KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT...

128
1 KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT ABDURRAHMAN WAHID DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam Oleh: Achmad Mustholih NIM: 063111064 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

Transcript of KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT...

Page 1: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

1

KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT ABDURRAHMAN WAHID DALAM

PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam

Ilmu Pendidikan Islam

Oleh:

Achmad Mustholih NIM: 063111064

FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG 2011

Page 2: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

2

Page 3: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

3

Page 4: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

4

Page 5: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

5

ABSTRAK

Judul : Konsep Pendidikan Pluralisme Menurut Abdurrahman Wahid dalam Perspektif Pendidikan Islam

Nama : Achmad Mustholih

NIM : 063111064

Skripsi ini membahas konsep pendidikan pluralisme menurut seorang

tokoh pejuang pluralisme bernama Abdurrahman Wahid ditinjau dari sudut

pandang Pendidikan Islam. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan:

(1) Bagaimana Pemikiran Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tentang Konsep

Pendidikan Pluralisme? (2) Bagaimana Konsep Pendidikan Pluralisme menurut

Abdurrahman Wahid dalam Perspektif Pendidikan Islam? Permasalahan tersebut

dibahas melalui studi kepustakaan yang datanya diperoleh dari berbagai karya

tulisan Abdurrahman Wahid terkait pendidikan pluralisme. Semua data penelitian

dianalisis menggunakan pendekatan studi pemikiran tokoh yaitu dengan

pendekatan sosio histories dan factual histories, penulis juga menekankan pada

metode hermeneutika.

Kajian ini menunjukkan bahwa: (1) Menurut Abdurrahman Wahid Konsep

Pendidikan pluralisme merupakan suatu pendidikan untuk menerima perbedaan

sebagai sunnatullah agar saling mengenal, menghindari perpecahan,

mengembangkan kerjasama dengan menanamkan rasa saling pengertian, saling

memiliki dan bersikap inklusif, tidak membatasi pergaulan dengan siapapun,

namun tetap meyakini kebenaran agama sendiri dengan tidak mempersamakan

keyakinan secara total. (2) Dalam perspektif pendidikan Islam, pemikiran

Abdurrahman Wahid tentang Pendidikan pluralisme memiliki keserasian yaitu

berorientasi pada terbentuknya kepribadian serta akhlak yang luhur dengan

berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits, serta mengupayakan untuk menanamkan

nilai-nilai toleransi pada peserta didik sejak dini yang berkelanjutan dengan

mengembangkan rasa saling pengertian dan memiliki terhadap umat agama lain.

Page 6: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

6

TRANSLITERASI

Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab Latin dalam skripsi ini berpedoman

pada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. Nomor:

158/1987 dan Nomor 0543b/U/1987. Penyimpangan penulisan kata sandang (al-)

disengaja secara konsisten supaya sesuai teks Arabnya.

t ط a ا

z ظ b ب

‘ ع t ت

g غ s ث

f ف j ج

q ق h ح

k ك kh خ

l ل d د

m م z ذ

n ن r ر

w و z ز

s < h س

, ء sy ش

y ي s ص

d ض

Bacaan Madd: Bacaan Diftong

ā = a panjang او = au

i = i panjang اي = ai

ū = u panjang

Page 7: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

7

MOTTO

$$$$ pp ppκκκκ šš šš‰‰‰‰ rr rr'''' ‾‾ ‾‾≈≈≈≈ tt ttƒƒƒƒ ââ ââ¨$$$$ ¨¨ ¨¨ΖΖΖΖ9999 $$ $$#### $$$$ ‾‾ ‾‾ΡΡΡΡ ÎÎ ÎÎ)))) //// ää ää3333≈≈≈≈ oo ooΨΨΨΨ øø øø)))) nn nn==== yy yyzzzz ÏÏ ÏÏ ii iiΒΒΒΒ 99 99���� xx xx.... ss ssŒŒŒŒ 44 44 ss ss\\\\ΡΡΡΡ éé éé&&&& uu uuρρρρ öö ööΝΝΝΝ ää ää3333≈≈≈≈ oo ooΨΨΨΨ ùù ùù==== yy yyèèèè yy yy____ uu uuρρρρ $$$$ \\ \\////θθθθ ãã ããèèèè ää ää©©©© ŸŸ ŸŸ≅≅≅≅ ÍÍ ÍÍ←←←← !! !!$$$$ tt tt7777 ss ss%%%% uu uuρρρρ (( ((#### þþ þþθθθθ èè èèùùùù uu uu‘‘‘‘$$$$ yy yyèèèè tt ttGGGG ÏÏ ÏÏ9999 44 44 ¨¨ ¨¨ββββ ÎÎ ÎÎ))))

öö öö//// ää ää3333 tt ttΒΒΒΒ tt tt���� òò òò2222 rr rr&&&& yy yy‰‰‰‰ΨΨΨΨ ÏÏ ÏÏãããã «« ««!!!! $$ $$#### öö ööΝΝΝΝ ää ää33339999 ss ss)))) øø øø???? rr rr&&&& 44 44 ¨¨ ¨¨ββββ ÎÎ ÎÎ)))) ©© ©©!!!! $$ $$#### îî îîΛΛΛΛ ÎÎ ÎÎ==== tt ttãããã ×× ××�������� ÎÎ ÎÎ7777 yy yyzzzz ∩∩∩∩⊇⊇⊇⊇⊂⊂⊂⊂∪∪∪∪

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di Sesungguhnya orang yang paling mulia di Sesungguhnya orang yang paling mulia di Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang antara kamu di sisi Allah ialah orang antara kamu di sisi Allah ialah orang antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di yang paling taqwa di yang paling taqwa di yang paling taqwa di antara kamu.antara kamu.antara kamu.antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi

Maha Mengenal.”1

Indahnya Perbedaan sebagai Rahmat Tuhan

1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Al Huda Kelompok

Gema Insani,2005), hlm. 518

Page 8: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

8

PERSEMBAHAN

Skripsi ini khusus Ku persembahkan kepada

Sang Guru Bangsa KH. Abdurrahman Wahid (alm.).

Allâhummaghfir lahu warhamhu wa ‘âfîhi wa’fu’anhu

serta

Para Pecinta Pluralisme

Page 9: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

9

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadlirat Allah SWT. Yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, Pembimbing manusia menuju jalan yang lurus. atas segala limpahan

rahmat, taufiq, hidayah serta inayahnya. shalawat serta salam semoga senantiasa

terlimpahkan kepada beliau Nabi besar Muhammad SAW., keluarga dan para

sahabatnya.

Hanya dengan ridla dan pertolongan Allah-lah penulisan skripsi ini bisa

terselesaikan. Akan tetapi penulis sadar bahwa pada seluruh pembahasannya

masih terdapat kekurangan, baik yang menyangkut segi metodologi maupun

analisisnya, hal ini penulis harapkan agar dapat dimaklumi sebagai akibat

keterbatasan kemampuan penulis. Maka demi kesempurnaannya, kritik

membangun dari pembaca senantiasa penulis harapkan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah

memberikan pengarahan, bimbingan dan bantuan apapun yang sangat besar

artinya bagi penulis. Ucapan terima kasih ini terutama penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Dr. Suja’i, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang,

2. Bapak Dr. H. Abdul Wahib, M. Ag. dan Bapak Syamsul Ma’arif, M. Ag.

selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan

pikiran untuk memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak dan Ibu dosen beserta karyawan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang yang telah membekali berbagai pengetahuan, sehingga

penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibuku yang tak hentinya mendo’akanku, pengorbananmu yang

penuh keikhlasan sungguh berdampak luar biasa pada jiwaku. Kasih

sayangmu semoga berbuah kebaikan di sisi Tuhanku.

5. Para Kiai dan Guruku yang telah membimbing, mengarahkan, mendidik dan

mendo’akanku, menuntun ruhaniku ke jalan yang lurus menuju Tuhanku.

Berkah ilmu darimu semoga berbuah kemanfa’atan bagi ummat.

Page 10: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

10

6. Adik-adikku, simbahku, serta paman-pamanku yang selalu memberi semangat

serta dorongan moril-materiil. Semoga Allah membalas dengan yang lebih

baik

7. Keluarga besar santri Ponpes. Raudlatut Thalibin (PPRT) Tugurejo, Tugu,

Kota Semarang, segenap jajaran pengurus tahun 2009/2010, teman

seangkatan, seperjuangan, serta seluruh santri PPRT. Kalian semua adalah

keluarga baru bagiku, orang-orang istimewa yang akan berkenang selalu

dalam hidupku. Terima kasih atas semuanya.

8. Teman-teman seperjuangan di “Desa tercinta”, motivator yang tak pernah

surut ditelan zaman.

9. Teman-teman seangkatan PAI B 2006, kebersamaan dalam kuliah, senda

gurau, diskusi, serta jatuh bangun sampai proses skripsi semoga akan selalu

terkenang manis dalam ikatan persaudaraan.

10. Teman-teman PPL, KKN, serta organisasi Nafilah, terima kasih atas segala

bimbingan yang kau berikan.

11. Teman-teman di MTs dan SMU Robin yang akan terus tersambung tali

silaturrahmi kita sampai kapanpun.

12. Gadis yang singgah di hatiku, terima kasih atas senyumanmu. Engkaulah

inspirasiku.

13. Saudara-saudara yang belum kusebutkan namanya satu persatu, semoga Allah

membalas jasa baikmu. Amiin...

Hanya untaian rasa terima kasih yang tulus dengan diiringi do’a semoga

Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan sebaik-baik balasan.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin

Semarang, 01 Juni 2011

Penulis,

Achmad Mustholih

NIM: 063111064

Page 11: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

11

DAFTAR ISI Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

PERNYATAN KEASLIAN ......................................................................... ii

PENGESAHAN ........................................................................................... iii

NOTA PEMBIMBING ................................................................................ iv

ABSTRAK .................................................................................................. v

TRANSLITERASI ....................................................................................... vi

MOTTO ....................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN......................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ................................................................................. ix

DAFTAR ISI ............................................................................................... xi

BAB I: PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ............................. 8

D. Penegasan Istilah .................................................................. 9

E. Tinjauan Pustaka ................................................................... 10

F. Metode Penelitian ................................................................. 13

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian ...................................... 13

2. Sumber-Sumber Data ...................................................... 14

3. Metode Analisis Data ...................................................... 15

G. Sistematika Pembahasan Skripsi ........................................... 15

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PENDIDIKAN

PLURALISME DAN PENDIDIKAN ISLAM ......................... 18

A. Pendidikan Pluralisme .......................................................... 18

1. Pengertian dan Sejarah Munculnya Pluralisme ................ 18

2. Pengertian dan Sejarah Munculnya Pendidikan

Pluralisme ....................................................................... 22

3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Pluralisme ........................ 25

Page 12: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

12

B. Pendidikan Islam .................................................................. 40

1. Pengertian Pendidikan Islam ........................................... 40

2. Sumber atau Dasar Pendidikan Islam .............................. 44

3. Tugas dan Fungsi Pendidikan Islam ................................ 48

4. Tujuan Pendidikan Islam ................................................. 50

BAB III : PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID TENTANG

KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME .............................. 52

A. Biografi Abdurrahman Wahid .............................................. 52

1. Biografi ......................................................................... 52

2. Karya-Karya Abdurrahman Wahid ................................ 60

3. Penghargaan-Penghargaan yang Diperoleh Abdurrahman

Wahid ........................................................................... 63

B. Pemikiran Abdurrahman Wahid Mengenai Konsep Pendidikan

Pluralisme ............................................................................. 65

1. Dasar Pemikiran Pluralisme Abdurrahman Wahid ........... 65

2. Pandangan Pluralisme Abdurrahman Wahid .................... 67

3. Cara Menyikapi Pluralisme ............................................. 68

4. Pluralisme Dalam Konteks Keindonesiaan ...................... 70

5. Aktualisasi Pemikiran Pluralisme Abdurrahman Wahid.. 73

BAB IV: ANALISIS TERHADAP PEMIKIRAN ABDURRAHMAN

WAHID TENTANG KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME

DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM .................. 81

A. Analisis Tentang Konsep Pendidikan Pluralisme Menurut

Abdurrahman Wahid ........................................................... 83

1. Terbentuknya Watak Pluralisme Abdurrahman Wahid .. 83

2. Konsep Pendidikan Pluralisme Abdurrahman Wahid .... 85

B. Konsep Pendidikan Pluralisme Menurut Abdurrahman Wahid

Ditinjau dari Pendidikan Islam ............................................ 89

1. Maqashid al-Syari’ah Sebagai Prinsip Pendidikan

Pluralisme ..................................................................... 89

Page 13: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

13

2. Konsep Pendidikan Pluralisme Menurut Abdurrahman

Wahid Ditinjau dari Pendidikan Islam ........................... 92

C. Relevansi Pemikiran Abdurrahman Wahid dalam

Konteks Keindonesiaan ....................................................... 97

1. Indonesia adalah Negara Pancasila, Bukan Negara

Islam ............................................................................. 97

2. Memperjuangkan Penegakan Demokrasi, HAM, dan

Pluralisme di Indonesia ................................................. 100

3. Solusi bagi Permasalahan Kemajemukan di Indonesia ..... 105

BAB V: PENUTUP................................................................................ 108

A. Simpulan ............................................................................ 108

B. Saran dan Penutup .............................................................. 109

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 14: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut para ahli, masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk

atau plural society,2 dari segi etnis, misalnya ada suku melayu dan ada suku

Melanesia yang selanjutnya membentuk seratus suku besar dan 1.072 suku-

suku derivative besar dan kecil. Dari segi bahasa, terdapat ratusan bahasa yang

digunakan di seluruh wilayah Nusantara. Dari segi pulau yang dihuni, terdapat

sekitar 13.000 lingkungan kehidupan kepulauan. Dari segi sejarah politik

lokal, terdapat puluhan bahkan ratusan sistem kerajaan kesukuan lama yang

berpengaruh terhadap sistem stratifikasi sosial dan adat istiadat setempat

sekarang. Dari segi mata pencaharian, terdapat keragaman antara kehidupan

pedesaan dan perkotaan. Dari segi agama, terdapat sejumlah agama besar

dunia dan sejumlah sistem kepercayaan lokal yang tersebar diseluruh wilayah

Nusantara.3

Masyarakat semacam itu merupakan suatu fenomena unik dan

menarik, tetapi juga bisa menjadi pangkal konflik seperti yang banyak terjadi

sejak dahulu hingga kini. Di satu sisi keragaman dapat diterima oleh

masyarakat sebagai sebuah keniscayaan yang disikapi dengan arif, namun di

sisi lain ternyata menimbulkan masalah yang cukup kompleks.

Pada hakikatnya, bangsa kita sebagai sebuah masyarakat heterogen

yang sedang tumbuh, tentu sulit untuk mengembangkan saling pengertian

yang mendalam antara beraneka ragam unsur-unsur etnis, budaya daerah,

bahasa ibu, dan kebudayaannya. Paling tidak tentu saling pengertian tercapai

2 Setelah Indonesia merdeka, kemajemukan masyarakat Indonesia disebabkan oleh

keadaan intern tanah air dan bangsa Indonesia sendiri. Golongan Eropa yang sebelum itu

mempunyai kedudukan sangat penting di dalam masyarakat Indonesia kemudian terlempar keluar

dari sistem sosial masyarakat Indonesia. Lihat Dr. Ichtijanto, “Masyarakat Majemuk dan

Kerukunan Hidup Beragama”, dalam Prof. Atho Mudzhar, Meretas Wawasan dan Praksis Kerukunan Umat Beragama di Indonesia dalam Bingkai Masyarakat Multikultural, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Beragama, 2005), Cet. I, hlm. 47

3 Atho Mudzhar, Pengembangan Masyarakat Multikultural Indonesia dan Tantangan ke

Depan (Tinjauan dari Aspek Keagamaan) dalam Atho Mudzhar, Meretas Wawasan dan Praksis Kerukunan Umat Beragama di Indonesia dalam Bingkai Masyarakat Multikultural, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Beragama, 2005), Cet. I, hlm. 1-2

Page 15: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

15

barulah bersifat nominal belaka. Pola hubungan seperti itu dengan sendirinya

tidak memiliki daya tahan yang ampuh terhadap berbagai tekanan yang datang

dari perkembangan politik, ekonomi, dan budaya, sehingga kerukunan yang

ada hanyalah kondisi yang rapuh. 4

Sering kali perbenturan dalam pluralisme yang mendapat sorotan tajam

adalah mengenai pluralisme agama. Karena secara historis, di negara ini

agama-agama besar berkembang dengan suburnya. Dan secara sosiologis,

hubungan masing-masing agama sarat dengan berbagai dinamika, terkadang

akomodatif dan terkadang konfrontatif. Pola hubungan akomodatif terjadi

karena masing-masing umat dapat mengaktualisasikan ajaran agamanya

dengan benar sekaligus para pemeluk agama menaati dan mengakomodir

nilai-nilai budaya lokal. Sedangkan mencuatnya hubungan konfrontatif

disebabkan oleh sifat dan watak umat beragama, termasuk pemahaman agama

yang sempit serta adanya pengaruh provokasi dari luar. Yang selanjutnya

menyebabkan kerusuhan yang bernuansa agama.

Perbedaan sikap dan pandangan, apalagi perbenturan kepentingan

dapat membuat ketenangan suasana sewaktu-waktu berubah menjadi

kebalauan. Mereka yang tadinya saling menghormati, tiba-tiba dapat bersikap

saling menyalahkan.

Dua dasawarsa terakhir ini, Indonesia sedang ditandai oleh friksi dan

tensi krusial dengan warna keagamaan, misalnya konflik Kristen-Islam di

Poso, Maluku sampai Paling mutakhir dan paling menonjol dalam kurun tahun

2008 hingga awal 2011 adalah pada 1 Juni 2008 terjadi penyerangan oleh FPI

(Front Pembela Islam) terhadap anggota AKKBB (Aliansi Kebebasan untuk

Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan) yang tengah melakukan aksi di

Monas, Jakarta. Pada 27 Juli 2010 masjid Syekh Ali Martaib di desa Lumban

Lobu, Kec. Tapanuli Utara-Sumatera Utara dibakar oleh orang tak dikenal

menjelang subuh, 06 Februari 2011 terjadi tragedi di Cikeusik, Pandeglang-

Banten yaitu penyerangan terhadap Jama’ah Ahmadiyah yang menewaskan

4 Abdurrahman Wahid, Gus Dur Menjawab Perubahan Zaman, Kumpulan Pemikiran

K. H. Abdurrahman Wahid Presiden ke-4 RI, (Jakarta: Kompas, 1999), Cet. II, hlm. 15

Page 16: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

16

empat orang dan melukai lima orang, 08 Februari terjadi perusakan tiga

Gereja di Temanggung Jawa Tengah oleh massa yang tidak puas karena

terdakwa kasus penistaan agama Antonius Richmon hanya divonis lima tahun

penjara, serta yang terakhir adalah penyerangan pesantren di Pasuruan oleh

gerombolan bermotor pada 15 Februari 2011.5

Sebenarnya, konflik-konflik tersebut tidak selalu berdasarkan

pertimbangan keagamaan, tetapi juga karena faktor kebangsaan, kesejarahan,

kesenjangan sosial-ekonomi dan politik, hegemoni kultural, kekuasaan

teritorial, dan sebagainya. Meskipun demikian, tampak bahwa pertimbangan

religiusitas sedikit banyak mengandung semangat kebencian pemeluk suatu

agama vis a vis pemeluk agama lainnya.6

Menurut Yenni Wahid7, kekerasan berbau SARA terjadi karena ada

pihak-pihak yang ingin memecah belah bangsa Indonesia yang majemuk.

Mereka membenturkan hal-hal yang berbeda, juga ada keinginan untuk

memimpin ruang-ruang tertentu namun rela mengacaukan hubungan yang

telah harmonis. Serta ada pula penyebab lain, terutama faktor ekonomi yang

bisa menyebabkan seseorang menjadi frustasi lalu mudah ditawari untuk

menjadi mujahid dengan mengikuti kelompok yang menjanjikan surga dan

kemuliaan.8

Agama dewasa ini ditantang dan diuji oleh perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang sedemikian pesatnya,9 agama-agama besar

5 Fauzan Dj, “Kekalahan Negara atas Kekerasan Berlatar Agama”, Suara Merdeka,

Semarang, 20 Februari 2011, hlm 4 6 Abdul Dubbun Hakim, “Islam, Inklusivisme, Dan Kosmopolitanisme”, dalam Abdul

Dubbun Hakim, Menembus Batas Tradisi, Menuju Masa Depan yang Membebaskan, Refleksi atas Pemikiran Nurcholis Madjid (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2006), hlm. 3-4

7 Yenni Wahid bernama asli Zannuba Arrifah Chafsoh, putri ke-2 KH. Abdurrahman

Wahid (Gus Dur) adalah Direktur The Wahid Institut 2004-sekarang. 8 Zannuba Arrifah Chafsoh, “Perangi Ahmadiyah Dengan Dakwah”, Suara Merdeka,

Semarang, 20 Februari 2011, hlm. 2 9 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berasal dari munculnya revolusi industri

yang berlangsung di beberapa masyarakat Barat terutama pada abad ke- 19 dan awal abad ke- 20.

Revolusi industri bukanlah peristiwa tunggal, melainkan terdiri dari beberapa perkembangan yang

saling terkait dan berpuncak pada transformasi dunia Barat dari sistem pertanian menuju sistem

industri besar-besaran. Dengan munculnya pabrik-pabrik sebagai buah dari kemajuan teknologi.

Lihat George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi, (Yogyakarta: Kreasi Wacana,

2009), cet. II, hlm. 7

Page 17: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

17

dunia, Yahudi, Kristen, dan Islam disadari ataupun tidak telah memasuki

periode krisis yang akut dan berlangsung secara kontinyu. Krisis tersebut

karena agama-agama sudah tidak mampu memberikan solusi-solusi alternatif

bagi manusia modern dalam ragam masalah kehidupan mereka.

Adanya keanekaragaman corak beragama adalah fenomena empiris

historis yang tidak mungkin kita hindari. Berhadapan dengan realitas tersebut

setiap umat beragama disapa untuk menyikapi adanya pluralitas tersebut tanpa

mengambil sikap yang eksklusif, partikularis, dan intoleran dalam hidup di

tengah-tengah kemajemukan. Sebenarnya, pluralitas keagamaan adalah sebuah

kehendak Tuhan yang tidak akan berubah sehingga keberadaannya tidak

mungkin ditolak atau ditawar.10 Sikap mental yang apresiatif dan inklusif

terhadap adanya keanekaragaman agama tersebut sejalan dengan semangat

nash al-Qur’an surat al-Hujurat: 13

$ pκš‰r' ‾≈tƒ â¨$ ¨Ζ9$# $‾Ρ Î) /ä3≈oΨ ø)n= yz ÏiΒ 9�x.sŒ 4 s\Ρé&uρ öΝä3≈oΨ ù=yè y_uρ $ \/θãè ä© Ÿ≅Í← !$ t7s% uρ (#þθ èùu‘$ yè tGÏ9 4 ¨βÎ)

ö/ ä3tΒ t�ò2 r& y‰ΨÏã «! $# öΝä39s) ø?r& 4 ¨βÎ) ©!$# îΛ Î=tã ×��Î7yz ∩⊇⊂∪

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang

laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -

bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi

Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya

Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.11

Jika dicermati secara mendalam, Allah SWT. Secara tegas menyatakan

melalui firman-Nya tersebut bahwa terdapat kemajemukan di muka bumi ini.

Adanya laki-laki dan perempuan serta perbedaan suku bangsa harus diterima

sebagai kenyataan dan berbuat sebaik mungkin atas dasar keniscayaan

tersebut. Bahkan kita disuruh untuk menjadikan pluralitas tersebut dengan

berinteraksi sosial sebagai instrumen untuk menggapai kemuliaan di sisi Allah

SWT.

10 Abdul Dubbun Hakim, op. cit. hlm. 9-10 11 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Al Huda Kelompok

Gema Insani,2005), hlm. 518

Page 18: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

18

Sejalan dengan firman tersebut, maka pluralitas umat meningkat

menjadi pluralisme. Yaitu sistem nilai yang memandang optimis-positif

terhadap keanekaragaman dan berbuat sebaik mungkin berdasarkan kenyataan

itu.

Dalam sejarah perkembangan agama Islam, diketahui bahwa hijrahnya

Nabi ke Madinah bukan bertujuan untuk membentuk negara Islam, melainkan

hanya untuk menjamin keamanan masyarakat agamanya serta demi kondisi-

kondisi yang dibutuhkan bagi penyiaran agama Islam. Selain itu Nabi juga

ingin mengimplementasikan perintah-perintah Allah SWT. di Makkah untuk

diterapkan di Madinah. Di Madinah12, Nabi mengeluarkan sebuah Piagam

13

yang menjamin kebebasan beragama orang-orang Yahudi sebagai suatu

komunitas, dengan menekankan kerjasama seerat mungkin dengan sesama

kaum Muslimin dan menyerukan kepada orang-orang Muslim dan Yahudi

untuk bekerjasama demi keamanan mereka bersama.14

Pluralisme merupakan kenyataan bahwa dalam suatu kehidupan

manusia terdapat keragaman suku, ras, budaya, dan agama. Keragaman itu

bisa terjadi karena adanya faktor lingkungan tempat manusia hidup yang

berbeda-beda. Lingkungan empat musim bagi seseorang akan membuat orang

tersebut memiliki karakter dan pembawaan yang berbeda dengan orang yang

hidup dalam lingkungan dua musim.

Menurut Nurcholis Madjid, Pluralisme tidak dapat dipahami hanya

dengan mengatakan bahwa masyarakat kita majemuk, beraneka ragam, terdiri

dari berbagai suku dan agama15, yang justru hanya menggambarkan kesan

12 Masyarakat Madinah terkenal sebagai masyarakat plural, terdiri dari berbagai macam

suku yang sering berselisih, bermacam agama dan kepercayaan, serta beraneka profesi

penduduknya. 13 Teks Piagam Madinah ditetapkan bersama Sahabat Anshar dan beberapa Kepala

Keluarga dari Makkah, teks tersebut terdiri dari 47 pasal. 14 Fazlur Rahman, Islam, (Bandung: Pustaka, 2000), hlm.13

15 Para ahli ilmu perbandingan agama membagi agama secara garis besar ke dalam dua

bagian. Pertama, kelompok agama yang diturunkan oleh Tuhan melalui wahyu-Nya yang disebut

sebagai agama samawi atau agama langit (antara lain; Islam, Yahudi dan Nashrani). Kedua, kelompok agama yang didasarkan pada hasil renungan mendalam dari tokoh yang membawanya

sebagaimana terdokumentasikan dalam Kitab Suci yang disusunnya, agama demikian disebut

sebagai agama ardli atau agama bumi (seperti; Hindu, Budha, Majusi, Konghucu, dsb.), lihat

Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 119

Page 19: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

19

fragmentasi, bukan pluralisme. Pluralisme juga tidak boleh dipahami sekedar

sebagai “kebaikan negatif” (negative good), hanya ditilik dari kegunaannya

untuk menyingkirkan fanatisme.

Pluralisme harus dipahami sebagai pertalian sejati kebhinekaan dalam

ikatan-ikatan keadaban. Bahkan juga suatu keharusan bagi keselamatan

ummat manusia, antara lain melalui mekanisme pengawasan dan

pengimbangan yang dihasilkannya.16 Dengan demikian, hal tersebut

menegaskan adanya masalah besar dalam kehidupan beragama yang ditandai

oleh kenyataan pluralisme dewasa ini. Salah satu masalah besar dari paham

pluralisme yang telah menyulut perdebatan abadi sepanjang masa menyangkut

masalah keselamatan adalah bagaimana suatu teologi dari suatu agama

mendefinisikan dirinya di tengah agama-agama lain.17

Dari uraian tersebut, menjadi nyata bagi kita bahwa masalah pokok

dalam hal hubungan antarumat beragama adalah pengembangan rasa saling

pengertian yang tulus dan berkelanjutan. Kita akan menjadi bangsa yang

kukuh, kalau umat agama-agama yang berbeda dapat saling mengerti satu

sama lain, bukan hanya sekedar saling menghormati. Yang diperlukan adalah

rasa saling memiliki (sense of belonging), bukannya hanya saling bertenggang

rasa satu terhadap yang lain.18

Sikap mental ini kemudian berubah menjadi eksklusivisme,

sektarianisme, dan intoleransi antarumat beragama sehingga terjadilah

konflik-konflik dan perang atas nama agama. Realitas empirik inilah yang

memprihatinkan kita semua. Namun, justru karena itulah dialog antaragama

menjadi sangat penting.19

Kecenderungan sekelompok kecil umat Islam yang sering bersikap

keras terhadap penganut agama lain menurut Abdurrahman Wahid merupakan

proses pendangkalan agama. Pendangkalan ini muncul karena pengaruh

16 Budhi Munawwar-Rachman, Islam Pluralis, Wacana Kesetaran Kaum Beriman,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 39 17 Ibid, hlm. 40 18 Abdurrahman Wahid, op. cit, hlm. 16

19 Ibid, hlm. 4

Page 20: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

20

politik Islam di Timur Tengah di mana Islam sudah dijadikan ideologi atau

komoditas politik. Proses pendidikan dan dakwah Islam yang cenderung

bersifat memusuhi, mencurigai, dan tidak mau mengerti agama lain

merupakan faktor lain yang memperburuk hubungan antarumat beragama di

Indonesia. Hal ini dilakukan baik oleh mubalig maupun guru-guru di sekolah.

Padahal tidak ada ayat atau hadis nabi yang memerintahkan kaum Muslim

bersikap keras demikian, apalagi terhadap agama-agama samawi.20

Pluralisme yang ditekankan Abdurrahman Wahid adalah pluralisme

dalam bertindak dan berpikir. Pluralisme dalam bertindak mensyaratkan

seseorang untuk tidak membatasi pergaulan dengan orang lain (eksklusif)

meskipun berbeda keyakinan. Pluralisme dalam berpikir adalah kesediaan

untuk menerima atau mengambil gagasan atau pemikiran dari kalangan lain.

Sikap hidup yang demikian merupakan realisasi dari pandangan

demokratis, toleran dan pluralistik Abdurrahman Wahid. Sikap itu pula yang

bisa menjelaskan keluasan pergaulan dan wawasan Abdurrahman Wahid yang

ternyata bersumber dari banyak sekali ajaran, nilai moral, dan budaya yang

ada di dunia termasuk faktor pendidikan yang diterima di dalam keluarga dan

pendidikan formal yang ditekuninya bahkan sampai kepada keaktifannya di

berbagai organisasi kemasyarakatan.

Oleh sebab itu, pendidikan yang sampai sekarang masih diyakini

mempunyai peran besar dalam membentuk karakter generasi muda penerus

bangsa, maka melalui sistem pendidikannya, sebuah pendidikan pluralisme

akan sangat dibutuhkan serta dapat memelihara dan berupaya menumbuhkan

pemahaman yang inklusif pada anak bangsa. Dengan suatu orientasi untuk

memberikan penyadaran akan pentingnya sikap saling menghargai,

menghormati dan bekerja sama dengan agama-agama lain.

Mencermati realitas tersebut, pemikiran mengenai pentingnya

pendidikan pluralisme terutama bagi bangsa Indonesia yang majemuk menurut

pandangan seorang tokoh yang sangat mengedepankan pluralisme, baik

20 Abdurrahman Wahid, “Dialog Agama dan Masalah Pendangkalan Agama,” dalam

Komaruddin Hidayat dan Ahmad Gaus (ed), Passing Over: Melintas Batas Agama, (Jakarta: Paramadina, 1998), hlm. 51-54

Page 21: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

21

pemikirannya yang diaktualisasikan dalam bentuk tulisan di berbagai media,

maupun bentuk sikap dan tindakan riil yang dilakukannya, entah itu ketika

menjabat sebagai presiden, sebelum maupun sesudah menjabat, sangatlah

menarik untuk dikaji. Dan untuk penelitian ini, pemikiran Abdurrahman

Wahid tentang Pendidikan Pluralisme akan ditinjau dalam perspektif

Pendidikan Islam, sehingga penelitian ini diberi judul KONSEP

PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT ABDURRAHMAN WAHID

DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah dan kerangka pemikiran di atas, terdapat

beberapa permasalahan yang akan dikaji:

1. Bagaimana Pemikiran Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tentang Konsep

Pendidikan Pluralisme?

2. Bagaimana Konsep Pendidikan Pluralisme menurut Abdurrahman Wahid

dalam Perspektif Pendidikan Islam?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Dari beberapa permasalahan di atas, maka tujuan penulisan skripsi

ini adalah:

a. Mengetahui pemikiran Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tentang

Konsep Pendidikan Pluralisme

b. Mengetahui bagaimana Pemikiran Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

tentang Konsep Pendidikan Pluralisme jika dilihat dalam Perspektif

Pendidikan Islam

2. Manfaat penelitian

Harapan dari penulisan skripsi ini adalah agar bermanfaat dalam

memberikan gambaran tentang Konsep Pendidikan Pluralisme untuk

dijadikan pegangan sesama praktisi pendidikan yang sekiranya dapat

memberikan sumbangsih dan kontribusi nyata dalam memecahkan

Page 22: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

22

berbagai masalah berbau SARA yang bisa menimbulkan dampak

ketegangan di antara kelompok, suku, serta pemeluk agama yang dihadapi

oleh masyarakat plural, seperti di Indonesia.

D. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan dalam mengartikan dan memahami

pokok kajian penelitian ini, maka dirasa perlu untuk mengemukakan makna

dan batasan-batasan istilah dalam judul tersebut agar mudah dipahami secara

konkret dan lebih operasional. Adapun penjelasan tersebut adalah:

1. Konsep

Istilah Konsep dalam Kamus Ilmiah Populer diartikan sebagai ide

umum, pengertian, pemikiran, rancangan, serta rencana dasar21

2. Pendidikan Pluralisme

Pluralisme berasal dari kata plural (Inggris) yang berarti jamak,

dalam arti terdapat keanekaragaman dalam masyarakat. Dalam Oxford

Advanced Learner’s Dictionary, Pluralisme diartikan sebagai keberadaan

atau toleransi keragaman etnik atau kelompok-kelompok kultural dalam

suatu masyarakat atau negara serta keragaman kepercayaan atau sikap

dalam suatu badan, kelembagaan, dan sebagainya.22

Pendidikan Pluralisme merupakan pendidikan yang mengandaikan

kita untuk membuka visi pada cakrawala yang semakin luas, mampu

melintas batas kelompok etnis atau tradisi budaya dan agama sehingga kita

mampu melihat kemanusiaan sebagai sebuah keluarga yang memiliki

perbedaan maupun kesamaan cita-cita.23

3. Pendidikan Islam

Pendidikan Islam mengandung arti upaya membimbing,

mengarahkan, dan membina peserta didik yang dilakukan secara sadar dan

21 Pius A. Partanto dan M. Dahlan al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,

1994), hlm. 362 22 Syamsul Ma’arif, Pendidikan Pluralisme di Indonesia, (Jogjakarta: Logung Pustaka,

2005), hlm. 13 23 Ibid, hlm. 92

Page 23: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

23

terencana agar terbina suatu kepribadian yang utama sesuai dengan nilai-

nilai ajaran Islam.24

E. Tinjauan Pustaka

Sejak menjabat sebagai Ketua PBNU, ketika Almarhum Abdurrahman

Wahid diangkat menjadi Presiden, bahkan setelah wafatnya Beliau pada 30

Desember 2010 yang lalu, banyak pakar yang melakukan penelitian,

pengumpulan berbagai tulisan-tulisan Beliau yang tercecer di surat kabar dan

makalah-makalah, serta melakukan analisa tentang sikap, langkah kebijakan

maupun pemikiran-pemikiran mantan Presiden RI ke-4 ini, baik itu pemikiran-

pemikiran Beliau tentang politik, ekonomi, budaya, agama, pesantren, dan

sebagainya.

Penelitian tentang Beliau memang sudah banyak dilakukan oleh

beberapa pakar, misalnya; Al-Zastrouw Ng, karyanya berjudul “Gus Dur,

Siapa sih Sampeyan? Tafsir Teoritik atas Tindakan dan Pernyataan Gus

Dur”,25 mengungkapkan bahwa Gus Dur sebagai tokoh besar yang memiliki

gagasan besar pula, tidak jarang gagasan-gagasan tersebut menimbulkan salah

pengertian yang berujung pada terjadinya perdebatan, ketika gagasan tersebut

disosialisasikan ke tengah-tengah kehidupan masyarakat.

Pandangan Gus Dur tentang agama juga dengan gamblang dipaparkan

dalam buku ini bahwa sekalipun agama itu mengandung ajaran tunggal,

namun karena dia dipahami oleh umat yang memiliki latar belakang

pengetahuan, pengalaman, dan kepentingan yang berbeda, maka dalam

prakteknya menjadi berbeda dan plural.

Sebenarnya umat beragama memiliki kebebasan untuk mengubah

simbol dan ritus yang menjadi bagian dari dimensi kebudayaan agama. Inilah

yang dilakukan Gus Dur selama ini, yaitu langkah untuk membawa agama

dalam nilai-nilai yang tetap relevan dengan realitas zamannya, dan agar agama

memiliki fungsi yang maksimal dalam menjawab problem kehidupan, salah

24 Abudin Nata, op. cit. hlm. 339-340 25 Zastrouw Ng, Gus Dur, Siapa sih Sampeyan? Tafsir Teoritik atas Tindakan dan

Pernyataan Gus Dur, (Jakarta: Erlangga, 1999)

Page 24: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

24

satunya adalah membela pluralisme dalam beragama. Atas sikapnya yang

demikian, Gus Dur banyak mendapat tudingan dan hujatan. Dia dituduh

sekuler, pengkhianat umat, dan tidak membela umat Islam. Padahal, kalau

dilacak secara cermat, sebenarnya Gus Dur justru berusaha memfungsikan

agama secara maksimal.

”Neo-Modernisme Islam di Indonesia Gagasan Sentral Nurcholis

Madjid dan Abdurrahman Wahid”, karya Ahmad Amir Aziz, yang

memberikan pencerahan bagaimana Abdurrahman Wahid membela kalangan

minoritas dalam keberatannya terhadap pembentukan ICMI yang didasarkan

atas kuatnya semangat membentuk “Masyarakat Islam” pada sejumlah

aktifitas organisasi itu. Jika perkembangannya tidak direm, maka yang akan

terjadi adalah pengabaian semangat toleransi keagamaan.26 Pandangannya

yang mengedepankan Universalisme Islam semakin terlihat nyata ketika Ia

dalam kancah sosial dalam perpolitikan nasional, menunjukkan perhatian

besar pada hak-hak kelompok minoritas.

Salah satu manifestasi dari komitmen atas pluralisme, adalah ketika

menjadi presiden, Gus Dur mempelopori penghapusan diskriminasi terhadap

etnis Tionghoa dengan mengeluarkan Inpres No 6/2000 tanggal 17 Januari

2000, mencabut Inpres 14/1967 tentang agama, kepercayaan, dan adat istiadat

Cina. Gus Dur juga mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) No. 29/1998

tentang Bakorstanas dan Keppres No. 16/1990 tentang Litsus. Kedua lembaga

itu dinilainya lebih banyak menimbulkan kesulitan dari pada manfaat dan

secara jelas merugikan nilai-nilai hak asasi manusia.

Perjuangan membela kaum tertindas dan termarjinalkan tanpa

membedakan agama dan keyakinan seseorang atau kelompok, misalnya

pembelaannya terhadapa Jama’ah Ahmadiyah dan sebagainya semakin

menunjukkan jiwa pluralis Gus Dur. Sikap semacam itu dibentuk melalui

proses panjang, di mana Ia pernah berorganisasi dan belajar di Mesir, Irak,

serta beberapa negara Eropa.

26 Ahmad, Amir, Aziz, Neo-Modernisme Islam di Indonesia Gagasan Sentral Nurcholish

Madjid dan Abdurrahman Wahid, (Jakarta, Rineka Cipta, 1999)

Page 25: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

25

Douglas E. Ramage27 juga mengatakan bahwa strategi Pancasila Gus

Dur tidak hanya ditujukan untuk mengoreksi perilaku kekuasaan elit negara,

tetapi juga untuk mangatakan bahwa Pancasila pada dasarnya adalah sebuah

kompromi politik untuk tidak menjadikan Islam sebagai dasar negara. Sebagai

suatu bangsa yang terdiri atas berbagai suku dan agama, bangsa Indonesia

menerima Pancasila sebagai pernyataan ideologis tentang toleransi dan

komitmen untuk menghindari lahirnya perilaku-perilaku politik yang sifatnya

”eksklusif”. Faktor toleransi di antara umat beragama inilah yang menurut Gus

Dur harus menjadi dasar bagi pengembangan demokrasi di Indonesia.

Gejala menurunkan kemampuan masyarakat untuk memelihara sikap

toleransi yang demikian itu, mendorongnya pada 1992 lewat rapat akbar untuk

memperingatkan betapa bahayanya jika hal itu terus dibiarkan sejalan dengan

kuatnya kecenderungan ke arah apa yang disebutnya sebagai

rekonfensionalisasi politik di kalangan umat beragama. Sebab, seperti yang

sudah sering kali ia katakan, tanpa toleransi di antara umat beragama maka

demokrasi tidak akan pernah bisa dikembangkan.

Buku karya A. Nur Alam Bakhtiar28 juga memberikan gambaran untuk

mengenal Gus Dur secara dekat, baik konsep dan tindakannya. Sekalipun

buku ini sedikit subjektif dalam memberikan penilaian terhadap Gus Dur,

tetapi cukup menggelitik pembacanya untuk semakin mengaguminya.

Menurut Gus Dur, Prinsip pluralisme harus dilihat dalam konteks

manifestasi universalisme dan kosmopolitanisme peradaban Islam, ajaran

moralitas Islam yang secara teoritik bertumpu pada adanya lima buah jaminan

dasar yang diberikan Islam kepada warga masyarakat, meliputi; keselamatan

fisik warga masyarakat (hifdzu al-nafs), keselamatan keyakinan agama

masing-masing (hifdzu al-din), keselamatan keluarga dan keturunan (hifdzu

al-nasl), keselamatan harta benda dan milik pribadi (hifdzu al-mal), dan

27 Douglas E. Ramage, Gus Dur, NU dan Masyarakat Sipil, (Yogyakarta: LKiS, 2010),

Cet. III, hlm. 115 28 A. Nur Alam Bakhtiar, 99 Keistimewaan Gus Dur, (Jakarta: Kultural, 2008)

Page 26: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

26

keselamatan hak milik dan profesi (hifdzu al-milk). Kesemuanya itu

merupakan konsep yang dijadikan Gus Dur sebagai prinsip Universal Islam.29

Namun, sejauh ini semua jaminan dasar itu hanya menyajikan

kerangka teoritik yang tidak berfungsi tanpa didukung oleh kosmopolitanisme

peradaban Islam, yang muncul dalam sejumlah unsur dominan, seperti

hilangnya batasan etnik, kuatnya pluralitas budaya, dan heterogenitas politik.30

Berbagai karya penelitian yang telah dipaparkan di atas memiliki

keistimewaan dan corak tersendiri dalam mengkaji pemikiran serta sikap

seorang tokoh besar bernama Abdurrahman Wahid, karena kajian dan cara

pandang yang digunakan berbeda-beda. Begitu juga dalam penelitian ini,

pencarian sebuah konsep Pendidikan Pluralisme dalam pandangan Beliau

dilihat dari perspektif Pendidikan Islam.

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Kepustakaan (library

research). Artinya penelitian yang bersifat kepustakaan murni yang data-

datanya didasarkan/diambil dari bahan-bahan tertulis, baik yang berupa

buku atau lainnya yang berkaitan dengan topik/tema pembahasan skripsi

ini.31

Adapun pendekatan penelitian yang digunakan adalah studi

pemikiran tokoh yaitu dengan pendekatan sosio histories dan factual

histories, pendekatan sosio histories yaitu penelitian yang berupaya

memeriksa secara kritis peristiwa, perkembangan masa lalu, kemudian

mengadakan interpretasi terhadap sumber-sumber informasi.32 Sedangkan

29 Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan, Nilai-Nilai Indonesia dan Transformasi

Kebudayaan, (Jakarta: The Wahid Institute: 2007), hlm. 4-5 30 Ibid, hlm. 9 31 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hlm. 63

32 Komaruddin, Kamus Research, (Bandung: Angkasa, 1984), hlm. 120

Page 27: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

27

factual histories yaitu suatu pendekatan dengan mengemukakan sejarah

fakta mengenai tokoh.33

2. Sumber-Sumber Data

a. Sumber Primer

Sumber Primer dalam hal ini adalah hasil-hasil penelitian atau

tulisan-tulisan karya peneliti atau teoritisi yang orisinil.34 Sumber

primer ini berupa buku-buku dan karya ilmiah yang digunakan sebagai

referensi utama, dan sebagian besar penulis gunakan sebagai rujukan

dalam penulisan skripsi ini. Adapun sumber primer tersebut adalah

buku-buku karya Abdurrahman Wahid, di antaranya; Islam

Kosmopolitan Nilai-Nilai Indonesia dan Transformasi Kebudayaan,

Islamku Islam Anda Islam Kita, Gus Dur Bertutur, Prisma Pemikiran

Gus Dur, Dialog kritik dan Identitas Agama, dan lain sebagainya.

b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder adalah bahan pustaka yang ditulis dan

dipublikasikan oleh seorang penulis yang tidak secara langsung

melakukan pengamatan atau berpartisipasi dalam kenyataan yang ia

deskripsikan. Dengan kata lain penulis tersebut bukan penemu teori.35

Sumber sekunder ini digunakan sebagai bahan referensi tambahan

untuk lebih memperkaya isi skripsi, dan sebagai bahan pelengkap dalam

pembuatan skripsi ini. Sumber ini terdiri dari buku-buku atau karya

ilmiah lain yang masih ada hubungannya dengan isi skripsi. Misalnya;

Biografi Gus Dur, Dialog Kritik dan Identitas Agama, Gus Dur, NU

dan Masyarakat Sipil, 41 Kebesaran Gus Dur, The Beauty of Islam,

Pendidikan Pluralisme di Indonesia, karya ilmiah Islam dan Pendidikan

Pluralisme, dan sebagainya.

33 Anton Bekker dan Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat,

(Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm. 61 34 Ibnu Hadjar, Dasar-Dasar Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1996), hlm. 83 35 Ibid, hlm. 84

Page 28: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

28

3. Metode Analisis Data

Dalam metode analisis data, ditekankan pada metode

hermeneutika, yang secara etimologis berarti penafsiran atau interpretasi.

Menurut istilah, Hermeneutik diartikan sebagai proses mengubah sesuatu

atau situasi ketidaktahuan menjadi mengerti.36 Dengan Metode tersebut,

bisa ditafsirkan tulisan KH. Abdurrahman Wahid dengan menggunakan

bahasa sendiri.

G. Sistematika Pembahasan Skripsi

Untuk mempermudah penjelasan, pembahasan, penelaahan pokok-

pokok masalah yang dikaji, maka disusunlah sistematika sebagai berikut:

1. Bagian muka, pada bagian ini termuat halaman judul, kata pengantar dan

daftar isi.

2. Bagian isi, pada bagian ini termuat:

BAB I : Bab ini merupakan bab pendahuluan, dalam bab ini dijelaskan

tentang latar belakang masalah, mengapa topik ini diambil.

Dalam menghindari meluasnya pembahasan skripsi ini, maka

dijelaskan penegasan istilah dan rumusan masalah, tujuan

penelitian dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode

penelitian skripsi yang meliputi: jenis dan pendekatan

penelitian, sumber-sumber data, metode analisis data, serta

dijelaskan juga mengenai sistematika pembahasan skripsi.

BAB II : Bab ini merupakan landasan teori yang menguraikan tinjauan

umum tentang pendidikan pluralisme dan pendidikan Islam.

Yaitu pendidikan pluralisme yang meliputi: pengertian dan

sejarah munculnya pluralisme, pengertian dan sejarah

munculnya pendidikan pluralisme, dasar dan tujuan pendidikan

pluralisme. Juga diuraikan tentang pendidikan Islam yang

meliputi: pengertian pendidikan Islam, sumber atau dasar

pendidikan Islam, tugas dan fungsi pendidikan Islam, tujuan

pendidikan Islam.

BAB III : Pada bab ini diuraikan tentang pemikiran Abdurrahman Wahid

mengenai konsep pendidikan pluralisme. Yaitu biografi

Abdurrahman Wahid yang meliputi: biografi, karya-karya

36 E. Sumaryono, Hermeneutik Sebuah Metode Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1999),

hlm. 23

Page 29: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

29

Abdurrahman Wahid, penghargaan-penghargaan yang

diperoleh Abdurrahman Wahid. Serta diuraikan tentang

pemikiran Abdurrahman Wahid mengenai konsep pendidikan

pluralisme yang meliputi: dasar pemikiran pluralisme

abdurrahman wahid, pandangan pluralisme Abdurrahman

Wahid, cara menyikapi pluralisme, pluralisme dalam konteks

keindonesiaan.

BAB IV: Bab ini merupakan bab pembahasan dari pokok masalah yang

diajukan. Dalam hal ini merupakan analisis terhadap pemikiran

abdurrahman wahid tentang konsep pendidikan pluralisme

dalam perspektif pendidikan Islam. Yaitu termuat analisis

tentang konsep pendidikan pluralisme menurut Abdurrahman

Wahid yang meliputi: terbentuknya watak pluralisme

Abdurrahman Wahid, konsep pendidikan pluralisme

Abdurrahman Wahid. Dijelaskan pula tentang konsep

pendidikan pluralisme menurut Abdurrahman Wahid ditinjau

dari pendidikan Islam yang meliputi: maqashid al-syari’ah sebagai prinsip pendidikan pluralisme, konsep pendidikan

pluralisme menurut Abdurrahman Wahid ditinjau dari

pendidikan Islam. Serta dijelaskan mengenai relevansi

pemikiran Abdurrahman Wahid dalam konteks keindonesiaan

yang meliputi: Indonesia adalah negara Pancasila, bukan

negara Islam, memperjuangkan penegakan demokrasi, HAM,

dan pluralisme di Indonesia serta solusi bagi permasalahan

kemajemukan di Indonesia.

BAB V : Pada bagian ini termuat simpulan serta saran dan penutup.

3. Bagian akhir, pada bagian ini termuat: kepustakaan, lampiran-lampiran

dan riwayat hidup.

Page 30: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

30

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PENDIDIKAN PLURALISME

DAN PENDIDIKAN ISLAM

A. Pendidikan Pluralisme

1. Pengertian dan Sejarah Munculnya Pluralisme

a. Pengertian Pluralisme

Pluralisme yang dalam bahasa arabnya diterjemahkan al-

ta’addudiyyah37, secara lughawi berasal dari kata plural (Inggris) yang

berarti jamak, dalam arti ada keanekaragaman dalam masyarakat, ada

banyak hal lain di luar kelompok kita yang harus diakui. Pluralisme

adalah sebuah “ism” atau aliran tentang pluralitas.38

Pluralisme yang berarti jamak atau lebih dari satu, dalam

kamus bahasa Inggris mempunyai tiga pengertian. Pertama, pengertian

kegerejaan: (i) sebutan untuk orang yang memegang lebih dari satu

jabatan dalam struktur kegerejaan, (ii) memegang dua jabatan atau

lebih secara bersamaan, baik bersifat kegerejaan maupun non-

kegerejaan. Kedua, pengertian filosofis, berarti sistem pemikiran yang

mengakui adanya landasan pemikiran yang mendasar yang lebih dari

satu. Sedangkan ketiga, pengertian sosio-politis: adalah suatu sistem

yang mengakui koeksistensi keragaman kelompok, baik yang bercorak

ras, suku, aliran maupun partai dengan tetap menjunjung tinggi aspek-

aspek perbedaan yang sangat karakteristik diantara kelompok-

kelompok tersebut. Ketiga pengertian tersebut sebenarnya bisa

disederhanakan dalam satu makna, yaitu koeksistensinya berbagai

kelompok atau keyakinan di satu waktu dengan tetap terpeliharanya

perbedaan-perbedaan dan karakteristik masing-masing.39

37 Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis, (Jakarta: Gema Insani,

2007), Cet. III, hlm. 11 38 Syamsul Ma’arif, Pendidikan Pluralisme di Indonesia, (Jogjakarta: Logung Pustaka,

2005), hlm. 11 39 Anis Malik Thoha, op. cit. hlm. 12

Page 31: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

31

Nurcholis Madjid menyatakan bahwa pluralisme tidak dapat

dipahami hanya dengan mengatakan bahwa masyarakat kita majemuk,

beraneka ragam, terdiri dari berbagai suku dan agama, yang justru

hanya menggambarkan kesan fragmentasi, bukan pluralisme.

Pluralisme juga tidak boleh dipahami sekedar sebagai “kebaikan

negatif” (negative good), hanya ditilik dari kegunaannya untuk

menyingkirkan fanatisme.

Pluralisme harus dipahami sebagai pertalian sejati kebhinekaan

dalam ikatan-ikatan keadaban. Bahkan juga suatu keharusan bagi

keselamatan ummat manusia, antara lain melalui mekanisme

pengawasan dan pengimbangan yang dihasilkannya. Dalam kitab suci

justru disebutkan bahwa Allah menciptakan mekanisme pengawasan

dan pengimbangan antara sesama manusia guna memelihara keutuhan

bumi, dan merupakan salah satu wujud kemurahan Tuhan yang

melimpah kepada ummat manusia40.

Menurut Alwi Shihab, pengertian konsep pluralisme dapat

disimpulkan sebagai berikut: Pertama, pluralisme tidak semata

menunjuk pada kenyataan tentang adanya kemajemukan. Namun yang

dimaksud dengan pluralisme adalah keterlibatan aktif terhadap

kenyataan kemajemukan tersebut. Pluralisme agama dan budaya dapat

dijumpai di mana-mana, tapi seseorang dapat dikatakan menyandang

sifat tersebut apabila ia dapat berinteraksi secara positif dalam

lingkungan kemajemukan tersebut.

Kedua, pluralisme harus dibedakan dengan kosmopolitanisme,

kosmopolitanisme menunjuk suatu realitas di mana aneka ragam, ras,

bangsa hidup berdampingan di suatu lokasi. Ambil contoh kota New

York, kota ini adalah kota kosmopolitan, yang terdapat orang Yahudi,

40 Seperti dijelaskan dalam QS. al-Baqarah: 251, yang artinya: Seandainya Allah tidak

mengimbangi segolongan manusia dengan segolongan yang lain, maka pastilah bumi hancur; namun Allah mempunyai kemurahan yang melimpah kepada seluruh alam. Lihat Budhi Munawwar-Rachman, Islam Pluralis, Wacana Kesetaraan Kaum Beriman, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 31

Page 32: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

32

Kristen, Muslim, Hindu, Buddha, bahkan orang-orang tanpa agama.

Namun interaksi positif antar penduduk ini, khususnya di bidang

agama, sangat sedikit, kalaupun ada.

Ketiga, konsep pluralisme tidak dapat disamakan dengan

relativisme. Seorang relativisme akan berasumsi bahwa hal-hal yang

menyangkut kebenaran atau nilai-nilai ditentukan oleh pandangan

hidup serta kerangka berfikir seorang atau masyarakatnya. Sebagai

konsekuensi dari paham ini adalah agama apapun harus dinyatakan

benar, atau tegasnya, semua agama adalah sama.

Keempat, pluralisme agama bukanlah sinkretisme, yakni

menciptakan suatu agama baru dengan memadukan unsur tertentu atau

sebagian komponen ajaran dari beberapa agama tersebut.41

Atau dapat diartikan bahwa pluralisme merupakan suatu sikap

saling mengerti, memahami, dan menghormati adanya perbedaan-

perbedaan demi tercapainya kerukunan antarumat beragama. Dan

dalam berinteraksi dengan aneka ragam agama tersebut, umat

beragama diharapkan masih memiliki komitmen yang kokoh terhadap

agama masing-masing.42

b. Sejarah Munculnya Pluralisme

Pemikiran Pluralisme muncul pada masa yang disebut dengan

pencerahan (Enlightenment) Eropa, tepatnya pada abad ke-18 M, masa

yang sering disebut sebagai titik permulaan bangkitnya gerakan

pemikiran modern. Yaitu masa yang diwarnai dengan wacana-wacana

baru pergolakan pemikiran manusia yang berorientasi pada superioritas

akal (rasionalisme) dan pembebasan akal dari kungkungan-

kungkungan agama. Di tengah hiruk pikuk pergolakan pemikiran di

Eropa yang timbul dari konflik-konflik yang terjadi antara gereja dan

kehidupan nyata di luar Gereja, muncullah suatu paham yang dikenal

dengan “liberalisme”, yang komposisi utamanya adalah kebebasan,

41 Alwi Shihab, Islam Inklusif, (Bandung: Mizan, 1999), hlm. 41-42

42 Syamsul Ma’arif, Pendidikan Pluralisme di Indonesia, op. cit., hlm. 17

Page 33: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

33

toleransi, persamaan dan keragaman atau pluralisme. Oleh karena

paham liberalisme pada awalnya muncul sebagai madzhab sosial

politis, maka wacana pluralisme yang lahir dari rahimnya, termasuk

gagasan pluralisme agama juga lebih kental dengan nuansa dan aroma

politik.43

Secara umum sebab-sebab lahirnya teori pluralisme dapat di

klasifikasikan dalam dua faktor utama yaitu faktor internal (ideologis)

dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang timbul

akibat tuntunan akan kebenaran yang mutlak (absolute truth claims)

dari agama-agama itu sendiri, baik dalam masalah akidah, sejarah

maupun dalam masalah keyakinan atau doktrin.

1) Faktor ideologis (internal)

Keyakinan seseorang yang serba mutlak dan absolut dalam

apa yang diyakini dan diimaninya itu paling benar adalah alami

belaka. Keyakinan akan absolutisme dan kemutlakan ini berlaku

dalam hal akidah dan ideologi (baik yang berasal dari wahyu Allah

dan sumber lainnya). Kenyataan ini hampir tak satupun yang

mempertanyakannya, hingga datangnya era modern di mana faham

relativitas agama mulai dikenal dan menyebar secara luas di

kalangan para pemikir dan intelektual, khususnya pada dekade

terakhir abad ke-20 ini.

2) Faktor Eksternal

a) Faktor Sosio-Politis

Faktor yang mendorong munculnya teori pluralisme

agama adalah berkembangnya wacana-wacana sosio politis,

demokratis dan nasionalisme yang telah melahirkan sistem

negara-bangsa dan kemudian mengarah pada apa yang dewasa

ini dikenal dengan globalisasi, yang merupakan hasil praktis

dari sebuah proses sosial dan politis yang berlangsung selama

kurang lebih tiga abad. Proses ini bermula semenjak pemikiran

43 Anis Malik Thoha, op. cit. hlm. 16

Page 34: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

34

manusia mengenal liberalisme yang menerompetkan irama-

irama kebebasan, toleransi, kesamaan dan pluralisme

sebagaimana telah di singgung di atas.

b) Faktor Keilmuan atau Ilmiah

Pada hakikatnya terdapat banyak faktor keilmuan yang

berkaitan dengan pembahasan ini. Namun yang memiliki kaitan

langsung dengan timbulnya teori-teori pluralisme agama adalah

maraknya studi-studi ilmiah modern terhadap agama-agama

dunia, atau yang sering juga dikenal dengan studi perbandingan

agama.

Dengan kata lain peran penting studi agama modern

adalah sebagai supplier para filosof agama dan teolog dengan

pengetahuan–pengetahuan dan data–data lengkap yang dapat

membantu peran dan tugas utama mereka, yakni memahami

hakikat agama.44

2. Pengertian dan Sejarah Munculnya Pendidikan Pluralisme

a. Pengertian Pendidikan Pluralisme

Definisi tentang pendidikan pluralisme menurut Frans Magnez

Suseno adalah suatu pendidikan yang mengandaikan kita untuk

membuka visi pada cakrawala yang semakin luas, mampu melintas

batas kelompok etnis atau tradisi budaya dan agama sehingga kita

mampu melihat “kemanusiaan” sebagai sebuah keluarga yang

memiliki baik perbedaan maupun kesamaan cita-cita. Inilah

pendidikan akan nilai-nilai dasar kemanusiaan untuk perdamaian,

kemerdekaan, dan solidaritas.45

Pendidikan Pluralisme sering dikenal orang dengan sebutan

“Pendidikan Multikultural”. Ainurrofiq Dawam menjelaskan definisi

pendidikan multikultural sebagai proses pengembangan seluruh

potensi manusia yang menghargai pluralitas dan heterogenitasnya

44 Ibid

45 Syamsul Ma’arif, Pendidikan Pluralisme di Indonesia, op. cit. hlm. 92

Page 35: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

35

sebagai konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku, dan aliran

(agama). 46

Muhammad Ali menyebut pendidikan multikultural sebagai

pendidikan yang berorientasi pada proses penyadaran yang

berwawasan pluralis secara agama sekaligus berwawasan

multikultural, seperti itu, dengan sebutan “Pendidikan Pluralis

Multikultural”. Menurutnya, pendidikan semacam itu harus dilihat

sebagai bagian dari upaya komprehensif mencegah dan menanggulangi

konflik etnis agama, radikalisme agama, separatisme, dan integrasi

bangsa, sedangkan nilai dasar dari konsep pendidikan ini adalah

toleransi. 47

Memperhatikan beberapa definisi tentang pendidikan

pluralisme tersebut di atas, secara sederhana pendidikan pluralisme

dapatlah didefinisikan sebagai pendidikan untuk/tentang keragaman

keagamaan dan kebudayaan dalam merespon perubahan demografis

dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara

keseluruhan. Pendidikan di sini, dituntut untuk dapat merespon

terhadap perkembangan keragaman populasi sekolah, sebagaimana

tuntutan persamaan hak bagi setiap kelompok.

Melalui sistem pendidikannya, sebuah pendidikan yang

berbasis pluralisme akan berusaha memelihara dan berupaya

menumbuhkan pemahaman yang inklusif pada peserta didik. Dengan

suatu orientasi untuk memberikan penyadaran terhadap para peserta

didiknya akan pentingnya saling menghargai, menghormati dan

bekerja sama dengan agama-agama lain.48

46 Ainurrofiq Dawam, Emoh Sekolah; Menolak Komersialisasi Pendidikan dan

Kanibalisme Intelektual, Menuju Pendidikan Multikultural, (Yogyakarta: Inspeal Ahimsa Karya

Press, 2003), hlm. 100 47 Syamsul Ma’arif, Pendidikan Pluralisme di Indonesia, loc. cit 48 Syamsul Ma’arif, The Beauty of Islam dalam Cinta dan Pendidikan Pluralisme,

(Semarang: Nedd’s Press, 2008), hlm. 100

Page 36: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

36

b. Sejarah Munculnya Pendidikan Pluralisme

Menurut sejarahnya, di negara-negara yang menganut konsep

demokrasi seperti Amerika Serikat dan Kanada, Pendidikan Pluralisme

bukanlah barang baru lagi. Karena mereka telah melaksanakannya

khususnya dalam upaya melenyapkan diskriminasi rasial antara orang

kulit putih dan kulit hitam yang bertujuan memajukan dan memelihara

integrasi nasional. Sedangkan di Indonesia, pendidikan pluralisme

relatif baru dikenal sebagai suatu pendekatan yang dianggap lebih

sesuai bagi masyarakat Indonesia yang heterogen.

Memang terdapat sejumlah kekuatan di dunia ini yang ikut

melahirkan Pendidikan Pluralisme-Multikulturalisme. Yang menurut

H.A.R Tilaar, kekuatan-kekuatan tersebut adalah:

a. Proses demokratisasi dalam masyarakat dunia, yang dipicu oleh

pengakuan terhadap Hak Asasi Manusia yang tidak membedakan

atas warna kulit, agama, dan gender.

b. Pembangunan kembali Eropa sesudah Perang Dunia II (marshal

plan), yang telah menarik pekerja-pekerja di luar Eropa memasuki

negara-negara Eropa Barat. Akhirnya banyak yang menetap dan

menjadi warga setempat sehingga mereka meminta perlakuan adil,

terutama pendidikan bagi generasi mudanya agar bisa

mengakomodir kultur asal mereka.

c. Lahirnya paham nasionalisme kultur, sejalan dengan

berkembangnya paham demokrasi dan HAM. Sehingga pendidikan

pun mulai terbuka untuk memenuhi kebutuhan serta

mempersiapkan paradigma baru bagi kelompok-kelompok etnis

baru dengan kebudayaan mainstream-nya.49

49 Syamsul Ma’arif, The Beauty of Islam dalam Cinta dan Pendidikan Pluralisme , op.

cit., hlm. 98-99

Page 37: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

37

3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Pluralisme

a. Dasar Pendidikan Pluralisme

1) Dasar Historis

Ada banyak bukti historis bahwa Nabi Muhammad SAW.

Sangat proeksistensi terhadap pemeluk agama lain dan

memberikan kebebasan kepada mereka untuk melakukan ritual di

masjid milik umat Islam. Dikisahkan oleh Ibnu Hisyam dalam al

Sirah al-Nabawiyyah, bahwa Nabi pernah menerima kunjungan

para tokoh Kristen Najran berjumlah 60 orang. Menurut

Muhammad ibnu Ja’far ibnu al-Zubair, ketika rombongan itu

sampai di Madinah, mereka langsung menuju masjid. Saat itu Nabi

sedang melaksanakan shalat ashar bersama para sahabatnya.

