Tips Mengatasi Kesulitan Bergaul

21
Tips Mengatasi Kesulitan Bergaul 12 09 2010 Anak - anak terkadang sulit bergaul Hari ini merupakan hari panen artikel. Setelah bongkar bongkar isi My Document, saya banyak menemukan artikel yang sayang jika tidak dibagi. Artikel ini membahas tentang tips bagaim kita agar terbebas dari sifat kurang pergaulan (Kuper). Monggo silakan dibaca. Life Skill Dari sekian masalah yang harus kita hadapi dalam hidup ini, kesulitan dalam bergaul adala satunya. Bagi yang kebetulan sedang menghadapi masalah ini, mungkin ada dua ha diingat: Pertama, pergaulan itu erat kaitannya dengan kemampuan. Kemampuan di sini artinya bukan h bawaan dari lahir tetapi merupakan kapabilitas yang diraih dari usaha dalam mengembangkan (developmental process). Jadi, apapun kepribadian anda, pada dasarnya anda punya yang sama untuk bergaul seperti juga orang lain yang punya model kepribadian lain. Sah-sah saja kita menyimpulkan, misalanya saja: saya orangnya termasuk Melankolis yang in pemikir dan pesimis. Dia kan orangnya termasuk Sanguinis yang ekstrovert, suka optimis. Saya orangnyatermasuk Phlegmatis yang introvert, pengamat dan pesimis. Dia kan orangnya termasuk Koleris yang ekstrovert pelaku dan optimis. Dan bla, bla, bla lainnya. Tetapi ada satu hal yang perlu diingat bahwa dunia ini tidak peduli dengan apakah kita te orang berkepribadian ini dan itu. Dunia ini hanya tahu satu hal: kalau kita bergaul, hidup kita juga mengalami kesusahan yang tidak kita inginkan. Titik. Ini adalah mengapa kita perlu mengembangkan potensi yang mendukung perbaikan kemampuan kita dalam bergaul, terlepas apapun model kepribadian kita. Sejumlah istilah ilmiah yang bisa kita temukan dalam buku-buku kepribadian itu gunakan untuk melihat sisi plus-minus agar kita bisa mengembangkan diri sejati seperti orang lain). Sebab, apapun model kepribadian kita pasti ada sisi plus

Transcript of Tips Mengatasi Kesulitan Bergaul

Tips Mengatasi Kesulitan Bergaul 12 09 2010

Anak - anak terkadang sulit bergaul

Hari ini merupakan hari panen artikel. Setelah bongkar bongkar isi My Document, saya banyak menemukan artikel yang sayang jika tidak dibagi. Artikel ini membahas tentang tips bagaimana cara kita agar terbebas dari sifat kurang pergaulan (Kuper). Monggo silakan dibaca.

Life Skill

Dari sekian masalah yang harus kita hadapi dalam hidup ini, kesulitan dalam bergaul adalah salah satunya. Bagi yang kebetulan sedang menghadapi masalah ini, mungkin ada dua hal yang perlu diingat:

Pertama, pergaulan itu erat kaitannya dengan kemampuan. Kemampuan di sini artinya bukan hasil bawaan dari lahir tetapi merupakan kapabilitas yang diraih dari usaha dalam mengembangkan diri (developmental process). Jadi, apapun kepribadian anda, pada dasarnya anda punya kesempatan yang sama untuk bergaul seperti juga orang lain yang punya model kepribadian lain.

Sah-sah saja kita menyimpulkan, misalanya saja: saya orangnya termasuk Melankolis yang introvert, pemikir dan pesimis. Dia kan orangnya termasuk Sanguinis yang ekstrovert, suka ngomong dan optimis. Saya orangnya termasuk Phlegmatis yang introvert, pengamat dan pesimis. Dia kan orangnya termasuk Koleris yang ekstrovert pelaku dan optimis. Dan bla, bla, bla lainnya.

Tetapi ada satu hal yang perlu diingat bahwa dunia ini tidak peduli dengan apakah kita termasuk orang berkepribadian ini dan itu. Dunia ini hanya tahu satu hal: kalau kita mengalami kesusahan bergaul, hidup kita juga mengalami kesusahan yang tidak kita inginkan. Titik. Ini adalah sebuah dalil mengapa kita perlu mengembangkan potensi yang mendukung perbaikan kemampuan kita dalam bergaul, terlepas apapun model kepribadian kita.

Sejumlah istilah ilmiah yang bisa kita temukan dalam buku-buku kepribadian itu mestinya kita gunakan untuk melihat sisi plus-minus agar kita bisa mengembangkan diri sejati kita (bukan jadi seperti orang lain). Sebab, apapun model kepribadian kita pasti ada sisi plus yang perlu kita

kembangkan untuk memperbaiki hidup dan pasti pula ada sisi minus yang perlu kita kontrol agar tidak sampai merugikan atau membahayakan.

Kedua, pergaulan itu tidak identik dengan banyak ngomong atau sedikit ngomong, tidak identik dengan apakah anda seorang pendiam atau tidak pendiam. Prinsip yang berlaku dalam pergaulan adalah bagaimana kita berkomunikasi dengan orang lain (to build) dan bagaimana kita menjaga hubungan itu (to maintain). Karenanya, jangan heran bila menjumpai ada orang yang banyak ngomong tetapi pergaulannya sempit dan jangan heran pula bila melihat ada orang yang sedikit ngomong tetapi pergaulannya luas.

