STRATEGI KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAHSTRATEGI...
Transcript of STRATEGI KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAHSTRATEGI...
STRATEGI KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAHSTRATEGI KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAHSTRATEGI KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAHSTRATEGI KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
SISWA (Studi Kasus di MTs Taqwal Ilah Tungu Meteseh SISWA (Studi Kasus di MTs Taqwal Ilah Tungu Meteseh SISWA (Studi Kasus di MTs Taqwal Ilah Tungu Meteseh SISWA (Studi Kasus di MTs Taqwal Ilah Tungu Meteseh Tembalang Semarang)Tembalang Semarang)Tembalang Semarang)Tembalang Semarang)
SKRIPSISKRIPSISKRIPSISKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1) dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam
Oleh: IMROATUL KHASANAHIMROATUL KHASANAHIMROATUL KHASANAHIMROATUL KHASANAH
NIM: 043311189
FAKULTAS TARBIYAHFAKULTAS TARBIYAHFAKULTAS TARBIYAHFAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGOINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGOINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGOINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANGSEMARANGSEMARANGSEMARANG 2020202011111111
PERSEMBAHANPERSEMBAHANPERSEMBAHANPERSEMBAHAN
Dengan segenap katulusan hati, ku persembahkan setiap
hamparan-hamparan kalimat dalam skripsi ini untuk orang-orang
terbaik yang selalu ada untukku.
1. Bapak Bedjo Ikhsan, Ma’e Suparmi, terimakasih sedalam-
dalamnya karena atas do’a, kasih sayang, dukungan dan
kesabaran yang selama ini telah diberikan kepada anak
mbontotmu ini, yang jelas tidak akan pernah mampu
membalas semua yang pernah diberikan. ku sadari tanpa
kasih sayang yang selama ini kalian berikan, tak kan pernah
mungkin aku mencapai kehidupan seperti sekarang.
Terimakasih sedalam-dalamnya atas bekal hidup yang telah
kalian berkan kepada ku ini. Mungkin hanya kebanggan kecil
ini yang bisa aku persembahkan.
2. Buah hatiku Wayang (Rono Wahyu Wayang Muhammad)
dan Suamiku tercinta Mas Ulil (Fais Urhanul Hilal), tanpa
dukungan dan cinta kalian, tak akan pernah aku bisa melalui
satu dari sebuah langkah menuju kebahagiaan. Hanya dengan
sebuah karya mahal ini kasih dan sayang ku akan selalu ku
persembahkan untuk kebahagiaan bersama kalian di masa
yang akan datang. Hanya aku bukanlah seperti apa-apa tanpa
cinta dan kasih sayang Tuhan yang terniscayakan pada setiap
diri hambaNya.
3. Bapak Rahmat Amin dan Ibu Mas’udah, orang tua yang
menerima saya sebagai anak perempuan pertama dalam
keluarganya. Tanpa do’a dan dukungan yang diberikan
kepada ku, aku tak kan pernah bisa menyelesaikan karya
sederhana ini. Tak akan pernah aku bisa membalas semua apa
yang telah bapak ibu berikan pada ku. Karya sederhana ini
tulus dan sejenis dengan niat hati ku untuk mengabdi.
4. Mbak Nur Isnaini , Mba Nurul Mas’udah, Mba Siti
Mufrodah, Mas Amin, Mas Nur dan Mas Syafi’i, keponakan-
keponakan tercinta (Ainikke, Fais, dan Nafi’) yang selalu,
mensuport, menyayangi, mendoakan untuk kebahagiaan dan
kesuksesanku yang tiada henti, terimakasih, ku sadar ku tak
akan bisa membalasnya karena tak ada yang sepadan dengan
apa yang telah aku terima. Atas pengorbanan dan harapan
mereka yang tiada henti.
5. Khusus buat adik ku Umam Hayyin Ajib dan Abit Juan
Ma’ruf, setidaknya karya sederhana ini dapat menjadi
motivasi dan penyemangat bagi masa depan pendidikan
kalian. Karena salah satu motivasi terselesaikannya karya
sederhana ini adalah atas dukungan yang selalu kalian
persembahkan untuk ku.
ABSTRAKABSTRAKABSTRAKABSTRAK
Judul : Strategi Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa (Studi Kasus di Mts Taqwal Ilah Tungu Meteseh Tembalang Semarang)
Penulis : Imroatul Khasanah NIM : 043311189 Skripsi ini dilatarbelakangi oleh sejauh manakah Kepala Madrasah
Tsanawiyah Taqwal Ilah mampu menampilkan kepemimpinan yang baik sehingga berpengaruh langsung terhadap kinerja sekolah, yakni iklim kehidupan sekolah, etos belajar, semangat kerja guru, dan prestasi belajar siswa. di MTs Taqwal Ilah adalah berbagai usaha yang dilakukan Kepala Sekolah untuk menumbuhkan kepercayaan diri kepada anak, mengembangkan cara belajar dan menumbuhkan tujuan belajar di lingkungan sekolah. Hal itu merupakan kunci sukses bagi anak didik untuk meraih prestasi yang membanggakan dan juga membimbing untuk meraih apa yang dicita-citakan. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan : 1) Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah dalam membentuk lingkungan sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa? 2) Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah dalam merancang instrument sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa? 3) Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah terhadap kondisi fisiologis sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa? 4) Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah terhadap kondisi pskiologis sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa?
Permasalahan tersebut dibahas kualitatif dengan pendekatan kualitatif deskriptif, yaitu pendekatan kualitatif, teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, tes dan dokumentasi, setelah data terkumpul lalu dianalisis dengan menggunakan analisis data yang terdiri dari tahapan pengumpulan data, reduksi data, display data dan penyajian data, data yang yang terkumpul semata-mata bersifat deskriptif dimana analisis datanya dilakukan secara induktif.
Kajian ini menunjukkan bahwa : 1) Model kepemimpinan kepala madrasah dalam membentuk linkungan sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu lebih dengan cara kekeluargaan. Yang berdampak pada terciptanya suasana harmonis antara atasan dan bawahan, terciptanya nuansa alam demokratis karena hubungan yang harmonis dan bersifat kekeluargaan tersebut, kedekatan kepala madrasah dengan semua personil madrasah yang membuktikan bahwa kepala madrasah adalah figur yang dicintai dan dihormati, serta kerjasama (team work) yang solid. 2) Model kepemimpinan kepala madrasah dalam merancang instrument sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu pada kurikulum sistem desentralisasi menjadi pilihan dan diterapkan dalam struktur keorganisasian, melakukan respon terutama menangkap informasi dari berbagai pihak tentang kurikulum diantaranya pencarian berbagai sumber, baik secara struktural maupun internal sekoalah (madrasah), melakukan pemberdayaan para guru, baik dalam pendidikan
(menyelesaikan Sarjana). Tentang sarana dan fasilitas kepala madrasah selalu mengutamakan kerjasama dalam mencapai tujuan, namun juga menggarisbawahi dua hal yakni “efektif dan efisien” dalam pengadaan maupun pengembangan sarana dan fasilitas, yang dicanangkan bersama dengan para anggota, stakeholder, dan juga masyarakat. Pada guru model demokratis dan sesekali bersifat otoriter dijalankan dengan menggunakan teknik individu dan teknik kelompok, mewajibkan setiap guru untuk dapat menggunakan media IT (information technology ), memberikan reward bagi setiap kinerja guru dengan kenaikan pangkat dengan maksud dan tujuan supaya dengan prestasi guru tersebut menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau mempertinggi kinerjanya, begitu juga sebaliknya menghambat kenaikan pangkat nya jika kinerja yang dilakukan tidak baik, salah satu tolak ukurnya adalah nilai KKM, melakukan pengawasan dan pengendalian tenaga kependidikan untuk meningkatkan kualitas tenaga kependidikan. 3) Model kepemimpinan kepala madrasah terhadap kondisi fisiologis sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa adalah selalu mengedepankan sikap demokratis dengan cara memerintahkan kepada para guru untuk memberikan perhatian kepada siswa yang mengalami ganguan-gangguan dengan bijaksana, menganjurkan kepada orang tua murid untuk membekali anak-anaknya dengan makanan yang di olah sendiri, memberlakukan sistem saring, yang mana setiap makanan, minuman maupun jajanan yang dijual dilingkungan sekolah harus memenuhi standar yang telah ditentukan oleh sekolah, tidak semua jenis makanan maupun jajanan dapat diperjual belikan disekolah, melakukan kerjasama dengan pemerintah untuk memperoleh bantuan bantuan secara rutin (periodik) dari dinas-dinas kesehatan setempat. 4) Model kepemimpinan kepala madrasah yang demokratis terhadap kondisi psikologis siswa dalam upaya peningkatan prestasi belajar, dengan cara memerintahkan kepada para guru untuk memberikan perhatian lebih kepada siswa yang mengalami ganguan-gangguan tertentu selain melakukan kerjasama sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menghadapi berbagai kondisi psikologis siswa dan bagaimana cara menanganinya.
TRANSLITERASITRANSLITERASITRANSLITERASITRANSLITERASI Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No.0543 b/u/1987 tertanggal 10 September 1987 yang ditanda tangani pada tanggal 22 Januari 1988. I. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan Alif ا
ba’ b Be ب
ta’ t Te ت
s\a’ s\ s (dengan titik di atas) ث
jim j Je ج
h}ã’ h} ha (dengan titik di bawah) ح
Khã kh ka dan ha خ
Dal d De د
z\al zet (dengan titik di atas) ذ
ra’ r Er ر
z\ z Zet ز
Sin s Es س
Syin sy es dan ye ش
s}ãd s} es (dengan titik di bawah) ص
d}ad d} de (dengan titik di bawah) ض
t}a t} te (dengan titik di bawah) ط
z}a z} zet (dengan titik di bawah) ظ
ain ‘ koma terbalik (di atas)‘ ع
Gain g Ge غ
Fa f Ef ف
Qaf q Qi ق
Kaf k Ka ك
Lãm l El ل
Min m Em م
Nun n En ن
Wau w We و
� ha’ h Ha
Hamzah Apostrop ء
ya y Ye يII. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap yang disebabkan oleh syaddah ditulis rangkap. Contoh:
nazzala = �ل!"# = bihinna
III. Vokal Pendek Fathah ( ) ditulis a, kasrah ( ) ditulis i, dan dammah ( ‘_ ) ditulis u.
IV. Vokal Panjang Bunyi a panjang ditulis ã, bunyi i panjang ditulis î, dan bunyi u
panjang ditulis ũ, masing-masing dengan tanda penghubung ( - ) di atasnya. Contoh: 1. Fathah + alif ditulis ã. $% ditulis falã. 2. Kasrah + ya’ mati ditulis î. &'()* ditulis tafs}îl. 3. Dammah + wawu mati ditulis ũ. ا,+ل ditulis us}ũl.
V. Fokal Rangkap VI. Fathah + ya’ mati ditulis ai. -.'ه�ا0 ditulis az-Zuhayli.
1. Fathah + wawu ditulis au. 10ا20و ditulis ad-daulah. VII. Ta’ marbut}ah di akhir kata
1. Bila dimatikan ditulis ha. Kata ini tidak diperlakukan terhadap kata Arab yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia seperti salat, zakat dan sebagainya kecuali bila dikehendaki kata aslinya.
2. Bila disambung dengan kata lain (frase), ditulis t. Contoh: 2"34502ا16 ا# ditulis Bidayah al-Mujtahid.
VIII. Hamzah 1. Bila terletak di awal kata, maka ditulis berdasarkan bunyi vokal yang
mengiringinya . Seperti ان ditulis inna. 2. Bila terletak di akhir kata, maka ditulis dengan lambang apostrof ( ‘ ).
Seperti 7-ء ditulis syai’un. 3. Bila terletak di tengah kata setelah vokal hidup, maka ditulis sesuai
dengan bunyi vokalnya. Seperti 89:#ر ditulis rabã’ib. 4. Bila terletak di tengah kata dan dimatikan, maka ditulis dengan
lambang apostrof ( ‘ ). Seperti ون;<=* ditulis ta’khuz\ũna. IX. Kata Sandang alif + lam
1. Bila diikuti huruf qamariyyah ditulis al. ة?@A0ا ditulis al-Baqarah. 2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, huruf l diganti dengan huruf syamsiyyah
yang bersangkutan. ء:BC0ا ditulis an-Nisã’. X. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat
Dapat ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dan menurut penulisannya.
ا0(?وض ذوى ditulis z\awil furũd} atau z\awi al-furũd}. ا1CB0 اه& ditulis ahlussunnah atau ahlu as-sunnah.
Dalam tesis ini dipergunakan cara pertama.
KATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tetap terlimpahkan kepangkuan beliau Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya serta orang-orang mukmin yang senantiasa mengikutinya.
Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, peneliti sampaikan bahwa skripsi ini tidak akan mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu. Adapun ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan dengan baik
2. Drs. Jasuri, M.Si, selaku pembimbing I, dan Dr. Mustofa, M.Ag, selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini
3. Bapak Rofiur Rutab, M.Si selaku Kepala MTs Taqwal Ilah Tungu Meteseh Tembalang Semarang yang telah memberikan izin dan memberikan bantuan dalam penelitian.
4. Segenap Civitas Akademik IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan bimbingan kepada penulis untuk meningkatkan ilmu.
5. Semua karib kerabat yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
Kepada semuanya, peneliti mengucapkan terima kasih disertai do’a semoga budi baiknya diterima oleh Allah SWT, dan mendapatkan balasan berlipat ganda dari Allah SWT.
Kemudian penyusun mengakui kekurangan dan keterbatasan kemampuan dalam menyusun skripsi ini, maka diharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif, evaluatif dari semua pihak guna kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya semoga dapat bermanfaat bagi diri peneliti khususnya.
Semarang, 6 Juni 2011 Penulis
DAFTAR ISIDAFTAR ISIDAFTAR ISIDAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING.................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK ..................................................................................... vii
TRANSLITERASI ............................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .......................................................................................... xi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
BAB IBAB IBAB IBAB I PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Alasan Pemilihan Judul ........................................................... 3
C. Penegasan Istilah .................................................................... 3
D. Rumusan Masalah .................................................................. 4
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 4
F. Kajian Pustaka ....................................................................... 5
G. Metode Penelitian ................................................................... 7
BAB II BAB II BAB II BAB II STRATEGI KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAHSTRATEGI KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAHSTRATEGI KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAHSTRATEGI KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH
A. Kepemimpinan Kepala Madrasah .......................................... 13
1. Pengertian Kepemimpinan Kepala Madrasah ........................... 13
2. Tipologi Kepemimpinan Kepala Madrasah ............................... 16
3. Fungsi Kepemimpinan Kepala Madrasah .................................. 22
4. Tugas Kepemimpinan Kepala Madrasah ................................... 24
5. Strateg-strategi dalam Kepemimpinan Kepala Madrasah......... 28
B. Prestasi Belajar Siswa ............................................................ 29
1. Pengertian Prestasi Belajar ....................................................... 29
2. Tingkat Prestasi Belajar ............................................................ 32
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa ..... 33
C. Strategi Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa ............................................................ 36
BAB IIIBAB IIIBAB IIIBAB III TRATEGI KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DALAM TRATEGI KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DALAM TRATEGI KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DALAM TRATEGI KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DALAM
MEMEMEMENINGKATKAN PRESTASININGKATKAN PRESTASININGKATKAN PRESTASININGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWABELAJAR SISWABELAJAR SISWABELAJAR SISWA
A. Gambaran Umum MTs Taqwal Ilah ...................................... 41
B. Kepemimpinan Kepala Madrasah di MTs Taqwal Ilah ......... 50
C. Strategi Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa ............................................................. 54
D. Problematika yang Dihadapi Kepala Madrasah dalam
Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di MTs Taqwal Ilah
Tunggu Meteseh Tembalang Semarang ................................. 58
BAB IVBAB IVBAB IVBAB IV STRATEGI KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH STRATEGI KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH STRATEGI KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH STRATEGI KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH
DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
(Studi Kasus Di MTs Taqwal Ilah Tungu Meteseh Tembalang (Studi Kasus Di MTs Taqwal Ilah Tungu Meteseh Tembalang (Studi Kasus Di MTs Taqwal Ilah Tungu Meteseh Tembalang (Studi Kasus Di MTs Taqwal Ilah Tungu Meteseh Tembalang
SemarangSemarangSemarangSemarang))))
A. Strategi Kepemimpinan Kepala Madrasah di
MTs Taqwal Ilah ..................................................................... 60
B. Implikasi Strategi Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa .................................... 64
C. Analisis Solusi Problematika yang Dihadapi Kepala Madrasah
Sebagai Supervisor bagi Peningkatan Mutu Guru PAI di MTs
Taqwal Ilah ............................................................................. 69
BAB VBAB VBAB VBAB V PENUTUPPENUTUPPENUTUPPENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 72
B. Saran ....................................................................................... 73
C. Penutup ................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
BABBABBABBAB IIII
PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN
AAAA.... Latar Belakang Latar Belakang Latar Belakang Latar Belakang
Kepala sekolah adalah seorang yang mampu berperan sebagai figur dan
mediator, bagi perkembangan masyarakat dan sekitarnya. Sedikitnya harus
mampu berfungsi sebagai educator, manager, administrator, supervisor, leader,
innovator, dan motivator.1
Pidarto (1988) mengemukakan tiga macam keterampilan yang harus
dimiliki oleh kepala sekolah untuk menyelesaikan kepemimpinannya
sebagaimana dikutip oleh E. Mulyasa bahwa keterampilan untuk memahami dan
mengoperasikan organisasi, keterampilan manusiawi, yaitu keterampilan untuk
kerjasama, memotivasi, dan memimpin serta keterampilan teknik, ialah
keterampilan dalam menggunakan pengetahuan, metode, teknik, serta
perlengkapan untuk menyelesaikan tugas tertentu.2
Sebagai seorang yang menjadi panutan di lingkungan pendidikan, maka
Kepala Sekolah harus bisa menunjukkan sikap yang bijaksana dengan tidak
semena-mena terhadap bawahannya. Dalam Al-Qur’an Surat Asy Syu’araa’ ayat
215 Allah berfirman:
. ���� ا��� �� ا����� ��� �� �� وا���
Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu
orang-orang yang beriman.3
Dalam hal ini sejauh manakah Kepala Madrasah Tsanawiyah Taqwal Ilah
mampu menampilkan kepemimpinan yang baik sehingga berpengaruh langsung
terhadap kinerja sekolah, yakni iklim kehidupan sekolah, etos belajar, semangat
kerja guru, dan prestasi belajar siswa.
1 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Prefosional dalam Konteks Menyukseskan MBS dan
KBK, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 98. 2 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm.
126. 3 Imam Nawawi, Terjemah Riyadhus Shalihin, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999), hlm. 603.
Karena memang pada hakekatnya kepala madrasah merupakan guru yang
mendapatkan tugas tambahan dan diberikan kesempatan untuk mengelola suatu
lembaga pendidikan. Jadi kedudukan kepala madrasah dan guru sebagai tenaga
kependidikan adalah sama yaitu bagaimana upaya untuk meningkatkan prestasi
siswa dalam pendidikan.
