IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN...

83
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM PEMBELAJARAN FIQIH DI MI MA’ARIF MADUSARI SECANG MAGELANG TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah Oleh SHOLATUN NIM: 073111218 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

Transcript of IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN...

Page 1: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM

PEMBELAJARAN FIQIH DI MI MA’ARIF MADUSARI

SECANG MAGELANG TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana

dalam Ilmu Tarbiyah

Oleh

SHOLATUN NIM: 073111218

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2011

Page 2: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

ii

ABSTRAK

SHOLATUN (NIM: 073111218), Implementasi Model Pembelajaran Contextual

Teaching And Learning (CTL) dalam Pembelajaran Fiqih di MI Ma’arif Madusari

Secang Magelang Tahun 2010. Skripsi. Semarang: Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo, 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) Mengetahui pembelajaran fiqih di

MI Ma’arif Madusari Secang Magelang. 2) Mengetahui implementasi model

pembelajaran contextual teaching and learning dalam pembelajaran fiqih di MI

Ma’arif Madusari Secang Magelang tahun 2010.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan

menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, yang dimaksudkan hanya

dengan membuat deskripsi atau narasi dari suatu fenomena, tidak untuk mencari

hubungan antar variabel, ataupun menguji hipotesis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pembelajaran Fiqih di MI Ma’arif

Madusari Secang Magelang dinilai sudah baik. Guru melakukan pembelajaran

Fiqih dengan tujuan mengarahkan siswa dalam memahami, mengenal, menghayati

dan mengamalkan hukum Islam yang mengarah siswa supaya taat dan bertaqwa

kepada Allah SWT melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta

pengalaman siswa sehingga menjadi muslim yang selalu bertambah keimanannya

kepada Allah SWT. Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran Fiqih tersebut,

guru melakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

Implementasi model pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL) dalam pembelajaran Fiqih di MI Ma’arif Madusari Secang Magelang

berjalan dengan baik; mulai dari persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi

pembelajaran, yang sesuai dengan komponen dan karakteristik serta hal-hal lain

yang terkait dalam pendekatan CTL. Model pembelajaran Contextual Teaching

dan Learning (CTL) merupakan suatu model pembelajaran yang bertujuan untuk

membantu guru mengaitkan materi yang telah diperoleh oleh peserta didik ke

dalam dunia nyata. Siswa dengan segala potensi yang dimiliki, memungkinkan

untuk mengembangkannya sendiri sehingga menjadi pengetahuan yang bermakna,

baik sebagai individu, anggota keluarga maupun anggota masyarakat.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk

memperbaiki proses pembelajaran.

Page 3: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

iii

Semarang, Maret 2011

NOTA DINAS

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu’alaikum wr. wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan

koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : Implementasi Model Pembelajaran Contextual Teaching And

Learning (CTL) dalam Pembelajaran Fiqih di MI Ma’arif

Madusari Secang Magelang Tahun 2010

Nama : Sholatun

NIM : 073111218

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqosah.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Pembimbing,

Darmu’in, M.Ag.

NIP. 19640424 199303 1 003

Page 4: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

iv

KEMENTERIAN AGAMA R.I.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS TARBIYAH Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang

Telp. 024-7601295 Fax. 7615387

PENGESAHAN

Naskah Skripsi dengan:

Judul : Implementasi Model Pembelajaran Contextual Teaching And

Learning (CTL) dalam Pembelajaran Fiqih di MI Ma’arif

Madusari Secang Magelang Tahun 2010

Nama : Sholatun

NIM : 073111218

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salash satu syarat memperoleh gelar

sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam.

Semarang, April 2011

Ketua, Sekretaris,

Sugeng Ristianto, Drs. M.Ag. Nur Uhbiyati, Hj. Dra. M.Pd.

NIP. 19650819 200302 1 001 NIP. 19520208 197612 2 001

Penguji I, Penguji II,

Raharjo, H. Dr. M.Ed. St. Widodo Supriyono, Drs. M.A.

NIP. 19651123 199103 1 003 NIP. 19591025 198703 1 003

Dosen Pembimbing,

Darmu’in, M.Ag.

NIP. 19640424 199303 1 003

Page 5: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

v

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah di tulis oleh orang

lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi pikiran-

pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi

yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, Maret 2011

Sholatun

NIM: 073111218

Page 6: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

vi

MOTTO

Ÿξ sùr& tβρã�ÝàΨtƒ ’n<Î) È≅ Î/M}$# y# ø‹Ÿ2 ôM s)Î=äz ∩⊇∠∪ ’ n<Î)uρ Ï !$ uΚ¡¡9 $# y# ø‹Ÿ2 ôM yè Ïùâ‘

∩⊇∇∪ ’n<Î)uρ ÉΑ$t6 Åg ø:$# y# ø‹ x. ôMt6 ÅÁ çΡ ∩⊇∪ ’ n<Î)uρ ÇÚ ö‘F{ $# y# ø‹ x. ôMys ÏÜ ß™ ∩⊄⊃∪

Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia

diciptakan, dan langit, bagaimana ia ditinggikan? dan gunung-gunung

bagaimana ia ditegakkan? dan bumi bagaimana ia dihamparkan?

(QS. Al-Ghasyiyah: 17-20).1

1Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Depag RI, 1989), hlm. 1028

Page 7: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

vii

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati dan penuh kebahagiaan skripsi

ini penulis persembahkan kepada orang-orang yang telah membuat hidup

ini menjadi berarti:

1. Suami Sujadi

2. Anak-anaku Khoirul Imam dan Arif Lukman Hakim

3. Keluarga besarku

Page 8: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah

melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang

wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan dari Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi

Muhammad SAW. Yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu

pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal

hidup kita, baik di dunia dan di akhirat kelak.

Penulis sadar sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak terselesaikan jika tanpa

uluran tangan, bimbingan dan bantuan dari semua pihak baik bersifat materiil

maupun spiritual. Dengan teriring rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih

yang tak terhingga kepada:

1. Dr. Suja’i, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang.

2. Darmu’in, M.Ag. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan arahan selama proses penulisan skripsi.

3. Kepala MI Ma’arif Madusari Secang Magelang yang berkenan memberikan

izin pada penulis untuk melakukan penelitian di MI Ma’arif Madusari Secang

Magelang.

4. Segenap dosen Fakultas Tarbiyah yang telah membekali banyak pengetahuan

kepada penulis dalam menempuh studi di Fakultas Tarbiyah.

5. Segenap pegawai Fakultas Tarbiyah, pegawai perpustakaan IAIN, dan

pegawai perpustakaan Fakultas Tarbiyah yang telah memberikan layanan yang

baik bagi penulis.

6. Semua pihak yang telah membantu penulis.

Atas jasa-jasa mereka, penulis hanya dapat memohon doa semoga amal

mereka diterima di sisi Allah SWT. dan mendapat balasan pahala yang lebih baik

serta mendapatkan kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Page 9: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

ix

Penulis dalam hal ini juga mengharap kritik dan saran yang konstruktif

dari para pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Dan akhirnya penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan

bagi para pembaca pada umumnya. Amin.

Semarang, Maret 2011

Penulis,

SHOLATUN

NIM : 073111218

Page 10: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv

HALAMAN DEKLARASI ............................................................................. v

HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Penegasan Istilah .......................................................................... 5

C. Rumusan Masalah ........................................................................ 6

D. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6

E. Kajian Pustaka ............................................................................. 6

F. Metode Penelitian .................................................................... 8

BAB II MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING (CTL) DALAM PEMBELAJARAN FIQIH

A. Pembelajaran Fiqih ..................................................................... 24

1. Pengertian Pembelajaran Fiqih ............................................ 24

2. Tujuan Pembelajaran Fiqih .................................................. 27

3. Ruang Lingkup Fiqih ........................................................... 28

B. Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) ........ 11

2. Pengertian Contextual Teaching And Learning ................ 11

3. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran CTL ......................... 12

4. Karakteristik Pembelajaran CTL ......................................... 14

5. Pendekatan Kontekstual dalam Proses Pembelajaran ........ 21

C. Pendekatan Pembelajaran Fiqih melalui CTL .......................... 29

Page 11: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

ii

BAB III GAMBARAN UMUM DAN IMPLEMENTASI MODEL

PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING (CTL) DALAM PEMBELAJARAN FIQIH DI MI

MA’ARIF MADUSARI SECANG MAGELANG

A. Gambaran Umum MI Ma’arif Madusari Secang Magelang .... 32

1. Tinjauan Historis ..................................................................... 32

2. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan .......................................... 33

3. Letak Geografis ....................................................................... 34

4. Struktur Organisasi .................................................................. 35

5. Keadaan Tenaga Pendidik ....................................................... 35

6. Keadaan Siswa ........................................................................ 36

7. Sarana dan Prasarana ............................................................... 37

B. Implementasi Model Pembelajaran Contextual Teaching

And Learning (CTL) Dalam Pembelajaran Fiqih di MI

Ma’arif Madusari Secang Magelang ........................................ 37

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM

PEMBELAJARAN FIQIH DI MI MA’ARIF MADUSARI SECANG

MAGELANG TAHUN 2010 ………………………………….. 47

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 59

B. Saran-saran .................................................................................... 59

C. Penutup .......................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran fiqh di Madrasah Ibtidaiyah seringkali kurang menarik

dan cenderung membosankan bagi siswa. Dalam pembelajaran fiqh di MI

siswa diupayakan lebih aktif dan tertarik untuk mengikuti pelajaran agar

proses pembelajaran berlangsung dengan kondusif, efektif, kreatif, efisien dan

menyenangkan. Pola pembelajaran fiqh di MI diupayakan mampu

membangkitkan kreativitas belajar siswa. Agar pembelajaran fiqh terasa

mudah dan menyenangkan, pembelajarannya harus dikaitkan seoptimal

mungkin dengan kehidupan nyata dalam pikiran siswa, sehingga bermakna

dalam kehidupan siswa (anak) dan tidak terasa abstrak. Pembelajaran fiqh juga

diharapkan berorientasi membekali siswa dalam bentuk pengetahuan, pola

pikir, sikap dan keterampilan.

Sehubungan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),

pendekatan yang dipakai dalam pembelajaran adalah model Contextual

Teaching and Learning (CTL). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) sudah pada tahap implementasi. Artinya guru tidak lagi

mendiskusikan atau mempertanyakan landasan filosofis dan arah KTSP,

melainkan lebih pada upaya melaksanakan pesan, agar tujuan pendidikan

sesuai dengan rumusan idealitas KTSP.

Memang keberhasilan KTSP sangat tergantung dari proses

pembelajaran yang dilakukan guru meskipun juga masih ditentukan oleh

faktor lain seperti sarana prasarana sekolah. Salah satu upaya untuk

menyukseskan KTSP dilakukan dengan cara melaksanakan strategi

pembelajaran menggunakan pendekatan CTL (contextual teaching and

learning) pada mata pelajaran Fiqih.

Materi yang terdapat dalam mata pelajaran Fiqih sifatnya memberikan

bimbingan terhadap siswa agar dapat memahami, menghayati dan

mengamalkan pelaksanaan syari’at Islam, yang kemudian menjadi dasar

Page 13: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

2

pandangan dalam kehidupannya, keluarga dan masyarakat lingkungannya.

Bentuk bimbingan itu tidak terbatas pada pemberian pengetahuan tetapi lebih

jauh seorang guru dapat memberikan contoh dan suri tauladan bagi siswa dan

masyarakat lingkungannya. Karena pada dasarnya mata pelajaran Fiqih

merupakan bidang keilmuan yang terikat langsung dengan kehidupan sehari-

hari. Oleh karena itu, pembelajaran Fikih diarahkan supaya peserta didik dapat

memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya untuk

diaplikasikankan dalam kehidupan sehingga menjadi muslim yang selalu taat

menjalankan syariat Islam secara kaaffah (sempurna).1

Melalui pembelajaran kontekstual mata pelajaran fiqh dapat diberikan

kepada peserta didik untuk menerapkan kaidah-kaidah fiqh ke dalam dunia

nyata, sehingga diharapkan tingkat pemahaman siswa dapat meningkat dan

bisa mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dalam kehidupan untuk

jangka panjang. Tidak seperti pembelajaran konvensional yang hanya

membantu siswa dalam mengingat mata pelajaran secara jangka pendek.

Pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning/CTL)

merupakan sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa peserta

didik mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam

materi akademis yang mereka terima dan mampu mengaitkan informasi baru

dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya.2

Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi

siswa. Pendekatan ini cocok diterapkan dalam Fiqih sebagai mata pelajaran

yang aplikatif dan dapat mendorong siswa untuk menghayati sekaligus untuk

mengamalkan kaidah-kaidah Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagaimana telah digambarkan bahwa al-Qur’an menuntun peserta

didiknya untuk menemukan kebenaran melalui usaha peserta didik sendiri,

menuntut agar materi yang disajikan diyakini kebenarannya melalui

argumentasi-argumentasi logika, dan kisah-kisah yang dipaparkannya

1Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar

Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah Bab

VII, hlm. 50-51 2Elanine B. Johnson, Contextual Teaching And Learning, Terj. Ibnu Setiawan

(Bandung: MLC, 2007), hlm. 14

Page 14: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

3

mengantarkan mereka kepada tujuan pendidikan dalam berbagai aspeknya,

dan nasihatnya diikuti dengan panutan.3

Begitu juga dalam rangka memantapkan pelaksanaan materi-materi

ajarannya, metode pembiasaan ditempuh pula oleh al-Qur’an. Hal ini dapat

dibuktikan dengan mengamati larangannya yang bersifat pasti tanpa bertahap

terhadap penyembahan berhala, syirik atau kebohongan. Sedangkan dalam

soal-soal seperti larangan minuman keras, zina atau riba, proses pembiasaan

tersebut dilakukan. Demikian pula dalam hal-hal seperti kewajiban shalat,

zakat dan puasa.4

Terlebih lagi bahwa prinsip-prinsip agama yang akan diajarkan di

sekolah adalah abstrak dan salah satu prinsip dari semua pengajaran adalah

hal-hal yang abstrak harus diajarkan sebagai interpretasi dari pengamalan

konkret, lebih-lebih lagi berfikir abstrak (kemampuan memahami arti dari hal-

hal yang sama sekali abstrak) secara relatif harus tumbuh dan menuju

kematangan pada akhir pertumbuhan pada masa kanak-kanak.5 Prinsip-

prinsip tersebut di atas memberi petunjuk bahwa pendidikan agama pada masa

kanak-kanak harus mencakup pengalaman-pengalaman konkrit yang

bermakna bagi anak dan menghindari hal-hal yang abstrak.

MI Ma’arif Madusari Secang Magelang merupakan salah satu sekolah

yang telah menerapkan pendekatan contextual teaching and learning. Hal

ini yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian bagaimana

implementasi model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

dalam pembelajaran Fiqih di MI Ma’arif Madusari Secang Magelang dan

kendala-kendalanya.

B. Penegasan Istilah

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan agar terhindar dari

timbulnya kesalahpahaman terhadap apa yang terkandung dalam skripsi ini,

maka kiranya diperjelas dan dibatasi pengertian tersebut di bawah ini.

3Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1994), hlm. 177.

4Ibid., hlm. 176. 5Zakiyah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Penerbit

Bumi Aksara, 2001), hlm. 57.

Page 15: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

4

1. Implementasi

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Implementasi berarti

pelaksanaan atau penerapan.6 Implementasi yang dimaksud yaitu

penerapan CTL dalam pembelajaran Fiqih.

2. Pendekatan CTL

Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan

konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi

pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata,

sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan

kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.7

Dalam buku Departemen Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa

pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah

konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupannya sehari-hari, dengan melibatkan tujuh

komponen utama pembelajaran efektif, yaitu konstruktivisme

(Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry)

masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan

penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).

Jadi CTL yang dimaksud di sini yakni suatu strategi pembelajaran

yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi

dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antar

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

sehari-hari sehingga hasil pembelajarannya diharapkan lebih bermakna

bagi siswa.

6Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: Widya

Karya, 2009), hlm. 178. 7Masnur Muslih, KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2009), hlm. 41.

Page 16: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

5

3. Pembelajaran Fiqih

Mata pelajaran Fiqih merupakan salah satu mata pelajaran yang

diajarkan di MI yang merupakan bagian dari pendidikan agama Islam.

Sedangkan kata Fiqih berasal dari kata faqaha yang artinya ”memahami”.8

Menurut istilah Fiqih adalah ”hasil daya upaya para fuqaha dalam

menerapkan syariat Islam sesuai dengan kebutuhan masyarakat.9 Dari

definisi tersebut dapat disimpulkan Fiqih adalah ilmu yang menjelaskan

tentang hukum syar’iyyah yang berhubungan dengan segala tindakan

manusia baik berupa ucapan atau perbuatan. Jadi pembelajaran Fiqih

adalah proses belajar mengajar yang fokus pada pembahasan hukum

Islam.

4. MI Ma’arif Madusari Secang Magelang

Madrasah Ibtidaiyah merupakan sekolah dasar yang berciri khas

agama Islam yang diselenggarakan oleh Departemen Agama melalui

Keputusan Menteri Agama Nomor 372 Tahun 1993 tentang kurikulum

Pendidikan dasar berciri khas agama Islam. MI yang dimaksud adalah MI

MI Ma’arif yang terletak di desa Madusari kecamatan Secang kabupaten

Magelang, sebuah lembaga pendidikan yang setaraf dengan SD dan secara

institusi bernaung dibawah Departemen Agama.

Dengan demikian yang dimaksud dengan judul “Implementasi Model

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran

Fiqih di MI Ma’arif Madusari Secang Magelang Tahun 2010” adalah

kemampuan seorang pendidik untuk mengkaitkan antara materi pelajaran

yang diajarkan dengan situasi dunia nyata yang dialami siswa serta

mendorong membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari pada kelompok pengetahuan Fiqih

di MI Ma’arif Madusari Secang Magelang.

8Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), hlm. 321

9Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Falsafah Hukum Islam, (Semarang: Pustaka

Rizki Putra, 2001). hlm. 29.

Page 17: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

6

C. Rumusan Masalah

Bertolak dari uraian tersebut, maka ada beberapa masalah yang perlu

peneliti kemukakan, antara lain :

1. Bagaimana pembelajaran Fiqih di MI Ma’arif Madusari Secang

Magelang?

2. Bagaimana implementasi model pembelajaran contextual teaching and

learning dalam pembelajaran Fiqih di MI Ma’arif Madusari Secang

Magelang tahun 2010?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pembelajaran Fiqih di MI Ma’arif Madusari Secang

Magelang.

2. Mengetahui implementasi model pembelajaran contextual teaching and

learning dalam pembelajaran Fiqih di MI Ma’arif Madusari Secang

Magelang tahun 2010.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peserta Didik

Dapat memberi gambaran yang nyata tentang penerapan model

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam

pembelajaran PAI sehingga peserta didik memiliki motivasi yang tinggi

dalam meraih prestasi sebaik-baiknya.

2. Bagi Guru

Kegunaan bagi guru mata pelajaran adalah agar mendapat

pengalaman langsung tentang pelaksanaan model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran PAI

sekaligus sebagai contoh yang dapat dilaksanakan di lapangan.

3. Bagi Sekolah

Dengan mengetahui hasil penelitian ini, hendaknya pihak sekolah

memiliki sikap proaktif terhadap setiap usaha guru, mendukung dan

Page 18: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

7

memberi kesempatan kepada guru untuk senantiasa meningkatkan kualitas

pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

F. Kajian Pustaka

Sepanjang telaah penulis, sudah ada penelitian ilmiah yang membahas

tentang implementasi pendekatan CTL dalam pembelajaran Fiqih. Sebagai

bahan komparasi, penulis akan memaparkan beberapa literatur yang berkaitan

dengan penelitian ini.

Skripsi Siti Ruwiyah (NIM: 073111299) yang berjudul

”Pengembangan Sumber Belajar Melalui Pendekatan CTL Pada Mata

Pelajaran Pendidikan Ibadah Shalat di MI Hidayatussibyan Wadaslintang

Wonosobo Tahun 2008/2009.” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

pengembangan dan pemanfaatan sumber belajar pada mata pelajaran

pendidikan ibadah shalat melalui pendekatan CTL, telah diterapkan dengan

memanfaatkan sumber belajar yang ada, yakni melalui media yang tersedia

walaupun masih sangat terbatas. Hal itu terlihat kegiatan belajar mengajar

yang lebih sering menggunakan media charta dan masih terfokus pada buku

ajar. Meskipun sudah mulai menggunakan sumber belajar lainnya seperti

perpustakaan dan masjid, namun pelaksanaannya kurang intensif.

Elanine B. Johnson, dalam bukunya yang berjudul “Contextual

Teaching And Learning”, yang khusus membahas masalah pembelajaran

kontekstual (Contextual Teaching And Learning). Dalam buku ini dijelaskan

secara gamblang apa saja bidang gerak CTL, menjelaskan cara menggunakan

sistem ini dan memberikan banyak contoh cara yang dipakai oleh guru-guru

yang sudah berhasil menggunakan CTL untuk membantu peserta didik meraih

keunggulan akademis.10

Masnur Muslih dalam bukunya yang berjudul ” KTSP: Pembelajaran

Berbasis Kompetensi dan Kontekstual”. Dalam buku ini disajikan latar

belakang perlunya pendekatan kontekstual diterapkan dalam pembelajaran,

10Elanine B. Johnson, loc.cit.

Page 19: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

8

pengertian pendekatan kontekstual dan penerapan pendekatan kontekstual

dalam pembelajaran.11

Dalam hal ini penulis akan mencoba melakukan elaborasi tentang

implementasi pendekatan pembelajaran CTL pada mata pelajaran Fiqih,

khususnya di MI Ma’arif Madusari Secang Magelang.

G. Metode Penelitian

1. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menfokuskan penelitan pada

implementasi pendekatan CTL pada mata pelajaran Fiqih, di antaranya:

a. Persiapan pembelajaran Fiqih menggunakan pendekatan CTL

b. Proses belajar mengajar Fiqih menggunakan pendekatan CTL

c. Evaluasi pembelajaran Fiqih menggunakan pendekatan CTL

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang peneliti gunakan adalah pendekatan

kualitatif lapangan yaitu pendekatan penelitian yang dimaksudkan untuk

menjelaskan fenomena atau karakteristik individu, situasi atau kelompok

tertentu secara akurat.

Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan

untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti adalah

sebagai instrument kunci.12

3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah cara yang tepat untuk mengumpulkan

data lengkap, objektif dan dapat dipertanggungjawabkan serta sesuai

subjek dan tujuan penelitian. Adapun metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

a. Metode observasi

Metode observasi adalah ”pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadap fenomena atau kejadian yang diselidiki.”13

11Masnur Muslih, op.cit., hlm. 40.

12Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta, 2009), hlm. 1

13Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi, 2002), hlm. 136.

Page 20: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

9

Metode ini digunakan untuk mengetahui proses pembelajaran Fiqih

menggunakan model pembelajaran contextual teaching and learning

(CTL) di MI Ma’arif Madusari Secang Magelang.

b. Metode Interview (wawancara)

Menurut Subagyo wawancara ialah “suatu kegiatan yang

dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan

mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada responden.”14 Metode

ini digunakan untuk menggali data tentang sejarah berdirinya

madrasah, keadaan guru, tenaga kependidikan dan implementasi

pendekatan CTL pada mata pelajaran Fiqih. Yang menjadi nara

sumber adalah guru, kepala madrasah dan siswa.

c. Metode Dokumentasi

Metode Dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis

seperti buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat,

catatan harian dan sebagainya.15 Yakni metode yang menggunakan

sekumpulan data verbal berupa tulisan, dokumen, sertifikat, photo,

kaset dan lain-lain. Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data

yang berkaitan dengan sekolah seperti biografi sekolah, jumlah siswa,

guru, visi misi MI Ma’arif Madusari Secang Magelang, foto

pembelajaran dan perangkat pembelajaran lain seperti RPP.

4. Metode Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari lapangan dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-

unit, melakukan sintesa, menyusun pola, memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami

oleh diri sendiri maupun orang lain.16

14P. Jogo Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,

2004), hlm. 39 15Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta, Rineka

Cipta, 1997), hlm. 135. 16Sugiyono, op.cit., hlm. 89

Page 21: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

10

Adapun metode yang dipakai dalam menganalisis data adalah

deskriptif kualitatif, yang dimaksudkan hanya dengan membuat deskripsi

atau narasi dari suatu fenomena, tidak untuk mencari hubungan antar

variabel, ataupun menguji hipotesis.

Adapun metode yang dilakukan dalam pendekatan kualitatif

deskriptif, adalah sebagai berikut:

a. Deduksi

Yaitu cara berfikir yang berangkat dari pengetahuan yang

sifatnya umum dan bertitik tolak pada pengetahuan yang umum itu kita

hendak menilai kejadian yang bersifat khusus.17

b. Induksi

Yaitu apa saja yang dipandang benar pada semua peristiwa

dalam suatu kelas atau jenis berlaku juga sebagai hal yang benar pada

semua peristiwa yang termasuk dalam kelas itu atau jenis itu. Jika

orang dapat membuktikan bahwa suatu peristiwa termasuk dalam kelas

yang dipandang benar, maka secara logik dan otomatik orang dapat

menarik kesimpulan bahwa kebenaran yang terdapat dalam kelas itu

juga menjadi kebenaran bagi peristiwa yang khusus itu.18

Dengan demikian, induksi adalah cara berfikir yang berangkat

dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang konkrit,

kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang khusus,

konkrit itu ditarik generalisasi-generalisasi yang bersifat umum.

17Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, (Yogyakarta: yayasan Penerbit Fakultas

Psikology, Andi Offset1980), hlm. 42. 18

Ibid., hlm. 36.

Page 22: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

11

BAB II

MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

(CTL) DALAM PEMBELAJARAN FIQIH

A. Pembelajaran Fiqih

1. Pengertian Pembelajaran Fiqih

Pembelajaran adalah proses yang terjadi dalam kegiatan belajar

mengajar. Sebelum penulis menjelaskan pengertian pembelajaran Fiqih

terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai beberapa pengertian belajar.

Secara bahasa kata pembelajaran berasal dari kata belajar dan

mendapat imbuhan pe- dan -an yang berarti ”proses, cara, menjadikan

orang atau makhluk hidup belajar.”1 Sedangkan secara istilah pengertian

belajar adalah “tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang

relative menetapkan sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan

lingkungan yang melibatkan proses kognitif.”2

Menurut Moh. Uzer Usman pembelajaran adalah “suatu proses

yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas dasar

hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk

mencapai tujuan tertentu.”3

Interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran banyak faktor

yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri

individu, maupun eksternal yang datang dari lingkungan peserta didik itu

sendiri. Untuk itu seorang pendidik dengan mengetahui beberapa faktor

yang mempengaruhi proses pembelajaran maka bagaimana seorang

pendidik untuk dapat memberikan motifasi dan semangat kepada mereka

ketika beberapa faktor yang datang dari luar atau dari luar sebagai

penghambat bagi mereka.

1Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: Widya

Karya, 2009), hlm. 21 2Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja

Rosda Karya, 2002), hlm. 92. 3Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009),

hlm. 4.

Page 23: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

12

Kata Fiqih berasal dari kata faqaha yang artinya ”memahami”.4

Menurut istilah Fiqih adalah ”hasil daya upaya para fuqaha dalam

menerapkan syariat Islam sesuai dengan kebutuhan masyarakat.5 Jadi

Fiqih adalah ilmu yang menjelaskan tentang hukum syar’iyyah yang

berhubungan dengan segala tindakan manusia baik berupa ucapan atau

perbuatan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran mata

pelajaran Fiqih adalah sebagai proses belajar untuk mengembangkan

kreativitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir peserta

didik, serta dapat meningkatkan kemampuan membangun pengetahuan

baru yang di dapat dari pengalaman dalam proses pembelajaran yang

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini sesuai dengan

komponen pembelajaran secara kontekstual bahwa dengan mengaitkan

materi pembelajaran yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari atau

dalam konteks kehidupan nyata maka proses pembelajaran benar-benar

bermakna dan membekas dibenak mereka.

Sedangkan dalam Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 Tahun 2008

tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama

Islam dan Bahasa Arab di Madrasah dijelaskan bahwa Fiqih merupakan

“sistem norma (aturan) yang mengatur hubungan manusia dengan Allah,

sesama manusia dan dengan makhluk lainnya.”6 Untuk selanjutnya istilah

Fiqih ini dipahami sebagai salah satu bagian dari mata pelajaran

pendidikan agama yang diajarkan di Madrasah.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran Fiqih adalah proses interaksi antara peserta didik dan

pendidik dalam rangka memahami konsep Fiqih yang utuh, sehingga

peserta didik mampu mengimplementasikan hukum mawaris dalam

kehidupan sehari-hari.

4Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), hlm. 321 5Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Falsafah Hukum Islam, (Semarang: Pustaka

Rizki Putra, 2001). hlm. 29. 6Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar

Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah bab VII, hlm. 48

Page 24: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

13

Mata pelajaran Fiqih sebagai bagian dari Pendidikan Agama Islam

(PAI) diterangkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah upaya dasar dan

terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayati hingga mengimani ajaran agama islam.7 Dalam hal ini proses

pembelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah tidak terlepas dari peran

lembaga Madrasah Ibtidaiyah itu sendiri.

Materi pembelajaran Fiqih yang ada di madrasah tidak lepas dari

kurikulum pendidikan nasional yang tidak lain mengacu pada kebutuhan

peserta didik dan mnyesuaikan perkembangan zaman. Sehingga

pembelajaran Fiqih yang dilakukan oleh pendidik benar-benar membekali

peserta didik untuk menghadapai tantangan hidupnya dimasa yang akan

datang secara mandiri, cerdas, rasional dan kritis.

Pembelajaran Fiqih yang ada di madrasah saat ini tidak terlepas dari

kurikulum yang saat ini ditetapkan oleh pemerintah yaitu Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagaimana

dimaksud adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan

dilaksanakan dimasing-masing satuan pendidikan. Sehingga kurukulum ini

sangat beragam. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

yang beragam ini tetap mengacu pada standar nasional pendidikan.

Standar Nasional Pendidikan itu sendiri terdiri atas standar isi, proses,

kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,

pengelolaan, pembiyayaan dan penilaian pendidikan

2. Tujuan Pembelajaran Fiqih

Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu

mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang Fiqih ibadah, terutama

menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan

rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari, serta Fiqih

muamalah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman sederhana

7Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,

(Bandung: PT Remja Rosda Karya, 2004), hlm. 130

Page 25: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

14

mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram,

khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.

Secara substansial mata pelajaran Fiqih memiliki kontribusi dalam

memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan

menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai

perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia

dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia,

makhluk lainnya ataupun lingkungannya.

Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk

membekali peserta didik agar dapat:

a. Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum Islam baik

yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan

pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.

b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar

dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran

agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT,

dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya

maupun hubungan dengan lingkungannya.8

Pemahaman dan pengetahuan tersebut diharapkan menjadi

pedoman hidup dalam kehidupan sosial. Dan pengalaman yang mereka

miliki diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum

Islam, tnggung jawab dan disiplin yang yinggi dalam kehidupan pribadi

maupun sosial. Jadi pemahaman, pengetahuan serta pengalaman dalam

kehidupan peserta didik senantiasa dilandasi dengan dasar dan hukum

Islam untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Ruang Lingkup Fiqih

Ruang lingkup Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah meliputi keserasian,

keselarasan dan kesinambungan antara:

8Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar

Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 20

Page 26: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

15

a. Hubungan manusia dengan Allah SWT

b. Hubungan manusia dengan sesame manusia, dan

c. Hubungan manusia dengan alam (selain manusia)ndan lingkungan

Adapun ruang lingkup bahan mata pelajaran Fiqih di Madrasah

Ibtidaiyah terfokus pada aspek:

a. Fiqih ibadah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman tentang

cara pelaksanaan rukun Islam yang benar dan baik, seperti: tata cara

taharah, salat, puasa, zakat, dan ibadah haji.

b. Fiqih muamalah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman

mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan

haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam

meminjam.9

B. Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)

1. Pengertian Contextual Teaching And Learning

Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan

konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi

pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga

peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil

belajar dalam kehidupan sehari-hari.10 Pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual ini diharapkan mendorong peserta didik memahami hakekat,

makna dan manfaat belajar sehingga akan memberikan stimulus dan

motivasi kepada mereka untuk rajin dan senantiasa belajar.

Pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning/CTL)

merupakan sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa

peserta didik mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap

makna dalam materi akademis yang mereka terima dan mampu mengaitkan

9Ibid., hlm. 23

10Masnur Muslih, KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 41.

Page 27: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

16

informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka

miliki sebelumnya.11

Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar dimana guru

menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan mendorong peserta

didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat. Sehingga pembelajaran akan lebih bermakna dan

menyenangkan.

Strategi dan metode pembelajaran menjadi lebih utama dari pada hasil.

Pembelajaran kontekstual ini bertujuan membantu peserta didik memahami

makna pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan dengan

konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan sosial dan budaya

masyarakat.12

2. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran CTL

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi

pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara

penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan

menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong

siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Konsep pembelajaran CTL ada tiga hal yang harus kita pahami.

Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan untuk menemukan

materi.13 Maksudnya bahwa proses belajar diorientasikan pada proses

pengalaman secara langsung. Proses belajar diorientasikan pada proses

pengalaman secara langsung. Semua hasil belajar dicapai melalui

pengalamannya sendiri. Guru sebenarnya tidak dapat “memberikan”

pendidikan kepada pelajar, tetapi pelajar itu sendiri yang “memperolehnya”.

11Elanine B. Johnson, Contextual Teaching And Learning, Terj. Ibnu Setiawan

(Bandung: MLC, 2007), hlm. 14 12Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 80 13Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2008), hlm. 255

Page 28: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

17

Tanpa keaktifan pelajar, hasil belajar tidak akan tercapai.14 Dalam konteks

sebagaiman firman Allah SWT Q.S. Al-Ra’du: 11

…çµ s9 ×M≈t7 Ée)yè ãΒ .ÏiΒ È÷ t/ ϵ÷ƒ y‰tƒ ôÏΒ uρ ϵ Ï�ù=yz …çµ tΡθ Ýàx�øts† ôÏΒ Ì� øΒ r& «!$# 3 āχÎ) ©!$# Ÿω

ç�Éi� tó ム$ tΒ BΘöθ s)Î/ 4 ®L ym (#ρç�Éi� tó ム$ tΒ öΝÍκŦ à�Ρr' Î/ 3 !#sŒ Î)uρ yŠ# u‘r& ª!$# 5Θöθ s)Î/ # [ þθ ß™ Ÿξ sù ¨Š t� tΒ …çµ s9 4

$ tΒ uρ Οßγ s9 ÏiΒ Ïµ ÏΡρߊ ÏΒ @Α#uρ ١٥

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (Q.S. Al-Ra’du: 13)

Kedua, CTL mendorong siswa agar dapat menemukan hubungan

antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa

dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di

sekolah dengan kehidupan nyata.16 Hal ini sangat penting, sebab dengan

mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja

bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi

yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak

akan mudah dilupakan.

Mengingat sesuatu adalah suatu hal yang tidak mudah, untuk itu perlu

adanya suatu kesadaran bahwa mengingat sesuatu yang telah dipelajari

sangat penting. Mengingat yang didasari atas kebutuhan dan kesadaran

untuk mencapai tujuan belajar lebih lanjut adalah termasuk aktivitas

belajar.17

Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam

kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat

14Departemen Agama RI, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Direktorat

Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2001), hlm. 39 15Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjamahannya, (Semarang: Toha Putra, 1989), hlm. 370 16Wina Sanjaya, loc.cit. 17Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

2004), hlm. 137

Page 29: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

18

memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi

pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

Proses pembelajaran dengan pendekatan secara kontekstual, materi yang

diajarkan bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan

tetapi untuk difahami sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan

nyata.

3. Karakteristik Pembelajaran CTL

Menurut Johnson ada delapan karakteristik utama dalam sistem

pembelajaran kontekstual yang disebutkan sebagai berikut:

a. Membuat keterkaitan yang bermakna b. Melakukan pekerjaan yang berarti c. Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri d. Bekerja sama e. Berpikir kritis dan kreatif f. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang g. Mencapai standar yang tinggi h. Menggunakan penilaian autentik.18

4. Komponen Contextual Teaching and Learning

Ada tujuh komponen utama yang mendasari pembelajaran

kontekstual. Adapun ketujuh komponen itu adalah kontruktivisme

(contruktivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat

belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection),

dan penilaian sebenarnya (authentic assessment), adapun penjelasannya

sebagai berikut:

a. Konstruktivisme (contruktivism)

Kontruktivisme (constructivism) merupakan landasan berpikir

(filosofi) pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pada dasarnya

menekankan pentingnya peserta didik membangun sendiri pengetahuan

mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar.19

Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap

18Elaine B. Johnson, op.cit., hlm. 65-66 19Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitsik, (Jakarta:

Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 106

Page 30: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

19

untuk diambil dan diingat. Manusia mengonstruksi pengetahuan itu dan

memberi makna melalui pengalaman nyata. Dengan Pendekatan

konstruktivisme ini mempunyai prinsip bahwa anak pada dasarnya

membangun/mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui interaksi

dengan lingkungan sosial. Dalam pendekatan ini diupayakan anak dapat

memotivasi dan mengarahkan diri secara intrinsik.

Tujuan pembelajaran konstruktivisme menekankan pada penciptaan

pemahaman yang menuntut aktivitas kreatif dan produktif dalam konteks

nyata. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan:

a. Menjadikan pengatahuan bermakna dan relevan bagi siswa

b. Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya

sendiri

c. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam

belajar.20

b. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran berbasis

Contextual Teaching and Learning. Pengetahuan dan ketrampilan yang

diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat

fakta-fakta, tetapi dari hasil menemukan sendiri.

Kegiatan menemukan pada dasarnya adalah cara menyadari apa

yang telah dialami, karena inquiri menuntut peserta didik berfikir. Metode

ini menempatkan peserta didik pada situasi yang melibatkan mereka

dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses

pengalaman belajar menjadi sesuatu yang bermakna dalam kehidupan

nyata, dengan demikian melalui metode ini peserta didik dibiasakan

untuk produktif, analisis dan kritis.21

c. Bertanya

Asas ketiga dalam pembelajaran Contextual Teaching and Learning

adalah questioning atau bertanya. Peran bertanya sangat penting, sebab

20Ibid., hlm. 109

21E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosda karya, 2003), hlm. 235

Page 31: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

20

melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing dan

mengarahkan peserta didik menemukan kekurangan dan kelebihan yang

ada pada peserta didik baik kemampuan dari segi kognitifnya, afektif

maupun psikomotoriknya.

Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.

Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap

individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan

seseorang dalam berpikir.22

Peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan-

pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk

menemukan setiap materi yang dipelajarinya.

Melalui komponen questioning dalam pembelajaran Contextual

Teaching and Learning, guru dapat mengetahui kemampuan siswa

dalam menerima pelajaran. Dalam proses pembelajaran dengan

pendekatan ini guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan

tetapi memberi rangsangan agar siswa dapat menemukan sendiri dan

materi yang telah diajarkan benar-benar bermakna dan membekas pada

dirinya.

Komponen questioning atau bertanya dalam proses pembelajaran

mempunyai beberapa fungsi yaitu:

1) Memberikan dorongan dan pengarahan kepada siswa dalam berpikir untuk memecahkan masalah

2) Memberikan latihan kepada siswa untuk menggunakan informasi dan ketrampilan memproseskan perolehan dalam menjelaskan atau memecahkan suatu masalah

3) Memberikan dorongan atau mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah dengan kemampuan sendiri

4) Merangsang rasa ingin tahu siswa 5) Memperoleh umpan balik dari siswa mengenai tingkat keberhasilan

penyampaian materi, bagian-bagian dari bahan pelajaran yang masih dirasakan sulit atau belum dipahami.23

22Wina Sanjaya, op.cit., hlm. 266 23Cony Semiawan, et. al, Pendekatan Ketrampilan Proses, (Jakarta: Gramedia Widya

Sarana Indonesia, 1992), hlm. 71

Page 32: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

21

d. Masyarakat Belajar

Konsep ini menyatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman siswa

dipengaruhi oleh komunikasi dengan orang lain.24 Hasil belajar

diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok dan antar mereka

yang tahu ke mereka yang belum tahu, baik di dalam maupun di luar

kelas.25

Kerja sama dalam kelompok memberi banyak manfaat bagi peserta

didik. Peserta didik cenderung lebih berhasil dengan adanya bermacam-

macam tugas belajar, meningkatkan kemampuan mereka dalam

pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dangan cara berbagi

strategi dengan peserta didik lain. Dengan kerja kelompok juga dapat

meningkatkan ketrampilan sosial yang diperlukan untuk keberhasilan

hidup ketika berinteraksi dengan orang lain di masyarakat secara nyata.

Hal ini sekaligus peserta didik akan mempersiapkan diri untuk

berinteraksi dengan masyarakat luas yang terdiri dari banyak orang yang

berbeda pula.

Kelas yang berbasis kontekstual, guru disarankan selalu

melaksanakan pembelajaran dalam kelompok belajar. Siswa dibagi

dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik

dilihat dari kemampuan dan kecakapan belajarnya, maupun dilihat dari

bakat minatnya. Dan perlu dingat bahwa adanya kelompok-kelompok ini

mereka semua harus bekerja ketika ada tugas atau permasalahan yang

dihadapi. Sebagaimana dalam pembelajaran kooperative yang

didalamnya dibentuk beberapa kelompok-kelompok kecil, dengan

adanya kelompok ini untuk meningkatkan pencapaian prestasi siswa, dan

juga akibat-akibat positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan

antar kelompok. Alasan lain adalah tumbuhnya kesadaran bahwa para

siswa perlu belajar untuk berpikir, menyelesaikan masalah, dan

24Wina Sanjaya, op.cit., hlm. 267 25Masnur Muslih, op.cit., hlm. 46

Page 33: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

22

mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan

mereka.26

Kegiatan learning community sesuai dengan salah satu dengan

prinsip yang digunakan untuk mengaktifkan sisa dalam belajar yaitu

prinsip sosial. Satu sama lain saling membantu, bekerja sama dan

berinteraksi untuk memecahkan suatu masalah. Kegiatan learning

community juga diharapkan siswa akan berwawasan luas karena banyak

pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari berbagai sumber.

e. Pemodelan (modeling)

Komponen pembelajaran kontekstual selanjutnya adalah

pemodelan. Pemodelan merupakan komponen yang pada dasarnya

membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana

guru menginginkan peserta didik untuk belajar dan melakukan apa yang

guru inginkan. Maksudnya dalam pembelajaran ketrampilan atau

pengetahuan tertentu, ada model tertentu yang bisa ditiru. Pemodelan

dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep.

Peserta didik benar-benar akan mudah memahami dan mengerti

tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari melalui demonstrasi

yaitu dengan melihat secara langsung tentang materi yang diajarkan oleh

seorang pendidik. Demonstrasi merupakan metode pembelajaran yang

menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk

memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana

melakukan sesuatu kepada peserta didik.27

Pemodelan dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-

satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.28

Seorang siswa dapat ditunjuk memberi contoh kepada temannya. Hal ini

akan memudahkan kepada siswa untuk memahami suatu materi

26Robert E. Slavin, Cooperative Learning, terj. Nurulita Yusron, (Bandung: Nusa Media,

2008), hlm. 5 27Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang : Rasail

Media Group, 2008), hlm.20 28Trianto, op.cit., hlm. 112

Page 34: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

23

pelajaran dengan adanya model yang dihadirkan didalam kelas.

Pembelajaran yang ada didalam kelas tetap dikendalikan oleh guru

sekalipun model itu dihadirkan dari luar atau orang yang berkompeten

dibidangnya karena dalam seluruh prosedur mengajar itu guru

memegang peranan yang utama. Dialah yang disebut manager of the

conditions of learning.29

f. Refleksi (reflection)

Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah

dipelajarinya yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali

kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.30

Peserta didik mengedepankan apa yang baru dipelajari sebagai struktur

pengetahuan baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari

pengetahuan sebelumnya.

Prinsip-prinsip dasar yang perlu diperhatikan guru dalam rangka

penerapan komponen refleksi adalah sebagai berikut:

1) Perenungan atas sesuatu pengetahuan yang baru diperoleh merupakan pengayaan atas pengetahuan sebelumnya.

2) Perenungan merupakan respon atas kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diperolehnya.

3) Perenungan bisa berupa menyampaikan penilaian atas pengetahuan yang baru diterima, membuat catatan singkat, diskusi dengan teman sejawat.31

g. Penilaian Authentic (Authentic Assessment)

Gambaran perkembangan belajar peserta didik perlu diketahui oleh

guru sehingga dapat memastikan bahwa peserta didik mengalami proses

pembelajaran dengan benar dan mengetahui perkembangannya. Melalui

karakteristik pembelajaran berbasis Contextual Teaching and Learning

adalah penilaian sebenarnya yaitu proses pengumpulan berbagai data

29S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bumi

Aksara, 1995), hlm. 189 30Wina Sanjaya, op.cit., hlm. 268 31Masnur Muslih, op.cit., hlm. 47

Page 35: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

24

yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan

pengalaman belajar siswa.32

Assesssment adalah proses pengumpulan berbagai data tentang

gambaran perkembangan siswa. Data yang dikumpulkan melalui kegiatan

penilaian (assessment) bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar

siswa. Pembelajaran seharusnya ditekankan pada upaya membantu agar

siswa mempu mempelajari, bukan ditekankan pada diperolehnya

sebanyak mungkin informasi sebanyak mungkin diakhir periode

pembelajaran.

Melalui penilaian autentik kamajuan belajar peserta didik dapat

diketahui dari proses pembelajaran, dengan melakukan penilaian yang

dilakukan secara terintegrasi dalam proses pembelajaran. Penilaian ini

dilakukan secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran

berlangsung. Oleh sebab itu penekanan pada proses pembeajaran ini

adalah pada proses pembelajaran bukan melalui hasil.

Perolehan data ini dapat dilakukan oleh guru dengan mengumpulkan

hasil penilaian yang dilakukan guru. Adapun hal-hal yang bisa digunakan

sebagai dasar penilaian adalah proyek/kegiatan dan laporannya,

pekerjaan rumah (PR), kuis, karya peserta didik, presentasi atau

penampiran peserta didik, demonstrasi, lapran, jurnal, hasil tes tulis, dan

karya tulis.33

5. Pendekatan Kontekstual dalam Proses Pembelajaran

Melalui Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual ini ada

beberapa perbedaan dengan pembelajaran dengan pendekatan secara

tradisional yaitu:34

No Pembelajaran Tradisional Pembelajaran Kontekstual

1 Menyandarkan pada hafalan Menyandarkan pada memori spasial

2 Berfokus pada satu bidang (disiplin)

Mengintegrasikan berbagai bidang (disiplin) atau multidisiplin

32Ibid.

