TB Pada Anak Dan Penatalaksaannya

27
TUBERKULOSIS PADA ANAK DAN PENATALAKSAANNYA Oeh: M. Agung Maulana Syani 07.030.002 Pembimbing: Dr. Rachmat Hadi S, Sp.A

description

tuberculosis adalah suatu penyakit menular yang bisa menular pada anak, diagnosis tuberculosis pada anak di tegakkan dengan score TB

Transcript of TB Pada Anak Dan Penatalaksaannya

Page 1: TB Pada Anak Dan Penatalaksaannya

TUBERKULOSIS PADA ANAK DAN PENATALAKSAANNYA

Oeh:M. Agung Maulana Syani

07.030.002

Pembimbing:Dr. Rachmat Hadi S, Sp.A

SMF ILMU KESEHATAN ANAKBAPELKES RSD JOMBANG

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Page 2: TB Pada Anak Dan Penatalaksaannya

2008PENDAHULUAN

Siapa yang tidak kenal dengan tuberkulosis (TB)? Penyakit ini kian populer

setelah dalam beberapa waktu belakangan ini muncul di layar kaca dengan slogan baru

yang disandangnya, “TB: Bukan Batuk Biasa”. Beberapa awam mungkin lebih

mengenalnya dengan sebutan penyakit flek paru.

Tak disangka, TB ternyata adalah penyakit usang yang sudah ditemukan sejak

jaman Mesir kuno. Meski usang, tapi penyakit ini masih belum bisa juga dibasmi di muka

bumi. Sampai-sampai, TB pun memiliki hari peringatan sedunia yang jatuh setiap tanggal

24 Maret. Dengan adanya hari peringatan itu, tentu diharapkan dunia aware terhadap

penyakit ini.

Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993

menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%.

Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO

pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256

kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.

Perkiraan prevalensi, insidensi dan kematian akibat TBC dilakukan berdasarkan analisis

dari semua data yang tersedia, seperti pelaporan kasus, prevalensi infeksi dan penyakit,

lama waktu sakit, proporsi kasus BTA positif, jumlah pasien yang mendapat pengobatan

dan yang tidak mendapat pengobatan, prevalensi dan insidens HIV, angka kematian dan

demografi.

TB bukanlah penyakit yang hanya dapat diderita orang dewasa. Anak-anak pun

terancam. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan terdapat lebih dari 250.000

anak menderita TB dan 100.000 di antaranya meninggal dunia.

Masalah lain yang cukup banyak terjadi di Indonesia adalah kesalahan diagnosis

baik oleh dokter umum maupun dokter spesialis anak, sehingga pengobatan diberikan

pada anak yang tidak menderita TBC atau sebaliknya, anak penderita TBC tidak

mendapatkan penanganan yang semestinya. Pemberian OAT pada anak yang tidak

menderita TBC selain akan memicu pengeluaran yang tidak diperlukan, juga membuat

berkurangnya persediaan obat untuk penderita TBC yang benar-benar memerlukannya.

Page 3: TB Pada Anak Dan Penatalaksaannya

Selain itu, sebagian besar dokter spesialis anak belum terhubungkan dengan program

DOTS (Directly Observed Treatment, Shorcourse chemotherapy) yang berkualitas.

Di sinilah masalah mulai muncul. Insiden yang terus merangkak tidak disertai

dengan kemudahan menegakkan diagnosis sedini mungkin.

Dari uraian diatas didapatkan suatu masalah yaitu bagaimanakah mengenali lebih

jauh karakteristik dari TBC, sehingga tidak terjadi kesalahan diagnosis baik oleh dokter

umum maupun dokter spesialis anak.

Maksud dari penulisan refrat ini, untuk memberi tambahan pengetahuan kepada

para dokter muda pada khususnya dan tenaga kesehatan pada umumnya, agar kelak kita

dapat mendiagnosa secara dini dan memberikan informasi yang benar kepada pasien jika

kita menjumpai kasus serupa, disamping itu juga untuk melengkapi syarat kelulusan

kepanitraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Anak RSD Jombang.

Page 4: TB Pada Anak Dan Penatalaksaannya

PEMBAHASAN

DEFINISI

Tuberculosis (TB) adalah penyakit akbat infeksi Mycobacterium tuberculosis.

