BAB IV Skripsi

44
BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Analisa Hidrologi 4.1.1 Curah Hujan Rerata Daerah Hujan daerah adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang ditinjau (Sosrodarsono, 1983). Untuk keperluan analisis, yang diperlukan adalah data curah hujan rerata daerah. Ada 3 cara yang berbeda dalam menentukan tinggi curah rata-rata pada real tertentu dari angka-angka curah hujan dibeberapa pos penakar atau pencatat yaitu dengan cara rerata aljabar, poligon Thiessen, dan Isohyet (Soemarto, 1999). Daerah Irigasi (DI) Bomo dengan luas 904,90 Ha memiliki dua buah stasiun yang terdekat yaitu Stasiun Hujan Sukonatar yang terletak di Kecamatan Srono dan Stasiun Blambangan di Kecamatan Muncar. Melihat kondisi jumlah stasiun hujan yang berada di DI Bomo maka digunakanlah cara rerata aljabar. Adapun langkah-langkah penentuan curah hujan rerata daerah dengan metode rerata aljabar yaitu : 1. Menghitung curah hujan bulanan tiap tahun pada kedua stasiun. 2. Menghitung curah hujan rerata daerah dengan rumus (Soemarto, 1999) : dengan : = tinggi curah hujan rata-rata

description

irigasi

Transcript of BAB IV Skripsi

Page 1: BAB IV Skripsi

BAB IV

HASIL DAN ANALISA

4.1 Analisa Hidrologi

4.1.1 Curah Hujan Rerata Daerah

Hujan daerah adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang ditinjau

(Sosrodarsono, 1983). Untuk keperluan analisis, yang diperlukan adalah data curah

hujan rerata daerah. Ada 3 cara yang berbeda dalam menentukan tinggi curah rata-rata

pada real tertentu dari angka-angka curah hujan dibeberapa pos penakar atau pencatat

yaitu dengan cara rerata aljabar, poligon Thiessen, dan Isohyet (Soemarto, 1999).

Daerah Irigasi (DI) Bomo dengan luas 904,90 Ha memiliki dua buah stasiun

yang terdekat yaitu Stasiun Hujan Sukonatar yang terletak di Kecamatan Srono dan

Stasiun Blambangan di Kecamatan Muncar. Melihat kondisi jumlah stasiun hujan yang

berada di DI Bomo maka digunakanlah cara rerata aljabar. Adapun langkah-langkah

penentuan curah hujan rerata daerah dengan metode rerata aljabar yaitu :

1. Menghitung curah hujan bulanan tiap tahun pada kedua stasiun.

2. Menghitung curah hujan rerata daerah dengan rumus (Soemarto, 1999) :

dengan :

= tinggi curah hujan rata-rata

= tinggi curah hujan pada pos penakar 1, 2,. . . .,n

n = banyaknya pos penakar hujan

Contoh Perhitungan :

Diketahui : Curah hujan Bulan Januari Tahun 1998

- Stasiun Sukonatar : 155 mm

- Stasiun Blambangan : 219 mm

Maka :

= (155 + 219)

= 187 mm

Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.

Page 2: BAB IV Skripsi

Tabel 4.1 Curah Hujan Rerata Daerah Bulan JanuariNo Tahun St Sukonatar St Blambangan CH Rerata Daerah1 1998 155.00 219.00 187.02 1999 248.00 266.00 257.03 2000 214.00 219.00 216.54 2001 32.00 32.00 32.05 2002 224.00 160.00 192.06 2003 207.00 106.00 156.57 2004 266.00 181.00 223.58 2005 111.00 85.00 98.09 2006 67.00 67.00 67.010 2007 98.00 98.00 98.0Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 4.2 Curah Hujan Rerata Daerah Bulan FebruariNo Tahun St Sukonatar St Blambangan CH Rerata Daerah1 1998 479.00 230.00 354.52 1999 386.00 319.00 352.53 2000 262.00 230.00 246.04 2001 118.00 118.00 118.05 2002 355.00 359.00 357.06 2003 448.00 353.00 400.57 2004 239.00 347.00 293.08 2005 54.00 197.00 125.59 2006 158.00 158.00 158.010 2007 236.00 236.00 236.0Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 4.3 Curah Hujan Rerata Daerah Bulan MaretNo Tahun St Sukonatar St Blambangan CH Rerata Daerah1 1998 164.00 414.00 289.02 1999 344.00 357.00 350.53 2000 426.00 414.00 420.04 2001 410.00 410.00 410.05 2002 69.00 91.00 80.06 2003 214.00 238.00 226.07 2004 0.00 184.00 92.08 2005 115.00 145.00 130.09 2006 201.00 201.00 201.010 2007 266.00 266.00 266.0Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 4.4 Curah Hujan Rerata Daerah Bulan April

Page 3: BAB IV Skripsi

No Tahun St Sukonatar St Blambangan CH Rerata Daerah1 1998 55.00 61.00 58.02 1999 192.00 323.00 257.53 2000 37.00 61.00 49.04 2001 101.00 101.00 101.05 2002 81.00 126.00 103.56 2003 20.00 79.00 49.57 2004 136.00 229.00 182.58 2005 29.00 117.00 73.09 2006 124.00 124.00 124.010 2007 220.00 220.00 220.0Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 4.5 Curah Hujan Rerata Daerah Bulan MeiNo Tahun St Sukonatar St Blambangan CH Rerata Daerah1 1998 68.00 282.00 175.02 1999 14.00 19.00 16.53 2000 284.00 282.00 283.04 2001 0.00 0.00 0.05 2002 13.00 13.00 13.06 2003 100.00 178.00 139.07 2004 226.00 145.00 185.58 2005 0.00 40.00 20.09 2006 72.00 72.00 72.010 2007 20.00 20.00 20.0Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 4.6 Curah Hujan Rerata Daerah Bulan JuniNo Tahun St Sukonatar St Blambangan CH Rerata Daerah1 1998 112.00 0.00 56.02 1999 182.00 168.00 175.03 2000 0.00 0.00 0.04 2001 0.00 0.00 0.05 2002 3.00 0.00 1.56 2003 38.00 18.00 28.07 2004 0.00 3.00 1.58 2005 19.00 62.00 40.59 2006 6.00 6.00 6.010 2007 39.00 39.00 39.0Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 4.7 Curah Hujan Rerata Daerah Bulan JuliNo Tahun St Sukonatar St Blambangan CH Rerata Daerah

Page 4: BAB IV Skripsi

1 1998 28.00 284.00 156.02 1999 91.00 40.00 65.53 2000 410.00 284.00 347.04 2001 49.00 49.00 49.05 2002 0.00 0.00 0.06 2003 0.00 8.00 4.07 2004 111.00 122.00 116.58 2005 36.00 124.00 80.09 2006 10.00 10.00 10.010 2007 30.00 30.00 30.0Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 4.8 Curah Hujan Rerata Daerah Bulan AgustusNo Tahun St Sukonatar St Blambangan CH Rerata Daerah1 1998 153.00 0.00 76.52 1999 0.00 17.00 8.53 2000 0.00 0.00 0.04 2001 5.00 5.00 5.05 2002 0.00 0.00 0.06 2003 0.00 0.00 0.07 2004 0.00 18.00 9.08 2005 8.00 24.00 16.09 2006 0.00 0.00 0.010 2007 0.00 0.00 0.0Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 4.9 Curah Hujan Rerata Daerah Bulan SeptemberNo Tahun St Sukonatar St Blambangan CH Rerata Daerah1 1998 291.00 288.00 289.52 1999 0.00 0.00 0.03 2000 162.00 288.00 225.04 2001 0.00 0.00 0.05 2002 0.00 0.00 0.06 2003 0.00 25.00 12.57 2004 13.00 30.00 21.58 2005 0.00 7.00 3.59 2006 0.00 0.00 0.010 2007 0.00 0.00 0.0Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 4.10 Curah Hujan Rerata Daerah Bulan OktoberNo Tahun St Sukonatar St Blambangan CH Rerata Daerah1 1998 112.00 288.00 200.0

