BAB I Skripsi 01

download BAB I Skripsi 01

of 37

Transcript of BAB I Skripsi 01

1

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Sampai saat ini lebih dari tiga puluh tahun Indonesia telah

melaksanakan

berbagai

upaya

dalam

rangka

meningkatkan

kesejahteraan khususnya kesehatan masyarakat. Upaya-upaya berupa peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat yang efektif, efisien serta terjangkau oleh masyarakat pun telah diperkenalkan sehingga

memunculkan intervensi-intervensi untuk mengatasi masalah kesehatan khususnya ibu dan anak (Depkes RI, 2003.p. 23). Perilaku masyarakat Indonesia sehat 2010 adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat sesuai dengan paradigms Indonesia Sehat 2010 yaitu terciptanya lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang merata, bermutu dan terjangkau ( Depkes RI 1999, p. 4 ) Indikator derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat ditandai dengan menurunnya angka kematian ibu, kematian bayi dan panjangnya umur harapan hidup. Sampai saat ini, kematian ibu masih merupakan masalah prioritas di Indonesia (Http : // reporitory.ui.ac.id.2006)

1

2

Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia 20022003, angka kematian ibu 307 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi 35 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu di Sumatera Barat, 294 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi 43 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu di Kota Bukittinggi tahun 2007 adalah 215 per 100.000 kelahiran dan angka kematian bayi 10 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan angka BBLR 20 orang dan status gizi dibawah garis merah adalah 7,55 %. Angka kematian ibu tahun 2008, 88 per 100.000 kelahiran , angka kematian bayi 7 per 1000 kelahiran hidup, angka BBLR 5 orang dan status gizi buruk 0,06 %. Jumlah ibu hamil tahun 2007 sebanyak 2549 orang dan tahun 2008 sebanyak 2615 orang (Dinkel Kota Bukittinggi 2007 dan 2008). Penyebab rendahnya tidak langsung kematian ibu antara lain:

tingkat

pendidikan masyarakat terutama kaum ibu,

rendahnya tingkat sosial ekonomi, kondisi dan Tatar belakang sosial budaya yang tidak mendukung, rendahnya status gizi dan tingginya prevalensi anemi khususnya pads ibu hamil. Selain itu disebabkan karena terbatasnya akses ibu dan bayi di pedesaan memperoleh layanan kesehatan, miss opportunity terhadap pelayanan ibu dan anak ( Http reporitory.ui.ac.id, 2006 ) Salah satu tujuan Program Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA ) adalah meningkatkan kemandirian keluarga dalam memelihara

3

kesehatan ibu dan anak. Dalam keluarga , ibu dan anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap berbagai masalah kesehatan seperti kesakitan dan gangguan gizi yang seringkali berakhir dengan keeacatan dan kematian. Untuk mewujudkan kebijakan dan berbagai upaya pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi, antara lain dengan kegiatan Gerakan Sayang Ibu (GSI), Strategi M a k i n g P r e g n a n c y S a f e r d a n p e n g a d a a n b u k u K IA . ( H t t p reporitory.ui.ac.id, 2006 ) Buku KIA telah diperkenalkan sejak 1994 dengan bantuan Badan Ker asama Internasional Jepang (JICA). Buku KIA diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman

masyarakat tentang kesehatan ibu dan anak. Buku KIA selain sebagai catatan kesehatan ibu dan anak, alat monitor kesehatan dan alat komunikasi antara tenaga kesehatan dengan pasien. diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengontrol kesehatan ibu (Http : // reporitory.ui.ac.id. 2006). Melalui SK Menkes No. 284/Menkes/SK/III/2004 tentang Buku KIA Menkes RI memutuskan Buku KIA sebagai buku pedoman resmi yang berisi informasi dan catatan kesehatan ibu dan anak. Sebagai buku resmi Buku KIA merupakan sate satunya alat pencatatan pelayanan kesehatan ibu dan anak sejak ibu hamil, melahirkan dan selama nifas hingga bayi yang dilahirkan berusia 5 tahun.

4

Penggunaan Buku KIA sejalan dengan Konvensi Hak Anak yang disetujui PBB pads tanggal 20 November 1989 dan mulai berlaku 2 September 1990 khususnya tentang : 1. Hak untuk kelangsungan hidup dan berkembang. 2.Hak mendapatkan standar hidup yang layak. 3. Hak untuk mendapatkan standar kesehatan paling tinggi. 4. Hak untuk mendapatkan pelatihan dan keterampilan. 5 Hak untuk bermain. (Pedoman pelaksanaan kelas ibu balita, p.4 2009) Penggunaan buku KIA merupakan salah satu strategi pemberdayaan masyarakat terutama keluarga untuk memelihara