Penyakit ini bersifat sistemik sehingga dapat mengenai semua oran tubuh dengan lokasi

terbanyak do paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer. (Mansjoer :2000)

Kuman TB merupakan kuman berbentuk batang, dan mempunyai sifat khusus

yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut juga sebagai Basil

tahan asam (BTA). Kuman TB dapat mati dengan sinar matahari langsung, namun juga

dapat bertahan hidup ditempat gelap dan lembab. Didalam tubuh, kuman kuman dapat

dormant (tidur) lama selama beberapa tahun. Masa inkubasinya adalah 2-12 minggu.

(Mansjoer :2000)

Perlu ditekankan sejak awal adanya perbedaan antara infeksi TB dengan sakit TB.

Infeksi TB relatif lebih mudah diketahui, yaitu dengan berbagai peranngkat diagnostik

infeksi TB misalnya uji tuberkulin. Seseorang (dewasa ataupun anak) yang positif

terinfeksi TB (uji tuberkulin +) belum tentu menderita sakit TB. Pasien sakit TB perlu

mendapat terapi OAT, namun seseorang yang mengalami infeksi TB tanpa sakit TB,

tidak perlu endapatkan terapi OAT. Untuk kelompok resiko tinggi, pasien dengan infeksi

TB tanpa sakit TB, perlu mendapat profilaksis. (IDAI : 2007)

Page 5: TB Pada Anak Dan Penatalaksaannya

PATOGENESIS

Sumber bagan, Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga

TANDA DAN GEJALA

Gejala klinis TB tergantung faktor pejamu (usia, status imun, kerentanan) dan

faktor agen (jumlah, virulensi). Gejala TB pada anak yang umum terjadi adalah demam

yang tidak tinggi (subfebris), berkisar 38 derajad Celcius, biasanya timbul sore hari, 2-3

Lesi di Hepar, lien, ginjal, tulang, otak, dll.

Basil TB berkembanga biak Destruksi basil TB

Destruksi makrofag

Fagositosis oleh makrofagAlveolus

Lesi sekunder paru

Kelenjar limpheResolusi

Penyebaran hematogen

Pecah

Kalsifikasi pengkejuann

Pembentukan tuberkel

Inhalasi basil TB

Kompleks Ghon

Page 6: TB Pada Anak Dan Penatalaksaannya

kali seminggu. Gejala lain adalah penurunan nafsu makan, dan gangguan tumbuh

kembang. Batuk kronik yang merupakan gejala tersering pada TB paru dewasa, tidak

terlalu mencolok pada anak. Mengapa? Sebab lesi primer TB paru pada anak umumnya

terdapat di daerah parenkim yang tidak mempunyai reseptor batuk. Kalaupun terjadi,

berarti limfadenitis regional sudah menekan bronkus dimana terdapat reseptor batuk.

Batuk kronik pada anak lebih sering dikarenakan oleh asma. Selain itu kadang terdapat

pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multipel. Diare

persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare. (Andra : 2007)

Gejala-gejala yang tersebut di atas dikategorikan sebagai gejala nonspesifik.

Perlu dicatat bahwa gejala nonspesifik dapat juga ditemukan pada kasus infeksi lain.

Maka dari itu, keberadaan infeksi lain perlu dipikirkan agar anak tidak overtreated.

Selanjutnya, gejala spesifik tergantung dari organ yang terkena seperti kulit

(skrofuloderma); TB tulang dan sendi yang ditandai dengan adanya gibbus dan pasien

tampak pincang, TB otak dan saraf / meningitisdengan gejala iritabel, kaku kuduk,

muntah, dan kesadaran menurun, TB mata dapat berupa konjunctivitis, fliktenularis,

tuberkel koroid, dan organ lain. (IDAI : 2007)

Oleh karena gejala TB pada anak sangat bervariasi dan tidak saja melibatkan

organ pernafasan melainkan banyak organ tubuh lain, maka ada yang menyebut TB

sebagai the great immitator. (Andra : 2007)

DIAGNOSA

Diagnosis paling tepat adalah dengan ditemukannya kuman TBC dari bahan yang

diambil dari penderita, misalnya: dahak, bilasan lambung, biopsi dll. Tetapi pada anak hal

ini sulit dan jarang didapat, sehingga sebagian besar diagnosis TBC anak didasarkan atas

gambaran klinis, gambaran foto röntgen dada dan uji tuberkulin. Untuk itu, terdapat

beberapa tanda dan gejala yang penting untuk diperhatikan. Seorang anak harus dicurigai

menderita tuberkulosis jika:

mempunyai sejarah kontak erat (serumah) dengan penderita TBC BTA positif,

terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG (dalam 3-7 hari),

terdapat gejala umum TBC

Page 7: TB Pada Anak Dan Penatalaksaannya

Diagnosis TB pada anak ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, gejala klinis,

uji tuberkulin serta pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan radiologi.

