BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103060/potongan/S3-2016... ·...

15
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stevia rebaudiana adalah tanaman herbal yang berasal dari Amerika Selatan (Paraguay dan Brazil). S. rebaudiana mengandung senyawa diterpen glikosida. Kandungan senyawa diterpen glikosida utama dalam tanaman S. rebaudiana adalah steviosida (6-10%) dan rebaudiosida A (2-4%) (Pól dkk., 2007). Senyawa steviosida dan rebaudiosida A memiliki kemiripan struktur kimia. Karena mengikat sejumlah molekul glukosa, kedua senyawa memiliki polaritas yang tinggi dan terlarut dalam akuades. Perbedaan struktur kimia kedua senyawa hanya pada jumlah glukosa yang terikat pada atom C-13. Rebaudiosida A mengikat 3 molekul glukosa pada atom C-13, sedangkan steviosida mengikat 2 molekul glukosa. Struktur tersebut menyebabkan rebaudiosida A sedikit lebih polar daripada steviosida. Struktur kimia steviosida dan rebaudiosida A ditunjukkan pada Gambar 1. Metode analisis kuantitatif kedua analit sangat perlu untuk dikembangkan berkaitan dengan beberapa faktor seperti: steviosida sangat potensial dikembangkan sebagai kandidat obat antidiabetes tipe 2 karena memiliki bioaktivitas antihiperglikemik yang berarti (Gregersen dkk., 2004). Bioaktivitas steviosida dan atau rebaudiosida A yang lain adalah antikanker (Takasaki dkk., 2009), antidiare (Wang dkk., 2014), imunomodulator (Sehar dkk., 2008), dan antioksidan (Hajihashemi dan Geuns, 2013; Kim dkk, 2011). Bioaktivitas kedua

Transcript of BAB I - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103060/potongan/S3-2016... ·...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stevia rebaudiana adalah tanaman herbal yang berasal dari Amerika

Selatan (Paraguay dan Brazil). S. rebaudiana mengandung senyawa diterpen

glikosida. Kandungan senyawa diterpen glikosida utama dalam tanaman S.

rebaudiana adalah steviosida (6-10%) dan rebaudiosida A (2-4%) (Pól dkk.,

2007). Senyawa steviosida dan rebaudiosida A memiliki kemiripan struktur kimia.

Karena mengikat sejumlah molekul glukosa, kedua senyawa memiliki polaritas

yang tinggi dan terlarut dalam akuades. Perbedaan struktur kimia kedua senyawa

hanya pada jumlah glukosa yang terikat pada atom C-13. Rebaudiosida A

mengikat 3 molekul glukosa pada atom C-13, sedangkan steviosida mengikat 2

molekul glukosa. Struktur tersebut menyebabkan rebaudiosida A sedikit lebih

polar daripada steviosida. Struktur kimia steviosida dan rebaudiosida A

ditunjukkan pada Gambar 1.

Metode analisis kuantitatif kedua analit sangat perlu untuk dikembangkan

berkaitan dengan beberapa faktor seperti: steviosida sangat potensial

dikembangkan sebagai kandidat obat antidiabetes tipe 2 karena memiliki

bioaktivitas antihiperglikemik yang berarti (Gregersen dkk., 2004). Bioaktivitas

steviosida dan atau rebaudiosida A yang lain adalah antikanker (Takasaki dkk.,

2009), antidiare (Wang dkk., 2014), imunomodulator (Sehar dkk., 2008), dan

antioksidan (Hajihashemi dan Geuns, 2013; Kim dkk, 2011). Bioaktivitas kedua

2

senyawa aktif bersifat dose-dependent (Gregersen dkk., 2004; Kujur dkk., 2010;

Melis dkk., 1991; Jepersen dkk., 2000). Oleh karena itu, aspek kuantitatif sangat

penting diperhatikan dalam pengembangan penelitian-penelitian yang

berhubungan dengan senyawa aktif steviosida dan rebaudiosida A terhadap

bioaktivitasnya.

