Skripsi BAB I

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yang hanya bisa berkembang dan mampu bertahan hidup melalui interaksi dan bekerja sama dengan orang lain, begitu pula dengan mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di Unisba. Kecemasan dalam berkomunikasi, sebenarnya merupakan suatu bentuk prilaku yang normal bagi setiap orang. Dalam lingkup akademis, seorang mahasiswa sering memiliki kecemasan yang berlebihan ketika akan mempretasikan tulisan ilmiahnya sehingga materi yang sudah dikuasainya tidak bisa disampaikan dengan baik. Komunikasi dikatakan efektif apabila dalam melakukuan komunikasi tercipta rasa saling menyukai antara individu satu dengan yang lainnya, namun sebaliknya jika tidak ada rasa saling menyukai dan membuat hubungan antar individu menjadi tidak baik maka 1

Transcript of Skripsi BAB I

Page 1: Skripsi BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial, yang hanya bisa berkembang dan mampu

bertahan hidup melalui interaksi dan bekerja sama dengan orang lain, begitu pula

dengan mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di Unisba. Kecemasan

dalam berkomunikasi, sebenarnya merupakan suatu bentuk prilaku yang normal

bagi setiap orang. Dalam lingkup akademis, seorang mahasiswa sering memiliki

kecemasan yang berlebihan ketika akan mempretasikan tulisan ilmiahnya

sehingga materi yang sudah dikuasainya tidak bisa disampaikan dengan baik.

Komunikasi dikatakan efektif apabila dalam melakukuan komunikasi

tercipta rasa saling menyukai antara individu satu dengan yang lainnya, namun

sebaliknya jika tidak ada rasa saling menyukai dan membuat hubungan antar

individu menjadi tidak baik maka individu akan mengalami kegagalan dalam

berkomunikasi. Oleh karena itu komunikasi memiliki arti yang sangat penting

untuk memenuhi kebutuhan seseorang dalam berinteraksi dengan dunia sosialnya

(Rakhmat, 2008).

Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi sosial secara efektif

merupakan hal terpenting bagi seseorang, terutama bagi praktisi yang nantinya

berkecimpung didunia professional, dalam hal ini dilihat melalui latar belakang

profesi yang nantinya akan dilakoni oleh mahasiswa dari tiga fakultas yang

1

Page 2: Skripsi BAB I

menjadi objek penelitian ini. Hal ini dikarenakan setelah penulis menelaah bidang

profesi yang ditekuni oleh lulusan masing-masing fakultas ini, dalam praktek

kerjanya mencakup aktifitas komunikasi yang berkesinambungan, tidak

dipungkiri bahwa setiap bidang sangat membutuhkan adanya komunikasi yang

efektif untuk prakteknya, namun pada penelitian ini penulis beranggapan dengan

data yang penulis peroleh tentang kegiatan kerja alumni, tiga fakultas ini

mempunyai track point yang tinggi dalam kepentingan berkomunikasi secara

efektif dan dapat merepresentasikan hasil penelitian ini. 

Dalam komunikasi pada umumnya dan khususnya pada komunikasi

interpersonal terdapat adanya gangguan–gangguan dalam berkomunikasi yang

dikenal dengan nama communication apprehension, yaitu reaksi negatif dalam

bentuk kecemasan yang dialami seseorang dalam pengalaman komunikasinya

(Rakhmat, 2008). Kecemasan dalam komunikasi interpersonal adalah suatu

keadaan individu yang tidak menentu dan tidak berdaya dalam berkomunikasi

sehingga menyebabkan individu gemetar, takut, banyak mengeluarkan keringat

dan kehilangan kata-kata saat berhadapan dengan teman baru, dosen, orang

penting atau orang yang tidak dikenal.