33Trianto, op.cit., hlm. 115 34Agus Suprijono, op.cit., hlm. 83

Page 36: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

25

3 Nilai informasi bergantung pada guru

Nilai informasi berdasarkan kebutuhan peserta didik

4 Memberikan informasi kepada peserta didik sampai pada saatnya dibutuhkan

Menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik

5 Penilaian hanya untuk akademik formal berupa ujian

Penilaian autentik melalui penerapan praktis pemecahan problem nyata

Di atas adalah sebagian dari perbedaan antara pembelajaran dengan

pendekatan kontekstual dan pembelajaran dengan pendekatan tradisional.

Sehingga guru yang menggunakan pendekatan kontekstual dapat dilihat

dari cara mengajar maupun langkah-langkah yang digunakan.

Guru selalu berusaha bagaimana memberikaan yang terbaik bagi anak

didiknya termasuk bekal untuk kehidupan dimasa mendatang. termasuk

mendidik siswanya supaya mahir, baik segi materi maupun

intelektualitasnya. Dalam hal ini pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual memungkinkan untuk mewujudkan hal itu.

Ada tujuh komponen utama pembelajaran kontekastual di kelas.

Ketujuh komponen tersebut adalah kontruktivisme, bertanya, menemukan,

masyarakat belajar, pemodelan , refleksi dan penilaian sebenarnya.

Kegiatan pembelajaran yang diterapkan oleh guru perlu disiasati

sedemikian rupa sehingga sesuai denagn tingat kemampuan peserta didik.

Hal ini sesuai dengan konsep pembelajaran dengan pendekatan kontekstual

bahwa proses pembelajaran yang ada didalamnya adalah mengutamakan

pada penilaian proses bukan hasil.

Adanya kelompok belajar dalam pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual dapat membantu siswa dalam memahami pembelajaran karena

dalam kelompok tersebut guru dapat mengorganisasi peserta dalam

kelompok tersebut, missal dalam kelompok tersebut terdapat siswa yang

sudah bisa atau mampu menguasai materi maka siswa tersebut dapat

membantu temen dalam kelompok tersebut yang belum bisa.

Penerapan model pembelajaran kontektual di kelas hendaknya guru

benar-benar memahami konsep pembelajaran ini supaya proses

pembelajaran dan hasil belajar siswa dapat tercapai secara maksimal.

Page 37: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

26

Pseserta didik menemukan makna pembelajaran dan akan membekas

dibenak mereka atau akan selalu dingat dalam otak. Hal ini sesuai dengan

tujuan pembelajaran kontekstual bahwa siswa dapat dibekali materi-materi

yang mampu bertahan dalam jangka panjang sehingga dimana dan kapan

mereka menemui permasalah yang berkaitan dengan materi pembelajaran

yang pernah mereka dapatkan sewaktu dibangku sekolah benar-banar

masih berada dalam ingatan yang masih sempurna.

Ada beberapa hal yang dapat diikuti berkaitan penerapan metode

pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yaitu:

a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna denga cara menemukan sendiri, dan mengonstruksikan sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya

b. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya c. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok) d. Tunjukkan model sebagai contoh pembelajaran e. Lakukan refleksi di akhir pertemuan f. Lakukan penilaian yang sebenarnya dari berbagai sumber dan

berbagai cara.35

Melalui pembelajaran kontekstual peserta didik diberi kesempatan

penuh untuk mengembangkan pemikiran mereka. Dengan tujuan siswa

dalam mengikuti pembelajaran di kelas menjadi siswa yang aktif baik

kehadirannya, mengungkapkan pendapatnya atau berargumen, menemukan

hal yang baru bukan menjadi siswa yang pasif yang hanya mendengarkan

keterangan guru atau hanya dicatat sehingga atidak dapat membekas dalam

diri mereka. Pembelajaran ini juga dianggap pembelajaran yang

menyenagkan. Pembelajaran ini berkaitan dengan kehidupan yang nyata

yang ada pada kehidupan sehari-hari siswa. Tidak hanya itu mereka dapat

menikmati pembelajaran dengan kehadiran sosok model yang dihadirkan

oleh guru tentuya model itu yang berkompeten dalam bidangnya.

Kelompok belajar juga mendukung semangat mereka dalam belajar karena

terjadi interaksi antara siswa sudah mahir dapat membantu siswa belum

tahu mengenai materi pelajaran yang sedang dipelajari.

35Trianto, op.cit, hlm. 106

Page 38: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

27

Tidak semuanya penerapan pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual mempunyai keunggulan yang paling baik dibanding dengan

metode-metode lain. Ada beberapa titik kelemahan dari penerapan model

pembelajaran ini. Kelemahan tersebut yaitu:

a. Seoarang pendidik harus secara penuh terlibat dalam proses

pembelajaran.

b. Sarana prasarana yang mendukung pembelajaran.

c. Seorang pendidik mampu menguasai model pembelajaran kontekstual

dan mampu menguasai kelas secara maksimal.

d. Membutuhkan tenaga ekstra, baik fisik maupun segi pemikiran serta

membutuhkan waktu yang lama.

e. Tidak semua materi dapat dikontekstualkan, walaupun model

pembelajaran ini dapat diterapkan dalam berbagai kurikulum apa saja

termasuk kurikulum 2006 atau KTSP

C. Pendekatan Pembelajaran Fiqih melalui CTL

Istilah pendekatan memiliki kemiripan dengan strategi maupun metode.

Akan tetapi ketiga komponen tersebut saling berkaitan. Dalam dunia

pendidikan strategi dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang

rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan.36

Kemudian metode adalah untuk mengimplementasikan rencana yang sudah

disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang disusun tercapai secara

optimal.

Pendekatan (approach) diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang

kita terhadap proses pembelajaran.37 Istilah pendekatan merujuk kepada

pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.

Dalam pembelajaran Fiqih yang sesuai dengan standar isi Madrasah

Ibtidaiyah terdapat beberapa pendekatan berkaitan dengan cakupan materi

pada setiap aspek dalam suasana pembelajaran terpadu, meliputi:

36Wina Sanjaya, op.cit., hlm. 126 37Ibid., hlm. 127

Page 39: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

28

1. Keimanan, yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan

pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah sebagai sumber

kehidupan

2. Pengalaman, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktikan dan

merasakan hasil-hasil pengalaman isi mata pelajaran Fiqih dalam

kehidupan sehari-hari

3. Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan

melakukan tata cara ibadah, bermasyarkat dan bernegara yang sesuai

dengan materi pelajaran Fiqih yang dicontohkan oleh para ulama

4. Rasional, Usaha meningkatkan proses dan hasil pembelajaran Fiqih

dengan pendekatan yang memfungsikan rasio peserta didik, sehingga isi

dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah dipahami dengan penalaran.

5. Emosiaonal, Upaya menggugah perasaan peserta didik dalam menghayati

pelaksanaan ibadah sehingga lebih terkesan dalam jiwa peserta didik.

6. Fungsional, menyajikan materi Fiqih yang memberikan manfaat nyata

bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas

7. Keteladanan, yaitu pendidikan yang menempatkan dan memerankan guru

serta komponen madrasah lainnya sebagai teladan, sebagai cerminan dari

individu yang mengamalkan materi pembelajaran Fiqih.38

Sesuai dengan komponen pembelajaran dengan pendekatan kontekstual,

menurut penulis bahwa komponen tersebut telah mencakup pendekatan

pembelajaran Fiqih yang sesuai dengan standar isi Madrasah Ibtidaiyah , jadi

bagaimana seorang pendidik untuk menyampaikan materi pembelajaran Fiqih

dengan tepat melalui pendekatan-pendekatan tersebut.

Sekiranya pembelajaran Fiqih dengan menggunakan pendekatan

Contextual Teaching and Learning sangat penting untuk meningkatkan

pemahaman mereka dalam memahami hukum Islam, sehingga peserta didik

tidak membayangkan materi yang diajarkan akan tetapi materi yang diajarkan

tersebut benar-benar terjadi di lingkungan kehidupan sehari-hari mereka.

38Standar Isi Madrasah Tsanawiyah, op.cit., hlm. 24

Page 40: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

29

Pembelajaran Fiqih dengan menggunakan pendekatan kontekstual dalam

penerapannya tidak lepas dari metode yang digunakan dalam menyampaiakan

materi yatu sebagai pendukung dari keberhasilan penerapan pendekatan dalam

pembelajar tersebut. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk

menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual, yaitu:

1. Metode ceramah

Metode ceramah yaitu disamping menerangkan materi, guru dapat

menyelipkan kisah-kisah yang besumber dari Al-Qur’an dan hadits. Misal

materi shalat berjamaah, shalat bagi orang sakit. Metode ini sebenarnya

tidak dapat ditinggalkan dalam setiap penyampaian materi, yang

dikolaborasikan dengan metode lain.

2. Metode tanya jawab

Metode tanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan

cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan jawaban,

atau sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru memberikan

jawaban.

3. Metode diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara mempelajari materi pelajaran

dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu

argumentasi. Hal ini yang akan membuat siswa untuk aktif dalam

pembelajaran dan dan berpikir kritis dalam menuangkankan ide-ide ketika

ada suatu permasalahan. Dalam metode diskusi ini guru tetap

mendampingi secara penuh dalam pembelajaran.

4. Metode demonstrasi

Metode ini dalam pembelajaran Fiqih digunakan untuk memberikan

penjelasan kepada peserta didik dan memudahkan untuk memahami suatu

materi pelajaran dengan memperlihatkan sesuatu di depan kelas. Misalnya

digunakan untuk memperagakan atau mempertunjukkan bagaimana

gerakan shalat yang benar.

5. Metode latihan atau drill

Page 41: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

30

Pembelajaran Fiqih dengan metode drill ini digunakan untuk melatih

dan membiasakan siswa melaksanakan kaifiyah secara mudah, tepat dan

benar. Sebagaimana bacaan shalat bisa di driilkan menjelang pelajaran

dimulai.

Pembelajaran Fiqih yang ada di madrasah tersebut dengan pendekatan

kontekstual adalah sebagai pendukung karena kelima metode tersebut adalah

sebagai metode pembelajaran yang tidak dapat ditinggalkan dalam

mensukseskan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Akan tetapi

tidak menutup kemungkinan bahwa masih banyak berkaitan dengan metode

pembelajaran yang lain sebagai pendukung. Hal ini semua kembali kepada

pendidik yang berperan secara langsung dalam proses pembelajaran.

Page 42: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

32

BAB III

GAMBARAN UMUM DAN IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM

PEMBELAJARAN FIQIH DI MI MA’ARIF MADUSARI SECANG

MAGELANG

A. Gambaran Umum MI Ma’arif Madusari Secang Magelang

1. Tinjauan Historis

Sebagai masyarakat yang sadar akan pentingnya pendidikan

berbasis agama, warga kelurahan Madusari Secang Magelang berusaha

ikut berperan serta membantu pemerintah di bidang pendidikan dalam

mewujudkan kesejahteraan dan mencerdaskan kehidupan bangsa, yang

merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan

pemerintah, dimana kunci keberhasilan pembinaan masyarakat Islam

terletak pada kesempurnaan pendidikan anggota-anggota, sehingga

manjadi masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT, berbudi luhur,

cerdas, terampil dan penuh tanggung jawab terhadap nusa dan bangsa.

Untuk mewujudkan gagasan yang mulia itu, maka dibentuklah suatu

yayasan yang diberi nama Yayasan Ma’arif.

Dari yayasan ini, berdirilah sebuah lembaga pendidikan dasar yang

bernafaskan Islam, yaitu Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Madusari. Madrasah

Ibtida’iyah Ma’arif Madusari didirikan pada tahun 1956 yang digagas oleh

pemuka-pemuka agama di lingkungan desa sekitar dan pengurus dari

Yayasan Ma’arif tersebut. Tujuan dari didirikannya MI Ma’arif Madusari

adalah untuk mengembangkan ukhuwah Islamiyah di lingkungan

madrasah tersebut dan sekitarnya, mendidik anak agar senantiasa

berakhlaqul karimah serta mengerti pendidikan agama dan menjalankan

perintah agama untuk mempersiapkan diri di hari mendatang.

Page 43: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

٣٣

Pendirian lembaga pendidikan tersebut sangat dirasakan sekali

manfaatnya oleh masyarakat sekitar, karena dengan adanya lembaga

pendidikan berbasis agama tersebut, masyarakat sekitar tidak lagi

kesusahan mencari lembaga pendidikan yang bernafaskan Islam yang

letaknya tidak terlalu jauh dari lingkungan warga. Disamping itu mereka

juga menginginkan agar anak-anak mereka dapat menjadi penerus

perjuangan agama yang berguna bagi nusa dan bangsa.

Pendirian MI Ma’arif Madusari tersebut awalnya mengalami

berbagai kendala, terutama masalah sumber dana. Setelah para tokoh-

tokoh agama yang ada di desa tersebut melakukan musyawarah, maka

menghasilkan keputusan untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan

Islam. Setelah disepakati, para tokoh-tokoh masyarakat dan pengurus

yayasan membuat proposal yang diajukan ke Dinas Pendidikan dan

Departemen Agama untuk segera memberikan surat izin pendirian

lembaga pendidikan tersebut.

Pendirian lembaga pendidikan ini tidak terlepas dari partisipasi

masyarakat sekitar, khususnya bantuan secara materiil. Setelah berdiri

Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Madusari, animo masyarakat cukup baik,

terbukti dengan banyaknya siswa yang masuk pada tahun pertama. Dan

alhamdulilah sejak berdiri hingga sekarang perkembangan madrasah

tersebut semakin pesat karena adanya pengelolaan madrasah yang baik.1

2. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan

a. Visi

Terwujudnya generasi islam yang qur’ani, berakhlak karimah dan

unggul dalam prestasi.

1 Hasil wawancara dengan Muhammad Masyruh, selaku Kepala MI Ma’arif Madusari,

pada tanggal 13 Desember 2010.

Page 44: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

٣٤

b. Misi

1) Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dalam pencapaian

prestasi akademik dan non akademik.

2) Mewujudkan pembelajaran dan pembiasaan dalam mempelajari al-

Qur’an dan menjalankan ajaran agama Islam.

3) Mewujudkan pembentukan karakter Islami yang berfaham ahlus

sunnah wal jama’ah (aswaja) dan mampu mengaktualisasikan diri

dalam masyarakat.

4) Meningkatkan pengetahuan dan profesionalisme tenaga

kependidikan sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan.

5) Menyelenggarakan tata kelola madrasah yang efektif, efesien,

transparan dan akuntabel.

c. Tujuan Pendidikan

1) Mengoptimalkan proses pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan pembelajaran aktif (PAKEM, CTL).

2) Mengembangkan potensi akademik, minat dan bakat siswa melalui

layanan bimbingan dan konseling dan kegiatan ekstra kurikuler.

3) Membiasakan perilaku Islami di lingkungan madrasah.

4) Meningkatkan prestasi akademik siswa dengan nilai rata-rata 7,5.

5) Meningkatkan prestasi akademik siswa di bidang seni dan olahraga

lewat kejuaraan dan kompetisi.

3. Letak Geografis

MI Ma’arif Madusari terletak di Jl. KH. M. Sururi No. 2/A

Madusari Secang. Bertempat di lokasi yang representatif untuk sebuah

pembelajaran karena didukung oleh kondisi dan situasi yang tenang dan

cukup jauh dari keramaian dan kebisingan aktifitas masyarakat kota.

Berikut ini gambaran batas-batas MI Ma’arif Madusari Madusari:

Sebelah barat : Lapangan sepak bola

Sebelah timur : RA Mashitoh

Sebelah utara : Kebun

Sebelah selatan : Jalan Kampung

Page 45: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

٣٥

4. Struktu Organisasi

Susunan kepengurusan Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Madusari

adalah:

Kepala Sekolah : Muhammad Masyruh

Kepala Tata Usaha : Mirzam Ahmad

Wali Kelas I : Mutmainah, S.Ag.

Wali Kelas II : Siti Bariroh, S.Pd.I

Wali Kelas III : Munirotul Masruroh, S.Sos.