Aspek lain pentingnya pengembangan studi metode analisis kuantitatif

steviosida dan rebaudiosida A adalah pemanfaatan steviosida dan rebaudiosida A

yang memiliki karakteristik kemanisan tinggi (300× lebih dibanding sukrosa) dan

rendah kalori sebagai pemanis alami di beberapa negara (Liu dkk., 2010);

berhubungan dengan berbagai regulasi yang mengatur kadar steviosida dan

rebaudiosida A yang diijinkan serta batasannya (Well dkk., 2013); serta nilai

Gambar 1. Struktur kimia (a) steviosida (BM = 804 g/mol) dan (b) rebaudiosida A

(BM = 966 g/mol)

(a) (b)

3

keekonomian ekstrak terpurifikasi steviosida dan rebaudiosida A ditinjau dari

aspek kuantitatif senyawa analit (Gardana dkk., 2010). Lebih jauh, saat ini,

Indonesia belum memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI) sebagai acuan untuk

metode analisis kuantitatif steviosida dan rebaudiosida A baik dalam daun S.

rebaudiana, ekstrak dan atau ekstrak terpurifikasi yang mengandung kedua analit

maupun dalam produk komersial yang mengandung kedua analit meskipun telah

mengijinkan pemanfaatan kedua senyawa sebagai pemanis alami (BPOM, 2014).

Penelitian Martono dkk. (2012) menunjukkan bahwa kemurnian dalam

proses kristalisasi steviosida dan rebaudiosida A sangat dipengaruhi oleh kadar

kedua analit dalam bahan baku daun S. rebaudiana dan setiap tahap prosesnya.

Oleh karena itu, aplikasi metode analisis kuantitatif untuk penetapan kadar kedua

analit dalam daun S. rebaudiana sangat diperlukan dalam kaitannya untuk

keberhasilan proses kristalisasi baik steviosida maupun rebaudiosida A atau

kedua-duanya. Penelitian Martono dan Hastuti (2013) serta Martono dan Soetjipto

(2014) juga menunjukkan bahwa produk simulasi minuman Stevia yang

dikembangkan berpotensi sebagai minuman fungsional antidiabetes. Bioaktivitas

produk simulasi minuman stevia sangat dipengaruhi oleh kadar senyawa analit

yang terkandung di dalamnya. Kadar senyawa analit dalam produk simulasi

minuman tergantung pada kadar kedua analit dalam daun S. rebaudiana sebagai

bahan bakunya. Oleh karena itu, penetapan kadar kedua analit baik dalam daun S.

rebaudiana maupun dalam produk simulasi minuman Stevia sangat diperlukan

dalam kaitannya dengan standardisasi produk simulasi minuman Stevia berdasar

kadar kedua analit.

4

Berbagai metode analisis steviosida dan rebaudiosida A telah

dikembangkan. Sebagian besar metode analisis kuantitatif steviosida dan

rebaudiosida A berbasis pada metode High Performance Liquid Chromatography

(HPLC). Metode HPLC fase normal (normal phase, NP-HPLC) yang

dikembangkan dapat memisahkan kromatogram steviosida dan rebaudiosida A

secara sempurna (Kolb dkk., 2001; Dacome dkk., 2005). Namun demikian,

pengkondisian kolom membutuhkan waktu yang panjang, selain itu keterulangan

waktu retensi analisis sangat bervariatif sehingga reprodusibilitas metode analisis

kurang (Bergs dkk., 2012). Metode HPLC fase terbalik (reversed phase, RP-

HPLC) dengan sistem elusi gradien juga dapat memisahkan kromatogram

steviosida dan rebaudiosida A dengan baik (Cacciola dkk., 2011; Jaworska dkk.,

2012; Minne dkk., 2004; Zhao dkk., 2013; Catharino dan Santos, 2012; Gardana

dkk., 2010; Pól dkk., 2007; Ni dkk., 2007; Shafii dkk., 2012; Well dkk., 2013;