Penelitian yang dilakukan oleh Croskey (Rakhmat, 2008) di Amerika

memperlihatkan hasil bahwa 15 – 20 % mahasiswa di Amerika Serikat menderita

communication apprehension, yang artinya individu dalam berkomunikasi merasa

cemas dan takut, baik dalam situasi umum ataupun khusus, kondisi formal

maupun informal. Penelitian di beberapa perguruan tinggi di Amerika Serikat,

menunjukkan 10 – 20 % mahasiswa di Amerika Serikat, mengalami kecemasan

2

Page 3: Skripsi BAB I

dalam melakukan komunikasi dengan orang lain dan adanya rasa khawatir

terhadap dirinya mengenai respon dari orang lain.

Dijelaskan oleh Croscy bahwa informasi yang disampaikan oleh individu

yang mengalami kecemasan komunikasi interpersonal akan diterima oleh orang

lain sebagai informasi yang kacau, misalnya saat berkomunikasi individu kurang

jelas menyampaikan isi pesan karena terbata-bata saat berbicara dan merasa takut

sehingga kalimat yang diucapkan menjadi kurang jelas dan membuat penerima

pesan kurang mengerti apa yang disampaikan. Begitu juga apabila individu yang

mengalami kecemasan dalam komunikasi menjadi penerima informasi, maka akan

mendapatkan informasi yang kabur atau tidak jelas karena individu merasa minder

dan kurang terbuka sehingga tidak dapat memberi umpan balik. Kecemasan yang

timbul pada saat seseorang berkomunikasi dapat menyebabkan individu menarik

diri dari pergaulan serta menghindari suasana komunikasi.

Didasari oleh pentingnya komunikasi yang efektif seperti yang

sebelumnya dijelaskan dan mempertimbangkan bahwa komunikasi merupakan hal

penting, sehingga kualitas hidup manusia, hubungan sesama manusia dapat

ditingkatkan dengan memahami dan memperbaiki komunikasi yang dilakukan

serta masalah kecemasan komunikasi antar pribadi merupakan masalah emosional

yang dapat ditangani dengan modifikasi perilaku-kognitif, maka penulis merasa

tertarik dan ingin melakukan studi komparatif tentang tingkat kecemasan antar

pribadi dalam berkomunikasi, maka penulis mencoba mengangkat permasalahan

mengenai kecemasan berkomunikasi pada mahasiswa di Universitas Islam

Bandung. Diantaranya adalah bagaimana tingkat kecemasan mahasiswa fikom

dalam menghadapi situasi public speaking performance?.

3

Page 4: Skripsi BAB I

Serangkaian pertanyaan yang berpusat pada masalah kecemasan

berkomunikasi pada mahasiswa, penulis ingin memperlihatkan perbandingan

kecemasan komunikasi terhadap tiga fakultas yaitu fakultas ilmu komunikasi,

fakultas hukum dan fakultas psikologi, hal ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi

tingkat kecemasan berkomunikasi di tiga fakultas yang ada di universitas tersebut.

Lewat penelitian ini, diharapkan akan diperoleh informasi mengenai

sejauh mana mahasiswa UNISBA dapat mempraktekkan ilmu komunikasi nya

secara efektif. Hasilnya dapat dijadikan landasan aksi untuk merumuskan

langkah-langkah penerapan sistem pembelajaran ataupun ekstrakulikuler bagi

mahasiswa untuk dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi yang efektif

lebih baik di ke depannya.

Berikut data mahasiswa aktif di tiga fakultas yang nantinya menjadi fokus

penelitian :

2007 2008 2009 2011

Fakultas Hukum 111 175 182 163

Fakultas Psikologi 143 139 170 170

Fakultas Ilmu Komunikasi 287 265 351 351

4

Page 5: Skripsi BAB I

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang akan dieksplorasi, maka

permasalahan umum dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

“Bagaimanakah Tingkat Kecemasan Berkomunikasi dalam Lingkup

Akademis Yang dialami Oleh Mahasiswa di Fakultas Ilmu Komunikasi,

Fakultas Psikologi, dan Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung?”.

