Tanaman Stevia

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

description

Stevia Di Indonesia

Transcript of Tanaman Stevia

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang1.2 Tujuan

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Tanaman SteviaStevia ialah tanaman perdu yang memiliki tinggi antara 40-60 cm, berbatang bulat, berbulu, beruas, bercabang banyak, dan berwarna hijau. Daun tunggal berhadapan, berbentuk bulat telur, dengan panjang 2-4 cm, lebar 1-5 cm. Bunga majemuk, bentuk malai, di ujung dan di ketiak daun, bentuk terompet, kelopak bentuk tabung, berbulu, berbagi lima, hijau, tangkai benang sari dan tangkai putik pendek, kepala sari kuning, putik bentuk silindris, putik mahkota ungu berbentuk tabung dan berakar tunggang. Tanaman ini memiliki daya regenerasi yang kuat sehingga tahan terhadap pemangkasan. Stevia sebagai sumber pemanis alami memiliki prospek cerah di masa yang akan datang, mengingat pemanis sintetik seringkali berpengaruh buruk terhadap kesehatan. Stevia rebaudiana Bertoni adalah suatu sumber bahan pemanis alami yang mempunyai tingkat kemanisan 200 300 kali lebih manis daripada gula tebu. Dengan demikian Stevia bisa memberikan jalan keluar bagi konsumen yang tidak diperbolehkan makan gula pasir/gula tebu, misalnya penderita diabetes, karena tentu saja gula Stevia lebih aman dibandingkan pemanis sintesis/buatan. Di Indonesia tanaman Stevia mulai ditanam sejak tahun 1977 di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Di Indonesia pembudidayaan dan pengolahan tanaman Stevia berkembang pesat, hal ini dapat dilihat dari semakin luasnya areal pertanaman Stevia dan semakin beragamnya penggunaan produk stevia. Dengan makin dikenalnya stevia sebagai bahan pemanis pengganti gula, perlu dilakukan pengembangan tanaman Stevia. Salah satu pengembangan yang dilakukan adalah perbanyakan tanaman Stevia. Stevia dapat dikembangbiakkan dengan cara generatif dan vegetatif. Perbanyakan Stevia dengan generatif dapat dilakukan melalui biji sedangkan perbanyakan tanaman stevia secara vegetatif dapat dilakukan dengan anakan, stek batang dan kultur jaringan. Di daerah Tawangmangu produksi stevia mencapai rata-rata 408 kg daun kering/ha/tahun. Pembudidayaan stevia tentu memerlukan penanganan yang tepat agar pertumbuhan dan produksinya maksimal.

A. Botani dan Morfologi Tanaman Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M.)Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman stevia diklasifikasikan sebagai berikut (Rukmana, 2003) : Kingdom: Plantae (Tumbuh-tumbuhan) Divisi: Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas: Dicotyledoneae Ordo: Campanulatae Famili : Compositae (Asteraceae) Genus: Stevia Spesies: Stevia rebaudiana BertoniStevia rebaudiana Bertoni M. termasuk suku Asteraceae (Compositae) dengan sifat botani dan morfologi sebagai berikut: perdu tahunan, bercabang banyak dan dapat tumbuh mencapai tinggi 60 cm sampai 90 cm; berdaun tunggal, berbentuk lonjong memanjang, bergerigi halus dan duduk daun berhadapan (Shock, 1982). B. Syarat Tumbuh Tanaman Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M.)