Kalau melihat acuan Pendidikan Ketrampilan Hidup (Life Skill Education) yang dipakai PBB (Unesco), akan kita temukan empat pilar utama yang harus dilatih untuk memperbaiki ketrampilan hidup (terlepas apapun latar belakang pendidikan formal dan apapun model kepribadian anda). Keempat pilar utama itu adalah:

* Belajar untuk mengetahui )learning to know). Semua orang perlu meningkatkan kemampuannya di sini, yaitu: kemampuan berpikir kritis, berpikir dalam menyelesaikan masalah, mengambil keputusan, memahami konsekuensi tindakan, dan seterusnya. * Belajar untuk menjadi (learning to be): meningkatkan kemampuan personal seperti bagaimana menangani stress, bagaimana meningkatkan kepercayaan diri, kesadaran diri, dan seterusnya * Belajar untuk hidup bersama (learning to live together): kemampuan sosial seperti komunikasi, negoisasi, kerjasama tim, bergaul, dan seterusnya * Belajar untuk melakukan (learning to do): kemampuan manual / praktek atau keahlian kerja teknis sesuai dengan bidang kita masing-masing

Sekali lagi perlu kita yakinkan pada diri sendiri bahwa bergaul adalah bagian penting dari ketrampilan hidup. Kita semua sudah tahu bahwa di dunia ini pasti tidak ada buku atau perpustakaan yang bisa mengungkap manfaat pergaulan karena saking banyaknya manfaat itu. Hambatan yang menyulitkan

Ada beberapa hal yang menghambat usaha kita untuk mengatasi kesulitan dalam bergaul, antara lain:

Arogansi yang tersembunyi

Ini biasanya sangat halus bahkan kita sendiri kurang menyadarinya. Namun demikian ada bentukbentuk riil yang bisa mewakili, misalnya kita menolak untuk bertanya kepada orang lain lebih dulu dengan alasan untuk apa, menolak berjabat tangan lebih dulu, dan seterusnya. Meski ini adalah hak kita, tetapi kalau yang kita inginkan adalah menjalin pergaulan, maka kita perlu menggantinya dengan yang lebih friendly.

Selain arogansi tersembunyi ini, ada juga yang bisa kita sebut dengan istilah terlalu pasif. Kita memang tidak memiliki alasan untuk apa yang bernada mengangkat diri kita di atas orang lain, tetapi kita terlalu pasif, misalnya menunggu ditanya lebih dulu, menunggu diajak berjabat tangan lebih dulu, menunggu disapa lebih dulu, menunggu diajak senyum lebih dulu, dan seterusnya. Dua hal ini bisa mengganggu pergaulan.

Terlalu memikirkan diri sendiri

Ini bisa mengganggu kelancaraan saat sedang berbicara / berdialog dengan orang lain. Ketika sedang berbicara dengan orang lain, jangan memikirkan bagaimana sepatu anda, bagaimana rambut anda, bagaimana cara duduk anda, bagaimana seluler anda, dan seterusnya. Atau juga jangan mengembangkan asumsi seperti misalnya: bagaimana orang lain menilai kostum saya, dan sejumlah bagaimana yang lain. Ini kerap bisa membuat konsentrasi anda bukan pada pembicaraan, tetapi kepada diri sendiri. Kalau Anda sedikit-sedikit melihat ke diri sendiri, mungkin anda akan kehilangan momen untuk menghangatkan suasana. Jadi, fokuskan pada bagaimana menciptakan suasana supaya bisa menjadi hidup, bukan memikirkan diri sendiri.

Terlalu banyak menilai orang lain (jugdmental)

Menilai itu tahapan berikutnya. Untuk membuka pintu pergaulan, nomorduakan itu. Atau juga, simpan dulu di batin anda. Terlalu cepat menghakimi orang lain bisa mengganggu kelancaran usaha dalam membuka pergaulan. Yang lebih dibutuhkan di sini adalah kemampuan memunculkan asumsi bahwa semua orang itu punya sisi positif dan juga punya sisi negatif. Asumsi ini akan banyak membantu dalam melancarkan urusan pergaulan. Ada sebuah pepatah yang mengingatkan kita begini: Kalau Anda menginginkan orang yang sempurna seperti yang Anda inginkan, sebaiknya Anda hidup seorang diri dengan mengunci kamar

Terpenjara oleh pemahaman sempit dan mempersempit

Sadar atau tidak, seringkali kita menciptakan pemahaman yang mempersempit hidup kita sendiri. Ini biasanya terkait dengan urusan agama, suku, ras, almamater, status sosial, status pendidikan, dan lain-lain. Meski jarang kita ucapkan tetapi dalam prakteknya kerap kita jalankan. Kita merasa agak kurang sreg bergaul dengan lain agama, lain suku, lain almamater, lain status, dan seterusnya.

Memang ini hak kita juga tetapi bila dikaitkan dengan upaya mengatasi kesulitan pergaulan, ya hendaknya ini perlu kita pikirkan ulang. Jangan-jangan hanya karena kita punya pemahaman yang sempit lalu hidup kita menjadi sempit. Dunia ini sebetulnya tidak mempersempit kita. Tetapi karena kita punya pemahaman yang sempit tentang dunia, akhirnya dunia kita menjadi sempit.

Masalah kejiwaan yang umum

Ada sejumlah masalah kejiwaan umum yang juga kerap menghambat pergaulan, seperti misalnya kurang pede, malu tanpa alasan yang jelas, minder, takut, cepat ngambek, sering terjadi konflik dengan orang lain, dan lain-lain. Ada banyak tip yang bisa kita baca dari berbagai sumber untuk mengatasi masalah ini. Namun begitu, ada satu kata kunci yang tidak bisa ditinggalkan, yaitu: menghilangkannya dengan cara mempraktekkan (learning by doing), belajar memperbaiki diri dari praktek yang kita lakukan.

Keberanian Anda dalam bergaul akan membaik apabila Anda terus mempraktekkan pergaulan. Kepercayaan diri Anda akan tumbuh membaik bukan karena Anda banyak tahu tentang tip pergaulan tetapi karena Anda banyak latihan bergaul (practicing). Tip, strategi atau pengetahuan itu dibutuhkan pada saat Anda sedang mempraktekkan, bukan sedang memikirkan.