1.3Identifikasi Masalah

Dalam penelitiannya masalah sebenarnya yang akan diangkat atau

dibahas yaitu Kecemasan Berkomunikasi dalam Lingkup Akademis Yang

dialami Oleh Mahasiswa di Fakultas Ilmu Komunikasi, Fakultas Psikologi,

dan Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung. Dapat dijabarkan dalam

subtema atau identifikasi sebagai berikut :

- Bagaimana tingkat kecemasan berkomunikasi pada situasi

diadik/komunikasi dua arah pada mahasiswa di Fakultas Ilmu

Komunikasi, Fakultas Psikologi, dan Fakultas Hukum Universitas

Islam Bandung?

- Bagaimana tingkat kecemasan berkomunikasi pada situasi small

Group Communication/ komunikasi kelompok kecil pada mahasiswa

di Fakultas Ilmu Komunikasi, Fakultas Psikologi, dan Fakultas

Hukum Universitas Islam Bandung?

5

Page 6: Skripsi BAB I

- Bagaimana tingkat kecemasan berkomunikasi pada situasi “Public

Speaking” pada mahasiswa di Fakultas Ilmu Komunikasi, Fakultas

Psikologi, dan Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung?

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

- Untuk mengetahui tingkat kecemasan komunikasi pada situasi dyadic

“komunikasi dua arah” pada mahasiswa di Fakultas Ilmu Komunikasi,

Fakultas Psikologi, dan Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung.

- Untuk mengetahui tingkat kecemasan komunikasi pada situasi small

Group “kelompok kecil” pada mahasiswa di Fakultas Ilmu Komunikasi,

Fakultas Psikologi, dan Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung.

- Untuk mengetahui tingkat kecemasan komunikasi pada situasi “Public

Speaking” pada mahasiswa di Fakultas Ilmu Komunikasi, Fakultas

Psikologi, dan Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung.

1.5Kegunaan penelitian

1.5.1 Kegunaan teoritis

Penelitian ini menggunakan Communication Anxiety Inventory (CAI),

sebagai parameter identifikasi permasalahan. Hasil penelitian ini dapat

dimanfaatkan untuk mengkaji lebih dalam lagi bagaimana kecemasan

komunikasi dapat mempengaruhi mahasiswa tersebut.

6

Page 7: Skripsi BAB I

1.5.2 Kegunaan praktis

Dengan mengetahui tingkat Kecemasan Berkomunikasi dalam

Lingkup Akademis Yang dialami Oleh Mahasiswa di universitas tersebut,

menjadi penelitian awal komunikasi yang nantinya dapat menjadi acuan

program praktis komunikasi pada mahasiswa. Dengan penelitian ini,

universitas dapat memperoleh gambaran tentang kecemasan berkomunikasi

mahasiswa dalam hal ini pada tiga fakultas yang diteliti yaitu fakultas Ilmu

komunikasi, fakultas Psikologi dan fakultas Hukum. Hal ini, nantinya dapat

ditindak lanjuti dengan perbaikan pada akademik ataupun kegiatan

ekstrakulikuler akademik lainnya yang dapat terus melatih dan meningkatkan

kemampuan berkomunikasi mahasiswa di perguruan tinggi tersebut.

1.6 Alasan Pemilihan Masalah

Pemillihan masalah yang dilakukan oleh peneliti didasari oleh alasan-

alasan sebagai berikut:

1. kecemasan dalam berkomunikasi tidak terjadi secara konstan (tetap),

namun lebih bersifat situasional atau juga kontekstual dalam sifat yang

nantinya dapat mengalami perubahan.