Rukmana (2003) yang dalam bukunya yang berjudul Budi Daya Stevia Bahan Pembuatan Pemanis Alami menjelaskan bahwa tanaman stevia dapat beradaptasi dengan baik terhadap berbagai lingkungan tumbuh. Di Indonesia, tanaman ini dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah-daerah yang mempunyai ketinggian antara 500 m-1.000 m dari permukaan laut (dpl.), suhu udara antara 140C-270 C, curah hujan antara 1.600-1.850 mm/tahun, dan 2-3 bulan kering. Tanaman ini menghendaki tempat yang terbuka atau cukup mendapat sinar matahari, dengan panjang penyinaran lebih dari dua belas jam per hari. Tanaman stevia dapat tumbuh dengan baik pada tanah latosol dan andosol. Tanah latosol mempunyai solum yang tebal sampai sangat tebal (1,5 m-10 m), berwarna merah atau cokelat sampai kekuning-kuningan, bertekstur liat (kadar liat lebih sari 60%), berstruktur remah sampai gumpal. pH antara 4,5-6,5, dan produktivitas tanah rendah sampai sedang. Sementara, tanah andosol mempunyai solum antara 1 m-2 m, berwarna hitam atau kelani sampai cokelat tua, bertekstur debu atau lempung berdebu sampai lempung, bertekstur remah dengan konsistensi gembur, pH antara 5,0-7,0, dan produktifitas sedang sampai tinggi. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lahan adalah kondisi tanah yang subur, gembur, banyak yang mengandung humus, mempunyai aerasi dan drainase yang baik, pH antara 4-5, serta memiliki kadar air tanah antara 43%-47%. Tanah yang terlalu becek (menggenang) akan memudahkan berjangkitnya penyakit busuk akar oleh patogen tular tanah. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman stevia sangat dipengaruhi oleh panjang hari. Tanaman ini cepat berbunga dan berbuah bila panjang hari kurang dari 12 jam. Dalam kondisi hari pendek optimum (12 jam), tanaman mulai berbunga pada umur 58 hari sejak tanam (Hariyanto cit Tjasadihardja, 1982). Pada tanaman ratun (tanaman yang tumbuh setelah pemangkasan) berbunga setelah 38 hari. Jadi periode pertumbuhan vegetatif tanaman ratun lebih singkat 20 hari daripada tanaman semaian (Hariyanto cit Departemen Pertanian, 1984). C. Teknik Budidaya Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M.)