Wali Kelas IV : Badriyah, S.Pd.I

Wali Kelas V : Nasroh Latif, S.Pd.I

Wali Kelas VI : Sholatun

Guru Mapel PAI : Mirzam Ahmad

Guru Mapel Bahasa Arab : Muhammad Masyruh

5. Keadaan Tenaga Pendidik

Sampai saat diadakan penelitian ini, jumlah tenaga pengajar/guru

di lingkungan MI Ma’arif Madusari Secang Magelang Tahun Pelajaran

2010/2011 sebanyak 9 tenaga guru. Secara terperinci dapat dilihat pada

tabel berikut:

Daftar Guru dan Karyawan MI Ma’arif Madusari Secang Magelang

Tahun Pelajaran 2010/2011 2

No Nama Guru

Jabatan

Pendidikan

1 Muhammad Masyrur Kepala Sekolah MA

2 Siti Bariroh, S.Pd.I Guru Kelas II S.1

3 Slamet, A.Ma. Pensiun D.II

4 Badriyah, S.Pd.I Guru Kelas IV S.1

5 Sholatun Guru Kelas VI PGAN

6 Nasroh Latif, S.Pd.I Guru Kelas VI S.1

7 Mutmainah, S.Ag. Guru Kelas I S.1

2 Dokumen Kurikulum MI Ma’arif Madusari Secang tahun pelajaran 2010/2011.

Page 46: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

٣٦

8 Mirzam Ahmad Guru Mapel MAN

9 Munirotul Masruroh, S.Sos. Guru Kelas III S.1

Kalau diperhatikan secara cermat bahwa guru di MI Ma’arif

Madusari, ternyata masih ada sebagian yang tidak sesuai dengan

kompetensinya. Hal itu disebabkan karena ada beberapa guru yang secara

akademik tidak memenuhi persyaratan dan kualifikasinya.

Padahal persyaratan menjadi seorang tenaga pengajar menurut

Undang-Undang Guru dan Dosen, bahwa untuk menjadi seorang guru MI

(Madrasah Ibtidaiyah) mereka paling tidak harus memiliki persayaratan

akademik D2. Oleh karena itu, bagi guru yang tidak memenuhi

persyaratan akademik, dianjurkan untuk mengikuti jenjang pendidikan

yang telah ditentukan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen. Bagi

tenaga guru yang berijazah MA, atau MAN hendaknya mengikuti

pendidikan D2 atau S1.

6. Keadaan Siswa

Sejak diadakannya penelitian ini hingga selesai jumlah siswa MI

Ma’arif Madusari Secang Magelang berjumlah 86 siswa yang terbagi atas

6 (enam) kelas.

Daftar Siswa MI Ma’arif Madusari Secang Magelang

Tahun Pelajaran 2010/20113

Kelas

Jumlah Siswa

L P JML

I 6 6 12

II 8 11 19

III 10 12 22

IV 8 6 14

V 3 8 11

VI 2 6 8

Jumlah 37 49 86

3 Dokumen Kurikulum MI Ma’arif Madusari Secang tahun pelajaran 2010/2011.

Page 47: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

٣٧

7. Sarana dan Prasarana

Sebuah lembaga pendidikan akan dikatakan baik apabila memiliki

sarana yang memadai. Adapun sarana dan prasarana yang ada di MI

Ma’arif Madusari Secang Magelang antara lain:

Fasilitas Sarana Prasarana Pendidikan

MI Ma’arif Madusari Secang Magelang

Tahun Pelajaran 2010/2011 4

No Nama Barang Jumlah

1 Meja guru 10

2 Meja murid 76

3 Kursi guru 10

4 Kursi murid 86

5 Papan tulis 6

6 Almari 10

7 Mesin ketik 1

8 Komputer 1

B. Implementasi Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning

(CTL) Dalam Pembelajaran Fiqih di MI Ma’arif Madusari Secang

Magelang

Kurikulum mata pelajaran Fiqih di MI (Madrasah Ibtidaiyah) memuat

lingkup pembahasan mata pelajaran Fiqih ibadah yang berisi tentang pokok-

pokok ibadah mahdloh secara terperinci dan menyeluruh. Pengetahuan dan

pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup siswa dalam

kehidupan pribadi dan sosial. Dalam hal ini siswa diharapkan mampu

melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam secara benar. Dalam

pengamalannya, diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan menjalankan

syariat Islam, disiplin dan memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi.

4 Dokumen Kurikulum MI Ma’arif Madusari Secang tahun pelajaran 2010/2011.

Page 48: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

٣٨

Berdasarkan kurikulum terbaru yang diterapkan di Indonesia, MI

Ma’arif Madusari Secang Magelang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, setiap

pendidik dianjurkan untuk membuat rencana pembelajaran sebelum proses

pembelajaran dilaksanakan. Dalam rencana pembelajaran disebutkan pula

standar kompetensi, kompetensi dasar dan beberapa indikator pencapaian

keberhasilan belajar siswa dari masing-masing jenjang pendidikan. Melalui

rencana pembelajaran ini, seorang pendidik dapat memenej jalannya proses

pembelajaran, termasuk di dalamnya adalah mempersiapkan instrumen

pembelajaran seperti media pembelajaran, alat peraga dan sumber belajar

yang digunakan.

Berkaitan dengan proses pembelajaran pada mata pelajaran Fiqih di

MI Ma’arif Madusari Secang Magelang, salah satunya menggunakan

pendekatan CTL. Pendekatan CTL berorientasi pada pengalaman nyata. Siswa

dibimbing untuk mendapatkan pengalaman sendiri selama proses

pembelajaran. Pengalaman ini bisa dicapai dengan memanfaatkan semua

sarana yang ada sebagai sumber belajar. Sebagai contoh pemanfaatan sumber

belajar dalam pembelajaran Fiqih adalah menggunakan masjid sebagai

praktek latihan shalat, menggunakan alat peraga tentang tata cara ibadah

shalat dan lain sebagainya.5

Pengembangan sumber belajar pada mata pelajara Fiqih di MI Ma’arif

Madusari dilakukan dengan dua cara yaitu: pertama, melalui utilition, yaitu

pemanfaatan sumber belajar yang ada berupa alat peraga maupun sarana

penunjang dalam pembelajaran, seperti buku, gambar atau chart, masjid atau

mushala, dan lain sebagainya. Yang kedua, melalui design, yaitu sumber

belajar yang dihasilkan dengan membuat alat peraga sendiri yang berupa

tulisan-tulisan yang berkaitan dengan materi pembelajaran seperti lafal niat

shalat, lafal niat wudlu, lafal adzan, lafal iqomah atau yang lainnya.6

5 Hasil wawancara dengan Mirzam Ahmad, S.Pd.I selaku guru Fiqih MI Ma’arif

Madusari, pada tanggal 13 Desember 2010 6 Hasil wawancara dengan Mirzam Ahmad, S.Pd.I selaku guru Fiqih MI Ma’arif

Madusari, pada tanggal 13 Desember 2010

Page 49: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

٣٩

Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang pendekatan CTL

beserta sumber belajar yang dikembangkan pada pembelajaran Fiqih di MI

Ma’arif Madusari, berikut ini penulis paparkan proses pembelajaran tersebut

berdasarkan standar kompetensi yang telah ditetapkan.

1. Kelas I

Standar Kompetensi : Mengenal dan mengamalkan lima rukun Islam,

terbiasa berperilaku hidup bersih, mampu

berwudlu dan mengenal shalat fardlu.

Kompetensi Dasar : Melaksanakan wudlu

Indikator : 1) Melafalkan niat wudlu

2) Mempraktikkan wudlu dengan benar

Materi : Wudlu

Pendekatan pembelajaran yang dikembangkan meliputi hal-hal

sebagai berikut:

a. Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap

dan perilaku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam yang

terkandung dalam al-Qur’an dan Hadits serta dicontohkan oleh para

ulama’.

b. Keteladanan, yaitu pendidikan yang menempatkan dan memerankan

guru serta komponen madrasah lainnya sebagai teladan, sebagai

cerminan dari individu yang mengamalkan ibadah.

Sumber belajar yang dimanfaatkan meliputi :

By Utilition : Buku pelajaran Fiqih, gambar orang yang sedang

melaksanakan berwudlu, mengajak siswa untuk pergi ke

kolam wudlu di musholla/masjid.

By Desain : Membuat tulisan atau lafadz wudlu dan do’a setelah

wudlu.

Sumber belajar yang dikembangkan adalah melalui media charta

tentang tata cara berwudlu, siswa disuruh membaca berulang-ulang

sehinga dapat menghafalnya di luar kepala; penanaman dan sikap dalam

Page 50: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

٤٠

kehidupan sehari untuk membiasakan berwudlu sebelum mengerjakan

shalat atau membaca al-Qur'an dan sebagainya.7

2. Kelas II

Standar Kompetensi : Mampu melakukan shalat dengan menserasikan

bacaan, gerakan dan mengerti syarat syah shalat

dan yang membatalkannya, melafalkan adzan dan

iqamah, hafal bacaan qunut dalam shalat dan

mampu melakukan dzikir dan do’a.

Kompetensi Dasar : Melaksanakan adzan dan iqamah.

Indikator : 1) Melafalkan bacaan adzan dan iqamah.

2) Mengartikan bacaan adzan dan iqamah.

3) Melafalkan jawaban bacaan adzan dan iqamah.

4) Melafalkan do’a setelah adzan.

5) Mempraktikkan adzan dan iqamah.

6) Mampu melaksanakan adzan dan iqamah.

Materi : Adzan dan iqamah

Pendekatan pembelajaran yang dikembangkan meliputi hal-hal

sebagai berikut:

. Pengalaman, mengkondisikan siswa untuk mempraktikkan dan

merasakan hasil-hasil pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

a. Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap

dan perilaku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam yang

terkandung dalam al-Qur’an dan Hadits serta dicontohkan oleh para

ulama’.

b. Keteladanan, yaitu pendidikan yang menempatkan dan memerankan

guru serta komponen madrasah lainnya sebagai teladan, sebagai

cerminan dari individu yang meneladani Nabi saw. Sahabat dan para

ulama’.

7 Hasil wawancara dengan Mirzam Ahmad, S.Pd.I selaku guru Fiqih MI Ma’arif

Madusari, pada tanggal 13 Desember 2010

Page 51: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

٤١

Sumber belajar yang dimanfaatkan meliputi :

By Utilition : Buku pelajaran Fiqih, Gambar orang yang adzan dan

iqamah, mushollah dan masjid.

By Desain : Membuat tulisan do’a sesudah azdan, dan do’a

menjawab iqamah.

Berdasarkan sumber belajar yang telah tersedia dan dibuat oleh

guru, maka pengembangan dilakukan melalui media charta tentang tata

cara dan lafadz adzan dan iqamat, do'a sesudah adzan dan iqamat, siswa

disuruh membaca berulang-ulang sehinga dapat menghafalnya di luar

kepala; mengajak siswa untuk melakukan praktik adzan dan siswi untuk

melakukan iqamah sebagai penanaman dan sikap dalam kehidupan sehari

untuk membiasakan adzan sebelum mengerjakan shalat baik secara

berjama'ah atau sendirian.8

3. Kelas III

Standar kompetensi : Mampu memahami dan melakukan shalat

berjama’ah, shalat Jum’at dan mengerti syarat dan

sunnahnya, shalat sunah Rawatib, taraawih, Witir

dan shalat Id, dan memahami tata cara shalat bagi

orang yang sakit.

Kompetensi Dasar : Melaksanakan shalat berjama’ah

Indikator : 1) Menyebutkan syarat sah menjadi imam dan

makmum.

2) Menyebutkan cara memberi tahu imam yang

salah.

3) Mempraktikkan shalat berjama’ah.

4) Menyebutkan keutamaan shalat berjama’ah.

5) Melaksanakan shalat berjama’ah.

Materi : Shalat berjama’ah

8 Hasil wawancara dengan Mirzam Ahmad, S.Pd.I selaku guru Fiqih MI Ma’arif

Madusari, pada tanggal 13 Desember 2010

Page 52: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

٤٢

Pendekatan pembelajaran yang dikembangkan meliputi hal-hal

sebagai berikut:

a. Keimanan, yang mendorong siswa untuk mengembangkan

pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah SWT, sebagai

sumber kehidupan.

b. Pengalaman, mengkondisikan siswa untuk mempraktikkan dan

merasakan hasil-hasil pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

c. Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap

dan perilaku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam yang

terkandung dalam al-Qur’an dan Hadits serta dicontohkan oleh para

ulama’.

d. Keteladanan, yaitu pendidikan yang menenmpatkan dan memerankan

guru serta komponen madrasah lainnya sebagai teladan, sebagai

cerminan dari individu yang meneladani Nabi saw. Sahabat dan para

ulama’.9

Sumber belajar yang dimanfaatkan meliputi :

By Utilition : Buku pelajaran Fiqih, Gambar orang sedang

melaksanakan shalat berjama’ah, musholla dan masjid

By Desain : Membuat lafadz (berupa tulisan Arab) yang dibaca

ketika memberi tahu imam yang salah bagi makmum

laki-laki dan cara memberitahu imam yang salah bagi

makmum perempuan.

Sumber belajar yang dikembangkan adalah melalui memanfaatan

charta (gambar) yang memuat orang sedang shalat berjama'ah;

menjelaskan bacaan yang harus dibaca ketika imam salah, baik bagi

makmum laki-laki maupun perempuan, mengajak siswa-siswi pergi ke

mushalla atau masjid untuk mempraktikkan shalat berjama’ah sebagai

penanaman dan membiasakan diri siswa untuk senantiasa melaksanakan

shalat berjama'ah, baik di masjid, mushalla atau bahkan di rumah, serta

9 Hasil wawancara dengan Mirzam Ahmad, S.Pd.I selaku guru Fiqih MI Ma’arif

Madusari, pada tanggal 13 Desember 2010

Page 53: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

٤٣

memberitahu imam yang salah, baik bagi makmum laki-laki maupun

perempuan.10

Sedangkan implementasi model pembelajaran CTL yang

dikembangkan dalam pembelajaran Fiqih dilakukan melalui kegiatan

observasi dan kunjungan belajar ke masjid. Sebagai contoh yang telah

diterapkan di kelas II MI Ma’arif Madusari Secang Magelang dengan materi

shalat berjamaah, adalah sebagai berikut:

1. Constructivism (konstruksivisme)

Dalam pembelajaran Fiqih materi ibadah shalat, pada kegiatan

awal guru menanyakan tentang pengertian shalat berjamaah dan syarat

menjadi imam dan makmum. Hal ini dilakukan untuk mengetahui

kemampuan awal siswa, sejauhmana pemahamannya tentang shalat

berjamaah, sehingga dalam pembelajaran nantinya siswa dapat

membangun pengetahuannya tentang tata cara shalat berjamaah secara

lebih dalam. Ada beberapa siswa yang sudah mengetahui pengertian shalat

berjamaah dan syarat menjadi imam dan makmum, tetapi juga ada

beberapa siswa yang belum mengetahui syarat menjadi imam dan

makmum. Setiap individu diberi kesempatan untuk mengungkapkan

jawaban mereka masing-masing dengan bahasa mereka sendiri.11 Dengan

cara seperti ini siswa akan belajar untuk mengkonstruk pemahamannya

sendiri tentang materi ibadah shalat.