Contoh konkret yang dapat diperhatikan yaitu, yang terjadi ketika

mahasiswa diwajibkan untuk berhadapan dengan publik secara sendirian

(misalnya untuk mempresentasikan karya tulis, ataupun tugas) di depan

kelas, maka terlihat adanya kecenderungan pada meningkatnya taraf

kecemasan dalam berkomunikasi. Hal ini disebabkan oleh ketidakbiasaan

7

Page 8: Skripsi BAB I

individu (subyek) untuk berhadapan dengan publik, sifat bawaan yang

cenderung introvert, atau takut melakukan kesalahan-kesalahan (baik

dalam derajat yang kecil atau pun besar) sehingga mengundang tawa dari

teman-teman satu kelas atau bahkan juga dimarahi oleh dosen. Ini

berlainan dengan pada saat subyek tadi berbicara di hadapan public (kelas)

yang bersifat kelompok (kolektif). Berbagai kekhawatiran yang terdapat

dalam level individual dapat direduksi atau setidaknya dapat dibagikan

(shared) kepada rekan-relan satu kelompoknya. Sehingga bisa jadi, subyek

tadi kemudian hanya diam di hadapan publik atau berbicara dalam bahasa

yang sangat singkat (pendek-pendek), karena telah mengandalkan

kemampuan teman yang lainnya.

2. Komunikasi yang baik, atraktif, dan jelas yang dilakukan oleh seseorang

dapat membuat kegiatan komunikasi lebih efektif dan akan mempengaruhi

kepada tingkat profesionalisme ketika nantinya mahasiswa-mahasiswa

praktek didunia kerja yang nyata.

3. Penelitian mengenai kecemasan berkomunikasi terutama kecemasan dalam

sikap, dinilai sangat bermanfaat dalam menambah wawasan secara tidak

langsung bagi semua orang terutama universitas islam bandung sebagai

masukan pertimbangan penilaian terhadap penguasaan komunikasi setiap

mahasiswa yang ada di tiga fakultas yang menjadi objek penelitian

peneliti, hingga nantinya universitas dapat mengambil tindakan yang dapat

terus memperbaiki kurikulum pendidikan dan menyesuaikan dengan

kebutuhan mahasiswa.

8

Page 9: Skripsi BAB I

1.7 Pembatasan Masalah

Dalam penelitiannya masalah sebenarnya yang akan dibahas yaitu

Kecemasan Berkomunikasi dalam Lingkup Akademis Yang dialami Oleh

Mahasiswa di Fakultas Ilmu Komunikasi, Fakultas Psikologi, dan Fakultas

Hukum Universitas Islam Bandung. Dapat dijabarkan dalam pembatasan

masalah yang akan di steliti sebagai berikut:

1) Objek penelitian ini adalah mahasiswa yang terdaftar di UNISBA

dan hanya dari di Fakultas Ilmu Komunikasi, Fakultas Psikologi,

dan Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung.

2) Responden yang terpillih merupakan representative dari

keseluruhan mahasiswa di di Fakultas Ilmu Komunikasi, Fakultas

Psikologi, dan Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung.

3) Variabel yang akan dieksplorasi dalam penelitian ini difokuskan

pada tiga hal hal yaitu dyadic, small group, public speaking pada

kecemasan komunikasi mahasiswa di Fakultas Ilmu Komunikasi,

Fakultas Psikologi, dan Fakultas Hukum Universitas Islam

Bandung, dengan menggunakan Communication Anxiety Inventory

(CAI).

1.8 Pengertian Istilah

Dalam judul penelitian ini, penulis menggunakan beberapa istilah-istilah

yang mengacu kepada masalah yang ingin penulis teliti. Adapun istilah-istilah

tersebut antara lain:

9

Page 10: Skripsi BAB I

1.8.1 Communication Anxiety Inventory, teori yang penelitiannya merujuk

kepada STAI (State-Trait Anxiety Inventory) yang membahas tentang

kecemasan melalui dua hal, yaitu sifat dan keadaan pada diri seseorang.

1.8.2 Communication Apprehension, yaitu rasa cemas yang dikaitkan dengan

tindak komunikasi yang akan dan sedang dilakukan dengan orang lain

(a sense of anxiety assosiated with either real or anticipated

communication with others).

1.8.3 Dyadic Encounter, bagian dari komunikasi antarpribadi (Interpersonal

Communication), komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara

orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya

menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun

nonverbal.