Mereka datang dengan memakai jubah dan surban, pakaian yang

juga lazim digunakan oleh Nabi Muhammad SAW. Dan para

sahabatnya. Ketika waktu Kebaktian tiba, mereka pun tak harus

mencari gereja. Nabi memperkenankan mereka untuk melakukan

sembahyang di masjid.50

Sikap yang sama juga ditunjukkan oleh kalangan Kristen.

Ketika umat Islam dikejar-kejar oleh Kafir-Quraisy Mekkah, yang

memberikan perlindungan adalah Najasy, raja Abesinia yang

Kristen. Ia berpendirian bahwa pengikut Muhammad haruslah

dilindungi hak-haknya, termasuk hak memeluk agama.51

Begitu pula ketika Nabi hijrah ke Madinah, Beliau

mengadakan pertemuan secara besar-besaran bersama sahabat

Anshar dan beberapa keluarga (Naqib) dari Mekkah. Dalam

pertemuan itu, 23 artikel dari Piagam Madinah telah ditetapkan.

Juga tercantum dalam piagam itu, untuk membentuk masyarakat

dan hubungan-hubungan legal bagi kelompok Muslim yang baru.

50 Moh. Shofan, Menegakkan Pluralisme; Fundamentalisme-Konservatif di Tubuh

Muhammadiyah, (Jogjakarta: LSAF, 2008), hlm. 54-55 51 Ibid

Page 38: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

38

Selanjutnya Beliau berkonsultasi dengan perwakilan dari non-

Muslim. Akhirnya seluruh dari mereka menyepakati dasar-dasar

pembentukan sebuah “city-state” yang baru. Inilah yang kemudian

diabadikan dengan sebutan “Piagam Madinah”.52 Seperti yang

telah dikatakan oleh Muhammad Husain Haekal bahwa:

Antara kaum Muhajirin dan Anshar dengan masyarakat

Yahudi, Muhammad membuat perjanjian tertulis yang

berisi pengakuan atas agama mereka dan harta benda

mereka, dengan syarat-syarat timbal balik. Sehingga setiap

warga Madinah tanpa membedakan agama maupun suku,

mereka berkewajiban mempertahankan kota itu. Mereka

harus bekerja sama antar sesama.53

Piagam Madinah adalah piagam pertama dalam sejarah

peradaban Islam yang menyepakati soal-soal hubungan atau

interaksi sosial antara kelompok-kelompok yang memiliki

perbedaan agama dan budaya, yakni antara kelompok Yahudi,

Nasrani dan Muslim. Di sini, Nabi Muhammad SAW bertindak

sebagai pencetus dan mediator dalam gerakan ishlah ini. Hal-hal

penting yang dapat dijadikan sebagai dasar interaksi sosial di

tengah komunitas yang plural antara lain: 54

a) Seluruh suku yang ada di Madinah disebut dalam pasal-pasal

piagam dengan maksud menghormati identitas kolektivitas

keagamaan dan etnik yang ada dalam masyarakat tersebut.

b) Tiap-tiap kelompok etnik dan keagamaan dijamin otonomi

hukum dan budayanya secara total.

c) Secara garis besar Piagam Madinah memuat kesepakatan antara

Muhammad, kaum Musyrik, dan Yahudi. Dari 47 pasal yang

52 Syamsul Ma’arif, The Beauty of Islam dalam Cinta dan Pendidikan Pluralisme, op. cit.,

hlm. 67 53 Muhammad Husain Haikal, Sejarah Hidup Muhammad, terj. Ali Audah (Jakarta: Litera

Antar Nusa, 2008), cet. Ke-30, hlm. 202 54MukhsinAbdurrahman,PendidikanPluralisme-Multikultural

,http://mukhsinblog.blogspot.com/2010/06 pendidikan-pluralisme-multikultural.html

Page 39: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

39

termuat dalam piagam itu meliputi masalah monoteisme,

persatuan-kesatuan, persamaan hak, keadilan, kebebasan

beragama, bela negara, pelestarian adat, perdamaian dan

proteksi.

d) Masing-masing berkewajiban menjaga keamanan dan stabilitas

Madinah.

e) Piagam Madinah menunjukkan bahwa Islam memiliki

kepedulian tinggi terhadap kesetaraan antaretnis dan ras. Dari

sudut tinjauan modern, ia diterima sebagai sumber inspirasi

untuk membangun masyarakat yang majemuk.

f) Piagam Madinah menjadi bukti bagi kerja sama kaum

Muslimin dengan kelompok beragama lain, sekaligus

menunjukkan bahwa Muhammad telah melembagakan asas

toleransi beragama yang dinyatakan dalam al-Qur’an (Q.S al-

Baqarah: 156, al-Maidah: 48, dan al-Kafirun: 6)

g) Piagam Madinah menjadi piagam pertama yang mengakui

kebebasan hati nurani yang ditemui dalam sejarah umat

manusia.

Juga dikisahkan oleh al Qushairi dalam al-Risalah; saya

mendengar seorang ulama mengabarkan, “seorang Majusi

mengundang Nabi Ibrahim as. untuk makan. Ibrahim menjawab:

‘aku mau menerima undanganmu dengan satu syarat, yaitu bahwa

engkau memeluk Islam.’ Mendengar jawaban Ibrahim itu, orang

Majusi itu langsung pergi. Kemudian Allah SWT menurunkan

wahyu kepada Ibrahim, ‘selama lima puluh tahun Kami (Allah)

telah memberinya makan sekalipun ia kafir. (apa salahnya) jika

engkau menerima seporsi makanan darinya tanpa menuntutnya

mengganti agama?’ Ibrahim kemudian mengejar si Majusi itu lalu

meminta maaf kepadanya. Ketika si Majusi bertanya mengapa ia

minta maaf, Ibrahim menceritakan apa yang telah terjadi, dan

orang Majusi itu kemudian masuk Islam.”

Page 40: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

40

2) Dasar Normatif

Al-Qur’an secara jelas menyatakan bahwa pluralitas adalah

salah satu kenyataan objektif komunitas umat manusia, sejenis

hukum Allah atau sunnah Allah, dan bahwa hanya Allah yang tahu

dan dapat menjelaskan di hari akhir nanti, mengapa manusia

berbeda satu dari yang lain. Hal tersebut tercantum dalam QS. al-

Hujurat: 13.

$ pκš‰r' ‾≈tƒ â¨$Ζ9$# $‾ΡÎ) / ä3≈ oΨ ø)n=yz ÏiΒ 9�x. sŒ 4s\Ρ é& uρ öΝä3≈oΨ ù=yè y_ uρ $ \/θ ãè ä© Ÿ≅Í← !$ t7s% uρ

(#þθ èùu‘$ yè tGÏ9 4 ¨βÎ) ö/ä3tΒt�ò2 r& y‰ΨÏã «!$# öΝä39s) ø?r& 4 ¨β Î) ©!$# îΛ Î=tã ×��Î7 yz ∩⊇⊂∪

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan

kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu

saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di

antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di

antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi

Maha Mengenal.55

Asbabun nuzul ayat tersebut menegaskan kesatuan asal usul

manusia dengan menunjukkan kesamaan derajat kemanusiaan

manusia. Tidak wajar seseorang berbangga dan merasa diri lebih

tinggi dari yang lain, bukan saja antar satu bangsa, suku atau warna

kulit dengan selainnya, tetapi juga antara jenis kelamin mereka.

Kata ta’ārafū terambil dari kata ‘arafa yang berarti

mengenal. yakni mengandung makna timbal balik, dengan

demikian ia berarti saling mengenal. Semakin kuat pengenalan

suatu pihak kepada selainnya, semakin terbuka peluang untuk

saling memberi manfaat. Karena itu ayat di atas menekankan

perlunya saling mengenal. Perkenalan itu dibutuhkan untuk saling

menarik pelajaran dan pengalaman pihak lain, guna meningkatkan

55 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Al Huda Kelompok

Gema Insani,2005), hlm. 518

Page 41: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

41

ketakwaan kepada Allah swt. yang dampaknya tercermin pada

kedamaian dan kesejahteraan hidup duniawi dan kebahagiaan

ukhrawi.56

Islam juga memerintahkan umatnya untuk berinteraksi

terutama dengan agama Kristen dan Yahudi, dan dapat menggali

nilai-nilai keagamaan melalui diskusi dan debat intelektual dan

teologis secara bersama-sama dengan cara yang sebaik-baiknya.

Hal tersebut terdapat pada QS. al-Ankabut: 46

Ÿω uρ (#þθä9 ω≈pg éB Ÿ≅ ÷δr& É=≈tG Å6 ø9$# āωÎ) ÉL ©9 $$Î/ }‘Ïδ ß|¡ ômr& āω Î) tÏ% ©!$# (#θ ßϑ n=sß

óΟßγ÷Ψ ÏΒ ( (#þθä9θè% uρ $ ¨ΖtΒ#u ü“ Ï% ©!$$Î/ tΑÌ“Ρé& $uΖøŠ s9 Î) tΑÌ“Ρé& uρ öΝà6ö‹s9 Î) $ oΨßγ≈ s9 Î)uρ

öΝä3 ßγ≈ s9Î) uρ Ó‰ Ïn≡uρ ßøt wΥ uρ … çµ s9 tβθ ßϑ Î=ó¡ ãΒ ∩⊆∉∪

Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli kitab, melainkan

dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang

dzalim di antara mereka, dan katakanlah: "Kami Telah

beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami

dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu

adalah satu; dan hanya kepada-Nya kami berserah diri.57

Dalam ayat ini, Allah memberi petunjuk kepada Nabi

Muhammad dan kaum Muslimin tentang materi dakwah dan cara

menghadapi Ahli Kitab karena sebagian besar mereka ini tidak

menerima seruannya. Ketika Rasulullah menyampaikan ajaran

Islam, kebanyakan mereka mendustakannya. Hanya sedikit sekali

di antara mereka yang menerimanya. Padahal mereka telah

mengetahui Muhammad dan ajaran yang dibawanya, sebagaimana

56 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

(Jakarta: Lentera Hati, 2005), Vol. 13, hlm. 261-262. 57 Ibid, hlm. 402

Page 42: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

42

mereka mengetahui dan mengenal anak-anak mereka sendiri.

Seperti juga dijelaskan dalam QS. al-Baqarah: 14658

Serta mengapa jalan manusia berbeda-beda dalam

beragama, telah dijelaskan dalam QS. al-Maidah: 48;

9e≅ä3 Ï9 $oΨù= yèy_ öΝä3Ζ ÏΒ Zπtã ÷�Å° %[`$ yγ÷Ψ ÏΒuρ 4 öθ s9 uρ u !$x© ª! $# öΝà6n=yè yfs9 Zπ ¨Βé&

Zο y‰Ïn≡ uρ Å3≈s9 uρ öΝä. uθè= ö7uŠ Ïj9 ’Îû !$tΒ öΝä38s?#u ( (#θ à) Î7tF ó™$$ sù ÏN≡u� ö�y‚ ø9$# 4 ’ n<Î) «! $#

öΝà6 ãèÅ_ ö�tΒ $Yè‹Ïϑy_ Νä3 ã∞Îm6 t⊥ ㊠sù $yϑ Î/ óΟçGΨä. ϵŠ Ïù tβθ à,Î= tFøƒrB ∩⊆∇∪

Untuk masing-masing dari kamu (umat manusia) telah

Kami tetapkan hukum (syari’ah) dan jalan hidup (minhaj). Jika Tuhan menghendaki, maka tentulah ia jadikan kamu

sekalian umat yang tunggal (monolitik). Namun Ia jadikan

kamu sekalian berkenaan dengan hal-hal yang telah

dikaruniakan-Nya kepada kamu. Maka berlombalah kamu

sekalian untuk berbagai kebajikan. Kepada Allah-lah

tempat kalian semua kembali, maka Ia akan menjelaskan

kepadamu sekalian tentang perkara yang pernah kamu

perselisihkan59

Allah telah menetapkan syari’at dan minhaj yang khusus

buat mereka dan masa mereka. Umat yang hidup pada masa Nuh

as. ada syari’ah dan minhajnya, demikian juga pada masa nabi dan

rasul yang datang sesudahnya, Musa as. dan Muhammad saw. pun

demikian.

Allah juga tidak menghendaki menjadikan manusia semua

sejak dahulu hingga kini satu umat saja, yakni satu pendapat, satu

kecenderungan, bahkan satu agama dalam segala prinsip dan

rinciannya. Karena jika Allah menghendaki demikian, dia tidak

58 Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), Jilid

VII, hlm. 29 59 Ibid, hlm. 117

Page 43: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

43

akan memberi manusia kebebasan memilah dan memilih, termasuk

kebebasan memilih agama dan kepercayaan. Kebebasan memilah

dan memilih itu dimaksudkan agar manusia dapat berlomba-lomba

dalam kebajikan, dan dengan demikian akan terjadi kreativitas dan

peningkatan kualitas, karena hanya dengan perbedaan dan

perlombaan yang sehat, kedua hal itu akan tercapai.60

Menurut Moh. Shofan, setidaknya ada empat tema pokok

yang menjadi kategori utama al-Qur’an tentang pluralisme

agama:61

a) Tidak ada paksaan dalam beragama, yang terdapat pada QS. al-

Baqarah: 256

Iω oν#t�ø. Î) ’ Îû ÈÏe$!$# ( ‰s% tt6 ¨? ߉ô© ”�9 $# zÏΒ Äcxö ø9 $#

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);

Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang

sesat.62

Tidak boleh ada paksaan dan tindakan kekerasan untuk

masuk ke dalam agama. Iman itu tunduk dan khudhu’ (patuh).

Untuk mencapai hal itu tidak bisa dilakukan dengan paksaan

dan tekanan, tetapi harus dengan alasan dan penjelasan yang

menguatkan. Iman adalah urusan hati. Tidak seorang pun bisa

menguasai hati manusia.

Ayat ini cukup untuk membuktikan tentang kekeliruan

musuh-musuh agama Islam yang mengatakan: “agama Islam

ditegakkan dengan pedang, dan orang yang tidak mau memeluk

agama Islam dipancung lehernya”. Sejarah telah membuktikan

60 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

(Jakarta: Lentera Hati, 2005), Vol. 3, hlm. 115-116. 61 Moh. Shofan, op. cit., hlm. 74-75 62 Departemen Agama, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, (Jakarta: Al Huda Kelompok Gema

Insani, 2002), hlm. 43

Page 44: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

44

kebohongan dari pernyataan itu. Peperangan yang terjadi pada

masa Nabi bertujuan membela diri, supaya kaum Musyrik

berhenti mengganggu dan memfitnah para Muslim. Inilah

sebabnya, para Muslim tidak lagi memerangi para Musyrik

ketika mereka telah memeluk Islam atau tetap pada agama

semula dengan membayar jizyah (pajak) sebagai jaminan

keamanan.63

Allah Maha Kuasa, sehingga dengan kekuasaan-Nya,

Dia bisa jadi ada yang menduga bahwa hal tersebut dapat

menjadi alasan bagi Allah untuk memaksa makhluk mematuhi

agama-Nya. Namun yang terjadi tidak demikian, yang

dimaksud dengan tidak ada paksaan dalam menganut agama

adalah menganut akidahnya. Ini berarti jika seseorang telah

memilih satu akidah, maka dia terikat dengan tuntunan-

tuntunannya, dia berkewajiban melaksanakan perintah-

perintahnya. Dia terancam sanksi jika melanggar ketetapannya.

Allah menghendaki agar setiap orang merasakan

kedamaian. Agama-Nya dinamai Islam, yakni damai.

Kedamaian tidak dapat diraih kalau jiwa tidak damai, karena

itu tidak ada paksaan dalam menganut keyakinan agama Islam.

Mengapa ada paksaan, padahal telah jelas jalan yang benar dari

jalan yang sesat. Sangatlah wajar semua memilih agama ini,

pasti ada sesuatu yang keliru dalam jiwa seseorang yang

enggan menelusuri jalan yang lurus setelah jelas jalan yang

terbentang di hadapannya.

Tidak ada paksaan dalam menganut agama, karena telah

jelas jalan yang lurus. Itu sebabnya, sehingga orang gila dan

belum dewasa, atau yang tidak mengetahui tuntunan agama,

63 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shieddieqy, Tafsir al-Qur’anul Majid an Nuur,

(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000), Jilid II, hlm. 450-451

Page 45: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

45

tidak berdosa jika melanggar atau tidak menganutnya, karena

bagi dia jalan yang jelas itu belum diketahuinya. Tetapi Anda

jangan berkata bahwa Anda tidak tahu jika Anda mempunyai

potensi untuk mengetahui tetapi potensi itu tidak Anda

gunakan. Di sini Anda pun dituntut karena menyia-nyiakan

potensi yang Anda miliki.

Anda juga tahu bahwa telah jelas yang ini membawa

manfaat dan itu mengakibatkan mudharat, jika demikian tidak

perlu ada paksaan karena yang dipaksa adalah yang enggan

tunduk akibat ketidaktahuan. Di sini telah jelas jalan itu

sehingga tidak perlu ada paksaan. Anda memaksa anak untuk

minum obat yang pahit, karena Anda tahu bahwa obat itu

adalah mutlak untuk kesembuhan penyakit yang dideritanya.64

b) Pengakuan akan eksistensi agama-agama lain. Pengakuan al-

Qur’an terhadap pemeluk agama-agama lain, antara lain

tercantum dalam QS. al-Baqarah: 62

¨β Î) tÏ% ©!$# (#θ ãΨ tΒ#u šÏ% ©!$#uρ (#ρ ߊ$ yδ 3“t�≈|Á ¨Ζ9$#uρ šÏ↔ Î7≈¢Á9$#uρ ôtΒ

ztΒ#u «!$$ Î/ ÏΘ öθu‹ø9$# uρ Ì�ÅzFψ $# Ÿ≅Ïϑtã uρ $ [sÎ=≈|¹ öΝßγ n=sù öΝèδ ã�ô_r& y‰ΨÏã

óΟÎγÎn/ u‘ Ÿωuρ ì∃öθ yz öΝ Íκ ö�n=tæ Ÿω uρ öΝèδ šχθçΡ t“øt s† ∩∉⊄∪

Sesungguhnya orang-orang Mukmin, orang-orang

Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabi'in,

siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman

kepada Allah, Hari Kemudian dan beramal shaleh,

mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak

64 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

(Jakarta: Lentera Hati, 2005), Vol. 1, hlm. 551-552.

Page 46: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

46

ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula)

mereka bersedih hati.65

Pada dasarnya ayat di atas berbicara tentang empat

kelompok: al-ladzîna Âmanû (menunjuk pada umat Islam), al-

ladzîna Hâdû (ummat Yahudi), al-Nashârâ (umat Kristen), dan

al-Shâbi’în. Al-Thabari berpendapat bahwa jaminan Allah atas

keselamatan tersebut bersyaratkan tiga hal: beriman, percaya

pada hari kemudian, dan perbuatan baik. Syarat beriman itu

termasuk beriman kepada Allah dan Muhammad saw. atau

dengan kata lain, yang dimaksud dalam ayat ini ialah mereka

yang telah memeluk Islam.66

Yang dimaksud dengan kata Hâdû adalah orang-orang

yang beragama Yahudi. Mereka dalam bahasa Arab disebut

Yahûd. Penulis mengamati bahwa al-Qur’an tidak

menggunakan kata Yahûd kecuali dalam konteks kecaman.

Agaknya itulah sebabnya maka di sini tidak digunakan kata

tersebut tetapi digunakan kata Hâdû. Kata al-Nashârâ terambil

dari kata Nâshirah yaitu satu wilayah Palestina. Di mana

Maryam, ibu Nabi ‘Isa as. Dibesarkan dan dari sana dalam

keadaan mengandung ‘Isa as., beliau menuju baitul maqdis,

tetapi sebelum tiba beliau melahirkan ‘Isa as. Di Bethlehem.

Dari ‘Isa as. Digelari oleh Bani Israil dengan Yasu’, dari sini

pengikut-pengikut beliau dinamai Nasharaa yang merupakan

bentuk jamak dari Nashry atau Nâshiry.

Kata al-Shâbi’în ada yang berpendapat terambil dari

kata Shaba’ yang berarti muncul atau Nampak, misalnya ketika

melukiskan bintang yang muncul. Dari sini ada yang

memahami istilah al-Qur’an ini dalam arti penyembah bintang.

65 Departemen Agama, op. cit. hlm. 11

66 Alwi Shihab, op. cit., hlm. 79

Page 47: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

47

Ada juga yang memahaminya terambil dari kata Saba’, satu

daerah di Yaman di mana pernah berkuasa ratu Balqis dan

penduduknya menyembah matahari dan bintang.

Persyaratan beriman kepada Allah dan hari Kemudian,

seperti bunyi ayat di atas, bukan berarti hanya kedua rukun itu

yang dituntut dari mereka, tetapi keduanya adalah istilah yang

biasa digunakan oleh al-Qur’an dan Sunnah untuk makna iman

yang benar dan mencakup semua rukunnya.67

Ada sementara orang yang perhatiannya tertuju pada

penciptaan toleransi antarumat beragama yang berpendapat

bahwa ayat ini dapat menjadi pijakan untuk menyatakan bahwa

penganut agama-agama yang disebut ayat ini, selama mereka

beriman kepada Tuhan dan hari Kemudian, maka mereka

semua akan memperoleh keselamatan dan tidak akan diliputi

oleh rasa takut di akhirat kelak, dan tidak pula bersedih hati.

Pendapat semacam ini nyaris menjadikan semua agama

sama, padahal agama-agama itu pada hakikatnya berbeda-beda

dalam akidah serta ibadah yang diajarkannya. Bagaimana

mungkin Yahudi dan Nashrani dipersamakan, padahal

keduanya saling mempersalahkan. Bagaimana mungkin yang

ini dan itu dinyatakan tidak akan diliputi rasa takut atau sedih,

sedang yang ini menurut itu –dan atas nama Tuhan yang

disembah– adalah penghuni surga dan yang itu penghuni

neraka? Yang ini tidak sedih dan takut, dan yang itu bukan saja

takut, tetapi disiksa dengan aneka siksa.

Bahwa surga dan neraka adalah hak prerogatif Allah

memang harus diakui. Tetapi hak tersebut tidak menjadikan

67 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

(Jakarta: Lentera Hati, 2005), Vol. 1, hlm. 215-216.

Page 48: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

48

semua penganut agama sama dihadapan-Nya. Bahwa hidup

rukun dan damai antar pemeluk agama adalah sesuatu yang

mutlak dan merupakan tuntunan agama, tetapi cara untuk

mencapai hal itu bukan dengan mengorbankan ajaran agama.

Caranya adalah hidup damai dan menyerahkan kepada-Nya

semata untuk memutuskan di hari Kemudian kelak, agama

siapa yang direstui-Nya dan agama siapa saja yang keliru, serta

siapa yang dianugerahi surge dan siapa pula yang akan takut

dan bersedih.68

c) Kesatuan Kenabian, yang bertumpu pada QS. Asy Syura: 13

tí u�Ÿ° Νä3s9 zÏiΒ ÈÏe$!$# $ tΒ 4 œ»uρ ϵÎ/ % [nθçΡ ü“Ï% ©!$#uρ !$ uΖøŠ ym ÷ρr& y7ø‹s9 Î) $ tΒ uρ

$ uΖøŠ ¢¹ uρ ÿ ϵÎ/ tΛ Ïδ≡t�ö/ Î) 4y›θ ãΒuρ #|¤Š Ïã uρ ( ÷βr& (#θãΚŠ Ï%r& tÏe$!$# Ÿω uρ (#θ è% §�x, tGs?

ϵŠÏù 4 u�ã9x. ’ n?tã tÏ. Î�ô³ßϑ ø9$# $tΒ öΝèδθãã ô‰s? ϵøŠ s9 Î) 4 ª! $# ûÉ<tFøg s† ϵ ø‹s9 Î) tΒ

â !$ t±o„ ü“ ωöκ u‰uρ ϵø‹s9 Î) tΒ Ü=‹Ï⊥ ム∩⊇⊂∪

Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa

yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah

kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami

wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu:

Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah

tentangnya. amat berat bagi orang-orang Musyrik agama

yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada

agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi

petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-

Nya).69

Penyebutan Nabi-Nabi sebagaimana terbaca di atas,

sejalan dengan masa kehadiran mereka di pentas bumi ini

68 Ibid, hlm. 216

69 Departemen Agama, op. cit. hlm. 485

Page 49: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

49

terkecuali Nabi Muhammad saw. Itu untuk mengisyaratkan

kedudukan terhormat yang diperoleh Nabi Muhammad saw. Di

kalangan para Nabi. Ini serupa dengan firman-Nya dalam QS.

al-Ahzab: 7.

Thabathaba’i memahami dari penyebutan nama Nuh

dalam urutan pertama dalam konteks syari’at sebagai isyarat

bahwa syari’at Beliau adalah syari’at pertama dan penyebutan

kelima Nabi di atas mengisyaratkan bahwa merekalah tokoh

para nabi, atau yang diistilahkan dengan Ulil ‘Azmi. Ulama ini

juga memahami bahwa syari’at kedua adalah syari’at Nabi

Ibrahim, lalu syari’at Nabi Musa kemudian Nabi ‘Isa as., dan

berakhir dengan syari’at Nabi Muhammad saw. Ini menurutnya

berarti bahwa Nabi yang diutus setelah Nabi Nuh dan sebelum

Nabi Ibrahim tidak memiliki syari’at khusus, tetapi mereka

menjalankan syari’at Nabi Nuh as. Demikian juga nabi yang

diutus setelah Nabi Ibrahim dan sebelum Nabi Musa as.,

mereka semua melaksanakan syari’at Nabi Ibrahim as. Sampai

datangnya Nabi Musa as., demikian seterusnya.70

d) Kesatuan Pesan Ketuhanan yang berpijak pada QS. an-Nisa’:

131

¬! uρ $ tΒ ’Îû ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# $ tΒ uρ ’ Îû ÇÚ ö‘ F{$# 3 ô‰ s) s9 uρ $uΖ øŠ ¢¹uρ t Ï%©!$# (#θè?ρé&

|=≈tG Å3 ø9 $# ÏΒ öΝà6 Î=ö6 s% öΝä.$ −ƒ Î)uρ Èβ r& (#θ à)®? $# ©! $# 4 β Î)uρ (#ρã�à, õ3s? ¨β Î*sù ¬! $tΒ

’Îû ÏN≡ uθ≈yϑ ¡¡9 $# $tΒ uρ ’Îû ÇÚ ö‘ F{$# 4 tβ%x. uρ ª!$# $ †‹ÏΖxî #Y‰ŠÏΗxq ∩⊇⊂⊇∪

Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang

di bumi, dan sungguh Kami telah memerintahkan

70 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

(Jakarta: Lentera Hati, 2005), Vol. 12, hlm. 473

Page 50: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

50

kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu

dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah.

tetapi jika kamu kafir Maka (ketahuilah), Sesungguhnya

apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah

kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya dan Maha

Terpuji71

Apa saja yang ada di langit dan bumi adalah kepunyaan

Allah. Dialah yang menciptakan dan Dialah yang mengurus.

Dalam mengurus makhluk-makhuk-Nya, Allah menciptakan

hukum secara mutlak, dan semuanya tunduk di bawah hukum

itu.

Orang yang benar-benar memahami hukum-hukum

Allah yang berlaku umum terhadap bumi, langit dan semua

isinya serta memahami pula hukum yang mengatur kehidupan

makhluk-Nya, akan mengetahui betapa besar limpahan rahmat

dan karunia-Nya kepada semua makhluk-Nya. Oleh sebab

itulah kepada setiap hamba diperintahkan agar bertakwa

kepada-Nya, seperti telah diperintahkan kepada umat-umat

terdahulu, yang telah diberi al-Kitab seperti orang-orang

Yahudi dan Nashrani. Serta kepada orang-orang yang

melaksanakan ketakwaan dengan tunduk dan patuh kepada-

Nya dan dengan menegakkan syari’at-Nya. Dengan tunduk dan

patuh kepada-Nya dan dengan menegakkan syari’at-Nya

manusia akan berjiwa bersih dan dapat mewujudkan

kesejahteraan di dunia dan kebahagiaan di akhirat.72

b. Tujuan Pendidikan Pluralisme

Menurut Clive Back dalam Better School: a Value Perspective,

Tujuan Pendidikan Pluralisme adalah sebagai berikut:

71 Departemen Agama, op. cit. hlm. 100 72 Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), Jilid

II, hlm. 29

Page 51: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

51

1) Teaching “ethnic” students about their own ethnic culture, including

perhaps some “heritage language” instruction;

2) Teaching all students about various traditional cultures, at home and

abroad;

3) Promoting acceptance of ethnic diversity in society;

4) Showing that people of different religious, races, national

background and so on are equal worth’s;

5) Fostering full acceptance and equitable treatment of the ethnic sub

cultures associated with different religions, races, national

background, etc. in one’s own country and in other parts of the

world; and

6) Helping students to work toward more adequate cultural forms, for

themselves and for society.73

Melalui pendidikan pluralisme yang demikian, seorang murid

bisa diantarkan untuk dapat memandang pluralitas dalam berbagai

aspek sosial, ekonomi, politik, sosial, dan agama sebagai kekayaan

spiritual bangsa yang harus dijaga kelestariannya.

Ainurrofiq Dawam memberikan kerangka orientasi Pendidikan

Pluralisme atau Pendidikan Multikultural agar pendidikan tersebut

tidak kehilangan arah dan dibangun berdasarkan orientasi nilai dasar

multikulturalisme, yaitu:74

1) Orientasi Kemanusiaan.

Kemanusiaan atau humanisme merupakan sebuah nilai

kodrati yang menjadi landasan sekaligus tujuan pendidikan.

Kemanusiaan bersifat universal, global, di atas semua suku, aliran,

ras, golongan, dan agama.

2) Orientasi kebersamaan.

Kebersamaan yang dibangun adalah kebersamaan yang

sama sekali lepas dari unsur kolutif maupun koruptif. Kebersamaan

73 Syamsul Ma’arif, Pendidikan Pluralisme di Indonesia, op. cit. hlm. 93

74Ainurrofiq Dawam, op. cit., hlm. 104 – 105.

Page 52: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

52

yang dibangun adalah kebersamaan yang tidak merugikan diri

sendiri, orang lain, lingkungan, negara, bahkan Tuhannya. Dengan

demikian diharapkan muncul manusia yang aktif, kreatif, toleran,

tenggang rasa yang mendalam, dan terbuka.

3) Orientasi kesejahteraan.

Kesejahteraan yang dimaksud di sini adalah kondisi sosial

yang menjadi harapan semua orang. Konsistensi terhadap

kesejahteraan harus dibuktikan dengan perilaku menuju terciptanya

kesejahteraan. Konsekuensi yang kemudian terjadi adalah adanya

kedamaian di mana semua orang merasa aman, dihargai, diakui,

dan diperlakukan sebagai manusia oleh semua pihak yang

berinteraksi secara langsung atau tidak langsung.

4) Orientasi proporsional.

Proporsional merupakan sebuah nilai yang dipandang dari

aspek apapun adalah sangat tepat. Tepat landasan, tepat proses,

tepat pelaku, tepat ruang, tepat waktu, tepat anggaran, tepat

kualitatif, tepat kuantitatif, dan tepat tujuan. Orientasi pendidikan

inilah yang diharapkan menjadi pilar pendidikan multikultural.

5) Orientasi mengakui pluralitas dan heterogenitas.

Pluralitas dan heterogenitas merupakan sebuah kenyataan

yang tidak mungkin ditindas secara fasih dengan memunculkan

sikap fanatisme terhadap sebuah kebenaran yang diyakini oleh

sekelompok orang.

6) Orientasi anti hegemoni dan anti dominasi.

Dominasi dan hegemoni adalah dua istilah yang sangat

populer bagi kaum tertindas. Istilah ini dihindari jauh-jauh oleh

para pengikut faham liberalis, kapitalis, globalis, dan neoliberalis.

Hegemoni yang dimaksud adalah hegemoni dalam segalanya;

politik, pelayanan dan lain sebagainya

Page 53: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

53

B. Pendidikan Islam

Pendidikan merupakan term terpenting dan menentukan dalam

perubahan masyarakat. Bahkan Islam sendiri menempatkan pendidikan dalam

posisi vital. Bukan sebuah kebetulan jika dalam lima ayat pertama dimulai

dengan perintah membaca. Tak heran jika dalam syiar yang dikembangkan

Nabi Muhammad dilakukan dengan pendekatan pendidikan.75

Gagasan utama pendidikan, termasuk Pendidikan Islam, terletak pada

pandangan bahwa setiap manusia mempunyai nilai positif tentang kecerdasan,

daya kreatif, dan keluhuran budi. Namun fokusnya bukan semata kemampuan

ritual dan keyakinan tauhid tetapi juga akhlak sosial dan kemanusiaan.