kesehatan dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Hal ini seyogyanya menjadi perhatian pemerintah kabupaten atau kota (Depkes, 1999). Buku KIA dapat diperoleh secara gratis melalui puskesmas, rumah sakit umum, puskesmas pembantu, polindes, dokter dan bidan praktek swasta. Buku KIA berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan kesehatan ibu dan anak, kartu ibu hamil, KMS bayi dan balita dan catatan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Buku KIA disimpan di rumah dan dibawa selama pemeriksaan antenatal di pelayanan kesehatan ( Juknis penggunaan Buku KIA, p.1). Petugas kesehatan akan mencatatkan hasil pemeriksaan ibu dengan lengkap di buku KIA, agar ibu dan keluarga lainnya mengetahui dengan pasti kesehatan ibu dan anak. Pencatatan sedini mungkin dapat mengantisipasi adanya risiko tinggi pada kehamilan

5

ibu dan untuk mengetahui perkembangan serta pertumbuhan balita. Buku KIA sebagai sarana informasi pelayanan KIA. Bagi kader sebagai alas penyuluhan kesehatan serta untuk menggerakkan masyarakat agar datang dan menggunakan fasilitas kesehatan. Bagi petugas puskesmas, buku KIA dapat dipakai sebagai standar pelayanan, penyuluhan dan konseling kesehatan, sehingga pelayanan kepada ibu dan anak dapat diberikan secara menyeluruh dan berkesinambungan (Juknis penggunaan Buku KIA,p.8). Dinas kesehatan kota Bukittinggi telah melaksanakan

pemakaian buku KIA. Sebelum didistribusikan, terlebih dahulu dilaksanakan pelatihan terhadap 3 kelompok dengan waktu pelatihan yang berbeda. pelatihan ditujukan untuk pimpinan puskesmas dan pemegang program KIA, petugas puskesmas pembantu dan polindes, serta kader posyandu . Pemanfaatan buku KIA oleh petugas dan ibu hamil balita dalam melaksanakan pemeriksaan ibu dan anak dapat mencegah terjadinya ibu hamil anemia, BBLR , angka kematian ibu dan bayi, serta mencegah terjadinya balita kurang gizi. Menurut laporan dari Riset Kesehatan Dasar Nasional pada Tahun 2007 mengatakan bahwa persentase kepemilikan Buku KIA menurut provinsi, di mana secara keseluruhan hanya 13,0 % balita yang mempunyai Buku KIA dan dapat menunjukkan buku tersebut kepada petugas, sedangkan 24,3 % mengatakan punya Buku KIA

6

tetapi tidak dapat menunjukkan buku tersebut. Sisanya sebesar 62,6 % tidak mempunyai Buku KIA.Sedangkan pada Propinsi Sumatera Barat persentase kepemilikan Buku KIA adalah 21,8% balita yang mempunyai Buku KIA dan dapat menunjukkan, sedangkan 43,3% mengatakan punya Buku KIA tetapi tidak dapat menunjukkan. Sisanya sebesar 34,9% tidak mempunyai Buku KIA. Dari hasil pengambilan data awal di Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi pada bulan. Maret tahun 2010 jumlah buku KIA yang telah didistribusikan pada tahun 2007 sebanyak 68,3 % dan pada tahun 2008 sebanyak 94,5 %. Jumlah posyandu di Kota Bukittinggi adalah sebanyak 124 posyandu yang tersebar pada beberapa kecamatan. Sampai dengan bulan Maret tahun 2010 keadaan di Puskesmas Gulai Bancah terdapat 11 buah posyandu. Jumlah posyandu tersebut sudah menjangkau dua kelurahan yang terletak diwilayah kerja Puskesmas Gulai Bancah yaitu 5 posyandu di Kelurahan Kubu Gulai Bancah dan 6 posyandu di Kelurahan Puhun Pintu Kabun. Pada saat kegiatan posyandu seluruh bayi dan balita yang berada diwilayah tersebut diharapkan hadir dalam kegiatan tersebut dan membawa buku KIA sebagai pencatatan perkembangan anaknya. Pelaksanaan posyandu pada tahun 2009 terdapat penimbangan sebanyak 43 % dari target 1033.Dari pelaksanaan penimbangan dari

7

Januari sampai dengan Maret 2010, dari seluruh posyandu yang ada terdapat jumlah penimbangan yang tertinggi adalah posyandu Mayang Sari dan yang terendah terdapat di posyandu Kurnia yang bemilai 21,1 % dari 100 % yang diharapkan setiap bulannya. Namun dari seluruh balita yang hadir pada saat

penimbangan hanya sedikit saja yang membawa buku KIA dengan alasan buku tertinggal dirumah, hilang walaupun pada saat ibunya hamil telah mendapatkan buku KIA pada saat kontak dengan tenaga kesehatan. Pemanfaatan buku KIA di posyandu dengan membawanya pada saat posyandu tidak pemah dilaporkan sehingga tidak terdapat data berapa ibu balita yang membawa buku KIA ke posyandu.