1.8.4 Small Group Discussion, yaitu interaksi tatap muka dari tiga individu

atau lebih dengan tujuan yang sudah diketahui sebelumnya seperti

berbagi informasi, pemeliharaan diri, memecahkan masalah, di sini

anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota kelompok

lain dengan tepat.

1.8.5 Public Speaking Performance, adalah suatu seni untuk menciptakan

pengertian publik secara lebih baik, sehingga dapat memperdalam

kepercayaan public terhadap seseorang atau sesuatu organisasi atau

badan.

10

Page 11: Skripsi BAB I

1.9 Kerangka Pemkiran

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan tingkat kecemasan

dalam berkomunikasi pada mahasiswa UNISBA dan melakukan analisis untuk

memberikan hasil terhadap persoalan kecemasan yang dihadapi mahasiswa.

Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah komparatif. Subyek

penelitiannya adalah para mahasiswa yang pernah atau sedang mengalami

kecemasan berkomunikasi di dalam melakukan aktifitas akademis seperti;

mengikuti kuliah, konsultasi skripsi, presentasi di depan kelas secara

berkelompok, presentasi di depan kelas individual, ujian komprehensif dan ujian

skripsi, dan kegiatan yang bersifat tatap muka lainnya.

Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Booth-Butterfield &

Gould telah menyebutkan tiga hal yang yang menjadi konteks inti penelitian. “the

communication anxiety inventory (CAI) developed by booth-butterfield and Gould

signed to measure trait and state communication apprehension. form trait "is

remarkably similar" to the PRCA-24, assesing persons' predispositions to

experience anxiety in the three generalized contexts : dyadic encounters, small

groups, and public speaking performance.” (Beatty,2004).

Teori tentang kecemasan dalam berkomunikasi Communication Anxiety

Inventory (CAI) terbagi menjadi sifat dan keadaan, peneliti menggunakan

penelitian tentang sifat dalam penelitian ini. Dengan ungkapan “ sebagai sebuah

sifat”, itu berarti bahwa kecemasan dalam berkomunikasi adalah bagian dari

kepribadian individu. Seperti suatu sifat yang paling penting bagi orang-orang

yang memiliki skor tinggi atau sangat rendah dalam kecemasan saat

berkomunikasi.

11

Page 12: Skripsi BAB I

Perspektif atau cara pandang yang dipakai untuk mendiskusikan persoalan

kecemasan berkomunikasi yang dialami oleh mahasiswa adalah perspektif

interpretative. Dalam cakupan yang lebih sempit, penelitian tentang kecemasan

berkomunikasi di lingkungan akademis ini, akan didiskusikan dengan memakai

teori communication anxiety.

Kecemasan berkomunikasi atau communication apprehension merupakan

bagian dari teori-teori tentang trait. James McCroskey dan koleganya dalam

penelitian yang dilakukannya sampai pada suatu kesimpulan bahwa kecemasan

atau bahkan ketakutan untuk berkomunikasi merupakan persoalan praktis serius

yang dihadapi oleh banyak orang. Menurut McCroskey dan koleganya,

kecemasan berkomunikasi merupakan suatu variable yang memiliki jenjang

rendah sampai tinggi. Dan dalam penerapan praktisnya, persoalan tentang

kecemasan berkomunikasi ini dapat diatasi dengan perlakuan-perlakuan tertentu

(treatable) kepada individu yang mengalaminya.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Spielberger melahirkan suatu teori

tentang STAI yaitu, State-Trait Anxiety Inventory. Kecemasan untuk

berkomunikasi dengan orang lain dapat dipilah menjadi dua bagian, yaitu

kecemasan berkomunikasi yang muncul dalam diri seseorang sebagai sifat (trait)

dan kecemasan yang timbul karena situasi sosial yang menyebabkan seseorang

tidak mampu menyampaikan pesannya secara jelas (state).

Anxiety is form of stress or tension, which people seek to reduce or avoid.