Kualitas akhlak pun tak bisa dicapai hanya dengan doktrin halal-haram, tapi

usaha budaya dari rumah, masyarakat dan ruang kelas.76

1. Pengertian Pendidikan Islam

a. Pengertian Pendidikan Islam Secara Etimologi

Dewasa ini, terutama sejak dekade 1970-an sering terjadi

diskusi berkepanjangan berkenaan dengan wacana apakah Islam

memiliki konsep tentang pendidikan ataukah tidak. Sementara para

ahli berasumsi bahwa Islam tidak memiliki konsep, karena itu maka

penerapan Pendidikan Islam Selama ini hanyalah mengadopsi konsep

dan sistem Pendidikan Barat yang kini mendominasi sistem secara

global. Asumsi demikian tentu tidak boleh serta merta disalahkan

ataupun secara mutlak dibenarkan. Salah satu argumentasi yang biasa

diajukan adalah karena sampai sekarang peristilahan yang secara baku

dan konsisten disepakati semua pihak belumlah ada, kecuali dalam

wujud polemik yang tidak berkesudahan.77

Pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu

kepada term: tarbiyah, ta’lim, ta’dib, riyadhah, irsyad, dan tadris.

75 Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Logos, 2001),

hlm. 4 – 5. 76 Abdul Munir Mulkhan, “Humanisasi Pendidikan Islam”, dalam Hamami

Zada, et. Jurnal Tashwirul Afkar edisi no. 11 tahun 2001, hlm. 17. 77 Moh. Shofan, Pendidikan Berparadigma Profetik, (Jogjakarta: IRCiSoD, 2004), Cet. I,

hlm. 37-38

Page 54: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

54

Masing-masing memiliki keunikan makna tersendiri, namun memiliki

makna yang sama. Akan tetapi term yang populer digunakan dalam

praktek Pendidikan Islam adalah term al-tarbiyah.78

Istilah kunci yang seakar dengan kata tarbiyah adalah al-rabb,

rabbayâni, nurabbi, yurbi, dan rabbâni. Istilah tarbiyah yang diambil

dari madhi-nya (rabbayâni) memiliki arti memproduksi, mengasuh,

menanggung, memberi makan, menumbuhkan, mengembangkan,

memelihara, membesarkan, dan menjinakkan. Pemahaman tersebut

diambil dari tiga ayat dalam al-Qur’an:

1) QS. al-Isra’: 24 “kamâ rabbayânî shaghîrâ” (sebagaimana mereka

berdua telah mendidik aku waktu kecil).

2) QS. al-Syu’ara: 18 “alâ nurabbika fînâ walîdâ” (bukankah Kami

telah mengasuhmu di antara (keluarga) Kami, waktu kamu masih

kanak-kanak).

3) QS. al-Baqarah: 276 “yamhu Allâh al-ribâ wa yurbi

shadaqah”.(Allah memusnahkan riba dan menyuburkan

sedekah).79

b. Pengertian Terminologi Pendidikan Islam

Pengertian Pendidikan Islam ini sebetulnya sudah cukup

banyak dikemukakan oleh para ahli. Meskipun demikian, perlu

dicermati dalam rangka melihat relevansi rumusan baik dalam

hubungan makna, tujuan, fungsi, maupun proses kependidikan Islam

yang dikembangkan dalam rangka menjawab permasalahan dan

tantangan yang dihadapi dalam kehidupan umat manusia sekarang ini.

Ahmad D. Marimba menyatakan bahwa Pendidikan Islam

adalah bimbingan jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum agama

78 Menurut Muhammad Athiyah al-Abrasy dalam kitabnya Ruh al-Tarbiyah wa al-Ta’lim,

seperti dikutip oleh Abdul Mujib, Pendidikan Islam dalam khazanah keislaman populer dengan

Istilah Tarbiyah,78 karena mencakup keseluruhan aktivitas pendidikan, sebab di dalamnya tercakup

upaya mempersiapkan individu secara sempurna. Lihat. Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), cet. I, hlm. 10

79Ibid 10-11

Page 55: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

55

Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran

Islam.80

Ramayulis dalam bukunya ilmu Pendidikan Islam

mengemukakan bahwa Pendidikan Islam adalah suatu proses edukatif

yang mengarah kepada pembentukan akhlak atau kepribadian.81

Sedangkan hakikat Pendidikan Islam menurut M. Arifin adalah usaha

orang dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan

membimbing pertumbuhan dan perkembangan fitrah anak didik

melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan

perkembangannya.82

Memang dalam pendidikan Islam terdapat sebuah karakteristik

yang khusus, rekomendasi Konferensi Internasional Pendidikan Islam

di Universitas King Abdul Aziz Jeddah tahun 1997 mendefinisikan

pendidikan Islam sebagai keseluruhan pengertian yang terkandung

dalam istilah ta’lim, tarbiyah, dan ta’dib. Berdasarkan pemaknaan ini,

Abdurrahman al-Nahlawy menyimpulkan bahwa pendidikan Islam

terdiri dari empat unsur, yaitu: pertama, menjaga dan memelihara

fitrah anak menjelang baligh; kedua, mengembangkan seluruh potensi;

ketiga, mengarahkan seluruh fitrah dan potensi menuju kesempurnaan;

dan keempat, dilaksanakan secara bertahap.83

Dari beberapa definisi Pendidikan Islam yang dikemukakan di

atas, tampak sekali umumnya penekanan utama diberikan kepada

pentingnya pembentukan akhlak, disamping adanya penekanan

persoalan fitrah dan upaya manusia dalam mencapai hidup makmur

dan bahagia sesuai dengan ajaran dan norma Islam.

Dunia pendidikan, termasuk pendidikan Islam akan

dipertanyakan dan menjadi sorotan tajam tatkala anak didiknya

80 Ahmad D. Marimba, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al-Ma’arif, 1989), hlm. 23

81 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), hlm. 4

82 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjaun Teoritis dan Praksis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hlm. 32

83 Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, op. cit. hlm. 31-32

Page 56: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

56

terbawa arus modernitas; menjadi robot-robot yang tidak mempunyai

daya kreativitas kecuali hanya terseret arus. Domain ini yang sejatinya

mampu membawa perubahan tak lebih hanya teranggap sebagai

sesuatu yang konservatif dan sia-sia. Ini tak lebih karena pengajaran

agama selama ini bersifat normatif, dogmatis, dan hanya memikirkan

kebenaran yang masih di angan-angan (akhirat). Sedangkan

pemahaman tentang Tuhan beserta ritual pengabdiannya (baca:

teologi) cenderung eksklusif dan ada klaim-klaim apologis seperti

klaim kebenaran (truth claim) dan klaim keselamatan (salvation

claim). Hal ini menyebabkan fragmentasi dan permusuhan antar agama

hingga menyebabkan konflik berkepanjangan dan berdarah-darah.

Nilai keagamaan menjadi luntur dan hanya memunculkan simbol-

simbol agama saja.

Dalam lingkup yang lebih luas, gerakan ini merupakan bentuk

perlawanan terhadap westernisasi. Walaupun dalam bentuk kaku,

formalistik, dan ritualistik semacam berjenggot, berpakaian putih dan

berjilbab, angkatan muda yang masih tergolong puritan dan steril dari

idiologi sekuler meyakini Islam sebagai satu-satunya juru selamat.

Karenanya identitas Islam harus dikembalikan dari pengaruh luar

(westernisasi). 84

Melihat realitas tersebut, bahkan ditambah dengan adanya

banyak konflik, kekerasan, dan bahkan kekejaman yang dijalankan

atas nama agama, sebagaimana tersebut di atas, seharusnya yang

menjadi tujuan refleksi atas pendidikan Islam adalah mampu

melakukan transformasi kehidupan beragama itu sendiri dengan

melihat sisi Ilahi dan sosial-budayanya. Pendidikan Islam harus

mampu menanamkan cara hidup yang lebih baik dan santun kepada

peserta didik. Sehingga sikap-sikap seperti saling menghormati, tulus,

84 Hassan Hanafi, Agama, Kekerasan dan Islam Kontemporer, (Yogyakarta: Jendela,

2001), hlm. 14 – 15.

Page 57: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

57

dan toleran terhadap keanekaragaman agama dan budaya dapat

tercapai di tengah-tengah masyarakat plural.

Dengan menyadari bahwa masyarakat kita terdiri dari banyak

suku dan beberapa agama, jadi sangat pluralis. Maka, pencarian bentuk

pendidikan alternatif mutlak diperlukan. Yaitu suatu bentuk

pendidikan yang berusaha menjaga kebudayaan suatu masyarakat dan

memindahkannya kepada generasi berikutnya, menumbuhkan akan tata

nilai, memupuk persahabatan antara siswa yang beraneka ragam suku,

ras, dan agama, mengembangkan sikap saling memahami, serta

mengerjakan keterbukaan dan dialog. Bentuk pendidikan seperti inilah

yang banyak ditawarkan oleh “banyak ahli” dalam rangka

mengantisipasi konflik keagamaan dan menuju perdamaian abadi,

yang kemudian terkenal dengan sebutan “Pendidikan Pluralisme”.85

2. Sumber atau Dasar Pendidikan Islam

Sumber Pendidikan Islam yang dimaksudkan di sini adalah semua

acuan atau rujukan yang darinya memancarkan ilmu pengetahuan dan

nilai-nilai yang akan ditransinternalisasikan dalam Pendidikan Islam.

Sumber ini tentunya telah diyakini kebenaran dan kekuatannya dalam

mengantar aktivitas pendidikan, dan telah teruji dari waktu ke waktu.

Sumber Pendidikan Islam terkadang disebut dengan dasar ideal

Pendidikan Islam.86 Dasar Pendidikan Islam harus bersifat mutlak, baku

dan final, karena dari dasar inilah berbagai konsep, rumusan dan produk

pemikiran Pendidikan Islam dihasilkan. Apabila dasar sebagai rujukan

utamanya tidak kuat atau dapat berubah-ubah, bias dipastikan proses

perjalanan pendidikan bukan saja kehilangan arah, namun justru tidak

memiliki arah.87

Sebagai aktifitas yang bergerak dalam proses pembinaan

kepribadian muslim, maka Pendidikan Islam memerlukan asas atau dasar

85MohibAsrori,IslamdanPendidikanPluralisme

http://gurutrenggalek.blogspot.com/2010/05/islam-dan pendidikan-pluralisme.html 86Abdul Mujib, op. cit., hlm. 31

87 Ahmad Syari’, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005), hlm. 22

Page 58: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

58

yang dijadikan landasan kerja. Dengan dasar ini akan memberikan arah

bagi pelaksanaan pendidikan yang telah diprogramkan. Dalam konteks ini,

dasar yang menjadi acuan Pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber

nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat mengantarkan peserta didik ke

arah pencapaian pendidikan. Oleh karena itu dasar yang terpenting dari

Pendidikan Islam adalah al-Qur’an dan Sunnah Rasul SAW.88

Menetapkan al-Qur’an dan Sunnah Rasul SAW. Sebagai dasar

Pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang

didasarkan pada keimanan semata. Namun justru karena kebenaran yang

terdapat dalam keduanya dapat diterima oleh nalar manusia dan dapat

dibuktikan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan.89

Menurut Sa’id Ismail Ali, sebagaimana yang dikutip oleh Hasan

Langgulung, dasar Pendidikan Islam terdiri dari al-Qur’an, al-Sunnah,

Madzhab Shahabi (kata-kata sahabat), Kemaslahatan ummat/sosial, ‘Urf

(tradisi atau adat kebiasaan masyarakat), dan Ijtihad (hasil pemikiran para

ahli dalam Islam). Keenam sumber tersebut didudukkan secara berurutan

diawali dari sumber pertama yaitu al-Qur’an.90

Al-Qur’an sebagai sumber utama pendidikan Islam memiliki

beberapa prinsip dasar yang berkaitan dengan masalah pluralisme dan

toleransi. Paling tidak, dalam dataran konseptual, al-Qur’an telah memberi

resep atau arahan-arahan yang sangat diperlukan bagi manusia muslim

untuk memecahkan masalah kemanusiaan universal, yaitu realitas

pluralitas keberagamaan manusia dan menuntut supaya bersikap toleransi

terhadap kenyataan tersebut demi tercapainya perdamaian di muka bumi.

88 Al-Rasyidin dan Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,

2005), Cet. V, hlm. 34 89 Ibid

90 Abdul Mujib loc. cit. Lain halnya dengan Hasan Langgulung sendiri yang menyatakan

bahwa Dasar Pendidikan Islam merupakan landasan operasional yang dijadikan untuk

merealisasikan dasar ideal sumber Pendidikan Islam. Sehingga dasar operasional Pendidikan Islam

terdapat enam macam, yaitu historis, sosiologis, ekonomi, politik dan administrasi, psikologis dan

filosofis, yang mana keenam dasar tersebut berpusat pada dasar filosofis. keenam dasar tersebut

agaknya sekuler, dan perlu ditambahkan satu dasar lagi yaitu agama, karena dalam Islam dasar

operasional segala sesuatu adalah agama.

Page 59: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

59

Karena Islam menilai bahwa syarat untuk membuat keharmonisan adalah

pengakuan terhadap komponen-komponen yang secara alamiah berbeda.

Kajian yang dilakukan oleh Adnan Aslam menghasilkan beberapa

proposisi yang mendukung konstruksi “Pluralistic Islam”, yaitu:91

a. Universalitas dan keragaman wahyu Tuhan kepada manusia ditegaskan

Islam secara eksplisit untuk mendukung universalitas wahyu Tuhan,

yang memainkan peran penting dalam pemahaman Islam akan agama

lain. Tuhan dalam al-Qur’an bukan hanya Tuhan kaum muslim, tetapi

Tuhan seluruh manusia. QS. al-Baqarah ayat 115 menggambarkan hal

ini dengan mengatakan: “Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat,

Maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah.

Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha

mengetahui.” Tuhan semua manusia tidak akan membiarkan bangsa

manapun dalam kegelapan. Sebaliknya, dia menerangi mereka dengan

mengutus para rasul.

b. Keragaman ras, warna kulit, komunitas, dan agama dipandang sebagai

tanda Rahmat dan Keagungan Tuhan yang ditunjukkan melalui

makhluk-Nya. Pluralis dalam pengertian ini diterima sebagai suatu

fenomena alamiah. Dalam al-Qur’an dinyatakan dalam Surat al-

Hujurat: 13

c. Setiap agama yang diwahyukan dapat disebut Islam jika dipandang

sebagai sikap pasrah kepada Tuhan (makna harfiah Islam). Jadi, Nuh,

Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad, semuanya adalah Muslim. Karena itu,

siapa saja di kalangan orang Yahudi dan Kristen serta semua kaum

agama lain yang tunduk kepada Tuhan yang Esa, tidak menyekutukan

Tuhan, maka mereka adalah Muslim

d. Tidak ada paksaan dalam beragama, ini merupakan salah satu prinsip

unik al-Qur’an yang dimaksudkan untuk mangatur kebebasan

beragama dalam Islam. “Tidak ada paksaan dalam beragama;

91 Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, Pendidikan Multicultural Konsep dan Aplikasi,

(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), cet. II, hlm. 88-93

Page 60: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

60

Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang

sesat.”(QS. al-Baqarah: 256), “Sesungguhnya jika mereka dapat

mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempar kamu dengan

batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika

demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama lamanya “(QS.

al-Kahfi: 20), “dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman

semua orang yang ada di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu

(hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang

beriman semuanya”(QS. Yunus: 99)

e. Agama di hadapan Tuhan adalah Islam. Di samping ayat-ayat yang

menunjukkan bentuk pluralisme Islam, ada juga beberapa ayat yang

menunjukkan eksklusivisme Islam. Dalam konteks ini, al-Qur’an

menyatakan: “Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam”(QS.

Ali Imran: 19), “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam,

Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di

akhirat termasuk orang-orang yang rugi”(QS. Ali Imran: 85),

f. Orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir serta berbuat baik

akan selamat. Gagasan Islam tentang keselamatan tidak bisa

disamakan dengan pembebasan Buddha atau pencerahan Kristen.

3. Tugas dan Fungsi Pendidikan Islam

Pada hakikatnya, Pendidikan Islam adalah suatu proses yang

berlangsung secara kontinyu dan berkesinambungan. Berdasarkan hal ini

maka tugas dan fungsi yang perlu diemban oleh Pendidikan Islam adalah

pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Konsep

ini bermakna bahwa tugas dan fungsi pendidikan memiliki sasaran pada

peserta didik yang senantiasa tumbuh dan berkembang secara dinamis

mulai dari kandungan sampai akhir hayatnya.92

Secara umum, tugas Pendidikan Islam adalah membimbing dan

mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari tahap ke

tahap kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal.

92 Al Rasyidin dan Syamsul Nizar, op. cit. hlm. 32

Page 61: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

61

Sementara fungsinya adalah menyediakan fasilitas yang dapat

memungkinkan tugas pendidikan berjalan dengan lancar.93

Menurut Hujair AH. Sanaky, tugas dan fungsi Pendidikan Islam

adalah mengarahkan dengan sengaja segala potensi yang ada pada manusia

seoptimal mungkin, sehingga dapat berkembang menjadi manusia muslim

yang baik atau insan kamil.94

Fungsi Pendidikan Islam adalah menyediakan segala fasilitas yang

dapat memungkinkan tugas-tugas Pendidikan Islam tersebut tercapai dan

berjalan dengan lancar. Penyediaan fasilitas ini mengandung arti dan

tujuan yang bersifat struktural dan institusional.

Menurut Kursyid Ahmad, yang dikutip Ramayulis dalam bukunya

Metodologi Pengajaran Agama Islam, Fungsi Pendidikan Islam adalah:

a. Alat untuk memelihara, memperluas dan menghubungkan tingkat-

tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial serta ide-ide

masyarakat dan bangsa.

b. Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan yang

secara garis besarnya melalui pengetahuan dan skill yang baru

ditemukan, dan melatih tenaga-tenaga manusia yang produktif untuk

menemukan perimbangan perubahan sosial dan ekonomi.95

Pendidikan Islam sebagai penyedia segala fasilitas yang dapat

memungkinkan tugas-tugasnya tersebut tercapai dan berjalan lancar

dengan melihat realitas keanekaragaman ras dan agama di Indonesia, maka

pendidikan Islam harus memperhatikan beberapa hal berikut:

Pertama, Pendidikan Islam harus mempunyai karakter sebagai

lembaga pendidikan umum yang bercirikan Islam. Artinya, di samping

menonjolkan pendidikannya dengan penguasaan atas ilmu pengetahuan,

namun karakter keagamaan juga menjadi bagian integral dan harus

dikuasai serta menjadi bagian dari kehidupan siswa sehari-hari.

93 Ibid 94 Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam, Membangun Masyarakat Madani

Indonesia, (Yogyakarta: Safiria Insani Press, 2003), hlm. 128 95 Abdul Mujib, op. cit., hlm. 69

Page 62: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

62

Kedua; Pendidikan Islam juga harus mempunyai karakter sebagai

pendidikan yang berbasis pada pluralitas. Artinya, bahwa pendidikan yang

diberikan kepada siswa tidak menciptakan suatu pemahaman yang tunggal,

termasuk di dalamnya juga pemahaman tentang realitas keberagamaan.

Ketiga; Pendidikan Islam harus mempunyai karakter sebagai

lembaga pendidikan yang menghidupkan sistem demokrasi dalam

pendidikan. Sistem pendidikan yang memberikan keleluasaan pada siswa

untuk mengekspresikan pendapatnya secara bertanggung jawab.96

Hal tersebut dengan suatu pertimbangan, bahwa salah satu peran

dan fungsi pendidikan Islam diantaranya adalah untuk meningkatkan

keberagamaan peserta didik dengan keyakinan agama sendiri, dan

memberikan kemungkinan keterbukaan untuk mempelajari dan

mempermasalahkan agama lain sebatas untuk menumbuhkan sikap

toleransi. Ini artinya, pendidikan Islam pada prinsipnya, juga ikut andil

dan memainkan peranan yang sangat besar dalam menumbuh-kembangkan

sikap-sikap pluralisme dalam diri siswa.

4. Tujuan Pendidikan Islam

Dalam buku-buku mengenai Pendidikan Islam, tujuan Pendidikan

Islam selalu dihubungkan dengan konsep mengenai kepribadian muslim

atau insan kamil, atau takwa dan term yang sepadan dengannya.97 Zakiyah

Daradjat menyatakan bahwa Pendidikan Islam ialah perubahan sikap dan

tingkah laku sesuai dengan petunjuk ajaran Islam. Tujuannya adalah

kepribadian yang mengantarkan seseorang yang membuatnya menjadi

insan kamil.98

Pendidikan Islam sebagaimana dilakukan Rasulullah SAW.

dimulai dari mengubah sikap dan pola pikir masyarakat, menjadikan

masyarakat Islam menjadi masyarakat belajar. Berkembang menjadi

96 Syamsul Ma’arif, The Beauty of Islam dalam Cinta dan Pendidikan Pluralisme, op. cit.,

hlm. 120 97Abdul Munir Mulkhan, Nalar Spiritual Pendidikan, Solusi Problem Filosofis

Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002), hlm. 300 98 Ibid hlm. 301

Page 63: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

63

masyarakat ilmu yaitu masyarakat yang mau dan mampu menghargai

nilai-nilai ilmiah, yang dapat bertanggung jawab untuk mengembangkan

ilmu pengetahuan dan teknologi.99

Menurut Prof. Achmadi,100

tujuan tertinggi/terakhir Pendidikan

Islam, yaitu: menjadi hamba Allah yang bertakwa, mengantarkan subjek

didik menjadi khalifatullah fi al-ardl yang mampu memakmurkannya, dan

memperoleh kesejahteraan, kebahagiaan hidup di dunia sampai akhirat.

Apakah sistem Pendidikan Islam itu sukses atau gagal dalam

mewujudkan misinya, Fazlur Rahman menegaskan bahwa yang harus

menciptakan kriteria riil untuk menilai sukses atau tidaknya sistem

Pendidikan Islam adalah tumbuhnya pemikiran Islam yang asli, orisinal

dan mencukupi.101

Sehingga rumusan Tujuan Pendidikan Islam diharapkan lebih

bersifat problematis, strategis, antisipatif, menyentuh aspek aplikasi serta

dapat menyentuh kebutuhan masyarakat. Karena menurut analisa Hujair

AH. Sanaky, tujuan Pendidikan Islam yang ada sekarang ini dirasakan

tidaklah benar-benar diarahkan pada tujuan positif, tetapi hanya

diorientasikan 102

Demi tujuan itu, maka Pendidikan Islam sebenarnya masih

dianggap sebagai instrumen penting. Sebab, pendidikan Islam sampai

sekarang masih diyakini mempunyai peran besar dalam membentuk

karakter individu-individu yang dididiknya. Dalam konteks inilah,

pendidikan Islam sebagai media penyadaran umat perlu membangun

teologi inklusif dan pluralis, demi harmonisasi agama-agama yang telah

menjadi kebutuhan masyarakat agama sekarang.

99 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogya: Pustaka Pelajar, 1996), hlm.

12 100

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Paradigma Humanisme Teosentris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 95

101 Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional hingga Metode Kritik, (Jakarta: Erlangga, 2004), hlm. 229

102 Hujair AH. Sanaky, op. cit.

Page 64: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

64

Dengan demikian, Tujuan Pendidikan Islam seharusnya

diprioritaskan untuk menumbuhkan saling menghormati kepada semua

manusia yang memiliki iman berbeda atau mazhab berbeda dalam

beragama, Untuk merealisasikan tujuan pendidikan Islam tersebut,

lembaga pendidikan Islam perlu menerapkan sistem pengajaran yang

berorientasi pada penanaman kesadaran pluralisme dalam kehidupan.103

Pendidikan Islam, merupakan sarana yang sangat efektif untuk

menginternalisasi nilai-nilai atau aqidah inklusif pada peserta didik.

Perbedaan agama di antara peserta didik bukanlah menjadi penghalang

untuk bisa bergaul dan bersosialisasi diri. Justru pendidikan agama pada

peserta didik yang berbeda agama, dapat dijadikan sarana untuk menggali

dan menemukan nilai-nilai keagamaan pada agamanya masing-masing

sekaligus dapat mengenal tradisi agama orang lain.

Pendidikan Islam harus memandang “iman”, yang dimiliki oleh

setiap pemeluk agama, bersifat dialogis artinya iman itu bisa didialogkan

antara Tuhan dan manusia dan antara sesama manusia. Iman merupakan

pengalaman kemanusiaan ketika berhubungan dengan-Nya (dengan begitu,

bahwa yang menghayati dan menyakini iman itu adalah manusia, dan

bukannya Tuhan), dan pada tingkat tertentu iman itu bisa didialogkan oleh

manusia, antarsesama manusia dan dengan menggunakan bahasa

manusia.104

103 Syamsul Ma’arif, The Beauty of Islam dalam Cinta dan Pendidikan Pluralisme, op.

cit., hlm. 125 104

Ibid.

Page 65: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

65

BAB III

PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID TENTANG KONSEP

PENDIDIKAN PLURALISME

B. Biografi Abdurrahman Wahid

1. Biografi

K.H. Abdurrahman Wahid yang akrab dipanggil Gus Dur, lahir di

Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 dan meninggal di Jakarta, 30

Desember 2009 pada umur 69 tahun adalah tokoh Muslim Indonesia dan

pemimpin politik yang menjadi Presiden Indonesia keempat dari tahun

1999-2001. Ia menggantikan Presiden B.J. Habibie setelah dipilih oleh

MPR hasil Pemilu 1999. Penyelenggaraan pemerintahannya dibantu oleh

Kabinet Persatuan Nasional. Masa kepresidenan Abdurrahman Wahid

dimulai pada 20 Oktober 1999 dan berakhir pada Sidang Istimewa MPR

pada tahun 2001. Tepat 23 Juli 2001, kepemimpinannya digantikan oleh

Megawati Soekarnoputri setelah mandatnya dicabut oleh MPR.

Abdurrahman Wahid adalah mantan Ketua Tanfidziyah (Badan Eksekutif)

Nahdlatul Ulama dan pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).105

a. Kehidupan Awal

Walaupun Gus Dur selalu merayakan hari ulang tahunnya pada

4 Agustus, tampaknya teman-teman dan keluarganya tak sadar bahwa

hari lahir Gus Dur bukanlah tanggal itu.106

Gus Dur lahir pada tanggal

7 September 1940 (4 Sya’ban 1940) di desa Denanyar, Jombang, Jawa

Timur107

. Ia putra pertama dari enam bersaudara. Wahid lahir dalam

keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas Muslim Jawa Timur.

105

BiografiAbdurrahmanWahid,http://kumpulanmakalahdanartikelpendidikan.blogspot.co

m/2011/02/abdurrahman-wahid.html Abdurrahman Wahid 106 Di beberapa buku banyak tertulis bahwa tanggal lahir Gus Dur adalah 4 Agustus 1940.

akan tetapi menurut Greg Barton ketika wawancara dengan Gus Dur, sebenarnya Gus Dur

memang dilahirkan pada hari ke empat, bulan ke delapan. Padahal tanggal itu adalah menurut

kalender Islam, yakni bulan Sya’ban. Tetapi pejabat catatan sipil setempat mencatat tanggal 4

Agustus sebagai tanggal lahir Gus Dur. Lihat Greg Barton, Biografi Gus Dur, terj. (Yogyakarta: LKiS, 2008), cet. VIII, hlm. 25

107 ibid

Page 66: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

66

Secara geneologi, Abdurrahman Wahid memiliki keturunan ”darah

biru” dan, menurut Clifford Geertz108

, Ia termasuk golongan santri dan

priyayi sekaligus. Baik dari garis keturunan ayah maupun ibunya,

Abdurrahman Wahid adalah sosok yang menempati strata sosial

tertinggi dalam masyarakat Indonesia.109

Kakek dari ayahnya adalah

K.H. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek

dari pihak ibu, K.H. Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama

yang mengajarkan kelas pada perempuan. Ayah Gus Dur, K.H. Wahid

Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri

Agama tahun 1949. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah, adalah puteri pendiri

Pondok Pesantren Denanyar Jombang. Saudaranya adalah Shalahuddin

Wahid dan Lili Wahid. Ia menikah dengan Sinta Nuriyah dan

dikaruniai empat putri: Alisa, Yenny, Anita, dan Inayah.

Gus Dur, Tokoh fenomenal yang dikenal sebagai pemikir

brilian, rasional, kiprah dan sepak terjangnya telah banyak mewarnai

pelbagai bidang: politik, sosial, budaya, ekonomi, seni, dan lainnya,

lahir dengan nama Abdurrahman ad Dakhil.110

"Ad Dakhil" berarti

"Sang Penakluk". Lalu ditambahkan nama "Wahid" (nama ayahnya),

dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. "Gus" adalah

panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak Kiai yang

berati "abang" atau "mas".

Sejak masa kanak-kanak, Gus Dur mempunyai kegemaran

membaca dan rajin memanfaatkan perpustakaan pribadi ayahnya.

Selain itu, Ia juga aktif berkunjung ke perpustakaan umum di Jakarta.

Pada usia belasan tahun, Gus Dur telah akrab dengan berbagai

majalah, surat kabar, dan novel. di samping membaca, Ia juga hobi

bermain bola, catur, dan musik. Sehingga kesenangan Gus Dur

108

Seorang ahli ilmu Antropologi asal Amerika Serikat, yang telah meneliti kebudayaan

Indonesia dan menulis buku yang berjudul The Religion of Java. 109

Abudin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 33

110 Badiatul Roziqin, dkk., 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia, (Yogyakarta: e-Nusantara,

2009), hlm. 35.

Page 67: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

67

terhadap sepak bola menjadikannya pernah diminta menjadi

komentator sepak bola di televisi. Kegemaran lainnya adalah

menonton bioskop. Kesukaaannya ini menimbulkan apresiasi yang

mendalam dalam dunia film. Inilah sebabanya Gus Dur pada tahun

1986-1987 diangkat menjadi Ketua Juri Festival Film Indonesia

(FFI).111

b. Riwayat Pendidikan

Pertama kali belajar, Gus Dur kecil belajar pada sang kakek,

K.H. Hasyim Asy’ari. Saat serumah dengan kakeknya, Ia diajari

mengaji dan membaca al-Qur’an di Ponpes. Tebu Ireng, Jombang.

Dalam usia lima tahun Ia telah lancar membaca al-Qur’an. Selanjutnya

pada usia 13 tahun, Abdurrahman Wahid harus sudah kehilangan

ayahnya, yang meninggal pada usia 38 tahun karena kecelakaan mobil.

Dahulu, pada saat sang ayah pindah ke Jakarta112

, di samping

belajar formal di sekolah, Gus Dur juga mengikuti les privat Bahasa

Belanda. Guru lesnya bernama Willem Buhl, seorang Jerman yang

telah masuk Islam, yang mengganti namanya dengan Iskandar. Untuk

menambah pelajaran Bahasa Belanda tersebut, Buhl selalu menyajikan

musik klasik yang biasa dinikmati oleh orang dewasa. Inilah pertama

kali persentuhan Gus Dur dengan dunia Barat dan dari sini pula Gus

Dur mulai tertarik dan mencintai musik klasik.113

Namun dalam waktu yang pendek, Gus Dur tidak terlihat

sebagai siswa yang cemerlang. Pada tahun 1954, setahun setelah Ia

menamatkan sekolah dasar dan memulai Sekolah Menengah Ekonomi

Pertama (SMEP), Ia terpaksa mengulang kelas satu karena gagal dalam

111

Ibid, hlm. 36. 112

Pada tahun 1949, ketika clash dengan pemerintahan Belanda telah berakhir, ayahnya

diangkat sebagai Menteri Agama pertama, sehingga keluarga Wahid Hasyim pindah ke Jakarta.

Dengan demikian suasana baru telah dimasukinya. Tamu-tamu yang terdiri dari para tokoh-dengan

berbagai bidang profesi yang sebelumnya telah dijumpai di rumah kakeknya, terus berlanjut ketika

ayahnya menjadi Menteri Agama. Hal ini memberikan pengalaman tersendiri bagi seorang anak

bernama Abdurrahman Wahid. Secara tidak langsung, Gus Dur juga mulai berkenalan dengan

dunia politik yang didengar dari kolega ayahnya yang sering ke rumahnya. 113

WiwitFathurrohman,BiografiGusDur, http://wiwitfatur.wordpress.com/2009/04/21/ biografi-abdurrahman-wahid/

Page 68: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

68

ujian. Kegagalan tersebut disebabkan oleh karena seringnya Ia

menonton pertandingan sepak bola sehingga Ia tak mempunyai cukup

waktu untuk menegerjakan pekerjaan rumah (PR). Lalu pada tahun

1954 tersebut, ketika sang ibu berjuang sendirian untuk membesarkan

anaknya (karena telah ditinggalkan suaminya dalam kecelakaan maut)

sementara Gus Dur sendiri kurang berhasil dalam pelajaran

sekolahnya, ia dikirim ke Yogyakarta untuk melanjutkan sekolah di

SMP. Di kota ini Ia berdiam di rumah seorang teman ayahnya Kiai

Junaidi, seorang anggota Majlis Tarjih Muhammadiyah. Dan untuk

melengkapi pendidikannya, Ia juga pergi ke pesantren al Munawwir di

Krapyak yang terletak di luar kota Yogyakarta tiga kali seminggu.114

Ketika menjadi siswa SMP tersebut, hobi membacanya

semakin mendapatkan tempat. Gus Dur, misalnya, didorong oleh

gurunya untuk menguasai Bahasa Inggris, sehingga dalam waktu satu-

dua tahun Gus Dur menghabiskan beberapa buku dalam bahasa

Inggris. serta untuk meningkatan kemampuan bahasa Inggrisnya

sekaligus untuk menggali informasi, Gus Dur aktif mendengarkan

siaran lewat radio Voice of America dan BBC London.