Page 5: BAB IV Skripsi

2 1999 163.00 435.00 299.03 2000 197.00 288.00 242.54 2001 0.00 0.00 0.05 2002 0.00 0.00 0.06 2003 0.00 28.00 14.07 2004 0.00 18.00 9.08 2005 46.00 78.00 62.09 2006 0.00 0.00 0.010 2007 0.00 0.00 0.0Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 4.11 Curah Hujan Rerata Daerah Bulan NovemberNo Tahun St Sukonatar St Blambangan CH Rerata Daerah1 1998 161.00 385.00 273.02 1999 273.00 274.00 273.53 2000 146.00 385.00 265.54 2001 0.00 0.00 0.05 2002 35.00 77.00 56.06 2003 0.00 144.00 72.07 2004 113.00 43.00 78.08 2005 60.00 75.00 67.59 2006 0.00 0.00 0.010 2007 84.00 84.00 84.0Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 4.12 Curah Hujan Rerata Daerah Bulan Desember

No Tahun St Sukonatar St Blambangan CH Rerata Daerah1 1998 189.00 344.00 266.52 1999 536.00 460.00 498.03 2000 106.00 344.00 225.04 2001 156.00 156.00 156.05 2002 213.00 403.00 308.06 2003 0.00 102.00 51.07 2004 321.00 177.00 249.08 2005 105.00 478.00 291.59 2006 0.00 0.00 0.010 2007 0.00 0.00 0.0Sumber : Hasil Perhitungan

4.1.2 Curah Hujan Andalan

Page 6: BAB IV Skripsi

Curah hujan andalan adalah curah hujan rerata daerah minimum untuk

kemungkinan terpenuhi yang sudah ditentukan dan dapat dipakai untuk keperluan

irigasi. Curah hujan andalan digunakan untuk menentukan curah hujan efektif yang

merupakan curah hujan yang digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhan. Curah hujan

andalan untuk tanaman padi ditetapkan sebesar 80 % sedangkan untuk tanaman

palawija sebesar 50 %. Langkah-langkah dalam penentuan curah hujan andalan yaitu :

1. Urutkan data curah hujan rerata daerah bulanan dari kecil ke besar.

2. Tentukan curah hujan andalan dengan rumus :

- R = + 1 (untuk keandalan sebesar 80 %)

- R = + 1 (untuk keandalan sebesar 50 %)

Tabel 4.13 Curah Hujan Andalan Bulan Januari

NoData Hujan Rangking Data

KeteranganTahun CH Rerata Daerah Tahun CH Rerata Daerah

1 1998 187.0 2001 32.0  2 1999 257.0 2006 67.0  

3 2000 216.5 2005 98.0 R80

4 2001 32.0 2007 98.0  5 2002 192.0 2003 156.5  

6 2003 156.5 1998 187.0 R50

7 2004 223.5 2002 192.0  8 2005 98.0 2000 216.5  9 2006 67.0 2004 223.5  10 2007 98.0 1999 257.0  Sumber : Hasil PerhitunganKeterangan :Urutkan Data Hujan dari Kecil ke Besar

R80 : (n/5) + 1

R50 : (n/2) + 1

Tabel 4.14 Curah Hujan Andalan Bulan FebruariNo Data Hujan Rangking Data Keterangan

Page 7: BAB IV Skripsi

Tahun CH Rerata Daerah Tahun CH Rerata Daerah1 1998 354.5 2001 118.0  2 1999 352.5 2005 125.5  

3 2000 246.0 2006 158.0 R80

4 2001 118.0 2007 236.0  5 2002 357.0 2000 246.0  

6 2003 400.5 2004 293.0 R50

7 2004 293.0 1999 352.5  8 2005 125.5 1998 354.5  9 2006 158.0 2002 357.0  10 2007 236.0 2003 400.5  Sumber : Hasil PerhitunganKeterangan :Urutkan Data Hujan dari Kecil ke Besar

R80 : (n/5) + 1

R50 : (n/2) + 1

Tabel 4.15 Curah Hujan Andalan Bulan Maret

NoData Hujan Rangking Data

KeteranganTahun CH Rerata Daerah Tahun CH Rerata Daerah

1 1998 289.0 2002 80.0  2 1999 350.5 2004 92.0  

3 2000 420.0 2005 130.0 R80

4 2001 410.0 2006 201.0  5 2002 80.0 2003 226.0  

6 2003 226.0 2007 266.0 R50

7 2004 92.0 1998 289.0  8 2005 130.0 1999 350.5  9 2006 201.0 2001 410.0  10 2007 266.0 2000 420.0  Sumber : Hasil PerhitunganKeterangan :Urutkan Data Hujan dari Kecil ke Besar

R80 : (n/5) + 1

R50 : (n/2) + 1

Tabel 4.16 Curah Hujan Andalan Bulan AprilNo Data Hujan Rangking Data Keterangan

Page 8: BAB IV Skripsi

Tahun CH Rerata Daerah Tahun CH Rerata Daerah1 1998 58.0 2000 49.0  2 1999 257.5 2003 49.5  

3 2000 49.0 1998 58.0 R80

4 2001 101.0 2005 73.0  5 2002 103.5 2001 101.0  

6 2003 49.5 2002 103.5 R50

7 2004 182.5 2006 124.0  8 2005 73.0 2004 182.5  9 2006 124.0 2007 220.0  10 2007 220.0 1999 257.5  Sumber : Hasil PerhitunganKeterangan :Urutkan Data Hujan dari Kecil ke Besar

R80 : (n/5) + 1

R50 : (n/2) + 1

Tabel 4.17 Curah Hujan Andalan Bulan Mei

NoData Hujan Rangking Data

KeteranganTahun CH Rerata Daerah Tahun CH Rerata Daerah

1 1998 175.0 2001 0.0  2 1999 16.5 2002 13.0  

3 2000 283.0 1999 16.5 R80

4 2001 0.0 2005 20.0  5 2002 13.0 2007 20.0  

6 2003 139.0 2006 72.0 R50

7 2004 185.5 2003 139.0  8 2005 20.0 1998 175.0  9 2006 72.0 2004 185.5  10 2007 20.0 2000 283.0  Sumber : Hasil PerhitunganKeterangan :Urutkan Data Hujan dari Kecil ke Besar

R80 : (n/5) + 1

R50 : (n/2) + 1

Tabel 4.18 Curah Hujan Andalan Bulan JuniNo Data Hujan Rangking Data Keterangan

Page 9: BAB IV Skripsi

Tahun CH Rerata Daerah Tahun CH Rerata Daerah1 1998 56.0 2000 0.0  2 1999 175.0 2001 0.0  

3 2000 0.0 2002 1.5 R80

4 2001 0.0 2004 1.5  5 2002 1.5 2006 6.0  

6 2003 28.0 2003 28.0 R50

7 2004 1.5 2007 39.0  8 2005 40.5 2005 40.5  9 2006 6.0 1998 56.0  10 2007 39.0 1999 175.0  Sumber : Hasil PerhitunganKeterangan :Urutkan Data Hujan dari Kecil ke Besar

R80 : (n/5) + 1

R50 : (n/2) + 1

Tabel 4.19 Curah Hujan Andalan Bulan Juli

NoData Hujan Rangking Data

KeteranganTahun CH Rerata Daerah Tahun CH Rerata Daerah

1 1998 156.0 2002 0.0  2 1999 65.5 2003 4.0  

3 2000 347.0 2006 10.0 R80

4 2001 49.0 2007 30.0  5 2002 0.0 2001 49.0  

6 2003 4.0 1999 65.5 R50

7 2004 116.5 2005 80.0  8 2005 80.0 2004 116.5  9 2006 10.0 1998 156.0  10 2007 30.0 2000 347.0  Sumber : Hasil PerhitunganKeterangan :Urutkan Data Hujan dari Kecil ke Besar

R80 : (n/5) + 1

R50 : (n/2) + 1

Tabel 4.20 Curah Hujan Andalan Bulan AgustusNo Data Hujan Rangking Data Keterangan

Page 10: BAB IV Skripsi

Tahun CH Rerata Daerah Tahun CH Rerata Daerah1 1998 76.5 2000 0.0  2 1999 8.5 2002 0.0  

3 2000 0.0 2003 0.0 R80

4 2001 5.0 2006 0.0  5 2002 0.0 2007 0.0  

6 2003 0.0 2001 5.0 R50

7 2004 9.0 1999 8.5  8 2005 16.0 2004 9.0  9 2006 0.0 2005 16.0  10 2007 0.0 1998 76.5  Sumber : Hasil PerhitunganKeterangan :Urutkan Data Hujan dari Kecil ke Besar