Salah satu upaya yang dilakukan kepala madrasah dalam meningkatkan
kinerja tenaga kependidikan adalah dengan mengikutsertakan para guru dalam
penataran-penataran, lokakarya, inservice training atau yang lainnya, yang mana
berfungsi untuk menambah wawasan bagi guru dan juga memberikan kesempatan
kepada guru untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, yang nantinya
bermanfaat pada peningkatan pengajaran yang profesional.
Banyak faktor yang mendukung untuk tercapainya prestasi siswa, yaitu
faktor internal siswa misalnya termasuk juga aspek psikologi yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan hasil pembelajaran siswa.
Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang
lebih esensial itu adalah tingkat kecerdasan/inteligensi siswa, sikap, bakat, minat,
dan motivasi.4
Hal lain yang harus diperhatikan dalam meningkatkan prestasi siswa di
MTs Taqwal Ilah adalah berbagai usaha yang dilakukan kepala madrasah untuk
menumbuhkan kepercayaan diri kepada siswa, mengembangkan cara belajar dan
menumbuhkan tujuan belajar di lingkungan madrasah. Hal itu merupakan kunci
sukses bagi siswa untuk meraih prestasi yang membanggakan dan juga
membimbing untuk meraih apa yang dicita-citakan.
Oleh sebab itu penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang model
kepemimpinan apa saja yang diterapkan kepala madrasah dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa serta memberikan kejelasan tentang bagaimana model
kepemimpinan yang diterapkan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa di MTs Taqwal Ilah Tungu Meteseh Tembalang.
4 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset, 2002), hlm. 133.
BBBB.... Rumusan Masalah Rumusan Masalah Rumusan Masalah Rumusan Masalah
Melihat latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka dapat
dirumusan beberapa permasalahan, antara lain:
1. Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah dalam membentuk
lingkungan sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
2. Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah dalam merancang
instrument sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
3. Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah terhadap kondisi fisiologis
sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
4. Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah terhadap kondisi pskiologis
sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
CCCC.... TujuanTujuanTujuanTujuan dadadadan Manfaat Penelitiann Manfaat Penelitiann Manfaat Penelitiann Manfaat Penelitian
Berpijak dari rumusan masalah yang telah penulis tentukan, maka tujuan
dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana model kepemimpinan Kepala Madrasah dalam
membentuk lingkungan sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa di
MTs Taqwal Ilah?
2. Untuk mengetahui bagaimana model kepemimpinan kepala madrsah dalam
merancang instrument sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa di
MTs Taqwal Ilah?
3. Untuk mengetahui bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah terhadap
kondisi fisiologis sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di
MTs Taqwal Ilah?
4. Untuk mengetahui bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah terhadap
kondisi psikologis sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
Apabila penelitian yang dilakukan oleh penulis sesuai dengan apa yang
direncanakan, maka dapat berguna:
1. Untuk memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan pengalaman kepada
MTs Taqwal Ilah Tungu Meteseh Tembalang.
2. Memberikan kontribusi kepada MTs Taqwal Ilah Tungu Meteseh Tembalang
sebagai cermin dari apa yang telah dilakukan oleh Kepala Madrasah dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Untuk menambah wawasan keilmuan bagi penulis khususnya dan untuk
masyarakat pada umumnya.
BAB IIBAB IIBAB IIBAB II
LANDASAN TEORILANDASAN TEORILANDASAN TEORILANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka Kajian Pustaka Kajian Pustaka Kajian Pustaka
Setelah penulis mengadakan pengamatan, ternyata ada skripsi yang
berhubungan dengan skripsi penulis, antara lain:
1. Penelitian Nur Rokhmat NIM 3101179 berjudul Peranan Kepemimpinan
Kepala Sekolah dalam Peningkatan Profesionalisme Guru PAI DI SMP N 18
Semarang Tahun Ajaran 2005/2006 dalamnya diterangkan 1) Kepala sekolah
dan guru merupakan sebagian dari sumber daya manusia yang terdapat pada
SMPN 18 Semarang. Ditinjau dari segi latar belakang pendidikan, sebagian
besar dari tenaga pengajar (guru) di SMPN 18 Semarang hampir seluruhnya
adalah lulusan sarjana (S1) dan ada beberapa lulusan D1, D2 dan D3. Sehingga
dengan demikian bisa dikatakan bahwa hal ini adalah cukup standar dalam
segi kualitas tenaga pengajarnya, terlebih guru PAI. 2) Kepemimpinan kepala
sekolah di SMPN 18 telah berjalan dengan baik, dalam artian kepemimpinan
dijalankan dengan gaya demokratis, kooperatif, partisipatif dan delegatif tidak
memaksa atau otoriter. Karena kepala sekolah SMPN 18 dilihat selalu
mengajak guru bahkan karyawan dalam mengambil keputusan suatu masalah
(problem solving). 3) Guru pendidikan agama islam di SMPN 18 Semarang
sudah tergolong guru PAI yang profesional. Karena mereka sudah menguasai
landasan kependidikan, menguasai bahan pengajaran agama Islam, menyusun
program pengajaran agama Islam, melaksanakan program pengajaran agama
Islam, melaksanakan penilaian hasil proses belajar mengajar mata pelajaran
pendidikan agama Islam dan melaksanakan program bimbingan pendidikan
agama Islam. Rata-rata guru pendidikan agama Islam dalam melaksanakan
seluruh tugas dan fungsinya sebagai guru pendidikan agama Islam berjalan
dengan baik. 4) Peranan kepemimpinan kepala sekolah di SMP N 18
Semarang dalam peningkatan profesionalisme guru PAI sudah menunjukkan
hasil yang efektif. Keefektifan tersebut dapat dilihat dari peranan
kepemimpinan kepala sekolah dalam melaksanakan perannya secara penuh
terhadap guru pendidikan agama Islam pada khususnya, sepert, memberikan
kesejahteraan terhadap guru, melakukan kontrol dan memberikan arahan serta
bimbingan terhadap guru pendidikan agama Islam. 5) Tipe atau model
kepemimpinan demokratis memang dipandang tipe atau model kepemimpinan
yang paling baik dan efektif. Namun berbeda dengan referensi yang pernah
dijumpai, menurut hemat peneliti tipe kepemimpinan demokratis tidak
selamanya menjamin kepemimpinan seseorang. Dalam hal ini, kepemimpinan
kepala sekolah di SMPN 18 Semarang, memandang situasi dan kondisi, maka
bisa saja tipe kepemimpinan lain harus digalakkan oleh seorang kepala
sekolah. Misalnya, Tatkala kepala sekolah melihat guru yang malas, maka tak
ada salahnya kalau ia menegur, disinilah kemudian tipe kepemimpinan otoriter
berjalan. Ketika semua bawahan (guru maupun karyawan) sudah pandai,
cerdas dan ahli, memungkinkan untuk bekerja sendiri. Kepala sekolah boleh
menerapkan tipe kepemimpinan bebas (laissez faire), artinya diperbolehkan
untuk membiarkan bawahan bekerja sendiri. Dengan melihat betapa semua
tipe kepemimpinan memang sangat diperlukan bagi seorang pemimpin, maka
tidak hanya kepemimpinan demokratis saja yang harus diterapkan dalam
kepemimpinan seseorang. Tipe-tipe tersebut saling berputar membentuk
lingkaran, artinya tergantung keadaan dan kebutuhan tipe mana yang lebih
cocok untuk diterapkan pada saat itu.
2. Penelitian Wahdan Ikhtiari Abdillah (319878), berjudul “Peranan Kepala
Sekolah Sebagai Administrator Mata Pelajaran PAI di SLTP N Kretek 1
Wonosobo”, dengan hasil studinya menunjukkan bahwa Kepala Sekolah
sebagai administrator memegang kunci bagi perbaikan dan kemajuan sekolah,
ia harus mampu memimpin dan menjalankan peranannya agar segala kegiatan
terkendali dan terarah dalam usaha inovasi dan mencoba ide-ide baru dan
praktek-praktek baru dalam bentuk manajemen kelas yang lebih efektif dan
efisien. Dalam skripsi Wahdan Ikhtiari Abdillah ini hanya menyinggung arti
pentingnya kepala sekolah sebagai administrator, maka tidak ada kesamaan
dengan pembahasan kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan
profesionalisme guru.
3. Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Muti’ah NIM 3199196 berjudul
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Studi di SMU Muhammadiah 1
Simo Boyolali. Yang didalamnya berisi Pelaksanaan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) di SMU Muhammadiyah 1 Simo Boyolali adalah termasuk
dalam kriteria sekolah dengan kemampuan sedang. Dengan ciri bahwa kepala
sekolah, guru, partisipasi masyarakat, pendapatan daerah, dan orang tua, serta
anggaran sekolah masuk dalam kategori sekolah dengan kemampuan
manajemen. Sedang Kendala dari Manajemen Berbasis Sekolah di SMU
Muhammadiyah 1 Simo adalah, sebagai berikut: 1) Kurangnya partisipasi
masyarakat, termasuk dukungan dana. 2) Kepala sekolah dan guru perlu
ditingkatkan kompetensinya. 3) Pendapatan daerah dan orang tua perlu
ditingkatkan lagi. Penunjang dari pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah,
antara lain 1) Adanya sarana dan prasarana yang memadai untuk
terlaksananya. 2) Manajemen berbasis sekolah. 3) Adanya ekstra kurikuler di
sekolah yang bertujuan untuk peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan
di SMU Muhammadiyah 1 Simo Boyolali. 4) Adanya kegiatan-kegiatan yang
melibatkan masyarakat atau tokoh masyarakat dan di bentuknya komite
sekolah. 5) Kerjasama dengan lembaga lain yaitu kursus komputer dengan
Gamma Com untuk memajukan mutu sekolah dalam bidang non Islam.
Letak perbedaan skripsi yang penulis buat dengan skripsi yang ada
diatas adalah terletak pada sosok Kepala Sekolah yang profesional yang
mampu mengelola pendidikan dengan baik, dan upaya apa saja yang telah
dilakukan oleh Kepala Sekolah tersebut dalam meningkatkan prestasi siswa
serta hasil yang diperoleh siswa MTs Taqwal Ilah Tungu Meteseh Tembalang.
B. Kerangka TeoritikKerangka TeoritikKerangka TeoritikKerangka Teoritik
1. Kepemimpinan Kepala Madrasah
a. Pengertian Kepemimpinan Kepala Madrasah
Kepemimpinan secara bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
berasal dari kata dasar ”pimpin” dengan mendapat awalan menjadi
“memimpin” maka diartikan menuntun, menunjukkan jalan dan membimbing
dalam perkataan ini dapat disamakan pengertiannya dengan mengetahui,
mengepalai, memandu dan melatih dalam arti mendidik dan mengajari supaya
dapat mengerjakan sendiri.5
Kepemimpinan secara umum diartikan sebagai kemampuan dan
kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong,
mengajak, menuntut, mengarahkan dan kalau perlu memaksa orang lain agar
ia menerima pengaruh itu selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu
pencapaian suatu maksud atau tujuan tertentu.6 Ini berarti dalam
kepemimpinan terdapat proses saling mempengaruhi dalam bentuk
memberikan dukungan (motivasi) yang lebih persuasif, dan bisa juga
mempressur anggotanya agar mau melaksanakan apa yang dikehendaki.
Ngalim Poerwanto mendefinisikan kepemimpinan adalah tindakan atau
perbuatan diantara perorangan dan kelompok yang menyebabkan seseorang
atau kelompok maju ke arah tujuan tertentu.7 Konsep yang lain juga
dipaparkan oleh Daan Sugandha bahwa kepemimpinan merupakan proses
mempengaruhi kegiatan kelompok yang terorganisasakan dalam usaha
menentukan tujuan dan mencapainya (the process of influencing the activities
of an organized group in its efforts towards goal setting and l achievement).8
Sedangkan Kepala Madrasah merupakan motor penggerak, penentu arah
kebijakan madrasah yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan dan
pendidikan pada umumnya direalisasikan.9 Dalam hal ini ia memegang
5 WJS. Poerwadarumita, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990),
hlm. 684. 6 Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan,
(Jakarta: Bina Aksara, 1988), hlm. 1. 7 Ngalim Purwanto, dkk, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Mutiara Sumber Widya,
1983), hlm. 33. 8 Daan Sugandha, Kepemimpinan di dalam Administrasi, (Bandung: CV Sinar Baru,
1981), hlm. 62. 9 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Madrasah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003),
hlm. 126.
peranan terpenting, yakni sebagai penanggung jawab semua kegiatan yang
terdapat dalam madrasah. Mulai dari relokasi kepegawaian sampai hal yang
terkecil, seperti penyiapan syllabus dalam proses belajar-mengajar.
Di lingkungan lembaga pendidikan Islam, kepemimpinan kepala
madrasah dibutuhkan dalam upaya efektifitas dan efisiensi potensi maupun
sumber daya madrasah. Dengan berbagai gaya, metode, dan prosedur yang
berbeda-beda, para pemimpin pendidikan dapat mengaktualisasikannya dalam
wujud mengarahkan, membimbing dan mendorong para bawahannya agar
melakukan rencana dan program kerja menurut nilai-nilai islami.
Dalam satuan pendidikan, kepala madrasah menduduki dua jabatan
penting untuk bisa menjamin kelangsungan proses pendidikan sebagaimana
yang telah digariskan oleh peraturan perundang-undangan. Pertama, kepala
madrasah dalam pengelola pendidikan di madrasah secara keseluruhan. Kedua,
kepala madrasah adalah pemimpin formal di madrasahnya.10
Sebagai pengelola pendidikan, berarti kepala madrasah
bertanggungjawab terhadap keberhasilan penyelenggaraan kegiatan
pendidikan dengan cara melaksanakan administrasi madrasah dengan seluruh
substansinya. Di samping itu, kepala madrasah bertanggungjawab terhadap
kualitas sumber daya manusia yang ada agar mereka mampu menjalankan
tugas-tugas pendidikan.
Sebagai pengelola, kepala madrasah memiliki tugas untuk
mengembangkan kinerja para personal (terutama para guru) ke arah
profesionalisme yang diharapkan.11
Sebagai pemimpin formal, kepala madrasah bertanggungjawab atas
tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya menggerakkan para bawahan ke
arah pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini
kepala madrasah berfungsi sebagai koordinator yang mampu memberikan
instruksi dan pengarahan serta mampu melaksanakan tugas-tugas yang
10 Moch. Idochi Anwar, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm. 86.
11. Moch. idochi Anwar, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan, hlm. 87.
menjadi tanggungjawabnya, dan ini menjadi bagian tidak terpisahkan dari
kepemimpinannya.
Sabda Nabi SAW:
���� ������� ا�� �� ل %�� ا, ر+* ا�(در& %� �$# �"!� ا�� . :
واءذى ��;يا�;ه �6789 ا�5�� و��ا� و#�20 2%�� ا, 1�23 ا, ر0(ل . ل
.ا6�8� !(م
“Hadits dari Ibnu Syaibah bin Abi Sa’ad bin Khuzaimah bin Hakim dari
Abu Dzar r.a. Sesungguhnya engkau orang lemah, sedangkan (pekerjaan)
itu suatu kepercayaan (amanah) itu suatu kehinaan dan penyesalan
kecuali barangsiapa yang mengambilnya dengan menjalankan haknya
dan menunaikan sesuatu (kewajiban) yang terdapat dalam amanat itu”.12
Dalam asbabul wurud hadits ini, Abu Dzar berkata: “aku meminta
kepada Rasulullah SAW, wahai Rasulullah apakah tiada engkau dapat
memberikan suatu pekerjaan (jabatan penting)? Beliau menjawab: “Hai Abu
Dzar, sesungguhnya engkau orang lemah, sedangkan (pekerjaan) itu suatu
pekerjaan (amanah), dan sesungguhnya pada hari kiamat karena menyia-
nyiakan amanah itu suatu kehinaan dan penyesalan kecuali barang siapa yang
mengambilnya dengan menjalankan haknya dan menunaikan suatu
(kewajiban) yang terdapat dalam amanah itu.13
b. Tipologi Kepemimpinan Kepala Madrasah
Tipologi kepemimpinan di atas merupakan cerminan dan refleksi
kepribadian serta karakter dari seorang pemimpin. Pada umumnya seorang
pemimpin termasuk kepala madrasah menerapkan sistem kombinasi dari
berbagai macam tipe. Dalam pelaksanaannya, tipe demokratislah yang ideal
untuk diterapkan di lembaga pendidikan Islam. Karena selain sesuai dengan
12 Imam Abi Hussein, Muslim Ibnu Khajjaj al-Qusyairy al-Naisabury, Shahih Muslim; di
Syarkhi al-Nawawi, (Beirut: Dar al- Kutub al- Umiyyah), tt, Juz. IX, hlm. 213. 13 Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafi Ad Damsyiqi (Penerjemah M. Suwarta Wijaya,
Zazillah Salim, Asbabul Wurud 3; Latar Belakang Historis, Timbulnya Hadis-hadis Rasul), (Jakarta: Radar Jaya, Offset, 2002), hlm. 463.
nilai-nilai islami juga terbukti dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi
kinerja kepala madrasah.
1) Tipe yang Otokratis
Pemimpin yang bergaya otokratis ini memegang kekuasaan mutlak.
Semua kebijaksanaan atau policy ditetapkan oleh pemimpin itu sendiri,
langkah-langkah aktifitas ditentukan oleh pemimpin satu persatu yang
dilakukan tanpa musyawarah dengan orang yang dipimpinnya. Tiap-tiap
policy dan tugas atau instruksi harus dipatuhi dengan seksama tanpa
diberikan kebebasan untuk mempertimbangkan kekurangan dan
kebaikannya. Dengan demikian orang yang dipimpin harus patuh dan setia.
Kehendak dan perintah adalah kehendak yang dipandang dari organisasi.14
Kepemimpinan yang bersifat otoriter muncul atas keyakinan
pemimpin bahwa fungsi dan perannya adalah memerintah, mengatur dan
mengawasi anggota kelompoknya. Pemimpin yang demikian ini merasa
bahwa statusnya berbeda dan lebih tinggi daripada kelompoknya. Oleh
karena itu ia menempatkan diri di luar dan di atas kelompoknya atau
"working a group". Keuntungan kepemimpinan yang otoriter ini ialah
bahwa disiplin dapat dikontrol dengn baik, dan semua pekerjaan dapat
berlangsung secara tertib dan teratur.15
Tetapi sebaliknya disitu terdapat banyak kelemahan yaitu antara lain,
segala wewenang dalam pengambilan keputusan di dominasi pemimpin
sehingga tidak memberikan ruang kepada bawahan untuk mengeluarkan
pendapat. Inilah yang menjadikan stagnasi suatu organisasi. Hubungannya
pun bersifat kaku dan formal, sehingga tidak terdapat ikatan emosional,
secara psikologis yang akrab antara atasan dan bawahan. Secara singkatnya
terjadi monopoli yang dilakukan pemimpin tanpa melihat anggota. Dan ini
berakibat bawahan tidak dapat mengembangkan potensi diri mereka secara
14 U. Husna Asmara, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1984), hlm. 35-36. 15 Soewadji Lazaruth, Kepala Madrasah dan Tanggung Jawabnya, (Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, 1994), hlm. 63.
maksimal karena selalu merasa dibatasi oleh kekuasaan dari atasan/
pimpinan.