It is a complex reaction involving fear, apprehension, tension, and nervousness

(Spielberger & Levitt dalam communication research, Rubin. 445). Dari

penjelasan Spielberger diatas kita dapat melihat bahwa. Kecemasan adalah suatu

12

Page 13: Skripsi BAB I

bentuk stress atau keteganganggan yang ingin dikurangi ataupun dihindari oleh

seseorang. Hal ini merupakan reaksi yang angat kompleks dari rasa takut,

khawatir, tegang, dan rasa gelisah.

The State – Trait Inventory (STAI) dikembangkan sebagai riset yang

meneliti tentang kecemasan. Menurut peneliti sebelumnya, Spielberger,

kecemasan dalam sifat (trait) mencerminkan “ keadaan emosi sementara atau

kondisi dari seseorang yang merasakan perasaan tegang dan ketakutan, serta

mengalami aktivitas system saraf yang tinggi”. State-Trait Anxiety Inventory

(STAI) was developed as a research tool for the study of anxiety. According to the

developer of this method, Spielberger, state anxiety reflects a "transitory

emotional state or condition of the human organism that is characterized by

subjective, consciously perceived feelings of tension and apprehension, and

heightened autonomic nervous system activity".

Penelitian ini merujuk kepada Trait anxiety (A-trait). Penelitian akan

dilakukan dalam teritori ataupun batasan dari Trait anxiety (kecemasan sikap). A-

trait refers to relatively stable individual differences in anxiety proneness

(Spielberger & Vagg dalam communication research, Rubin. 445). Seperti yang

telah disebutkan diatas, kecemasan sifat mengacu kepada kestabilan relative

perbedaan individual pada daerah tertentu yang rawan kecemasan.

Trait Communication anxiety merupakan derajat kecemasan yang relatif

stabil dan relatif panjang waktunya ketika seseorang dihadapkan pada berbagai

konteks komunikasi, seperti misalnya dalam public speaking, pertemuan-

pertemuan (meetings), komunikasi antarpribadi, dan komunikasi kelompok,

sementara itu kecemasan berkomunikasi juga bisa dilihat sebagai refleksi

13

Page 14: Skripsi BAB I

orientasi kepribadian dari seseorang yang mengalami tingkat kecemasan

berkomunikasi. Komunikasi kekhawatiran (Communication Apprehension) telah

di definisikan sebagai "tingkat ketakutan atau kecemasan individu yang

berhubungan dengan situasi atau diantisipasi nyata saat berkomunikasi dengan

orang lain atau orang-orang”.

McCroskey, Orang-orang seperti itu cenderung menghindari komunikasi

di depan umum, bahkan pada kebanyakan situasi, banyak mahasiswa yang sengaja

menghindar karena menganggap menghindar sebagai sebuah keadaan yang

menguntungkan..(http://www.jamescmccroskey.com/publications/bookchapters/

007_1986_C21.pdf). 

Sebuah contoh umum adalah mahasiswa yang tidak pernah berpartisipasi

dalam diskusi kelas. Survei kecemasan berkomunikasi ini menggunakan skala

likert dalam angketnya nanti yang menunjukkan rentang paling besar atau pun

kecil untuk setiap pernyataannya. Merujuk pada penelitian sebelumnya,

penellitian kecemasan berkomunikasi pada kecemasan sifat (A-trait)

dikelompokkan ke dalam 3 sub skala berikut ini:

- Dyadic Encounters (komunikasi tatap muka)

- Small groups communication (komunikasi kelompok kecil)

- Public speaking performance (berbicara didepan publik)

Berdasarkan kerangka pikir inilah, peneliti ingin membahas tentang

kecemasan dalam sifat seseorang disaat beraktivitas dalam keseharian

akademiknya dikampus.