R80 : (n/5) + 1

R50 : (n/2) + 1

Tabel 4.21 Curah Hujan Andalan Bulan September

NoData Hujan Rangking Data

KeteranganTahun CH Rerata Daerah Tahun CH Rerata Daerah

1 1998 289.5 1999 0.0  2 1999 0.0 2001 0.0  

3 2000 225.0 2002 0.0 R80

4 2001 0.0 2006 0.0  5 2002 0.0 2007 0.0  

6 2003 12.5 2005 3.5 R50

7 2004 21.5 2003 12.5  8 2005 3.5 2004 21.5  9 2006 0.0 2000 225.0  10 2007 0.0 1998 289.5  Sumber : Hasil PerhitunganKeterangan :Urutkan Data Hujan dari Kecil ke Besar

R80 : (n/5) + 1

R50 : (n/2) + 1

Tabel 4.22 Curah Hujan Andalan Bulan OktoberNo Data Hujan Rangking Data Keterangan

Page 11: BAB IV Skripsi

Tahun CH Rerata Daerah Tahun CH Rerata Daerah1 1998 200.0 2001 0.0  2 1999 299.0 2002 0.0  

3 2000 242.5 2006 0.0 R80

4 2001 0.0 2007 0.0  5 2002 0.0 2004 9.0  

6 2003 14.0 2003 14.0 R50

7 2004 9.0 2005 62.0  8 2005 62.0 1998 200.0  9 2006 0.0 2000 242.5  10 2007 0.0 1999 299.0  Sumber : Hasil PerhitunganKeterangan :Urutkan Data Hujan dari Kecil ke Besar

R80 : (n/5) + 1

R50 : (n/2) + 1

Tabel 4.23 Curah Hujan Andalan Bulan November

NoData Hujan Rangking Data

KeteranganTahun CH Rerata Daerah Tahun CH Rerata Daerah

1 1998 273.0 2001 0.0  2 1999 273.5 2006 0.0  

3 2000 265.5 2002 56.0 R80

4 2001 0.0 2005 67.5  5 2002 56.0 2003 72.0  

6 2003 72.0 2004 78.0 R50

7 2004 78.0 2007 84.0  8 2005 67.5 2000 265.5  9 2006 0.0 1998 273.0  10 2007 84.0 1999 273.5  Sumber : Hasil PerhitunganKeterangan :Urutkan Data Hujan dari Kecil ke Besar

R80 : (n/5) + 1

R50 : (n/2) + 1

Tabel 4.24 Curah Hujan Andalan Bulan DesemberNo Data Hujan Rangking Data Keterangan

Page 12: BAB IV Skripsi

Tahun CH Rerata Daerah Tahun CH Rerata Daerah1 1998 266.5 2006 0.0  2 1999 498.0 2007 0.0  

3 2000 225.0 2003 51.0 R80

4 2001 156.0 2001 156.0  5 2002 308.0 2000 225.0  

6 2003 51.0 2004 249.0 R50

7 2004 249.0 1998 266.5  8 2005 291.5 2005 291.5  9 2006 0.0 2002 308.0  10 2007 0.0 1999 498.0  Sumber : Hasil PerhitunganKeterangan :Urutkan Data Hujan dari Kecil ke Besar

R80 : (n/5) + 1

R50 : (n/2) + 1

4.1.3 Curah Hujan Efektif

Curah hujan efektif adalah curah hujan yang digunakan tanaman untuk

pertumbuhan. Apabila curah hujan yang turun intensitasnya rendah, maka jumlah air

tersedia tidak mencukupi untuk pertumbuhan tanaman. Besarnya curah hujan efektif

untuk tanaman ditentukan per 10 harian bulanan. Untuk tanaman padi, nilai curah

hujan efektifnya dapat dihitung dengan menggunakan

Re = (0,7 x R80)

Sedangkan untuk tanaman palawija, nilai curah hujan efektifnya dihitung

dengan persamaan sebagai berikut :

Re = R50

Dengan :

Re = R50

Re = curah hujan efektif (mm)

R80 = curah hujan rancangan probabilitas 80 % (mm)

R50 = curah hujan rancangan probabilitas 50 % (mm)

n = banyaknya pengamatan

Langkah-langkah dalam menentukan curah hujan efektif yaitu :

1. Menentukan curah hujan andalan per 10 harian dalam tiap bulannya.

2. Menghitung curah hujan efektif dengan rumus :

- Re = (0,7 x R80) untuk padi

- Re = R50 untuk palawija

Page 13: BAB IV Skripsi

Tgl/Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November DesemberTahun 2005 2006 2005 1998 1999 2002 2006 2003 2002 2006 2002 2003

1 0 0 14 6 15 0 7 0 0 0 0 3.52 0 0 0 12.5 1.5 0 0 0 0 0 0 1.53 0 5 0 0 0 0 3 0 0 0 0 04 10.5 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 05 5.5 3 46 0 0 0 0 0 0 0 12.5 06 0 0 1.5 0 0 0 0 0 0 0 0 6.57 0 0 2.5 4 0 0 0 0 0 0 0 88 0 0 14.5 0 0 0 0 0 0 0 5 5.59 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10

10 0 0 0 17.5 0 0 0 0 0 0 0 0Jumlah 22 15 78.5 40 16.5 0 10 0 0 0 17.5 35

11 0 0 20 3.5 0 0 0 0 0 0 0 012 3 7 4.5 0 0 0 0 0 0 0 0 013 0 9 10 0 0 0 0 0 0 0 0 014 0 6 3.5 0 0 0 0 0 0 0 0 015 7.5 0 8.5 0 0 0 0 0 0 0 0 016 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 017 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 018 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 019 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 020 9.5 23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah 38 45 46.5 3.5 0 0 0 0 0 0 0 0

21 0 40 0 0 0 0 0 0 0 0 2.5 022 8.5 3 0 3 0 0 0 0 0 0 3.5 4.523 0 25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 024 9 30 0 11.5 0 1 0 0 0 0 0 525 0 0 0 0 0 0.5 0 0 0 0 0 026 8.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 027 5.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 32 028 4.5 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0.5 6.529 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 030 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 031 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah 38 98 5 14.5 0 1.5 0 0 0 0 38.5 16Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 4.25 Curah Hujan Andalan R80

Page 14: BAB IV Skripsi

Tabel 4.27 Curah Hujan EfektifBulan     R80 R50 Curah Hujan Efektif

Tgl/Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November DesemberTahun 1998 2004 2007 2002 2006 2003 1999 2001 2005 2003 2004 2004

1 0 16 0 2.5 11 0 1 0 0 2 0 172 0 7.5 0 0 20 4.5 1.5 0 0 8 0 03 0 3 17 0 0 0 2.5 0 0 1 0 45.54 0 8 13 0 9 11.5 13.5 0 0 0 0 2.55 0 7 54 0 0 0 0 0 0 2 0 7.56 11 0 10 0 0 0 0 0 0 0 0 27 17.5 0 15 0 0 1.5 0 0 0 0 0 14.58 9 8.5 11 0 5 7.5 0 0 0 0 0 09 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1.5 0Jumlah 37.5 50 120 2.5 45 25 18.5 0 0 14 1.5 89

11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 012 10 0 0 0 0 1.5 2 0 0 0 0 013 0 9.5 10 5.5 0 0 0 0 0 0 0 014 0 20 0 0 0 0 2 0 0 0 5.5 015 0 33 0 12.5 0 0 1 0 0 0 3.5 016 0 7.5 0 27.5 0 0 12.5 0 0 0 0 1417 2.5 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 33.518 23.5 28.5 5 39 10 1.5 0 0 0 0 0 019 0 39.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 320 4.5 0 15 1.5 0 0 0 0 0 0 0 5

Jumlah 40.5 138 32 86 10 3 17.5 0 0 0 9 55.5

21 1 9 7 0 0 0 0 0 0 0 3 0.522 28 0 46 15 13 0 14 0 0 0 3.5 2623 10.5 1.5 0 0 4 0 2.5 0 0 0 3.5 524 11 2.5 0 0 0 0 13 5 0 0 4.5 12.525 10 28 31 0 0 0 0 0 0 0 27.5 926 3.5 1 0 0 0 0 0 0 0 0 7 2427 0 50.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3.528 28 7 0 0 0 0 0 0 3.5 0 11.5 2029 3 5.5 0 0 0 0 0 0 0 0 7 030 4.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 431 9.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah 109 105 84 15 17 0 29.5 5 3.5 0 67.5 104.5Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 4.26 Curah Hujan Andalan R50