2) Tipe yang Paternalistik
Seorang yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistik ialah
seorang yang:
a) Menganggap bawahan sebagai manusia yang tidak dewasa
b) Bersikap terlalu melindungi (over protective)
c) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil
keputusan
d) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil
inisiatif.
e) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
mengembangkan daya kreasi.
f) Sering bersikap maha tahu.16
Tipe ini hampir sama dengan tipe otokratis perbedaannya pada sikap
yang agak fleksibel dan skeptisme terhadap bawahan dalam melakukan
sesuatu sehingga diwajibkan dengan memberikan perlindungan yang
berlebihan.
3) Tipe yang Karismatik
Karismatik berarti bersifat karisma, sedang perkataan karisma
diartikan sebagai keadaan atau bakat yang dihubungkan dengan
kemampuan yang luar biasa.17 Dalam kepemimpinan seseorang digunakan
untuk membangkitkan kemajuan dan rasa kepercayaan dari masyarakat
terhadap dirinya atau atribut kepemimpinan yang didasarkan atas kuatnya
kepribadian individu.18
Kepemimpinan karismatik mengidentifikasikan daya tarik kualitas
kepribadian yang dimiliki oleh seseorang sebagai pribadi. Penampilan
16 Sondang P Siagian, Filsafat Administrasi, (Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 1997),
hlm. 43. 17 WJS. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 391. 18 Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam.,(Yogyakarta: Gajahmada University
Press, 1993) hlm. 174.
seseorang dianggap karismatik dapat diketahui dari ciri-ciri fisiknya,
misalnya tekun, berpandangan tajam, tegas, pemberani, supel, penuh
percaya diri, berpengaruh besar, semuanya menjelma dalam kata, ide dan
tindakan.19 Sementara sederet kepribadian lainnya yang merupakan sifat-
sifat karismatik misalnya, matanya yang bercahaya, suaranya yang kuat,
dagunya yang menonjol, atau tanda-tanda lainnya.20
Dari kepemimpinan tipe ini muncul kewibawaan dalam diri
pemimpin yang menimbulkan daya tarik tersendiri, dan membawa
pengaruh untuk bersikap patuh, tawadhu dan melaksanakan perintah-
perintah yang diberikan sang pemimpin kepada bawahan, jenis
kepemimpinan ini tidak bersifat selamanya (permanen), tetapi bersifat
sementara, apabila telah hilang kewibawaannya, bawahan pun mulai goyah
untuk tetap menaati pemimpin.
4) Tipe yang Laizes Faire
Pada kepemimpinan ini, pemimpin memberikan kebebasan yang
seluas-luasnya kepada setiap orang yang dipimpinnya. Mereka yang
mengambil keputusan-keputusan menetapkan prosedur dan aktivitas kerja.
Semua kebijaksanaan metode dan sebagainya menjadi hak sepenuhnya dari
orang yang dipimpin.21
Seluruh kegiatan tersebut berlangsung tanpa dorongan bimbingan,
dan pengarahan dari pimpinan. Pimpinan menganggap semua itu adalah hak
mereka. Ia seolah-olah berada di luar organisasi tersebut. Walaupun ia
turun tangan apabila diminta oleh staf atau orang yang dipimpin itu,
mereka bahkan boleh menerima atau menolaknya. Ini memberikan
penegasan bahwa secara tidak langsung, terjadi pelimpahan wewenang
dalam pengambilan kebijakan disini tidak mempunyai ketegasan dan
mengarah kepada kepemimpinan peran penting dalam organisasi. Apabila
tipe laizes faire di terapkan dalam organisasi kemungkinan besar keadaan
19 Hiroko Harikoshi, Kiai dan Perubahan Sosial, (Jakarta: P3M, 1987), hlm. 213. 20 Sukanto, Kepemimpinan Kiyai dalam Pesantren, (Jakarta: Pustaka, LP3ES, 1999), hlm.
25. 21 U. Husna Asmara, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan., hlm 37.
chaos (kekacauan serta carut marut) akan sering banyak terjadi, yang
disebabkan oleh kekuasaan terbesar dialihkan kepada bawahan. Sebagai
pimpinan atau atasan tidak mempunyai kekuatan apa-apa, hanya status
jabatan formal saja.
5) Tipe yang Demokratis
Pemimpin yang demokratis memiliki sifat-sifat:
a) Dalam mengarahkan bawahan bertitik tolak dari pendapat bahwa
manusia itu makhluk termulia di dunia.
b) Selalu berusaha untuk menyinkronkan kepentingan dan tujuan
organisasi dengan kepentingan dari tujuan pribadi bawahan.
c) Senang menerima saran, pendapat dan kritik dari bawahan.
d) Mengutamakan kerjasama dalam mencapai tujuan.
e) Memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada bawahan dan
membimbingnya.
f) Mengusahakan agar bawahan dapat lebih sukses daripada dirinya.
g) Selalu mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.22
Sebagaimana dalam Al Qur’an surat asy-Syura ayat 38 Allah
berfirman:
�(ا وا��;!�BC067# ا�D� ا)� 2 ة وأ.�Gه# ا�D�رى وأ)� #6��� رز.� ه# و���
M J٣٨ !8��(ن
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya
dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari
rezki yang kami berikan kepada mereka. (QS. asy-Syura ayat 38).23
Dalam mengomentari ayat ini, Yusuf Ali menyebutkan bahwa
gagasan dalam ayat di atas adalah “musyawarah”. Inilah kata-kata kunci
dalam ayat ini. Ini pula yang menunjukkan cara ideal yang harus ditempuh
22 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, t.th), hlm. 52. 23 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2000), hlm. 389.
oleh seseorang dalam berbagai urusannya, sehingga, disuatu pihak kiranya
ia tidak menjadi terlalu egois, dan dipihak lain kiranya ia tidak dengan
mudah meninggalkan tanggung jawab yang dibebankan atas dirinya sebagai
pribadi yang perkembangannya diperhatikan Tuhan. Prinsip ini sepenuhnya
dilaksanakan oleh Nabi SAW dalam kehidupan beliau, baik pribadi maupun
umum, dan sepenuhnya diikuti oleh penguasa Islam masa awal.24 Selain
ayat ini yang menjelaskan tentang prinsip musyawarah dalam Islam, juga
terdapat dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 159.
��N ��ر �� � آP� و�( P�� #6� ا��2RSN T�2U V28�ا ا)WX�Y � �� ��)�
Z% N #6�% D�[C0وره# 6�# وا � %"N P�[ذا ا�\N D�* و إن� ا��2� %12 �(آ�
� J١٥٩M اC��(آWV9! ��27 ا��2
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu [ ]246 . Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali Imran 159).25 Diantara jenis kepemimpinan yang paling spesifik adalah
kepemimpinan pendidikan (educative leadership), karena kesuksesan
mendidik generasi, membina umat dan membangkitkannya terkait erat
dengan terpenuhinya kepemimpinan pendidikan yang benar. Krisis yang
mengepung umat kita saat ini tiada lain karena hilangnya murabbi
(pendidik) yang teladan atau pemimpin tarbawi. Sehingga diperlukan
seorang pemimpin yang dalam kinerjanya mampu memberdayakan serta
mengoptimalkan efektivitas dan efisiensi potensi lembaga pendidikan
Islam.
Para ulama berkonsensus bahwa inti efektivitas proses kepemimpinan
terletak pada wibawa (pengaruh) interaktif antara pemimpin dan
24 Syarifudin Jurdi, Pemikiran Poitik Islam Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 612.
25 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, hlm. 56.
pengikutnya. Kepemimpinan yang sukses adalah yang mampu
mempengaruhi perilaku individu-individu, untuk menunaikan tugasnya
dalam rangka memberikan arahan dan petunjuk mewujudkan target
jama’ah (organisasi, lembaga pendidikan).26
Dari konsensus para ulama ini, dalam manajemen Islam muncul
konsep kepemimpinan efektif, yakni kepemimpinan yang mana sang
pemimpin menerjemahkan fungsinya dengan perilaku. Efektivitasnya
bukan karena seruan yang membuat telinga tuli, atau teriakan yang
memekakkan dan menggema dimana-mana, tetapi terletak pada perilaku
yang memperkaya pembicaraan, menerjemahkan tugas kepemimpinan
dalam suasana penuh kehati-hatian dan ketenangan. Selanjutnya,
pekerjaanpun semakin maju dan produktivitas pun meningkat, sehingga
target tercapai.27
c. Fungsi Kepemimpinan Kepala Madrasah
Kepala madrasah sebagai pemimpin seharusnya dalam praktek sehari-
hari selalu berusaha memperhatikan dan mempraktekkan delapan fungsi
kepemimpinan di dalam kehidupan madrasah.28
1) Dalam kehidupan sehari-hari kepala madrasah akan dihadapkan kepada
sikap para guru, staf dan para siswa yang mempunyai latar belakang
kehidupan yang berbeda-beda, kepentingan serta tingkat sosial budaya
yang berbeda, sehingga tidak mustahil terjadi konflik antar individu bahkan
antar kelompok. Dalam menghadapi hal semacam itu kepala madrasah
harus bertindak arif, bijaksana, adil, tidak ada pihak yang dikalahkan atau
dianakemaskan.
2) Sugesti atau saran sangat diperlukan oleh para bawahan dalam
melaksanakan tugas. Para guru dan staf dan siswa suatu madrasah
26 Jamal Madhi, Menjadi Pemimpin yang Efektif dan Berpengaruh Tinjauan Manajemen
Kepemimpinan Islam, (Bandung: PT. Syamil Cipta Media, 2001), hlm. 2. 27 Jamal Madhi, Menjadi Pemimpin yang Efektif dan Berpengaruh Tinjauan Manajemen
Kepemimpinan Islam., hlm. 3. 28Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Madrasah; Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 106.
hendaknya selalu mendapatkan saran, anjuran dari kepala madrasah
sehingga dengan saran tersebut dalam memelihara bahkan meningkatkan
semangat, rela berkorban, rasa kebersamaan dalam melaksanakan tugas
masing-masing (suggesting).
3) Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi memerlukan dukungan dana,
sarana dan sebagainya. Demikian pula madrasah sebagai suatu organisasi
dalam rangka mencapai tujuan yang telah digariskan memerlukan berbagai
dukungan, kepala madrasah bertanggungjawab untuk memenuhi atau
menyediakan yang diperlukan oleh para guru, staf, dan siswa baik berupa
dana, peralatan, waktu, bahkan suasana yang mendukung. Tanpa adanya
dukungan yang disediakan oleh kepala madrasah, sumber daya manusia
yang ada tidak mungkin melaksanakan tugasnya dengan baik (supplying
objectives).
4) Kepala madrasah berperan sebagai katalisator dalam arti mampu
menimbulkan dan menggerakkan semangat para guru, staf dan siswa dalam
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Patah semangat, kekurangan
kepercayaan harus dapat dibangkitkan kembali oleh para kepada madrasah
(catalyzing).
5) Rasa aman merupakan salah satu kebutuhan setiap orang baik secara
individu maupun kelompok. Oleh sebab itu, seorang kepala madrasah
sebagai pemimpin harus dapat menciptakan rasa aman di dalam lingkungan
madrasah. Sehingga para guru, staf, dan siswa dalam melaksanakan
tugasnya merasa aman, bebas dari segala perasaan gelisah, kekhawatiran,
serta memperoleh jaminan keamanan dari kepala madrasah (providing
security).
6) Seorang kepala madrasah selaku pemimpin akan menjadi pusat perhatian,
artinya semua pandangan akan diarahkan ke kepala madrasah sebagai orang
yang mewakili kehidupan madrasah di mana dan dalam kesempatan
apapun. Oleh sebab itu, penampilan seorang kepala madrasah harus selalu
dijaga integrasinya, selalu terpercaya, dihormati baik sikap, perilaku
maupun perbuatannya (representating).
7) Kepala madrasah pada hakekatnya adalah sumber semangat bagi para guru,
staf dan siswa. Oleh sebab itu, kepala madrasah harus selalu
membangkitkan semangat, percaya diri terhadap guru, staf, dan siswa.
Sehingga mereka menerima dan memahami tujuan madrasah secara
antusias, bekerja secara bertanggungjawab ke arah tercapainya tujuan
madrasah (inspiring).
Setiap orang dalam kehidupan organisasi baik secara pribadi maupun
kelompok, akan merasa bangga apabila kebutuhannya diperhatikan dan
dipenuhi. Untuk itu kepala madrasah diharapkan selalu dapat menghargai
apapun yang dihasilkan oleh mereka yang menjadi tanggungjawabnya.
Penghargaan dan pengakuan ini dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk,
seperti kenaikan pangkat, fasilitas, kesempatan, mengikuti pendidikan, dan
sebagainya (praising).
d. Tugas Kepemimpinan Kepala Madrasah
Dinas Pendidikan telah menetapkan bahwa kepala madrasah harus
melaksanakan pekerjaannya sebagai educator, manajer, administrator, dan
supervisor (EMAS). Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman. Kepala madrasah juga harus
mampu berperan sebagai leader, inovator, dan motivator di madrasahnya.
Dengan demikian dalam paradigma baru manajemen pendidikan, kepala
madrasah sedikitnya harus mampu berfungsi sebagai edukator, administrator,
supervisor, leader, inovator, dan motivator.29
1) Kepala Madrasah sebagai Edukator (Pendidik)
Dalam melakukan fungsinya sebagai edukator, kepala madrasah harus
memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga
kependidikan di madrasahnya. Menciptakan iklim yang kondusif,
29 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional dalam Koneks Menyukseskan MBS
dan KBK, (Bandung: Remaja RosdaKarya, 2003), hlm. 98.
memberikan nasehat kepada warga madrasah memberikan dorongan kepada
seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang
menarik, seperti team teaching, moving class, dan mengadakan program
akselerasi (acceleration) bagi siswa di atas normal.30
Untuk membantu terlaksananya fungsi ini, kepada madrasah bisa
mengadakan pelatihan-pelatihan tenaga kependidikan, studi komparasi
antar madrasah, dan juga mengadakan kerjasama pihak-pihak yang terkait
dalam masalah ini.
2) Kepala Madrasah sebagai Manajer
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala
madrasah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga
kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif, memberi kesempatan
kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan
mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai
kegiatan yang menunjang program madrasah. 31
3) Kepala Madrasah sebagai Administrator
Kepala madrasah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat
erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat
pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan seluruh program madrasah.
Secara spesifik, kepala madrasah harus memiliki kemampuan untuk
mengelola kurikulum mengelola administrasi siswa, mengelola administrasi
personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola
administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan. Kegiatan
tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efisien agar dapat menunjang
produktifitas madrasah.32
30 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional dalam Koneks Menyukseskan MBS
dan KBK., hlm. 99. 31 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional dalam Koneks Menyukseskan MBS
dan KBK., hlm. 103. 32. E. Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional dalam Koneks Menyukseskan
MBS dan KBK, hlm. 107
4) Kepala Madrasah sebagai Supervisor
Kepala madrasah sebagai supervisor satu-satunya orang yang dapat
membantu perkembangan anggota atau stafnya dalam usaha meningkatkan
mutu pendidikan di madrasah.
Adapun peranan dan tanggungjawab kepala madrasah, sebagai
berikut:
a) Membimbing guru agar dapat memahami lebih jelas terhadap masalah
atau persoalan atau kebutuhan siswa serta membantu guru
mengatasinya.
b) Membantu guru dalam mengantisipasi kesukaran guru dalam mengajar.
c) Memberikan bimbingan yang bijaksana terhadap guru dengan orientasi.
d) Membantu guru memperoleh kecakapan mengajar yang lebih baik
dengan menggunakan seluruh kemampuannya dalam melaksanakan
tujuannya.
e) Membina moral kelompok, menumbuhkan moral yang tinggi dalam
melaksanakan tugasnya.
f) Membantu guru mengerti makna alat untuk pelayanan.
g) Membantu guru memperkaya pengalaman mengajar sehingga suasana
pengajaran bisa mempermudah pemahaman siswa.
h) Memberikan pimpinan yang efektif dan demokratis.33
Kepala madrasah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam
kemampuan menyusun, dan melaksanakan program supervisi pendidikan,
serta memanfaatkan hasilnya. Kemampuan menyusun program supervisi
pendidikan harus diwujudkan dalam penyusunan program supervisi kelas,
pengembangan program supervisi untuk kegiatan ekstrakulikuler,
pengembangan program supervisi perpustakaan, laboratorium, dan ujian.34
33 Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan.,
hlm. 55. 34 E. Mulyasa, E. Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional dalam Koneks
Menyukseskan MBS dan KBK., hlm. 112.
Pada hakikatnya, kegiatan supervisi yang dilakukan kepala madrasah
adalah berupa pemberian bantuan dan pendampingan (ad vocation) kepada
anggotanya: yang dalam hal ini mereka yang terkait dalam aktivitas
pendidikan guru, siswa, staf karyawan, dan sebagainya. Ini bertujuan untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi sumber daya madrasah, serta
optimalisasi mutu madrasah.
5) Kepala Madrasah sebagai Leader
Kemampuan yang harus diwujudkan kepala madrasah sebagai leader
dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga
kependidikan, visi dan misi madrasah, kemampuan mengambil keputusan
dan kemampuan berkomunikasi.
Kepribadian kepala madrasah sebagai leader akan tercermin dalam
sifat-sifat (1) jujur (2) percaya diri (3) tanggungjawab (4) berani
mengambil resiko dan keputusan (5) berjiwa besar, (6) emosi yang stabil
(7) teladan.35
Dari analisa kepribadian tersebut dapat memberikan penjelasan
bahwa faktor kepribadian juga menentukan keberhasilan kepemimpinan
kepala madrasah dalam mengorganisir para anggotanya. Pribadi positif
yang dimiliki kepala madrasah akan memberikan efek positif pula,
sebaliknya juga apabila yang dimiliki adalah pribadi buruk, maka akan
berdampak negatif terhadap situasi dan kondisi madrasah.
6) Kepala Madrasah sebagai Inovator
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai innovator,
kepala madrasah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin
hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru,
mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh
tenaga kependidikan di madrasah, dan mengembangkan model-model
pembelajaran yang inovatif.
35 E. Mulyasa, E. Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional dalam Koneks
Menyukseskan MBS dan KBK., hlm. 115.
Kepala madrasah sebagai inovator akan tercermin dari cara-cara ia
melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif,
rasional dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, serta adaptable dan
fleksibel.36
Kepala madrasah harus mempunyai gagasan-gagasan baru untuk
memperkaya khazanah pengetahuannya, yang diantaranya bermanfaat
untuk kemajuan madrasah, seperti penguasaan komputerisasi, mempunyai
kemampuan untuk berkomunikasi dengan pihak lain, selalu melakukan
eksperimen-eksperimen tentang penerapan sistem pendidikan.