Di toko-toko buku di Yogyakarta yang menyediakan buku-

buku untuk mahasiswa-mahasiswa UGM, Gus Dur dapat menemukan

judul-judul buku menarik. Sebagai seorang remaja, ia mulai mencoba

memahami tulisan-tulisan Plato dan Aristoteles, dua orang pemikir

penting bagi sarjana-sarjana mengenai Islam zaman pertengahan. Pada

saat yang sama ia bergulat memahami Das Kapital karya Marx dan

What is To be Done karya Lenin, kedua buku yang mudah diperoleh di

negeri ini ketika Partai Komunis Indonesia membuat kemajuan besar.

Ia juga banyak tertarik pada ide Lenin tentang keterlibatan sosial

secara radikal, seperti dalam Infantile Communism dan dalam Little

Red Book-Mao.115

114

Greg Barton, op. cit., hlm. 50-51. 115

Ibid, hlm. 56.

Page 69: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

69

Setamat dari SMP, dari tahun 1957-1959 Gus Dur melanjutkan

belajarnya di Pesantren Tegalrejo Magelang Jawa Tengah. Pesantren

ini diasuh oleh K.H. Chudhari, sosok Kyai yang humanis, shaleh dan

guru yang dicintai. Kyai Chudhari inilah yang memperkenalkan Gus

Dur dengan ritus-ritus sufi dan menanamkan praktek-praktek ritual

mistik. Di bawah bimbingan Kyai ini pula, Gus Dur mulai

mengadakan ziarah ke kuburan-kuburan keramat para wali di Jawa.

Setelah menghabiskan dua tahun di pesantren Tegalrejo, Gus

Dur pindah kembali ke Jombang, di Pesantren Tambak Beras di bawah

bimbingan KH. Wahab Chasbullah. Ia belajar di sini hingga tahun

1963 dan selama kurun waktu itu ia selalu berhubungan dengan Kiai

Bisri Syansuri. Selama tahun pertamanya di Tambak Beras, Gus Dur

mendapat dorongan untuk mulai mengajar. Dan kemudian ia mengajar

di madrasah modern yang didirikan di kompleks pesantren dan juga

menjadi Kepala sekolahnya. Selama masa ini pula ia tetap berkunjung

ke Krapyak secara teratur. Di kota ini ia tinggal di rumah Kiai Ali

Ma’shum. Pada masa inilah Gus Dur mengalami konsolidasi dalam

studi formalnya tentang Islam dan sastra arab klasik. Di kalangan

pesantren ia dianggap sebagai siswa yang cemerlang. Studinya ini

banyak bergantung pada kekuatan ingatan, hampir-hampir tidak

memberikan tantangan kepada Gus Dur yang mempunyai ingatan yang

amat kuat walaupun ia dikenal sebagai siswa yang malas dan kurang

disiplin dalam studi formalnya. Pada bulan November 1963, Gus Dur

mendapat beasiswa dari Menteri Agama berangkat ke Kairo-Mesir

untuk melanjutkan studi di Universitas al-Azhar.116

Pada saat ia tiba di Universitas al-Azhar, ia diberitahu oleh

pejabat Universitas itu bahwa dirinya harus mengikuti kelas khusus

untuk memperbaiki pengetahuan bahasa arabnya karena tidak memiliki

ijazah dari pesantren, meskipun ia telah lulus berbagai studi di pondok

pesantren. Di sekolah Ia merasa bosan, karena harus mengulang mata

116

Ibid, hlm. 53

Page 70: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

70

pelajaran yang telah ditempuhnya di Indonesia. Untuk menghilangkan

kebosanan, Gus Dur sering mengunjungi perpustakaan dan pusat

layanan informasi Amerika (USIS) dan toko-toko buku di mana Ia

dapat memperoleh buku-buku yang dikehendaki.117

Terdapat kondisi yang menguntungkan saat Gus Dur berada di

Mesir, di bawah pemerintahan Presiden Gamal Abdul Nasser, seorang

nasionalis yang dinamis, Kairo menjadi era keemasan kaum

intelektual. Kebebasan untuk mengeluarkan pendapat mendapat

perlindungan yang cukup. Pada tahun 1966 Gus Dur pindah ke Irak,

sebuah negara modern yang memiliki peradaban Islam yang cukup

maju. Di Irak Ia masuk dalam Departement of Religion di Universitas

Baghdad sampai tahun 1970. Selama di Baghdad, Gus Dur mempunyai

pengalaman hidup yang berbeda dengan di Mesir. Di kota seribu satu

malam ini Gus Dur mendapatkan rangsangan intelektual yang tidak

didapatkan di Mesir.118

Di kota ini Ia merasa cocok karena tidak hanya mempelajari

sastra arab, filsafat, dan teori-teori sosial barat, tetapi ia bisa memenuhi

hobinya untuk menonton film-film klasik. Bahkan, Gus Dur merasa

lebih senang dengan sistem yang diterapkan Universitas Baghdad yang

dalam beberapa segi dapat dikatakan lebih berorientasi barat dari pada

sistem yang diterapkan al-Azhar. Selama belajar di Timur Tengah

inilah Gus Dur menjadi Ketua Persatuan Mahasiswa Indonesia untuk

Timur Tengah (1964-1970).

Di luar dunia kampus, Gus Dur rajin mengunjungi makam-

makam keramat para wali, termasuk makam Syekh Abdul Qadir al-

Jailani, pendiri jamaah tarekat Qadiriyah. Ia juga menggeluti ajaran

Imam Junaid al-Baghdadi, seorang pendiri aliran tasawuf yang diikuti

oleh jamaah NU. Di sinilah Gus Dur menemukan sumber

spiritualitasnya.

117

http://gudang-biografi.blogspot.com/2010/01/biografi-abdurrahmanwahidbiografi.html 118

Badiatul Roziqin, dkk., op. cit., hlm. 37

Page 71: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

71

Selepas belajar di Baghdad Gus Dur bermaksud melanjutkan

studinya ke Eropa. Akan tetapi persyaratan yang ketat tidak dapat

dipenuhinya, akhirnya yang dilakukan adalah melakukan kunjungan

dan menjadi pelajar keliling, dari satu Universitas ke Universitas

lainnya. Pada akhirnya Ia menetap di Belanda selama enam bulan dan

mendirikan Perkumpulan Pelajar Muslim Indonesia dan Malaysia yang

tinggal di Eropa. Untuk biaya hidup, dua kali sebulan Ia pergi ke

pelabuhan untuk bekerja sebagai pembersih kapal tanker. Gus Dur juga

sempat pergi ke Mc Gill University di Kanada untuk mempelajari

kajian-kajian keislaman secara mendalam. Namun, akhirnya Ia

kembali ke Indonesia setelah terilhami berita-berita yang menarik

sekitar perkembangan dunia pesantren.119

Pada tahun 1971, Sepulang dari Timur Tengah, Gus Dur

kembali ke Jombang, menjadi guru. Ia mengajar di Fakultas

Ushuluddin Universitas Tebu Ireng Jombang. Tiga tahun kemudian Ia

menjadi Sekretaris Pesantren Tebu Ireng dan pada tahun yang sama,

Gus Dur mulai aktif menulis. Lewat tulisan-tulisannya, gagasan dan

pemikirannya, Ia mulai mendapat perhatian dari khalayak.

Pada pertengahan 1970-an, secara beraturan Ia telah menjalin

hubungan dengan Cak Nur dan Djohan Efendi. Karena itu, ketika

pindah ke Jakarta Ia semakin intens bergabung dalam rangkaian forum

akademik dan kelompok-kelompok kajian. Dari sini Gus Dur mulai

sering mendapat undangan menjadi nara sumber di sejumlah forum

diskusi keagamaan dan dunia pesantren, baik dalam maupun luar

negeri.

Semangat belajar Gus Dur memang belumlah surut. Pada tahun

1979 Gus Dur ditawari untuk belajar ke sebuah Universitas di

Australia guna mendapatkkan gelar Doktor. Akan tetapi maksud yang

baik itu tidak dapat dipenuhi, sebab semua promotor tidak sanggup,

dan menggangap bahwa Gus Dur tidak membutuhkan gelar tersebut.

119

Greg Barton, op. cit., hlm. 104-105

Page 72: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

72

Memang dalam kenyataannya beberapa disertasi calon doktor dari

Australia justru dikirimkan kepada Gus Dur untuk dikoreksi,

dibimbing yang kemudian dipertahankan di hadapan sidang akademik.

Setelah pindah ke Jakarta, mula-mula Gus Dur merintis

Pesantren Ciganjur. Pada awal tahun 1980, Gus Dur dipercaya sebagai

Wakil Katib Syuriah PBNU. Gus Dur pun menjadi ketua Dewan

Kesenian Jakarta (DKJ) pada tahun 1983. pada 1984 Gus Dur dipilih

secara aklamasi oleh tim ahl halli wa al-’aqdi yang diketuai KH.

As’ad Syamsul Arifin untuk menjabat ketua umum PBNU pada

Muktamar ke-27 di Situbondo. jabatan tersebut kembali dikukuhkan

pada Muktamar ke-28 di Pesantren Krapyak Yogyakarta (1989) dan

Muktamar di Cipasung Jawa Barat (1994). Jabatan Ketua Umum

PBNU kemudian dilepas ketika Gus Dur terpilih menjadi Presiden RI

ke-4. selama menjadi Presiden, pemikiran beliau masih mengundang

kontroversi. Sering kali pendapatnya berbeda dari pendapat banyak

orang.120

Catatan perjalanan karier Gus Dur yang patut dituangkan dalam

pembahasan ini adalah Ia menjadi ketua Forum Demokrasi untuk masa

bakti 1991-1999, dengan sejumlah anggota yang terdiri dari berbagai

kalangan, khususnya kalangan nasionalis dan non muslim. Anehnya

lagi, Gus Dur menolak masuk dalam organisasi ICMI (Ikatan

Cendekiawan Muslim Indonesia). Tidak hanya menolak bahkan

menuduh organisasi kaum ‘elit Islam’ sebagai dengan organisasi

sektarian.

Gus Dur juga pernah mengumumkan Tahun Bam Cina (Imlek)

menjadi hari libur nasional dan mencabut larangan penggunaan huruf

Tionghoa, berusaha membuka hubungan dengan Israel, sempat tercatat

dalam keanggotaan Yayasan Shimon Peres, memisahkan Polri dari

TNI, mengembalikan nama Papua, merintis perdamaian dengan GAM

120

Badiatul Roziqin, dkk., loc. cit

Page 73: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

73

di Aceh, dan banyak "pluralisme" lain. Demokrasi juga tentu saja

adalah bagian vital perjuangan seorang Gus Dur.

Dari paparan tersebut di atas memberikan gambaran betapa

kompleks dan rumitnya perjalanan Gus Dur dalam meniti

kehidupannya, bertemu dengan berbagai macam orang yang hidup

dengan latar belakang ideologi, budaya, kepentingan, strata sosial dan

pemikiran yang berbeda. Dari segi pemahaman keagamaan dan

ideologi, Gus Dur melintasi jalan hidup yang lebih kompleks, mulai

dari yang tradisional, ideologis, fundamentalis, sampai modernis dan

sekuler. Dari segi kultural, Gus Dur mengalami hidup di tengah

budaya Timur yang santun, tertutup, penuh basa-basi, sampai dengan

budaya Barat yang terbuka, modern dan liberal. Demikian juga

persentuhannya dengan para pemikir, mulai dari yang konservatif,

ortodoks sampai yang liberal dan radikal semua dialami.121

Inilah sebabnya mengapa Gus Dur selalu kelihatan dinamis dan

sulit dipahami. Kebebasannya dalam berpikir dan luasnya cakrawala

pemikiran yang dimilikinya melampaui batas-batas tradisionalisme

yang dipegangi komunitasnya sendiri. Gus Dur wafat, hari Rabu, 30

Desember 2009, di Rumah Sakit Cipto Mangunkosumo (RSCM),

Jakarta, pukul 18.45 WIB. akibat berbagai komplikasi penyakit,

diantaranya jantung dan gangguan ginjal yang dideritanya sejak lama.

2. Karya-Karya Abdurrahman Wahid

Sejak 1971 tulisan-tulisan Gus Dur telah dikenal luas sebagai

representasi kaum sarungan (Pesantren), padahal jika dicermati isi

tulisannya, banyak yang mengedepankan analisis progresif. Gus Dur

menawarkan pandangan baru untuk menjawab persoalan-persoalan yang

sedang tren saat itu. Dunia tulis-menulis Gus Dur dimulai sejak Beliau

menjadi pengurus Sekolah Mu’allimat pondok pesantren Tambak Beras,

Jombang. Mulai 1961, aktif mengirimkan artikelnya untuk majalah

Horison dan Budaya Jawa. Tulisan-tulisannya semakin meningkat ketika

121

Wiwit Fathurrohman, op. cit.

Page 74: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

74

Ia berada di Kairo. Pada 1964, bersama Musthofa Bishri (Gus Mus,

Rembang), Gus Dur menerbitkan majalah Perhimpunan Pelajar Indonesia

Kairo (PPI-Kairo).

Pada 1972, Gus Dur mulai memberikan ceramah dan seminar

secara berkala di sela-sela aktivitasnya menulis untuk majalah Tempo dan

Kompas. Kolom-kolomnya mendapat sambutan sangat baik. Intensitas

menulisnya semakin tinggi setelah LP3ES menerbitkan Jurnal Prisma

yang mengedepankan pemikiran sosial yang kritis.

Bagi Gus Dur, menulis atau berceramah bukan sekedar

menebarkan ide-ide segar kepada masyarakat, melainkan juga berfungsi

sebagai perlawanan kultural terhadap rezim yang berkuasa. Hingga tahun

2000, Incres mengumpulkan 493 tulisan Gus Dur yang terbagi dalam

berbagai bentuk, yakni:122

Tabel Bentuk-Bentuk Tulisan Gus Dur

No. Bentuk Tulisan Jumlah Keterangan

1 Buku 12 buku Terdapat pengulangan

2 Terjemahan 1 Bersama Wahid Hasyim

3 Kata pengantar buku 20

4 Epilog buku 1

5 Antologi 41

6 Artikel 263 Tersebar di beberapa

majalah dan koran

7 Kolom 105 Tersebar di berbagai

majalah

8 Makalah 50 Sebagian besar

tidak dipublikasikan

Jumlah 493

Setelah tahun 2000, terbit 3 buku kumpulan tulisan Gus Dur

lainnya, yaitu Kumpulan Kolom dan artikel Abdurrahman Wahid Selama

Era Lengser (60 artikel), Gus Dur Bertutur (2 artikel), dan Universalisme

dan Kosmopolitanisme Peradaban Islam (20 artikel yang dimuat di

122

Munawar Ahmad, Ijtihad Politik Gus Dur Analisis Wacana Kritis, (Yogyakarta: LKiS, 2010), hlm.126-127

Page 75: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

75

Kompas). Selain itu, publisitas tulisan Gus Dur dilakukan melalui situs

internet www.gusdur.net.

Spektrum intelektualitas Gus Dur mengalami perluasan dari waktu

ke waktu, terutama wacana yang dikembangkannya. Temuan Incress

(2000) mengidentifikasi perkembangan tersebut sesuai dengan periodesasi

per sepuluh tahun, mulai 1970-2000;123

Tabel Tema-Tema Tulisan Gus Dur

No. Periode Jumlah Keterangan

1 1970-an 37

Tradisi pesantren, modernisasi

pesantren, NU, HAM, reinterpretasi

ajaran, pembangunan, demokrasi

2 1980-an 189

Dunia pesantren, NU, ideologi

negara (Pancasila), pembangunan,

militerisme, pengembangan

masyarakat, pribumisasi Islam,

HAM, modernisme, kontekstualisasi

ajaran, Parpol.

3 1990-an 253

Pembaruan ajaran Islam, demokrasi,

kepemimpinan umat, pembangunan,

HAM, kebangsaan, Parpol, Gender,

toleransi agama, Universalisme

Islam, NU, Globalisasi.

4 2000-an 122

Budaya, NU dan Parpol, PKB,

demokratisasi dan HAM, ekonomi

dan keadilan sosial, ideologi dan

negara, tragedi kemanusiaan, Islam

dan fundamentalisme.

Sedangkan buku-buku kumpulan tulisan Gus Dur yang telah

dipublikasikan adalah:124

a. Bunga Rampai Pesantren (Dharma Bakti, 1979)

b. Muslim di Tengah Pergumulan (Lappenas, 1981)

c. Kiai Menggugat Gus Dur Menjawab, Suatu Pergumulan Wacana dan

Transformasi (Fatma Press, 1989)

d. Universalisme dan Kosmopolitanisme Peradaban Islam (Kompas,

1991)

123

Ibid, hlm. 128-129 124

Ibid, 146

Page 76: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

76

e. Kiai Nyentrik Membela Pemerintah (LKiS, 1997)

f. Tabayun Gus Dur (LKiS, 1998)

g. Islam, Negara, dan Demokrasi: Himpunan Percikan Perenungan Gus

Dur (Erlangga, 1999)

h. Gus Dur Menjawab Perubahan Zaman (Kompas, 1999)

i. Tuhan Tidak Perlu Dibela (LKiS, 1999)

j. Prisma Pemikiran Gus Dur (LKiS, 1999)

k. Membangun Demokrasi (Rosda Karya, 1999)

l. Mengurai Hubungan Agama dan Negara (Grasindo, 1999)

m. Melawan Melalui Lelucon (Tempo, 2000)

n. Pergulatan Negara, Agama, dan Kebudayaan (Desantara, 2001)

o. Menggerakkan Tradisi (LKiS, 2001)

p. Kumpulan Kolom dan Artikel Abdurrahman Wahid Selama Era

Lengser (LKiS, 2002)

q. Gus Dur Bertutur (Proaksi, 2005)

r. Islamku, Islam Anda, Islam Kita (The Wahid Institute, 2006)

s. Membangun Demokrasi (Rosdakarya, 1999)

t. Gus Dur Menjawab Perubahan Zaman (Kompas, 1999)

3. Penghargaan Yang Diperoleh Abdurrahman Wahid

a. Pada 1993, Gus Dur menerima penghargaan Ramon Magsaysay

Award, sebuah “Nobel Asia” dari pemerintah Filipina. Penghargaan ini

diberikan karena Gus Dur dinilai berhasil membangun landasan yang

kokoh bagi toleransi umat beragama, pembangunan ekonomi yang

adil, dan tegaknya demokrasi di Indonesia

b. Pada akhir 1994, Gus Dur juga terpilih sebagai salah seorang Presiden

WCRP (World Council for Religion and Peace-atau Dewan Dunia

untuk Agama dan Perdamaian).

c. Pada tahun 1996 dan 1997, majalah Asiaweek memasukkan Gus Dur

dalam daftar orang terkuat di Asia. Gus Dur menjadi pemimpin besar

dan diakui dunia karena pemikirannya dan gerakan sosial yang

Page 77: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

77

dibangunnya mempunyai dampak yang luas terhadap demokrasi,

keadilan dan toleransi keagamaan di Indonesia.

d. Dia ditahbiskan sebagai "Bapak Tionghoa" oleh beberapa tokoh

Tionghoa Semarang di Kelenteng Tay Kak Sie, Gang Lombok, pada

10 Maret 2004.

e. Pada 11 Agustus 2006, Gadis Arivia dan Gus Dur mendapatkan Tasrif

Award-AJI sebagai Pejuang Kebebasan Pers 2006. Gus Dur dan Gadis

dinilai memiliki semangat, visi, dan komitmen dalam memperjuangkan

kebebasan berekspresi, persamaan hak, semangat keberagaman, dan

demokrasi di Indonesia.

f. Ia mendapat penghargaan dari Simon Wiethemthal Center, sebuah

yayasan yang bergerak di bidang penegakan HAM di Israel, karena

dianggap sebagai salah satu tokoh yang peduli dalam persoalan HAM.

g. Gus Dur memperoleh penghargaan dari Mebal Valor yang berkantor di

Los Angeles karena Wahid dinilai memiliki keberanian membela kaum

minoritas.

h. Dia juga memperoleh penghargaan dari Universitas Temple dan

namanya diabadikan sebagai nama kelompok studi Abdurrahman

Wahid Chair of Islamic Studies125

Selain itu, Gus Dur juga memperoleh banyak gelar Doktor

Kehormatan (Doktor Honoris Causa) dari berbagai Perguruan Tinggi

ternama di berbagai negara, antara lain:126

a. Doktor Kehormatan bidang Kemanusiaan dari Netanya University,

Israel (2003)

b. Doktor Kehormatan bidang Hukum dari Konkuk University, Seoul,

Korea Selatan (2003)

c. Doktor Kehormatan dari Sun Moon University, Seoul, Korea Selatan

(2003)

125 M. Hanif Dhakiri, 41 Warisan Kebesaran Gus Dur, (Yogyakarta: LKiS, 2010), hlm.

43-44 126

http://gudang-biografi.blogspot.com/2010/01/biografi-abdurrahmanwahidbiografi.html

Page 78: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

78

d. Doktor Kehormatan dari Soka Gakkai University, Tokyo, Jepang

(2002)

e. Doktor Kehormatan bidang Filsafat Hukum dari Thammasat

University, Bangkok, Thailand (2000)

f. Doktor Kehormatan dari Asian Institute of Technology, Bangkok,

Thailand (2000)

g. Doktor Kehormatan bidang Ilmu Hukum dan Politik, Ilmu Ekonomi

dan Manajemen, dan Ilmu Humaniora dari Pantheon Sorborne

University, Paris, Perancis (2000)

h. Doktor Kehormatan dari Chulalongkorn University, Bangkok,

Thailand (2000)

i. Doktor Kehormatan dari Twente University, Belanda (2000)

j. Doktor Kehormatan dari Jawaharlal Nehru University, India (2000)127

C. Pemikiran Abdurrahman Wahid Mengenai Konsep Pendidikan

Pluralisme

Mengamati pemikiran Gus Dur memang menarik sekaligus

menyulitkan. Menarik karena ide-idenya sangat sederhana, tetapi mampu

memberikan wawasan tersendiri dalam menganalisis persoalan, baik di

Indonesia maupun di dunia. Menyulitkan karena pemikirannya terkadang

keluar dari kultur yang membesarkannya (NU dan Pesantren).128

1. Dasar Pemikiran Pluralisme Abdurrahman Wahid

Tulisan Gus Dur berjudul ’Pengembangan Fiqih Secara

Kontekstual’, dipaparkan bahwa Ideologi pluralisme yang dibawa Beliau

dan penghormatannya terhadap pluralitas sepenuhnya berdasarkan

pemahaman yang mendalam terhadap ajaran Islam dan juga tradisi

keilmuan NU sendiri. Pertama, prinsip pluralisme secara tegas diakui di

dalam kitab suci. Al-Qur’an secara tegas mendeklarasikan bahwa

pluralitas masyarakat dari segi agama, etnis, warna kulit, bangsa, dan

127

Ibid, hlm. 45-46 128

Munawar Ahmad, op. cit. hlm. 55

Page 79: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

79

sebagainya, merupakan keharusan sejarah yang menjadi kehendak Allah

(sunnatullah). Karena itu, upaya penyeragaman dan berbagai bentuk

hegemonisasi yang lain, termasuk dalam hal pemahaman dan

implementasi ajaran agama, merupakan sesuatu yang bertentangan dengan

semangat dasar al-Qur’an.

Pluralitas agama dan masyarakat menjadi alat uji parameter

kualitas keberagamaan umat, apakah dengan pluralitas itu setiap kelompok

atau umat beragama bisa hidup berdampingan secara damai dengan

pemeluk agama lain dengan semangat saling belajar dan saling

menghormati. Atau sebaliknya, pluralitas itu justeru menjadi alasan untuk

membangun klaim-klaim kebenaran yang bersifat sektarian129

Kedua, nalar keragaman NU sepenuhnya dibangun di atas spirit

pluralisme. NU mengikuti tradisi pemikiran madzhab yang menjadi pilar

tegaknya peradaban fiqih. Ajaran Islam digali secara langsung dari

sumbernya, tetapi melalui pemikiran, NU terhindar dari pendekatan

tekstual dan interpretasi tunggal terhadap al-Qur’an dan al-Hadis. Fiqih

dirumuskan sebagai hukum atau kumpulan hukum yang ditarik dari dalil-

dalil syar’i, yaitu al-Qur’an dan al-Hadis (al-ahkam al-mustanbathah min

adillatiha al-syar’iyyah). Definisi ini menurut Gus Dur, secara jelas

menampakkan adanya proses untuk memahami situasi yang di situ ayat al-

Qur’an dan al-Hadis memperoleh pengolahan untuk disimpulkan

berdasarkan kebutuhan manusia.130

Di sini nyata terlihat bahwa pluralisme

yang dikembangkan Gus Dur adalah revitalisasi dari ajaran Islam dan

tradisi berpikir pesantren yang telah berkembang selama-berabad-abad.

Toleransi yang diajarkan dan dipraktekkan Gus Dur tidak sekedar

menghormati dan menghargai keyakinan atau pendirian orang lain dari

agama yang berbeda, tetapi juga disertai kesediaan untuk menerima

ajaran-ajaran yang baik dari agama lain, dalam sebuah tulisannya yang

129

M. Hanif Dhakiri, op. cit. hlm. 63-64 130

Ibid, hlm. 67

Page 80: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

80

berjudul Intelektual di Tengah Eksklusivisme, Gus Dur pernah

mengatakan:

Saya membaca, menguasai, menerapkan al-Qur’an, al-Hadis, dan

kitab-kitab Kuning tidak dikhususkan bagi orang Islam. Saya

bersedia memakai yang mana pun asal benar dan cocok dan sesuai

hati nurani. Saya tidak mempedulikan apakah kutipan dari Injil,

Bhagawad Gita, kalau bernas kita terima. Dalam masalah bangsa,

ayat al-Qur’an kita pakai secara fungsional, bukannya untuk

diyakini secara teologis. Keyakinan teologis dipakai dalam

persoalan mendasar. Tetapi aplikasi adalah soal penafsiran.

Berbicara masalah penafsiran berarti bukan lagi masalah teologis,

melainkan sudah menjadi masalah pemikiran.131

2. Pandangan Pluralisme Abdurrahman Wahid

Dalam QS. Ali Imran: 85 yang artinya: ”Barang siapa mengambil

selain Islam sebagai agama, maka amal kebajikannya tidak akan diterima

oleh Allah, dan dia di akhirat kelak akan menjadi orang yang merugi”,

Gus Dur memberikan penjelasan bahwa ayat tersebut jelas menunjuk

kepada masalah keyakinan Islam yang berbeda dengan keyakinan lainnya,

dengan tidak menolak kerjasama antara Islam dengan berbagai agama

lainnya.132

Dalam pidato perayaan Natal pada tanggal 27 Desember 1999 di

Balai Sidang Senayan Jakarta, misalnya, Abdurrahman Wahid

menyampaikan :

Saya adalah seorang yang menyakini kebenaran agama saya, tapi

ini tidak menghalangi saya untuk merasa bersaudara dengan orang

yang beragama lain di negeri ini, bahkan dengan sesama umat

beragama. Sejak kecil itu saya rasakan. Walaupun saya tinggal di

lingkungan pasantren, hidup dikalangan keluarga kiai, tak pernah

sedikitpun saya merasa berbeda dengan yang lain.133

131

Abdurrahman Wahid, Prisma Pemikiran Gus Dur, (Yogyakarta: LKiS, 2010), cet. II, hlm. 204

132 Menurut Gus Dur, Hal inilah yang membedakan amal sholeh yang merujuk pada amal

baik seorang Muslim dengan amal khoir atau amal baik non muslim. Kalau amal saleh itu akan

sampai kepada Allah dan akan diterima oleh Nya, sedangkan amal khair tidak demikian, dan

hanya akan menjadi fatamorgana. 133

Rumadi, “Dinamika Agama dalam Pemerintahan Gus Dur”, dalam Khamami Zada

(ed) Neraca Gus Dur di Panggung Kekuasaan (Jakarta: LAKPESDAM), hlm. 144

Page 81: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

81

Perbedaan keyakinan tidak membatasi atau melarang kerjasama

antara Islam dan agama-agama lain, terutama dalam hal-hal yang

menyangkut kepentingan umat manusia. Penerimaan Islam akan kerjasama

itu tentunya akan dapat diwujudkan dalam praktek kehidupan, apabila ada

dialog antaragama. Dengan kata lain prinsip pemenuhan kebutuhan

berlaku dalam hal ini, seperti adagium ushul fiqh/teori legal hukum Islam:

”sesuatu yang membuat sebuah kewajiban agama tidak terwujud tanpa

kehadirannya, akan menjadi wajib pula (Ma la yatimmu al wajibu illa bihi

fahuwa wajibun)”. Kerjasama tidak akan terlaksana tanpa dialog, oleh

karena itu dialog antaragama juga menjadi kewajiban.134

Tentang pluralitas, seperti terdapat dalam QS. al-Hujurat: 13,

menurut Gus Dur, ayat tersebut menunjuk kepada perbedaan yang

senantiasa ada antara laki-laki dan perempuan serta antar berbagai bangsa

atau suku bangsa. Dengan demikian, perbedaan merupakan sebuah hal

yang diakui Islam, sedangkan yang dilarang adalah perpecahan dan

keterpisahan.

Tentu saja adanya berbagai keyakinan itu tidak perlu dipersamakan

secara total, karena masing-masing memiliki kepercayaan atau aqidah

yang dianggap benar. Demikian pula kedudukan penafsiran-penafsiran

aqidah itu. Umat Katholik sendiri memegang prinsip itu. Seperti dalam

Konsili Vatikan II yang dipimpin Paus Yohannes XXIII dari tahun 1962-

1965, menyebutkan bahwa para Uskup yang menjadi peserta menghormati

setiap upaya mencapai kebenaran, walaupun tetap yakin bahwa kebenaran

abadi hanya ada dalam ajaran agama mereka. jadi keyakinan masing-

masing tidak perlu diperbandingkan atau dipertentangkan.135

Di sinilah nantinya tebentuk persamaan antaragama, bukannya

dalam ajaran atau aqidah yang dianut, namun hanya pada tingkat capaian

materi. Karena ukuran capaian materi menggunakan bukti-bukti kuantitatif

seperti tingkat penghasilan rata-rata masyarakat.

134 Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam Kita, (Jakarta: The Wahid Institute,

2002), hlm. 133-134 135

Ibid

Page 82: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

82

3. Cara Menyikapi pluralisme

Menurut Gus Dur, pluralisme di tanah air disimbolisasi dengan

banyak hal, utamanya agama, suku, dan bahasa. Tetapi ada hal yang

banyak dilupakan oleh banyak kalangan, yaitu pluralisme makanan.

Ekspresi dan manifestasi pluralisme dalam makanan semakin

memperkukuh entitas kebhinekaan yang mewujud dalam bangsa ini.

Ketika berkunjung ke tempat manapun, yang paling menarik dan

menjadi salah satu kekuatan adalah aneka macam menu makanan dengan

variannya. Bahkan, belakangan soal pluralisme makanan tersebut

dijadikan sebagai salah satu acara di stasiun televisi, yang dikenal dengan

wisata kuliner.136

Gus Dur memandang bahwa siapapun yang memahami realitas

keragaman masakan yang hampir dimiliki oleh setiap daerah di seluruh

pelosok negeri ini, maka pemahamannya terhadap pluralisme justru akan

semakin kokoh. Keragaman masakan yang kita miliki sebenarnya

merupakan unsur kekuatan, bukan unsur ancaman. Ia semakin menjadikan

kita sehat secara jasadi dan sehat secara ruhani. Makanan yang begitu

banyak aneka ragamnya telah menjadi fakta bahwa pluralisme atau

kebhinekaan merupakan rahmat Tuhan yang harus didayagunakan untuk

kemajuan bangsa. Belajar dari pluralisme makanan, maka kita sebenarnya

dapat merayakan manfaat dari pluralisme.

Pluralisme bukanlah ide yang menyatakan semua agama sama.