Page 15: BAB IV Skripsi

Periode Jumlah Hari Re-padi Re-padi Re-palawija    (mm) mm mm mm/hari mm/hari

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]

JanuariI 10 22.0 37.5 15.4 1.5 3.8II 10 38.0 40.5 26.6 2.7 4.1III 11 38.0 109.0 26.6 2.4 9.9

FebruariI 10 15.0 50.0 10.5 1.1 5.0II 10 45.0 138.0 31.5 3.2 13.8III 8 98.0 105.0 68.6 8.6 13.1

MaretI 10 78.5 120.0 55.0 5.5 12.0II 10 46.5 32.0 32.6 3.3 3.2III 11 5.0 84.0 3.5 0.3 7.6

AprilI 10 40.0 2.5 28.0 2.8 0.3II 10 3.5 86.0 2.5 0.2 8.6III 10 14.5 15.0 10.2 1.0 1.5

MeiI 10 16.5 45.0 11.6 1.2 4.5II 10 0.0 10.0 0.0 0.0 1.0III 11 0.0 17.0 0.0 0.0 1.5

JuniI 10 0.0 25.0 0.0 0.0 2.5II 10 0.0 3.0 0.0 0.0 0.3III 10 1.5 0.0 1.1 0.1 0.0

JuliI 10 10.0 18.5 7.0 0.7 1.9II 10 0.0 17.5 0.0 0.0 1.8III 11 0.0 29.5 0.0 0.0 2.7

AgustusI 10 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0II 10 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0III 11 0.0 5.0 0.0 0.0 0.5

SeptemberI 10 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0II 10 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0III 10 0.0 3.5 0.0 0.0 0.4

OktoberI 10 0.0 14.0 0.0 0.0 1.4II 10 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0III 11 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

NovemberI 10 17.5 1.5 12.3 1.2 0.2II 10 0.0 9.0 0.0 0.0 0.9III 10 38.5 67.5 27.0 2.7 6.8

DesemberI 10 35.0 89.0 24.5 2.5 8.9II 10 0.0 55.5 0.0 0.0 5.6III 11 16.0 104.5 11.2 1.0 9.5

Sumber : Hasil Perhitungan

Keterangan :[1] : Bulan[2] : Periode Persepuluh Harian[3] : Jumlah Hari Perperiode[4] : Curah hujan andalan dengan probabilitas 80 %[5] : Curah hujan andalan dengan probabilitas 50 %[6] : 0.7 * [4][7] : [6] / [3][8] : [5] / [3]

4.2 Ketersediaan Air Sungai

Analisis ketersediaan air atau analisis potensi air dapat dilakukan dengan

menggunakan berbagai alternatif data dasar antara lain :

Page 16: BAB IV Skripsi

a. Berdasarkan data runtut – waktu (time series) dari data debit aliran yang ada

(historis), bilamana data tersebut tersedia.

b. Jika tidak tersedia data debit, atau jika ternyata data debit yang ada hanya mencakup

kurang dari lima tahun, maka perkiraan potensi sumber daya air dilakukan

berdasarkan data curah hujan, iklim dan kondisi DAS dengan menggunakan model

hujan-aliran (rainfall – runoff model)

Untuk analisis ketersediaan air permukaan, digunakan sebagai acuan adalah

debit andalan (dependable flow).

4.2.1 Debit Andalan

Debit andalan adalah suatu besaran debit pada suatu titik kontrol (titik tinjau) di

suatu sungai dimana debit tersebut merupakan gabungan antara limpasan langsung dan

aliran dasar. Debit ini mencerminkan suatu angka yang dapat diharapkan terjadi pada

titik kontrol yang terkait dengan waktu dan nilai keandalan.

Untuk menentukan besarnya debit andalan dibutuhkan seri data debit yang

panjang yang dimiliki oleh setiap stasiun pengamatan debit sungai. Metode yang sering

dipakai untuk analisis debit andalan adalah metode statistik (rangking). Besarnya

keandalan yang diambil untuk penyelesaian optimum penggunaan air di berbagai

kebutuhan adalah sebagai berikut (Soemarto, 1993) :

Tabel 4.28 Besarnya Debit Andalan untuk Berbagai Kebutuhan

No Kebutuhan Peluang (%)

1.

2.

3.

4.

Air Minum

Air Industri

Air Pertanian

Daerah beriklim setengah lembab

Daerah beriklim kering

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

99

95 - 98

70 – 85

80 – 95

85 - 90Sumber : Soemarto, 1993

Penetapan rangking dilakukan menggunakan analisis frekuensi/probabilitas

dengan rumus Weibul. Persamaan Weibull adalah: (Soemarto, 1993)

, atau

dengan :

= kumpulan nilai/debit yang diharapkan terjadi dengan keandalan tertentu

= probabilitas

Page 17: BAB IV Skripsi

= peluang terjadinya kumpulan nilai/debit yang diharapkan s elama periode

pengamatan

= periode ulang dari kejadian Xm

= nomor urut kejadian, atau peringkat kejadian

= jumlah pengamatan dari variat X/data debit

Debit andalan 80% (Q80%) berarti bahwa probabilitas debit tersebut untuk

disamai atau dilampaui sebesar 80% yang berarti juga bahwa kegagalan kemungkinan

terjadi dengan probablitas 100% dikurangi 80% atau sebesar 20%. Dapat diartikan juga

bahwa dalam 5 tahun ada kemungkinan satu tahun gagal (Soemarto, 1993). Langkah-

langkah dalam penentuan debit andalan yaitu :

1. Urutkan data debit dari yang terbesar hingga terkecil.

2. Hitung probabilitas yang terjadi dengan menggunakan persamaan

.

3. Tentukan debit dengan probabilitas 80 % dengan cara interpolasi.

Tabel 4.29 Data Debit Rerata Bulanan Tahun 1998 - 2007 Sungai Bomo

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des1998 1.72 4.26 6.73 1.80 2.83 0.88 2.60 0.68 2.83 3.44 5.20 5.471999 4.78 6.83 6.28 5.94 1.76 1.05 0.47 0.24 0.12 4.31 3.18 7.322000 4.15 4.71 7.02 1.95 2.90 0.92 2.62 0.69 2.83 3.86 5.29 5.512001 1.58 0.87 5.83 1.41 0.68 0.35 0.17 0.09 0.04 0.02 0.01 0.012002 0.46 5.58 2.04 2.77 1.14 0.49 0.24 0.12 0.06 0.03 0.02 0.012003 0.00 1.71 0.60 0.23 0.11 0.06 0.03 0.01 0.01 0.00 0.00 5.622004 0.00 2.28 3.07 2.56 0.76 0.39 0.19 0.09 0.05 0.02 0.01 0.012005 0.00 3.38 3.45 1.24 0.52 0.27 0.13 0.07 0.03 0.02 0.01 1.092006 1.03 4.17 3.66 1.35 0.58 0.30 0.14 0.07 0.04 0.02 0.01 1.092007 1.03 4.17 3.66 1.35 0.58 0.30 0.14 0.07 0.04 0.02 0.01 1.09

Sumber : Dinas Pengairan Kabupaten Banyuwangi

BulanTahun

Page 18: BAB IV Skripsi

4.2.2 Air Yang Tersedia

Tabel 4.30 Debit Andalan Sungai Bomo Kabupaten Banyuwangi

ProbabilitasJan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des %

1 4.780 6.832 7.025 5.945 2.903 1.055 2.621 0.689 2.832 4.312 5.293 7.322 9.092 4.153 5.581 6.728 2.766 2.829 0.922 2.602 0.680 2.827 3.860 5.199 5.618 18.183 1.724 4.712 6.277 2.561 1.759 0.884 0.470 0.235 0.121 3.440 3.177 5.514 27.274 1.579 4.263 5.834 1.954 1.145 0.487 0.236 0.118 0.061 0.029 0.015 5.469 36.365 1.028 4.172 3.665 1.800 0.755 0.390 0.189 0.094 0.049 0.024 0.012 1.087 45.456 1.027 4.172 3.665 1.408 0.682 0.352 0.170 0.085 0.044 0.021 0.011 1.087 54.557 0.455 3.383 3.454 1.346 0.576 0.298 0.144 0.072 0.037 0.018 0.009 1.086 63.648 0.004 2.281 3.070 1.346 0.576 0.298 0.144 0.072 0.037 0.018 0.009 0.007 72.739 0.003 1.708 2.037 1.238 0.523 0.270 0.131 0.065 0.034 0.016 0.008 0.006 81.82