7) Kepala Madrasah sebagai Motivator
Sebagai motivator, kepala madrasah harus memiliki strategi yang
tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam
melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan
melalui pengaturan lingkungan fisik, suasana kerja, disiplin, dorongan,
penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar
melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB).37
e. Strategi-Strategi dalam Kepemimpinan Kepala Madrasah
Dalam rangka melakukan perandan fungsinya sebagai manajer, kepala
madrasah harus memiliki strategi yang tepat untuk meberdayakan tenaga
kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada
para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong
keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam bebagai kegiatan yang
menunjang program madrasah.
1) Memberdayakan Tenaga Kependidikan Melalui Kerjasama Atau
Kooperatif.
Dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga
kependidikan di madrasah, kepala madrasah harus mementingkan
36 E. Mulyasa, E. Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional dalam Koneks Menyukseskan MBS dan KBK., hlm. 118.
37 E. Mulyasa, E. Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional dalam Koneks
Menyukseskan MBS dan KBK, hlm. 103.
kerjasama dengan tenaga kependidikan dan pihak lain yang terkait dalam
melaksanakan setiap kegiatan. Sebagai manajer kepala madrasah harus mau
dan mampu mendayagunakan seluruh sumber daya madrasah dalam rangka
mewujudkan visi, misi dan mencapai tujuan. Kepala madrasah harus
mampu bekerja melalui orang lain (wakil-waklinya), serta berusaha untuk
senantiasa mempertanggungjawabkan setiap tindakan. Kepala madrasah
harus mampu menghadapi berbagai persoalan di madrasah, berpikir secara
analitik dan konseptual, dan harus senantiasa berusaha untuk menjadi juru
penengah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh para
tenaga kependidikan yang menjadi bawahannya, serta berusaha untuk
mengambil keputusan yang memuaskan bagi semua.
2) Memberi Kesempatan Kepada Tenaga Kependidikan untuk Meningkatkan
Profesinya.
Sebagai manajer kepala madrasah harus meningkatkan profesi secara
persuasif dan dari hati ke hati. Dalam hal ini kepala madrasah harus
bersikap demokratis dan memberikan kesempatan kepada seluruh tenaga
kependidikan untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Misalnya
memberi kesempatan kepada bawahan untuk meningkatkan profesinya
melalui berbagai penataran dan lokakarya sesuai dengan bidangnya masing-
masing.
3) Mendorong Keterlibatan Seluruh Tenaga Kependidikan
Dimaksudkan bahwa kepala madrasah harus berusaha untuk mendorong
keterlibatan semua tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan di madrasah
(partisipasi).38
2. Prestasi Belajar Siswa
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar berasal dari kata prestasi dan belajar. Menurut W.J.S.
Poerwadarminta, “Prestasi artinya hasil yang telah dicapai”.39
38 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional dalam Koneks Menyukseskan MBS
dan KBK., hlm. 103.
Sedangkan oleh Tulus Tu’u “Prestasi diartikan hasil yang dicapai
seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu”.40
Dari pengertian diatas kata prestasi dapat penulis simpulkan bahwa
prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang setelah mengerjakan tugas
atau kegiatan tertentu.
Sedangkan pengertian belajar para ahli pendidikan dalam memberikan
pengertian belajar amat bermacam-macam. Namun bukan berarti pendapat
mereka bertentangan satu dengan yang lain. Berikut ini penulis kemukakan
beberapa pengertian belajar menurut para ahli, antara lain:
1) Menurut Syaiful Bahri Djamarah, “belajar pada intinya adalah perubahan
yang terjadi pada individu yang belajar”.41
2) Menurut Moh. Uzer Usman, dkk, belajar diartikan sebagai “perubahan
tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu
dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih
mampu berinteraksi dengan lingkungannya”.42
3) Menurut Made Pidarta, “Belajar adalah perubahan tingkah laku yang
permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh
obat atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pengetahuan lain serta
mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain”43
4) Menurut Mustaqim, “belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif
tetap yang terjadi karena latihan-latihan dan pengalaman”.44
5) Menurut Ngalim Purwanto, belajar diartikan sebagai “perubahan dalam
tingkah laku yang terjadi melalui latihan atau pengalaman dan bersifat
relatif dan tetap”.45
39 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1999), cet. 16, hlm. 768. 40 Tulus Tu’u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: Grasindo,
2004), hlm. 75. 41 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 14. 42 Moh. Uzer Usman, dkk, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bahan
Kajian.PKG, MGBS, MGMP), (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1993), hlm. 4. 43 Made Pidarta, Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1997), cet. 1, hlm. 197. 44 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 24.
6) Robert N Singer,” learning is reflected or inferred by a relatively permanent
change in behavioral potential resulting from practice or past experience in
the situation.46 (belajar dicerminkan oleh suatu perubahan yang tetap di
dalam mencapai atau potensi tingkah laku sebagai hasil praktik atau
pengalaman masa lalu di dalam situasi itu).
7) Menurut Arno F. Wittig, “learning can be defined as any relatively
permanent change in an organism`s behavioral repertoire that occurs as a
result of experience.47 (Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan yang
relatif tetap dalam tingkah laku seseorang yang terjadi sebagai hasil dari
pengalaman).
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku atas
kecakapan yang disebabkan oleh pengalaman, ulangan dan latihan. Serta
pengalaman individu dalam interaksinya dengan lingkungan.
Selanjutnya menurut W.J.S Purwadarminta bahwa prestasi belajar
adalah “hasil yang telah dicapai”.48 Sementara menurut W.J.S. Winkel, bahwa
prestasi belajar adalah “tingkah laku yang diharapkan terjadi setelah siswa
mempelajari suatu pelajaran”.49
Dari beberapa pandangan ahli di atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan prestasi belajar siswa adalah tingkah laku yang diharapkan
sebagai hasil yang diperoleh siswa setelah mempelajari sesuatu. Tingkah laku
yang diharapkan tersebut dapat diketahui tingkat pencapaiannya dengan
instrumen tertentu seperti ulangan atau tes, dimana ulangan atau tes tersebut
adalah untuk memutuskan indeks dalam mengukur tingkat pencapaian atau
keberhasilan dalam belajar. Prestasi belajar akan diketahui dengan adanya
45 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Karya, 1995), cet. II, hlm.
81. 46 Robert N. Singer, Motor Learning and Human Performance, (Canada: the USA, 1980),
P. 9. 47 Arno F. Wittig, Psychology Of Learning, (New York; Mc Crow Hill Book Company),
P. 29. 48 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia., hlm. 768. 49 W.S. Winkel, Dasar-dasar Penelitian, (Bandung; Nusa Karya, 1981), hlm 74.
penilaian atau penguasaan sebuah proses belajar mengajar. Penilaian adalah
kegiatan yang dilakukan oleh pelatih yaitu pendidik (guru dan dosen) untuk
mengukur atau mengetahui tingkat keberhasilan proses dan hasil belajar
mengajar dalam perkuliahan. Penilaian proses adalah penilaian yang dilakukan
pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, sedangkan penilaian hasil
adalah penilaian yang dilakukan pada saat akhir kegiatan belajar mengajar
yang ada pada buku laporan / Rapor /HSS. Dengan adanya penilaian, maka
dapat diketahui tingkat kemajuan belajar, selain itu penilaian juga merupakan
keseimbangan antara rencana dan tujuan yang akan dicapai. Tanpa penilaian
akan sulit mengetahui apakah kegiatan belajar-mengajar sesuai dengan
rencana dan tujuan dapat dicapai dengan baik.
Secara ringkas dapat penulis kemukakan di sini bahwa yang paling
mengetahui proses dan hasil belajar adalah pendidik. Oleh karena itu penilaian
merupakan kegiatan mutlak yang harus dilakukan oleh setiap pendidik.
Berbicara tentang prestasi, maka identik dengan nilai. Nilai seperti
halnya pengetahuan berakar pada dan diperoleh dari sumber-sumber objektif,
sedangkan sifat-sifat nilai bergantung pada pandangan yang timbul dari
realisme dan idealisme.
Menurut realisme, kualitas nilai tidak dapat di tentukan secara
konseptual terlebih dahulu, melainkan bergantung dari apa atau bagaimana
keadaannya bisa dihayati oleh subjek tertentu dan selanjutnya akan
bergantung pula dari sikap obyek tersebut, untuk yang pertama dapatlah
ditunjukkan bahwa nilai mempunyai hubungan dengan kualitas baik dan
buruk.50
b. Tingkat Prestasi Belajar
Setiap kegiatan akan menghasilkan sesuatu hal yang baik atau buruk,
disenangi atau tidak disenangi begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar,
pada akhirnya akan diketahui hasilnya, yaitu baik atau buruk, prestasi yang
50 Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan Sistem dan Metode, (Yogyakarta: Ardi, 1976),
hlm. 36.
ditunjukkan oleh siswa. Selanjutnya di ketahui prestasi yang ditunjukkan oleh
siswa dapat menilai apakah proses atau kegiatan belajar mengajar telah
menunjukkan hasil sesuai dengan harapan atau belum.
Seorang peserta dapat mengetahui hasil belajar siswa dengan
mengadakan evaluasi hasil belajar. Dari sini dapat diketahui perbedaan
prestasi masing-masing dalam menyerap materi pelajaran.
Dalam hal ini bukan berarti muncul kesimpulan adanya individu yang
lebih pandai dan bodoh, tetapi hanyalah kecepatan dalam menguasai materi
yang berbeda.
Menurut John. B. Carrol bahwa “kepandaian adalah bukan indeks dan
tingkat kemampuan belajar yang diukur dengan kecepatan belajarnya, dan
tidak mengenal yang bodoh atau pintar melainkan lambat atau cepat dalam
belajar”.51
Menurut Block dan Anderson bahwa “semua yang diajarkan dapat
dikuasai apabila disediakan kondisi-kondisi yang sesuai”.52
Jadi jelas tingkatan belajar masing-masing orang tidaklah menunjukkan
bodoh atau pintarnya seseorang, tetapi lebih menunjukkan kecepatan masing-
masing individu dalam menyerap pelajaran, dimana tingkat kecepatan atau
tingkat prestasi belajar seseorang merupakan akumulasi dari faktor-faktor
yang mempengaruhi selama proses belajar berlangsung.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa
Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi
antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor
internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pencapaian prestasi
belajar ditentukan oleh banyak faktor.
Menurut Muhibbin Syah, menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor internal yang meliputi:
intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi, serta faktor eksternal yang
51 John B. Carrol, Tahapan Pembelajaran, (Jakarta: Citra Pratama, 1981), hlm. 28. 52 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, hlm. 141-171.
meliputi: lingkungan sosial dan lingkungan non sosial serta faktor pendekatan
belajar.53
Menurut Abu Ahmadi, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
adalah faktor internal yang meliputi: jasmaniah, psikologis, kematangan fisik
maupun psikis, serta faktor eksternal yang meliputi: faktor sosial, faktor
budaya, faktor lingkungan fisik dan faktor lingkungan spiritual atau
keamanan.54
Menurut Sumadi Suryabrata, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar yang meliputi faktor
nonsosial dan faktor sosial. Sedang faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
pelajar meliputi faktor fisiologi dan faktor psikologis.55
Saiful Bahri Djamarah dalam bukunya “Psikologi Belajar” hal-hal yang
mempengaruhi prestasi adalah: lingkungan, instrumental, kondisi fisiologi,
kondisi psikologis.56
1) Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan, dimana terjadinya interaksi
dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosistem, saling
ketergantungan antar lingkungan biotik dan abiotik. Interaksi dalam
lingkungan selalu terjadi dalam mengisi kehidupan dan berpengaruh cukup
signifikan terhadap hasil belajar.
a) Lingkungan alami
Lingkungan hidup maksudnya adalah lingkungan tempat tinggal
seseorang, hidup dan berusaha didalamnya, lingkungan berpengaruh
terhadap belajar, dimana kondisi lingkungan yang kondusif akan
menciptakan suasana kegiatan belajar-mengajar yang menyenangkan.
b) Lingkungan sosial budaya
53 Muhibbin Syah, Op.cit., hlm. 130. 54 Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 130 – 131. 55 Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian,(Jakarta: Raja Grafido Press, 1995) hlm. 233. 56 Block and Anderson, Pembelajaran Tingkat Dasar, (Jakarta: Yudha Bahana, 1982),
hlm. 73.
Manusia adalah makhluk homososius, maksudnya adalah makhluk yang
berkecenderungan untuk hidup bersama satu dengan yang lainnya.
Hidup kebersamaan saling membutuhkan akan melahirkan interaksi
sosial saling memberi dan saling menerima merupakan kegiatan yang
selalu ada dalam kehidupan sosial.
2) Faktor Instrumental
Faktor instrumental meliputi:
a) Kurikulum
Kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan unsur substansial
dalam pendidikan, setiap guru memiliki kurikulum untuk mata pelajaran
yang dipegang dan diajarkan. Muatan kurikulum mempengaruhi
intensitas dan frekuensi belajar. Jadi kurikulum diakui mempengaruhi
proses dan hasil belajar.
b) Program
Program pendidikan disusun untuk dijalankan demi kemajuan
pendidikan. Keberhasilan pendidikan di madrasah ataupun di lembaga
pendidikan tergantung baik tidaknya program pendidikan yang
dirancang. Program pendidikan disusun berdasarkan potensi madrasah
yang tersedia. Baik tenaga, finansial, sarana dan prasarana.
c) Sarana dan Fasilitas
Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan, sarana dan fasilitas
bertujuan untuk memberikan kemudahan pelayanan dalam mencapai
prestasi.
d) Guru
Guru merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan. Kehadiran guru
mutlak diperlukan didalamnya. Guru yang professional lebih
mengedepankan kualitas pengajaran dari pada material oriented.
Kualitas kerja diutamakan dari pada mengambil mata pelajaran yang
bukan bidang keahliannya. Untuk menjadi guru yang baik tidak dapat
diandalkan kepada bakat atau hasrat ataupun lingkungan belaka, namun
harus disertai kegiatan studi dan latihan serta praktek atau pengalaman
yang memadai agar muncul sikap guru yang diinginkan sehingga
melahirkan kegairahan kerja yang menyenangkan.
3) Kondisi Fisiologis
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan
belajar seseorang. Akan berlainan belajarnya seseorang yang dalam keadaan
kelelahan. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan
belajarnya dibawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi, maka yang
kekurangan gizi akan duduk lelah, mengantuk dan sukar menerima
pelajaran.
4) Kondisi Psikologis
Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang
utama dalam menentukan intensitas belajar, meski faktor luar mendukung,
tetapi psikologis tidak mendukung, maka faktor luar kurang signifikan.
Oleh karena itu, minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan-
kemampuan kognitif adalah faktor-faktor psikologis yang utama
mempengaruhi proses dan hasil belajar.
d. Model Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa
Dari sudut pandang manajemen mutu pendidikan, kepemimpinan
pendidikan yang direfleksikan oleh kepala madrasah seyogyanya meliputi
kepedulian terhadap usaha-usaha peningkatan mutu pendidikan yang
dipimpinnya. Dalam hubungan ini mutu pendidikan dapat diartikan sebagai
kemampuan satuan pendidikan baik teknis maupun pengelolaan yang
profesional yang mendukung proses belajar siswa sehingga dapat mencapai
prestasi belajar yang optimal.57 Ini menegaskan bahwa keberhasilan
kepemimpinan kepala madrasah berpengaruh terhadap mutu pendidikan,
seperti halnya mutu siswa.
57 Moch. Idochi, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan, hlm. 87.
Dari pembahasan tersebut dapat dirumuskan bahwa kepemimpinan
efektif bukan sekedar pusat kedudukan, otoritas, penguasaan, legitimasi,
dominasi atau kekuatan tetapi merupakan interaksi aktif yang efektif.
Pentingnya efektivitas kepemimpinan dalam Islam, mengharuskan
seorang pemimpin pendidikan, termasuk dalam hal ini kepala madrasah
memiliki perilaku kepemimpinan yang efektif.58
Efektivitas itu bisa diukur dengan upaya kepala madrasah dalam
meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan terutama dalam hal
kemampuan belajar mengajar. Kepala madrasah sebagai seorang pemimpin
madrasah harus dapat memberikan dialog kepada guru untuk terus
meningkatkan kemampuan pedagogiknya agar dapat melahirkan kualitas
siswa yang baik dan berprestasi.
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
siswa.59 Sedangkan dalam penjelasan pasal 28 atas PP RI No. 19 tahun 2005
tentang standar nasional pendidikan, bahwa yang dimaksud dengan
kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran siswa
yang meliputi pemahaman terhadap siswa, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan siswa untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.60
Model kepemimpinan kepala madrasah dengan strategi melakukan
bimbingan terhadap guru bagi peningkatan prestasi belajar siswa adalah:
a. Menyediakan pengalaman langsung tentang obyek-obyek nyata bagi anak
Pengalaman langsung merupakan pengalaman yang diperoleh anak
dengan menggunakan semua inderanya, yaitu melihat, menyentuh,
mendengar, meraba dan merasa. Melalui pengalaman seperti itu anak-anak
58 Moch. Idochi, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan, hlm. 10. 59 Penjelasan UU RI no. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dalam UU RI No. 14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, dilengkapi dengan PP RI No. l9 tahun 2005, PP RI No. 48 tahun 2005, dan Permendiknas RI no. I I tahun 2005, Op.cit., hlm. 43.
60 Penjelasan PP RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dalam UU RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, dilengkapi dengan PP RI No. 19 tahun 2005, PP RI No. 48 tahun 2005, dan Permendiknas RI No. 11 Tahun 2005, Op.cit., hlm. 160.
membangun pengetahuannya dengan cara memperlakukan atau memanipulasi
objek, mengamati peristiwa-perisiwa atau kejadian, berinteraksi dengan
manusia dan lingkungan sekitarnya. Melalui pengalaman langsung anak
mengembangkan ketrampilan mengamati, membandingkan, menghitung,
bemain peran, mengemukakan perasaan dan gagasannya. Misalnya pada
pelajaran IPA siswa dapat mengenal dan menyebutkan bagian anggota tubuh,
pada pelajaran matematika siswa dapat menghitung banyaknya benda yang
dilihat, pada pelajaran IPS siswa dapat bermain bersama teman-temannya
dengan saling menyayangi satu sama lain.
b. Menciptakan kegiatan sehingga anak menggunakan semua pemikirannya.
Kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dalam pembelajaran terpadu
menentang anak untuk menggunakan semua pemikiran dan pemahamannya.
Dengan demikian dalam pembelajaran terpadu aktivitas mental anak terlibat.
c. Mengembangkan kegiatan sesuai dengan minat-minat anak
Kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dalam pembelajaran terpadu
harus relevan dengan minat anak, karena minat anak merupakan sumber ide
yang potensial untuk menentukan tema. Jika minat anak dipertimbangkan
dalam memilih tema, maka anak akan menunjukkan pemahaman yang lebih
baik.
d. Membantu anak mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan baru yang
didasarkan pada hal-hal yang telah mereka ketahui dan telah dapat mereka
lakukan sebelumnya.