Yang dan Chen, 2009). Penggunaan sistem elusi gradien memiliki keunggulan

dapat memisahkan senyawa yang polaritasnya hampir sama. Namun, kelemahan

sistem elusi gradien ini adalah jika homogenitas fase gerak tidak terjaga maka

memberikan keterulangan yang kurang baik dan pada elusi yang lama dapat

dihasilkan drift. Selain itu, metode yang dikembangkan masih tinggi dalam

konsumsi asetonitril dan membutuhkan waktu yang lama (kurang lebih 60 menit).

Metode RP-HPLC dengan sistem elusi isokratik yang dikembangkan lebih praktis

dalam operasional, menekan konsumsi asetonitril, dan cepat (Bergs dkk., 2012;

Samah dkk., 2013). Namun demikian, profil kromatogram steviosida dan

5

rebaudiosida A belum menunjukkan pemisahan yang sempurna seperti

ditunjukkan pada Gambar 2.

Sebagian besar metode HPLC yang dikembangkan menggunakan detektor

UV pada panjang gelombang 210 nm. Berdasarkan struktur kimia kedua analit,

kromofor yang menyerap radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang

210 nm adalah gugus ester R-COO-R sebagai kromofor pendek dengan nilai

ekstingsi atau serapan molar () 50-70 (Snyder, 1997). Intensitas penyerapan

radiasi elektromagnetik oleh kromofor ini tidak tinggi sehingga sensitivitasnya

akan menurun. Namun demikian, kadar kedua analit yang tinggi dalam sampel

tetap memungkinkan deteksi kedua pada panjang gelombang 210 nm.

Metode analisis kuantitatif steviosida dan rebaudiosida A non-

kromatografi yang dikembangkan adalah metode analisis spektroskopi. Metode

analisis spektroskopi memiliki keunggulan lebih cepat, efisien, praktis, dan

sederhana dalam operasionalnya. Pengembangan metode analisis kuantitatif

steviosida dan rebaudiosida A secara spektroskopi diantaranya adalah

spektroskopi Near InfraRed (NIR) (Hearn dan Subedi, 2009; Yu dkk., 2011), dan

Nuclear Magnetic Resonance (NMR) kuantitatif (Pieri dkk., 2011). Metode

analisis spektroskopi Fourier Transform Infrared (FTIR) senyawa steviosida dan

rebaudiosida A masih terbatas pada analisis kualitatif identifikasi gugus fungsi

(Prakash Chaturvedula dkk., 2012) dan belum pernah ada yang mengembangkan

untuk analisis kuantitatifnya.

6

Gambar 2. Profil kromatogram steviosida dan rebaudiosida A dalam (a) sampel ekstrak daun S. rebaudiana menggunakan sistem elusi

isokratik, fase gerak asetonitril : akuades (80 : 20, v/v), fase diam C-18 (Samah dkk., 2013); (b) standard dan ekstrak

terpurifikasi steviol glikosida menggunakan sistem elusi isokratik, fase gerak asetonitril : akuades (35 : 65, v/v), fase diam RP

C-18, steviosida (4) dan rebaudiosida A (3) (Berg dkk., 2012).

(a) (b)

7

Metode analisis spektroskopi FTIR yang dikombinasi dengan

kemometrika dapat diaplikasikan untuk analisis kuantitatif senyawa bahan alam

dalam ekstrak (Rohman dkk., 2105; Rohman dkk., 2014a; Rohman dkk., 2011

b).

Oleh karena itu, penelitian ini juga mengembangkan metode analisis kuantitatif

senyawa steviosida dan rebaudiosida A dengan metode spektroskopi FTIR yang

dikombinasi dengan kemometrika Partial Least Square (PLS). Metode analisis

spektrofotometri FTIR yang dikembangkan dapat menjadi metode alternatif untuk

analisis rutin dalam sistem kontrol kualitas secara cepat, praktis, dan efisien.