10 0.001 0.874 0.597 0.230 0.111 0.057 0.028 0.014 0.007 0.003 0.002 0.005 90.91Q80 0.003 1.822 2.244 1.259 0.534 0.276 0.134 0.067 0.034 0.017 0.009 0.006

Sumber : Hasil Perhitunganketerangan :Urutkan Data Debit dari Besar ke KecilProb : (nomor urut data / (jumlah data + 1)) * 100Q80 : Debit dengan probabilitas 80 %

NoBulan

Page 19: BAB IV Skripsi

Air yang tersedia merupakan debit dengan kendalan 80 % yang siap digunakan

dalam mengairi daerah irigasi. Adapun jumlah air yang tersedia untuk mengairi Daerah

Irigasi Bomo sebagai berikut.

Tabel 4.31 Jumlah Air Yang Tersedia Setiap Bulan

BulanPeriode

I II IIIJanuari 0.003 0.003 0.003Februari 1.822 1.822 1.822Maret 2.244 2.244 2.244April 1.259 1.259 1.259Mei 0.534 0.534 0.534Juni 0.276 0.276 0.276Juli 0.134 0.134 0.134Agustus 0.067 0.067 0.067September 0.034 0.034 0.034Oktober 0.017 0.017 0.017November 0.009 0.009 0.009Desember 0.006 0.006 0.006Sumber : Hasil Perhitungan

4.3 Kebutuhan Air untuk Irigasi

Air irigasi adalah sejumlah air yang umumnya diambil dari sungai atau waduk

dan dialirkan melalui sistem jaringan irigasi, guna menjaga keseimbangan jumlah air di

lahan pertanian. (Suhardjono, 1994). Jumlah kebutuhan air guna memenuhi kebutuhan

air irigasi dapat ditentukan dengan langkah-langkah berikut :

1. Menghitung evapotranspirasi potensial.

2. Menghitung penggunaan konsumtif tanaman.

3. Memperkirakan laju perkolasi lahan yang dipakai.

4. Memperkirakan kebutuhan air untuk penyiapan lahan (pengolahan tanah dan

persemaian).

5. Menganalisa curah hujan efektif.

6. Menghitung kebutuhan air disawah.

7. Menentukan efesiensi irigasi.

8. Menghitung kebutuhan air dibangunan pengambilan.

4.3.1 Evapotranspirasi

Evapotrasnpirasi merupakan faktor dasar dalam menentukan kebutuhan air

dalam rencana irigasi dan merupakan proses yang penting dalam siklus hidrologi. Data-

data yang diperlukan untuk menghitung besarnya evapotranspirasi potensial adalah

sebagai berikut :

Page 20: BAB IV Skripsi

1. Data klimatologi DI Bomo meliputi temperatur, kecepatan angin, kelembaban

udara dan lamanya penyinaran matahari.

2. Tabel-tabel yang digunakan dalam perhitungan Rumus Penman Modifikasi.

Tabel 4.32 Data Suhu Udara Perbulan di Kabupaten BanyuwangiTahun : 1998 - 2007Stasiun Meteorologi BanyuwangiKoordinat :

8o12`53.5" LS = 8.21486 LS

114o21'19.4" BT = 114.355 BT

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

1 1998 27.40 26.90 26.80 27.30 27.20 26.10 25.40 25.50 26.30 27.10 27.80 27.70

2 1999 26.70 25.90 28.60 27.40 26.70 26.00 25.10 24.60 25.80 26.60 27.40 27.90

3 2000 26.70 26.50 27.60 27.70 27.10 25.40 24.60 25.90 26.20 27.20 27.80 26.50

4 2001 27.40 27.50 28.00 27.90 28.20 27.00 - 25.70 26.10 28.30 27.80 26.90

5 2002 27.70 26.60 26.90 27.70 27.80 27.00 26.50 26.10 26.90 27.60 28.50 28.40

6 2003 26.90 26.90 27.40 28.30 27.70 26.50 26.00 26.20 26.60 27.70 29.10 -

7 2004 27.10 26.90 28.30 27.40 - 26.80 25.40 25.30 26.00 28.00 27.70 28.50

8 2005 - - 27.70 28.20 28.30 27.70 26.50 25.90 26.50 27.50 28.40 27.60

9 2006 27.70 27.10 28.20 28.50 27.90 27.40 25.90 26.30 26.60 27.20 29.00 28.90

10 2007 27.30 27.50 27.10 27.70 26.40 26.80 25.20 25.10 25.10 27.60 29.60 28.20

Rerata 24.49 24.18 27.66 27.81 24.73 26.67 23.06 25.66 26.21 27.48 28.31 25.06

Max 27.70 27.50 28.60 28.50 28.30 27.70 26.50 26.30 26.90 28.30 29.60 28.90

Min 0.00 0.00 26.80 27.30 0.00 25.40 0.00 24.60 25.10 26.60 27.40 0.00

No TahunBulan

Tabel 4.33 Data Kelembaban Relatif/ Kelembaban Nisbi Rerata (%) di Kabupaten BanyuwangiTahun : 1998 - 2007Stasiun Meteorologi BanyuwangiKoordinat :

8o12`53.5" LS

114o21'19.4" BT

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

1 1998 77.00 80.00 78.00 77.00 77.00 78.00 78.00 79.00 72.00 73.00 75.00 77.00

2 1999 80.00 82.00 80.00 76.00 76.00 85.00 80.00 78.00 79.00 77.00 78.00 74.00

3 2000 80.00 80.00 77.00 76.00 81.00 78.00 81.00 79.00 75.00 73.00 73.00 77.00

4 2001 77.00 78.00 76.00 76.00 76.00 75.00 - 81.00 76.00 72.00 75.00 75.00

5 2002 76.00 82.00 77.00 75.00 76.00 78.00 79.00 76.00 73.00 73.00 71.00 72.00

6 2003 81.00 80.00 78.00 76.00 79.00 78.00 78.00 74.00 76.00 71.00 67.00 -

7 2004 81.00 81.00 72.00 78.00 - 73.00 77.00 73.00 73.00 65.00 73.00 69.00

8 2005 - - 77.00 75.00 71.00 69.00 73.00 74.00 78.00 77.00 72.00 74.00

9 2006 76.00 76.00 73.00 72.00 72.00 77.00 74.00 75.00 73.00 73.00 70.00 68.00

10 2007 78.00 78.00 80.00 75.00 75.00 73.00 75.00 75.00 71.00 69.00 66.00 72.00

Rerata 70.60 71.70 76.80 75.60 68.30 76.40 69.50 76.40 74.60 72.30 72.00 65.80

Max 81.00 82.00 80.00 78.00 81.00 85.00 81.00 81.00 79.00 77.00 78.00 77.00

Min 0.00 0.00 72.00 72.00 0.00 69.00 0.00 73.00 71.00 65.00 66.00 0.00

No TahunBulan

Page 21: BAB IV Skripsi

Tabel 4.34 Data Kecepatan Angin (knot) atau (km/hari) di Kabupaten BanyuwangiTahun : 1998 - 2007Stasiun Meteorologi BanyuwangiKoordinat :