14

Page 15: Skripsi BAB I

1.10 Operasional Variabel

Berdasarkan pertanyaan riset yang berisi mengenai Kecemasan

Berkomunikasi dalam Lingkup Akademis Yang dialami Oleh Mahasiswa di

Fakultas Ilmu Komunikasi, Fakultas Psikologi, dan Fakultas Hukum Universitas

Islam Bandung, dengan menggunakan konsep-konsep komunikasi interpersonal

yang dikembangkan melalui teori Communication Anxiety Inventory, yang

meneliti tentang Trait-Anxiety Communication maka variabel-variabel dalam

penelitian ini dioperasionalisasikan dalam matriks sebagai berikut.

Gambar 1. Operasional Variabel (Communication Research Measures: a

sourcebook Volume 2, Halaman 109-113)

1.11 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

1.10.1Metode penelitian

Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian dengan

menggunakan metode deskriptif dengan jenis komparatif. Metode deskriptif

menurut Nazir (1999;63) bahwa, “Metode deskriptif adalah suatu metode

15

Kecemasan komunikasi pada mahasiswa di FIKOM - UNISBA (teori CAI-Form Treat)

Dyadic Encounters

Small GroupsPublic Speaking

Performance

Page 16: Skripsi BAB I

dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,

suatu pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.” Dengan

demikian penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran

atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai sifat-sifat serta

hubungan antarfenomena yang diselidiki secara terperinci untuk menghasilkan

rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan masa yang akan datang. Dalam

metode deskriptif peneliti bisa saja membandingkan fenomena-fenomena

tertentu hingga merupakan suatu studi komparatif.

Penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin

memberi jaawaban secara mendasar tentang sebab akibat dengan menganalisa

faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena

tertentu. Jangkauan waktu adalah sekarang. Metode penelitian komparatif

bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian yang

dikumpulkan telah selesai berlangsung.

Penelitian yang dilakukan meliputi penilaian aspek komunikasi diadik,

public speaking dan komunikasi kelompok kecil selama periode yang diamati.

Data selanjutnya akan diolah, di analisa dan di proses lebih lanjut dengan

dasar-dasar teori yang telah dipelajari untuk penarikan kesimpulan penelitian.

1.10.2Teknik Pengumpulan data

Data Primer: dikumpulkan melalui angket yang disebarkan kepada

responden terpilih, dalam penelitian ini yaitu mahasiswa di tiga fakultas

yang akan menjadi fokus penelitian yang mahasiswanya masih terdaftar di

UNISBA sebagai mahasiswa aktif.

16

Page 17: Skripsi BAB I

Data Sekunder: data-data penunjang terkait dengan penelitian. Berupa

buku-buku, literatur, dokumen-dokumen, dll. Atau, hasil untuk

mempertajam analisis.

Guna melengkapi data dari penelitian ini penulis menggunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut:

1. Teknik Angket

Adalah cara memperoleh data dengan mengajukan daftar

pertanyaan kepada responden yang telah ditentukan yaitu mahasiswa dari

tiga fakultas yang telah disebutkan sebelumnya, dan masih terdsaftar

sebagai mahasiswa aktif di fakultas tersebut.

2. Teknik Kepustakaan

Adalah cara memperoleh data yang diperlukan dengan cara

menelaah teori, pendapat-pendapat, serta pokok-pokok pikiran yang

terdapat dalam buku-buku yang relevan dengan masalah yang dibahas

dalam penelitian ini.

1.10.3Populasi dan Sample

a. Populasi,

keseluruhan dari subjek yang akan diteliti ciri-cirinya, atau diduga

karakteristiknya, dalam hal ini adalah mahasiswa dari Fakultas

Hukum, Fakultas Psikologi, dan fakultas Ilmu Komunikasi Universitas

Islam Bandung.