Hal lain yang tak kalah pentingnya untuk diingat juga adalah mencampur adukkan antara pergaulan dengan kepentingan lain, katakanlah di sini misalnya kepentingan bisnis. Untuk orang tertentu pada keadaan tertentu dengan konteks tertentu dan pada level keakraban tertentu, terkadang bisa menganggu kalau kita bergaul tetapi tujuan kita adalah ingin memasarkan produk.

Ini memang tidak mutlak dan terkadang lebih banyak terkait dengan persoalan cara dan level keakraban. Berdasarkan omongan orang yang sering saya dengar, orang agak merasa terganggu dengan model pergaulan yang keakrabannya belum begitu mendalam tetapi sudah bicara

menawarkan produk dengan cara yang agresif. Jika Anda harus melakukannya juga, tempuhlah cara yang paling asertif (sopan, tidak bernada memaksa, didukung dengan alasan yang kuat). Solusi yang bisa Anda lakukan

Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mengatasi masalah kesulitan bergaul ini, antara lain:

Melatih kepedulian

Kepedulian itu bentuknya bermacam-macam dari mulai yang paling ringan bisa kita lakukan sampai ke yang paling berat. Ini misalnya adalah showing interest (menunjukkan ketertarikan) pada kehidupan orang lain, bisa diajak berbicara tentang apa yang penting menurut orang lain, memberikan alasan pada orang lain bahwa Anda tidak berada di pulau yang berbeda dengan mereka, dan seterusnya. Di sini berarti Anda perlu meningkatkan wawasan yang terkait dengan beberapa topik utama di lingkungan Anda.

Meskipun showing interest itu gratis tetapi kalau untuk kepentingan mengatasi masalah kesulitan bergaul, biasanya berperan sangat penting. Untuk selanjutnya, bentuk kepedulian ini bisa Anda tingkatkan, misalnya melibatkan diri pada aktivitas bersama dengan orang lain, memainkan peranan yang bermanfaat bagi orang lain, memberi bantuan pada orang lain yang membutuhkan anda, dan seterusnya. Intinya, jangan sampai kita menyalahkan model kepribadian yang kita miliki seiring dengan serangkaian kesulitan bergaul yang kita alami sementara kita sendiri jarang menunjukkan ketertarikan pada topik atau hal yang menarik buat orang lain. Kita merasa hidup di pulau yang jauh dengan orang lain.

Fokuskan pada pengembangan dialog dan suasana

Seperti yang sudah kita bahas di muka, terlalu memikirkan diri sendiri dan terlalu membuat penilaian atas orang lain pada saat pembicaraan berlangsung, ini bisa mengganggu suasana. Karena itu, fokuskan pada suasana, topik pembicaraan, dan kehangatan dialog. Bagaimana caranya? Di antaranya adalah: a) mengajukan pertanyaan yang bisa kita pelajari dengan menggunakan kaidah 5W1H (what, where, who, why, when, dan how), b) mendengarkan dan mengungkapkan, c) memunculkan humor atau guyonan yang mendukung dan sesuai kebutuhan.

Menghormati privacy orang lain

Ada beberapa hal tentang orang lain yang membuatnya akan lebih suka kalau kita ketahui, tetapi juga ada beberapa hal tentang orang lain yang akan membuatnya tidak nyaman kalau kita ketahui. Hal-hal tentang orang lain yang membuatnya tidak nyaman kalau kita ketahui inilah yang saya maksudkan dengan privacy. Biasanya yang kedua ini adalah masalah-masalah yang sangat pribadi.

Setiap orang itu biasanya memiliki tiga wilayah kehidupan. Pertama adalah wilayah publik (diketahui secara umum, misalnya tinggal di mana, sekolah di mana, dst), kedua, wilayah privat (diketahui hanya oleh orang yang dekat, pacarnya siapa, musuhnya siapa, dst), dan ketiga adalah wilayah pribadi (tidak ingin diketahui oleh siapapun kecuali dirinya atau suami-istrinya). Untuk kepentingan kelancaran bergaul, akan lebih OK kalau kita memfokuskan diri untuk mengetahui hal-hal yang memang orang lain merasa nyaman untuk diketahui (wilayah publik) dan melupakan apa saja yang membuat orang lain merasa tidak nyaman bila diketahui (wilayah pribadi)

Lihat orang lain yang lebih berhasil

Pergaulan itu erat kaitannya dengan seni (the art) atau permainan, (playing the game) tentang bagaimana menjalin hubungan dengan orang lain. Karena seni, maka gayanya berbeda-beda dan ini tidak terkait dengan apakah anda orang yang tipenya banyak ngomong atau sedikit ngomong. Dan, dalam seni permainan, biasanya ada dua hal yang mendasar, yaitu: a) bagaimana anda mengontrol emosi, b) bagaimana anda mengimbangi emosi orang lain.

Dua hal ini memang agak sulit kalau dijelaskan dengan kata-kata. Akan lebih cepat bisa anda pahami dengan melihat bagaimana orang lain yang secara prestasi di atas Anda menjaga hubungan. Mereka yang telah berhasil menjaga hubungan sampai bertahun-tahun, umumnya sudah memiliki kematangan emosi yang lebih bagus. Ini bukan berarti mereka tidak pernah konflik, gap, berbeda pendapat dan lain-lain, tetapi karena mereka sudah tahu bagaimana bermain-main dengan emosi. Karena itu, ada hal-hal yang ditanggapi dengan diam, dengan bicara, dengan ketawa, dengan biasabiasa, dengan humor, dan lain-lain.

Kalau Anda kesulitan mencari contoh, lihatlah bagaiman orang tua kita yang telah bertahun-tahun mempertahankan hubungan dalam membina keluarga. Secara umum bisa kita lihat bahwa kecanggihannya dalam memainkan emosi terletak pada kemampuannya untuk tidak meng-ekstrimkan sesuatu yang berpotensi akan mengacaukan keadaan atau hubungan. Untuk mencapai

kemampuan ini memang perlu latihan dan ini tidak terkait langsung dengan umur tetapi terkait dengan pengalaman hidup (life experiencing).