Kita semua mengakui dan menyadari bahwa setiap agama mempunyai

ajaran yang berbeda-beda. Tetapi perbedaan tersebut bukanlah alasan

untuk menebarkan konflik dan perpecahan. Perbedaan justru dapat

dijadikan sebagai katalisator untuk memahami anugerah Tuhan yang

begitu nyata untuk senantiasa merajut keharmonisan dan toleransi. Oleh

sebab itu, perbedaan dan keragaman merupakan keniscayaan yang tidak

dapat dihindari. Apalagi dalam perbedaan dan keragaman tersebut

136

Maman Imanulhaq Faqih, Fatwa dan Canda Gus Dur, (Jakarta: Kompas, 2010),

hlm.148

Page 83: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

83

tersimpan keistimewaan, yang mana antara kelompok yang satu dengan

kelompok lain bisa saling mengisi dan menyempurnakan.137

Restoran merupakan ruang publik yang sebenarnya dapat

memperkokoh pluralisme, karena di situlah perbedaan dirayakan dalam

konteks menentukan eksistensi setiap kelompok dengan basis saling

menghargai dan menghormati. Sebab itu kebiasaan Gus Dur dalam

menyantap aneka ragam menu masakan di negeri ini merupakan salah satu

apresiasi terhadap pluralisme dan bagaimana menyikapinya dengan positif

dan konstruktif.

Menurut Gus Dur, Setidaknya ada tiga hal mendasar yang bisa

dilakukan sebagai ikhtiar mengurangi berbagai bentuk ancaman terhadap

kemajemukan bangsa, Pertama, penegakan hukum secara tegas terhadap

pelaku tindak kekerasan dan pemaksaan kehendak yang mengatasnamakan

agama. Kedua, ormas-ormas keagamaan harus didorong untuk

mengedepankan dialog dan kerjasama dalam berbagai bidang sosial dan

kebudayaan sehingga toleransi dapat ditumbuhkan secara menyeluruh.

Ketiga, nilai-nilai toleransi perlu ditanamkan dan diajarkan sejak dini dan

berkelanjutan kepada anak-anak mulai dari Sekolah Dasar sampai

Perguruan Tinggi.138

4. Pluralisme dalam Konteks Keindonesiaan

Wajah budaya Indonesia yang bhineka menuntut sikap toleran

yang tinggi dari setiap anggota masyarakat. Sikap toleransi tersebut harus

dapat diwujudkan oleh semua anggota dan lapisan masyarakat sehingga

terbentuklah suatu masyarakat yang kompak tapi beragam sehingga kaya

akan ide-ide baru.139

Serta hubungan antaragama di Indonesia selama kurun waktu 30

tahun terakhir ini telah berkembang dalam berbagai dimensinya, yang

137

Ibid, hlm. 149 138

A. Muhaimin Iskandar, Melanjutkan Pemikiran dan Perjuangan Gus Dur, (Yogyakarta, LKiS, 2010), hlm. 19-20

139 HAR. Tilaar, Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia, (Bandung:

Remaja Rosda Karya, 2002), cet. III hlm. 180

Page 84: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

84

secara kualitatif telah merubah, dan pada saat yang sama dipengaruhi oleh

perkembangan pemikiran keagamaan di kalangan umat beragama itu

sendiri. Hal ini minimal dapat ditelusuri pada pemikiran keagamaan kaum

muslimin, dalam sosoknya yang tampak balau pada saat ini. Sebagaimana

telah diketahui sejarah bangsa kita, Islam datang di kawasan ini dalam

bentuk dan corak yang heterogen. Dalam garis besarnya, Islam datang

dalam bentuk utusan-utusan politik, para pedagang dan para sufi.140

Heterogenitas asal usul Islam di Indonesia menunjukkan variasi

sangat tinggi dalam pengalaman menjalani hubungan antaragama yang

dibawa oleh kaum Muslimin ke negeri ini. Dalam pola sinkretik kehidupan

beragama orang Islam di keraton Mataram hingga puritanisme Islam yang

kemudian meletus dalam perang Paderi di Sumatera Barat pada paruh

pertama abad yang lalu, terbentang spektrum luas dengan manifestasi

hubungan antar beragama yang sangat beragam. Muslimin masyarakat

Jawa menerima ”kekeramatan” bertemunya hari penting Arab Jum’at dan

Hari Jawa Kliwon atau Legi, dengan melakukan ibadah ekstra pada hari

tersebut.

Begitu juga mereka menyebut hari Ahad dengan hari Minggu,141

serta mereka menjadikan hari tersebut sebagai hari tutup kantor dan tutup

sekolah dengan mengganti kesibukan seperti majlis ta’lim serta pengajian

umum. Perubahan ”Hari Kristen” menjadi ”Hari Islam”, tanpa merubah

penyebutan nama harinya itu menunjukkan keindahan mozaik kerukunan

hidup antara umat beragama yang menyejukkan hati dan menentramkan

jiwa. Namun, tantangan modernisasi yang datang dari Barat ternyata

menumbuhkan sikap-sikap baru di kalangan kaum muslimin, yang

memerlukan pengamatan teliti.142

140

Abdurrahman Wahid, “Hubungan antar-Agama, Dimensi Internal dan Eksternalnya di

Indonesia” dalam Adurrahman Wahid, dkk., Dialog: Kritik dan Identitas Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1993), hlm. 3

141 Minggu berasal dari kata domingo yang berarti hari Tuhan bagi orang-orang Katolik Portugal, dan kemudian diikuti orang-orang Eropa lain untuk pergi ke gereja.

142 Ibid, hlm. 6-7

Page 85: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

85

Pluralitas masyarakat Indonesia sendiri sekurang-kurangnya bisa

dilihat sebagai fakta dalam dua sisi. Sisi pertama: pluralitas suku, agama,

dan budaya serta berbagai turunannya. Sisi kedua: pluralitas di internal

suku, agama, dan budaya itu sendiri. Dalam Islam misalnya, terdapat

berbagai aliran yang secara formal sering kali berseberangan. Demikian

juga di dalam agama, budaya dan suku yang lain.

Toleransi yang diajarkan Gus Dur merupakan ajaran semua agama

dan budaya, apalagi dalam masyarakat majemuk dan multikultur seperti

Indonesia. Namun, toleransi yang diajarkan dan dipraktekkan Gus Dur

berbeda dari tokoh-tokoh agama lain. Gus Dur mengajarkan toleransi plus,

yaitu kalau kebanyakan orang membudayakan toleransi sebatas pada hidup

berdampingan secara damai, yaitu hidup bersama dalam suasana saling

menghormati dan menghargai. Tidak demikian dengan Gus Dur. Dalam

menyikapi pluralitas tersebut, Gus Dur menegaskan bahwa tegaknya

pluralisme masyarakat bukan hanya terletak pada pola hidup

berdampingan secara damai (peaceful coexistence), karena hal demikian

masih sangat rentan terhadap munculnya kesalah-pahaman antar-

kelompok masyarakat yang pada saat tertentu bisa menimbulkan

disintegrasi. Lebih dari itu penghargaan terhadap pluralisme berarti adanya

kesadaran untuk saling mengenal dan berdialog secara tulus sehingga

kelompok yang satu dengan yang lain bisa saling memberi dan

menerima.143

Selama tahun 2008, masih ada beberapa elemen bangsa yang

mempermasalahkan pluralisme. Padahal pluralisme adalah keniscayaan

bangsa Indonesia. Menurut Gus Dur, kelompok yang menolak pluralisme

itu akibat ketidaktahuan terhadap sejarah lahirnya Bangsa Indonesia. Salah

satu cara mengatasinya, kata Gus Dur, Bangsa Indonesia harus

membangun batasan bersama. Batasan itu adalah penghargaan terhadap

143 Tulisan ini diambil dari makalah Gus Dur berjudul “Pluralisme Agama dan Masa

Depan Indonesia”, disampaikan pada seminar di UKSW, th. 1992. lihat M. Hanif Dhakiri, op.cit. hlm. 120

Page 86: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

86

pluralisme tidak akan diutak-atik. Batasan ini juga berlaku saat membahas

Undang-Undang Dasar Negara.144

Konsep toleransi yang dikembangkan Gus Dur meniscayakan

adanya kebenaran yang datang dari agama atau peradaban lain. Namun,

jika kerendahan hati seperti itu bisa dikembangkan secara terus menerus,

maka toleransi di tengah masyarakat, akan semakin menemukan polanya

yang dengan sendirinya kerukunan antaragama akan menjadi bagian tak

terpisahkan dari dinamika masyarakat dan suasana saling belajar,

melengkapi dan mengisi akan menciptakan kultur keberagamaan yang

matang dan dewasa. Jika sudah demikian, maka dengan sendirinya

perbedaan agama dan keyakinan akan menjadi sumber kekuatan yang

sangat dahsyat bagi perubahan dalam persaudaraan.145

5. Aktualisasi Pemikiran Pluralisme Abdurrahman Wahid

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat memimpin upacara

pemakaman Gus Dur di lingkungan Ponpes. Tebu Ireng Jombang, 31

Desember 2009, secara terbuka mengakui Gus Dur sebagai Bapak

Pluralisme. Jauh sebelumnya, tepatnya pada 24 Agustus 2005 sejumlah

tokoh Lintas Agama, Jaringan Doa Nasional Tionghoa Indonesia dan

warga Ahmadiyah menganugerahi Gus Dur sebagai Bapak Pluralisme

Indonesia. Penganugerahan ini disampaikan di gedung PBNU, jalan

Kramat Raya 164 Jakarta Pusat.

Kepedulian Gus Dur terhadap kasus-kasus internasional yang

beberapa diantaranya kontroversial termasuk hubungannya dengan Israel,

maupun kasus kekerasan etnik dan keagamaan serta kasus yang berkaitan

dengan HAM dan demokrasi di Indonesia, misalnya: persoalan

Ahmadiyah, kasus Monitor, ICMI, Ulil Abshar Abdalla, Inul, peristiwa

Banyuwangi dan pembunuhan di Jawa Timur tahun 1998, Sambas di

Kalimantan Barat, peristiwa Ambon di Maluku, GAM di Aceh, masalah

Timor Timur, persoaalan Etnis China, tidak hanya dibuktikan pada level

144 Catatan Akhir Tahun 2008 Gus Dur, Pluralisme di Indonesia Mengalami Krisis,

http://wahidinstitute.org 145

Ibid, hlm. 120

Page 87: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

87

pemikiran belakan, namun Gus Dur selalu tampil sebagai pembela pada

level praktis.

a. Jama’ah Ahmadiyah

Ketika banyak kelompok menghujat dan berusaha

menyingkirkan kelompok lain yang dianggap sesat dengan cara-cara

kekerasan dan penistaan seperti yang sering dialami jamaah

Ahmadiyah, Gus Dur selalu tampil sebagai pembelanya. Bukan berarti

Gus Dur setuju dengan keyakinan Ahmadiyah itu, tetapi Ia sangat

menghormati keyakinan seseorang.

b. Kasus Monitor

Kasus Monitor pada bulan Oktober 1990, di mana tabloid

tersebut dirusak massa yang mengatasnamakan Islam gara-gara sebuah

surveinya yang menyinggung perasaan umat Islam. Menurut Gus Dur,

kasus monitor menunjukkan bahwa kelompok dalam masyarakat ingin

memanipulasi isu-isu agama untuk mengedepankan kepentingan

mereka. Sehingga beliau mendirikan Forum Demokrasi untuk

memperjuangkan demokrasi di Indonesia

c. Munculnya ICMI

Berdirinya ICMI pada Desember 1990. Menurut Gus Dur,

ICMI merupkan alat eksploitasi politik terhadap agama yang

mengutamakan kepentingan kelompok eksklusif yang sempit di atas

kepentingan nasional. ICMI akan mengaliansikan non-Muslim dan

memperburuk pembelahan dan salah paham yang sudah kuat dalam

masyarakat Indonesia selama ini antara kelompok keagamaan,

kesukuan dan budaya yang berbeda. Peristiwa ini pula yang

melatarbelakangi Gus Dur mendirikan Forum Demokrasi.

d. Pembelaan terhadap Ulil Abshar Abdalla, Inul Daratista, dan

kelompok yang dituduh Komunis.

Ia tanpa ragu membela Ulil Abshar Abdalla, seorang intelektual

muda NU yang juga tokoh muda “Islam Liberal” yang mengemukakan

Liberalisme Islam, sebuah pandangan yang sama sekali baru dan

Page 88: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

88

memiliki sejumlah implikasi yang sangat jauh, misalnya anggapan

bahwa Ulil akan mempertahankan kemerdekaan berpikir seorang santri

demikian bebasnya, sehingga meruntuhkan asas-asas keyakinannya

sendiri akan kebenaran Islam. Itulah sebabnya mengapa demikian

besar reaksi orang terhadap pemikirannya ini. Seperti diketahui bahwa

sejumlah ulama’ serta aktifis Islam tertentu menilai pemikiran Ulil

telah sesat dan keluar dari Islam, dan karena itu Ia layak dihukum mati.

Menurut Gus Dur, kemerdekaan berpikir adalah sebuah keniscayaan

dalam Islam.

Demikian juga dalam kasus Inul Daratista, perempuan lugu dan

sederhana ini dicerca keras oleh sebagian Tokoh Agama, Majelis

Ulama’, dan Seniman karena goyang ngebornya dianggap melanggar

batas-batas kesusilaan umum. Mereka menggunakan justifikasi fatwa-

fatwa keagamaan untuk melarang Inul tampil di depan publik. Di

tengah kontroversi itu, Gus Dur tampil melindungi dari gempuran

kecaman dan panasnya opini publik yang menekan Inul. Pembelaan

Gus Dur didasarkan pada melindungi Hak Asasi wong cilik dari

hegemoni elit keagamaan dan klaim atas moralitas kesenian yang agak

represif.

Dalam pembelaannya terhadap mereka yang diperlakukan tidak

manusiawi karena dituduh sebagai anggota kelompok Komunis.

Karena itu, ketika Ia menjadi Presiden, Gus Dur mengusulkan

pencabutan TAP No. XXV/MPRS/1966 soal pelarangan penyebaran

ajaran Komunisme, Marxisme dan Leninisme. Namun usul tersebut

akhirnya ditolak. Dalam rapat yang berlangsung hari Senin 29 Mei

2000, seluruh fraksi MPR yang ada di panitia Ad Hoc II badan pekerja

(PAH II BP) MPR menolak usul Gus Dur tersebut. Para anggota MPR

tampaknya masih sulit membedakan antara Komunisme sebagai

Page 89: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

89

ideologi (pengetahuan) dan Komunisme sebagai gerakan partai (G 30

S PKI).146

e. Peristiwa Banyuwangi dan Pembunuhan di Jawa Timur Tahun 1998

Pembunuhan yang konon dilakukan oleh para Ninja berpakaian

serba hitam itu telah memakan korban 200 orang lebih, terbukti bahwa

orang yang terlibat dalam pembunuhan ini mempunyai pendidikan

militer dan terorganisir dengan baik. serta menginginkan kerusuhan

sosial di masyarakat. Perlu dicatat bahwa sebagian korban peristiwa itu

adalah anggota NU yang memiliki kedudukan sebagai Ulama’ di

daerah mereka. Respon Gus Dur terhadap pembunuhan tersebut adalah

dengan mengunjungi Banyuwangi dan mendorong para tokoh agama

lokal untuk menahan diri dari godaan untuk merespons kekerasan ini

dengan kekerasan.

f. Sambas di Kalimantan Barat

Daerah ini mempunyai sejarah konflik yang panjang,

khususnya antara transmigran Madura dengan penduduk lokal Dayak

dan masyarakat Melayu. secara kebetulan penduduk asal Madura

mempunyai hubungan dengan NU. mempelajari akar konflik itu,

sering dikatakan bahwa elemen-elemen kekerasan etnik dan agama

berakar pada kenyataan bahwa dalam konflik itu masyarakat Dayak

yang Kristen bekerja sama dengan masyarakat Melayu yang Muslim

dan karenanya kerusuhan itu berkaitan dengan faktor sosio-ekonomi.

Meski selama hari-hari sibuk pra-kampanye, Gus Dur

menyempatkan diri untuk mengunjungi langsung daerah sengketa

tersebut untuk bertemu dengan para pemimpin lokal dan meminta

respons mereka dengan sabar dan dewasa terhadap persoalan yang

sangat kompleks ini. serta kunjungan meredamkan konflik tersebut

terus berlanjut pada kesempatan berikutnya. saat itu beliau ditemani

oleh Alwi Shihab untuk bertemu dengan kelompok yang terdiri atas

ratusan pemimpin lokal, mengadakan makan siang bersama dan

146

M. Hanif Dhakiri, op. cit., hlm.72

Page 90: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

90

membincangkan isu kekerasan dan peranan agama dan etnisitas. baik

Alwi maupun Gus Dur berbicara dengan baik, sabar dan penuh

keyakinan serta agaknya punya pengaruh besar terhadap para

pendengarnya. sulit untuk menentukan sampai mana kunjungan

singkat tersebut bersifat instrumental dalam pencapaian perubahan

yang cepat, tetapi yang jelas Gus Dur konsisten dengan posisinya,

memberikan prioritas untuk mendorong pemimpin agama lokal dan

pemimpin masyarakat untuk menghindari kekerasan.

g. Peristiwa Ambon di Maluku

Di Ambon, tak lama setelah pecah kekerasan dan kondisinya

saat itu benar-benar tegang sehingga tidak mungkin mengadakan

pertemuan dengan kubu pemimpin Muslim maupun Kristen seperti

yang direncanakan. meski demikian, Gus Dur tetap bertemu dengan

para pemimpin masyarakat lokal dan membujuk mereka agar bersabar

dan toleran dan menahan kekerasan. sulit sekali untuk mengukur arti

kunjungan Gus Dur tersebut yang teramat penting, Gus Dur merasa

perlu untuk mengunjungi dan mempertaruhkan reputasi persoalannya

untuk mencari jalan pemecahan.

h. GAM di Aceh

Kunjungan Gus Dur ke Aceh pada bulan Mei 1999 adalah atas

undangan mahasiswa Aceh untuk berbicara masalah-masalah yang

dihadapi Aceh, khususnya berkaitan dengan kekerasan yang sedang

dan terus berlangsung di Aceh di tangan militer/TNI dan semakin

kuatnya Gerakan Aceh Merdeka (GAM). di sana Ia juga mengunjungi

para pemimpin komunitas agama walaupun banyak diantaranya bukan

anggota PKB, karna saat itu adalah saat menjelang kampanye. meski

sibuk menyiapkan kampanye, Gus Dur tetap menyempatkan untuk

meredamkan konflik Aceh padahal Ia juga tahu bahwa Aceh bukanlah

basis PKB. ini menunjukkan kunjungan tersebut memang murni

dorongan hati nurani beliau.

Page 91: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

91

i. Masalah Timor Timur

Dalam seluruh aktivitas untuk menyelesaikan kekerasan ini,

pelanggaran HAM dan konflik yang sedang berlangsung, satu

persoalan penting muncul di hadapan Gus Dur dan dituntut untuk

segera disikapi untuk merespons pasukan internasional penjaga

perdamaian di Timor Timur. pada bulan September 1999, Gus Dur

membuat serangkaian komentar keras, khususnya diarahkan pada

pemerintahan Australia dan juga lembaga-lembaga lain yang dianggap

mencampuri urusan internal Indonesia.

j. Persoalan Etnis China.

Gus Dur sengaja melakukan hubungan dengan Beijing dan

orang-orang China, baik di daratan China maupun seluruh Asia

Tenggara. di samping untuk membantu orang-orang China di

Indonesia sebagai WNI, juga menjadi pemikiran penting sebagai

pendewasaan masyarakat Indonesia. karena itu dia nyatakan tujuan

akhirnya adalah dihapuskannya diskriminasi atas orang-orang China

Indonesia. bahkan dalam situasi yang tidak menguntungkan pun,

berkaitan dengan resiko politik, dia telah menunjukkan dukungannya

bagi orang-orang China, Kristen, dan masyarakat minoritas lainnya.

Pada tanggal 10 Maret 2004, beberapa tokoh Tionghoa

Semarang di Kelenteng Tay Kak Sie, Gang Lombok, yang selama ini

dikenal sebagai kawasan pecinan di Semarang Jawa Tengah,

mentahbiskan Gus Dur sebagai Bapak Tionghoa. Gus Dur bukan

hanya banyak melahirkan pemikiran dan kebijakan yang menghormati

masyarakat Tionghoa, tetapi juga mensejajarkan mereka dengan semua

kelompok yang ada di bumi Nusantara dari berbagai agama, suku dan

adat-istiadat yang berbeda.

Pada level praktis dan kebijakan, pembelaan Gus Dur terhadap

kelompok dan etnis Tionghoa dibuktikan secara nyata. Saat Ia menjadi

Presiden, hari raya Imlek bisa diperingati dan dirayakan dengan bebas.

Warga Tionghoa tidak perlu lagi harus sembunyi-sembunyi jika

Page 92: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

92

merayakannya. Kebebasan ini tak lepas dari keputusan politik Gus Dur

yang pada 17 Januari 2000 mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres)

Nomor 6 tahun 2000, isinya mencabut Inpres nomor 14/1967 yang

dibuat Soeharto tentang agama, kepercayaan, dan adat-istiadat China.

Dengan Inpres No 14/1967 rezim Orde Baru yang represif telah

membuat Imlek terlarang dirayakan di depan publik; Barongsai, Liang

Liong harus sembunyi; huruf-huruf atau lagu Mandarin tidak boleh

diputar di radio.147

k. Konflik Filipina

Seiring dengan berjalannya waktu, Gus Dur telah tumbuh

berkembang reputasinya bukan hanya sebagai pemimpin agama yang

memiliki komitmen terhadap nilai toleransi, tetapi juga seorang

pemikir yang independen dan bijaksana, pada kunjungan ke Jakarta

pada September 1993, Presiden Filipina, Fidel Ramos mencuri

kesempatan untuk berkonsultasi dengan Gus Dur berkaitan dengan

masalah perselisihan Muslim Moro di bagian selatan Pulau Mindanao

agar dapat diselesaikan tanpa konflik senjata, Gus Dur sepakat dengan

menambahkan bahwa: “semakin lama masyarakat Islam dibiasakan

dengan konflik bersenjata, semakin lama pula mereka diharuskan

berjuang mengatasi kemundurannya”, Ramos kemudian mengundang

Gus Dur untuk mengunjungi Filipina dan membantu berunding dengan

Front Pembebasan Moro. permintaan yang diresponnya pada tahun

berikutnya. lebih menarik lagi itu dua pekan sebelum kunjungan

Ramos ke Jakarta, Gus Dur dianugerahi salah satu hadiah paling

bergengsi di Filipina dan Asia Tenggara, yaitu Magsaysay Award

(sebagai keterlibatan Gus Dur yang luas dalam upaya untuk

mengembangkan toleransi beragama).

l. Hubungan Diplomatik dengan Israel

Dalam hal ini dukungan Gus Dur untuk membuka hubungan

diplomatik dengan Israel. sangatlah penting untuk menimbang konteks

147

Hanif Dhakiri, op. cit. hlm. 71

Page 93: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

93

historis posisi kebijakan Gus Dur, khususnya dalam pertemuan-

pertemuan sebelumnya dengan Israel. Gus Dur sendiri telah

memberikan berbagai macam alasan bahwa hubungan tersebut

berkaitan dengan pembangunan ekonomi dan perwujudan kemauan

baik pada Israel itu sendiri. Jika Indonesia dapat membuka hubungan

dengan Israel, maka Indonesia akan memiliki posisi yang sangat kuat

untuk memperkuat argumentasi bagi perbaikan sosial dan politik di

Timur Tengah, khususnya Israel dengan Palestina. dalam konteks ini,

Gus Dur mengatakan bahwa sebagai Muslim terbesar di dunia,

sangatlah tepat jika Indonesia memainkan peranan penting bagi

perdamaian Israel dan Palestina. sudah pasti normalisasi hubungan

diplomatik dengan Israel sangat terikat dengan suksesnya perdamaian

itu. Inilah yang mendasari Gus Dur ketika pertama kali mengunjungi

Israel pada bulan oktober 1994 untuk menjadi saksi kemajuan proses

perdamaian antara Israel dengan negara-negara “Arab”. Gus Dur

berempat, ditemani oleh tokoh utama dialog antaragama.148

148

Ibid

Page 94: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

94

BAB IV

ANALISIS TERHADAP PEMIKIRAN ABDURRAHMAN

WAHID TENTANG KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME

DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

Memasuki pembahasan analisis ini, penulis menekankan pada metode

hermeneutik, yakni metode penafsiran atau interpretasi. Menurut cerita mitologis

Yunani, hermeneutik diambil dari nama tokoh yang bernama Hermes, yaitu

seorang utusan yang bertugas menyampaikan pesan kepada manusia. Tugas

Hermes menerjemahkan pesan-pesan dari Dewa di gunung Olympus ke dalam

bahasa yang dapat dimengerti oleh umat manusia. Fungsi Hermes menjadi penting

sebab apabila terjadi kesalahpahaman tentang pesan-pesan Dewa akibatnya akan

fatal bagi seluruh umat manusia. Maka Hermes harus mempunyai kemahiran

khusus sehingga mampu menginterprestasikan atau menyadur pesan-pesan itu ke

dalam bahasa yang digunakan oleh yang diajak bicara. Sejak itulah Hermes

menjadi simbol seorang yang dibebani misi tertentu, sehingga berhasil tidaknya

misi itu tergantung pada metode atau cara penyampaian pesan itu.149

Oleh karena itu hermeneutik pada akhirnya diartikan sebagai proses

mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi mengerti.150

Hermeneutik

sebagai suatu metode diartikan sebagai cara menafsirkan simbol yang berupa teks

atau benda kongkrit untuk dicari arti dan maknanya. Metode ini mensyaratkan

adanya kemampuan untuk menafsirkan masa lampau yang tidak dialami,

kemudian dibawa ke masa sekarang. Semula hermeneutik digunakan untuk

menafsirkan kitab suci keagamaan yang kemudian dikembangkan dalam ilmu-

ilmu humaniora dan termasuk di dalamnya ilmu filsafat.

Hermeneutik sebagai filsafat bahasa mempunyai sejarah yang sangat

panjang. Sejak Plato, Aristoteles, abad tengah, Renaissans, dan abad 19 M serta

149

Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), cet. ke-3, hlm.84

150 E. Sumaryono, Hermeneutik Sebuah Metode Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1999),

hlm. 23

Page 95: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

95

abad 20 M. dikenal perkembangan filsafat bahasa yang namanya semantics.

Semantik yang berkembang pada abad 20 M. telah menjadi tumpang tindih

dengan hermeneutik phenomenologik. Garis batas antara strukturalisme semiotik

atau semantik dengan hermeneutik bahasa kabur atau tumapang tindih. Semantik

lebih berorientasi pada pemaknaan syntaxtical, adapun hermeneutik lebih ke

pemahaman isi.151

Pada dasarnya semua objek itu netral, sebab objek adalah objek. Hanya

subjeklah yang kemudian memberi ”pakaian” arti pada objek. Subjek dan objek

adalah term-term yang korelatif atau saling menghubungkan diri satu sama lain.

Tanpa subjek, tidak akan ada objek. Arti atau makna diberikan kepada objek oleh

subjek sesuai dengan cara pandang subjek.152

Berkaitan dengan analisis terhadap pemikiran Abdurrahman Wahid

tentang konsep pendidikan pluralisme dalam perspektif pendidikan islam, penulis

menggunakan metode hermeneutik tersebut untuk menginterprestasikan

pemikiran-pemikiran Abdurrahman Wahid dengan menggunakan bahasa yang

dipakai penulis sendiri.

Ibarat sebuah teks, Gus Dur banyak dibaca, diamati, dan bahkan

ditafsirkan banyak orang atas apa yang diucapkan dan menjadi sikap

kepribadiannya. Memahami Gus Dur tentu saja tak bisa lepas dari apa yang

tampak secara kasat mata semata. Dengan penuturannya yang lugas dan mudah

dicerna banyak kalangan, Gus Dur sesungguhnya tengah melakukan diagnosa

situasi nasional dan problem keumatan yang melalui tulisannya pula Ia melempar

gagasan yang berani dan konstruktif. Semuanya Ia lakukan tidak lain sebagai

ikhtiar membingkai kehidupan masyarakat dan bernegara di masa depan yang

lebih kondusif, ada jaminan hukum yang adil dan terciptanya harmonisasi yang

maksimal diantara sesama umat manusia.

151 Noeng Muhadjir, Filsafat Ilmu, Kualitatif & Kuantitatif untuk Pengembangan Ilmu

dan Penelitian, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2006), cet. ke-3, hlm. 153 152

E. Sumaryono, op. cit., hlm. 30

Page 96: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

96

B. Analisis Tentang Konsep Pendidikan Pluralisme Menurut Abdurrahman

Wahid

1. Terbentuknya Watak Pluralisme Abdurrahman Wahid

Dari lacakan epitemologis, Gus Dur bukanlah seorang yang

eksistensialis, melainkan seorang yang beragama dan percaya pada konsep

wahyu, tetapi Ia gabungkan dengan pemikiran modern. Bahwa kalau

memang ada Tuhan Allah Sang Pencipta, ada wahyu dan ada kitab suci,

tetapi juga ada pengetahuan obyektif. Jadi ada yang mutlak tetapi

kemutlakan itu dibatasi oleh yang tidak mutlak. Jadi secara otomatis ada

implikasi pluralisme. Ini adalah sumber pluralisme intelektual, tetapi ada

juga sumber-sumber pluralisme yang lain. Orang bisa pluralis karena

punya sikap humanitarian, kecintaan kepada manusia membuat kita saling

menghormati.

Telah disadari bahwa betapa kompleks dan rumitnya perjalanan

Gus Dur dalam meniti kehidupannya, bertemu dengan berbagai macam

orang yang hidup dengan latar belakang ideologi, budaya, kepentingan,

strata sosial dan pemikiran yang berbeda. Dari segi pemahaman

keagamaan dan ideologi, Gus Dur melintasi jalan hidup yang lebih

kompleks, mulai dari yang tradisional, ideologis, fundamentalis, sampai

modernis dan sekuler. Dari segi kultural, Gus Dur mengalami hidup di

tengah budaya Timur yang santun, tertutup, penuh basa-basi, sampai

dengan budaya Barat yang terbuka, modern dan liberal. Demikian juga

persentuhannya dengan para pemikir, mulai dari yang konservatif,

ortodoks sampai yang liberal dan radikal semua dialami.

Pemikiran Gus Dur mengenai agama diperoleh dari dunia

pesantren. Lembaga inilah yang membentuk karakter keagamaan yang

penuh etik, formal, dan struktural. Sementara pengembaraannya ke Timur

Tengah telah mempertemukan Gus Dur dengan berbagai corak pemikirann

Agama, dari yang konservatif, simbolik-fundamentalis sampai yang

liberal-radikal. Dalam bidang kemanusiaan, pikiran-pikiran Gus Dur

banyak dipengaruhi oleh para pemikir Barat dengan filsafat

Page 97: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

97

humanismenya. Secara rasa maupun praktek perilaku yang humanis,

pengaruh para Kyai yang mendidik dan membimbingnya mempunyai andil

besar dalam membentuk pemikiran Gus Dur. Kisah tentang Kyai Fatah

dari Tambak Beras, KH. Ali Ma’shum dari Krapyak dan Kyai Chudhori

dari Tegalrejo telah membuat pribadi Gus Dur menjadi orang yang sangat

peka pada sentuhan-sentuhan kemanusiaan.

Menurut Greg Barton, Sebagai seorang remaja, Gus Dur mulai

mencoba memahami tulisan-tulisan Plato dan Aristoteles, serta pada saat

yang sama ia bergulat memahami Das Kapital karya Marx dan What is To

be Done karya Lenin, sehingga Ia tertarik pada ide Lenin tentang

keterlibatan sosial secara radikal, seperti dalam Infantile Communism dan

dalam Little Red Book-Mao.

Saat di Mesir, Gus Dur juga dengan penuh minat mengikuti

bagaimana Mesir sebagai negara memperlakukan pemikir Islam Sayyid

Qutb. Pada saat itu ia telah membaca karya-karya penulis Islam dan

akhirnya mendapati bahwa pemikiran Islam bersifat ekstrim dan sangat

naif. Misalnya karya-karya Hasan al-Banna (pendiri Ikhwanul Muslimin),

Ali Syari’ati, Sayyid Qutb, dan penulis-penulis lain.

Gus Dur juga belajar kepada salah seorang temannya bernama

Ramin ketika ia tinggal di Baghdad, tepatnya karena mereka berdua sama-

sama bekerja di ar-Rahmadani (perusahaan impor tekstil dari Eropa dan

Amerika). Ramin berasal dari komunitas kecil Yahudi Irak, juga

merupakan pemikir liberal dan terbuka. Mereka bertemu secara rutin untuk

membicarakan agama, filsafat, dan politik. Dari Ramin-lah Gus Dur

pertama kali mengetahui Yudaisme dan pengalaman orang-orang Yahudi.