B.

Rumusan Masalah Berdasarkan Tatar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti

berminat untuk menganalisa apakah Buku KIA sudah dimanfaatkan secara optimal oleh ibu Balita diposyandu Kurnia diwilayah kerja Puskesmas Gulai Bancah sehingga ibu balita mengetahui tentang informasi dan perkembangan anaknya disetiap masa pertumbuhan.

8

C.

Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum Diketahuinya keberhasilan pemanfaatan buku KIA oleh ibu balita di posyandu Kumia di wilayah kerja Puskesmas Gulai Bancah Kecamatan Mandiangin Koto Selayan tahun 2010.

2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tentang keberhasilan pemanfaatan

buku KIA berdasarkan pengetahuan ibu balita di posyandu Kumia di wilayah kerja Puskesmas Gulai Bancah. b. Untuk mengetahui tentang keberhasilan pemanfaatan

buku KIA berdasarkan pendidikan ibu balita di posyandu Kurnia di wilayah kerja Puskesmas Gulai Bancah. c. Untuk mengetahui tentang keberhasilan pemanfaatan

buku KIA berdasarkan sosialisasi yang didapatkan ibu balita di posyandu Kurnia di wilayah kerja Puskesmas Gulai Bancah d. Untuk mengetahui tentang keberhasilan pemanfaatan

buku KIA berdasarkan dukungan petugas kepada ibu balita di posyandu Kurnia di wilayah kerja Puskesmas Gulai Bancah. e. Untuk mengetahui tentang keberhasilan pemanfaatan

buku KIA berdasarkan proses penggunaan buku KIA

9

oleh ibu balita di posyandu Kurnia di wilayah kerja Puskesmas Gulai Bancah. D. Manfaat Penelitian Dengan dilaksanakannya penelitian ini , diharapkan dapat bermanfaat untuk : 1. Bagi Pengelola Program Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan informasi bagi pengelola program KIA baik di Puskesmas maupun di Dinas Kesehatan sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan yang positif dalam tindak lanjut kebijakan kesehatan yang menyangkut kesehatan ibu dan anak. 2. Bagi Cabang Ilmu Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dalam bidang Kesehatan Keluarga khususnya tentang pemanfaatan buku KIA oleh ibu balita di posyandu. 3. Bagi Peneliti Sebagai tambahan pengalaman dan keterampilan penulis dalam bidang penelitian khususnya tentang pemanfaatan buku KIA diwilayah keda Puskesmas Gulai Bancah. 4. Bagi Ibu Balita Sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi ibu balita bahwa buku KIA merupakan alas monitor kesehatan diri dan anak yang dapat memberikan informasi kesehatan penting bagi kehidupan buah hati

10

dimasa datang.

E.

Ruang Lingkup

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk melihat keberhasilan pemanfaatan buku KIA oleh ibu balita di posyandu Kurnia diwilayah keda Puskesmas Gulai Bancah pads bulan April sampai dengan Juni tahun 2010. Penelitian ini dilakukan terhadap 15 orang ibu balita, 2 orang kader, I orang Kepala Puskesmas, 1 orang Petugas Kesehatan, I orang Kasie Kesga.

11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.

Pengertian Buku KIA Buku KIA adalah alat yang sederhana, tetapi ampuh

sebagai

alat

Informasi,

Edukasi

dan

Komunikasi

dalam

menyebarkan informasi penting mengenai Kesehatan Ibu clan Anak (KIA) kepada keluarga. pengetahuan clan Buku dan KIA perilaku sangat potensial untuk

meningkatkan kesehatan

keluarga/ibu Buku

mengenai KIA jugs

reproduksi

kesehatan

anak.

merupakan catatan kesehatan lengkap yang disimpan ditingkat rumah tangga, sehingga, keluarga/ibu, clan petugas kesehatan, baik formal maupun non formal bisa menggunakannya pelayanan untuk memantau yang

perkembangan

intervensi

kesehatan

dasar

dirancang untuk menjamin kesehatan, keselamatan, dan kelangsungan hidup ibu hamil clan anaknya. B. Manfaat Buku KIA Manfaat Buku KIA secara umum adalah agar ibu dan anak mempunyai catatan kesehatan yang lengkap sejak ibu hamil sampai anaknya berumur lima tahun. Seclangkan manfaat secara khusus adalah : a. Untuk mencatat dan memantau kesehatan ibu dan anak.

12

b.

Alat komunikasi dan penyuluhan yang dilengkapi dengan

informasi penting bagi ibu, keluarga dan masyarakat tentang kesehatan, gizi dan paket standar pelayanan KIA. c. Alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan 11

atau masalah kesehatan ibu dan anak d. Catatan pelayanan gizi dan kesehatan ibu dan anak termasuk

rujukannya.

C.