Tingkatkan prestasi Anda

Ini adalah kunci untuk mengatasi masalah-masalah kejiwaan umum itu. Semakin banyak hal-hal positif yang bisa Anda realisasikan dari diri Anda, maka semakin baguslah Anda merasakan diri anda. Bagaimana kita merasakan diri kita akan terkait dengan bagaimana kita berhadapan dengan orang lain. Karena itu, menurut teori kesehatan mental, orang yang sedang depresi (punya perasaan negatif terhadap diri sendiri, orang lain, keadaan atau Tuhan) tidak bisa membangun hubungan dengan orang lain secara positif dan konstruktif.

RAGAM KONSELING BERDASARKAN MASALAH PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Konseling merupakan sebuah penemuan pada abad ke-20. Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah (disebut konsele) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Frank Parsons di tahun 1908 saat ia melakukan konseling karier. Konseling merupakan inti dari pelayanan bimbingan. Mortensen dan Schmuller (1964) menyatakan counseling is the heart of guidance program. Setiap orang pasti mempunyai masalah dan terkadang tidak bisa menyelesaikannya sendiri. Pada saat seperti inilah konseling sangat dibutuhkan. Konselor akan dengan berusaha sebaik mungkin bekerja sama dengan konseli dalam menemukan cara terbaik untuk memecahkan masalah konseli. Tugas sebagai konselor merupakan tantangan besar. Konselor harus berusaha untuk bisa membantu konseli dengan sebaik mungkin. Ragam konseling berdasarkan masalah yaitu konseling pribadisosial, konseling akademik atau pendidikan, dan konseling karir. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah konseling pribadi-sosial itu? 2. Apakah konseling akademik atau pendidikan itu? 3. Apakah konseling karir itu?

TUJUAN Tujuan penulisan makalah ini adalah agar pembaca dan pendengar mampu memahami dan mengerti tentang ragam koseling berdasarkan masalah, yaitu konseling karir, konseling pribadi-sosial, dan konseling akademik atau pendidikan.

PEMBAHASAN RAGAM KONSELING BERDASARKAN MASALAH Ragam konseling berdasarkan masalah, yaitu konseling pribadi-sosial, konseling akademik, dan konseling karir.

1. KONSELING PRIBADI-SOSIAL

Konseling pribadi-sosial merupakan salah satu bidang konseling yang ada di sekolah. Konseling pribadi-sosial merupakan usaha bimbingan, dalam menghadapi dan memecahkan masalah pribadisosial, seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik dan pergaulan. Selain itu, konseling pribadisosial juga dapat diartikan sebagai seperangkat usaha bantuan kepada peserta didik agar dapat menghadapi sendiri masalah-masalah pribadi dan sosial yang dialaminya, mengadakan penyesuaian pribadi dan sosial, memilih kelompok sosial, memilih jenis-jenis kegiatan sosial dan kegiatan rekreatif yang bernilai guna, serta berdaya upaya sendiri dalam memecahkan masalah-masalah pribadi, rekreasi dan sosial yang dialaminya. Konseling pribadi-sosial diberikan kepada individu, agar mampu menghadapi dan memecahkan permasalahan pribadi-sosialnya secara mandiri. Yang tergolong dalam masalah-masalah sosialpribadi adalah masalah hubungan dengan sesama teman, dengan dosen, serta staf, permasalahan sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal dan penyelesaian konflik. Konseling pribadi-sosial merupakan suatu konseling yang diberikan oleh seorang ahli kepada individu atau kelompok, dalam membantu individu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah pribadi-sosial, seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik dan pergaulan. Contoh dari konseling pribadi-sosial yaitu konseling keluarga. Konseling keluaraga dibagai menjadi 2, yaitu konseling anak dan konseling orang tua.

1. konseling anak

pada dasarnya konseling anak-anak tidak berbeda dengan konseling orang dewasa. Beberapa masalah dasar pada anak-anak :

* mencapai komunikasi yang tepat * menangani perasaan ketergantungan *

bekerja dengan orang tua dan anggota keluarga lainnya * membantu konseli untuk menyadari kebutuhan akan bantuan * menciptakan suasana yang menyenangkan

Cara membantu anak dalam memecahkan masalah antara lain :

o terapi permainan o teknik-teknik konseling

2. Konseling orang tua

Ada dua masalah utama yang ada pada orang tua dan berpengaruh pada anak-anak yang harus diperhatikan yaitu :

* Orang tua menghadapi kecemasan dan masalah-masalah pribadi lainnya yang secara tegas dan langsung tidak berhubungan dengan anak * Orang tua kurang memahami mengenai aspek-aspek perkembangan anak

Konseling keluarga terfokus dalam hal :

1. Keluarga dengan anak yang mengalami gangguan yang berat 2. Keluarga yang salah satu atau kedua orang tua tidak memiliki kemampuan

Tujuan dari konseling keluarga diantaranya :

1. Memfasilitasi komunikasi pikiran dan perasaan antar anggota keluarga 2. Mengatasi gangguan, ketidakfleksibelan peran dan kondisi

Memberi pelayanan sebagai model dan pendidik peran tertentu yang ditunjukkan kepada anggota lainnya

2. KONSELING AKADEMIK

Konseling akademik merupakan konseling yang diharapkan untuk membantu para individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik atau pendidikan. Yang tergolong masalah-masalah pendidikan yaitu pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan atau konsentrasi, cara belajar, penyelesaian tugas dan latihan, pencarian dan penggunaan sumber belajar, perencanaan pendidikan lanjutan dan lain-lain. Konseling akademik dilakukan dengan cara mengembangkan suasana belajar mengajar yang kondusif agar terhimdar dari kesulitan kesulitan belajar. Konselor membantu individu mengatasi kesulitan belajar, mengembangkan cara belajar yang efektif, membantu individu agar sukses belajar, dan agar mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan program atau pendidikan. Dalam konseling akademik, konselor berupaya memfasilitasi individu dalam mencapai tujuan akademik yang diharapkan. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya. Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.