2. Inquiry (menemukan)

Setelah guru melakukan pre test seputar shalat berjamaah, guru

meminta sebagian siswa untuk melakukan shalat berjamaah, kemudian

sebagian siswa yang lain disuruh melakukan observasi (pengamatan)

terhadap aktifitas shalat berjamaat tersebut. Setelah aktifitas shalat

berjamaah selesai, siswa dipersilahkan untuk mengajukan pertanyaan

kepada siswa lain ataupun kepada guru, mengajukan dugaan, dan

mengumpulkan data tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan shalat

10 Hasil wawancara dengan Mirzam Ahmad, S.Pd.I selaku guru Fiqih MI Ma’arif

Madusari, pada tanggal 13 Desember 2010 11 Hasil observasi pada tanggal 16 Desember 2010

Page 54: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

٤٤

berjamaah berdasarkan pengalaman masing-masing. Setelah itu siswa

menyimpulkan secara sederhana data yang telah dikumpulkan. Jika ada

yang belum benar, guru memberikan koreksi atas kesimpulan siswa

tersebut.12 Dengan melakukan kegiatan tersebut siswa akan menemukan

pengetahuan baru tentang penerapan ibadah shalat dalam kehidupan

sehari-hari.

3. Questioning (bertanya)

Setelah siswa melakukan observasi tentang pelaksanaan shalat

berjamaah, kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan pertanyaan seputar shalat bermajaah. Sebagai langkah

awal dan untuk memberikan stimulus kepada siswa, guru memberikan

pertanyaan dasar seputar shalat shalat, seperti bilangan rakaat shalat, niat

shalat ataupun tentang pengalaman pribadi siswa dalam melaksanakan

shalat berjamaah. Setelah itu siswa diminta untuk bergantian mengajukan

pertanyaan seputar shalat berjamaah. Pertanyaan tidak selalu dijawab oleh

guru, guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab

pertanyaan temannya. Kegiatan ini berlangsung beberapa menit sampai

tidak ada lagi siswa yang bertanya.13

4. Learning Community (masyarakat belajar)

Setelah kegiatan quetioning, langkah selanjutnya adalah

membentuk kelompok belajar. Siswa dibentuk menjadi lima kelompok

kecil untuk melakukan belajar bersama dan membahas masalah shalat

berjamaah. Tiap kelompok terdiri dari lima anak, dan masing-masing

kelompok membahas satu topik tentang shalat berjamaah. Kelompok I

membahas tentang syarat sah menjadi imam dan makmum, kelompok II

membahas tentang cara memberi tahu imam yang salah, kelompok III

tentang tata cara shalat berjama’ah, kelompok IV membahas tentang

keutamaan shalat berjama’ah, kelompok V membahas tentang praktek

shalat berjamaah. Dengan dibimbing guru, setiap siswa dalam kelompok

12 Hasil observasi pada tanggal 16 Desember 2010

13 Hasil observasi pada tanggal 16 Desember 2010

Page 55: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

٤٥

menguraikan pengalamannya tentang topik yang telah ditetapkan, dengan

begitu tiap siswa dapat bertukar pengalaman dan menjadi sumber belajar

bagi yang lainnya. Setelah itu, masih dalam bimbingan guru, setiap

kelompok membuat catatan tentang hasil belajar bersama dan disampaikan

kepada teman lainnya. Guru memberikan koreksi jika ada pernyataan yang

salah.14

5. Modeling (permodelan)

Dalam praktek shalat berjamaah ini, kelompok yang mendapatkan

topik tentang praktek shalat berjamaah, menjadi model dan melakukan

praktek shalat berjamaah. Sebelum melakukan praktek shalat berjamaah,

guru menunjuk satu siswa yang sudah hafal beberapa surat al-Qur’an

sebagai imam dan yang lainnya menjadi makmum. Kemudian siswa

melakukan praktek shalat berjamaah. Setelah selesai, langkah selanjutnya,

guru menjelaskan tentang cara mengingatkan imam yang salah. Guru

memberikan instruksi kepada imam untuk melakukan praktek shalat

berjamaah lagi, tetapi di tengah-tengah praktek shalat berjamaah, imam

melakukan kesalahan gerakan shalat, sehingga siswa yang menjadi

makmum mengingatkan imam dengan membaca "subhanallah".

Kemudian guru menambahkan jika yang melakukan shalat berjamaah itu

perempuan, maka cara mengingatkannya dengan menepuk lengan

sebanyak tiga kali.15 Dengan begitu siswa yang lain menjadi tahu

bagaimana cara mengingatkan imam yang salah.

6. Reflection (refleksi)

Setelah proses pembelajaran selesai, guru dan siswa melakukan

refleksi tentang pembelajaran Fiqih yang telah dilaksanakan. Dalam

refleksi ini, siswa diminta memberikan saran dan kesan tentang

pembelajaran Fiqih. Kebanyakkan siswa memberikan respon positif

terhadap model pembelajaran ini. Mereka merasa lebih mengetahui tata

cara shalat berjamaah setelah mempraktekkannya sendiri. Guru juga

14 Hasil observasi pada tanggal 16 Desember 2010

15 Hasil observasi pada tanggal 16 Desember 2010

Page 56: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

٤٦

menyimpulkan tentang keberhasilan dan kekurangan selama proses

pembelajaran. Keberhasilan proses pembalajaran dapat diketahui dari

kesuksesan praktek shalat berjamaah, hampir sebagian besar siswa sudah

mampu mempraktekkan shalat berjamaah. Sedangkan kekurangan dari

proses pembelajaran ini dapat diindikasikan dengan adanya sejumlah

siswa yang tidak memperhatikan saat praktek shalat berjamaah dan asyik

bermain sendiri. Hal ini dikarenakan guru tidak dapat memantau seluruh

siswa secara sekaligus.16 Dengan adanya refleksi ini, guru berusaha untuk

memperbaiki proses pembelajaran yang selanjutnya.

7. Authantic Assessemant (penilaian sebenarnya)

Pada akhir pembelajaran, guru memberikan evaluasi (penilaian)

tentang proses pembelajaran kali ini. Guru memberikan skor tersendiri

kepada siswa yang didasarkan atas aktifitas siswa selama proses

pembelajaran. Guru melakukan evaluasi baik individu maupun kelompok,

yang meliputi evaluasi selama proses pembelajaran sampai akhir

pembelajaran.17 Evaluasi ini dilaksanakan saat siswa melakukan belajar

kelompok dan saat praktek shalat berjamaah baik individu maupun

kelompok.

Dari pemaparan di atas dapat diketahui bahwa implementasi model

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran

Fiqih di MI Ma’arif Madusari Secang Magelang sudah sesuai dengan unsur-

unsur model pembelajaran CTL itu sendiri. Guru mencoba untuk menerapkan

model pembelajaran CTL dengan sebaik mungkin. Dengan menerapkan

model pembelajaran CTL, suasana pembelajaran menjadi lebih dinamis dan

lebih aktif.

16 Hasil observasi pada tanggal 16 Desember 2010

17 Hasil observasi pada tanggal 16 Desember 2010

Page 57: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

47

BAB IV

ANALISIS IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM PEMBELAJARAN FIQIH

DI MI MA’ARIF MADUSARI SECANG MAGELANG TAHUN 2010

Dalam kegiatan pembelajaran di MI Ma’arif Madusari, terutama pada

mata pelajaran Fiqih yang dilaksanakan melalui pendekatan CTL (Contextual

Teaching Learning) dengan memanfaatkan sumber belajar yang tersedia.

Pendekatan pembelajaran ini merupakan konsep pembelajaran yang membantu

guru dalam mengaitkan antara materi pelajaran yang diajarkan dengan situasi

dunia nyata yang dialami siswa serta mendorong membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat menghubungkan apa yang telah mereka

pelajari dengan cara memanfaatkan pengetahuan yang dimilikinya, sehingga

proses belajar mengajar dapat benar-benar berlangsung dan mampu memproses

informasi dan pengetahuan sedemikian rupa sehingga pengetahuan tersebut dapat

lebih bermakna dan bergairah.

Sebuah kelas dikatakan telah menerapkan CTL jika dalam kegiatan

belajar mengajarnya menerapkakan tujuh komponen CTL diantaranya

konstruktifisme, inquiry, bertanya, pemodelan, masyarakat belajar, refleksi, dan

penilaian sebenarnya.

Untuk dapat merangsang agar siswa dapat mengkonstruksi pemikiran

mereka, maka guru memberikan mereka berbagai pertanyaan. Dengan demikian

situasi kelas menjadi hidup karena anak-anak dapat berfikir dan menyampaikan

buah pikirannya dangan berbicara atau menjawab pertanyaan.1 Selain itu kegiatan

ini dapat merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya fikir,

termasuk daya ingatan dan lain-lain. Guru disini betul-betul berfungsi sebagai

fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan barunya.

1 Hasil wawancara dengan Mirzam Ahmad, S.Pd.I selaku guru Fiqih MI Ma’arif

Madusari, pada tanggal 13 Desember 2010

Page 58: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

48

Dengan demikian proses belajar mengajar akan lebih berkesan bagi siswa,

karena mereka yang menemukan sendiri. Apa yang dialami siswa akan lebih

mudah diingat.2 Hal ini juga berlaku dalam kegiatan inquiry.

Dalam kegiatan inquiry, siswa diarahkan untuk menemukan sendiri

pengetahuan yang mereka pelajari. Ada beberapa cara yang dilakukan dalam

kegiatan inquiry seperti observasi dan outing (kunjungan belajar). Kegiatan ini

dilakukan dengan cara siswa diajak ke masjid untuk melakukan shalat berjamaah.

Dalam kegiatan ini siswa diminta untuk melakukan penelitian sederhana berkaitan

dengan pelaksaan shalat berjamaah.3

Dalam kegiatan outing (kunjungan belajar), siswa dapat mengerjakan

secara langsung shalat berjamaah yang dilakukan di masjid tersebut. Namun

kegiatan ini membutuhkan waktu yang lama apalagi persiapan atau pelaksanaan

tersebut tidak diatur dengan baik. Oleh karena itu, perencanaan yang matang dan

baik akan membantu pelaksanaan observasi dan kunjungan belajar tersebut.

Perencanaan ini dilakukan supaya tidak terjadi pemborosan waktu, tenaga, dan

biaya serta untuk mencapai tujuan pembelajaran. Adapun hal-hal yang dilakukan

oleh guru antara lain :

1. Pendahuluan

Dalam pendahuluan ini guru menyusun program antara lain:

a. Tujuan outing (kunjungan belajar)

b. Pembagian obyek kunjungan

c. Pembentukam kelompok

d. Menyusun jadwal acara dengan jelas dan terperinci

e. Penyusunan tata tertib yang harus dipatuhi oleh semua peserta

2. Pelaksanaan

a. Siswa aktif melaksanakan tugasnya masing-masing

b. Guru memberi bimbingan, motivasi, pengawasan dan mengajukan

pertanyaan

2 Hasil wawancara dengan Mirzam Ahmad, S.Pd.I selaku guru Fiqih MI Ma’arif

Madusari, pada tanggal 13 Desember 2010 3 Hasil observasi pada tanggal 16 Desember 2010

Page 59: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

49

c. Pengolaan data sementara

d. Penyusunan laporan

Dari kegiatan ini, guru menilai kemajuan siswa. Misalnya kemampuan

bekerja sama, keaktifan dalam kegiatan tersebut dan kemampuan dalam

melakukan shalat berjamaah. Dalam kegiatan tersebut guru juga mengajukan

pertanyaan yang berkaitan dengan aktifitas yang diamati yaitu shalat berjamaah.

Dalam kegiatan bertanya, guru selalu memberikan tantangan kepada siswa

untuk menumbuhkan rasa ingin tahu mereka. Guru memberi kebebasan kepada

siswa untuk mengungkapkan pendapatnya dan apabila tidak mengena pada

sasaran, maka guru mengarahkannya.

Dalam praktek shalat berjamaah ini, kelompok yang mendapatkan topik

tentang praktek shalat berjamaah, menjadi model dan melakukan praktek shalat

berjamaah.4 Dengan menghadirkan sebuah model, maka akan mempermudah

pemahaman siswa. Kegiatan pemodelan yang ada di MI Ma’arif Madusari telah

dilaksanakan sesuai dengan materi pelajaran. Tingkah laku guru disini juga

menjadi model bagi siswa.

Untuk mewujudkan suasana belajar yang aktif dimana siswa menjadi

pusat kegiatan belajar diperlukan suatu pengorganisasian pembelajaran salah

satunya dengan membentuk kelompok belajar (learning community). Konsep

learning community ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari

kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antara teman,

antara kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Pembentukan

masyarakat belajar di MI Ma’arif Madusari telah berjalan dengan lancar, tetapi

perlu pengawasan dan pengarahan dari guru agar dapat tercapai hasil belajar yang

efektif dan efisien. Dalam kegiatan pembelajaran aktif, pengelompokan siswa

mempunyai arti tersendiri. Dalam membentuk kelompok belajar (learning

community) pengelompokan siswa dibedakan dalam beberapa jenis, misalnya

4 Hasil observasi pada tanggal 16 Desember 2010

Page 60: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

50

pengelompokan menurut kesenangan berteman, menurut kemampuan, dan

menurut minat.5

Kemudian pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar

siswa melakukan refleksi. Realisasinya berupa; pernyataan langsung tentang apa

yang diperolehnya hari ini, catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran

siswa mengenai pembelajaran hari itu, diskusi, dan hasil karya. Kegiatan refleksi

di MI Ma’arif Madusari tersebut sudah dilaksanakan dengan lancar.

Komponen CTL terakhir yaitu penilaian sebenarnya. Penilaian dilakukan

dengan tujuan untuk memperbaiki proses belajar mengajar. Penilaian ini

digunakan untuk mengetahui apakah pendekatan dan metode yang digunakan

sudah tepat sehingga memudahkan siswa memahami materi dengan baik.

Penilaian juga digunakan untuk mengetahui apakah sikap-sikap dan keterampilan

tertentu telah dimiliki siswa.

Cara penilaian di MI Ma’arif Madusari dilakukan berdasarkan kondisi

yang ada saat pembelajaran sedang berlangsung. Sehingga proses penilaian

dilaksanakan mulai dari awal pembelajaran sampai pembelajaran berakhir. Cara

penilaianya adalah sebagai berikut:

1. Secara verbal, misalnya ketika aktifitas tanya jawab, diskusi, dan presentasi.

2. Secara tertulis, misalnya berupa laporan sederhana dan tes

3. Pengamatan terhadap tingkah laku siswa.6

Penilaian tersebut lebih ditekankan pada fungsinya sebagai umpan balik

baik bagi siswa atau pada guru. Jadi penilaian yang ada di MI Ma’arif Madusari

tidak hanya tes tertulis tetapi juga tes lisan dan hasil laporan sederhana yang

dibuat siswa. Hal ini terbukti dengan adanya buku laporan yang diberikan pada

orang tua siswa yaitu laporan perkembangan siswa dan laporan hasil belajar

siswa.

5 Hasil wawancara dengan Mirzam Ahmad, S.Pd.I selaku guru Fiqih MI Ma’arif

Madusari, pada tanggal 13 Desember 2010 6 Hasil wawancara dengan Mirzam Ahmad, S.Pd.I selaku guru Fiqih MI Ma’arif

Madusari, pada tanggal 13 Desember 2010

Page 61: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

51

Keberhasilan pembelajaran Fiqih menggunakan model pembelajaran CTL

ini juga ditunjang dengan sumber belajar yang memadai. Secara keseluruhan

sumber belajar yang dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar meliputi:

1. By Utilition: Buku pelajaran Fiqih (untuk semua jenjang pendidikan), gambar

orang yang sedang melaksanakan berwudlu, mengajak siswa untuk pergi ke

tempat wudlu untuk mengambil air wudlu di musholla/masjid (kelas I);

Gambar orang yang adzan dan iqamah, musholla dan masjid (kelas II);

Gambar orang sedang melaksanakan shalat berjama’ah, musholla dan masjid

(kelas III).