Tema yang dipilih untuk pembelajaran terpadu harus
mempertimbangkan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dimiliki anak,
sehingga memudahkan mereka untuk mempelajari hal-hal baru, dengan
demikian pemilihan tema harus dimulai dari tema yang sudah dikenal anak.
e. Menyediakan kegiatan dan kebiasaan yang ditujukan untuk mengembangkan
semua aspek pengembangan kognitif, sosial, emosional, fisik, afeksi dan
estetis dan agama.
Tema sebagai fokus dalam pembelajaran terpadu memungkinkan untuk
mengembangkan semua aspek perkembangan melalui kegiatan-kegiatan
belajar yang relevan.
f. Mengakomodasikan kebutuhan anak-anak untuk melakukan aktifitas fisik,
interaksi sosial, kemandirian dan mengembangkan harga diri yang positif.
Setiap anak mempunyai kebutuhan yang berbeda yang berkaitan dengan
aspek fisik, sosial, afeksi, emosi dan intelektual. Melalui pembelajaran terpadu
kebutuhan-kebutuhan tersebut sangat mungkin untuk dipenuhi karena
pembelajaran terpadu menyediakan kegiatan belajar yang bervariasi.
g. Memberikan kesempatan menggunakan bermain sebagai wahana belajar
Bermain merupakan wahana yang baik untuk mengembangkan semua
aspek perkembangan anak. Melalui bermain anak melakukan proses belajar
yang menyenangkan, suka rela dan spontan. Melalui bermain, anak-anak juga
membentuk konsep-konsep yang lebih abstrak.
h. Menemukan cara-cara untuk melibatkan anggota keluarga anak
Dalam pembelajaran tertentu, guru bisa memanfaatkan pihak keluarga
atau orang tua sebagai nara sumber. Misalnya dalam membahas tema
“pekerjaan”, guru dapat mengundang orang tua anak berprofesi sebagai petani,
dokter, guru dan lain-lain untuk menceritakan pengalaman yang berhubungan
dengan pekerjaan mereka. Hal ini akan lebih menarik bagi anak daripada guru
sendiri yang menceritakannya.61
61 Masitoh, dkk, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2004), hlm. 124-
125.
BAB IIIBAB IIIBAB IIIBAB III
METODE PENELITIANMETODE PENELITIANMETODE PENELITIANMETODE PENELITIAN
A. Jenis PenelitianJenis PenelitianJenis PenelitianJenis Penelitian
Jenis penelitian ini tergolong penelitian lapangan (field research) apabila
dilihat dari tempat penelitian dilakukan. Penelitian lapangan (field research),
yaitu penelitian dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari sasaran
penelitian yang selanjutnya disebut informan atau responden melalui instrumen
pengumpulan data seperti angket, wawancara, observasi dan sebagainya.62
Karena berdasarkan informasi yang didapat bahwasannya kepemimpinan kepala
madrasah merupakan salah satu hal yang begitu menentukan pencapaian prestasi
belajar siswa, maka peneliti ingin mengkaji lebih dalam mengenai bagaimana
model kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa yang tentusaja bersinggungan dengan beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa seperti faktor lingkungan, instrumental, kondisi
fisiologis, dan kondisi psikologis.
B. Tempat dan Waktu PenelitianTempat dan Waktu PenelitianTempat dan Waktu PenelitianTempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Taqwal Ilah Tungu Meteseh
Tembalang. Berdasar pada informasi yang didapat peneliti melalui uraian singkat
dari beberapa kawan yang kebetulan bertempat tinggal di lingkungan sekitar
MTs Taqwal Ilah, bahwa, kepala madrasah Tsanawiyah di Kelurahan Meteseh
tersebut dikenal oleh masyarakat sekitar sebagai pribadi yang unik dan mantap
dalam kepemimpinannya baik dalam kehidupan formal maupun non formal. Bagi
peneliti dirasa tepat karena program studi peneliti adalah Kependidikan Islam
yang prioritas akademiknya adalah bidang manajemen kependidikan, hal itu
tampak dari beberapa mata kuliah seperti Dasar-Dasar Manajemen, Manajemen
SDM Pendidikan, Manajemen Pembiayaan Pendidikan, Manajemen Human
dalam Pendidikan, Manajemen Mutu Terpadu (TQM) Pendidikan, Manajemen
Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah, Manajemen Kesiswaan, Manajemen
62 Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 125.
Perpustakaan dan Pusat Sumber Belajar, Manajemen Pendidikan Islam,
Perencanaan Sistem Pendidikan, Supervisi Pendidikan, serta Kepemimpinan
Pendidikan. Sehingga peneliti memantapkan langkah untuk menindak-lanjuti
ketepatan tersebut dengan sikap optimis bahwa MTs Taqwal Ilah Tungu
Meteseh Tembalang merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang
berpotensi untuk berkembang dan mampu untuk bersaing dengan lembaga
pendidikan lainnya. Disamping itu kepala madrasah tersebut juga salah satu
alumnus program Strata I sekaligus program pasca sarjana IAIN Waisongo
Semarang. Dengan asumsi kedekatan emosional yang bisa saja membantu
kelancaran langkah penelitian yang akan dilaksanakan.
Proses penelitian tentang model kepemimpinan kepala sekolah di MTs
Taqwal Ilah tungu Meteseh Tembalang ini dilaksanakan pada tanggal 05
November-10 Desember 2010.
C. SuSuSuSumbermbermbermber PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian
MTs Taqwal Ilah secara geografis berada di jalan Tungu nomor 10
Kelurahan Meteseh Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Apabila dilihat dari
jarak kilometer (km), Kelurahan Meteseh sebagai lokasi berdirinya MTs Taqwal
Ilah , tepatnya berada pada jarak 3 km dari kota kecamatan Tembalang dan bila
dari kota Semarang berjarak kurang lebih 10 km. Bila dilihat dari daerah batas
administrasi, lokasi madrasah yang berada di Meteseh Tembalang berbatasan
dengan dua kabupaten, di sebelah Timur berbatasan dengan kabupaten Demak, di
sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Semarang, tepatnya kecamatan
Ungaran Timur kabupaten Semarang.
MTs Taqwal Ilah berdiri pada tahun 1993 bermula dari berdirinya
madrasah diniyah 1968 berkembang menjadi pondok pesantren Taqwal Ilah
tahun 1972 kemudian berdiri madrasah dilingkungan pesantren baik Mi maupun
MTs. MTs Taqwal Ilah secara terstruktur di bawah naungan Departemen Agama
dengan SK akreditasi WK/SA/PP.00.5/733/99 dengan piagam jenjang akreditasi
dengan status terakreditasi B. juga terdaftar dengan No Statistik Madrasah
212337404015. MTs Taqwal Ilah juga terdaftar di Departemen Pendidikan
Nasional dengan Nomor Induk Sekolah 210189/11/2007.
Sumber data dalam penelitian ini adalah kepala madrasah yakni Bapak
Rofiur Rutab M.Ag, guru dan kayawan, serta siswa MTs Taqwal Ilah tahun
pelajaran 2010/2011.
D. Fokus PenelitianFokus PenelitianFokus PenelitianFokus Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitian hanya pada aspek-
aspek tertentu yang meliputi :
1. Model kepeminpinan apa yang digunkan oleh kepala madrasah dalam upaya
meningkatkan prestsi belajar siswa di MTs Taqwal ILah tersebut?
2. Bagaimana model kepeminpimpinan kepala madrasah dalam membentuk
lingkunga yang evektif sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa?
3. Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah dalam merancang
instrument sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
4. Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah terhadap kondisi fisiologis
sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
5. Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah terhadap kondisi
pskiologis sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
C. Pengumpulan Data PenelitianPengumpulan Data PenelitianPengumpulan Data PenelitianPengumpulan Data Penelitian
Untuk mendapatkan data yang cukup dan sesuai dengan pokok
permasalahan yang diteliti, maka penulis menggunakan beberapa metode
pengumpulan data yang mana satu sama lainnya saling melengkapi, metode
tersebut antara lain:
1. Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data dengan terjun langsung kelapangan
terhadap obyek yang diteliti (populasi atau sampel).63
Metode ini peneliti gunakan untuk mengamati model kepemimpinan dan juga
strategi kepemimpinan yang dilakukan kepala madrasah MTs Taqwal Ilah
Tungu Meteseh Tembalang dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Wawancara
Wawancara atau interview adalah Metode pengumpulan data dengan
jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan sistematis dengan berlandaskan
tujuan penelitian. Melalui Metode ini, peneliti mengajukan pertanyaan secara
langsung kepada informan dan jawaban informan dicatat atau direkam dengan
alat perekam (tape recorder).64
Dalam penelitian ini dilakukan wawancara bebas terpimpin, yakni
wawancara yang dilakukan secara bebas dalam arti responden diberi
kebebasan menjawab, tetapi dalam batas-batas tertentu agar tidak
menyimpang dari panduan wawancara yang telah disusun. 65
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data dari kepala madrasah
tentang model dan strategi kepemimpinan kepala madrasah dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah sekumpulan data yang berupa tulisan
dokumen, sertifikat, peraturan-peraturan, struktur organisasi, jumlah guru,
jumlah siswa, dan sebagainya.66
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang hal-hal
yang berhubungan dengan penelitian seperti: data prestasi siswa, dokumentasi
63 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004),
hlm. 23 64 Wirawan Sarlito, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), hlm.
67. 65 Hadari Nawawi dan Martini Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 1995), hlm. 23. 66 Sudarwan Danim, Menjadi peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm. 131.
kinerja kepala madrasah, gambaran umum MTs Taqwal Ilah Tungu Meteseh
Tembalang.
D. Analisis Data PenelitianAnalisis Data PenelitianAnalisis Data PenelitianAnalisis Data Penelitian
Analisis data adalah mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke
dalam satu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sehingga dapat di temukan
tema, dan dapat dirumuskan hipotesis (ide) kerja seperti yang disarankan
data.67 Tehnik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawan cara, catatan lapangan dan
dokumentasi, dengan cara memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami.
Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data
untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.68 Untuk memperjelas
penelitian ini maka peneliti menetapkan metode analisis deskriptif yaitu
menyajikan dan menganalisis fakta secara sistematik sehingga dapat lebih
mudah untuk dipahami dan disimpulkan. Data yang dikumpulkan semata-
mata bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan,
menguji hipotesis, membuat prediksi maupun mempelajari implikasi.69
Metode deskriptif yang peneliti gunakan ini mengacu pada analisis
data secara induktif, karena:
1. Proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan jamak yang
terdapat dalam data,
2. Lebih dapat membuat hubungan peneliti dengan responden menjadi
eksplisit, dapat dikenal dan akuntabel,
3. Lebih dapat menguraikan latar belakang secara penuh dan dapat membuat
keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan pada suatu latar
lainnya,
67 Sudarwan Danim, Menjadi, hlm. 103. 68 Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004), hlm. 7. 69 Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 6-7.
4. Analisa induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang
mempertajam hubungan-hubungan,
5. Analisis demikian dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit
sebagai bagian struktur analitik.70
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam
periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis
terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai
setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan
pertayaan lagi sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel.
Miles and Haberman (1984), mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis
data kualitataif dilakukan dengan cara interaktif dan berlangsung dengan cara
terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam
analisis data , yaitu data reduction, data display, dan concusion
drawing/verification.
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin
lama peneliti kelapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks
dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang direduksi akan memberi kan gambaran yang jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya jika diperlukan.
Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang
akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan.
Oleh karena itu, kalau dalam melakukan penelitian, peneliti menemukan
segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola,
70 Lexy. J. Moleong, Metodologi, hlm. 10.
justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi
data.71
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penilaian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk penyajian data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan test yang bersifat naratif.
Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa
yang telah dipahami tersebut. Selanjutnya disarankan dalam melakukan
display data, selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik, matrik,
network (jejaring kerja) dan chart.72
3. Conclusion Drawing/Verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan daya berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti
yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan
data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel.73
71 Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2005), hlm.
91-93. 72 Prof. Dr. Sugiyono, Memahami, hlm. 95. 73 Prof. Dr. Sugiyono, Memahami, hlm. 9.
BAB IVBAB IVBAB IVBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam dunia pendidikan, pelaksanaan sejumlah teori, ide, maupun model
kepemimpinan adalah bentuk sejauh mana implementasi hal tersebut berhasil
direalisasikan dalam ranah praktis. Demikian juga dengan kepemimpinan Bp.
Rofiur Rutab M.S.I di MTs Taqwal Ilah, yang menganut model kepemimpinan
demokratis dan sesekali otoriter dan sudah diterapkan secara profesional dan
optimal. Selain mampu mengoperasionalkan peran, fingsi, serta tanggung jawab
tolak ukur penilaian keberhasilan kepemimpinan yang lain adalah model
kepemimpinan yang digunakan. Dalam hal ini sebagai kepala MTs Taqwal Ilah
Tungu Meteseh Tembalang Bp. Rofiur Rutab M.S.I termasuk jenis pemimpin
yang unik, karena beliau tidak hanya menggunakan satu model kepemimpinan
saja, akan tetapi kombinasi dari beberapa model kepemimpinan yaitu: Otoriter,
demokratis, dan bebas (laizzes faire). Dari sini, diketahui bahwa terdapat
fleksibilitas dalam kepemimpinan beliau.
Model kepemimpinan demokratis tetap diprioritaskan sebagai dasar utama
kepala madrasah dalam memutuskan setiap kebijakan yang dibuat. Dengan
mewujudkan ciri-ciri kepemimpinan ini, efektifitas dan efisiensi pemberdayaan
potensi sumber daya madrasah telah tercapai, kriteria dari model kepemimpinan
yang telah dijalankan kepala madrasah antara lain musyawarah, adil, memberikan
kebebasan berfikir dan berpendapat, dan sebagainya.
Menurut beliau, pemimpin harus dapat menjadi yang terbaik dan mampu
mengendalikan, mengontrol, dan memberikan contoh yang baik kepada
bawahannya. Sikap kepemimpinan yang otoriter terkadang juga diperlukan oleh
seorang pemimpin dalam mengambil suatu keputusan selama keputusan tersebut
baik bagi peningkatan lembaga pendidikan tersebut, akan tetapi tergantung
bagaimana strategi pemimpin mengontrolnya agar pengambilan keputusan tidak
dirasa otoriter dan dapat diterima oleh semua pihak tanpa ada rasa tekanan
maupun tuntutan dari pemimpin.74
Dari uraian-uraian yang sudah dikemukakan, maka model kepemimpinan di
MTs Taqwal Ilah bersifat kombinasi antara model kepemimpinan demokratis dan
otoriter. Dengan tetap menekankan model demokratis menjadi landasan
dimusyawarahkan bersama dan juga sistem organisasi yang desentralistik. Model
kepemimpinan otoriter diambil sebagai alternatif fleksibel sesuai dengan situasi
dan kondisi apabila diperlukan. Dari tinjauan manajemen Islami, kepemimpinan
Bp. Rofiur Rutab M.SI dapat digolongkan telah menerapkan kepemimpinan
efektif karena selain aktif dan efektif berinteraksi dengan bawahan (staf, guru,
karyawan, dan peserta didik) beliau juga melaksanakan prinsip –prinsip islami.
Fleksibilitas menjadi landasan dalam menerapkan model kepemimpinan
otoriter, kedua strategi ini diterapkan dengan tujuan memberikan keseimbangan
(balancing) dan ketegasan terhadap model kepemimpinan demokratis sehingga
tidak terdapat kekakuan didalamnya.
AAAA.... Model Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Membentuk Lingkungan Model Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Membentuk Lingkungan Model Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Membentuk Lingkungan Model Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Membentuk Lingkungan
sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswasebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswasebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswasebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Kontruksi gedung MTs Taqwal Ilah yang kokoh , kurang lebih 150 m dari
jalan raya, desain berbentuk leter U tiga lantai, dinding putih bersih, lantai tidak
becek atau licin, jendela dan ventilasi cukup, kamar mandi terpisah antar guru
dan siswa dengan air yang cukup pula, taman kacil di sudut halaman tertata rapi
dan higienis, tempat sampah ada di depan setiap ruangan, penerangan memadai,
serta hiasan berbagai kata motivatif menggunakan bahasa Jawa, Indonesia,
Inggris dan hadits beserta artinya sangat mencerminkan lingkungan yang
representative guna terciptanya lingkungan belajar kondusif sehingga kegiatan
belajar mengajar yang menyenangkan dapat terwujud. Dalam hal pembentukan
lingkungan tersebut kepala madrasah berlaku demokratis, dibahas melalui rapat
74 Wawancara dengan M. Sokhib, S. Ag. (Waka Kurikulum) pada tanggal 9 november
2010
dengan para guru dan karyawan, untuk kemudian dihadirkan dalam pertemuan
rutin bersama masyarakat.
Menurut Drs. H Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono dalam Psikologi
belajar edisi revisi tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar salah satunya
adalah kondisi gedung, terutama ditunjukkan pada kelas atau ruang tempat
belajar anak. Ruangan harus memenuhi syarat kesehatan seperti:
1. Ruangan harus berjendela, ventilasi cukup, udara segar dapat masuk ruangan,
sinar dapat menerangi ruangan.
2. Dinding harus lebih bersih, putih, tidak terlihat kotor.
3. Keadaan gedung yang jauh dari keramaian (pasar, bengkel, dan lain-lain)
sehingga anak mudah berkonsentrasi dalam belajarnya.
Apabila beberapa hal tersebut tidak di penuhi, misalnya gedung dekan
keramaian, ruangan gelap,lantai basah, ruangan sempit, maka situasi belajar akan
kurang baik. Anak-anak selalu gundah, sehingga memungkinkan pelajaran
terhambat. Menurut peneliti hal tersebut di ataslah yang menjadi salah satu
pertimbangan Bapak Rofiur Rutab dalam hal pengadaan lingkungan yang siap
untuk menjadi wahana terjadinya proses belajar mengajar.
Untuk ruang kelas yang rata-rata berukuran 8x10 m2 misalnya, hiasan
ataupun ornament-ornamen yang terpajang di dinding haruslah memenuhi
beberapa kriteria diantaranya estetika, etika, motivatif, dan interaktif, namun
siswa diberikan kebebasan membuat sendiri dan mengatur tata letaknya.
Misalnya struktus organisasi dan jadwal piket kelas, jadwal pelajaran, jam
dinding, kalender, tempat sapu dan lain-lain. Serta menghias ruangan agar
menjadi seindah, dan semenarik mungkin dengan asumsi dasar bahwa ruang kelas
adalah kamar belajar siswa layaknya kamar atau ruangan tempat belajar di rumah
masing-masing yang harus dijaga kebersihan dan kerapiannya. Setiap kelas juga
mempunyai nama (julukan) yang muncul dari ide-ide siswa atas bimbingan wali
kelas, hal ini dimaksudkan untuk menjaga kekompakan dan memunculkan
suasana kompetitif yang sehat dalam proses pembelajaran di sekolah. Sikap
demokratis kepala madrasah ini kemudian dilanjutkan dengan berbagai bentuk
penilain tentang sikap, kebersikan, kerapaian diri dan kelas maupun prestasi
belajar siswa.