Rukmana (2003), dalam bukunya juga menjelaskan mengenai beberapa tahapan budidaya stevia, diantaranya: a. Penyiapan lahan Penyiapan lahan terbagi menjadi dua, yaitu pembukaan lahan hutan belukar yang diatasi dengan merintis, membongkar tunggul, dan membakar sisa tanaman. Sedangkan yang kedua yaitu pembukaan lahan bekas tanaman terdahulu dilakukan dengan pembabatan, pengumpulan, dan pembersihan sisa-sisa tanaman. b. Pengolahan tanah Pengolahan lahan dilakukan paling baik saat 15-30 hari sebelum tanam, dengan membuat bedengan yang memiliki lebar 100-120 cm, tinggi 30 cm, dan jarak antar bedengan 40-50 cm. Sebelum memulai penanaman dilakukan penebaran pupuk kandang sebanyak 15 ton/Ha, kapur dolomit 2-4 ton/Ha. Adapun keuntungan penyiapan lahan dalam bentuk bedengan antara lain adalah dapat memperbaiki drainase tanah, memudahkan pemeliharaan tanaman, dan menghindari terjadinya serangan penyakit akar.c. Pembibitan Perbanyakan tanaman stevia dapat dilakukan secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan generatif biasanya dilakukan guna menghasilkan varietas baru melalui pemuliaan tanaman. Sedangkan cara vegetatif dapat dilakukan dengan anakan, stek batang atau cabang, dan kultur jaringan. Pembibitan dilakukan dengan menumbuhkan bahan tanam di polibag berdiameter 5-10 cm. Adapun sebelumnya diisi media tanam yang terdiri dari campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1, setelah ditanam, polibag disungkup dengan plastik bening. d. Penanaman Waktu tanam yang paling baik adalah pada awal musim hujan. Penanaman sendiri dilakukan dengan jarak tanam 25 x 25 cm atau 30 x 30 cm. Setelah penanaman bibit dilakukan penyiraman guna menyediakan air bagi pertumbuhan awal akar tanaman. e. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman stevia meliputi penyiraman yang dilakukan pada awal masa tanam dan selama musim kemarau. Pengairan bertujuan untuk menjaga agar tanaman tidak layu, menjaga kelembapan tanah, dan melarutkan zat-zat makanan yang diperlukan oleh tanaman stevia. Penyulaman juga dilakukan dengan mengganti tanaman muda yang mati atau tumbuh tidak normal dengan tanaman muda yang baru. Penyiangan dilakukan dengan tujuan menghilangkan persaingan antara tanaman stevia dan gulma dalam hal penggunaan zat-zat makanan, air, dan sinar matahari. Pemupukan pada tanaman stevia dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap pertama dilakukan pada tanaman berumur satu minggu setelah tanam, dengan jenis pupuk Urea, TSP, dan KCL yang masing-masing sebanyak 100-160 kg. Pemupukan susulan dilakukan setiap selesai panen dengan jenis yang sama dengan dosis 600-960 kg/Ha, perhitungan tersebut muncul jika dalam setahun dilakukan pempukan sebanyak enam kali. Pemangkasan juga dilakukan pada umur dua minggu guna merangsang pembentukan tunas baru, selain itu ada juga pengendalian hama dan penyakit. Adapun hama dan penyakit pada tanaman stevia diantaranya ulat grayak, kutu daun, dan ulat heliothis. Sedangkan penyakitnya ialah layu sclerotium, busuk batang, dan layu fusarium.f. Panen Saat yang tepat untuk melakukan panen pertama tanaman stevia adalah pada saat kandungan steviosida maksimal, yaitu pada saat tanaman berumur 40-60 hari. Panen berikutnya dilakukan periodic setiap 30-60 hari. Adapun dalam pelaksanaannya, pemanenan dilakukan dengan memangkas tanaman 10-15 cm diatas permukaan tanah dengan menggunaka gunting tanaman. Produksi setiap tanaman berkisar antara 10-30 g daun basah atau 3-9 g daun kering. Pada tahun pertama, hasil panen daun stevia basah (segar) dapat mencapai sekitar 2.800 kg/hektar, pada tahun kedua akan meningkat menjadi 3.780 kg/hektar, dan pada tahun-tahun berikutnya akan semakin meningkat. Tanaman stevia mampu berproduksi sampai berumur empat tahun. g. Pascapanen Penanganan pascapanen daun stevia melliputi pemipilan atau pemisahan daun dari batang tanaman, pengeringan daun hingga kadar air 10% yang dapat dilakukan dengan penjemuran dibawah sinar matahari selama delapan jam atau dengan pengovenan selama empat jam dengan suhu 700C. hal tersebut dilanjutkan dengan sortasi, penimbangan untuk mengetahui rendemen dan hasil akhir, dan pengemasan. Dari 1 kg daun basah biasanya akan diperoleh 0,2-0,25 g daun kering (rendemen antara 20-25 %). Daun kering ini akan menjadi steviosida yang berupa kristal steviosida 1%. Dengan tingkat kemanisan 200-300 kali gula tebu. Daun stevia kering yang memenuhi standar mutu ekspor adalah daun stevia yang mempunyai kadar air maksimal 10%, kadar steviosida minimal 10%, kadar total steviosida dan rebausida A minimal 11%, dan kandungan kotoran (impurities) maksimal 3%.

2.2 Hama yang Menyerang Tanaman Stevia

2.3 Penyakit yang Menyerang Tanaman SteviaStevia adalah tanaman perdu yang tumbuh pada tempat dengan ketinggian tempat antara 500-1000 mdpl, bila tanaman stevia hidup didaerah dataran rendah akan cepat berbunga dan mudah mati. Suhu yang tepat untuk pertumbuhan stevia berkisar 14-270C. Karena stevia tumbuh didaerah dataran tinggi yang memiliki kelembaban cukup tinggi maka tanaman ini rentan terhadap hama penyakit. Jenis penyakit yang mungkin dapat ditemukan pada tanaman stevia adalah cendawan Poria hypolateria, layu sclerotium, dan layu fusarium.A. Penyakit akar merah bataPenyakit akar merah bata disebabkan oleh cendawan Poria hypolateria. Miselium P. hypolateritia membentuk selaput yang tipis, berbentuk pita. Tubuh buah berbentuk bercak-bercak kecil berwarna putih, pada tepinya terdapat benang-benang halus teratur seperti jari. Panjang 5-15 cm, lebar 2,5-6 cm, tebal 1-2 mm. Lapisan pori berwarna merah jambu kotor (seperti daging). Lapisan bawah tubuhnya berwarna sama dengan miseliumnya dan agak keras. Subikulum tipis 0,5 mm dengan lapisan dalam berwarna putih. Penyakit akar merah bata menular melalui kontak akar. Pengendaliannya dengan cara tidak menggunakan pohon pelindung yang rentan dengan penyakit akar merah bata, membuat parit isolasi sedalam 60-90 cm dan jika ada tanaman yang terinfeksi penyakit akar merah bata segera dibongkar (dimusnahkan).

