. Komunikasi baik antar apoteker maupun dengan

    petugas kesehatan lainnya perlu dilakukan dengan jelas untuk menghindari penafsiran ganda atau

    ketidak lengkapan informasi dengan berbicara perlahan dan jelas. Perlu dibuat daftar singkatan dan

    penulisan dosis yang berisiko menimbulkan kesalahan untuk diwaspadai.

    Kondisi lingkungan; Untuk menghindari kesalahan yang berkaitan dengan kondisi lingkungan, area

    dispensing harus didesain dengan tepat dan sesuai dengan alur kerja, untuk menurunkan kelelahan

    dengan pencahayaan yang cukup dan temperatur yang nyaman. Selain itu area kerja harus bersih

    dan teratur untuk mencegah terjadinya kesalahan. Obat untuk setiap pasien perlu disiapkan dalam

    nampan terpisah.

    Gangguan/interupsi pada saat bekerja; Gangguan/interupsi harus seminimum mungkin dengan

    mengurangi interupsi baik langsung maupun melalui telepon.

    Beban kerja ; Rasio antara beban kerja dan SDM yang cukup penting untuk mengurangi stres dan

    beban kerja berlebihan sehingga dapat menurunkan kesalahan.

    Meskipun edukasi staf merupakan cara yang tidak cukup kuat dalam menurunkan

    insiden/kesalahan, tetapi mereka dapat memainkan peran penting ketika dilibatkan dalam sistem

    menurunkan insiden/kesalahan.

    Beberapa Indikator Pelayanan Farmasi

    INDIKATOR STANDAR

    Waktu tunggu pelayanan

    a. Obat jadi

    b. Obat Racikan

    a. 30 menit

    b. 60 menit

    Tidak adanya Kejadian kesalahan

    pemberian obat.

    100%

    Kepuasan pelanggan. 80 %

    Penulisan resep sesuai formularium 100 %