2. By Desain: Membuat tulisan (berupa charta) lafadz wudlu, do’a setelah wudlu

(kelas I); Membuat tulisan do’a sesudah adzan, dan do’a menjawab iqamah

(kelas II); Membuat lafadz (berupa tulisan Arab) yang dibaca ketika memberi

tahu imam yang salah bagi makmum laki-laki dan cara memberitahu imam

yang salah bagi makmum perempuan (kelas III).7

Agar pencapaiannya lebih efektif perlu diperhatikan beberapa prinsip

desain dalam pembelajaran CTL (Contextual Teaching Learning). Prinsip itu

antara lain kesiapan dan motivasi, penggunaan alat pemusat perhatian, partisipasi

aktif siswa, perulangan dan umpan balik. Motivasi bagi siswa merupakan salah

satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena siswa akan

belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Oleh

karena itu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus mampu

membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga dapat mencapai tujuan

pembelajaran. Alangkah baiknya bagi setiap guru memiliki rasa ingin tahu,

mengapa dan bagaimana anak belajar dan menyesuaikan dirinya dengan kondisi-

kondisi belajar dalam lingkungannya. Hal itu disebabkan akan menambah

pemahaman dan wawasan guru sehingga memungkinkan proses pembelajaran

berlangsung lebih efektif dan optimal, karena pengetahuan tentang kejiwaan anak

yang berhubungan dengan masalah pendidikan bisa dijadikan sebagai dasar dalam

7 Hasil wawancara dengan Mirzam Ahmad, S.Pd.I selaku guru Fiqih MI Ma’arif

Madusari, pada tanggal 13 Desember 2010

Page 62: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

52

memberikan motivasi kepada siswa sehingga mau dan mampu belajar dengan

sebaik-baiknya.

Seiring dengan penggunaan sistem KTSP dan diimplementasikan melalui

pendekatan CTL, kegiatan belajar mengajar di sekolah idealnya mengarah pada

kemandirian siswa dalam belajar. Siswa perlu dilatih sedini mungkin untuk

mandiri baik di sekolah maupun di rumah. Untuk itu guru harus mampu

menciptakan pola pembelajaran yang berdampak luas bagi siswa baik secara

kognitif, afektif maupun psikomotorik. Pola pembelajaran itu hendaknya juga

mampu mempengaruhi lingkungan dimana siswa itu berada dalam arti ikut

mendidik masyarakat sekitar untuk ikut peduli terhadap pendidikan anak-anaknya.

Mengacu pada pengertian kompetensi, bahwa ia merupakan pengetahuan,

ketrampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan

bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak yang secara konsisten dan terus-

menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki

pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.8 Dalam

hal ini termasuk untuk mengaplikasikan konsep mata pelajaran Fiqih ibadah,

termasuk mata pelajaran Fiqih.

Dalam kaitannya dengan mata pelajaran Fiqih, bahwa kompetensi

merupakan pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai dasar ajaran Islam, yang

direfleksikan dalam bentuk kebiasaan berfikir dan berakhlaq (sikap) secara

konsisten dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memungkinkan seorang siswa

menjadi kompeten dalam mengaplikasikan ajaran Islam.

Dalam kaitannya dengan pengembangan pemanfaatan sumber belajar pada

mata pelajaran Fiqih melalui pendekatan CTL, bahwa guru telah berusaha untuk

menerapkan dan memanfaatkan sumber belajar yang ada, yakni melalui media

yang tersedia walaupun masih sangat terbatas. Disamping itu, mengupayakan

penggalian dan pembiasaan sikap kepribadian siswa dalam kehidupan sehari-hari.

8 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,

Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 84.

Page 63: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

53

Meskipun MI Ma’arif Madusari sudah menggunakan pendekatan CTL

dalam proses belajar mengajarnya, namun dalam pengembangan sumber belajar

dengan pendekatan pembelajaran CTL masih belum maksimal. Guru masih sangat

tergantung pada kehadiran buku tekstual, dan masih sangat jarang guru yang mau

bersusah payah mencari materi pelajaran penyerta atau tambahan untuk

melengkapi kekurangan buku pelajaran yang mereka gunakan.9 Hal ini mungkin

dikarenakan keterbatasan kemampuan sekolah untuk melengkapi media

pembelajaran, seperti CD/DVD, LCD, komputer dan alat-alat audio visual lainnya

sebagai sumber belajar yang menunjang proses belajar mengajar.

Sejalan dengan realisasi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

yang mengimplementasikan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching

Learning), guru dituntut harus dapat menguasai berbagai macam model

pendekatan pembelajaran dengan disertai pemanfaatan sumber belajar yang

tersedia atau bahkan menggali sumber belajar lain yang belum terdapat di

lingkungan sekolah/madrasah.

Arus informasi yang berkembang di masyarakat, tidak menuntut

kemungkinan dalam setiap pembelajaran diperlukan pendayagunaan sumber

belajar seoptimal mungkin, karena keefektifan pembelajaran ditentukan oleh

kemauan dan kemampuan mendayagunakan sumber-sumber belajar yang terdapat

di sekitar kita. Kemauan mendayagunakan sumber belajar tersebut tidak hanya

berguna untuk kepentingan akademik semata, melainkan merupakan keterampilan

umum yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan

mendayagunakan sumber belajar yang tepat dapat menghemat dana, daya dan

tenaga.

Di antara manfaat pendayagunaan sumber belajar dalam menunjang

implementasi model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

dalam pembelajaran Fiqih, antara lain:

1. Memberi pengalaman belajar secara langsung dan konkret kepada siswa.

Misalnya melakukan praktek shalat di masjid.

9 Hasil observasi pada tanggal 16 Desember 2010

Page 64: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

54

2. Dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi, atau

dilihat secara langsung dan konkret. Misalnya denah, sketsa, foto, film,

majalah dan sebagainya.

3. Dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di dalam kelas.

Misalnya buku-buku teks, foto, film, nara sumber majalah dan sebagainya.

4. Dapat memberi informasi yang akurat dan terbaru. Misalnya buku-buku

bacaan, ensiklopedia, majalah dan sebagainya.

5. Dapat membantu memecahkan masalah pendidikan (instruksional) baik dalam

lingkup mikro maupun makro. Misalnya secara makro: Sistem Belajar Jarak

Jauh (SBJJ) melalui modul.

6. Dapat memberi motivasi yang positif, apabila diatur dan direncanakan

pemanfaatannya secara tepat.

7. Dapat merangsang untuk berfikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut.

Misalnya buku teks, buku bacaan, film dan lain-lain, yang mengandung daya

penalaran, sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar berfikir,

menganalisis dan berkembang lebih lanjut. 10

Sebagaimana lazimnya suatu bidang studi, materi keilmuan mata pelajaran

Fiqih mencakup dimensi pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skill), dan nilai

(value). Hal ini sesuai dengan tujuan pokok pembelajaran mata pelajaran Fiqih

yaitu untuk membekali siswa agar dapat:

a. Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum Islam baik yang

menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup

dalam kehidupan pribadi dan sosial.

b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dan

baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran agama

Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia

10 Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 102-

103.

Page 65: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

55

itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya maupun hubungan dengan

lingkungannya.11

Jadi pada dasarnya pembelajaran bertujuan untuk mengarahkan siswa

dalam memahami, mengenal, menghayati dan mengamalkan hukum Islam yang

mengarah pada penciptaan yang taat dan bertaqwa kepada Allah SWT melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta pengalaman siswa sehingga menjadi

muslim yang selalu bertambah keimanannya kepada Allah SWT.

Atas dasar pertimbangan di atas maka menerapkan pendekatan CTL

dalam pembelajaran mata pelajaran Fiqih menjadi sebuah keniscayaan. Karena

dengan pendekatan CTL akan lebih mempercepat proses bimbingan dan

pembinaan kualitas personil siswa baik aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Dengan demikian, bagaimanapun jenis kurikulum yang digunakan, dalam

kegiatan belajar mengajar yang penting adalah dalam pelaksanaan dan

keberhasilannya disempurnakan atau dilengkapi dengan berbagai aktifitas

walaupun hanya berperan sebagai pelengkap. Dalam pengertian, ativitas di luar

proses belajar mengajar formal harus ditetapkan juga secara tertulis, terutama jika

proses belajar mengajar atau kurikulum menghendaki itu.

Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi melalui pendekatan

CTL, seorang guru harus mampu menciptakan kondisi yang kondusif. Kendati

demikian kualitas pembelajaran sangat ditentukan oleh aktivitas dan kreatifitas

guru, disamping kompetensi-kompetensi profesionalnya.12

Beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi seorang guru untuk

mengembangkan kreativitas dalam proses pembelajaran, antara lain:

1. Menyediakan lingkungan yang kondusif.

2. Menciptakan iklim pembelajaran yang demokratis.

11 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar

Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah bab

VI, hlm.20 12 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 165.

Page 66: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

56

3. Mengembangkan sikap empati dan merasakan apa yang sedang dirasakan oleh

siswa.

4. Membantu siswa menemukan solusi dalam setiap masalah yang dihadapinya.

5. Melibatkan siswa secara optimal dalam pembelajaran, baik secara fisik, sosial

maupun emosional.

6. Merespon setiap perilaku siswa secara positif dan menghindari respon yang

negatif.

7. Menjadi teladan dalam menegakkan aturan dan disiplin dalam pembelajaran.13

Dengan demikian sumber belajar yang utama bagi guru dalam kegiatan

proses belajar mengajar adalah tidak cukup hanya tergantung pada sarana sumber

belajar yang telah tersedia. Sumber belajar yang telah tersedia harus dapat

dimanfaatkan sebaik mungkin dan perlu mendayagunakan sumber belajar yang

belum tersedia. Ia dapat diupayakan dengan mengembangkan kemampuan diri

seseorang untuk senantiasa berorientasi pada wawasan era globalisasi. Hal ini

dilakukan agar kita tidak ketinggalan tentang informasi-informasi yang

berkembang di masyarakat secara umum.

Pembelajaran Fiqih di MI Ma’arif Madusari diorientasikan agar siswa

mampu melakukan ibadah Mahdhah dengan baik dan menjalankan ibadah tersebut

dalam kehidupannya sehari-hari. Tujuan akhirnya adalah terciptanya insan kamil.

Pendekatan CTL yang digunakan merupakan upaya untuk mencapai tujuan

tersebut. Pendekatan tersebut merupakan langkah dalam pembelajaran guna

membangun karakter siswa yang bertakwa kepada Allah SWT dengan pembiasaan

ibadah dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun banyak kendala yang dihadapi

selama proses pembelajaran, termasuk keterbatasan sumber belajar yang berbasis

teknologi informasi.

Adapun manfaat dan kekurangan dari masing-masing sumber belajar

tersebut antara lain:

13 Ibid., hlm. 162-163.

Page 67: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

57

1. Manfaat sumber belajar

Secara umum manfaat sumber belajar yang diaplikasikan dalam

kegiatan belajar mengajar di MI Ma’arif Madusari melalui model

pembelajaran CTL, antara lain :

a. Dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran secara

komprehensif, karena siswa tidak hanya mengetahui teorinya namun juga

mengetahui bagaimana mengimplementasikanya.

b. Pembelajaran berjalan lebih dinamis dan aktif, karena sumber belajar yang

digunakan guru tidak monoton dan siswa dituntut untuk lebih aktif dalam

pembelajaran

c. Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa karena pembelajaran berjalan

dengan lebih menyenangkan dan tanpa tekanan. Siswa dapat belajar dari

pengalaman yang mereka temuai dalam dunia nyata.

2. Kekurangan (kelemahan) sumber belajar

Berbagai macam sumber belajar, baik secara by utilition dan by desain

dalam kegiatan belajar mengajar di MI Ma’arif Madusari telah dilaksanakan

secara optimal. Namun demikian, pemanfaatan sumber belajar tersebut

mempunyai kekurangan/kelemahan, antara lain:

a. Bagi siswa kelas I dan kelas II masih sangat tergantung pada guru yang

menunjukkan belum ada kesiapan tentang pendekatan belajar melalui

CTL.

b. Guru masih tergantung pada buku pelajaran dalam satu penerbit, misalnya

buku terbitan dari Kementerian Agama saja.

c. Guru belum secara maksimal memanfaatkan sumber belajar yang tersedia,

misalnya pemanfataan komputer, sebagai media (sumber) belajar.

Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan

salah satu model pembelajaran kooperatif, sehingga selama proses pembelajaran

terjadi interaksi aktif antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dengan

guru. Berbagai aktifitas yang dilakukan guru dan siswa selama proses

pembelajaran melalui pendekatan CTL merupakan sarana untuk mengaktifkan

siswa dan meningkatkan kualitas guru. Dengan menggunakan metode belajar

Page 68: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

58

aktif, guru betul-betul berfungsi sebagai fasilitator sehingga dapat menciptakan

suasana belajar yang akan menumbuhkan kreativitas dan kapabilitas dengan

lebih optimal. Dengan demikian para guru dapat menumbuhkan dan

mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dalam diri anak sesuai dengan taraf

pemikirannya.

Demikianlah analisis sederhana mengenai implementasi model

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran

Fiqih di MI Ma’arif Madusari Secang Magelang.

Page 69: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

٥٩

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data serta analisis yang telah dikemukakan pada bab

sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembelajaran Fiqih di MI Ma’arif Madusari Secang Magelang dinilai

sudah baik. Guru melakukan pembelajaran Fiqih dengan tujuan

mengarahkan siswa dalam memahami, mengenal, menghayati dan

mengamalkan hukum Islam yang mengarah siswa supaya taat dan

bertaqwa kepada Allah SWT melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,

latihan serta pengalaman siswa sehingga menjadi muslim yang selalu

bertambah keimanannya kepada Allah SWT. Dalam rangka mencapai

tujuan pembelajaran Fiqih tersebut, guru melakukan pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan kontekstual.

2. Implementasi model pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL) dalam pembelajaran Fiqih di MI Ma’arif Madusari Secang

Magelang berjalan dengan baik; mulai dari persiapan, pelaksanaan, dan

evaluasi pembelajaran, yang sesuai dengan komponen dan karakteristik

serta hal-hal lain yang terkait dalam pendekatan CTL. Model pembelajaran

Contextual Teaching dan Learning (CTL) merupakan suatu model

pembelajaran yang bertujuan untuk membantu guru mengaitkan materi

yang telah diperoleh oleh peserta didik ke dalam dunia nyata. Siswa

dengan segala potensi yang dimiliki, memungkinkan untuk

mengembangkannya sendiri sehingga menjadi pengetahuan yang

bermakna, baik sebagai individu, anggota keluarga maupun anggota

masyarakat.

B. Saran

Pada bagian akhir skripsi ini, setelah melakukan analisis dan telah

menghasilkan kesimpulan, maka penulis akan mencoba untuk memberikan

saran-saran kepada pihak yang berkepentingan, antara lain:

Page 70: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

٦٠

1. Lembaga yang diteliti, kepala madrasah hendaknya selalu mengarahkan

para pengajar untuk menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual

sesuai dengan prosedur dan kemampuan yang dimiliki agar tercapai tujuan

pembelajaran.

2. Guru Fiqih, sebaiknya dalam mengajarkan materi Fiqih dengan

menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual melakukan persiapan

dengan matang, agar tujuan pembelajaran Fiqih dapat tercapai

sebagaimana yang ditentukan.

3. Bagi siswa, hendaknya siswa terlebih dahulu mengerti dan paham tujuan

pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran Fiqih, demi mendukung

terlaksananya pembelajaran dengan baik dan tidak tumbuh perasaan

merugi untuk berbagi ilmu dengan sesama.

4. Seluruh warga MI Ma’arif Madusari Secang Magelang hendaknya selalu

berusaha untuk menciptakan iklim sosial yang harmonis serta mendukung

terlaksananya pendekatan pembelajaran kontekstual dan tujuan

penerapannya.

C. Penutup

Dengan memanjatkan syukur alhamdulillah ke hadirat Allah SWT,

penulis telah menyelesaikan skripsi ini dengan sepenuh kemampuan yang

dimiliki. Dan ucapan terima kasih kepada para pembimbing yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis

demi terselesaikannya skripsi ini.

Namun demikian penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini

jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya saran dan

kritik dari semua pihak untuk perbaikan dan kesempurnaannya.