B. Penyakit Layu SclerotiumKingdom: MycetaceaeDivisio : MycopytaClass : DeuteromycetesOrdo : Mycelia SterilFamili : AgonomycetaceaeGenus : SclerotiumSpesies: Sclerotium rolfsii Sacc.Sklerotium mempunyai kulit yang kuat sehingga tahan terhadap suhu tinggi dan kekeringan. Di dalam tanah sklerotium dapat bertahan sampai 6 atau 7 tahun. Dalam cuaca yang kering sklerotium akan mengeriput, tetapi dalam lingkungan yang lembab jumlahnya akan bertambah dengan cepat (Rusmawati, 2002). Daur HidupAgen pembawanya adalah penyakit yang terbawa oleh tanah (soil borne) dan aktif dalam tanah dengan bentuk tubuh spora yang disebut sclerotia. Patogen ini pada umumnya ditemukan di daerah tropik dan sub-tropik dan daerah-daerah Amerika Serikat bagian selatan, barat dan tenggara. Daerah ini mempunyai karakteristik iklim panas yang lembab yang kondusif untuk pertumbuhan dan perkembangan patogen. Pertumbuhan Sclerotium spp optimal pada 27-300C dan sclerotia tidak aktif pada suhu di bawah 00 C (Maspary, 2011). Faktor-Faktor yang MempengaruhiPatogen akan berkembang baik pada cuaca dengan suhu antara 27 300C. Pada kondisi demikian menyebabkan kelembaban yang sesuai bagi perkembangan patogen. Faktor lain yang juga penting untuk mempertahankan kelembaban tersebut adalah hujan yang tidak terlalu basah pada permukaan tanah. Penyebaran patogen dapat terjadi melalui pergerakan air, tanah yang terinfeksi, perlatan yang terkontaminasi, bagian tanaman yang terinfeksi dan sklerotia yang tercampur benih (Rusmawati, 2002). PengendalianUsaha untuk menurunkan nilai kerusakan yang disebabkan oleh Sclerotium rolfsii telah banyak dilakukan. Penggunaan fungisida kimiawi sering menjadi pilihan utama. Namun fungisida dapat memberikan dampak negatif baik pada pengguna, sasaran maupun terhadap lingkungan. Melihat kenyataan yang demikian, maka diperlukan upaya pengendalian yang lenih ramah lingkungan. Salah satu diantaranya adalah dengan menanam varietas tahan. Penanaman varietas tahan bukan berarti meniadakan cara pengendalian lainnya secara keseluruhan namun dalam rangka pengendalian penyakit secara terpadu, menanam varietas yang memiliki ketahanan tinggi ternyata lebih efektif dalam menekan kerugian karena penyakit (Astiko, dkk, 2009).