Preparasi sampel sangat menentukan dalam analisis senyawa aktif. Metode

preparasi sampel yang dilakukan dalam analisis HPLC diantaranya adalah

ekstraksi pelarut (Dacome dkk., 2005; Jaworska dkk., 2012; Kolb dkk., 2001;

Shafii dkk., 2012; Well dkk., 2013; Yang dan Chen, 2009) dan solid phase

extraction (SPE) (Bergs dkk., 2012; Bovanová dkk., 1998; Gardana dkk., 2010;

Woelwer-Rieck dkk., 2010b). Masing-masing metode memiliki keunggulan dan

kelemahan. Metode ekstraksi sampel dengan pelarut memiliki keunggulan lebih

praktis dan cepat namun belum dapat menghilangkan senyawa-senyawa

pengotornya sehingga matriks sampel masih komplek. Selain itu, emulsi dapat

terbentuk dalam metode ekstraksi pelarut sehingga mempersulit pemisahan

senyawa analit yang dituju (Martono dkk., 2012). Metode SPE memiliki

keunggulan dapat menghilangkan senyawa-senyawa pengotor sehingga matriks

sampel lebih sederhana dan tidak terjadi emulsi sedangkan kekurangannya adalah

lebih mahal dan dapat terjadi bias oleh faktor pengenceran pelarut (Berg dkk.,

2012). Metode ekstraksi sampel dengan pelarut menggunakan jenis dan polaritas

8

pelarut serta waktu ekstraksi yang berbeda-beda sehingga diperlukan optimasi

kondisi ekstraksi pelarut. Metode SPE yang pernah dikembangkan semuanya

menggunakan fase terbalik (C-18) (RP-SPE) (Bergs dkk., 2012; Bovanová dkk.,

1998; Gardana dkk., 2010; Woelwer-Rieck dkk., 2010b). Metode SPE fase normal

(silika) (NP-SPE) belum pernah ada yang mengembangkan untuk analisis

senyawa steviosida dan rebaudiosida A secara HPLC.

Dalam pemrosesan bahan baku menjadi produk, senyawa analit

dimungkinkan terdegradasi. Senyawa steviosida dan rebaudiosida A dalam

minuman bersoda mengalami degradasi menj

-Rieck dkk.,

2010). Dalam minuman soda, steviosida lebih stabil dibandingkan rebaudiosida A

(Woelwer-Rieck dkk., 2010a). Dalam sistem larutan, steviosida stabil pada

pemanasan hingga 120oC dan mulai terdegradasi pada pemanasan > 140

oC serta

stabil pada pH 2,0 - 10,0 namun terdegradasi pada pH 1,00 (Kroyer, 2010).

Senyawa steviosida dan rebaudiosida A tidak mengalami degradasi yang berarti

oleh karena pengaruh cahaya (Clos dkk., 2008). Dalam produk susu semi skim,

minuman kedelai, susu terfermentasi, es krim, yoghurt, biskuit, dan selai, senyawa

steviosida dan rebaudiosida A tidak terdegradasi (Jooken dkk., 2012). Studi

hidrolisis senyawa baku steviosida dan rebaudiosida A dalam larutan asam dan

basa dengan pemanasan menggunakan refluks menunjukkan pemutusan ikatan

glikosida pada atom C-19 dan satu ikatan glikosida pada atom C-13

(Chaturvedula dan Prakash, 2011) yang mempengaruhi polaritasnya. Hal tersebut

menunjukkan studi degradasi steviosida dan rebaudiosida A terhadap asam dan

9

basa dalam sistem larutan, termal dan cahaya sangat penting dipelajari dalam

kaitannya dengan degradasi senyawa. Berg dkk. (2012) yang mengembangkan

metode analisis HPLC fase terbalik isokratik untuk analisis steviosida dan

rebaudiosida A belum melaporkan studi kemampuan metode analisis yang

dikembangkan dalam kaitannya dengan selektivitas kromatogram kedua analit

dengan senyawa hasil degradasi terdekat. Oleh karena itu, penelitian ini juga

melakukan studi degradasi kedua analit secara hidrolisis larutan asam, netral dan

basa, termal dan cahaya untuk menentukan selektivitas antara kromatogrram

analit dengan senyawa hasil degradasi terdekat menggunakan metode HPLC yang

dikembangkan serta identifikasi senyawa hasil degradasinya. Diagram alir garis

besar konsep penelitian disertasi ini disajikan pada Gambar 3.