8o12`53.5" LS

114o21'19.4" BT

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

1 1998 2.50 2.20 2.30 2.10 2.10 3.10 2.40 2.80 3.70 2.50 2.30 1.80

2 1999 2.30 2.30 2.30 2.10 2.60 2.30 2.60 4.10 3.80 3.50 2.70 2.70

3 2000 2.10 1.80 2.10 2.50 2.50 2.70 3.00 5.00 3.90 4.70 3.70 3.70

4 2001 2.20 2.40 2.80 2.00 2.10 3.50 - 4.80 4.30 3.90 3.30 2.30

5 2002 2.00 1.40 2.20 2.20 2.30 2.50 3.10 4.00 4.20 4.20 2.90 3.00

6 2003 2.30 - 3.60 2.50 3.50 4.00 4.80 4.20 5.20 4.80 5.10 -

7 2004 2.10 2.20 3.60 3.30 - 3.80 3.40 4.00 4.80 3.80 3.40 2.40

8 2005 - - 3.00 4.00 3.00 3.00 6.00 5.00 5.00 4.00 4.00 3.00

9 2006 2.80 3.30 4.00 5.20 4.60 5.10 4.60 5.40 4.90 3.40 2.50 3.50

10 2007 1.60 1.60 1.80 2.50 2.10 2.50 2.60 3.20 2.90 3.10 2.70 2.10

Rerata 1.99 1.72 2.77 2.84 2.48 3.25 3.25 4.25 4.27 3.79 3.26 2.45

Max 2.80 3.30 4.00 5.20 4.60 5.10 6.00 5.40 5.20 4.80 5.10 3.70

Min 0.00 0.00 1.80 2.00 0.00 2.30 0.00 2.80 2.90 2.50 2.30 0.00

No TahunBulan

Tabel 4.35 Data Penyinaran Matahari (%) di Kabupaten BanyuwangiTahun : 1998 - 2007Stasiun Meteorologi BanyuwangiKoordinat :

8o12`53.5" LS

114o21'19.4" BT

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

1 1998 70.00 50.00 70.00 74.00 89.00 82.00 81.00 88.00 90.00 93.00 82.00 62.00

2 1999 37.00 59.00 80.00 73.00 94.00 62.00 85.00 72.00 88.00 80.00 79.00 77.00

3 2000 43.00 81.00 78.00 88.00 81.00 80.00 88.00 83.00 92.00 88.00 83.00 64.00

4 2001 82.00 65.00 60.00 83.00 86.00 86.00 - 69.00 90.00 86.00 60.00 62.00

5 2002 60.00 42.00 58.00 74.00 84.00 69.00 75.00 75.00 95.00 83.00 82.00 76.00

6 2003 32.00 - 64.00 88.00 79.00 78.00 80.00 87.00 92.00 95.00 99.00 -

7 2004 50.00 47.00 86.00 62.00 - 92.00 73.00 85.00 88.00 98.00 75.00 70.00

8 2005 - - 67.00 69.00 89.00 91.00 81.00 81.00 75.00 85.00 78.00 74.00

9 2006 63.00 65.00 81.00 80.00 87.00 82.00 77.00 89.00 92.00 88.00 85.00 67.00

10 2007 49.00 52.00 69.00 70.00 82.00 91.00 75.00 88.00 95.00 96.00 85.00 66.00

Rerata 48.60 46.10 71.30 76.10 77.10 81.30 71.50 81.70 89.70 89.20 80.80 61.80

Rerata/jam 5.83 5.53 8.56 9.13 9.25 9.76 8.58 9.80 10.76 10.70 9.70 7.42

Max 82.00 81.00 86.00 88.00 94.00 92.00 88.00 89.00 95.00 98.00 99.00 77.00

Min 0.00 0.00 58.00 62.00 0.00 62.00 0.00 69.00 75.00 80.00 60.00 0.00

No TahunBulan

Page 22: BAB IV Skripsi

Tabel 4.36 Data Tekanan Udara (mb) di Kabupaten BanyuwangiTahun : 1998 - 2007Stasiun Meteorologi BanyuwangiKoordinat :

8o12`53.5" LS

114o21'19.4" BT

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

1 1998 1007.1 1006.2 1007.2 1008.2 1008.9 1009.5 1010.3 1011.7 1010.7 1009.1 1008.3 1007.5

2 1999 1007.7 1008.7 1009.4 1010.0 1010.8 1012.2 1011.2 1011.9 1012.5 1009.8 1009.3 1009.1

3 2000 1008.7 1006.7 1005.8 1006.8 1007.8 1008.5 1009.1 1009.9 1011.3 1010.3 1008.7 1007.9

4 2001 1007.3 1006.4 1007.4 1008.4 1008.4 1009.1 1009.7 1010.5 1011.9 1010.9 1009.3 1008.5

5 2002 1006.5 1007.5 1008.5 1009.2 1009.8 1010.6 1011.9 1011.0 1009.9 1009.9 1007.8 1009.1

6 2003 1007.5 1008.5 1009.2 1009.8 1010.6 1012.0 1011.5 1009.4 1009.7 1007.8 1009.1 1008.5

7 2004 1009.1 1007.1 1006.2 1007.2 1008.2 1008.9 1011.7 1020.0 1011.7 1010.7 1009.1 1008.3

8 2005 1006.4 1007.4 1008.4 1009.1 1009.7 1010.5 1011.9 1010.9 1013.5 1010.1 1007.7 1009.0

9 2006 1007.0 1005.0 1004.8 1006.1 1009.1 1007.8 1007.4 1008.2 1009.6 1008.6 1008.9 1006.2

10 2007 1006.9 1006.0 1007.5 1008.9 1008.7 1009.3 1010.1 1011.5 1010.5 1008.9 1008.1 1007.3

Rerata 1007.42 1006.95 1007.44 1008.37 1009.20 1009.84 1010.48 1011.50 1011.13 1009.61 1008.63 1008.14

Max 1009.10 1008.70 1009.40 1010.00 1010.80 1012.20 1011.90 1020.00 1013.50 1010.90 1009.30 1009.10

Min 1006.40 1005.00 1004.80 1006.10 1007.80 1007.80 1007.40 1008.20 1009.60 1007.80 1007.70 1006.20

No TahunBulan

Page 23: BAB IV Skripsi

Suhu Udara (OC) ea w f(t) Rh ed ea-ed f (ed) Ra n/N Rs f ( n/N ) u f(u) Rn1 Eto* c Eto

Rerata (mbar) ( mbar ) mbar ( mbar ) % (mm/hr) (m/dt) (mm/hr) (mm/hr) (mm/hr)[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14] [15] [16] [17] [18]

Januari 27.20 35.74 0.762 16.20 0.785 12.716019 -23.0247 0.1830981 16.100 0.55000 8.8067 0.5950 2.210 0.786 1.76 3.688 1.100 4.057Pebruari 26.78 34.86 0.758 16.10 0.799 12.860105 -21.9957 0.1822117 16.094 0.58900 9.1424 0.6301 2.180 0.779 1.85 3.796 1.100 4.175Maret 27.66 37.07 0.767 16.23 0.768 12.466176 -24.6028 0.1846471 15.488 0.71300 9.8352 0.7417 2.770 0.916 2.22 3.951 1.000 3.951April 27.81 37.39 0.768 16.26 0.756 12.294072 -25.0979 0.1857232 14.376 0.76100 9.5017 0.7849 2.840 0.933 2.37 3.653 0.900 3.288Mei 27.51 36.32 0.765 16.28 0.763 12.419733 -23.9038 0.1849368 13.070 0.85400 9.2949 0.8686 2.800 0.923 2.61 3.333 0.900 3.000Juni 26.67 33.93 0.757 16.03 0.764 12.249976 -21.6770 0.1860002 12.412 0.81300 8.5521 0.8317 3.250 1.028 2.48 2.977 0.900 2.679Juli 25.62 32.87 0.709 15.81 0.772 12.20146 -20.6675 0.1863054 12.646 0.79600 8.5973 0.8164 3.700 1.133 2.40 2.867 0.900 2.581Agustus 25.66 32.95 0.747 15.82 0.764 12.08266 -20.8643 0.1870555 13.610 0.81700 9.4070 0.8353 4.250 1.261 2.47 3.423 1.000 3.423September 26.21 34.04 0.752 15.94 0.746 11.892732 -22.1473 0.1882623 14.804 0.89700 10.8718 0.9073 4.270 1.266 2.72 4.084 1.100 4.493Oktober 27.48 36.68 0.765 16.20 0.723 11.709708 -24.9663 0.1894344 15.728 0.89200 11.5079 0.9028 3.790 1.154 2.77 4.483 1.100 4.931Nopember 28.31 38.94 0.773 16.40 0.72 11.80944 -27.1326 0.1887946 15.976 0.80800 10.9646 0.8272 3.260 1.030 2.56 4.374 1.100 4.812Desember 27.76 36.80 0.768 16.34 0.735 12.0099 -24.7861 0.1875167 16.000 0.69500 10.0048 0.7255 2.820 0.928 2.22 4.053 1.100 4.459