Sasaran Pemberian Buku KIA

Sasaran pemberian Buku KIA adalah Sasaran langsung adalah ibu dan anak dengan ketentuan sebagai berikut a. Setiap ibu hamil dapat Buku KIA, ibu menggunakan buku ini hingga masa nifas. Bayi menggunakan buku ini sejak lahir sampai is berumur lima tahun. b. Jika lahir kembar ibu akan mendapat tambahan buku sesuai dengan jut-niah bayi. c. Ibu yang hamil lagi akan mendapat buku yang baru. d. Jika Buku KIA hilang selama masih ada persediaan buku sebaiknya ibu/anak mendapat ganti buku yang baru. Sasaran tidak langsung adalah : a. Suami atau anggota keluarga yang lain. b. Kader posyandu. c. Petugas kesehatan terutama ketika memberi pelayanan

13

kepada ibu dan anak. d. Supervisor dan pengelola program yang bertanggung jawab dalam pengembangan Buku KIA.

D.

Tingkat Pendidikan Ibu P endidikan mempunyai tujuan memberikan bantuan

terhadap perkembangan anak seutuhnya. Berard mengembangkan potensi fisik, emosi, sikap moral, pengetahuan dan ketrampilan semaksimal mungkin agar dapat menjadi manusia dewasa. Jadi pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan atas dasar suatu perencanaan yang telah dipikirkan secara matang, rasional, logis dan bukan usaha cobs-cobs. (R. Tillar clan Sardin Pabbadja, 1979, p. 13). P en di di ka n m em pu ny ai f un gs i u nt uk m em ba nt u s ec ar a s ad ar perkembangan rohani dan jasmani anak didik Berta sebagai alas perkembangan pribadi warga negara, masyarakat dan sebagai pembentuk keluarga. Dalam pencapaian tujuan pendidikan, dapat ditempuh melalui tiga jenis pendidikan yaitu pendidikan informal, pendidikan non formal, dan pendidikan formal, baik secara terpisah maupun gabungan diantara dua atau tiga jenis pendidikan tersebut. a. Pendidikan Informal Jenis pendidikan ini meliputi ketrampilan, pengetahuan, sikap, nilai dan cara hidup pada umumnya, berlangsung sepanjang umur clan cara berlangsungnya paling wajar. Berlangsung tidak

14

terikat jam, hari, bulan dan tahun tetapi bisa tedadi setiap saat pada insan yang berinteraksi secara sadar dan bermakna. Jenis pendidikan ini memang tidak diatur dalam suatu organisasi secara struktural dan sama sekali tidak mengenal per enjangan secara kronologis menurut tingkatan umur maupun tingkatan

keterampilan dan pengetahuan. Adapun suasananya tidak hanya kategori sosial tertentu dari kelompok tertentu, tetapi semua kategori sosial dan kelompok usia (R. Tillar dan Sardin Pabbadja, 1979, p. 6-7). b. Pendidikan Non Formal Tujuan dari pendidikan ini selalu berorientasikan langsung pada hal-hal yang penting bagi kehidupan,

tergantung pada taraf hidup orang yang bersangkutan secara ekonomis, keadaan budaya, maka ditentukan pada

kebutuhankebutuhan praktis ekonomis sesuai dengan keadaan social budaya serta lingkungan sekitar. Pendidikan jenis ini perlu diorganisasikan dan isi pendidikan diprogram secara khusus, misalnya praktek keda lapangan atau magang (R. Tillar dan Sardin Pabbadja, 1979,p. 8-9). c. Pendidikan Formal Ciri pendidikan formal yang sampai saat ini tidak dimiliki oleh pendidikan non formal dan informal adalah adanya penjenjangan kronologis yang ketat untuk tingkat-tingkat umur

15

populasi sasarannya dan menurut tingkat pengetahuan dan ketrampilan. Hal ini jelas tercermin pada penjenjangan yang mengatur sistem penyampaian dari taman kanak-kanak sampai sarjana di perguruan tinggi. Yang masing-masing jenjang menerima kelompok umur tertentu dan memberikan pengetahuan serta ketrampilan tertentu. Ciri lain yang membedakan secara menyolok yaitu ada pengorganisasian lebih ketat, program lebih formal, perurutan lebih sistematis, adanya sanksi legal dan berlaku untuk semua bidang pada semua lembaga (R. Tillar dan Sardin Pabbadja, 1979,p. 9). Pendidikan ibu merupakan faktor yang sangat penting. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan terhadap perawatan kesehatan, hygiene pemeriksaan kehamilan dan pasca persalinan, serta kesadaran terhadap kesehatan dan gizi anak-anak dan keluarganya. Disamping itu pendidikan

berpengaruh pula pada faktor sosial ekonomi lainya seperti pendapatan, pekedaan, kebiasaan hidup, makanan, perumahan dan tempat tinggal (Sri Kardjati, dkk.1985,p. 9). Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan tentang Buku KIA yang mereka peroleh. Hal ini bisa dijadikan landasan untuk membedakan metode penyuluhan yang tepat. Secara biologis ibu adalah sumber hidup anak. Tingkat