C. Penyakit Layu FusariumPenyakit layu fusairum disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum, merupakan salah satu penyakit yang paling ditakuti terutama oleh petani hortikultura karena berpotensi menimbulkan kerugian besar. Pada tingkat serangan tinggi, penyakit layu fusarium bisa menghabisi seluruh tanaman, terutama terjadi pada musim hujan dan areal pertanaman mudah tergenang air. Perkembangan Spora Cendawan Fusarium oxysporumCendawan ini mampu menghasilkan tiga tipe spora, yaitu mikrokonidia, makrokonidia, dan klamidospora. Mikrokondidia spora diproduksi oleh cendawan ini di dalam jaringan tanaman terserang. Sementara makrokonidia spora diproduksi dipermukaan tanaman yang mati setelah terserang atau terinfeksi. Sedangkan klamidospora merupakan spora yang terdapat pada tanah yang sudah terinfeksi. Klamidospora mampu bertahan selama 30 tahun di dalam tanah. Gejala SeranganSerangan cendawan Fusarium oxysporum ditandai dengan gejala menguningnya daun-daun tua yang kemudian menjalar ke atas. Tulang daun memucat dan berwarna keputihan. Tanaman terkulai karena penyerapan unsur hara maupun air tidak bisa dilakukan. Hal ini disebabkan berkas pembuluh pengangkut membusuk. Jika tanah di sekitar lubang tanam dibongkar, tampak akar tanaman membusuk dan berwarna kecokelatan. Jika pangkal batang dipotong secara melintang, terdapat lingkaran cokelat kehitaman berbentu cincin, yang menunjukkan bahwa berkas pembuluh pengangkut rusak. Jika menyerang pembibitan, tunas tiba-tiba layu dan tanaman mati. PengendalianPengendalian TeknisLakukan penggiliran tanaman dengan tanaman yang tidak rentan terhadap serangan Fusarium oxysporum. Pengolahan lahan dengan pencangkulan dan pembalikan tanah, agar bibit penyakit terkena sinar matahari. Pengapuran lahan untuk meningkatkan pH tanah. Pada pH mendekati normal, cendawan tidak begitu aktif menyerang. Jaga kelembaban di areal pertanaman, hindari adanya genangan air yang berpotensi meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan spora.Pengendalian MekanisSanitasi kebun untuk menjaga kelembaban areal pertanaman. Penyiangan secara rutin terhadap gulma atau tanaman penggangu. Musnahkan tanaman terserang, usahakan agar tanah pada tanaman terserang tidak tercecer. Masukkan tanaman dalam wadah agar tanahnya tidak tercecer.Pengendalian OrganikSebagai pencegahan, secara biologi dapat diberikan trichoderma pada saat persiapan lahan, pada umur 25 hst, 40 hst dan 70 hst dilakukan pengocoran dengan pestisida organik pada tanah, contoh wonderfat dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan. Dapat juga dilakukan pengocoran dengan air rebusan serai atau bawang putih setiap tujuh hari sekali.Pengendalian KimiawiMeskipun cendawan ini tergolong resisten terhadap bahan aktif pestisida, tetapi tidak ada salahnya untuk mencoba aplikasi fungisida sistemik berbahan aktif benomil, metalaksil atau propamokarb hidroklorida dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan. Lakukan penyemprotan secara rutin minimal tujuh hari sekali.2.4 Hama Tanaman SteviaA. Ulat Daun ( Aphis Sp ) Daur HidupKutu Daun ( Aphis Sp ) tergolong dalam family Aphididae, hama ini merupakan serangga super kecil (ukurannya 1/32 sampai 1/8 inci) Walaupun kecil, tapi masih bisa dilihat dengan mata telanjang kutu daun ini berwarna hijau tua sampai hitam atau kuning kecoklatan. Hama ini termasuk polifag. Kutu daun betina mampu menghasilkan keturunan tanpa kehadiran pejantan. Di bagian mulutnya memiliki tindik penghisap. Mereka menyerang daun dengan cara menghisap cairan dalam daun, terutama pada daun muda dan pucuk. Mereka juga menyerang jaringan batang tanaman yang lunak, dan menghisap nutrisi di dalamnya. Kutu daun ini mengeluarkan zat sekresi lengket, berbau manis, yang mengundang ketertarikan semut-semut. Oleh karena itu jika tanaman Stevia dikerubungi semut ( terutama di bagian pucuknya ), itu bisa jadi pertanda kalau tanaman Anda teserang hama kutu daun. Selain hama ini juga sebagai vector virus. Gejala SeranganHama ini menyerang di semua umur tanaman, Jika tanaman masih muda terserang hebat, pertumbuhannya menjadi kerdil dan memutar ( berpilin ) dan daun keriting kedalam, akibat cairan daun yang dihisapnya, menyebabkan daun menjadi melengkung ke atas, keriting ( kadang memelintir ke samping ), dan belang-belang. Daun seringkali menjadi layu, menguning, dan akhirnya rontok, tunas dan percabangan tidak berkembang, dan tanaman gagal berbunga Kerugian yang diakibatkan serangan kutu daun cukup besar, di mana bisa menurunkan hasil panen, walaupun memang jarang menyebabkan tanaman mati.