Keterangan :[1] : Data [7] : [2] - [6] [11] : (0.25 + 0.54 [10]) [9] [15] : [4].[8].[12][2], [3], [4] : Tabel [8] : 0.34 - 0.044 x [6]0.5 [12] : 0.1 + 0.9 [10] [16] : [3] ((0.75.[11]) - [15])[5] : Data [9] : Tabel [13] : Data [17] : Tabel[6] : 1 - [3] [10] : Data [14] : 0.27 (1 + 0.864 [13]) [18] : [17].[16]

Bulan

Tabel 4.37 Perhitungan Evapotranspirasi dengan Metode Penmann Modifikasi

Page 24: BAB IV Skripsi

4.3.2 Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah dan Persemaian

Waktu atau lamanya pekerjaan pengolahan tanah dipengaruhi oleh jumlah

tenaga kerja, hewan pengolah dan peralatan yang digunakan. Dalam studi ini lamanya

waktu penyiapan tanah (T) adalah 30 hari. Kebutuhan air untuk pengolahan tanah

pembibitan adalah 250 mm, 200 mm digunakan untuk penjenuhan dan pada

pembibitan akan di tambahi 50 mm.

4.3.3 Perkolasi

Perkolasi adalah gerakan air ke bawah dari daerah tidak jenuh kedalam daerah

jenuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkolasi adalah tekstur tanah, permeabilitas

tanah, tebal lapisan tanah bagian atas dan letak permukaan tanah. Harga perkolasi dari

berbagai jenis tanah dapat dilihat pada Tabel 4.38.

Tabel 4.38 Harga Perkolasi dari berbagai jenis tanah

No Macam TanahPerkolasi vetikal

(mm/hr)1.2.3.

Sandy loamLoamClay

3 - 62 - 31 - 2

Sumber : Soemarto, 1987 :80

Melihat kondisi jenis tanah di Daerah Irigasi Bomo yang dijumpai pada

umumnya adalah regosol kelabu, aluvial coklat keabu-abuan dan sebagian litosol,

tekstur tanah kasar sampai halus, ketebalan bahan organik di persawahan umumnya

kurang dari 50 cm dan terletak pada topografi yang hampir datar maka dapat ditentukan

besarnya perkolasi adalah 3,5 mm/hari.

4.3.4 Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan

Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya sangat menentukan kebutuhan

maksimum air irigasi. Bertujuan untuk mempermudah pembajakan dan menyiapkan

kelembaban tanah guna pertumbuhan tanaman. Metode ini didasarkan pada kebutuhan

air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah

dijenuhkan selama periode penyiapan lahan. Faktor-faktor penting yang menentukan

besarnya kebutuhan air untuk penyiapanlahan adalah lamanya waktu yang dibutuhkan

untuk menyelesaikan penyiapan lahan dan jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan

lahan.

Page 25: BAB IV Skripsi

Tabel 4.39 Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan

Eo P M S T IRmm/hari mm/hari mm/hari mm hari mm/hari

[1] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9]

Januari 3.81 4.1955 3.5 7.6955 250 30 0.9235 20.9188Februari 3.38 3.7145 3.5 7.2145 250 30 0.8657 19.6111Maret 4.70 5.1714 3.5 8.6714 250 30 1.0406 23.5714April 4.87 5.3585 3.5 8.8585 250 30 1.0630 24.0800Mei 4.52 4.9697 3.5 8.4697 250 30 1.0164 23.0231Juni 4.63 5.0978 3.5 8.5978 250 30 1.0317 23.3715Juli 4.75 5.2238 3.5 8.7238 250 30 1.0469 23.7138Agustus 5.39 5.9271 3.5 9.4271 250 30 1.1313 25.6258September 6.07 6.6774 3.5 10.1774 250 30 1.2213 27.6653Oktober 6.48 7.1241 3.5 10.6241 250 30 1.2749 28.8795November 6.15 6.7625 3.5 10.2625 250 30 1.2315 27.8966Desember 5.01 5.5075 3.5 9.0075 250 30 1.0809 24.4850Sumber : Hasil Perhitungan

Keterangan :[1] : Bulan[2] : Evapotranspirasi Potensial Metode Penmann Modifikasi[3] : 1.1 * [2][4] : Perkolasi[5] : [3] + [4][6] : Kebutuhan air untuk penjenuhan lahan ditambah pembibitan[7] : Jangka waktu penyiapan lahan[8] : ([5] * [7]) / [6]

[9] : ([5] * (e[8])) / (e([8] - 1)) dengan e = 2.7183

Bulan

[2]

kEto

mm/hari

4.3.5 Pergantian Lapisan Air (Water Level Requirement)

Pergantian lapisan air erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Beberapa saat

setelah penanaman, air yang digenangkan di permukaan sawah akan kotor dan

mengandung zat-zat yang tidak lagi diperlukan tanaman, bahkan akan merusak

tanaman. Air genangan ini perlu dibuang agar tidak merusak tanaman di lahan. Saat

pembuangan lapisan genangan, sampah-sampah yang ada di permukaan air akan

tertinggal, demikian pula lumpur yang terbawa dari saluran saat pengairan. Air

genangan yang dibuang perlu diganti dengan air baru yang bersih.

Pergantian lapisan air hanya diperlukan untuk tanaman padi sedang pada

palawija proses ini tidak diperlukan. Pergantian lapisan air diperlukan pada saat terjadi

pemupukan dan penyiangan yaitu satu sampai dua bulan setelah pembibitan. Pergantian

lapisan air diperkirakan sebesar 50 mm. Bila digunakan periode 10 harian maka WLR

sebesar 50 mm dibagi menjadi 30 hari yaitu sebesar 1,67 mm/hari.

4.3.6 Efisiensi Irigasi

Efisiensi irigasi adalah prosentase jumlah air yang keluar dibandingkan dengan

jumlah air yang masuk. Besarnya efisiensi rerata pda DI Bomo saat ini adalah sebagai

berikut :

Page 26: BAB IV Skripsi

1. Jaringan tersier = 80%

2. Jaringan sekunder = 90%

3. Jaringan Primer = 90%

Efisiensi keseluruhan dapat ditentukan sebesar 0,8*0,9*0,9 = 0,648.

4.3.7 Pola Tata Tanam Kondisi Eksisting

Pola tata tanam tahunan meliputi hat-hal yang dilakukan pada areal tanam

selama jangka waktu satu tahun. Adapun kondisi pola tata tanam pada saat ini di DI

Bomo adalah Padi - Palawija - Palawija sedangkan perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada tabel di halaman berikutnya.

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

POLOWIJO(JAGUNG)

SeptOkt Mar Mei Jun JulNov Dec Jan AprFeb Agust

PADI POLOWIJO

(JAGUNG)

Page 27: BAB IV Skripsi

4.4 Usulan Pola Tata Tanam

Untuk dapat meningkatkan efisiensi pemakaian air irigasi terutama dalam

keadaan debit terbatas, maka perlu diadakan pengaturan pola tanam. Alternatif yang

diusulkan adalah memodifikasi pola tanam yang ada.

Dalam memodifikasi pola tata tanam ada beberapa hal yang harus diperhatikan.

Selain melihat pada faktor utama berupa ketersediaan air yang dapat disuplai selama 3

periode masa tanam, juga harus melihat faktor lain berupa pemilihan jenis tanaman dan

pola tanam yang harus memperhatikan hal-hal berikut :

1. Dapat memberikan hasil optimal bagi petani.

2. Memperhatikan tenaga kerja yang tersedia.

3. Sesuai dengan kebiasaan yang ada dan dapat diterima oleh masyarakat petani

setempat.

4. Kondisi yang ada di masyarakat.

Penentuan awal tanam didasarkan pada ulan-bulan awal saat penduduk mulai

bekerja menggarap sawah, dengan pemikiran bahwa :

1. Pergantian musim kemarau ke musim hujan (musim tanam 1) diharapkan

dengan awal tanam pada awal musim hujan lebih menjamin ketersediaan air bagi

tanaman.