16

pendidikan

ibu banyak

menentukan

sikap

dan

tindak-tanduk

menghadapi berbagai masalah, misal memintakan vaksinasi untuk anaknya, memberikan oralit waktu diare, atau kesediaan menjadi peserta KB. Anak-anak dari ibu yang mempunyai Tatar pendidikan lebih tinggi akan mendapat kesempatan hidup serta tumbuh lebih baik. Keterbukaan mereka untuk menerima perubahan atau hal barn guna pemeliharaan kesehatan anak maupun salah sate

penjelasannya (Sri Kardjati, dkk. 1985,p. 186).

E.

Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil hasil dari tabu, dan ini tedadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui patica indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa clan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata, dan telinga.( Notoatmojo 2007 ,p. 139 ) Pengetahuan adalah terbentuknya suatu perilaku bare terutama pada orang dewsa dimulai pada dominan kognitif dalam arti subjek tabu terlebih dahulu stimulus yang berupa materi atau objek ( Notoatmojo 2003,p. 172 ) Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara probabilitas adalah benar atau berguna ( Meliono. 2007, p. 1 )

17

Pengetahuan yang lebih menekankan dan pengalaman indrawi dikenal sebagai pengetahuan empiris. Pengetahuan ini bisa didapat dengan melakukan suatu pengamatan. Pengetahuan empiris jugs didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang tedadi

berulangkali ( Juanita.2008,p. 1 ) 1. Proses terjadinya Pengetahuan a. Awarenes ( Kesadaran ) Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus objek. b. Interest ( Merasa tertarik ) Merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tertentu dimana sikap objek sudah mulai timbul c. Evolution ( Menimbang nimbang ) Menimbang-nimbang terhadap baik dan buruknya stimulus tersebut pads dirinya c. Trial ( Mencoba ) Dimana objek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus d. Adoption ( Mengadopsi ) Dimon subjek telah berperilaku dan bare sesuai dengan stimulus

pengetahuan

kesadaran

sikapnya

terhadap

( Notoatmejo 2003,p. 128 2 ) 2. Tingkat Pengetahuan

18

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu : a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima (Notoatmodjo, 1997 ,p. 128). b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar

(Notoatmodjo, 1997,p. 129). c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pads situasi atau kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain (Notoatmodjo, 1997,p. 129). d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu

19

sama lain (Notoatmodjo, 1997,p. 129).

e. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain Sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari form u Iasi-form u Iasi yang ada (Notoatmodjo, 1997,p. 129). f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 1997,p. 130).

F.

Sosialisasi Sosialisasi merupakan salah satu bentuk pengendalian social

yang berlangsung dimasyarakat. Sosialisasi jugs berfungsi sebagai proses belajar yang berlangsung dari satu generasi ke generasi yang lain dari kelompok kepada kelompok yang lain ( Notoatmojo,2005,p. 93 ) Pengendalian social adalah berbagai cara yang dilakukan untuk menertibkan atau mengatur anggota yang berperilaku

menyimpang dari norma norma social yang berlaku. Berger

20

( Kamanto : 2004 ) mendefenisikan pengendalian social adalah upaya masyarakat untuk mengatur perilaku para anggotanya balk dengan cara membujuk, mengajak, atau dengan paksaan agar amggota masyarakat berperilaku sesuai dengan norma, nilai dan kebiasaan kebiasaan yang berlaku (Notoatmojo,2005,p. 95). Sosialisasi yang dilakukan petugas yaitu dengan cara membujuk, memberitahu dan mengajak masyarakat melalui pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan. Sebagai tenaga kesehatan yang mengetahui bahwa kesehatan masyarakat itu amat ditentukan oleh partisipasi mereka dalam berperilaku sehat, ads panggilan nurani petugas yang membuat petugas hares melakukan pembinaan. Dalam melakukan pembinaan ini para petugas hares jeli melihat peluang, memiliki keterampilan merumuskan kiat dan ketepatan waktu bertindak sehingga peran serta masyarakat bisa tumbuh optimal dan terarah (Dinkes Sumbar,2006,p.6) Sosialisasi tidak tedadi begitu saja melainkan melalui perantara yang disebut dengan agen-agen sosialisasi, antara lain meliputi keluarga, sekolah, Leman sebaya, televisi, koran, majalah dan lain-lain. Proses sosialisasi mempunyai makna clasar sebagai suatu proses belajar seorang individu yang akan mengubah dari seseorang yang tidak tahu menahu tentang diri dan lingkungannya menjadi lebih tahu dan memahami.

21

G.