Pengendalian Cara pengendalian kutu daun yaitu; secara kimia; nabati dan teknik kultur.a.Secara kimiaPengendalian secara kimia ini sudah biasa dilakukan oleh petani yaitu dengan pemakaian insektisida kimia. Produk kimia ini ada yang bersifat kontak maupun sistemik. Anjuran pengendalian kimia ini dilakukan apabila sudah mengalami gejala yang berat.

b.Nabati Pengendalian secara nabati yaitu salah satu cara pengendalian dengan memanfaatkan bahan-bahan alami misal daun tembakau, papaya, bawang putih dll. Saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang sudah memproduksi pestisida nabati ini. Untuk membuat pestisida nabati ini sebenarnya sangat sederhana dan bahan-bahannya banyak tersedia di alam. Salah satu bahan dan cara pembuatan pestisida nabati untuk mengendalikan kutu daun pada tanaman stevia yaitu dengan pemanfaatan tembakau dan deterjen. Cara pembuatanya dengan merendam segenggam tembakau dalam 5 (lima) liter air deterjen selama satu malam, selanjutnya disaring dan dapat diaplikasikan di tanaman yang terserang. Penyemprotan di ulang dengan interval waktu 3 hari, hingga kutu tidak menyerang tanaman lagi.

c.Teknik kulturPengendalian hama dengan Teknik kultur ini dimaksudkan sebagai langkah preventif ( pencegahan ) masuknya hama ke areal pertanaman stevia, yaitu dengan menanam tanaman perangkap disekeliling kebun, misalnya dengan menanam jagung di sekeliling areal pertanaman stevia. Tanaman jagung ini juga merupakan tanaman inang kutu daun, sehingga diharapkan dapat mengurangi intensitas serangan hama.

d. Musuh AlamiKita dapat menggunakan predator alami untuk mengendalikan kutu daun. Kepik merupakan salah satu predator alami bagi hama ini. Anda akan terkejut mengetahui bahwa kepik dewasa dapat makan hingga 1000 kutu daun dalam satu hari. Untuk mengatasi kutu daun, lepaskan kepik pada malam hari setelah menyiram tanaman terlebih dahulu. Metode ini umumnya mampu bekerja dengan baik, bahkan pada tanaman yang terserang parah sekalipun.

BAB IIIPENUTUP

3.1 SimpulanStevia ialah tanaman perdu yang memiliki tinggi antara 40-60 cm, berbatang bulat, berbulu, beruas, bercabang banyak, dan berwarna hijau. Daun tunggal berhadapan, berbentuk bulat telur, dengan panjang 2-4 cm, lebar 1-5 cm. Bunga majemuk, bentuk malai, di ujung dan di ketiak daun, bentuk terompet, kelopak bentuk tabung, berbulu, berbagi lima, hijau, tangkai benang sari dan tangkai putik pendek, kepala sari kuning, putik bentuk silindris, putik mahkota ungu berbentuk tabung dan berakar tunggang.Stevia rebaudiana Bertoni M. termasuk suku Asteraceae (Compositae) dengan sifat botani dan morfologi sebagai berikut: perdu tahunan, bercabang banyak dan dapat tumbuh mencapai tinggi 60 cm sampai 90 cm; berdaun tunggal, berbentuk lonjong memanjang, bergerigi halus dan duduk daun berhadapan (Shock, 1982). Beberapa Penyakit dan Hama yang menyerang tanaman Stevia yaitu :1. Penyakit Akar Merah Bata2. Layu Fusarium3. Layu Scelretioum4. Hama Kutu Daun5. Hama Heliothis Sp

DAFTAR PUSTAKA