Uji tuberkulin (tes Mantoux) menjadi alat diagnostik utama pada kasus TB anak.

Sebanyak 0,1 ml tuberkulin jenis PPD-RT 23 2 TU atau PPD-S 5 TU disuntikan

intrakutan di bagian volar lengan bawah. Setelah 48-72 jam, daerah suntikan dibaca dan

dilaporkan diameter indurasi yang terjadi dalam satuan milimeter. Perlu diperhatikan

bahwa diameter yang diukur adalah diameter indurasi bukan diameter eritema! Untuk

meminimalkan kesalahan pengukuran, lakukan palpasi secara halus pada daerah indurasi,

lalu tentukan tepinya. (Andra : 2007)

Indurasi transfersal diukur dan dilaprokan dalam mm berapapun ukurannya,

termasuk pencantuman 0 mm jika tidak ada indurasi sama sekali. Indurasi 10 mm keatas

dinyatakan positif. Indurasi , 5 mm dinyatakan negatif, sedangkan indursi 5-9 mm

meragukan dan memerlukan pengulangan tes, dengan jarak waktu minimal 2 minggu. Uji

tuberkulin positif menunjukan adanya infeksi TB dan kemungkinan TB aktif (sakit TB)

pada anak, reaksi uji tuberkulin positif biasanya bertahan lama hingga bertahun-tahun

walau pasien sudah sembuh, sehingga uji tuberkulin (mantoux) tidak digunakan untuk

memantau pengobatan TB. (IDAI :2004)

Hasil uji tuberkulin dapat dipengaruhi oleh status BCG anak. Pengaruh BCG

terhadap reaksi positif tuberkulin paling lama berlangsung hingga 5 tahun setelah

penyuntikan. Jadi, ketika membaca uji tuberkulin pada anak di atas 5 tahun, status BCG

dapat dihiraukan. (Andra : 2007)

Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah hitung sel darah, laju

endap darah, urinalisis, enzim hati dalam serum (SGOT/SGPT). Asam urat sebaiknya

diperiksa apabila akan diberikan pirazinamid dan penglihatan harus diperiksa bila

diberikan ethambutol. Pungsi lumbal sebaiknya dilakukan pada TB milier atau bila ada

tanda-tanda kecurigaan TB milier atau meningitis TB. (Depkes : 2007)

Foto rontgen harus diambil dari 2 sisi yaitu AP dan lateral. Gambaran yang umum

terlihat adalah pembesaran kelenjar hilus atau paratrakea. Dapat juga ditemukan kolaps

atau konsolidasi dengan hiperinflasi lokal yang terjadi akibat obstruksi bronkus parsial.

Diagnosis banding pembesaran kelenjar hilus/paratrakea pada anak adalah infeksi

Mycoplasma, atau keganasan (limfoma sel T dan neuroblastoma). Hasil foto rontgen

Page 8: TB Pada Anak Dan Penatalaksaannya

sebaiknya diinterpretasikan oleh radiolog yang kompeten dan berpengalaman. Pada

beberapa kasus, interpretasi foto rontgen sulit dilakukan sehingga CT-Scan mungkin

diperlukan. (IDAI : 2004)

Pemeriksaan mikrobiologik dari bahan bilasan lambung atau sputum untuk

mencari basil tahan asam (BTA) pada pemeriksaan langsung dari mycobacterium

tuberculosis dari biakan, hasil positif dari biakan merupakan diagnosa pasi TB. Hasil

biakan atau BTA negatif tidak menyingkirkan diagnosa TB. (Andra : 2007)

Pemeriksaan patologi dilakukan dari biopsik kelenjuar, kulit, atau jaringan lain

yang dicurigai terkena infeksi TB.

Funduskopi perlu dilakukan pada TB milier dan meningitis TB. Pungsi lumbal

juga harus dilakukan pad TB milier untuk mengetahui ada tidaknya meningits TB. Foto

tulang dan pungsi pleura.