Dukungan Petugas Kesehatan Kehadiran tenaga kesehatan puskesmas yang diwajibkan di

posyandu adalah satu bulan sekali. Peran petugas puskesmas pada hari buka posyandu adalah : a). Membimbing kader posyandu dalam penyelenggaraan posyandu. b). M

enyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di meja lima c). M

enyelenggarakan penyuluhan kesehatan kepada pengunjung posyandu d). Menganalisa basil kegiatan posyandu ( Depkes RI, 2006,p. 37 )

Petugas

kesehatan

dalam

kegiatan

posyandu

berfungsi

memberikan petunjuk dan pembinaan terhadap kegiatan yang dilaksanakan di posyandu, pembinaan berupa pelaksanaan kegiatan kegiatan, pencatatan dan pelaporan yang ada diposyandu. Sistem lima meja yang dilaksanakan di posyandu petugas kesehatan berfungsi memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam pemberian imunisasi disamping itu juga harus marnpu memberikan penyuluhan kesehatan terhadap masyarakat. Setiap petugas kesehatan dalam pembinaan kader kesehatan

22

di posyandu hendaknya melakukan perencanaan yang lebih rasional dan tepat untuk dilaksanakan sesuai dengan kondisi daerah masing masing diantaranya : a. Penajaman prioritas pelayanan sesuai dengan sasaran masing masing program misalnya untuk keluarga miskin, bayi, balita, bumil, bufas dan usila b. Penajaman prioritas program. Untuk efisiensi dan efektifitas pencapaian tujuan misalnya memberikan prioritas pads program yang mempunyai dampak ungkit besar misalnya KIA, Gizi dan lain lain c. Meningkatkan komitmen pads hal yang menjadi prioritas a. Meningkatkan keterlibatan lintas sector/ program

terkait/masyarakat/LSM ( Juanita ,2008,p. 7 )

H.

Proses penggunaan Buku KIA di posyandu Proses adalah serangkaian langkah sistematis, atau tahapan yang jelas

dan dapat ditempuh berulangkah, untuk mencapai hasil yang diinginkan. Jika ditempuh, setiap tahapan itu secara konsisten mengarah pads hasil yang diinginkan ( Ian Mazdan, Http://kakilimasubang.wordpress.com ). Pelayanan kesehatan terpadu (yandu) adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja

Puskesmas. Tempat pelaksanaan pelayanan program terpadu di balai dusun, balai kelurahan, RW, dan sebagainya disebut dengan Pos pelayanan

23

terpadu (Posyandu) ( A.A. Gde Muninjaya (2002:169).

Adapun tujuan penyelenggaraan Posyandu menurut Departemen Kesehatan di dalam makalah Nasap Sembiring (2004:2) adalah sebagai berikut : 1. Mempercepat penurunan angkat kematian bayi, anak balita dan angka

kelahiran. 2. 3. Mempercepat penerimaan NKKBS. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk

mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang, sesuai dengan kebutuhan. Pelaksanaan posyandu dilakukan dengan "pola lima meja" sebagai berikut: Meja 1. Pendaftaran Meja 2. Penirnbangan bayi dan anak balita Meja 3. Pencatatan dan pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat) Meja 4. PenYL11uhan perorangan: a). Mengenai balita berdasar hasil penimbangan, berat badannya naik/tidak naik, diikuti dengan pemberian makanan tambahan, oralit dan vitamin A dosis tinggi. b). Terhadap ibu hamil dengan resiko tinggi, diikuti dengan pemberian tablet besi. c). Terhadap PUS agar menjadi peserta KB lestari, diikuti

24

dengan pemberian kondom, pil Mangan.

Meja 5. Pelayanan oleh tenaga professional meliputi pelayanan KIA, KB, imunisasi dan pengobatan, serta pelayanan lain sesuai kebutuhan setempat. Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan Meja V merupakan meja pelayanan paramedic (Jurim, Bindes, perawat dan petugas KB). ( Nasap Sembiring, http://iibrary. usu.ac.

id/download/tkm/biostatistiknasap.pdf)

25

BAB III KERANGKA KONSEP

A.

Kerangka Fikir Untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian dan tujuan

penelitian agar dapat tercapai maka didapatkan kerangka konsep penelitian bagaimana proses keberhasilan pemanfaatan buku KIA di posyandu sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari program program lain. Pada proses pelaksanaan mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pemanfaatan buku KIA di posyandu. Kerangka konsep Analisis Pemanfaatan Buku KIA oleh Ibu Balita di posyandu Kurnia wilayah kerja Puskesmas Gulai Bancah tahun 2010

Input 1. huan 2. Pendidikan 3. Sosialisasi 4. Dukungan Petugas Pengeta

Proses Penggunaan Buku KIA di Posyandu

Output Keberhasilan Pemanfaatan Buku KIA Oleh Ibu Balita

26

B. No 1.

Defenisi Istilah Variabel Pengetahuan 25 Tingkat Defenisi Istilah pengetahuan yang dimiliki ibu

balita dalam memahami buku KIA yang didapat pada saat ibu hamil.