Di pintu gerbang madrasah tertulis password pada sebuah papan yang
setiap hari pasti berganti, setiap siswa diwajibkan melihat password tersebut
pada saat jam pulang sekolah. Kata yang muncul pada saat pulang sekolah akan
menjadi kata kunci untuk masuk ke lingkungan sekolah pada hari berikutnya.
Menurut Bp Rofiur Rutab hal itu digunakan untuk menyiapkan diri (salah
satunya adalah siswa) agar selalu mendisiplinkan sikap belajarnya. Dalam satu
sisi dapat juga dipergunakan untuk mengetahui siapa saja (siswa) yang bolos atau
tidak berangkat tanpa keterangan. Kata yang digunakan berasal dari berbagai
bahasa, namun bahasa arab dan inggrislah yang diprioritaskan. Pengambilan
tindakan bagi yang tidak menyebutkan kata kunci: bagi siswa adalah membaca
surat-surat pilihan dalam Al Qur’an dan di awasi oleh guru piket yang
dilaksanakan pada waktu istirahat atau setelah jam pelajaran selesai, bagi guru
dan karyawan adalah berkunjung ke kediaman kepala Madrasah Tsanawiyah
Tungu Meteseh Tembalang.
Penentuan password langsung diperintahkan dan diatur oleh kepala
madrasah dan berlaku untuk semua warga madrasah. Dalam hal inilah model
kepemimpinan otokratis kepala madrasah Taqwal Ilah dipraktekkan.
Memberikan punishment (sanksi, hukuman) berupa peringatan teguran kepada
para anggota yang melakukan kesalahan juga beliau lakukan kepada para
bawahan yang melanggar aturan. Sedikit memaksakan kehendak pimpinan,
ditujukan untuk memberikan ketegasan sikap agar para anggota memperhatikan,
mematuhi aturan-aturan yang terdapat dalam lembaga.75
Selama penulis mengadakan observasi dapat diketahui bahwa terdapat
hubungan kekeluargaan yang begitu kental. Hal ini berdampak pada terciptanya
suasana harmonis antara atasan dan bawahan, kedekatan kepala madrasah dengan
semua personil madrasah membuktikan bahwa kepala madrasah adalah figur
yang dicintai dan dihormati. Nuansa alam demokratis tampak pada hubungan
75 Wawancara dengan kepala sekolah Bapak Rofiur Rutab M. S.I Pada Tanggal7
November 2010
yang harmonis dan bersifat kekeluargaan di lingkungan MTs Taqwal Ilah.
Kerjasama (team work) yang solid senantiasa mewarnai langkah-langkah dalam
menjalankan setiap tugas dan kewajiban, sehingga tercipta kekompakan dan
hubungan yang dekat antara kepala madrasah, tenaga pengajar, staf tata usaha,
dan siswa. Model kepemimpinan kepala madrasah yang unik, karena sistem
kombinasi dari beberapa model kepemimpinan serta menerapkan pola
kepemimpinan efektif; mengandung nilai-nilai islami seperti memberikan
keteladanan (uswah) ta’awun, musyawarah dan sebagainya, menurut peneliti
berimplikasi positif terhadap peningkatan mutu baik akademik maupun non
akademik.
Prestasi akademik ditunjukkan dengan nilai rata-rata 7,5 untuk hampir
semua mata pelajaran yang di ujikan. Demikian juga dengan prestasi non
akademik yang dibuktikan dengan sederet prestasi dalam bidang seni, olahraga,
ketrampilan, dan sebagainya cukup membanggakan. Kemajuan di bidang ini juga
tidak terlepas dari kebijakan-kebijakan Bapak Rofiur Rutab yang memberikan
apresiasi yang besar kepada peserta didik agar termotivasi untuk meningkatkan
prestasi non akademiknya. Antara lain dengan menyediakan serta mengusahakan
semua fasilitas yang menunjang kegiatan ekstrakurikuler. Kemudian beliau juga
memberikan support dan reward kepada peserta didik yang berhasil
mengharumkan dan membawa nama baik lembaga pendidikan Taqwal Ilah
melalui perlombaan, kejuaraan, debat ilmiah maupun yang lainnya sehingga
mereka merasa dihargai dan semakin terpacu semangatnya. Bapak Rofiur Rutab
acapkali berkoordinasi dengan para guru yang membina kegiatan ekstrakurikuler
dengan tujuan mencari tahu kekurangan-kekurangan yang perlu dibenahi. Ini
menunjukkan perhatian beliau yang besar serta membuahkan hasil yang optimal.
Menurut Ngalim Purwanto dalam Administrasi dan Supervisi pendidikan,
pemimpin yang memiliki sifat selalu mengutamakan kerjasama dalam mencapai
tujuan serta memberikan kebebasan kepada bawahan (dalam hal ini siswa) dan
membimbingnya adalah model pemimpin yang demokratis. Asas kebersamaan
dan transparansi (keterbukaan) semakin mengoptimalkan penerapan model
kepemimpinan demokratis, setiap ada permasalahan ataupun konflik selalu
dipecahkan bersama-sama dengan tujuan mengambil solusi yang tepat. Demikian
halnya dengan asas keterbukaan, para anggota diberikan hak untuk mengawasi
(social control) jalannya proses kerja organisasi. Memberikan kritik, saran dalam
kelembagaan sangat dibolehkan. Peneliti setuju sekali karena melihat deskripsi di
atas jelas sekali terpaparkan bahwasannya model kepemimpinan demokratis
memang diprioritaskan oleh bapak Rofiur Rutab.
BBBB.... ModeModeModeModel Kepemimpinan Kepala Madrasl Kepemimpinan Kepala Madrasl Kepemimpinan Kepala Madrasl Kepemimpinan Kepala Madrasaaaah dalam Merancang Instrumen sebagai h dalam Merancang Instrumen sebagai h dalam Merancang Instrumen sebagai h dalam Merancang Instrumen sebagai
Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar SiswaUpaya Meningkatkan Prestasi Belajar SiswaUpaya Meningkatkan Prestasi Belajar SiswaUpaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
1. Kurikulum
Model kepemimpinan kepala madrasah mempengaruhi pula bagaimana
sistem kewenangan yang diterapkan, pemberian kewenangan serta pendelegasian
secara penuh ditujukan kepada para anggota, sehingga dalam hal ini tugas beliau
adalah menginstruksikan tugas dan kegiatan yang harus dilakukan para anggota
dengan kebijakan-kebijakan yang diputuskan secara musyawarah mufakat.
Dengan demikian sistem desentralisasi menjadi pilihan dan diterapkan dalam
struktur keorganisasian MTs Taqwal Ilah.
Sampai dengan 2010 ini MTS Taqwal Ilah Semarang telah mengalami 3
(tiga) bentuk perubahan kurikulum. Saat pertama berdirinya 1993 madrasah ini
hanya menggunakan sistem belajar mengajar seadanya, baru kemudian seiring
dengan perkembangan jumlah siswa hingga lulusan kelas III (tiga) pertama tahun
1995, mengikuti kurikulum 1994. Munculnya kurikulum dengan basis
kompetensi (kurikulum Berbasis Kompetensi dan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan) telah menambah pengalaman MTs Taqwal Ilah untuk ikut
berpartisipasi dan ikut serta mengimplementasikan kurikulum tersebut.
Menurut kepala madrasah MTs Taqwal Ilah, mengungkapkan bahwa sejak
berkembangnya isu pengembangan kurikulum 1994 menjadi Kurikulum Berbasis
Kompetensi tahun 2004, telah melakukan respon terutama tentang upaya
menangkap informasi dari berbagai pihak diantaranya pencarian berbagai
sumber, baik secara struktural maupun internal sekoalah (madrasah), juga upaya
membantu guru-guru dalam mengakses informasi tentang kurikulum tersebut,
baik secara formal maupun informal agar guru-guru dapat memahami dan
mengaktualisasikan dalam proses pembelajaran dikelas.
Menurut kepala madrasah MTs Taqwal Ilah, bahwa pada tahun 2004 di
MTs Taqwal Ilah telah diberlakukan Kurikulum Berbasis Kompetensi sebagai
kurikulum pada umumnya. Tetapi pada tahun 2005/2006 kemudian telah
berkembang menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sebagai
penyempurna Kurikulum Berbasis Kompetensi, pada saat itu juga kepala sekolah
berupaya terus untuk dapat menyesuaikan diri, pada tahun 2006 MTs Taqwal
Ilah telah mempersiapkan diri untuk mengikuti dan memberlakukan kurikulum
tingkat satuan pendidikan sebagai kurikulum yang aktual, pada tahun 2007 baru
secara resmi mengikuti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sebagai kurikulum
yang diberlaukan.76
Konsekuensi dari pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
maka seluruh komponen madrasah senantiasa mengikuti ketentuan dari pusat,
wilayah dan kota yang memiliki kebijakan tentang kurikulum. Buku- buku materi
pembelajaran pun kemudian mengadaptasi pemberlakuan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan, dari manajemen, sumber belajar, guru-guru (pendidik) dan
pola umum yang memerluakan pengembangan di madrasah, yang kesemuanya
berkembang secar bertahap mengikuti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Secara umum proses pembelajaran di MTs Taqwal Ilah telah berjalan
berdasarkan kurikulum terbaru atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Bahkan secara keseluruhan baik kelas VII, VIII, IX (tujuh, delapan, sembilan)
telah menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan sebagai alternatif
terbaik bagi pengembangan pendidikan di salah satu lembaga pendidikan
tersebut. Sejak berlakunya kurikulum tingkat satuan pendidikan sebagai
kurikulum terbaru para guru langsung merespons untuk segera menerapkan dan
mengimplementasikannya dalam kelas.
76 Wawancara dengan kepala sekolah Bapak Rofiur Rutab M. S.I Pada Tanggal7 November
2010
Munculnya isu otonomi daerah yang dibarengi dengan munculnya isu
otonomi pendidikan, khususnya pada upaya para pakar dan pemerintah dalam
pemberdayaan madrasah menuju pengembangan dan kemandirian, telah
mendorong pengurus yayasan, madrasah, dan tokoh masyarakat yang direkrut
dalam komite sekolah untuk mengikuti pengembanga kurikulum yang
diberlakukan pemerintah (Diknas). Akhirnya sesuai dengan berbagai
pertimbangan dan keadaan madrasah, MTs Taqwal Ilah telah resmi mengikuti
Kurikulum Berbasis Kompetensi pad tahun 2003 dan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan pada tahun 2007, yang berdampak pada uapaya
mengimplementasikan sistem Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) maupun
sistem pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual (Contextual
Teaching and Learning).
Konsekuensinya, pengurus yayasan MTs Taqwal Ilah, pengurus madrasah,
dan komite sekolah bersepakat untuk melakukan pemberdayaan para guru, baik
dalam pendidikan (menyelesaikan Sarjana), pendidikan latihan (DIKLAT),
maupun menguikutsertakan para guru untuk mengikuti kegiatan pelatihan dan
ceramah lainnya sebagai upaya meningkatkan kamampuan, pengetahuan, dan
ketrampilan para guru.
Sebagai manajer Bp. Rofiur Rutab M.S.I bertanggung jawab atas tugas-
tugas yang dilaksanakan para anggotanya. Pembagian tugas serta pengaturannya
menjadi pekerjaan utama beliau sebagai manajer, beliau mampu
mengkomunikasikan dengan visi dan misi lembaga pendidikan sehingga tujuan
pendidikan tercapai. Salah satu bukti dari keberhasilan menjalankan peran ini
adalah perkembangan MTs Taqwal Ilah hingga memperoleh akreditasi B.
2. Sarana dan Fasilitas
Sebagai lembaga pendidikan Islam, MTs Taqwal Ilah dari generasi ke
generasi telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Bapak Rofiur Rutab
selalu mengutamakan kerjasama damam mencapai tujuan, diawali dengan
perkembangan fisik, hingga saat ini telah berhasil merealisasikan rencana
pembangunan (master plan) yang dicanangkan bersama dengan para anggota,
stakeholder, dan juga masyarakat. Selain sarana dan fasilitas yang harus dimiliki
lembaga pendidikan misalnya perpustakaan beserta koleksi buku-buku di
dalamnya, penguasaan media komputer yang merupakan suatu wujud
perkembangan dalam bidang teknologi di zaman modern ini, diadakan dengan
berbagai pertimbangan terutama pendanaan. Selaku kepala madrasah Bapak
Rofiur Rutab berlaku demokratis dalam rapat tersebut. Beliau menggarisbawahi
dua hal yakni “efektif dan efisien”, akhirnya pengadaan laboratorium beserta
perangkat komputer sebanyak 28 buah dapat terealisasikan melalui mufakat.
Menindaklanjuti pengadaan lab komputer yang sudah ada, berdasarkan saran dan
pendapat dari bawahan yang kemudian merupakan suatu disinkronkan dengan
kepentingan dan tujuan madrasah dan yayasan, atas kebijakan kepala MTs
Taqwal Ilah sehingga seluruh area Yayasan Taqwal Ilah adalah area hot spot.
Dalam hal lain misalnya ekstrakurikuler panjat tebing, secara khusus MTs
Taqwal Ilah tidak mempunyai sarana latihan untuk kegiatan tersebut. Merupakan
ide kreatif yang tercipta dari pribadi seorang Bapak Rofiur Rutab yang mungkin
saja tidak terbesit dalam angan para guru dan stafnya. Dengan pertimbangan
lokasi MTs Taqwal Ilah yang jauh dari tempat latihan yang tersedia di Kota
Semarang, menurut beliau terlalu repot untuk mengungsuikan anak-anaknya
dalam setiap kali latihan ke tempat tersebut, mengingat banyaknya siswa yang
berminat dalam ekstrakurikuler panjat tebing. Akhirnya berawal dari ide sang
pimpinan, gedung madrasah yang bertingkat tiga dijadikan sarana untuk latihan
ekstrakurikuler panjat tebing. Hal ini semakin melengkapi sarana dan prasarana
yang menunjang pencapaian prestasi belajar siswa terutama dalam prestasi non
akademik.77
3. Guru
Dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kepala madrasah melakukan
pengawasan dan pengendalian tenaga kependidikan untuk meningkatkan kualitas
tenaga kependidikan. Hal ini bisa dilakukan dengan :
1) Mengikutkan guru dalam pelatihan pembuatan karya ilmiah.
77 Wawancara dengan kepala sekolah Bapak Rofiur Rutab M. S.I Pada Tanggal7 November
2010
2) Menganjurkan mereka untuk mengadakan penelitian atau studi banding yang
tentu saja madrasah memberikan anggaran untuk kegiatan tersebut.
3) Menganjurkan guru untuk melanjutkan studi / kuliah. Dalam hal ini madrasah
/ yayasan memberikan beasiswa kepada guru.
4) Menambah guru agar aktifitas mereka tidak terlalu padat sehingga mereka
dapat mengikuti pelatihan-pelatihan.
5) Anggaran perlu ditambah agar dapat mengikuti pelatihan-pelatihan yang
membutuhkan biaya banyak.
Kegiatan tersebut dilakukan melalui model kepemimpinan yang demokratis
dan sesekali bersifat otoriter dengan menggunakan teknik individu dan teknik
kelompok. Kepala madrasah selaku pengawas selain observasi kelas dan
percakapan individual (individual conference), rapat madrasah juga melakukan
pendampingan terhadap guru dengan memberikan bimbingan dan pengawasan
terhadap kinerja guru terutama dalam menyusun rencana pembelajaran,
menyusun tes dan melaksanakan proses pembelajaran yang berbasis IT. Model
kepemimpinan kepala madrasah MTs Taqwal Ilah dalam upaya meningkatkan
prestasi belajar siswa dilakukan secara demokratis yakni melalui teknik individu
dengan kunjungan atau observasi kelas, percakapan pribadi, dan lain-lain.
Sedangkan untuk teknik kelompok adalah diskusi, seminar, dan rapat. Sedangkan
langkah-langkah aktifitas yang ditentukan sebagai tugas dan instruksi adalah
dengan cara mewajibkan setiap guru untuk dapat menggunakan media IT sebagai
sumber belajar dan memperluas wawasan, selain dapat mempermudah proses
pembelajaran.
Tuntutan penguasaan IT dalam rangka meningkatkan prestasi guru
terhadap lembaga pendidikan Islam yang bermutu sudah semakin mendesak,
karena pada saat ini kita sudah memasuki era globalisasi. Aplikasi teknologi
komunikasi dan informasi dalam pendidikan telah tercipta lingkungan belajar
global yang terhubung dengan jaringan, yang menempatkan siswa di tengah-
tengah proses pembelajaran, dikelilingi oleh berbagai sumber-sumber belajar dan
layanan belajar elektronik. Untuk itu sistem pendidikan konvensional pada
sistem pendidikan nasional selama ini termasuk di dalamnya adalah pendidikan
Islam, harus menunjukkan sikap proaktif dengan cara belajar yang baru, yang
syarat dengan teknologi yang menjadi tuntutan dari perkembangan global.
Selain itu guru MTs Taqwal Ilah diharapkan dapat menggunakan model
pembelajaran partisipasif yang banyak melibatkan keaktifan siswa dalam
pembelajaran. Sebagai seorang supervisor guru harus dapat menyajikan pelajaran
dengan baik dalam hal ini dalam pandangan penulis guru harus dapat menyajikan
pelajaran yang mengarah pada pembelajaran partisipatif karena Pada hakekatnya
belajar merupakan interaksi antara peserta didik dengan lingkungan. Oleh karena
itu, untuk mencapai hasil belajar yang optimal perlu keterlibatan atau partisipasi
yang tinggi dari peserta didik dalam pembelajaran. Keterlibatan peserta didik
merupakan hal yang sangat penting dan menentukan keberhasilan pembelajaran.
Adanya keterlibatan, tanggung jawab dan umpan balik dari peserta didik.
Keterlibatan peserta didik merupakan syarat pertama dalam kegiatan belajar di
kelas. Untuk terjadinya keterlibatan itu peserta didik harus memahami dan
memiliki tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan belajar. Keterlibatan peserta
didik itupun harus memiliki arti penting sebagai bagian dari dirinya dan perlu
diarahkan secara baik oleh sumber belajar.
Untuk mendorong partisipasi peserta didik dapat dilakukan berbagai cara,
antara lain memberikan pertanyaan dan menanggapi respon peserta didik secara
positif, menggunakan pengalaman berstruktur, menggunakan beberapa instrumen
dan menggunakan metode yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta
didik.