1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, rumusan masalah penelitian

ini adalah:

a) Apakah metode analisis RP-HPLC isokratik yang dikembangkan memenuhi

validasi metode dan dapat digunakan untuk penetapan kadar steviosida dan

rebaudiosida A dari daun S. rebaudiana dan produk simulasi minuman

Stevia?

b) Apakah metode preparasi sampel SPE baik fase terbalik maupun fase normal

dapat memenuhi jaminan akurasi dan presisi untuk analisis senyawa analit

yang dituju menggunakan metode RP-HPLC isokratik yang dikembangkan?

10

Gambar 3. Diagram alir garis besar konsep penelitian disertasi Studi Analisis Kimia Kuantitatif Steviosida dan Rebaudiosida A

Studi degradasi

Stresor: hidrolisis,

termal, cahaya

Analisis HPLC

identifikasi

senyawa hasil

degradasi secara

MS/MS

Standar steviosida dan

rebaudiosida A

Aplikasi Sampel:

Daun S. rebaudiana

Simulasi minuman Stevia

Permen rendah kalori

Kadar aktual analit

secara HPLC

Pemindaian spektra

FTIR

Kalibrasi multivariat

secara PLS

Validasi metode berdasar

prediksi kadar analit dalam

sampel menggunakan

kalibrasi PLS

Pemrosesan data dan

optimasi frekuensi

Komposisi fase gerak dan

kecepatan alir Ekstraksi

Pelarut

SPE (NP-SPE

dan RP-SPE)

Optimasi Pemisahan Optimasi Preparasi Sampel

Daun S.rebaudiana

Analisis HPLC Ekstrak etanolik

kering daun

simulasi

minuman Stevia

Validasi Metode

Uji Kesesuaian Sistem Uji akurasi dan presisi

secara HPLC

11

c) Bagaimana degradasi kedua analit terhadap hidrolisis, termal, dan cahaya?

dan bagaimana selektivitas senyawa analit dengan senyawa hasil

degradasi-nya yang dianalisis menggunakan metode RP-HPLC isokratik

yang dikembangkan?

d) Apakah metode analisis FTIR yang dikembangkan dapat digunakan untuk

penetapan kadar steviosida dan rebaudiosida A dalam daun S. rebaudiana

dan produk simulasi minuman Stevia?

2. Keaslian penelitian

Berdasarkan penelusuran penulis melalui indeks jurnal-jurnal internasional

(American Chemistry Society, Elsevier, PubMed, Scopus, Science Direct dan lain-

lain), disertasi online, website institusi, pengembang instrumen analisis dan lain-

lain, berbagai metode analisis steviosida dan rebaudiosida A yang telah

dikembangkan diantaranya adalah metode analisis RP-HPLC (Kolb dkk., 2001;

Minne dkk., 2004; Dacome dkk., 2005; Cacciola dkk., 2011; Bergs dkk., 2012;

Jaworska dkk., 2012; Zhao dkk., 2013). Metode analisis secara Liquid

Chromatography-Mass Spectrometry (LC-MS) (P´ol dkk., 2007; Yang dkk.,

2009; Gardana dkk., 2010; Catharino dkk., 2012; Shafii dkk., 2012; Well dkk.,

2013). Pengembangan metode analisis RP-HPLC dengan sistem elusi isokratik

oleh Berg dkk. (2012) telah dapat menekan penggunaan asetonitril dan

mempersingkat waktu analisis. Namun demikian, kromatogram senyawa

steviosida dan rebaudiosida A masih belum terpisah secara sempurna, sampel

yang digunakan masih terbatas pada ekstrak terpurifikasi dan validasi metode

masih terbatas pada senyawa rebaudiosida A. Oleh karena itu, penelitian disertasi