2.

Pendidikan

Tingkat pendidikan yang pernah ditempuh ibu balita yang juga akan berpengaruh pada keputusan ibu untuk membaw a bu k u d an mengambil informasi yang ada didalam buku terebut.

3.

Sosialisasi

Adalah proses bagaimana ibu balita mendapatkan informasi tentang buku KIA yang didapatkan pada saat ibu hamil dan kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan.

4.

Dukungan Petugas

Anjuran

yang

diberikan bertugas

oleh pada

petugas posyandu

kesehatan yang

27

tersebut dalam pemakaian buku KIA pada setiap pelaksanaan kegiatan posyandu

berlangsung.

5.

Pencatatan

Hasil kegiatan diposyandu akan dimasukkan kedalam buku KIA yang meliputi berat badan anak, imunisasi dan pertumbuhan serta perkembangan anak

6.

Hambatan

Kendala yang ditemukan dalam hal penyimpanan buku KIA oleh ibu balita

7.

Tambahan Pengetahuan

Adanya peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku ibu balita sesuai dengan yang diharapkan.

Pemanfaatan buku KIA yang dilaksanakan 8. Keberhasilan pemanfaatan buku KIA di poyandu yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu balita clan merubah perilaku ibu dalam mengamati tumbuh kembang balitanya.

Adalah 9. Input ( masukan )

kumpulan

bagian

atau

elemen

yang terdapat dalam sistem yang diperlukan untuk berfungsinya system antara lain

28

pendidikan,

pengetahuan,

sosialisasi

dan

dukungan petugas

Adalah 10. Proses

kumpulan

bagian

atau

elemen

yang terdapat dalam sistem yang berfungsi mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan

Adalah 11. Output ( keluaran )

kumpulan

bagian

atau

elemen

yang terdapat dalam sistem yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam system

29

BAB IV METODE PENELITIAN

A.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mendalam mengenai keberhasilan pemanfaatan buku KIA oleh ibu balita di posyandu Kumia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pemilihan metode kualitatif dalam penelitian ini dengan alasan penelitian ini mengutamakan syarat kualitas, dalam penelitian ini akan diperoleh pengetahuan sehingga mengerti dan memahami masalah bukan mengutamakan jumlahnya. Data dikumpulkan dengan metode In depth interview, Focus Group Discussion ( FGD ) pada informan yang ditetapkan secara purposive dan observasi langsung terhadap pelaksanaan

penggunaan buku KIA di Posyandu Kumia. Sumber data dalam penelitian ini tidak mementingkan jumlah akan tetapi berdasarkan alas kecukupan informasi, bagaimana mendapatkan informasi yang akurat mengenai pemanfaatan buku KIA oleh ibu balita di posyandu Kumia.

30

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 29 Dengan menentukan lokasi penelitian dimaksudkan untuk mempermudah dan memperlancar objek yang menjadi sasaran dalam penelitian, sehingga pennasalahannya tidak menjadi terlalu luas dan umum. Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan April 2010 sampai dengan Juni 2010 dan kegiatan penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Pemerintah Kota Bukittinggi Bidang Kesehatan yaitu Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi dan Puskesmas Gulai BancAh.

C.

Subjek Penelitian (Informan ) Informan diambil secara adequat (kecukupan informasi) dan

appropriatness (kesesuaian informasi). Sebagai informan dalam penelitian ini adalah ibu balita yang berada dalam wilayah posyandu kumia dengan kriteria sebagai berikut: a. Kriteria Inklusi :

1. Ibu Balita terdaftar dan domisili dilingkungan posyandu Kurnia 2. Ibu Balita yang datang ke posyandu 3. Ibu balita bersedia diwawancarai 4. Ibu balita bisa tulis baca

31

b. Kriteria ekslusi : 1. Ibu Balita yang tidak datang ke posyandu tidak bisa dijadikan infonnan. 2. Ibu Balita yang tidak berdomisili di lingkungan posyandu tidak bisa dijadikan informan.

Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi tersebut maka didapat 15 orang ibu balita yang dapat dijadikan sebagai informan utama clan 2 orang kader posyandu Kurnia. Disamping itu peneliti jugs akan mengambil Key Infortnan sebanyak 3 orang yang terdiri dari Kasie Kesehatan Keluarga I orang, Kepala Puskesmas 1 orang dan petugas kesehatan yang bertugas di posyandu Kurnia I orang sehingga jumlah keseluruhan Informan adalah sebanyak 20 orang. Pada pelaksanaan FGD, informan (ibu balita) akan dibagi menjadi dua kelompok dimana satu kelompok berjumlah 7 orang ibu balita dan kelompok lainnya berjumlah 8 orang ibu balita. Pelaksanaan FGD direncanakan akan memakan waktu selama 1 s/d 1,5 jam dan akan dilaksanakan pada salah satu ramah ibu balita.