WHO membuat kriteria anak yang diduga (suspected) menderita TB, bila:

1. Sakit, dengan riwayat kontak dengan seseorang yang diduga atau dikonfirmasi

menderita TB paru;

2. Tidak kembali sehat setelah sakit campak atau batuk rejan (whooping cough);

3. Mengalami penurunan berat badan, batuk, dan demam yang tidak berespon

dengan antibiotik saluran nafas;

4. Terdapat pembesaran abdomen, teraba massa keras tak terasa sakit, dan ascites;

5. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening superfisial, tidak terasa sakit, dan

berbatas tegas;

6. Mengalami gejala-gejala yang mengarah ke meningitis atau penyakit sistim saraf

pusat. (Depkes : 2007)

Unit Kerja Koordinasi Respirologi PP IDAI telah membuat Pedoman Nasional

Tuberkulosis Anak dengan menggunakan sistem skor (scoring system), yaitu pembobotan

terhadap gejala atau tanda klinis yang dijumpai. Pedoman tersebut secara resmi

digunakan oleh program nasional penanggulangan tuberkulosis untuk diagnosis TB anak.

Setelah dokter melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,

maka dilakukan pembobotan dengan sistem skor. Pasien dengan jumlah skor yang lebih

atau sama dengan 6 (>6), harus ditatalaksana sebagai pasien TB dan mendapat OAT (obat

anti tuberkulosis). Bila skor kurang dari 6 tetapi secara klinis kecurigaan kearah TB kuat

Page 9: TB Pada Anak Dan Penatalaksaannya

maka perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik lainnya sesuai indikasi, seperti bilasan

lambung, patologi anatomi, pungsi lumbal, pungsi pleura, foto tulang dan sendi,

funduskopi, CT-Scan, dan lain lainnya. (Depkes : 2007)

Sistem skoring (scoring system) gejala dan pemeriksaan penunjang TBPARAMETER 0 1 2 3 JUMLAHKontak TB Tidak jelas Laporan

keluarga, BTAnegatif atautidak tahu,BTA tidak jelas

BTA positif

Uji tuberkulin

Negatif Positif (≥ 10mm, atau ≥ 5mm padakeadaanimunosupresi)

Berat badan/keadaan gizi

Bawah garismerah (KMS)atau BB/U <80%

Klinis giziburuk (BB/U<60%)

Demam tanpasebab jelas

≥ 2 minggu

Batuk ≥3 mingguPembesarankelenjar limfekoli, aksila,inguinal

≥1 cm,jumlah >1,tidak nyeri

Pembengkakantulang/sendipanggul, lutut,falang

Adapembengkakan

Foto torakstoraks

Normal/tidak jelas

Kesan TB

Jumlah

Page 10: TB Pada Anak Dan Penatalaksaannya

(sumber IDAI : 2007)

Catatan :

Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter.

Batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan penyebab batuk kronik

lainnya seperti Asma, Sinusitis, dan lain-lain.

Jika dijumpai skrofuloderma (TB pada kelenjar dan kulit), pasien dapat langsung

didiagnosis tuberkulosis.

Berat badan dinilai saat pasien datang (moment opname).--> lampirkan tabel

badan badan.

Foto toraks toraks bukan alat diagnostik utama pada TB anak

Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi lokal timbul < 7 hari setelah

penyuntikan) harus dievaluasi dengan sistem skoring TB anak.

Anak didiagnosis TB jika jumlah skor > 6, (skor maksimal 14)

Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke RS untuk evaluasi lebih

lanjut.

Perlu perhatian khusus jika ditemukan salah satu keadaan di bawah ini:

1. Tanda bahaya:

Kejang, kaku kuduk

Penurunan kesadaran

kegawatan lain, misalnya sesak napas

2. Foto toraks menunjukkan gambaran milier, kavitas, efusi

pleura

3. Gibbus, koksitis (Depkes : 2007)

Alur tatalaksana pasien TB anak pada unit pelayanan kesehatan dasar

Skor >6

Beri OATselama 2 bulan dan

Respons (+) Respons (-)

Page 11: TB Pada Anak Dan Penatalaksaannya

(Depkes : 2007)

PENATALAKSANAAN

Tujuan Pengobatan

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,

mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi

kuman terhadap OAT. Pengobatan TB dapat berupa medikamentosa,

bedah, supportif. (Mansjoer : 2000)

Pada sebagian besar kasus TB anak pengobatan selama 6 bulan cukup adekuat.