17

Page 18: Skripsi BAB I

b. Sampel. Pemilihan subjek penelitian sebagai sampel dilakukan dengan

teknik sampling berimbang (Propotional Sampling). teknik sampling

berimbang atau sering disebut teknik sampling kelompok berimbang

acak selalu dikombinasikan dengan teknik lain yang berhubungan

dengan populasi yang tidak homogen. Kata “berimbang” merujuk pada

ukuran jumlah yang tidak sama, disesuaikan dengan jumlah anggota

tiap-tiap kelompok yang lebih besar. Dengan pengertian itu maka

dalam menentukan anggota sample, peneliti mengambil wakil-wakil

dari tiap-tiap kelompok yang ada dalam populasi yang jumlahnya

disesuaikan dengan jumlah anggota subjek yang ada dalam masing-

masing kelompok/fakultas tersebut.

Teknik sampling kelompok berimbang acak, Sampel dari penelitian ini

yaitu, mahasiswa angkatan 2008 dari tiga fakultas yang ada di

universitas islam bandung (Hukum, psikologi dan Ilmu komunikasi).

Langkah yang ditempuh dalam penetapan sample yaitu :

o Menghitung jumlah total seluruh mahasiswa yang akan diteliti dari

angktan 2008 di tiga fakultas tersebut .

Fakultas hukum = 175 orang

Fakultas Psikologi = 143 orang

Fakultas Ilmu komunikasi = 265 orang

Total seluruh populasi yaitu, 583 orang.

18

Page 19: Skripsi BAB I

o menentukan besar sample yaitu sebesar 50% dari populasi ,

sehingga : 50

100 x 583 orang = 291,5 , dibulatkan menjadi 292

orang.

o Pengambilan anggota sample sesuai dengan mahasiswa tiap

fakultas yaitu,

Fakultas hukum = 13

x 292 orang = 97,5 orang =

digenapkan menjadi 97 orang.

Fakultas Psikologi = 13

x 292 orang = 97,5 orang

= digenapkan menjadi 97 orang.

Fakultas Ilmu komunikasi = 13

x 292 orang = 97,5 orang,

dibulatkan menjadi 98, dengan pertimbangan untuk

menggenapkan data sample dan mahasiswa angkatan 2008

fakultas ilmu komunikasi mendominasi dibanding dua

fakultas diatas.

1.12 Narasumber atau Key Informan

Objek dalam penelitian ini adalah tiga fakultas yang ada di universitas

islam bandung yang dianggap peneliti merupakan representasi dari unisba, dan

subjek penelitiannya yaitu unisba. Nara sumber ataupun Key Informan dari

penelitian ini yaitu mahasiswa angkatan 2008 yang masih terdaftar sebagai

mahasiswa aktif di tiga fakultas yang akan diteliti oleh peneliti.

19

Page 20: Skripsi BAB I

1.13 Organisasi Karangan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi organisasi karangan

kedalam 5 bab, setiap bab terdiri atas beberapa bagian yang dirinci dengan bagian

yang lebih spesifik (subbab).

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah,

rumusan masalah, identifikasi masalah, tujuan masalah, alasan pemilihan masalah,

anggapan dasar, operasional variable, metode dan teknik pengumpulan data,

populasi dan sample, serta organisasi karangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Merupakan dasar teori ilmu pengetahuan pelengkap yang berkaitan dengan

pokok permasalahan. Pada bab ini diuraikan mengenai pengertian komunikasi,

komunikasi interpersonal, teori communication Anxiety.

BAB III SEJARAH INSTITUSI

Merupakan tinjauan mengenai objek penelitian yang menguraikan profil / sejarah

singkat UNISBA dan tiga fakultas yang diteliti.

BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN

Pada bab ini menguraikan analisis / pengolahan data mengenai data

responden dan data penelitian. Analisis dan Interpretasi, tersusun atas Analisis

20

Page 21: Skripsi BAB I

untuk setiap subvariabel, Menganalisis semua temuan yang didapat dari angket

yang dilakukan kepada mahasiswa di tiga fakultas UNISBA dan disertai

interpretasi seputar temuan yang didapat.

BAB V PENUTUP

Merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini akan menguraikan

rangkuman dan kesimpulan hasil penelitian serta memberikan saran-saran berupa

alternative pemecahan masalah maupun penentuan sasaran guna penelitian

selanjutnya.

21