32

D.

Instrumen Penelitian Pada kegiatan ini instrumen penelitian adalah peneliti sendiri

dimana

peneliti

terjun

langsung

kelapangan

dalam

melakukan

pengumpulan data. Adapun alat yang dipakai untuk membantu pengumpulan data adalah pedoman wawancara mendalam dengan menggunakan alat bantu player / tape recorder. Instrument lainnya adalah observasi langsung dengan menggunakan pedoman, observasi dan penelusuran dokumen yang terkait dengan masalah penelitian.

E.

Pengumpulan Data Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-

kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan berapa dokumen dan dan lain-lain. Dalam penelitian ini ada dua sumber data yang digunakan, yaitu sumber data primer yang berasal dari wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah dengan informan dan observasi lapangan dimana penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini sumber data penelitian diperoleh dari ibu balita, kader, petugas kesehatan dan pejabat yang berwenang dengan program kesehatan ibu dan anak. Selain itu data sekunder bersumber dari catatan-catatan, buku-buku, brosur yang ada hubungannya dengan judul atau permasalahan penelitian. Untuk mendapatkan data guns mendukung penelitian ini maka

33

metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik sebagai berikut: 1. Wawancara Untuk sumber data primer, data didapat melalui wawancara yaitu dialog yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi dari informan. Wawancara ini dilakukan oleh peneliti terhadap informan kunci dalam bentuk tanya jawab dengan menggunakan pedoman wawancara mendalam. Wawancara ini dipergunakan untuk memperoleh data tentang pemanfaatan buku KIA oleh ibu balita di Posyandu Kumia. 2. Focus Group Discussion (FGD)/Diskusi Kelompok Terarah Teknik lainnya untuk mendapatkan data primer adalab dengan melakukan diskusi kelompok terarah untuk memperoleh informasi dari ibu balita terhadap pemanfaatn buku KIA. Diskusi kelompok terarah ini dilakukan dengan menggunakan panduan FGD. 3. Observasi/Pengamatan Yaitu suatu metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan pengamatan secara langsung pada obyek penelitian. Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan terhadap kegiatan ibu balita di Posyandu Kurnia. 4. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai

34

hal-hal yang mendukung data penelitian berupa catatan, transkrip, buku dan lain-lain.

Pelaksanaan dari metode ini dilakukan terhadap dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pemanfaatan buku KIA di Posyandu.

F.

Pengolahan dan Analisis Data Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan

mengurut data kedalam pola, kategori dan satuan uraian sehingga dapat ditemukan dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Untuk sampai pada analisis data perlu dilakukan tahaptahap pengolahan data sebagai berikut : 1. Pengumpulan data, yaitu penearian data yang diperlukan terhadap berbagai jenis dan bentuk data yang ada dilapangan penelitian serta melakukan pencatatan di lapangan. 1. Reduksi data, yaitu proses pemilihan pemutusan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data mentah yang muncul dilapangan. Reduksi merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan dan membuang yang tidak perlu serta mengorganisasikan data sehingga dapat ditarik suatu simpulan yang dapat diverifikasi. 2. Penyajian data yaitu sekumpulan informasi yang tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

35

pengambilan tindakan. Data dibuat dalam bentuk matriks dimana jenis dan bentuk data dimasukkan dalam kotak-kotak matriks. 3. Menarik kesimpulan, yaitu suatu tinjauan ulang pada catatan dilapangan atau kesimpulan dapat ditinjau sebagai makna yang muncul dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yaitu merupakan validitasnya.

Validitas data sangat mendukung hasil akhir penelitian, oleh karena itu diperlukan teknik untuk memeriksa keabsahan data. Keabsahan data dalam penelitian ini diperiksa dengan menggunakan teknik triangulasi yaitu dengan membandingkan dan mengecek batik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui alas dan waktu yang berbeda dalam metode kualitatif 1. Triangulasi Sumber Data Triangulasi sumber data dapat ditempuh dengan jalan membandingkan hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat orang seperti rakyat keeil, pejabat pemerintah, orang yang berpendidikan dan dengan orang yang berbeda. 2. Triangulasi metode Triangulasi membandingkan metode hasil dilakukan wawancara dengan cara diskusi

mendalam,

36

kelompok terarah dengan hasil observasi kemudian dengan laporan tahunan.. 1. Triangulasi Data Data yang telah dikumpulkan dari wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen serta diskusi kelompok terarah dikategorikan dan diverifikasi oleh peneliti sendiri yang selanjutnya disampaikan kembali kepada informan untuk medapatkan umpan batik, tanggapan atau saran-saran yang bertujuan untuk mendapatkaq hasil penelitian yang lebih akurat

37