Setelah pemberian obat 6 bulan, lakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan

penunjang. Evaluasi klinis pada TB anak merupakan parameter terbaik untuk menilai

keberhasilan pengobatan. Bila dijumpai perbaikan klinis yang nyata walaupun gambaran

radiologik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, OAT tetap dihentikan. (Andra :

2007)

Medikamentosa

Terapi TB terdiri dari 2 fase, yaitu fase intensif dan dengan panduan 3-5 OAT

selama 2 bulan awal, dan fase lanjutan dengan pandua 2 OAT (INH dan Rifampisin)

hingga 6-12 bulan. Pada anak OAT diberikan secara ruti setiap haribaik pada fase intensif

ataupun fase lanjutan. Terapi OAT untuk TB paru ialah INH, rifampisin, dan pirasinamid,

selama 2 bulan fase intensif, dilanjutkan INH dan rifampisinhingga genap 6 bulan terapi

(2HRZ-4HR). Untuk TB paru berat (milier dan derstroyed lung) dan TB extra paru

digunakan 4-5 OAT selama 2 bulan fase intensif, dilanjutkan dengan INH dan rifampisin

Terapi TB diteruskan

Teruskan terapi TB sambil

mencari penyebabnya

Page 12: TB Pada Anak Dan Penatalaksaannya

hingga genap 9-12 bulan teraqpi. Untuk TB kelenjar superfisial, terapi ama dengan TB

paru. (IDAI : 2007)

Untuk TB milier dan efusi pleura TB diberikan prednison 1-2 mg/

kg BB/ hr selam 2 monggu, kemudian dosis diturunkan bertahap

(tappering off) selam 2 minggu, sehingga total waktu pemberian

adalah 1 bulan. (IDAI : 2007)

Dosis Obat Anti tuberkulosis Lini Pertama

OBAT DOSIS HARIAN

(MG/KGBB/HARI)

DOSIS MAX

(MG/HR)

EFEK SAMPING

Isoniazid 5-15* 300 Hepatitis, neuritis perifer,

hipersensitivitas

Rifampisin** 10-20 600 Gastrointestinal, reaksi kulit,

hepatitis, trombositopenia,

peningkatan enzim hati,

cairan tubuh berwarna

orange kemerahan

Pirazinamid 15-30 2000 Toksisitas hepar, artralgia,

gastrointestinal

Etambutol 15-20 1250 Neuritis optik, ketajaman

mata berkurang, buta warna

merah hijau,

hipersensitivitas,

gastrointestinal

Streptomisin 15-40 1000 Ototoksik, nefrotoksik

* Bila INH dikombinasi dengan rifampisin, dosisnya tidak boleh melebihi 10

mg/kgBB/hari

Page 13: TB Pada Anak Dan Penatalaksaannya

** Rifampisin tidak boleh diracik dalam satu puyer dengan OAT lain karena dapat

mengganggu bioavailabitias rifampisin

Dosis OAT Kombipak (dalam bentuk blister) pada anak

JENIS OBATBB

< 10 KG

BB

10 - 19 KG

BB

20 - 32 KG

Isoniasid 50 mg 100 mg 200 mg

Rifampicin 75 mg 150 mg 300 mg

Pirasinamid 150 mg 300 mg 600 mg

(Depkes : 2007)

Dosis OAT KDT (kombinasi dosis tetap) pada anak

BERAT BADAN (KG)2 BULAN TIAP HARI

RHZ (75/50/150)

4 BULAN TIAP HARI

RH (75/50)

5-9 1 tablet 1 tablet

10-19 2 tablet 2 tablet

20-32 4 tablet 4 tablet

(Depkes : 2007)

Keterangan:

Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah sakit

Anak dengan BB 15-19 kg dapat diberikan 3 tablet.

Anak dengan BB ≥33 kg , dirujuk ke rumah sakit.

Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah

OAT KDT dapat diberikan dengan cara : ditelan secara utuh atau

digerus sesaat sebelum diminum.

.