Ramin berbicara panjang lebar mengenai cobaan berat yang dialami orang-

orang Yahudi yang tinggal di Rusia. Ia juga bercerita mengenai

keluarganya sendiri yang tinggal di Irak. Dari Ramin jugalah Gus Dur

mulai belajar menghormati Yudaisme dan memahami pandangan agama

Yahudi serta keprihatinan politik dan sosial orang-orang Yahudi yang

hidup dalam diaspora sebagai kaum minoritas yang selalu disiksa.

Page 98: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

98

Akan tetapi bagi Gus Dur, topik yang sangat menarik perhatiannya

bukanlah politik atau filasafat yang dipelajari sebagai sesuatu yang

abstrak, namun bagaimana agar mempunyai sifat manusiawi. Pada waktu

itu, dan kemudian sepanjang hidupnya, ia sangat suka memahami

kepelikan sifat manusia. Sebagaimana yang ia pelajari dalam Wayang

Kulit, yang berisi kisah-kisah mengenai bagaimana menghargai

ambivalensi, maka dalam sastra-sastra besar Eropa ia juga belajar

menghargai kepelikan dan bermacam lapis kelabu yang membentuk sifat

manusia. Cintanya akan kemanusian ini, yang dibinanya lewat sastra

klasik, dilengkapi oleh kegemarannya menonton film. Demikianlah rasa

cinta Gus Dur yang besar akan sastra dan ilmu pada umumnya.

Pluralisme merupakan salah satu komponen dari liberalisme, di

samping komponen yang lain yaitu kebebasan, toleransi, serta persamaan.

Terbentuknya liberalisme Gus Dur tidaklah sulit untuk diidentifikasi, dan

juga tidak mengejutkan bahwa daya tarik Islamisme radikalnya tidak

berumur panjang. Menurut Greg Barton, Pengaruh yang pertama adalah

keluarganya sendiri. Di dalam lingkungan keluarga ini ia dididik untuk

bersikap terbuka dan selalu mempertanyakan sesuatu secara intelektual.

Yang kedua, ia dibesarkan di dalam dunia sufistik Islam tradisional

Indonesia, dan yang ketiga adalah ia dipengaruhi oleh orientasi budaya

masyarakat Indonesia modern yang mengarah pada pluralisme dan

egalitarianisme. Akhirnya ia sangat dipengaruhi oleh apa yang dibaca dan

dipelajarinya karena keduanya memberikan kesempatan kepada dirinya

untuk mencoba mensintesiskan pemikiran Barat modern dengan Islam.

Greg Barton juga menyatakan bahwa, terdapat lima elemen kunci

yang dapat disimpulkan dari pemikiran Abdurrahman Wahid153

: Pertama,

pemikirannya progresif dan bervisi jauh ke depan. baginya, dari pada

terlena oleh kemenangan masa lalu, Gus Dur melihat masa depan dengan

harapan yang pasti, bahwa bagi Islam dan masyarakat Muslim, sesuatu

153

Greg Barton, “Abdurrahman Wahid dan Toleransi Keberagamaan” dalam M. Syafi’i

Ma’arif, dkk. Gila Gus Dur, (Yogyakarta: LKiS, 2000), hlm. 124-125

Page 99: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

99

yang terbaik pasti akan datang. Kedua, pemikiran Gus Dur sebagian besar

merupakan respons terhadap modernitas; respons dengan penuh percaya

diri dan cerdas. Sembari tetap kritis terhadap kegagalan – kegagalan

masyarakat Barat modern, Gus Dur secara umum bersikap positif terhadap

nilai-nilai inti pemikiran liberal pasca pencerahan, walaupun dia juga

berpendapat hal ini perlu diikatkan pada dasar-dasar teistik.

Ketiga, dia menegaskan bahwa posisi sekularisme yang teistik

yang ditegaskan dalam Pancasila merupakan dasar yang paling mungkin

dan terbaik bagi terbentuknya negara Indonesia modern dengan alasan

posisi non-sektarian Pancasila sangat penting bagi kesejahteraan dan

kejayaan bangsa. Gus Dur menegaskan bahwa ruang yang paling cocok

untuk Islam adalah ruang sipil (civil sphere), bukan ruang politik praktis,

Keempat, Gus Dur mengartikulasikan pemahaman Islam liberal dan

terbuka yang toleran terhadap perbedaan dan sangat peduli untuk menjaga

harmoni dalam masyarakat. Kelima, pemikiran Gus Dur

mempresentasikan sintesis cerdas pemikiran Islam tradisional, elemen

modernisme Islam, dan kesarjanaan Barat modern, yang berusaha

menghadapi tantangan modernitas baik dengan kejujuran intelektual yang

kuat maupun dengan keimanan yang mendalam terhadap kebenaran utama

Islam.

Dari kelima kunci pemikiran Gus Dur tersebut, terlihat bahwa

fokus utama pemikiran beliau bertumpu pada terciptanya kehidupan yang

damai sesuai dengan cita-cita Islam yang memberi rahmat kepada seluruh

alam dengan menghormati HAM secara penuh, memberi ruang gerak

demokrasi, serta mengembangkan sikap pluralisme, yang kesemuanya itu

merupakan ajaran Islam yang terkandung pada prinsip universal Islam

pada maqashid al-syari’ah.

2. Konsep Pendidikan Pluralisme Abdurrahman Wahid

Salah satu aspek yang paling dapat dipahami dari Abdurrahman

Wahid adalah bahwa Ia sang penyeru pluralisme dan toleransi, pembela

kelompok minoritas, khususnya China Indonesia, juga penganut Kristen

Page 100: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

100

dan kelompok-kelompok lain yang tidak diuntungkan. Gus Dur dipahami

sebagai Muslim non-chauvinis, sebagai figur yang memperjuangkan

diterimanya kenyataan sosial bahwa Indonesia itu beragam. Yang secara

luas tidak atau tepatnya kurang diapresiasi adalah bahwa Gus Dur itu

orang yang bangga sebagai seorang Muslim. Dia sangat mencintai

kebudayaan Islam tradisionalnya dan juga pesan utama Islam sendiri.

Lebih dari itu, Gus Dur adalah tokoh spiritual, figur mistik yang dalam

pandangannya dunia spiritual nyata seperti dunia materi yang dapat

dirasakan dengan indera manusia.

Dengan memahami berbagai pemikiran Gus Dur yang telah

dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka ide-ide mengenai Konsep

pendidikan pluralisme menurut beliau yaitu:

a. Pendidikan pluralisme Abdurrahman Wahid didasarkan pada

penghormatan yang mendalam terhadap tradisi keilmuan NU, yang

prinsip pluralismenya terdapat dalam al-Qur’an dan al-Hadits. Dengan

mengakui perbedaan sebagai keniscayaan bahwa Allah memang

menciptakan perbedaan itu agar saling mengenal dan menghindari

perpecahan. Konsep pluralisme yang didasarkan pada QS. al-Hujurat

ayat 13, menurut Gus Dur ayat tersebut jelas menunjuk kepada

perbedaan yang senantiasa ada antara laki-laki dan perempuan serta

antar berbagai bangsa atau suku bangsa. Dengan demikian, perbedaan

merupakan sebuah hal yang diakui Islam, sedangkan yang dilarang

adalah perpecahan dan keterpisahan.

Beliau tidak mempersamakan keyakinan secara total, karena

masing-masing percaya bahwa akidahnya sendiri adalah benar. Namun

hendaknya kita tetap meyakini kebenaran agama kita sendiri. Kendati

demikian kita harus tetap menciptakan suasana yang harmonis.

Sehingga dipahami bahwa Pluralisme bukanlah ide yang menyatakan

semua agama sama. Kita semua mengakui dan menyadari bahwa setiap

agama mempunyai ajaran yang berbeda-beda. Tetapi perbedaan

tersebut bukanlah alasan untuk menebarkan konflik dan perpecahan.

Page 101: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

101

Perbedaan justru dapat dijadikan sebagai katalisator untuk memahami

anugerah Tuhan yang begitu nyata untuk senantiasa merajut

keharmonisan dan toleransi. Oleh sebab itu, perbedaan dan keragaman

merupakan keniscayaan yang tidak dapat dihindari. Apalagi dalam

perbedaan dan keragaman tersebut tersimpan keistimewaan, yang

mana antara kelompok yang satu dengan kelompok lain bisa saling

mengisi dan menyempurnakan.

b. Tugas Pendidikan pluralisme menurut Abdurrahman Wahid yaitu

membentuk masyarakat yang mengakui perbedaan sebagai ketentuan

dari Tuhan, serta menjalin kerjasama meskipun berbeda agama.

Abdurrahman Wahid mengembangkan pluralisme dengan bertindak

dan berpikir. Dalam bertindak yaitu hendaknya kita bersikap inklusif,

tidak membatasi pergaulan dengan orang lain, meski berbeda

keyakinan.

Dalam berpikir, bersedia menerima dan mengambil gagasan

atau pemikiran dari kalangan lain. Apa yang muncul paling jelas dalam

pemikiran Gus Dur adalah keyakinan bahwa pandangan religius yang

membentuk dan melahirkan nilai-nilai yang berasal dari Eropa Kristen

dan Yahudi sejajar dalam visi pokoknya dengan pesan Islam. Dengan

kata lain, Gus Dur seperti intelektual progresif lainnya di Indonesia,

tidak mempermasalahkan hubungan antara Islam dan Barat. Walaupun

tidak menolak adanya perbedaan penting antara keduanya, Gus Dur

berargumentasi dengan efektif bahwa arah dan perhatian utama tradisi

Judeo, Kristen dan Islam sangat dekat bila dicari sistem nilainya yang

paling utama.

Perbedaan keyakinan tidak membatasi atau melarang kerjasama

antara Islam dan agama-agama lain, terutama dalam hal-hal yang

menyangkut kepentingan umat manusia. Penerimaan Islam akan

kerjasama itu tentunya akan dapat diwujudkan dalam praktek

kehidupan, apabila ada dialog antaragama

Page 102: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

102

c. Fungsi Pendidikan pluralisme menurut Abdurrahman Wahid yaitu

sebagai wadah untuk Mengembangkan rasa saling pengertian yang

tulus dan berkelanjutan terhadap umat beragama lain, bukan sekedar

saling menghormati serta tenggang rasa, tetapi yang diperlukan adalah

rasa saling memiliki .

Sebenarnya istilah toleransi jauh terlalu lemah untuk

mendeskripsikan sikap Gus Dur. Gus Dur tanpa sedikitpun

memperlemah keyakinan Islaminya, sepenuhnya menerima keberadaan

umat beragama lain. toleransi, keterbukaan, ketenangan berhadapan

dengan agama-agama lain, itu agak unik pada Gus Dur. seakan-akan Ia

begitu mantap dalam keislamannya sehingga dengan gampang dapat

berbesar hati pada agama-agama lain. Gus Dur sering dianggap terlalu

dekat dengan kaum minoritas dan kritis pada agamanya sendiri. tetapi

argumen itu lebih merupakan tanda kekerdilan mereka yang

mengajukannya. Dengan demikian, Gus Dur adalah seorang

humanis154

yakin dalam arti yang sebenar-benarnya; Ia akan selalu

membela yang lemah, tertindas, minoritas, dan Ia tidak akan tunduk

terhadap prasangka-prasangka.

d. Tujuan Pendidikan pluralisme menurut Abdurrahman Wahid

berorientasi pada terciptanya kerjasama anhtar pemeluk agama yang

berbeda serta menghindari perpecahan, agar terwujud kehidupan yang

harmonis dan sejahtera.

e. Mengenai penerapan Pendidikan pluralisme menurut Abdurrahman

Wahid yaitu dengan menanamkan pendidikan nilai-nilai toleransi sejak

dini dan berkelanjutan terhadap anak didik dari mulai kecil sampai

perguruan tinggi. Upaya ini sangat efektif untuk menginternalisasi

nilai-nilai atau aqidah inklusif pada peserta didik. Perbedaan agama di

antara peserta didik bukanlah menjadi penghalang untuk bisa bergaul

dan bersosialisasi diri. Justru pendidikan agama pada peserta didik

154

Seperti ketika menjelang wafatnya, Gus Dur berpesan agar batu nisan di makamnya

kelak ditulis “di sini telah dikubur seorang humanis”.

Page 103: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

103

yang berbeda agama, dapat dijadikan sarana untuk menggali dan

menemukan nilai-nilai keagamaan pada agamanya masing-masing

sekaligus dapat mengenal tradisi agama orang lain.

Cara paling efektif untuk menumbuhkan sikap pluralisme yaitu

berangkat dari penerimaan secara terbuka terhadap pluralisme

makanan. Keragaman menu makanan di Indonesia bisa diterima oleh

semua kalangan, demikian pula seharusnya pluralisme bangsa ini.

Gus Dur sangat yakin bahwa Islam adalah keyakinan yang

menebar kasih sayang, yang secara mendasar toleran dan menghargai

perbedaan. Bagi Gus Dur, Islam adalah keyakinan yang egaliter,

keyakinan yang secara fundamental tidak mendukung perlakuan yang

tidak adil karena alasan ras, suku, kelas, gender, atau pengelompokan-

pengelompokan lainnya dalam masyarakat.

Islam adalah keimanan yang mengakui bahwa dalam

pandangan Tuhan, semua manusia adalah setara. Bagian dari

keyakinan mendasar Gus Dur adalah bahwa nilai-nilai yang mendasari

demokrasi dan liberalisme adalah nilai-nilai universal. Kemudian Ia

berargumentasi bahwa prinsip-prinsip itu dapat diterapkan di Timur

sebagaimana di Barat. Kendati demikian, Ia menolak argumentasi yang

terlalu menyederhanakan, yaitu bahwa hal ini karena Islam adalah

sumber asli pemikiran, nilai-nilai, dan ide-ide. Bahkan Gus Dur

menganggap pandangan ini apologetik saja. Gus Dur lebih lanjut

menegaskan bahwa prinsip-prinsip mendasar yang berasal dari

pencerahan duduk setara dengan pesan utama Islam.

C. Konsep Pendidikan Pluralisme Menurut Abdurrahman Wahid Ditinjau

dari Pendidikan Islam

1. Maqashid al-Syari’ah Sebagai Prinsip Pendidikan Pluralisme

Menurut Gus Dur, Prinsip pluralisme harus dilihat dalam konteks

manifestasi universalisme dan kosmopolitanisme peradaban Islam, ajaran

moralitas Islam yang secara teoritik bertumpu pada adanya lima buah

Page 104: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

104

jaminan dasar yang diberikan Islam kepada warga masyarakat (maqashid

al-syari’ah), meliputi; keselamatan fisik warga masyarakat (hifdzu al-

nafs), keselamatan keyakinan agama masing-masing (hifdzu al-din),

keselamatan keluarga dan keturunan (hifdzu al-nasl), keselamatan harta

benda dan milik pribadi (hifdzu al-mal), dan keselamatan hak milik dan

profesi (hifdzu al-milk). Kesemuanya itu merupakan konsep yang

dijadikan Gus Dur sebagai prinsip Universal Islam.155

Demikian juga jaminan dasar akan keselamatan keyakinan agama

masing-masing bagi para warga masyarakat melandasi hubungan

antarwarga masyarakat atas dasar sikap saling hormat-menghormati, yang

akan mendorong tumbuhnya kerangka sikap tenggang rasa dan saling

pengertian yang besar. Terlepas dari kentalnya perjalanan sejarah dengan

penindasan, kesempitan pandangan, dan kedzaliman terhadap kelompok

minoritas yang berbeda keyakinan atau agama dari keyakinan mayoritas,

sejarah umat manusia membuktikan bahwa sebenarnya toleransi adalah

bagian inherent dari kehidupan manusia.

Jaminan akan keselamatan keluarga menampilkan sosok moral

yang sangat kuat, baik moral dalam arti kerangka etis yang utuh maupun

dalam arti kesusilaan. Kesucian keluarga dilindungi sekuat mungkin.

Karena keluarga merupakan ikatan sosial paling dasar, maka tidak boleh

dijadikan ajang manipulasi dalam bentuk apapun oleh sistem kekuasaan

yang ada. Kesucian keluarga inilah yang melandasi keimanan yang

memancarkan toleransi dalam derajat sangat tinggi.

Jaminan dasar atas keselamatan harta-benda merupakan sarana

bagi berkembangnya hak-hak individu secara wajar dan proporsional,

dalam kaitannya dengan hak-hak masyarakat atas individu. Masyarakat

dapat menentukan kewajiban-kewajibannya yang diinginkan secara

kolektif atas masing-masing individu warga masyarakat. Tetapi penetapan

kewajiban itu ada batas tejauhnya, dan warga masyarakat secara

155

Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan, Nilai-Nilai Indonesia dan Transformasi Kebudayaan, (Jakarta: The Wahid Institute: 2007), hlm. 4-5

Page 105: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

105

perorangan tidak dapat dikenakan kewajiban untuk masyarakat lebih dari

batas-batas tersebut.

Jaminan dasar atas keselamatan profesi menampilkan sosok lain

lagi dari universalitas ajaran Islam. Penghargaan kepada kebebasan

penganut profesi berarti kebebasan untuk melakukan pilihan-pilihan atas

resiko sendiri, mengenai keberhasilan yang ingin diraih dan kegagalan

yang membayanginya. Dengan ungkapan lain, kebebasan menganut

profesi yang dipilih berarti peluang menentukan arah hidup lengkap

dengan tanggung jawabnya sendiri. Namun pilihan itu tetap dalam alur

umum kehidupan masyarakat.

Secara keseluruhan, kelima jaminan dasar di atas menampilkan

universalitas pandangan hidup yang utuh dan bulat. Pemerintahan

berdasarkan hukum, persamaan derajat, dan sikap tenggang rasa terhadap

perbedaan pandangan adalah unsur-unsur utama kemanusiaan dan dengan

demikian menampilkan universalitas ajaran Islam. Namun, sejauh ini

semua jaminan dasar itu hanya menyajikan kerangka teoritik (atau bahkan

mungkin hanya moralitas belaka) yang tidak berfungsi tanpa didukung

oleh kosmopolitanisme peradaban Islam.

Watak kosmopolitanisme dari peradaban Islam itu sesungguhnya

telah tampak sejak awal pemunculannya. Peradaban itu, yang dimulai

dengan cara-cara Nabi Muhammad saw. mengatur pengorganisasian

masyarakat Madinah hingga munculnya ensiklopedis Muslim awal pada

abad ketiga Hijriyah, memantulkan proses saling menyerap dengan

peradaban-peradaban lain di sekitar Islam pada waktu itu. Yaitu mulai dari

sisa-sisa peradaban Yunani Kuno yang berupa hellenisme hingga

peradaban Anak Benua India.

Kosmopolitanisme peradaban Islam itu muncul dalam sejumlah

unsur dominan, seperti hilangnya batasan etnik, kuatnya pluralitas budaya,

heterogenitas politik, dan bahkan menampakkan diri dalam unsur dominan

Page 106: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

106

yang menakjubkan, yaitu kehidupan beragama yang eklektik156 selama

berabad-abad.

Kosmopolitanisme peradaban Islam tercapai atau berada pada titik

optimal, manakala tercapai keseimbangan antara kecenderungan normatif

kaum Muslim dan kebebasan berpikir semua warga masyarakat termasuk

mereka yang non-Muslim. Kosmopolitanisme seperti itu adalah

kosmopolitanisme yang kreatif, karena di dalamnya warga masyarakat

mengambil inisiatif untuk mancari wawasan terjauh dari keharusan

berpegang pada kebenaran. Situasi kreatif yang memungkinkan pencarian

sisi-sisi paling tidak masuk akal dari kebenaran yang ingin dicari dan

ditemukan, situasi cair yang memaksa universalime ajaran Islam untuk

terus-menerus mewujudkan diri dalam bentuk-bentuk nyata. Namun

demikian, proses tersebut bukannya nyata dalam postulat-postulat

spekulatif belaka.

2. Konsep Pendidikan Pluralisme Menurut Abdurrahman Wahid

Ditinjau dari Pendidikan Islam

Pendidikan Islam merupakan bimbingan jasmani-rohani

berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian

utama menurut ukuran Islam.157 Pendidikan Islam juga mempunyai

pengertian sebagai suatu proses edukatif yang mengarah kepada

pembentukan akhlak atau kepribadian.158 Dari penjelasan tersebut,

diketahui bahwa pendidikan pluralisme Abdurrahman Wahid yang

mengupayakan untuk menanamkan nilai-nilai toleransi pada peserta didik

sejak dini yang berkelanjutan dengan mengembangkan rasa saling

pengertian dan saling memiliki terhadap umat agama lain itu sesuai

dengan konsep pendidikan Islam yang selalu berorientasi pada

terbentuknya kepribadian serta akhlak yang luhur.

156

Sikap berfilsafat yang bersifat memilih atau seleksi dari berbagai sumber untuk

membangun pemikiran filsafat sendiri. 157

Ahmad D. Marimba, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al-Ma’arif, 1989), hlm. 23 158

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), hlm. 4

Page 107: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

107

Dasar yang menjadi acuan Pendidikan Islam merupakan sumber

nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat mengantarkan peserta didik ke

arah pencapaian pendidikan. Oleh karena itu dasar yang terpenting dari

Pendidikan Islam adalah al-Qur’an dan Sunnah Rasul SAW.159 kedua dasar

itulah yang dijadikan Abdurrahman Wahid sebagai landasan pemikiran

dan tindakannya.

Menurut beliau, dalam mencapai taraf hidup yang sejahtera, Islam

mengajarkan umatnya agar senantiasa bekerjasama dalam hal muamalat

tak hanya dengan umat Muslim saja. Seperti yang telah dijelaskan dalam

ajaran agama bahwa umat Islam hendaknya saling tolong menolong dalam

hal kebaikan dan taqwa (wa ta’āwanū ’ala al-birri wa al-taqwā, QS.al-

Maidah:2), juga anjuran untuk berlomba dalam kebaikan (fastabiqu al-

khairāt, QS. al-Baqarah: 148). Dalam mengakui perbedaan antara laki-laki

dan perempuan, bersuku-suku dan berbangsa di bumi ini, menurut Gus

Dur hal itu sebagai keniscayaan bahwa Allah memang menciptakan

perbedaan itu agar saling mengenal dan menghindari perpecahan. Dalam

al-Qur’an juga dijelaskan bahwa kita semua diperintahkan untuk

berpegang teguh pada tali Allah, dan dilarang untuk bercerai berai (QS.

Ali Imran: 103).

Pada ayat yang lain misalnya, dalam menjelaskan QS. al-Baqarah:

120 yang artinya: “Dan orang-orang Yahudi dan Kristen tidak akan rela

kepadamu, hingga engkau mengikuti kebenaran/aqidah mereka. Gus Dur

memandang bahwa selama Nabi Muhammad saw. masih berkeyakinan;

Tuhan adalah Allah, dan Beliau sendiri adalah utusan Allah swt. selama itu

pula orang-orang Yahudi dan Kristen tidak dapat menerima (berarti tidak

rela) kepada keyakinan/aqidah tersebut. Sama halnya dengan sikap kaum

Muslimin sendiri. Selama orang Kristen yakin bahwa Yesus adalah anak

Tuhan dan orang Yahudi percaya bahwa mereka adalah umat pilihan

159

Al-Rasyidin dan Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,

2005), Cet. V, hlm. 34

Page 108: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

108

Tuhan, maka selama itu pula kaum Muslimin tidak akan rela kepada kedua

agama tersebut. Dalam arti tidak menerima ajaran mereka.

Gus Dur menjelaskan bahwa jika kita bersikap demikian, hal itu

sebenarnya wajar-wajar saja, karena menyangkut penerimaan keyakinan.

Tetapi hal itu tidak menghalangi para pemeluk ketiga agama itu untuk

bekerjasama dalam hal muamalat, yaitu memperbaiki nasib bersama dalam

mencapai kesejahteraan materi. Mereka dapat bekerjasama untuk

mengatur kesejahteraan materi tersebut dengan menggunakan ajaran

masing-masing.160

Amal perbuatan kaum Muslimin yang ikhlas kepada agama mereka

memiliki sebuah nilai lebih. hal itu dinyatakan sendiri oleh QS. Ali Imran:

85: “Dan orang yang menjadikan selain Islam sebagai agama, tak akan

diterima amal perbuatannya di akhirat. dan ia adalah orang yang merugi”.

dari Kitab suci ini dapat diartikan bahwa Allah tidak akan menerima amal

perbuatan seorang non-Muslim, tetapi di dalam kehidupan sehari-hari kita

tidak boleh memandang rendah kerja siapapun.

Sebenarnya pengertian kata diterima di akhirat berkaitan dengan

keyakinan agama dan dengan keyakinan demikian memiliki kualitas

tersendiri. sedangkan pada tataran duniawi perbuatan itu tidak tersangkut

dengan keyakinan agama, melainkan secara teknis membawa manfaat bagi

manusia lain. jadi manfaat dari setiap perbuatan dilepaskan oleh Islam dari

keyakinan agama dan sesuatu yang secara teknis memiliki kegunaan bagi

manusia diakui oleh Islam. Namun dimensi penerimaan dari sudut

keyakinan agama memiliki nilainya sendiri. pengislaman perbuatan kita

justru tidak tergantung dari nilai-perbuatan teknis semata, karena antara

dunia dan akhirat memiliki dua dimensi yang berbeda satu dari yang lain.

Dengan demikian, dasar pendidikan Islam itulah yang juga menjadi

dasar pemikiran pendidikan pluralisme Abdurrahman wahid, sehingga

sangatlah relevan. Pemikiran mengenai sikap saling memahami dan

160

Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam Kita, (Jakarta: The Wahid Institute,

2002), hlm. 135

Page 109: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

109

menghargai memang diajarkan dalam setiap agama. Islam dengan jelas

menempatkan toleransi sebagai ajaran penting yang diwakili idiom al-

irham (QS. An Nisa’: 1) dan al-ta’aruf (QS. Al Hujurat: 13) yang berarti

silaturrahmi dan saling mengenal. Demikian pula lafadz ‘amalunā

‘amalukum dapat ditafsirkan sebagai asas penghargaan terhadap wilayah

keunikan setiap agama. Sejarah berbicara bahwa Rasulullah telah

menanamkan sikap tasamuh pada masyarakat Makkah dan Madinah untuk

hidup berdampingan dengan kaum Yahudi dan Nasrani.161

Ditinjau dari segi tugas pendidikan Islam yaitu membimbing dan

mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari tahap ke

tahap kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal,162

maka

langkah beliau dalam merumuskan pendidikan pluralisme yaitu bahwa

untuk menanamkan nilai-nilai toleransi pada peserta didik harus dilakukan

sejak dini dan berkelanjutan mulai dari kecil sampai perguruan tinggi

sehingga akan tercapai tugas tersebut yang menjadikan peserta didik

mampu membuka visi pada cakrawala yang semakin luas, mampu

melintas batas kelompok etnis atau tradisi budaya dan agama sehingga

akan mampu melihat kemanusiaan sebagai sebuah keluarga yang memiliki

perbedaan maupun kesamaan cita-cita.

Dari segi fungsi pendidikan Islam yaitu menyediakan fasilitas yang

dapat memungkinkan tugas pendidikan agar berjalan dengan lancar163

,

hendaknya mampu menjadi wahana mempererat persaudaraan di antara

masyarakat beragama, mengantarkan peserta didik memiliki cara pandang

inklusif, peduli terhadap sesama manusia yang sama-sama ciptaan Tuhan.

161

Hal tersebut sesuai dengan pembahasan dalam Seminar internasional pertama tentang

pendidikan antar-agama (interfaith education) yang diselenggarakan UIN Jakarta secara resmi

ditutup Presiden RI di Istana Negara tanggal 4 Februari 2005 lalu. Konferensi yang berlangsung

tiga hari ini terbilang cukup prestisius. Mayoritas pembicara kunci (keynote speakers) datang dari

sejumlah negara dengan beragam latar belakang keyakinan agama seperti Islam, Kristen, Budha,

Hindu, Kong Hu Cu, serta Taoisme. dan Gus Dur merupakan salah satu pembicara yang mewakili

Indonesia. Lihat: http://rohmatmulyana.blogspot.com/2006/11/issue-pendidikan-antar-agama.html 162

Al-Rasyidin dan Syamsul Nizar, loc. cit. 163

Ibid

Page 110: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

110

Sementara itu, pendidikan pluralisme menurut Abdurrahman

Wahid jika ditinjau dari segi Tujuan Pendidikan Islam164, memiliki tujuan

yang sama, yaitu bertujuan menjadikan manusia sebagai hamba Allah

yang bertakwa, mengantarkannya menjadi khalifatullah fi al-ardl yang

mampu memakmurkannya, dan memperoleh kesejahteraan, kebahagiaan

hidup di dunia sampai akhirat. Hal tersebut akan tercapai jika ada upaya

untuk menjalankan amanat sebagai khalifatullah fi al-ardl dengan cara

senantiasa menciptakan kedamaian bagi sesama makhluk Tuhan,

mengembangkan rasa saling pengertian yang tulus terhadap umat

beragama lain, bukan sekedar saling menghormati serta tenggang rasa,

tetapi yang diperlukan adalah rasa saling memiliki.

Dalam pembahasan mengenai kurikulum pendidikan Islam, maka

kurikulum yang sesuai bagi masyarakat Indonesia yang majemuk yaitu

kurikulum yang dapat menunjang proses siswa menjadi manusia yang

demokratis, pluralis dan menekankan penghayatan hidup serta refleksi

untuk menjadi manusia yang utuh, yaitu generasi muda yang tidak hanya

pandai tetapi juga bermoral dan etis, dapat hidup dalam suasana

demokratis satu dengan lain, dan menghormati hak orang lain.165

Selain itu, perlu kiranya memperhatikan kurikulum sebagai proses.

Ada empat hal yang perlu diperhatikan guru dalam mengembangkan

kurikulum sebagai proses ini, yaitu; (a) posisi siswa sebagai subjek dalam

belajar, (b) cara belajar siswa yang ditentukan oleh latar belakang

budayanya, (c) lingkungan budaya mayoritas masyarakat dan pribadi siswa

adalah entry behaviour kultur siswa, (d) lingkungan budaya siswa adalah

sumber belajar. Dalam konteks deskriptif ini, kurikulum pendidikan

seharusnya mencakup subjek seperti: toleransi, tema-tema tentang

164 Menurut Prof. Achmadi, tujuan tertinggi/terakhir Pendidikan Islam, yaitu menjadi

hamba Allah yang bertakwa, mengantarkan subjek didik menjadi khalifatullah fi al-ardl yang mampu memakmurkannya, dan memperoleh kesejahteraan, kebahagiaan hidup di dunia sampai

akhirat. Lihat, Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Paradigma Humanisme Teosentris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 95

165 Syamsul Ma’arif, Pendidikan Pluralisme di Indonesia, (Jogjakarta: Logung Pustaka,

2005), hlm. 99

Page 111: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

111

perbedaan ethno-kultural dan agama, bahaya diskriminasi, penyelesaian

konflik dan mediasi, HAM, demokrasi dan pluralitas, kemanusiaan

universal dan subjek-subjek lain yang relevan.166

Salah satu cara paling efektif menerapkan kurikulum yang dapat

menunjang proses belajar siswa menjadi manusia yang demokratis,

pluralis artinya peserta didik dapat menerima dan mampu

mengembangkan pluralisme dengan kesadaran diri, menurut Abdurrahman

Wahid, hendaknya peserta didik mampu belajar dari penerimaan secara

terbuka terhadap pluralisme makanan. Siapapun yang memahami realitas

keragaman masakan yang hampir dimiliki oleh setiap daerah di seluruh

pelosok negeri ini, maka pemahamannya terhadap pluralisme justru akan

semakin kokoh. Keragaman masakan yang kita miliki sebenarnya

merupakan unsur kekuatan, bukan unsur ancaman. Makanan yang begitu

banyak aneka ragamnya telah menjadi fakta bahwa pluralisme atau

kebhinekaan merupakan rahmat Tuhan yang harus didayagunakan untuk

kemajuan bangsa.

D. Relevansi Pemikiran Abdurrahman Wahid dalam Konteks

Keindonesiaan

1. Indonesia Adalah Negara Pancasila, Bukan Negara Islam

Bangsa Indonesia adalah bangsa majemuk yang terdiri dari

bermacam-macam etnis, bahasa, suku, ras, agama, dan kepercayaan yang

saling berinteraksi secara harmonis. Semuanya memiliki kesadaran

berbangsa dan cinta tanah air dengan ditunjukkannya semangat membela

Negara dan mempertahankan Kesatuan Negara Republik Indonesia dari

pihak-pihak penjajah sampai titik darah penghabisan. Tak hanya suku

Jawa yang berjuang dan tak hanya umat Muslim yang

mempertahankannya, namun semua komponen bangsa, bukan segelintir

pihak. Sehingga upaya untuk menerapkan formalisasi, syari’atisasi

maupun ideologisasi Islam pada Negara merupakan hal yang mustahil.