Pelaksanaan pembelajaran partisipatif perlu memperhatikan beberapa
prinsip berikut. Pertama, berdasarkan kebutuhan belajar (learning needs based)
sebagai keinginan maupun kehendak yang dirasakan oleh peserta didik. Kedua,
berorientasi kepada tujuan kegiatan belajar (learning goals and objective
oriented). Prinsip ini mengandung arti bahwa pelaksanaan pembelajaran
partisipatif berorientasi kepada usaha kepada pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Ketiga, berpusat kepada peserta didik (partisipan centered). Prinsip
ini sering disebut learning centered yang menunjukkan bahwa kegiatan belajar
selalu bertolak dari kondisi riil kehidupan peserta didik. Keempat, belajar
berdasarkan pengalaman (experiential learning), bahwa kegiatan belajar harus
selalu dihubungkan dengan pengalaman peserta didik.
Pembelajaran partisipatif dapat dikembangkan dengan prosedur sebagai
berikut:
a. Menciptakan suasana yang mendorong peserta didik siap belajar.
b. Membantu peserta didik menyusun kelompok, agar dapat saling belajar dan
membelajarkan.
c. Membantu peserta didik untuk mendiagnosis dan menemukan kebutuhan
belajarnya.
d. Membantu peserta didik menyusun tujuan belajar.
e. Membantu peserta didik merancang pola-pola pengalaman belajar.
f. Membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.
g. Membantu peserta didik melakukan evaluasi diri terhadap proses dan hasil
belajar.
Dalam pembelajaran partisipatif guru harus berperan sebagai fasilitator
dengan memberikan kemudahan belajar langkah-langkah di atas.
Sikap demokratis kepala madrasah juga terlihat dari bentuk batuan dan
pengawasan yang dilakukan kepala madrasah MTs Taqwal Ilah kepada guru
adalah membimbing guru dalam menyusun persiapan mengajar dan ketertiban
administrasi guru. Selain itu juga kepala madrasah melakukan koordinasi dengan
yayasan melalui manajer pendidikan yang di bentuk yayasan untuk membimbing
dan mengawasi kinerja para guru pada khususnya dan guru unit MTs pada
umumnya. Kepala madrasah MTs Taqwal Ilah melakukan komunikasi dengan
Departemen Agama, yayasan, instansi terkait untuk peningkatan prestasi guru,
selain mendelegasikan guru dalam MGMP, seminar, pelatihan pendidikan agar
terjadi peningkatan prestasi guru terutama dalam proses pembelajaran.
Sikap otokratis ditunjukkan dengan memberikan Instrument Penilaian
Kinerja Madrasah (IPKM) yang berisi lembaran evaluasi mingguan, bulanan
maupun tahunan dan diawasi langsung oleh kepala madrasah.78
Memberikan pengawasan terhadap kinerja para anggotanya adalah langkah
awal yang dilakukakan Bp. Rofiur Rutab M.S.I sebagai seorang supervisor.
Dalam hal ini kegiatan supervisi berguna agar para anggota tetap menjalankan
tugas-tugasnya sesuai dengan aturan-aturan dan kebijakan yang telah disepakati
bersama dalam awal perencanaan program kerja.
Menjadi administrator bukan hanya ditujukan kepada staf administrasi atau
pegawai tata usaha, akan tetapi kepala madrasah pun ikut berkecimpung dan
berperan di dalamnya. Hal tersebut dilaksanakan dengan cara memimpin
pelaksanaan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dan
pengajaran. Dalam hal ini Bp. Rofiur Rutab M.S.I memberikan pengawasan juga
melalui IT (information technology )
Keberhasilan dalam hal ini antaralain dapat ditunjukkan oleh:
a. Menumbuhkan kesadaran terhadap tenaga ke pendidikan (guru) untuk
meningkatkan kinerjanya.
b. Meningkatkan ketrampilan tenaga ke pendidikan (guru) dalam melaksanakan
tugasnya.
Kepala madrasah MTs Taqwal Ilah menerapkan standar mutu proses
pembelajaran yang diharapkan dapat berdaya guna untuk mengoptimalkan proses
transformasi dan untuk melahirkan lulusan atau output yang sesuai, yaitu yang
menguasai standar mutu pendidikan berupa penguasaan standar kemampuan
dasar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran pelajar aktif (student
active learning), pembelajaran kooperatif dan kolaboratif, pembelajaran
konstruktif dan pembelajaran tuntas (mastery learning).
Begitu pula, Kepala madrasah MTs Taqwal Ilah telah berusaha
menentukan standar mutu evaluasi pembelajaran, diantaranya bentuk penguasaan
peserta didik atas standar kemampuan dasar, yaitu penguasaan materi (content
78 Wawancara dengan BP. Tali Tulab S.Ag (kakak kandung kepala madrasah dan salah satu
guru MTs Taqwal Ilah) Pada Taggal 11 november 2010
objectives), penguasaan metodologis (methodological objectives), dan
penguasaan keterampilan yang aplikatif dalam kehidupan sehari-hari (life skill
objectives). Dengan kata lain, penilaian diarahkan pada dua aspek hasil
pembelajaran, yaitu instructional effects (hasil-hasil yang kasat mata dari proses
pembelajaran) dan nurturing effect. Instructional effects (hasil-hasil laten proses
pembelajaran, seperti terbentuknya kebiasaan membaca, kebiasaan pemecahan
masalah)
Kepala madrasah MTs Taqwal Ilah juga mengukur kinerja guru melalui
hasil evaluasi pembelajaran yang telah dilakukan, nilai evaluasi yang didapat
peserta didik harus sesuai KKM, karena nilai KKM merupakan salah satu tolak
ukur keberhasilan pembelajaran seorang guru kepada peserta didiknya baik itu
bersifat teori maupun praktek. Dengan keadaan seperti ini menurut peneliti
kepala MTs Taqwal Ilah sebagai seorang supervisor di MTs Taqwal Ilah cukup
berhasil. Hal ini di bukti kan dengan terus meningkatnya ketrampilan guru dalam
mengajar.
Agar kinerja guru mencapai tingkat prestasi yang memuaskan, kepala
madrasah MTs Taqwal Ilah sebagai seorang supervisor memberikan reward bagi
setiap kinerja guru dengan kenaikan pangkat, begitu juga sebaliknya
menghambat kenaikan pangkat nya jika kinerja yang dilakukan tidak baik, salah
satu tolak ukur nya adalah nilai ketuntasan mencapai nilai KKM.
Maksud dan tujuan dari ganjaran (reward) adalah supaya dengan prestasi
guru tersebut menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau
mempertinggi kinerjanya. Dalam al-Qur’an dijelaskan tentang ganjaran yang
digunakan untuk membalas orang yang beriman dan beramal shaleh agar mereka
mempertinggi keimanan dan ketaqwaan nya. Firman Allah Swt surat al-Bayyinah
ayat 7 – 8:
ر�#67 %�� �"اؤه#) ٧( اD�� �!D�� ه# أو�d� ا�P92G و%2�(ا ا��(ا ا��;!� إن�
P�� ن�6 اDB� �� D6Y5ي %C9� �!�2� 6�N ا�� ور+(ا %6�# ا, ر+* أ��%
)٧- ٨: ا���� ) (٨( ر��� j�* ��� ذ��
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh
mereka itu adalah sebaik-baik makhluk (7). Balasan mereka di sisi Tuhan
mereka ialah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka
kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan
merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi
orang yang takut kepada Tuhannya”. (QS. Al-Bayyinah: 7-8).79
Dengan demikian adanya berbagai bentuk reward merupakan pendorong
bagi guru untuk meraih keberhasilan dan kinerja yang baik.
CCCC.... Model Kepemimpinan Kepala Madrasah terhadap Kondisi Fisiologis sebagai Model Kepemimpinan Kepala Madrasah terhadap Kondisi Fisiologis sebagai Model Kepemimpinan Kepala Madrasah terhadap Kondisi Fisiologis sebagai Model Kepemimpinan Kepala Madrasah terhadap Kondisi Fisiologis sebagai
Upaya untuk Meningkatkan Prestasi Belajar SiswaUpaya untuk Meningkatkan Prestasi Belajar SiswaUpaya untuk Meningkatkan Prestasi Belajar SiswaUpaya untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Seseorang yang sakit akan mempengaruhi kelemahan fisiknya, sehingga
saraf motorik dan sensoriknya lemah. Akibatnya rangsangan yang diterimanya
melalui inderanya tidak dapat diteruskan keotak.lebih-lebih sakitnya
lama,sarafnya akan bertambah lemah,sehingga ia tuidak dapat masuk sekolah
untuk beberapa hari yang mengakibatkan anak akan tertinggal jauh dalam
pelajarannya.
Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia
mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang sehingga
menyebabkan kurang semangat, pikiran terganggu. Karena hal-hal ini maka
penerimaan dan respon pelajaran berkurang, saraf otak tidak mamampu bekerja
secara optimal memproses, mengelola, menginterprstasi dan mengorganisasi
bahan pelajaran melalui inderanya.
Perintah motorik dari otak yang langsung kepada saraf motorik yang
berupa ucapan, tulisan, hasil pemikiran atau lukisan menjadi lemah. Maka dari
itu seorang guru harus dapat meneliti kadar gizi makanan dari anak.
Untuk meneliti kadar gizi makanan dari siswa, Bapak Rofiur Rutab sebagai
kepala madrasah menganjurkan kepada orang tua murid untuk membekali anak-
anaknya dengan makanan yang di olah sendiri. Dengan cara seperti itu
79Soenarjo dkk, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: Toha Putra, 1989), hlm. 1085.
setidaknya orang tuapun dapat ikut mengontrol gizi yang terdapat pada makanan
anka-anaknya.
Selain itu kepala sekolah juga memberlakukan sistem saring, yang mana
setiap makanan, minuman maupun jajanan yang dijual dilingkungan sekolah
harus memenuhi standar yang telah ditentukan oleh sekolah, tidak semua jenis
makanan maupun jajanan dapat diperjual belikan disekolah. Seperti permen, ciki,
coklat dan sebagainnya tidak diperbolehkan untuk dijual dikantin sekolah. Semua
makanan yang dijual pada kantin sekolah adalah makanan-makanan yang di olah
sendiri oleh penjaga kantin sekolah dengan pertimbangan nilai gizi di dalamnya.
Setiap satu minggu sekali diadakan pemeriksaan kelas yang dilakukan oleh
anggota OSIS, apabila kedapatan siswa yang diam-diam membawa makanan-
makanan tersebuk, maka akan mkanan tersebut akan disita dan siswa tersebut
akan mendapatkan poin pelanggaran.
Selain dari makanan yang kurang sehat, cacat fisik yang diderita siswa
misalnya, kurang pendengaran, kurang penglihatan atau gangguan psikomotorik
lainnya juga sangat mempengaruhi fisiologi siswa.
Dalam hal ini kepala madrasah memerintahkan kepada para guru untuk
memberikan perhatian kepada siswa yang mengalami ganguan-gangguan
tersebut. Yaitu dengan cara bagi anak yang kurang mendengar, mereka
ditempatkan pada deretan paling depan, agar suara guru masih dapat didengar.
Anak yang kurang pendengarannya pada telinga sebelah kiri, harus duduk pada
pada meja sebelah kiri, dan anak yang kurang pendengarannya pada telingan
sebelah kanan harus duduk pada meja sebelah kanan, hal itu dilakukan agar
telinga mereka dapat berfungsi dengan baik.
Sedangkan bagi anak yang kurang penglihatannya, misalnya rabun jauh
atau rabun dekat. Maka bagi siswa yang jauh ditempatkan pada meja paling
depan dan mereka yang rabun dekat harus duduk pada meja paling belakang agar
mereka dapat melihat pelajaran yang ditulisan pada papan tulis.
Penempatan-penempatan siswa yang mengalami cacat tersebut dilakukan
dengan sangat bijaksana oleh kepala madrasah dan para guru. Yaitu dengan cara
tidak menunjukkan alasan dan sikap didepan siswa-siwa yang lain bahwa mereka
ditempatkan di deretan depan karena kekurangbaikan alat indra mereka. Langkah
bijaksana ini sangat perlu diambil untuk mempertahankan self-esteem dan self-
confidence siwa-siswa khusus tersebut. Karena kemerosotan self-seteem dan self-
confidence (rasa percaya diri) seorang siswa akan menimbulkan frustasi yang
pada gilirannya cepat atau lambat siswa tersebut akan menjadi underachiever
atau mungkin gagal, meskipun kapasitas kognitif mereka normal atau lebih
tinggi daripada teman-temannya.
Kepada mereka yang mengalami cacat tersebut, apabila tidak mendapatkan
placement dan perhatian dari kepala madrasah maupun guru, pasti akan
mengalami kesulitan belajar. Sebab mereka tidak dapat memproses ransangan
dari guru atau teman-temanya karena alat indera mereka kurang berfungsi.
Selain upaya-upaya yang dilakukan diatas, Bapak Rofiur Rutab selaku
kepala madrasah bekerja sama dengan guru serta staf-staf yang lain melakukan
kerjasama untuk memperoleh bantuan bantuan pemerintah secara rutin (periodik)
dari dinas-dinas kesehatan setempat.
DDDD.... Model Kepemimpinan Kepala Madrasah terhadap Kondisi Psikologis sebagaiModel Kepemimpinan Kepala Madrasah terhadap Kondisi Psikologis sebagaiModel Kepemimpinan Kepala Madrasah terhadap Kondisi Psikologis sebagaiModel Kepemimpinan Kepala Madrasah terhadap Kondisi Psikologis sebagai
Upaya untuk Meningkatkan Prestasi Belajar SiswaUpaya untuk Meningkatkan Prestasi Belajar SiswaUpaya untuk Meningkatkan Prestasi Belajar SiswaUpaya untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Siswa pada hakekatnya mempunyai potensi untuk mengembangkan
sekaligus meningkatkan prestasi akademik maupun non akademiknya. Hal ini
dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain latar belakang lingkungan, kualitas
guru, serta kebijakan-kebijakan itulah yang merupakan hasil dari model
kepemimpinan yang diterapkan kepala madrasah.
Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang
utama dalam menentukan intensitas belajar, meski faktor luar mendukung, tetapi
psikologi tidak mendukung. Maka faktor luar kurang siknifikan. Oleh karena itu,
minat, kecerdasan/intelegensi, bakat, motivasi, dan kemampuan-kemampuan
kognitif lainnya adalah faktor-faktor psikologis yang utama mempengaruhi
proses dan hasil belajar.
Dalam hal ini kepemimpinan yang demokratis dipraktekkan kepala MTs
Taqwal Ilah melalui kerjasama dengan guru serta bimbingan terhadap guru dan
siswa untuk meningkatkan prestsi belajarnya. Bentuk bimbingan yang
ditekankan bersama adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan pengalaman langsung tentang obyek-obyek nyata bagi siswa.
Pengalaman langsung merupakan pengalaman yang diperoleh siswa
dengan menggunakan semua inderanya, yaitu melihat, menyentuh,
mendengar, meraba dan merasa. Melalui pengalaman seperti anak-anak
membangun pengetahuannya dengan cara memperlakukan atau memanipulasi
objek, mengamati peristiwa-perisiwa atau kejadian, berinteraksi dengan
manusia dan lingkungan sekitarnya. Melalui pengalaman langsung siswa dapat
mengembangkan ketrampilan mengamati, membandingkan, menghitung,
bemain peran, mengemukakan perasaan dan gagasannya. Misalnya pada
pelajaran IPA siswa dapat mengenal dan menyebutkan bagian anggota tubuh,
pada pelajaran matematika siswa dapat menghitung banyaknya benda yang
dilihat, pada pelajaran IPS siswa dapat bermain bersama teman-temannya
dengan saling menyayangi satu sama lain.
2. Menciptakan kegiatan sehingga siswa mampu menggunakan semua
pemikirannya.
Kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dalam pembelajaran aktif
menuntut siswa untuk menggunakan semua pemikiran dan pemahamannya.
Dengan demikian dalam pembelajaran semacan itu aktivitas mental siswa
terlibat.
3. Mengembangkan kegiatan sesuai dengan minat-minat siswa.
Kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dalam pembelajaran harus
relevan dengan minat siswa, karena minat siswa merupakan sumber ide yang
potensial untuk menentukan tema. Jika minat siswa dipertimbangkan dalam
memilih tema, maka siswa akan menunjukkan pemahaman yang lebih baik.
4. Membantu siswa mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan.
Membantu siswa mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan baru
yang didasarkan pada hal-hal yang telah mereka ketahui dan telah dapat
mereka lakukan sebelumnya. Tema yang dipilih untuk pembelajaran harus
mempertimbangkan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dimiliki siswa,
sehingga memudahkan mereka untuk mempelajari hal-hal baru, dengan
demikian pemilihan tema harus dimulai dari tema yang sudah dikenal siswa.
5. Menyediakan kegiatan dan kebiasaan yang ditujukan untuk pengembangan.
Menyediakan kegiatan dan kebiasaan yang ditujukan untuk
mengembangkan semua aspek pengembangan kognitif, sosial, emosional,
fisik, afeksi dan estetis dan agama. Tema sebagai fokus dalam pembelajaran
memungkinkan untuk mengembangkan semua aspek perkembangan melalui
kegiatan-kegiatan belajar yang relevan.
6. Mengakomodasikan kebutuhan siswa.
Mengakomodasikan kebutuhan siswa untuk melakukan aktifitas fisik,
interaksi sosial, kemandirian dan mengembangkan harga diri yang positif
karena setiap siswa mempunyai kebutuhan yang berbeda yang berkaitan
dengan aspek fisik, sosial, afeksi, emosi dan intelektual. Melalui pembelajaran
yang tepat, kebutuhan-kebutuhan tersebut sangat mungkin untuk dipenuhi
Memberikan kesempatan menggunakan bermain sebagai wahana belajar
Bermain merupakan wahana yang baik untuk mengembangkan semua
aspek perkembangan siswa. Melalui bermain siswa melakukan proses belajar
yang menyenangkan, suka rela dan spontan. Melalui bermain, siswa juga
membentuk konsep-konsep yang lebih abstrak.
7. Menemukan cara-cara untuk melibatkan anggota keluarga siswa.
Dalam pembelajaran, guru dapat memanfaatkan pihak keluarga atau
orang tua sebagai nara sumber. Misalnya dalam membahas tema “pekerjaan”,
guru dapat mengundang orang tua anak berprofesi sebagai petani, dokter, guru
dan lain-lain untuk menceritakan pengalaman yang berhubungan dengan
pekerjaan mereka. Hal ini akan lebih menarik bagi anak daripada guru sendiri
yang menceritakannya.80
Bentuk model kepemimpinan kepala madrasah yang demokratis
terhadap kondisi psikologis siswa dalam upaya peningkatan prestasi belajar,
dengan melakukan kerjasama sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan
guru dalam menghadapi berbagai kondisi psikologis siswa dan bagaimana cara
menanganinya.
80 Masitoh, dkk, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2004), hlm. 124-
125.
BAB VBAB VBAB VBAB V PENUTUPPENUTUPPENUTUPPENUTUP
AAAA.... KESIMPULANKESIMPULANKESIMPULANKESIMPULAN
Model kepemimpinan kepala madrasah yang unik, karena sistem kombinasi
dari beberapa model kepemimpinan yaitu demokratis sebagai prioritas utama dan
otoriter pada saat- saat tertentu, serta menerapkan pola kepemimpinan efektif;
mengandung nilai-nilai islami seperti memberikan keteladanan (uswah) ta’awun,
musyawarah dan sebagainya, berimplikasi positif terhadap peningkatan prestasi
belajar siswa baik akademik maupun non akademik.