Berbicara mengenai minum OAT, tidak hanya sekedar minum

tetapi juga patuh. Kepatuhan minum OAT meliputi benar obat (right

drugs), benar dosis (right doses), dan benar waktu pemberian (right

intervals) – tertuang dalam program Direct Observed Therapy (DOT) –

menjadi bagian yang sangat krusial. Orang tua atau pengasuh anak

Page 14: TB Pada Anak Dan Penatalaksaannya

dapat dijadikan Pengawas Minum Obat (PMO) yang bertugas

mengawasi anak agar tidak lupa minum OAT. Dilaporkan pada tahun

1999, sekitar 82,9% anak menjalankan program DOT, dan 94,8%

diantaranya menunaikannya sampai tuntas. DOT juga berhasil

mengurangi risiko terjadinya TB resisten terhadap OAT. (Andra : 2007)

Bedah

Tindakan bedah diperllukan pada TB paru berat dengan

destroyed lung untuk lobektomi atau pneumektomi. TB tulang seperti

spondilitis TB, koksitis TB, atau gonitis TB, memerlukan koreksi

ortopedik. Tindakan bedah dapat dilakukan setelah terapi OAT minimal

2 bulan, kecuali jika terjadi kompresi mwedulla spinalis atau abses

para vertebra yang memerluka tindakan bedah lebih awal. (IDAI : 2007)

Supportif

Asupan gizi yang adekuat sangat penting untuk

keberhasilan terapi Tb, jika ada penyakit lain yang juga perlu

mendapat tatalaksana ayang memadai. Fisioterapidilakukan pada

kasus paska bedah. (IDAI : 2007)

KEMOPROFILAKSIS

Seorang anak dapat terinfeksi kuman TB tetapi belum tentu

bermanifestasi menjadi sakit TB. Apabila daya tahan tubuh anak

menurun atau virulensi kuman TB yang menginfeksi ganas maka anak

yang semula ‘hanya’ terinfeksi menjadi sakit TB.

Ada 2 macam kemoprofilaksis TB pada anak. Kemoprofilaksis

primer bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi tuberkulosis pada

anak, dengan memberikan isoniazid 5-10 mg/kgBB/hari, dosis tunggal.

(Andra : 2007)

Page 15: TB Pada Anak Dan Penatalaksaannya

Profilaksis primer diberikan selama kontak masih ada, minimal 3

bulan. Pada akhir bulan ketiga dilakukan uji tuberkulin ulang, jika

hasilnya negatif dan konntak tidak ada, profilaksis dihentikan. Jika

terjadi konversi tuberkulin menjadi positif, dilakukan evaluasi apakah

hanya terinfeksi atau sakit TB. Terapi dilanjutkan sesuai kelasnya.

Kemoprofilaksis sekunder bertujuan mencegah aktifnya infeksi

sehingga anak tidak sakit – yang ditandai dengan uji tuberkulin positif

tetapi gejala klinis dan radiologis normal. Yang diberikan adalah

isoniazid 10 mg/kgBB/hari selama 6-12 bulan. Kelompok anak

terinfeksi TB yang berisiko tinggi menderita TB adalah:

1. usia <5 tahun

2. menderita penyakit infeksi (morbili, varisela)

3. mendapat obat imunosupresif jangka panjang (sitostatik,

steroid, dll)

4. usia pubertas

5. infeksi paru TB, konversi uji tuberkuiln dalam kurang dari 12

bulan.

Klasifikasi Kelas TB pada Anak

KELAS KONTAK INFEKSI SAKIT TATALAKSANA

0 - - - -

1 + - - Profilaksis 1

2 + + - Profilaksis 2

3 + + + Terapi TB

Page 16: TB Pada Anak Dan Penatalaksaannya

PEMANTAUAN (MONITORING)

Terapi

Respons klinis yang baik terhadap terapi mempunyai nilai

diagbostik, respon yang baik dapat dinilai dari perbaikan semua

keluhan awal. Nafsu makan yang membaik, berat badan yang

meningkat dengan cepat, hilangnya keluhan demam, batu lama, tidak

mudah kit lagi. Respons yang nyata biasanya terjadi pad 2 bulan awal

(fase intensif).

Evaluasi radiologis dilakukan pada akhir pengobatan, kecuali jika

ada perburukan klinis. Jika memburuk, evaluasi kepatuhan minum obat

dan fikirkan kemungkinan kuman TB resisten obat. Terapi TB dimulai

lagi dari awal dengan panduan 4 OAT.