166

Ibid

Page 112: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

112

Gus Dur dengan tegas menolak pembentukan Negara Islam bagi

Indonesia, sikap tersebut didasari dengan pandangan bahwa Islam sebagai

jalan hidup tidak memiliki konsep yang jelas tentang Negara. Dasar yang

dipakai beliau adalah: Pertama, Islam tidak mengenal pandangan yang

jelas dan pasti tentang pergantian kepemimpinan. Itu terbukti ketika

wafatnya Nabi Muhammad saw., dan digantikan Abu Bakar melalui bai’at

oleh kepala suku dan wakil-wakil kelompok umat pada waktu itu.

Sedangkan Abu Bakar sebelum wafat menyatakan kepada kaum Muslimin,

hendaknya Umar bin Khattab yang diangkat menggantikan posisinya.

Berarti sistem yang dipakai adalah penunjukan. Sementara Umar

menjelang wafat meminta agar penggantinya ditunjuk melalui dewan ahli

yang terdiri dari tujuh orang. Lalu terpilihlah Usman bin Affan.

Selanjutnya Usman digantikan oleh Ali bin Abi Thalib. Pada saat itu Abu

Sufyan juga telah menyiapkan anak cucunya untuk menggantikan Ali.

Sistem ini kelak menjadi acuan untuk menjadikan kerajaan atau sistem

marga yang menurunkan calon-calon raja dan sultan dalam sejarah Islam.

Kedua, besarnya Negara yang diidealisasikan oleh Islam, juga tak

jelas ukurannya. Nabi Muhammad saw. meninggalkan Madinah tanpa ada

kejelasan mengenai bentuk pemerintahan kaum Muslimin. Tidak ada

kejelasan, misalnya Negara Islam yang diidealkan bersifat mendunia

dalam konteks Negara-bangsa ataukah hanya Negara kota. Acuan inilah

yang dipegang Gus Dur sebagai prinsip untuk menolak dijadikannya

Indonesia sebagai Negara Islam.

Perjalanan sejarah bangsa Indonesia sejak zaman Kerajaan

Majapahit telah membuktikan adanya pluralisme. Para pendiri Indonesia

juga telah mewariskan nilai-nilai utama dalam membangun kehidupan

bangsa yang majemuk. Mereka mampu menempatkan antara agama dan

nasionalisme secara seimbang. Sikap dan perjuangan Gus Dur membela

pluralisme tidak datang seketika. Ia memahami sejarah kebangsaan dan

ke-NU-an dengan cermat, sebelum akhirnya memilih jalan itu. Tokoh-

tokoh NU sejak sebelum kemerdekaan, KH. Hasyim Asy’ari dan KH.

Page 113: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

113

Wahab Hasbullah, telah memikirkan bagaimana menempatkan Islam agar

dapat berfungsi dalam Indonesia yang majemuk serta menjadikan Islam

hidup berdampingan dengan agama lain.

Pada Muktamar NU di Banjarmasin tahun 1935, NU telah

memutuskan bahwa Hindia Belanda (nama Indonesia waktu itu) tidak

memerlukan Islam sebagai ideologi negara. Namun, umat Islam tetap

wajib membela negaranya meskipun negaranya tidak berbentuk negara

Islam. Keputusan ini pulalah yang membuat NU mengakui Pancasila dan

UUD 1945 saat ormas-ormas Islam lain masih memperdebatkannya. UUD

1945 dan Pancasila yang memberikan jaminan atas pluralisme juga banyak

mengandung nilai Islam, seperti mewujudkan kesejahteraan bersama serta

menciptakan masyarakat adil dan makmur.

Sering kali Gus Dur mengutip atau bahkan mendasarkan

tindakannya sesuai dengan kaidah ushul fiqih, menanggapi keadaan atau

situasi bangsa. Dalam soal kepemimpinan, misalnya, Gus Dur sering

mengutip kaidah ushul, tasharrafu al imām ’alā al-ra’iyyah, manūthun bi

al-mashlahah (kebijakan pemimpin terhadap rakyatnya, bergantung pada

kemaslahatan atau kesejahteraan). Dalam soal pembaruan, Gus Dur juga

memakai kaidah ushul al-muhāfadzatu ’ala al-qadim al-shālih, wa al-

akhdu bi al-jadid al-ashlah (memelihara tradisi terdahulu yang baik, dan

menerima sesuatu yang baru, yang lebih baik). Artinya, sikap pluralisme

Gus Dur sudah terbangun sejak kecil dan menerapkannya pada era

modern. Apa yang selama ini dipahami sebagai tradisi, Gus Dur

mengubahnya menjadi sesuatu yang lebih bermakna.

Sebelum dipimpin Gus Dur, citra NU yang menonjol adalah

sebagai organisasi Islam yang eksklusif dari pengaruh pemikiran

kontemporer yang berkembang, konservatif dalam pemahaman

keagamaan, dan fundamentalis dalam memperjuangkan nilai-nilai

kebenaran yang diyakininya. hanya dalam tiga periode kepemimpinannya,

dia berhasil mengubah citra NU menjadi inklusif, modern, dan moderat.

Page 114: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

114

Semangat itu pula yang menginspirasinya untuk menjadikan

Indonesia yang sejahtera dengan kemajemukan warganya. UUD 1945

telah menjamin hak hidup dan kemerdekaan untuk menganut keyakinan

dan mengungkapkan pendapat. Ini harus dipertahankan mati-matian apa

pun resikonya, Dalam hidup berbangsa, umat Islam perlu saling

mengembangkan dialog dan kerja sama dengan umat agama lain. Hanya

dengan dialog dan kerja sama inilah yang akan membuat umat Islam terus

belajar dan mampu hidup berdampingan dengan umat lain. Kondisi ini

menempatkan Islam bukan sebagai alternatif, tetapi sebagai bagian dari

masyarakat dan bangsa.

2. Memperjuangkan Penegakan Demokrasi, HAM, dan Pluralisme di

Indonesia

Bagi kalangan minoritas, Gus Dur dianggap sebagai pembela

utama eksistensi mereka. Masyarakat Papua, etnis Tionghoa, atau umat

Nasrani menganggap Gus Dur sebagai pembela di tengah tantangan dan

ancaman politis masyarakat atau negara. Ia mengatakan bahwa pembelaan

terhadap kelompok minoritas bukan perjuangan mudah. Oleh karena itu,

nasib kelompok minoritas yang selama ini tersisih harus terus

diperjuangkan sesuai dengan amanat UUD 1945.

Menurut Gus Dur, pemerintah tidak perlu melihat segala tuntutan

kelompok minoritas hanya dari kacamata politis. Jika segala tindakan

kelompok minoritas dipandang sebagai gerakan politis, berarti negara telah

kehilangan penghargaan atas keragaman yang dibangunnya sendiri.

Pluralisme Indonesia merupakan yang paling kuat dibandingkan negara

lain. Karena itu, perbedaan itu tidak perlu dipolitisasi. Kegigihannya

membela pluralisme inilah yang membuat Gus Dur pada dianugerahi

Medals of Valor dari The Simon Wiesenthal Center di Amerika Serikat. Ia

dinilai gigih memperjuangkan moderasi dalam Islam dan membangun

dialog dengan agama-agama lain dan turut menciptakan perdamaian dunia.

Gus Dur adalah orang yang konsisten dengan prinsip-prinsipnya.

dan prinsip-prinsip ini berakar pada pemahamannya terhadap Islam yang

Page 115: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

115

liberal, yaitu pemahamannya yang menekankan pada rahmat,

pengampunan, kasih sayang Tuhan dan keharusan kita untuk mengikuti

sifat-sifat ini dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan

beragama. Gus Dur sudah lama dikenal sebagai pembela kaum yang

lemah, dan selama berpuluh-puluh tahun Ia adalah orang yang terus

terang, sering mempertaruhkan reputasi personal yang cukup besar, dalam

membela kelompok yang orang lain enggan membelanya. dan

komitmennya pada toleransi, keterbukaan, kasih sayang dan pembebasan

dalam hubungan antar-komunal maupun antar-iman ini merupakan salah

satu identitas Gus Dur dalam memandang kehidupan publik baik politik

maupun religius.

Gus Dur adalah sosok pemimpin sejati yang selalu memayungi dan

mengayomi semua golongan tanpa melihat perbedaan ras, agama,

kepercayaan dan profesi. Gus Dur selalu melindungi dan mengayomi hak-

hak minoritas dari kesewenang-wenangan mayoritas di Indonesia.

Perjuangan beliau Tak hanya pada konsep pemikiran belaka, namun

langkah konkret beliau lakukan dalam mewujudkan masyarakat berbangsa

yang adil dan harmonis. Sehingga beliau layak disebut sebagai Bapak

Pluralisme, Bapak Demokrasi, serta Pejuang HAM.

m. Bapak Pluralisme

Perjuangan konkrit Gus Dur misalnya, Ketika banyak

kelompok menghujat dan berusaha menyingkirkan kelompok lain yang

dianggap sesat dengan cara-cara kekerasan dan penistaan seperti yang

sering dialami jamaah Ahmadiyah, Gus Dur selalu tampil sebagai

pembelanya. Bukan berarti Gus Dur setuju dengan keyakinan

Ahmadiyah itu, tetapi Ia sangat menghormati keyakinan seseorang. Ia

juga ingin menunjukkan cara memahami dan menghayati agama secara

dewasa, penuh kearifan dan kebijaksanaan. Tidak semata-mata

pemahaman agama yang berdasarkan pengetahuan dan sisi

normatifnya saja. Ia berpegang pada ajaran sang Kiai bahwa boleh saja

kita memandang keyakinan orang lain atau agama orang itu dianggap

Page 116: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

116

sesat, tetapi hal itu tidak dengan sendirinya menjadi boleh bagi kita

untuk melarangnya atau melenyapkannya.

Pembelaan Gus Dur terhadap kelompok dan etnis Tionghoa

dibuktikan secara nyata. Saat Ia menjadi Presiden, hari raya Imlek bisa

diperingati dan dirayakan dengan bebas. Warga Tionghoa tidak perlu

lagi harus sembunyi-sembunyi jika merayakannya.

Karena sebelumnya para warga keturunan Tionghoa harus

mengganti namanya menjadi nama pribumi, tidak boleh mendirikan

sekolah, dilarang mendirikan surat kabar atau majalah yang berbahasa

Mandarin, dan yang lebih parah lagi bahwa mereka dilarang beragama

Konghucu.

Beliau berpandangan bahwa Indonesia dari latar belakang

sejarahnya terbentuk oleh orang yang mempunyai asal-usul berbeda-

beda secara bersama-sama mendirikan Negara ini, termasuk warga

keturunan Tionghoa. Sehingga segala bentuk diskriminasi kepada

masyarakat Tionghoa sangat bertentangan dengan nilai perjuangan

pembentukan bangsa ini.

n. Pejuang Demokrasi

Gus Dur juga dikenal sebagai pejuang demokrasi yang sangat

gigih. Karena itu, pada Maret 1991 Gus Dur bersama para koleganya

mendirikan Forum Demokrasi. Tujuan utamanya adalah untuk

memperjuangkan tegaknya demokrasi di Indonesia baik pada level

kelembagaan maupun kesadaran masyarakat. Namun secara khusus

berdirinya forum demokrasi dilatarbelakangi oleh dua peristiwa

penting di Republik ini. Pertama, kasus Monitor pada bulan Oktober

1990, di mana tabloid tersebut dirusak massa yang mengatasnamakan

Islam gara-gara sebuah surveinya yang menyinggung perasaan umat

Islam. Menurut Gus Dur, kasus monitor menunjukkan bahwa

kelompok dalam masyarakat ingin memanipulasi isu-isu agama untuk

mengedepankan kepentingan mereka.

Page 117: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

117

Kedua, berdirinya ICMI pada Desember 1990. Menurut Gus

Dur, ICMI merupkan alat eksploitasi politik terhadap agama yang

mengutamakan kepentingan kelompok eksklusif yang sempit di atas

kepentingan nasional. ICMI akan mengaliansikan non-Muslim dan

memperburuk pembelahan dan salah paham yang sudah kuat dalam

masyarakat Indonesia selama ini antara kelompok keagamaan,

kesukuan dan budaya yang berbeda.

o. Pejuang HAM

Apresiasi Gus Dur terhadap HAM bukan hanya dalam konsep

saja, Gus Dur menyuarakan pembelaan terhadap sejumlah kasus

tertentu yang menyangkut hak-hak kaum minoritas, penghormatan

terhadap non-Muslim. Ia tanpa ragu membela Ulil Abshar Abdalla,

seorang intelektual muda NU yang juga tokoh muda “Islam Liberal”

yang mengemukakan Liberalisme Islam, sebuah pandangan yang sama

sekali baru dan memiliki sejumlah implikasi yang sangat jauh,

misalnya anggapan bahwa Ulil akan mempertahankan kemerdekaan

berpikir seorang santri demikian bebasnya, sehingga meruntuhkan

asas-asas keyakinannya sendiri akan kebenaran Islam. Itulah sebabnya

mengapa demikian besar reaksi orang terhadap pemikirannya ini.

Seperti diketahui bahwa sejumlah ulama’ serta aktifis Islam tertentu

menilai pemikiran Ulil telah sesat dan keluar dari Islam, dan karena itu

Ia layak dihukum mati

Menurut Gus Dur, kemerdekaan berpikir adalah sebuah

keniscayaan dalam Islam. Tentu saja Ia percaya akan batas-batas

kemerdekaan itu, karena bagaimanapun tidak ada yang sempurna

kecuali kehadirat Tuhan. Selama Ia percaya ayat 88 QS. al-Qashas

yang berbunyi: “Segala sesuatu akan musnah kecuali Dzat Allah”.

Serta yakin akan kebenaran kalimat tauhid, maka Ia adalah seorang

Muslim. Orang lain boleh berpendapat apa saja, tetapi tidak dapat

mengubah kenyataan ini. seorang Muslim yang menyatakan bahwa

Ulil anti Muslim, akan terkena sabda Nabi Muhammad saw. ”Barang

Page 118: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

118

siapa yang mengkafirkan saudaranya yang beragama Islam, justeru

ialah yang kafir”.

Disadari atau tidak, bahwa hanya dengan cara menemukan

pemikiran seperti itu, barulah islam dapat berhadapan dengan

tantangan sekularisme. Kalau demikian reaksi kita, tentu saja kita

masih mengharapkan Ulil mau melahirkan pendapat-pendapat terbuka

dalam media khalayak. Bukankah para ulama’ di masa lampau cukup

bijaksana untuk memperkenalkan perbedaan-perbedaan pemikiran

seperti itu? Berpijak pada adagium seperti “Perbedaan pandangan di

kalangan para pemimpin adalah rahmat bagi umat.”

Demikian juga dalam kasus Inul Daratista, perempuan lugu dan

sederhana ini dicerca keras oleh sebagian Tokoh Agama, Majelis

Ulama’, dan Seniman karena goyang ngebornya dianggap melanggar

batas-batas kesusilaan umum. Mereka menggunakan justifikasi fatwa-

fatwa keagamaan untuk melarang Inul tampil di depan publik. Di

tengah kontroversi itu, Gus Dur tampil melindungi dari gempuran

kecaman dan panasnya opini publik yang menekan Inul. Pembelaan

Gus Dur didasarkan pada melindungi Hak Asasi wong cilik dari

hegemoni elit keagamaan dan klaim atas moralitas kesenian yang agak

represif.

Dari pandangan dan impressinya terhadap HAM itu, jelas

bahwa Gus Dur sebagai tokoh Islam punya paradigma sendiri dalam

memahami dan mengaktualisasikan nilai-nilai HAM. Gus Dur

menginginkan agar Islam memberikan kesempatan lebih luas kepada

semua orang untuk berkarya tanpa dibatasi oleh apapun, seperti

identitas politik dan etnik.

Islam bagi Gus Dur, mencapai titik kemajuan tertinggi justru

ketika seluruh ekspresi dan karya cipta orang perorang dan kelompok

diberi hak hidup yang sama betapapun menyimpangnya atau dianggap

bid’ah. Islam juga memberikan kesempatan kepada siapapun untuk

terlibat langsung dalam pemajuan islam itu sendiri. Merespon balik

Page 119: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

119

dengan cara menulis atau menciptakan karya sebanding adalah satu-

satunya cara yang diperbolehkan jika seseorang atau kelompok tidak

menyetujuinya. Situasi seperti itulah ketika Islam mencapai titik

tertinggi. Dan itulah cita-cita kebangkitan Islam.167

3. Solusi Bagi Permasalahan Kemajemukan di Indonesia

Pada hakikatnya, sebuah masyarakat heterogen yang sedang

tumbuh, tentu sulit untuk mengembangkan saling pengertian yang

mendalam antara beraneka ragam unsur-unsur etnis, budaya daerah,

bahasa ibu, dan kebudayaannya. kalaupun tidak terjadi salah pengertian

mendasar antara unsur-unsur itu, paling tidak tentu saling pengertian yang

tercapai barulah bersifat nominal belaka.

Pola hubungan harmonis seperti itu dengan sendirinya tidak

memiliki daya tahan yang ampuh terhadap berbagai tekanan yang datang

dari perkembangan politik, ekonomi, dan budaya. Kerukunan yang ada

hanyalah kondisi yang rapuh. Sudah tentu kedamaian yang terselenggara

sekedar sikap bertetangga baik, tanpa rasa senasib dan sepenanggungan di

antara orang yang merasa sesama bersaudara.

Dari uraian tersebut, menjadi nyata bagi kita bahwa masalah pokok

dalam hal hubungan antarumat beragama adalah pengembangan rasa

saling pengertian yang tulus dan berkelanjutan. Kita akan menjadi bangsa

yang kukuh, kalau umat agama-agama yang berbeda dapat saling mengerti

satu sama lain, bukan hanya sekedar saling menghormati. Yang diperlukan

adalah rasa saling memiliki, bukannya hanya saling bertenggang rasa satu

terhadap yang lain.168

Memang mayoritas bangsa kita yang Notabene beragama Islam,

masih dicekam oleh kemiskinan dan kebodohan sehingga mudah dirayu

untuk berpindah agama secara murahan. kondisi logis dari kenyataan itu

sebenarnya adalah keharusan bagi gerakan Islam untuk memajukan umat

167

Abdurrahman Wahid, op. cit., hlm. 145 168 Abdurrahman Wahid, Gus Dur Menjawab Perubahan Zaman, Kumpulan

Pemikiran K. H. Abdurrahman Wahid Presiden ke-4 RI, (Jakarta: Kompas, 1999), Cet. II, hlm. 15

Page 120: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

120

mereka. ini berarti para pemimpin Islam di segenap tingkatan harus

menutup mata terhadap semua ekses yang terjadi dalam kehidupan

beragama di negeri ini. harus ada langkah-langkah untuk menangani dan

mencegah terulangnya ekses-ekses itu, termasuk cara penyebaran agama

terlalu agresif, yang dilakukan oleh sementara kelompok penganut agama

dari golongan minoritas. Namun cara penanganan dan penangkalan

haruslah dilakukan dengan bijaksana, tanpa harus melakukan generalisasi

terhadap semua warga umat dari agama tersebut.

Page 121: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

121

BAB V

PENUTUP

D. Simpulan

Berdasarkan uraian dan analisis tentang pendidikan pluralisme

menurut Abdurrahman Wahid yang ditinjau dari sudut pandang pendidikan

Islam, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Menurut Abdurrahman Wahid Konsep Pendidikan pluralisme merupakan

suatu pendidikan untuk menerima perbedaan sebagai sunnatullah agar

saling mengenal, menghindari perpecahan, mengembangkan kerjasama

dengan menanamkan rasa saling pengertian, saling memiliki dan bersikap

inklusif, tidak membatasi pergaulan dengan siapapun, namun tetap

meyakini kebenaran agama sendiri dengan tidak mempersamakan

keyakinan secara total.

2. Dalam perspektif pendidikan Islam, pemikiran Abdurrahman Wahid

tentang Pendidikan pluralisme memiliki keserasian yaitu berorientasi pada

terbentuknya kepribadian serta akhlak yang luhur dengan berdasarkan al-

Qur’an dan al-Hadits, serta mengupayakan untuk menanamkan nilai-nilai

toleransi pada peserta didik sejak dini yang berkelanjutan dengan

mengembangkan rasa saling pengertian dan memiliki terhadap umat

agama lain.

E. Saran dan Penutup

Hendaknya para subjek pendidikan, baik pemikir, tokoh maupun

pelaksana lapangan dapat menjadikan pendidikan pluralisme sebagai

pendidikan untuk mengembangkan sikap pluralisme pada peserta didik di era

sekarang ini. Pendidikan Islam yang berorientasi pada perbaikan tingkah laku

peserta didik sangatlah perlu untuk segera menerapkan ajaran-ajaran Islam

yang toleran melalui kurikulum pendidikannya dengan tujuan pada

pemahaman serta upaya untuk bisa hidup dalam konteks perbedaan agama dan

budaya di tengah kehidupan berbangsa dalam konteks Indonesia yang plural

Page 122: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

122

ini, baik secara individual maupun secara kelompok dan tidak terjebak pada

primordialisme dan eksklusifisme kelompok agama dan budaya yang sempit.

Demikian pula, hendaknya semua elemen masyarakat termasuk

pemerintah ikut serta berperan aktif dalam meningkatkan mutu pendidikan di

Indonesia dan menggalakkan pendidikan pluralisme mencakup berbagai aspek

seperti politik, sosial, ekonomi dan budaya yang mendukung terwujudnya

tatanan pendidikan yang bermutu dan berkualitas, sehingga kemajemukan

bangsa Indonesia bukanlah ancaman, namun akan menjadi kekuatan dengan

sumber daya yang mampu bersaing di tengah globalisasi.

Puji syukur ke hadirat Allah SWT., berkat rahmat, ridha dan inayah-

Nya, dan dengan didasari ketulusan hati serta kesungguhan, akhirnya skripsi

ini dapat terselesaikan. diakui bahwa dalam penyusunan skripsi ini tentunya

masih banyak kekurangan sehingga jauh dari kesempurnaan, untuk itu demi

perbaikan skripsi ini serta demi kesempurnaan dalam penelitian selanjutnya,

saran kritik yang konstruktif dari para pembaca sangat diharapkan.

Akhirnya penulis sampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada

semua pihak yang telah memberikan dukungan serta bantuan moril maupun

materiil sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Teriring do’a

semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi penulis pribadi serta kepada para

pembaca pada umumnya. hanya kepada Allah SWT. penulis memohon

limpahan rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya. Amin ya rabb al-’alamin.

Wa Allahu a’lam bi al-shawab.

Page 123: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

123

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Paradigma Humanisme Teosentris,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005)

Ahmad, Munawar, Ijtihad Politik Gus Dur Analisis Wacana Kritis, (Yogyakarta:

LKiS, 2010)

Rasyidin dan Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,

2005)

Al Ash Shieddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Tafsir al-Qur’anul Majid an

Nuur, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000), Jilid II

Arifin M., Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjaun Teoritis dan Praksis

Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994)

Aziz, Ahmad Amir, Neo-Modernisme Islam di Indonesia Gagasan Sentral

Nurcholish Madjid dan Abdurrahman Wahid, (Jakarta, Rineka Cipta,

1999)

Bakhtiar, A. Nur Alam, 99 Keistimewaan Gus Dur, (Jakarta: Kultural, 2008)

Barton, Greg, Biografi Gus Dur, terj. (Yogyakarta: LKiS, 2008)

___________, “Abdurrahman Wahid dan Toleransi Keberagamaan” dalam M.

Syafi’i Ma’arif, dkk. Gila Gus Dur, (Yogyakarta: LKiS, 2000)

Bekker, Anton dan Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat,

(Yogyakarta: Kanisius, 1990)

Chafsoh, Zannuba Arrifah, “Perangi Ahmadiyah Dengan Dakwah”, Suara

Merdeka, Semarang, 20 Februari 2011

Dawam, Ainurrofiq, Emoh Sekolah; Menolak Komersialisasi Pendidikan dan

Kanibalisme Intelektual, Menuju Pendidikan Multikultural, (Yogyakarta:

Inspeal Ahimsa Karya Press, 2003)

Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, (Jakarta: Al Huda

Kelompok Gema Insani, 2002)

_____________________, Al Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Al Huda

Kelompok Gema Insani,2005)

Dhakiri, M. Hanif, 41 Warisan Kebesaran Gus Dur, (Yogyakarta: LKiS, 2010)

Page 124: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

124

Dj, Fauzan, “Kekalahan Negara atas Kekerasan Berlatar Agama”, Suara Merdeka,

Semarang, 20 Februari 2011

Faqih, Maman Imanulhaq, Fatwa dan Canda Gus Dur, (Jakarta: Kompas, 2010)

Hadjar, Ibnu, Dasar-Dasar Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1996)

Haikal, Muhammad Husain, Sejarah Hidup Muhammad, terj. Ali Audah (Jakarta:

Litera Antar Nusa, 2008)

Hanafi, Hassan, Agama, Kekerasan dan Islam Kontemporer, (Yogyakarta:

Jendela, 2001)

Hakim, Abdul Dubbun, “Islam, Inklusivisme, Dan Kosmopolitanisme”, dalam

Abdul Dubbun Hakim, Menembus Batas Tradisi, Menuju Masa Depan

yang Membebaskan, Refleksi atas Pemikiran Nurcholis Madjid (Jakarta:

Kompas Media Nusantara, 2006)

Ichtijanto, “Masyarakat Majemuk dan Kerukunan Hidup Beragama”, dalam Prof.

Atho Mudzhar, Meretas Wawasan dan Praksis Kerukunan Umat

Beragama di Indonesia dalam Bingkai Masyarakat Multikultural, (Jakarta:

Puslitbang Kehidupan Beragama, 2005)

Iskandar, A. Muhaimin, Melanjutkan Pemikiran dan Perjuangan Gus Dur,

(Yogyakarta, LKiS, 2010)

Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010),

Jilid II

___________________, al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010),

Jilid VII

Komaruddin, Kamus Research, (Bandung: Angkasa, 1984)

Marimba, Ahmad D., Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al Ma’arif, 1989)

Ma’arif, Syamsul, Pendidikan Pluralisme di Indonesia, (Jogjakarta: Logung

Pustaka, 2005)

______________, The Beauty of Islam dalam Cinta dan Pendidikan Pluralisme,

(Semarang: Nedd’s Press, 2008),

Mudzhar, Atho, Pengembangan Masyarakat Multikultural Indonesia dan

Tantangan ke Depan (Tinjauan dari Aspek Keagamaan) dalam Atho

Page 125: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

125

Mudzhar, Meretas Wawasan dan Praksis Kerukunan Umat Beragama di

Indonesia dalam Bingkai Masyarakat Multikultural, (Jakarta: Puslitbang

Kehidupan Beragama, 2005)

Muhadjir, Noeng, Filsafat Ilmu, Kualitatif & Kuantitatif untuk Pengembangan

Ilmu dan Penelitian, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2006)

Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana,

2006)

Mulkhan, Abdul Munir, “Humanisasi Pendidikan Islam”, dalam Hamami Zada, et.

Jurnal Tashwirul Afkar edisi no. 11 tahun 2001

___________________, Nalar Spiritual Pendidikan, Solusi Problem Filosofis

Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002)

Naim, Ngainun dan Achmad Sauqi, Pendidikan Multicultural Konsep dan

Aplikasi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010)

Nata, Abudin, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009)

___________, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2005)

Ng, Zastrouw, Gus Dur, Siapa sih Sampeyan? Tafsir Teoritik atas Tindakan dan

Pernyataan Gus Dur, (Jakarta: Erlangga, 1999)

Nazir, Moh., Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005)

Partanto, Pius A. dan M. Dahlan al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya:

Arkola, 1994)

Qomar, Mujamil, Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional hingga

Metode Kritik, (Jakarta: Erlangga, 2004)

Rachman, Budhi Munawwar-, Islam Pluralis, Wacana Kesetaran Kaum Beriman,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004)

Rahim, Husni , Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Logos,

2001)

Rahman, Fazlur, Islam, (Bandung: Pustaka, 2000)

Ramage, Douglas E., Gus Dur, NU dan Masyarakat Sipil, (Yogyakarta: LKiS,

2010)

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994)

Page 126: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

126

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi, (Yogyakarta: Kreasi

Wacana, 2009)

Roziqin, Badiatul, dkk., 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia, (Yogyakarta: e-

Nusantara, 2009)

Rumadi, “Dinamika Agama dalam Pemerintahan Gus Dur”, dalam Khamami

Zada (ed) Neraca Gus Dur di Panggung Kekuasaan (Jakarta:

LAKPESDAM)

Sanaky, Hujair AH., Paradigma Pendidikan Islam, Membangun Masyarakat

Madani Indonesia, (Yogyakarta: Safiria Insani Press, 2003)

Shihab, Alwi, Islam Inklusif, (Bandung: Mizan, 1999)

Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

(Jakarta: Lentera Hati, 2005), Vol. 1

________________, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

(Jakarta: Lentera Hati, 2005), Vol. 3

________________, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

(Jakarta: Lentera Hati, 2005), Vol. 12

________________, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

(Jakarta: Lentera Hati, 2005), Vol. 13

Shofan, Moh., Menegakkan Pluralisme; Fundamentalisme-Konservatif di Tubuh

Muhammadiyah, (Jogjakarta: LSAF, 2008)

___________., Pendidikan Berparadigma Profetik, (Jogjakarta: IRCiSoD, 2004)

Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002)

Sumaryono, E., Hermeneutik Sebuah Metode Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius,

1999)

Syari’, Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005)

Thoha, Anis Malik, Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis, (Jakarta: Gema

Insani, 2007)

Thoha, Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogya: Pustaka Pelajar, 1996)

Tilaar, HAR., Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia,

(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002)

Page 127: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

127

Wahid, Abdurrahman, “Dialog Agama dan Masalah Pendangkalan Agama,”

dalam Komaruddin Hidayat dan Ahmad Gaus (ed), Passing Over:

Melintas Batas Agama, (Jakarta: Paramadina, 1998)

__________________, Gus Dur Menjawab Perubahan Zaman, Kumpulan

Pemikiran K. H. Abdurrahman Wahid Presiden ke-4 RI, (Jakarta: Kompas,

1999)

__________________, “Hubungan antar-Agama, Dimensi Internal dan

Eksternalnya di Indonesia” dalam Adurrahman Wahid, dkk., Dialog:

Kritik dan Identitas Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1993)

__________________, Islam Kosmopolitan, Nilai-Nilai Indonesia dan

Transformasi Kebudayaan, (Jakarta: The Wahid Institute: 2007)

__________________, Islamku Islam Anda Islam Kita, (Jakarta: The Wahid

Institute, 2002)

__________________, Prisma Pemikiran Gus Dur, (Yogyakarta: LKiS, 2010)

Mukhsin Abdurrahman, Pendidikan Pluralisme-Multikultural,

http://mukhsinblog.blogspot.com/ 2010/06 pendidikan-pluralisme-

multikultural.html

Asrori, Mohib, Islam dan Pendidikan Pluralisme

http://gurutrenggalek.blogspot.com/2010/05/islam-danpendidikan-

pluralisme.html

Biografi Abdurrahman Wahid,

http://kumpulanmakalahdanartikelpendidikan.blogspot.com/2011/02/abdur

rahman-wahid.htmlAbdurrahman Wahid

Catatan Akhir Tahun 2008 Gus Dur, Pluralisme di Indonesia Mengalami Krisis,

http://wahidinstitute.org

Fathurrohman, Wiwit, Biografi Gus Dur,

http://wiwitfatur.wordpress.com/2009/04/21/biografi-abdurrahman-wahid/

http://gudang-biografi.blogspot.com/2010/01/biografi-abdurrahman-wahid-

biografi.html

http://rohmatmulyana.blogspot.com/2006/11/issue-pendidikan-antar-agama.html

Page 128: KONSEP PENDIDIKAN PLURALISME MENURUT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/104/jtptiain-gdl... · Pengertian Pendidikan Islam ... Menurut para ahli, masyarakat Indonesia

128

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

1. Nama : Achmad Mustholih

2. Tempat & Tgl. Lahir : Demak, 27 Agustus 1988

3. Nomor Induk Mahasiswa : 063111064

4. Alamat Rumah : Berahan Wetan RT 03/III Wedung-Demak

Jawa Tengah

HP : 085640016271

E-mail : [email protected]

B. Riwayat Pendidikan

1. Pendidikan Formal:

a. SDN Berahan Wetan I, Wedung-Demak lulus tahun 2000

b. MTs Raudlatut Thalibin Bungo, Wedung-Demak lulus tahun 2003

c. SMU Raudlatut Thalibin Bungo, Wedung-Demak lulus tahun 2006

d. IAIN Walisongo Semarang Fak. Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama

Islam (angkatan 2006) lulus tahun 2011

2. Pendidikan Non-Formal:

a. Madrasah Diniyah dan Wustho Nurul Burhan, Berahan Wetan,

Wedung, Demak

b. Ponpes. Raudlatut Thalibin, Tugurejo-Tugu-Kota Semarang Tahun

2006

Yang menyatakan,

Achmad Mustholih