Dari muatan deskriptif ini penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Model kepemimpinan kepala madrasah dalam membentuk linkungan
sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu lebih dengan cara
kekeluargaan. yang berdampak pada:
a. Terciptanya suasana harmonis antara atasan dan bawahan,
b. Terciptanya nuansa alam demokratis karena hubungan yang harmonis
dan bersifat kekeluargaan tersebut.
c. Kedekatan kepala madrasah dengan semua personil madrasah yang
membuktikan bahwa kepala madrasah adalah figur yang dicintai dan
dihormati.
d. Kerjasama (team work) yang solid dan senantiasa mewarnai langkah-
langkah dalam menjalankan setiap tugas dan kewajiban, sehingga
tercipta kekompakan.
2. Model kepemimpinan kepala madrasah dalam merancang instrument
sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
a. Kurikulum
Sistem desentralisasi menjadi pilihan dan diterapkan dalam struktur
keorganisasian MTs Taqwal Ilah. Kepala madrasah menginstruksikan tugas
dan kegiatan yang harus dilakukan para anggota dengan kebijakan-
kebijakan yang diputuskan secara musyawarah mufakat, serta pemberikan
kewenangan dan pendelegasian secara penuh yang ditujukan kepada para
anggota.
Melakukan respon terutama tentang upaya menangkap informasi dari
berbagai pihak tentang kurikulum diantaranya pencarian berbagai sumber,
baik secara struktural maupun internal sekoalah (madrasah), juga upaya
membantu guru-guru dalam mengakses informasi tentang kurikulum
tersebut, baik secara formal maupun informal agar guru-guru dapat
memahami dan mengaktualisasikan dalam proses pembelajaran dikelas.
Melakukan pemberdayaan para guru, baik dalam pendidikan
(menyelesaikan Sarjana), pendidikan latihan (DIKLAT), maupun
menguikutsertakan para guru untuk mengikuti kegiatan pelatihan dan
ceramah lainnya sebagai upaya meningkatkan kamampuan, pengetahuan,
dan ketrampilan para guru.
b. Sarana dan Fasilitas
Bapak Rofiur Rutab selalu mengutamakan kerjasama dalam mencapai
tujuan, namun beliau juga menggarisbawahi dua hal yakni “efektif dan
efisien” dalam pengadaan maupun pengembangan sarana dan fasilitas, yang
dicanangkan bersama dengan para anggota, stakeholder, dan juga
masyarakat.
c. Guru
Model kepemimpinan yang demokratis dan sesekali bersifat otoriter
dijalankan dengan menggunakan teknik individu dan teknik kelompok.
Teknik individu dilakukan dengan kunjungan atau observasi kelas,
percakapan pribadi, dan lain-lain. Sedangkan untuk teknik kelompok adalah
diskusi, seminar, dan rapat.
Disamping itu kepala madrasah juga mewajibkan setiap guru untuk
dapat menggunakan media IT (information technology ) sebagai sumber
belajar dan memperluas wawasan, selain dapat mempermudah proses
pembelajaran. Dalam penggunaan model pembelajaran guru diharapkan
dapat menggunakan model pembelajaran partisipasif yang banyak
melibatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
Memberikan reward bagi setiap kinerja guru dengan kenaikan
pangkat dengan maksud dan tujuan supaya dengan prestasi guru tersebut
menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau mempertinggi
kinerjanya. Begitu juga sebaliknya menghambat kenaikan pangkat nya jika
kinerja yang dilakukan tidak baik, salah satu tolak ukurnya adalah nilai
KKM.
Dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kepala madrasah
melakukan pengawasan dan pengendalian tenaga kependidikan untuk
meningkatkan kualitas tenaga kependidikan dengan melakukan:
1) Mengikutkan guru dalam pelatihan pembuatan karya ilmiah.
2) Menganjurkan mereka untuk mengadakan penelitian atau studi banding yang
tentu saja madrasah memberikan anggaran untuk kegiatan tersebut.
3) Menganjurkan guru untuk melanjutkan studi / kuliah. Dalam hal ini madrasah
/ yayasan memberikan beasiswa kepada guru.
4) Penambah guru agar aktifitas mereka tidak terlalu padat sehingga mereka
dapat mengikuti pelatihan-pelatihan.
5) Penambahan anggaran yang digunakan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan
yang membutuhkan biaya banyak.
3. Model kepemimpinan kepala madrasah terhadap kondisi fisiologis sebagai
upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa adalah selalu
mengedepankan sikap demokratis dengan cara:
a. Memerintahkan kepada para guru untuk memberikan perhatian
kepada siswa yang mengalami ganguan-gangguan yakni penempatan-
penempatan siswa yang mengalami cacat dilakukan dengan sangat
bijaksana dengan tidak menunjukkan alasan dan sikap didepan siswa-
siwa yang lain bahwa mereka yang ditempatkan di deretan depan
misalnya karena kekurangbaikan alat indra mereka.
b. Menganjurkan kepada orang tua murid untuk membekali anak-
anaknya dengan makanan yang di olah sendiri. Agar setidaknya orang
tuapun dapat ikut mengontrol gizi yang terdapat pada makanan anka-
anaknya.
c. Selain itu kepala sekolah juga memberlakukan sistem saring, yang
mana setiap makanan, minuman maupun jajanan yang dijual
dilingkungan sekolah harus memenuhi standar yang telah ditentukan
oleh sekolah, tidak semua jenis makanan maupun jajanan dapat
diperjual belikan disekolah.
d. Setiap satu minggu sekali diadakan pemeriksaan kelas yang dilakukan
oleh anggota OSIS, apabila kedapatan siswa yang diam-diam
membawa makanan-makanan yang tidak diperbolehkan, maka
makanan tersebut akan disita dan siswa tersebut akan mendapatkan
poin pelanggaran.
e. Bersama dengan guru serta staf-staf yang lain melakukan kerjasama
dengan pemerintah untuk memperoleh bantuan bantuan secara rutin
(periodik) dari dinas-dinas kesehatan setempat.
4. Bentuk model kepemimpinan kepala madrasah yang demokratis terhadap
kondisi psikologis siswa dalam upaya peningkatan prestasi belajar, dengan
cara memerintahkan kepada para guru untuk memberikan perhatian lebih
kepada siswa yang mengalami ganguan-gangguan tertentu selain
melakukan kerjasama sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan
guru dalam menghadapi berbagai kondisi psikologis siswa dan bagaimana
cara menanganinya diantaranya:
a. Menyediakan pengalaman langsung tentang obyek-obyek nyata bagi
siswa yang diperoleh siswa dengan menggunakan semua inderanya,
yaitu melihat, menyentuh, mendengar, meraba dan merasa.
b. Menciptakan kegiatan sehingga siswa mampu menggunakan semua
pemikirannya melalui pembelajaran aktif yang menuntut siswa untuk
melibatkan aktivitas mental siswa.
c. Mengembangkan kegiatan sesuai dengan minat-minat siswa, karena
minat siswa merupakan sumber ide yang potensial untuk menentukan
tema. Jika minat siswa dipertimbangkan dalam memilih tema, maka
siswa akan menunjukkan pemahaman yang lebih baik.
d. Membantu siswa mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan baru
yang didasarkan pada hal-hal yang telah mereka ketahui dan telah
dapat mereka lakukan sebelumnya.
e. Menyediakan kegiatan dan kebiasaan yang ditujukan untuk
mengembangkan semua aspek pengembangan kognitif, sosial,
emosional, fisik, afeksi dan estetis dan agama.
f. Mengakomodasikan kebutuhan siswa untuk melakukan aktifitas fisik,
interaksi sosial, kemandirian dan mengembangkan harga diri yang
positif.
g. Menemukan cara-cara untuk melibatkan anggota keluarga siswa
BBBB.... SARANSARANSARANSARAN----SARANSARANSARANSARAN
Sesuai dengan penelitian yang menjadi objek kajian permasalahan skripsi
ini, penulis ingin memberikan saran-saran yang dirasa perlu bagi dunia
pendidikan, yaitu sebagai berikut.
1. Dengan adanya sekripsi ini, semoga dapat menjadi wacana baru bagi
perkembangan ilmu dalambidang model, tipe atau gaya kepemimpinan
pendidikan MTs Taqwal Ilah, dan dapat dijadikan wacana pengembangan
intelektual pembaca dan penulis khususnya.
2. Hendaknya para guru maupun staf-staf yang lain mampu memberikan sistem
pendidikan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan oleh siswa dalam
kehidupan bermasyarakat, sehingga diharapkan sistem pendidikan yang
diselenggarakan MTs Taqwal Ilah semakin solid untuk memberikan
pendidikan yang bukan hanya mengacu pada duniawi oriented, ukhrowi
oriented pun perlu sebagai bekal mereka menjalani kehidupan dan sesuai
dengan syariat Islam.
3. Bagi kepala madrasah, diperlukan manajemen lembaga yang teratur agar
untuk periode ke depan, perkembangan MTs Taqwal Ilah dapat meningkat
secara signifikan.
4. Untuk penelitian yang lain, dapat melakukan penelitian lanjut tentang
permasalahan ini, karena hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna.
DAFTAR KEPUSTAKAANDAFTAR KEPUSTAKAANDAFTAR KEPUSTAKAANDAFTAR KEPUSTAKAAN
Ahmadi, Abu, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1991 Anwar, Moch. Idochi, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya
Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2003 Asmara, U. Husna, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1984 Azwar, Saifuddin, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998 Bahri Djamarah, Syaiful, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002 Barnadib, Imam, Filsafat Pendidikan Sistem dan Metode, Yogyakarta: Ardi, 1976 Block and Anderson, Pembelajaran Tingkat Dasar, Jakarta: Yudha Bahana, 1982
Carrol, John B., Tahapan Pembelajaran, Jakarta: Citra Pratama, 1981 Damsyiqi, Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafi Ad, Penerjemah M. Suwarta
Wijaya, Zazillah Salim, Asbabul Wurud 3; Latar Belakang Historis, Timbulnya Hadis-hadis Rasul, Jakarta: Radar Jaya, Offset, 2002
Danim, Sudarwan, Menjadi peneliti Kualitatif, Bandung: Pustaka Setia, 2002 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2000 Harikoshi, Hiroko, Kiai dan Perubahan Sosial, Jakarta: P3M, 1987 Hasan, Iqbal, Analisis Data Penelitian Dengn Statistik, Jakarta: Bumi Aksara,
2004 Husna U, Asmara, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta: Galia
Indonesia, 1985 Hussein, Imam Abi, Muslim Ibnu Khajjaj al-Qusyairy al-Naisabury, Shahih
Muslim; di Syarkhi al-Nawawi, Beirut: Dar al- Kutub al- Umiyyah, tt.h Jurdi, Syarifudin, Pemikiran Poitik Islam Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008
Lazaruth, Soewadji, Kepala Madrasah dan Tanggung Jawabnya, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1994
Madhi, Jamal, Menjadi Pemimpin yang Efektif dan Berpengaruh Tinjauan
Manajemen Kepemimpinan Islam, Bandung: PT. Syamil Cipta Media, 2001
Masitoh, dkk, Strategi Pembelajaran, Jakarta : Universitas Terbuka, 2004 Moloeng, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004 Muhajir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin,
1996 Mulyasa, E., Manajemen Berbasis Madrasah, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2003, hlm. 126. ----------------, Menjadi Kepala Madrasah Profesional dalam Koneks
Menyukseskan MBS dan KBK, Bandung: Remaja RosdaKarya, 2003 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001 Nata, Abudin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000 Nawawi, Hadari, dan Hadari, Martini, Instrumen Penelitian Bidang Sosial,
Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995 Nawawi, Hadari, Kepemimpinan Menurut Islam.,Yogyakarta: Gajahmada
University Press, 1993 Nawawi, Imam, Terjemah Riyadhus Shalihin, Jakarta: Pustaka Amani, 1999 Penjelasan PP RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dalam
UU RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, dilengkapi dengan PP RI No. 19 tahun 2005, PP RI No. 48 tahun 2005, dan Permendiknas RI No. 11 Tahun 2005
Pidarta, Made, Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 1997 Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 1999
Purwanto, Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, t.th,
------------, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Karya, 1995 Sarlito, Wirawan, Metode Penelitian Sosial, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999 Siagian, Sondang P, Filsafat Administrasi, Jakarta: PT Toko Gunung Agung,
1997 Singer, Robert N., Motor Learning and Human Performance, Canada: the USA,
1980 Soetopo, Hendyat, Dan Soemanto, Wasty, Kepemimpinan dan Supervisi
Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara, 1988 Sugandha, Daan, Kepemimpinan di dalam Administrasi, Bandung: CV Sinar
Baru, 1981 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2005 Sukanto, Kepemimpinan Kiyai dalam Pesantren, Jakarta: Pustaka, LP3ES, 1999 Suryabrata, Sumadi, Metode Penelitian,Jakarta: Raja Grafido Press, 1995 Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung:
Remaja Rosdakarya Offset, 2002 Tu’u, Tulus, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta: Grasindo,
2004 Usman, Moh. Uzer, dkk, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, Bahan
Kajian.PKG, MGBS, MGMP, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1993 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Madrasah; Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001 Winkel, W.S., Dasar-dasar Penelitian, Bandung; Nusa Karya, 1981 Wittig, Arno F., Psychology Of Learning, New York; Mc Crow Hill Book
Company
Lampiran 1.
PEDOMAN WAWANCARAPEDOMAN WAWANCARAPEDOMAN WAWANCARAPEDOMAN WAWANCARA
Kepala SekolahKepala SekolahKepala SekolahKepala Sekolah
1. Bagaimana model kepemimpinan yang dilakukan kepala madrasah MTs
Taqwal Ilah Tunggu Meteseh Tembalang Semarang?
2. Bagaimana bentuk pengembangan mutu pendidikan Sistem manajerial dalam
bidang pengembangan akademik yang dilakukan oleh MTs taqwal Ilah Tunggu
Meteseh Tembalang Semarang?
3. Bagaimana bentuk pembinaan profesionalisme dan kompetensi guru yang
dilakukan kepala madrasah MTs taqwal Ilah dalam upaya peningkatan prestasi
balajar siswa?
4. Strategi apa saja yang dilakukan oleh kepala Madrasah MTs Taqwal Ilah
Tunnggu Meteseh Tembalang dalam meningkatkan prestasi belajar siswa?
5. Bagaimana bentuk pembimbingan (supervisi) yang dilakukan oleh kepala
Madrasah MTs Taqwal Ilah dalam meningkatkan prestasi belajar siswa?
6. Adakah bentuk reward maupun punisment bagi guru maupun murid dalam
rangka peningkatan prestasi belajar siswa?
7. Problematika apa saja yang dialami oleh kepala madrasah sebagai supervisor
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di MTs Taqwal Ilah dan bagaimana
pemecahannya?
Lampiran 2.
PEDOMAN WAWANCARAPEDOMAN WAWANCARAPEDOMAN WAWANCARAPEDOMAN WAWANCARA
Wakil Kepala SekolahWakil Kepala SekolahWakil Kepala SekolahWakil Kepala Sekolah
1. Bagaimana peran kepala madrasah MTs Taqwal Ilah Tunggu Meteseh
tembalang Semarang sebagai pemimpin lembaga pendidikan selama ini?
2. Apakah kepala madrasah MTs Taqwal Ilah Tunggu Meteseh Tembalang
Semarang melibatkan pihak-pihak sekolah dalam menentukan kebijakan
sekolah?
3. Sebagai seorang supervisi bagaimana bentuk bimbingan yang telah dilakukan
oleh kepala madrasah MTs Taqwal Ilah Tunggu Meteseh Tembalang?
4. Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah dalam membentuk
lingkungan sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa?
5. Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah dalam merancang
instrument sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa?
6. Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah terhadap kondisi fisiologis
sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa?
7. Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah terhadap kondisi pskiologis
sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa?
Lampiran 3.
PEDOMAN WAWANCARAPEDOMAN WAWANCARAPEDOMAN WAWANCARAPEDOMAN WAWANCARA
GuruGuruGuruGuru
1. Bagaimana bentuk supervisi yang dilakukan oleh kepala madrasah MTs
Taqwal Ilah dalam meningkatkan prestasi belajar siswa?
2. Penugasan dan bimbingan apa saja yang diberikan kepala madrasah MTs
Taqwal Ilah dalam meningkatkan mutu dan prestasi siswa?
3. Apa yang para guru lakukan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa?
4. Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah dalam membentuk
lingkungan sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa?
5. Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah dalam merancang
instrument sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa?
6. Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah terhadap kondisi fisiologis
sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa?
7. Bagaimana model kepemimpinan kepala madrasah terhadap kondisi pskiologis
sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa?
LAMPIRAN 4.
Struktur OrgaStruktur OrgaStruktur OrgaStruktur Organisasi nisasi nisasi nisasi
MTs Taqwal Ilah Tungu Meteseh Tembalang Tahun Pelajaran 2010/2011MTs Taqwal Ilah Tungu Meteseh Tembalang Tahun Pelajaran 2010/2011MTs Taqwal Ilah Tungu Meteseh Tembalang Tahun Pelajaran 2010/2011MTs Taqwal Ilah Tungu Meteseh Tembalang Tahun Pelajaran 2010/2011
Ketua Yayasan
KH Saikhun
Kepala Madrasah
Rofiur Rutab, M.Si.
Waka Kurikulum
M Sokhib, S.Ag.
Instansi terkait BP3
Tata Usaha
Rofial Inayah, S.Hi.
Kesiswaan
Rohna M Anjab, S. Ag.
Humas
Ahmad Suhadi, S.Ag
BP
M Fauzi, S.E.
Perpus
Atok Hermono
Wali Kelas / Dewan Guru
Siswa
LAB IPA
Wiwik Ariani, S.Pd.
RIWAYAT RIWAYAT RIWAYAT RIWAYAT HIDUPHIDUPHIDUPHIDUP
AAAA.... Identitas DiriIdentitas DiriIdentitas DiriIdentitas Diri
1. Nama lengkap : Imroatul Khasanah
2. Tempat & Tgl. Lahir : Batang, 16 Maret 1986
3. NIM : 043311189
4. Alamat Rumah : Jl. Sunan Kudus Gg. Garuda Rt. 06/II Kec.
Bawang Kab. Batang
HP : 085228622622/085727800317
E-mail : [email protected]
BBBB.... Riwayat PendidikanRiwayat PendidikanRiwayat PendidikanRiwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
a. SD Negri Bawang 03 Lulus Tahun 1998
b. SMP Negeri 1 Bawang Lulus Tahun 2001
c. MA Darul Amanah Sukorejo Kendal Lulus Tahun 2004
d. IAIN Walisongo Semarang Lulus Tahun 2011
2. Pendidikan Non-Formal
a. Pondok Pesantren Darul Amanah Sukorejo
Semarang, 16 Juli 2011
Imroatul Khasanah
NIM: 043511185