Akhirnya atas ridha Allah SWT, semoga skripsi yang sederhana ini

dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada

umumnya.

Page 71: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2004.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta,

Rineka Cipta, 1997.

Ash Shiddieqy, Tengku Muhammad Hasbi, Falsafah Hukum Islam, Semarang:

Pustaka Rizki Putra, 2001.

Daradjat, Zakiyah, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta:

Penerbit Bumi Aksara, 2001.

Departemen Agama RI, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Direktorat

Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2001.

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi, 2002.

Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang:

Rasail Media Group, 2008.

Johnson, Elanine B., Contextual Teaching And Learning, Terj. Ibnu Setiawan

Bandung: MLC, 2007.

Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,

Bandung: PT Remja Rosda Karya, 2004.

Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: PT Remaja Rosda karya,

2003.

-------, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.

Muslih, Masnur, KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual,

Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Nasution, S., Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta:

Bumi Aksara, 1995.

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang

Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan

Bahasa Arab di Madrasah Bab VII.

Rohani, Ahmad, Media Instruksional Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.

Page 72: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2008.

Semiawan, Cony, et. al, Pendekatan Ketrampilan Proses, Jakarta: Gramedia

Widya Sarana Indonesia, 1992.

Shihab, Quraish, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1994.

Silberman, Mel, Active Learning terjemahan, Sarjuli, et. all, Singapore: Ally and

Bacon, 1996.

Slavin, Robert E., Cooperative Learning, terj. Nurulita Yusron, Bandung: Nusa

Media, 2008.

Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjamahannya, Semarang: Toha Putra, 1989.

Subagyo, P. Jogo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka

Cipta, 2004.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta, 2009.

Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Semarang:

Widya Karya, 2009.

Suprijono, Agus, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:

Remaja Rosda Karya, 2002.

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitsik,

Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007.

Undang-Undang SISDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003, Bandung: Fokos Media,

2006.

Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya,

2009.

Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, 1990.

Page 73: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

HASIL WAWANCARA

DENGAN KEPALA MI MA’ARIF MADUSARI

Nara Sumber : Muhammad Masyruh

Tanggal : 13 Desember 2010

Peneliti : Bagaimana sejarah pendirian MI Ma’arif Madusari?

Nara sumber : Sekolah ini berawal dari masukan masyarakat. Melalui yayasan

Ma’arif kahirnya berdirilah sebuah lembaga pendidikan dasar

yang bernafaskan Islam, yaitu Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif

Madusari. Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Madusari didirikan

pada tahun 1956 yang digagas oleh pemuka-pemuka agama di

lingkungan desa sekitar dan pengurus dari Yayasan Ma’arif

tersebut. Tujuan dari didirikannya MI Ma’arif Madusari adalah

untuk mengembangkan ukhuwah Islamiyah di lingkungan

madrasah tersebut dan sekitarnya, mendidik anak agar senantiasa

berakhlaqul karimah serta mengerti pendidikan agama dan

menjalankan perintah agama untuk mempersiapkan diri di hari

mendatang.

Peneliti : Bagaimana animo masyarakat terhadap MI Ma’arif Madusari?

Nara Sumber : Pendirian lembaga pendidikan ini tidak terlepas dari partisipasi

masyarakat sekitar, khususnya bantuan secara materiil. Setelah

berdiri Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Madusari, animo

masyarakat cukup baik, terbukti dengan banyaknya siswa yang

masuk pada tahun pertama. Dan alhamdulilah sejak berdiri

hingga sekarang perkembangan madrasah tersebut semakin pesat

karena adanya pengelolaan madrasah yang baik.

Peneliti : Bagaimana kebijakan sekolah tentang sistem pembelajaran

guru?

Nara Sumber : Sekolah menyerahkan semuanya kepada guru. Karena pada

dasarnya guru yang berhubungan langsung dengan peserta didik.

Page 74: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

Sehingga mereka yang lebih tahu mana yang terbaik untuk

peserta didik.

Peneliti : Berkaitan dengan pendekatan CTL, apakah sekolah

menyarankan guru untuk menggunakan pendekatan tersebut?

Nara Sumber : Kami selalu mendukung segala sesuatu yang positif asalkan itu

baik untuk pembelajaran dan peningkatan kualitas pembelajaran.

Kaitannya dengan penerapan CTL, kami menyerahkan semua

kepada guru.

Page 75: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

HASIL WAWANCARA

DENGAN GURU FIQIH MI MA’ARIF MADUSARI

Nara Sumber : Mirzam Ahmad, S.Pd.I

Tanggal : 13 Desember 2010

Peneliti : Berkaitan dengan proses pembelajaran pada mata pelajaran Fiqih

di MI Ma’arif Madusari Secang Magelang, pendekatan

pembelajaran apa yang sering digunakan?

Nara Sumber : Yang sering digunakan adalah pendekatan CTL. Pendekatan

CTL berorientasi pada pengalaman nyata. Siswa dibimbing

untuk mendapatkan pengalaman sendiri selama proses

pembelajaran. Pengalaman ini bisa dicapai dengan

memanfaatkan semua sarana yang ada sebagai sumber belajar.

Sebagai contoh pemanfaatan sumber belajar dalam pembelajaran

Fiqih adalah menggunakan masjid sebagai praktek latihan shalat,

menggunakan alat peraga tentang tata cara ibadah shalat dan lain

sebagainya.

Peneliti : Salah satu penentu keberhasilan CTL adalah sumber belajar,

bagaimana pengembangan sumber belajar yang dilakukan di

disini?

Nara Sumber : Pengembangan sumber belajar pada mata pelajara Fiqih di MI

Ma’arif Madusari dilakukan dengan dua cara yaitu: pertama,

melalui utilition, yaitu pemanfaatan sumber belajar yang ada

berupa alat peraga maupun sarana penunjang dalam

pembelajaran, seperti buku, gambar atau chart, masjid atau

mushala, dan lain sebagainya. Yang kedua, melalui design, yaitu

sumber belajar yang dihasilkan dengan membuat alat peraga

sendiri yang berupa tulisan-tulisan yang berkaitan dengan materi

pembelajaran seperti lafal niat shalat, lafal niat wudlu, lafal

adzan, lafal iqomah atau yang lainnya.

Page 76: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

Peneliti : Dalam pembelajaran kontekstual ini, pendekatan pembelajaran

yang dikembangkan apa saja?

Nara Sumber : Pendekatan pembelajaran yang dikembangkan meliputi hal-hal

sebagai berikut: Keimanan, yang mendorong siswa untuk

mengembangkan pemahaman dan keyakinan tentang adanya

Allah SWT, sebagai sumber kehidupan. Pengalaman,

mengkondisikan siswa untuk mempraktikkan dan merasakan

hasil-hasil pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan

sikap dan perilaku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam

yang terkandung dalam al-Qur’an dan Hadits serta dicontohkan

oleh para ulama’. Keteladanan, yaitu pendidikan yang

menenmpatkan dan memerankan guru serta komponen madrasah

lainnya sebagai teladan, sebagai cerminan dari individu yang

meneladani Nabi saw. Sahabat dan para ulama’.

Peneliti : Bagaimana caranya supaya siswa dapat mengembangkan

pemikirannya?

Nara Sumber : Untuk dapat merangsang agar siswa dapat mengkonstruksi

pemikiran mereka, maka guru memberikan mereka berbagai

pertanyaan. Dengan demikian situasi kelas menjadi hidup karena

anak-anak dapat berfikir dan menyampaikan buah pikirannya

dangan berbicara atau menjawab pertanyaan.

Peneliti : Bagaimana peran guru dalam pembelajaran?

Nara Sumber : Guru disini betul-betul berfungsi sebagai fasilitator yang

mengarahkan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan barunya.

Dengan demikian proses belajar mengajar akan lebih berkesan

bagi siswa, karena mereka yang menemukan sendiri. Apa yang

dialami siswa akan lebih mudah diingat.

Peneliti : CTL juga berkaitan dengan masyarakat belajar, bagaimana

penerapannya?

Page 77: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

Nara Sumber : Pembentukan masyarakat belajar di MI Ma’arif Madusari telah

berjalan dengan lancar, tetapi perlu pengawasan dan pengarahan

dari guru agar dapat tercapai hasil belajar yang efektif dan

efisien. Dalam kegiatan pembelajaran aktif, pengelompokan

siswa mempunyai arti tersendiri. Dalam membentuk kelompok

belajar (learning community) pengelompokan siswa dibedakan

dalam beberapa jenis, misalnya pengelompokan menurut

kesenangan berteman, menurut kemampuan, dan menurut

minat.

Peneliti : Bagaimana cara penilaian pembelajaran disini?

Nara Sumber : Cara penilaian di MI Ma’arif Madusari dilakukan berdasarkan

kondisi yang ada saat pembelajaran sedang berlangsung.

Sehingga proses penilaian dilaksanakan mulai dari awal

pembelajaran sampai pembelajaran berakhir. Cara penilaianya

adalah secara verbal, misalnya ketika aktifitas tanya jawab,

diskusi, dan presentasi. Secara tertulis, misalnya berupa laporan

sederhana dan tes. Dan Pengamatan terhadap tingkah laku siswa.

Page 78: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

HASIL OBSERVASI

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CTL

MI MA’ARIF MADUSARI SECANG MAGELANG

No Komponen CTL

yang Diamati

Keterangan

1 Constructivism

(konstruksivisme)

Dalam pembelajaran Fiqih materi ibadah shalat, pada kegiatan

awal guru menanyakan tentang pengertian shalat berjamaah

dan syarat menjadi imam dan makmum. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui kemampuan awal siswa, sejauhmana

pemahamannya tentang shalat berjamaah, sehingga dalam

pembelajaran nantinya siswa dapat membangun

pengetahuannya tentang tata cara shalat berjamaah secara

lebih dalam. Ada beberapa siswa yang sudah mengetahui

pengertian shalat berjamaah dan syarat menjadi imam dan

makmum, tetapi juga ada beberapa siswa yang belum

mengetahui syarat menjadi imam dan makmum. Setiap

individu diberi kesempatan untuk mengungkapkan jawaban

mereka masing-masing dengan bahasa mereka sendiri.

2 Inquiry (menemukan) Dalam kegiatan inquiry, siswa diarahkan untuk menemukan

sendiri pengetahuan yang mereka pelajari dengan cara

melakukan observasi dan outing. Guru meminta sebagian

siswa untuk melakukan shalat berjamaah, kemudian sebagian

siswa yang lain disuruh melakukan observasi (pengamatan)

terhadap aktifitas shalat berjamaat tersebut. Setelah aktifitas

shalat berjamaah selesai, siswa dipersilahkan untuk

mengajukan pertanyaan kepada siswa lain ataupun kepada

guru, mengajukan dugaan, dan mengumpulkan data tentang

segala sesuatu yang berkaitan dengan shalat berjamaah

berdasarkan pengalaman masing-masing. Setelah itu siswa

menyimpulkan secara sederhana data yang telah dikumpulkan.

Jika ada yang belum benar, guru memberikan koreksi atas

kesimpulan siswa tersebut.

3 Questioning

(bertanya)

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan pertanyaan seputar shalat bermajaah.

Sebagai langkah awal dan untuk memberikan stimulus kepada

siswa, guru memberikan pertanyaan dasar seputar shalat

shalat, seperti bilangan rakaat shalat, niat shalat ataupun

tentang pengalaman pribadi siswa dalam melaksanakan shalat

berjamaah. Setelah itu siswa diminta untuk bergantian

mengajukan pertanyaan seputar shalat berjamaah. Pertanyaan

tidak selalu dijawab oleh guru, guru juga memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan

temannya. Kegiatan ini berlangsung beberapa menit sampai

tidak ada lagi siswa yang bertanya.

4 Learning Community Siswa dibentuk menjadi lima kelompok kecil untuk

Page 79: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

(masyarakat belajar) melakukan belajar bersama dan membahas masalah shalat

berjamaah. Tiap kelompok terdiri dari lima anak, dan masing-

masing kelompok membahas satu topik tentang shalat

berjamaah. Kelompok I membahas tentang syarat sah menjadi

imam dan makmum, kelompok II membahas tentang cara

memberi tahu imam yang salah, kelompok III tentang tata cara

shalat berjama’ah, kelompok IV membahas tentang

keutamaan shalat berjama’ah, kelompok V membahas tentang

praktek shalat berjamaah. Dengan dibimbing guru, setiap

siswa dalam kelompok menguraikan pengalamannya tentang

topik yang telah ditetapkan, dengan begitu tiap siswa dapat

bertukar pengalaman dan menjadi sumber belajar bagi yang

lainnya. Setelah itu, masih dalam bimbingan guru, setiap

kelompok membuat catatan tentang hasil belajar bersama dan

disampaikan kepada teman lainnya. Guru memberikan koreksi

jika ada pernyataan yang salah.

5 Modeling

(permodelan)

Dalam praktek shalat berjamaah ini, kelompok yang

mendapatkan topik tentang praktek shalat berjamaah, menjadi

model dan melakukan praktek shalat berjamaah. Sebelum

melakukan praktek shalat berjamaah, guru menunjuk satu

siswa yang sudah hafal beberapa surat al-Qur’an sebagai

imam dan yang lainnya menjadi makmum. Kemudian siswa

melakukan praktek shalat berjamaah. Setelah selesai, langkah

selanjutnya, guru menjelaskan tentang cara mengingatkan

imam yang salah. Guru memberikan instruksi kepada imam

untuk melakukan praktek shalat berjamaah lagi, tetapi di

tengah-tengah praktek shalat berjamaah, imam melakukan

kesalahan gerakan shalat, sehingga siswa yang menjadi

makmum mengingatkan imam dengan membaca

"subhanallah". Kemudian guru menambahkan jika yang

melakukan shalat berjamaah itu perempuan, maka cara

mengingatkannya dengan menepuk lengan sebanyak tiga kali.

6 Reflection (refleksi) Dalam refleksi ini, siswa diminta memberikan saran dan kesan

tentang pembelajaran Fiqih. Kebanyakkan siswa memberikan

respon positif terhadap model pembelajaran ini. Mereka

merasa lebih mengetahui tata cara shalat berjamaah setelah

mempraktekkannya sendiri. Guru juga menyimpulkan tentang

keberhasilan dan kekurangan selama proses pembelajaran.

Keberhasilan proses pembalajaran dapat diketahui dari

kesuksesan praktek shalat berjamaah, hampir sebagian besar

siswa sudah mampu mempraktekkan shalat berjamaah.

Sedangkan kekurangan dari proses pembelajaran ini dapat

diindikasikan dengan adanya sejumlah siswa yang tidak

memperhatikan saat praktek shalat berjamaah dan asyik

bermain sendiri. Hal ini dikarenakan guru tidak dapat

memantau seluruh siswa secara sekaligus.

Page 80: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

7 Authantic

Assessemant

(penilaian

sebenarnya)

Guru memberikan skor tersendiri kepada siswa yang

didasarkan atas aktifitas siswa selama proses pembelajaran.

Guru melakukan evaluasi baik individu maupun kelompok,

yang meliputi evaluasi selama proses pembelajaran sampai

akhir pembelajaran.

Page 81: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

FOTO PEMBELAJARAN

Page 82: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar
Page 83: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl... · Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... Kompetensi Lulusan dan Standar

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Sholatun

Tempat/Tanggal lahir : Magelang, 03 Agustus 1966

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jagoan 3 RT 05 RW 08 Jurang Ombo Utara

Magelang Selatan Kota Magelang

Agama : Islam

Jenjang Pendidikan :

1. SDN Ngadirojo Secang Lulus Tahun 1981

2. MTs N Windusari Magelang Lulus Tahun 1983

3. PGAN Magelang Lulus Tahun 1986

4. IAIN Walisongo Angkatan 2007

Demikian daftar riwayat hidup penulis yang dibuat dengan sesungguhnya, dan

semoga dapat menjadi keterangan yang jelas.

Semarang, Maret 2011

Penulis

Sholatun

NIM. 073111218