12

ini mengembangkan metode analisis kuantitatif senyawa steviosida dan

rebaudiosida A secara RP-HPLC dengan sistem elusi isokratik yang menghasilkan

pemisahan sempurna kromatogram senyawa analit yang dituju. Metode yang

dikembangkan divalidasi baik untuk analisis senyawa steviosida maupun

rebaudiosida A. Metode yang dikembangkan diaplikasikan pada sampel yang

memiliki matriks sederhana hingga komplek untuk penetapan kadar senyawa

analit dalam daun S. rebaudiana, produk permen rendah kalori, dan produk

simulasi minuman Stevia.

Metode preparasi sampel dalam analisis senyawa steviosida dan

rebaudiosida A secara RP-HPLC yang telah dikembangkan adalah ekstraksi

pelarut (Dacome dkk., 2005; Jaworska dkk., 2012; Kolb dkk., 2001; Shafii dkk.,

2012; Well dkk., 2013; Yang dan Chen, 2009) dan SPE (Bergs dkk., 2012;

Bovanová dkk., 1998; Gardana dkk., 2010; Woelwer-Rieck dkk., 2010b). Masing-

masing metode ekstraksi pelarut menggunakan pelarut organik dan konsentrasi

yang berbeda-beda. Penelitian ini mengoptimalisasi metode ekstraksi pelarut

dengan variasi pelarut organik yang digunakan, konsentrasi pelarut, lama ekstraksi

dan siklus atau frekuensi re-ekstraksi. Metode preparasi sampel SPE yang telah

dikembangkan semuanya menggunakan SPE fase terbalik dengan catridge C-18

sedangkan SPE fase normal belum pernah dikembangkan.

Metode analisis kuantitatif spektroskopi senyawa steviosida dan

rebaudiosida A yang dikembangkan diantaranya spektroskopi NIR (Hearn dkk.,

2009; Yu dkk., 2010) dan NMR kuantitatif (Pieri dkk., 2011), sedangkan metode

analisis FTIR untuk senyawa tersebut masih terbatas secara kualitatif (Prakash

13

Chaturvedula dkk., 2012). Oleh karena itu, penelitian ini mengembangkan

metode analisis kuantitatif spektroskopi FTIR yang dikombinasi dengan

kemometrika PLS untuk penetapan kadar senyawa steviosida dan rebaudiosida A

dalam sampel ekstrak daun S. rebaudiana dan produk simulasi minuman Stevia.

Studi degradasi senyawa steviosida dan rebaudiosida A yang telah

dilakukan adalah degradasi steviosida dalam sistem minuman bersoda (Prakash

dkk., 2012; Woelwer-Rieck dkk., 2010a), sistem larutan dengan pengaruh suhu

pemanasan dan pH larutan (Kroyer, 2010), sistem makanan (Jooken dkk., 2012),

dan fotodegradasi (Clos dkk., 2012). Selain itu, studi hidrolisis senyawa steviosida

dan rebaudiosida A dalam larutan asam dan basa dikembangkan oleh

Chaturvedula dan Prakash (2011) dan Musa dkk. (2014). Penelitian yang telah

dilakukan tersebut menekankan pada stabilitas dan identifikasi hasil degradasi

senyawa analit, sedangkan penelitian ini lebih menekankan pada studi selektivitas

antara senyawa analit dengan senyawa hasil degradasi pada metode RP-HPLC

isokratik yang dikembangkan. Faktor stressor pendegradasi meliputi hidrolisis

larutan asam, netral, dan basa; pemanasan termal; paparan cahaya UV254 nm.