1.

Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai. 2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik. 3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah. 4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. 5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.

3. KONSELING KARIR

Pemahaman terhadap dunia kerja menjadi hal penting bagi individu sebagai bekal dan persiapan memasuki dunia kerja. Hal-hal yang menjadi permasalahan umum bagi individu adalah kurangnya pemahaman untuk mengenal diri, yaitu mengetahui potensi dan mewaspadai kelemahannya,

kurangnya kesiapan mental untuk bersaing di dunia kerja, kekurangtahuan tentang lingkup

pekerjaan pada bidang pekerjaan yang ada di pasar tenaga kerja, serta pemahaman mengenai bagaimana strategi meniti karir mulai dari awal karir sampai dengan bagaimana upaya untuk meraih puncak karir yang dicita-citakan. Untuk itu, konseling karir dapat menjadi media untuk berbagi mengenai masalah-masalah karir dan atau hal-hal lain yang terkait karir. Drummond & Ryan merumuskan konseling karir dan perkembangannya merupakan proses dimana kegiatan, strategi dan intervensi digunakan untuk membantu konseli dalam eksplorasi karir, perencanaan dan pengambilan keputusan karir dalam proses belajar pada lingkup sekolah dan atau dalam proses kerja. Kompetensi sebagai komponen utama keahlian/keterampilan profesi konselor karir merupakan wujud potensi dan aktualisasi diri dalam memberikan layanan konseling karir. Perlunya Konseling Karir Individu-individu berangsur-angsur menuntut agar pekerjaan memberikan dorongan untuk berprestasi dan identitas kepadanya. Beberapa orang mencari jalan-jalan lain untuk sampai kepada tujuan ini melalui gaya hidup yang bersifat mengurangi aktivitas-aktivitas yang ditujukan untuk mengejar pendapatan yang banyak. Ada juga yang berpaling kepada waktu-waktu luang dan kesenangan untuk memenuhi hal-hal yang kurang dalam pekerjaannya. Untuk saat ini, pekerjaan-pekerjaan jasa berkembang jauh lebih pesat daripadapekerjaan-pekerjaan produksi. Berbagai tipe pekerjaan, terutama di bidang pertanian menjadi berkurang. Pekerjaanpekerjaan baru bermunculan pada bidang-bidang seperti ilmu komputer dan ekologi. Meningkatnya kompleksitas dunia kerja dan berlipatgandanya pilihan-pilihan membuat tugas perencanaan karir makin sulit. Di sinilah perlunya konseling karir, yaitu membantu konseli dalam mengetahui potensi, mewaspadai kelemahannya, dan pemahaman mengenai bagaimana strategi meniti karir mulai dari awal karir sampai dengan bagaimana upaya untuk meraih puncak karir yang dicita-citakan. Konseling karier menggali minat, keterampilan, dan latar belakang pendidikan seseorang sehingga mereka bisa bekerja melalui pelatihan profesional di bidang tertentu. Para konselor bisa memfasilitasi proses pemilihan profesi atau pekerjaan dengan berperan sebagai pemandu atau guru bagi siapa saja yang ingin memulai suatu karier, pindah karier, atau mendalami karier baru. Fungsi Konseling Karir Konseling karir menawarkan pendekatan yang sistematis dan objektif untuk belajar tentang keterampilan, pengalaman kerja, aspirasi, dan kebiasaan kerja seseorang. Konselor yang terlatih membantu konseli dalam menemukan pekerjaan atau profesi yang cocok dan menawarkan cara-cara untuk mendapatkan sumber-sumber yang bisa menjadi alat untuk mencari pekerjaan. Konseling bisa dilakukan satu per satu atau dalam kelompok dengan seorang konselor yang mendiskusikan topik-

topik seputar mencari pekerjaan, penulisan resume, wawancara, dan metode perencanaan karier jangka pendek atau panjang. Selain itu, fungsi konseling karir adalah memberikan layanan pada para konseli dalam membuat perencanaan dan pengambilan keputusan karir secara berkesinambungan berfungsi dalam lingkup lembaga kerja bahkan tren terakhir juga berfungsi pada lingkungan pasca kerja. Untuk menghadapi tren dan isu di abad 21 ini, peran dan strategi konselor karir tidak hanya berorientasi pada potensi konseli tetapi juga berorientasi pada kondisi globalisasi. Jenis layanan konseling karir sebagai berikut: 1. Masalah akademis, yaitu membantu mahasiswa agar dapat menentukan pilihan program

pendidikan yang tepat sesuai dengan minat dan kemampuannya serta memecahkan masalah kesulitan belajar yang dihadapi selama menempuh program pendidikan; 2. Masalah sosial/kesulitan pergaulan, yaitu membantu mahasiswa agar dapat mengatasi

kesulitan dalam hal menyesuaikan diri dengan lingkungannya; 3. Masalah keluarga dan pribadi, yaitu membantu mahasiswa agar dapat mengatasi masalah

pribadi yang tidak dapat dipecahkan sendiri sehingga dengan bantuan tersebut yang bersangkutan dapat mengembangkan diri dengan sebaik-baiknya; 4. Masalah yang berkaitan dengan emosi, yaitu membantu mahasiswa supaya perasaan dan

emosinya selalu terkendali dengan baik sehingga tercipta suasana belajar yang optimal; 5. Masalah karir, yaitu membantu mahasiswa agar dapat mengenal lingkungannya sekarang dan

lapangan kerja yang akan dihadapi nanti sehingga mahasiswa dapat memilih dan mempersiapkan diri berkaitan dengan pekerjaan/profesinya nanti yang sesuai dengan kemampuan dirinya. 6. Masalah kejiwaan lainnya; bantuan/pelayanan psikotest, yaitu menemu kenali bakat dan

minat, personalitas/kepribadian, dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA Abin Syamsuddin. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Prayitno dan Erman Anti. 1995. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: P2LPTK Depdikbud. Prayitno. 2003. Panduan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Depdikbud Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah

Belajar Dari Kasus

Sebetulnya penting nggak sih disukai banyak orang itu? Jawabannya bisa penting dan bisa tidak. Ini tergantung keadaan, alasan, dan konteks. Tetapi, secara umum, naluri dasariyah manusia itu punya kecenderungan untuk ingin disenangi. Buktinya, orang akan merasa bahagia jika dirinya disenangi banyak orang. Sebaliknya, orang akan merasa gelisah atau (minimalnya) kurang bahagia ketika dibenci atau kurang disenangi.

Yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana supaya kita termasuk orang yang disengani orang lain? Secara teori memang tidak kita ditemukan tehnik baku untuk itu. Dari praktek hidup, ada petunjuk yang bisa kita tangkap. Salah satunya adalah, manusia itu cenderung kurang menyenangi sifat atau prilaku yang ekstrim (terlalu di tepi atau terlalu) untuk hal-hal yang sifatnya pilihan / bisa dipilih. Tetapi ini tidak semuanya juga. Kalau melihat beberapa kasus yang umum, prilaku atau sifat yang berpotensi mengundang ketidaksenangan itu antara lain:

Pertama, terlalu diam atau terlalu ramai. Idealnya, kita memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berbicara tentang dirinya, tentang pengetahuannya atau tentang pengalamannya. Di samping itu, kita pun perlu memberikan kesempatan untuk mendengarkan. Sehingga yang terjadi adalah dialog untuk saling memberi-menerima atau terjadi percakapan yang hangat. Kehangatan dialog bisa mengundang kesenangan atau kesan yang menyenangkan.

Tapi, jika kita hanya menjadi pendengar yang terlalu diam, pasif, lebih-lebih lagi kurang antusias untuk memberikan tanggapan kepada orang lain, ini berpotensi mengundang ketidaksenangan. Sebaliknya juga begitu. Jika kita yang mendominasi pembicaraan, kita mengungkapkan diri kita panjang lebar, lebih-lebih ditambah dengan sikap yang kurang menunjukkan rasa hormat ketika orang lain mengutarakan dirinya, inipun berpotensi mengundang ketidaksenangan.

Jadi, terlalu diam itu tidak bagus, namun terlalu ramai juga kurang bagus. Terlalu pasif tidak bagus, tetapi terlalu aktif juga tidak bagus. Terlalu diam membuat orang lain boring, tetapi terlalu ramai membuat orang lain merasa tidak nyaman. Menurut teori hubungan, terlalu diam atau terlalu pasif itu biasanya dilakukan oleh sebagian orang yang abdicraft. Lawannya adalah autocraft, terlalu aktif, terlalu ingin mendominasi, dan seterusnya. Yang disarankan adalah menjadi orang yang demokratik: tidak memaksakan kehendak pribadi, pun juga tidak terlalu pasif dan dingin. Terlalu ramai sering

diberi julukan "omdo"(omong doang) atau big mouth (si mulut besar). Sebaliknya, terlalu diam sering diberi julukan "si patung", pengekor, dan lain-lain.

Kedua, terlalu ikut campur atau terlalu cuek. Idealnya, yang dibutuhkan adalah memberikan perhatian (care) atau share feeling (berbagi rasa) pada saat-saat dibutuhkan (empati). Perhatian ini banyak. Bisa dalam bentuk perasaan, sikap atau tindakan. Orang akan merasa lebih dihormati ketika dia tahu kita menaruh empati. Empati adalah peduli yang kita nyatakan dalam berbagai bentuk. Dalam konsep pengembangan-diri, empati termasuk pilar dalam meningkatkan interpersonal skill. Interpersonal skill adalah kemampuan seseorang dalam membuka, menjaga, dan memberdayakan hubungan (dengan orang lain). Ciri-ciri orang yang punya kemampuan bagus di hal ini, antara lain:

- Empati: bisa berbagi dan peduli pada orang lain

- Mendukung kemajuan orang lain (developing others)

- Berkomunikasi secara efektif

- Bisa mendengarkan orang lain

- Punya komitmen yang tinggi dalam menaati janji atau kesepakatan

- Bisa menghormati orang lain

- Bisa melihat sisi positif dan negatif secara objektif

Jika empati mengundang kesenangan orang, maka terlalu ikut campur ke dalam wilayah / urusan pribadi orang lain sering dinilai berpotensi mengundang ketidaksenangan. Lebih-lebih jika campur tangan itu dinilai malah menambah masalah (bukan menyelesaikan / mengurangi masalah) atau membuat orang merasa kurang nyaman. Ada sih wilayah tertentu yang diharapkan campur tangan kita. Tetapi biasanya tetap ada limit / pembatas yang sudah dipasang lampu merah yang artinya adalah: jangan terlalu masuk ke dalam. Memang ini jarang diucapkan.

Begitu juga terlalu cuek, terlalu tidak perduli, atau terlalu masa bodoh. Yang lebih sering terjadi, terlalu cuek sama jeleknya dengan terlalu ikut campur. Kalau melihat teori tentang hubungan

manusia, terlalu ikut campur itu biasanya dilakukan oleh sebagian orang-orang yang oversocial. Sebaliknya, terlalu cuek itu biasanya dilakukan oleh sebagian orang yang undersocial. Baik yang over atau yang under, keduanya sering dinilai kurang bagus. Yang disarankan adalah menjadi inklusif: tidak terlalu cuek dan tidak terlalu ikut campur.

Ketiga, terlalu tertutup atau terlalu terbuka. Idealnya, kita perlu membuat penjelasan-diri tentang hal-hal yang perlu dijelaskan dan perlu tidak menjelaskan hal-hal yang tidak perlu. Apanya yang perlu dan apanya yang tidak perlu? Inipun sulit dijelaskan. Umumnya, yang perlu dan yang tidak perlu itu hanya bisa dipahami oleh perasaan.