Efek samping OAT jarang dijumpai pada anak, jika dosis dan cara

pemberiannya benar. Efek samping yang kadang muncul adalah,

hepatotoksisitas dengan gejala ikterus yang bisa diksertai dengan

keluhan gastrointestinal yang lainnya.keluhan ini biasanya muncul

pada fase intensif. Pada pasien yang dicurigai adany keluhan fungsi

hepar, maka pemeriksaan transaminase serumdilakukan sebelum

pemberian Oat dan dipantau minimal 2 minggu dalam fase intensif.

(IDAI : 2007)

Jika timbul ikterik terpi OAT dihentikandan dilakukan uji fungsi

hati ( bilirubin da transaminase). Bila ikterus telah enghilandan kadar

transaminase , 3x batas atas normal, panduan OAT dapat diberikan

dengan dosis terendah. Yang perlu diingat, reaksi hepatotoksisitas

biasanya muncul karena kombinasi dengan berbagai obat lain ang

bersifat hepatotoksik. (IDAI : 2007)

Tumbuh kembang

Page 17: TB Pada Anak Dan Penatalaksaannya

Pertumbuhan pasien akan mengalami perbaikan yang nyata.

Data berat badan dicatat tiap bulan dan dimasukan dalam grafik

tumbuh untuk memantau pola tumbuh pasien selama mengalami

terapi. Walaupun berat badan belum mencapai ideal, namun pola

grafik menunjukan peningkatan respons pengobatan sudah dinilai baik.

Pedoman untuk orang tua pasien

1. pengobatan TB beralngsung lama, minimal 6 bulan, dan tidak

boleh terputus sehingga pasien harus kontrol teratur ttiap

bulan.

2. obat rifampisin, dapat menyebabkan cairan tubuh ( air seni,

air mata, keringat, ludah) berwarna merah.

3. secara umum obat sebaiknya diminum dalam keadaan perut

kosong, yaitu 1 jam sebelum makan, atau 2 jam setelah

makan. Khusus untuk rifampisinharus diminum dalam

keadaan perut kosong.

4. bila timbul keluhan kuning pada mata, mual dan muntah,

segera periksa ke dokter walau belum waktunya.

5. Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,

mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah

terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.

6. Terapi TB terdiri dari 2 fase, yaitu fase intensif dan dengan panduan 3-5 OAT

selama 2 bulan awal, dan fase lanjutan dengan pandua 2 OAT (INH dan

Rifampisin) hingga 6-12 bulan.

Page 18: TB Pada Anak Dan Penatalaksaannya

RINGKASAN

1. Tuberculosis (TB) adalah penyakit akbat infeksi Mycobacterium tuberculosis.

Penyakit ini bersifat sistemik sehingga dapat mengenai semua oran tubuh dengan

lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer.

2. Perlu ditekankan sejak awal adanya perbedaan antara infeksi TB dengan sakit TB

3. Gejala-gejala penyakit TB dikelompokan menjadi gejala spesifik dan gejala

nonspesifik.

4. Diagnosis paling tepat adalah dengan ditemukannya kuman TBC dari bahan yang

diambil dari penderita

5. Diagnosis TB pada anak ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, gejala klinis,

uji tuberkulin serta pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan radiologi

6. Ada 2 macam kemoprofilaksis TB pada anak. Kemoprofilaksis

primer bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi tuberkulosis

pada anak, dengan memberikan isoniazid 5-10 mg/kgBB/hari,

dosis tunggal.

7. Respons klinis yang baik terhadap terapi mempunyai nilai

diagbostik, respon yang baik dapat dinilai dari perbaikan semua

keluhan awal. Nafsu makan yang membaik, berat badan yang

meningkat dengan cepat, hilangnya keluhan demam, batu lama,

tidak mudah kit lagi. Respons yang nyata biasanya terjadi pad 2

bulan awal (fase intensif). Walaupun berat badan belum

mencapai ideal, namun pola grafik menunjukan peningkatan

respons pengobatan sudah dinilai baik.

Page 19: TB Pada Anak Dan Penatalaksaannya

KepustakaanAndra. 2008. TB pada Anak : The Great Immitator.

http://www.farmacia.com/ diakses pada tanggal 16 agustus 2008.

DEPKES RI. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.

Edisi ke-2. DEPKES RI. Jakarta

IDAI. 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Badan

penerbit IDAI.

Mansjoer,Arif. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga.

Media aesculapius. FKUI. Jakata.

Page 20: TB Pada Anak Dan Penatalaksaannya