3. Urgensi atau kepentingan penelitian

Indonesia mengijinkan penggunaan ekstrak S. rebaudiana sebagai pemanis

alami yang tertuang dalam aturan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan

Makanan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Batas Maksimum

Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis. Selain itu, Indonesia juga

mengembangkan steviosida dari S. rebaudiana sebagai pemanis seperti yang

tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 87 Tahun

14

2013 Tentang Peta Jalan Pengembangan Bahan Baku Obat. Namun demikian,

Indonesia belum memiliki acuan SNI tentang penetapan kadar steviosida dan

rebaudiosida A. Metode analisis kuantitatif steviosida dan rebaudiosida A yang

dikembangkan dapat menjadi acuan SNI tentang penetapan kadar steviosida dan

rebaudiosida A yang hingga saat ini belum dirumuskan.

Studi pengembangan metode analisis kuantitatif steviosida dan

rebaudiosida A sangat mendukung dalam penelitian-penelitian bioaktivitas kedua

analit untuk dikembangkan sebagai bahan aktif obat. Bioaktivitas kedua analit

bersifat dose dependent sehingga sangat penting untuk mengontrol kadar kedua

analit. Selain itu, penelitian ini juga sangat berarti dalam pengembangan teknologi

budidaya tanaman S. rebaudiana berdasarkan aspek kadar kedua analit. Metode

analisis yang dikembangkan juga sangat berarti dalam pengembangan teknologi

proses purifikasi dan kristalisasi kedua analit karena keberhasilan metode sangat

dipengaruhi oleh kadar kedua analit dalam produk dan setiap tahap prosesnya.

Penelitian ini juga mengembangkan metode analisis kuantitatif steviosida

dan rebaudiosida A secara spektrofotometri FTIR yang dikombinasi dengan

kemometrika PLS yang selama ini belum pernah dikembangkan. Metode

spektrofotometri FTIR yang dikembangkan tidak saja diaplikasikan dalam sampel

padatan namun juga cairan. Hasil yang didapat memberikan terobosan bahwa

metode analisis kuantitatif FTIR yang dikombinasi dengan kemometrika PLS

dapat diaplikasikan pada sistem cairan walupun ikatan hidrogen dalam sistem

sampel cairan memiliki serapan yang kuat terhadap sinar mid-infrared dan

menutup serapan puncak-puncak yang lain.

15

Metode analisis kuantitatif spektrofotometri FTIR memiliki keunggulan

lebih cepat, praktis, dan sederhana dalam operasional sehingga sangat cocok

untuk analisis rutin kontrol kualitas di industri. Metode analisis spektrofotometri

FTIR yang dikembangkan untuk penetapan kadar steviosida dan rebaudiosida A

baik dalam ekstrak daun S. rebaudiana maupun produk simulasi minuman Stevia

dapat dijadikan metode alternatif yang valid dan reliable.

B. Tujuan

Penelitian ini bertujuan:

1. Mengembangkan metode analisis kuantitatif steviosida dan rebaudiosida A

secara RP-HPLC isokratik yang memenuhi jaminan validasi metode dan

mengaplikasikannya untuk penetapan kadar kedua senyawa dalam daun S.

rebaudiana dan produk simulasi minuman Stevia.

2. Mengembangkan metode preparasi sampel dengan metode Solid Phase

Extraction (SPE) baik fase terbalik maupun fase normal yang memenuhi

jaminan akurasi dan presisi.

3. Melakukan studi degradasi senyawa steviosida dan rebaudiosida A dan

menentukan pengaruhnya terhadap selektivitas analit dengan senyawa hasil

degradasi menggunakan metode HPLC yang dikembangkan.

4. Mengembangkan metode analisis kuantitatif steviosida dan rebaudiosida A

dengan metode spektroskopi FTIR yang dikombinasi dengan analisis

multivariat PLS dan mengaplikasikannya untuk penetapan kadar kedua analit

dalam daun S. rebaudiana dan produk simulasi minuman Stevia.