Dalam literatur keilmuan dikenal istilah self-disclosure, pengungkapan-diri yang dimaksudkan untuk meningkatkan makna / kualitas hubungan. Self-disclosure ini berbeda dengan self-description (penjelasan-diri). Perbedaan yang paling mendasar adalah, self-disclosure itu merupakan bentuk pengungkapan-diri tentang hal-hal yang signifikan bagi diri sendiri dan bagi orang lain (benar-benar penting untuk membangun hubungan).

Self-diclosure ini bukan saja akan mengundang kesenangan dan keakraban, tetapi malah bisa mengundang kepercayaan (trust). Dalam Psychology & Life (1979) dinyatakan bahwa trust dimulai dari self-diclosure. Jadi, biasanya, dari pengungkapan lahirlah keakraban dan dari keakraban lahirlah kepercayaan. Tapi, katanya, self-disclosure di sini bukan sebatas pada pernyataan mulut (verbal statement of self-diclosure), melainkan serangkaian tindakan yang bisa menjelaskan siapa diri kita. Kalau apa yang kita ucapkan itu berbeda dengan apa yang kita lakukan, bisa-bisa ini malah mengundang ketidaksenangan dan ketidakpercayaan.

Meskipun demikian, terlalu terbuka juga mengundang ketidaksenangan. Apa-apa bilang sama orang lain atau ditunjukkan kepada orang lain sehingga bisa ditafsirkan pamer. Bukan hanya itu, terlalu terbuka juga kerapkali menjadi kelemahan. Untuk membangun keakraban, terlalu terbuka itu seringkali sama jeleknya dengan terlalu tertutup. Terlalu tertutup sangat sering ditafsirkan sebagai upaya untuk menjaga jarak, seperti layaknya minyak dan air. Kalau ini diterapkan kepada orang yang baru kenal tentu baik-baik saja, namun kalau diterapkan pada orang yang sudah lama menjalin hubungan, biasanya ini kurang powerful untuk membangun keakraban.

Tiga poin di atas itu memang baru kasus-kasus umum yang punya ketergantungan pada konteks yang sangat spesifik. Artinya tidak bisa dijeneralisasi. Misalnya saja ada orang yang cerewetnya

minta ampun. Untuk orang yang sudah mengenal dan memahami, tentu tidak ada masalah. Tapi untuk situasi baru dan orang baru, bisa saja hasilnya beda.

Dalam prakteknya, senang dan tidak senangnya orang itu lebih sering terkait dengan soal pemahaman dan kesaling-memahami (mutual understanding). Karena itu, banyak orang yang membenci orang lain karena salah paham, kurang paham, atau tidak saling memahami. Begitu juga banyak orang yang menyenangi orang lain karena sudah saling memahami.

PRINSIP & TEORI LIKING & DISLIKING

Dalam teori ilmu pengetahuan, kita bisa temukan banyak penjelasan seputar liking (suka) dan disliking (ketidaksukaan). Dengan melihat ini mudah-mudahan bisa kita gunakan untuk memahami realitas dan bisa pula kita gunakan untuk memperbaikinya. Sebagian dari sekian teori pengetahuan yang berbicara soal like dan dislike ini antara lain:

Physical Attractiviness theory. Secara naluri, orang akan lebih menyukai orang lain yang menarik dari sisi penampilan fisik. Ini misalnya saja: cantik, tampan, bersih, rapi, teratur, dan seterusnya dan seterusnya. Orang yang penampilannya paling tidak rapi sekalipun terkadang tidak menyukai orang lain yang tidak rapi. Perokok sendiri sering tidak menyukai perokok lain yang merokoknya sembarangan.

Competency theory: Orang cenderung lebih menyukai orang lain yang lebih kompeten, punya banyak kebisaan, lebih kreatif, lebih terampil, lebih smart, dan seterusnya dan seterusnya. Bahkan untuk urusan pekerjaan, orang lebih menyukai / mempercayai orang lain karena melihat kompetensinya ketimbangan saudaranya, anaknya atau sahabat karibnya.

Reciprocal theory. Orang cenderung menyukai orang lain yang menyukainya (ada timbal baliknya). Like attracts like, begitu katanya. Tapi ini masih dengan catatan bahwa kesukaan yang kita tunjukkan itu haruslah genuine, bukan dibuat-buat atau hanya untuk mencari muka. Kalau itu dibuat-buat atau hanya sekedar untuk mencari muka, biasanya malah menimbulkan ketidaksenangan.

Similiarity & Complementary theory. Orang cenderung menyukai orang lain yang punya beberapa kemiripan / kesamaan dengan dirinya. Ini misalnya saja: satu daerah, satu almamater, satu partai, satu hobi, satu visi, satu pemikiran, satu perasaan, dan seterusnya dan seterusnya. Tetapi katanya,

kesamaan dan kemiripan ini tidak mampu menghasilkan kesenangan yang langgeng apabila tidak ditopang oleh unsur lain yang menjadi penguatnya. Karena itu harus ada complementary-nya: saling mengisi, saling mendukung, saling memberi-mendapatkan, dan seterusnya. Jika complementary-nya tidak muncul, maka dengan sendirinya similiarity-nya itu hanya sekedar masa lalu.

Exchange theory. Orang akan menyenangi orang lain yang memberikan untung, nilai plus, atau manfaat kepadanya. Minimalnya tidak sampai merugikan. Soal itu berupa materi atau non-materi, itu soal konteks. Prinsipnya, tidak ada manusia yang bisa menerima kerugian dari proses interaksi yang dijalankan.

Reinforcement theory. Orang akan menyenangi orang lain yang menghargai dirinya. Ini tidak saja dialamatkan secara khusus kepada orang yang memberi penghargaan itu, melainkan juga kepada orang yang dekat dengan si pemberi. Memberi penghargaan dapat memasukkan bentuk-bentuk perasaan positif.

Gain-loss theory. Menurut teori ini, kita akan menyukai orang lain yang evaluasinya, koreksinya, atau dukungannya kepada kita cenderung selalu membaik, bukan semakin memburuk atau biasa-biasa saja. Sebaliknya juga begitu. Kita lebih cenderung akan tidak senang sama orang lain yang makin lama bukannya makin baik penilaiannya, sikapnya atau perlakuannya.

Jika di atas kita sudah melihat kasus-kasus umum dengan konteks yang spesifik, nah di bawah ini mari kita melihat nilai-nilai dasar yang pasti akan menghasilkan kebencian atau kesenangan. Nilainilai dasar ini berlaku universal, tidak melihat orang, keadaan, konteks, tempat, dan tidak tergantung pada atribut eksternal (misalnya agama, suku, pendidikan, atau status sosial).

Apa saja nilai-nilai dasar itu? pasti sebagian besarnya sudah kita ketahui. Yang diperlukan oleh kita bukan pengetahuan, tetapi menyadarinya dalam praktek hidup. Ini misalnya saja:

- Takabbur: mengangkat diri sendiri dengan motif (sembunyi atau terang-terangan) untuk merendahkan orang lain

- Iri-dengki (hasad): senang melihat orang lain susah dan susah melihat orang lain senang; menginginkan nikmat orang lain pindah ke dirinya, menginginkan nikmat orang lain hilang, dst

- Kurang menjaga komitmen / kesepakatan: ingkar janji, membohongi, menipu, dan seterusnya

Kalau melihat literatur psikologi, akan kita temukan juga istilah personality disorder, keganjilan yang berpotensi mengundang ketidaksenangan orang lain apabila sudah melebihi batas proporsional. Ini misalnya saja:

-Terlalu curiga sama orang lain, tidak bisa memaafkan orang lain (terutama dari yang kecil-kecil), gampang bermusuhan, suka mengkritik segalanya

- Menampilkan aura pesimisme, mengurung-diri, nggak peduli dengan kritikan atau pujian

- Suka cerita yang aneh-aneh (tidak masuk akal), suka berpenampilan yang aneh (di luar untuk pentas seni), suka punya kekhawatiran yang berlebihan terhadap keadaan

-Temparemen tinggi, ugal-ugalan (lose control), tidak peduli dengan tanggung jawab, kerap bikin aksi yang membahayakan orang lain

-Mood yang tidak stabil (gampang mencintai dan gampang membenci), terlalu besar bergantung pada orang lain, atau terlalu gampang tersinggung

- Mudah terpengaruh, plin-plan, ngomongnya ngacau kemana-mana

-Arogan, punya keinginan berlebihan untuk dihormati, gampang tersinggung, susah memahami posisi orang lain

- Terlalu minder, kurang mau mengambil resiko, mau enaknya saja tetapi resikonya tidak mau, jarang ke luar atau sedikit interaksi dengan orang banyak

- Terlalu diam karena takut dibenci, menggantungkan kebahagian dirinya pada orang lain, sering merasa tak punya siapa-siapa di dunia ini

-Terlalu idealis, terlalu kaku mempraktekkan pengetahuan, tradisi, atau pemahaman agama (memedomani "kebenaran-sendiri" secara berlebihan), keras kepala

Itu semua adalah contoh-contoh yang bisa kita jadikan acuan dalam berinteraksi. Memang tidak semuanya dapat mengundang ketidaksenangan, tetapi minimalnya dapat menghambat keakraban.

Beberapa Catatan

Terlepas apakah kita menganggap persoalan "disenangi" dan "kurang disenangi" ini sebagai urusan penting atau tidak, namun ada beberapa poin yang perlu kita jadikan catatan-pribadi. Ini antara lain:

-Perlu berpikir realistis yang berdasarkan pada akal sehat. Artinya, tidak mungkin ada orang yang disenangi oleh semua orang atau dibenci oleh semuanya. Kaidahnya adalah sebagian besar, sebagian kecil, umumnya, mayoritasnya, dan lain-lain.

-Jangan menjadikannya sebagai tujuan. Kalau kita ingin melakukan sesuatu atau menampilkan sifat tertentu, namun tujuan kita hanya untuk disenangi orang, biasanya yang kita dapat malah sebaliknya. Jadi gimana? Idealnya adalah, kita melakukan hal-hal positif, berkepribadian positif, bersikap positif, dan lain-lain, tetapi itu semua kita hayati sebagai proses aktualisasi-diri (perbaikandiri). Titik. Soal orang itu suka atau tidak, ini urusan mereka.

-Tidak cukup berhenti hanya pada level "disenangi". Kalau dikembalikan ke urusan pengembangandiri (self-development), yang paling penting adalah dipercaya orang lain. Bahwa untuk dipercaya itu harus disenangi dulu, memang itu lebih sering benarnya.

-Jangan menjadikannya sebagai bungkus belaka atau trik yang menipu atau mengelabuhi (orang lain dan diri sendiri). Misalnya kita berprilaku sok bersih, sopan, semangat, intelek, bodo, dan lain-lain, namun itu semua didasari motif untuk melancarkan urusan yang merugikan orang lain. Idealnya, kita perlu menjadikannya sebagai karakter atau sifat, bukan sebatas sebagai ekspresi kepribadian yang dikondisikan oleh kepentingan sesaat. Memang terkadang ini sulit dihindari. Tetapi, baiknya kita tetap beracuan pada karakter atau sifat.

-Tetap dimulai dari dalam diri kita lebih dulu. Ingin disenangi orang lain tetapi kurang senang dengan orang lain, ini sulit. Ingin hubungan terjaga dengan bagus, tetapi kita (dalam prakteknya) melakukan hal-hal yang merusak, ini juga sulit.