2. Adanya ketersediaan air pada awal musim tanam 1 memungkinkan awal tanam

yang baik pada musim tanam 2, dimana saat itu debit yang tersedia masih cukup

untuk padi. Sedangkan tanaman palawija tidak memutuhkan terlalu banyak air,

sehingga waktu tanamnya saat musim tanam 3 dimana saat itu debit yang tersedia

mulai berkurang.

Waktu yang dibutuhkan untuk pengolahan lahan baik untuk musim hujan

maupun musim kemarau adalah 1 bulan dan 5 sampai 15 hari untuk palawija.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, maka diusulkan pola tata tanam

dengan penerapan sistem golongan dengan membagi daerah irigasi menjadi 3 golongan.

Usulan alternatif 1 memulai awal tanam pada Bulan Oktober periode 1 untuk golongan

1 dan untuk golongan lain bergeser 1 periode (10 harian). Alternatif 2 memulai awal

tanam pada Bulan Oktober periode 2, alternatif 3 dan seterusnya bergeser 1 periode (10

harian). Adapun usulan luas tanam tiap jenis tanaman yaitu :

GolonganMT 1 (904.9 Ha) MT 2 (904.9 Ha) MT 3 (904.9 Ha)

Padi 1 Palawija 1 Padi 2 Palawija 2 Palawija 3Golongan 1 294.057 41.196 149.159 186.094 409.050Golongan 2 250.019 42.617 105.122 187.515 251.390

Page 28: BAB IV Skripsi

Golongan 3 234.393 42.617 89.496 187.515 244.460

4.5 Pemilihan Alternatif

Penentuan alternatif dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang

menentukan penentuan seuah pola tata tanam baik itu faktor teknis maupun faktor non

teknis. Faktor teknis antara lain mengacu pada neraca air, yaitu keseimbangan antara

kebutuhan air tanaman dan ketersediaan air dibendung, awal musim penghujan dan

kemarau. Sedangkan faktor non teknis antara lain adalah dapat memberikan hasil

optimal bagi petani, ketersediaan tenaga kerja, sesuai dengan kondisi dan kebiasaan

petani setempat.

Dari ketujuh alternatif yang diusulkan, faktor-faktor non teknis semuanya

dianggap sama dan memadai sehingga tidak menjadi pertimbangan utama. Seperti telah

diuraikan diatas, hal utama yang menjadi masalah di daerah studi adalah ketersediaan

air. Besarnya kebutuhan air yang dapat dipenuhi dapat dilihat pada perhitungan neraca

air. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa alternatif 7 memiliki neraca air yang tingkat

ketersediaan airnya lebih banyak dibanding alternatif lainnya. Sehingga dapatlah

diambil kesimpulan bahwa alternatif 7 mempunyai jaminan ketersediaan air yang lebih

baik dibanding alternatif lainnya.

4.6 Pemberian Air Irigasi

Alokasi pembagian air dimaksudkan untuk lebih jelas mengetahui jumlah air

yang harus diberikan ke petak tersier. Dengan metode pembagian air menurut FPR, air

akan dibagikan sesuai dengan luasan yang akan diairi.

Kondisi yang ada pada daerah studi :

1. Skema jaringan irigasi terdiri dari petak tersier yang terbagi menjadi tiga

golongan.

2. Periode pembagian air selaama 10 hari.

3. Efisiensi saluran tersier 80 %, sehingga faktor kehilangan di saluran tersier

adalah 100/80 = 1,25.

4. Efisiensi saluran sekunder 90 %, sehingga faktor kehilangan di saluran sekunder

adalah 100/90 = 1,11.

5. Efisiensi saluran primer 90 %, sehingga faktor kehilangan di saluran primer

adalah 100/90 = 1,11.

Langkah perhitungan FPR adalah sebagai berikut :

Page 29: BAB IV Skripsi

1. Harus diketahui jenis tanaman apa yang direncanakan ditanam di petak-petak

tersier selama periode 10 harian luas tanam dan tahap pertumuhannya.

2. LPR petak tersier dihitung dengan mengalikan luas tanaman yang ditanam

dengan faktor konversi tanaman.

3. Menghitung kebutuhan air di pintu saluran sekunder. LPR di petak tersier

dikalikan dengan faktor kehilangan air di saluran tersier. Hasilnya adalah LPR

Kotor (LPRK) di pintu sekunder.

4. Menghitung kebutuhan air di pintu saluran primer. LPRK seluruh petak tersier

yang diberi air oleh saluran sekunder yang sama dikalikan dengan faktor kehilangan

air di saluran sekunder (LPRK SS).

5. Kebutuhan air di pintu pengambilan utama dihitung dengan menjumlah LPRK

SS yang ada kemudian dikalikan dengan faktor kehilangan air disaluran primer.

Hasilnya adalah LPRK di pengambilan.

6. Menghitung FPR dengan membagi debit yang tersedia dipintu pengambilan

dengan LPRK dipintu pengambilan.

7. Pembagian air ke petak-petak tersier dilakukan dengan mengalikan FPR tersebut

dengan LPRK.

Contoh perhitungan FPR untuk periode Januari 1.

1. Diketahui petak tersier T1(0.053) a1 mempunyai luas 2,21 Ha. Dari luasan

tersebut diketahui seluas 1 ha ditanami padi (kondisi garapan lahan) dan 1,21 ha

ditanami palawija.

2. Masing-masing luasan jenis tanaman tersebut dikalikan dengan faktor tanaman

yang sesuai. Untuk tanaman padi (waktu garapan lahan) faktor tanamnya adalah 6

sehingga 1 hektar x 6 = 6 ha.pol. Palawija untuk semua periode tumbuh faktor

tanamnya adalah 1, sehingga 1,21 x 1 = 1,21 ha.pol.

3. Luas total hektar palawija untuk semua jenis tanaman ini disebut LPR di petak

tersier (LPR), total LPR adalah 6 + 1,21 = 7,121 ha.pol.

4. LPR ini kemudian dikalikan dengan faktor kehilangan air di saluran tersier

menjadi LPR Kotor (LPRK) 7,121 x (100/80) = 9,01 ha.pol. Hal yang sama

dilakukan juga untuk semua petak tersier.

5. Semua LPRK tersier yang mendapat air dari saluran sekunder dijumlah

kemudian dikalikan faktor kehilangan air di saluran sekunder. LPRK SS = (9,01 +

22,54 + 23,36 + 22,26 + 26,08) x (100/90) = 114,72 ha.pol.

Page 30: BAB IV Skripsi

6. Semua LPRK SS yang ada kemudian dijumlah dan dikalikan dengan faktor

kehilangan air di saluran primer. LPRK SP = (114,72 + 154,56 + 355,92 + 328,90 +

55,69 + 41,67 + 66,67 + 38,19 + 104,53 + 130,14 + 51,53 + 46,67 + 92,76 + 44,72 +

54,17 + 59,31) = 1740,14 ha.pol.

7. Besarnya debit yang tersedia di pintu pengambilan (Q) dibagi dengan LPRK SP

menghasilkan FPR yang dicari. FPR = 3.10/1740,14 = 0,0018 lt/dt.ha.pol.

8. Pembagian air dilakukan dengan mengalikan FPR dengan LPRK yang

bersangkutan. Pembagian air di petak T1(0.053) a1 = 0,0018 x 9,01 = 0,016 lt/dt.

Perhitungan untuk petak tersier yang lainnya ditabelkan dan disajikan pada

lampiran.

Selama pemberian air irigasi, kekurangan air irigasi dapat terjadi karena

kebutuhan air lebih besar dari air yang tersedia. Kekurangan air tersebut antara lain

disebabkan oleh :

1. Debit air di bendung tidak cukup.

2. Terjadinya banyak kehilangan air pada saluran.

3. Adanya kegiatan pemeliharaan atau pembangunan saluran/bangunan irigasi baru

sehingga terpaksa menutup saluran-saluran.

Pada waktu kekurangan air yang serius, sebaiknya ditetapkan cara pembagian air

secara rotasi atau giliran, yaitu pemberian air secara bergiliran ke saluran-saluran

kuarter, tersier atau sekunder. Jumlah air yang dibagikan kepada tanaman sama dengan

jumlah air pada waktu air dibagikan secara terus-menerus, hanya waktunya yang

berbeda. Pada sistem rotasi, areal irigasi dibagi menjadi beberapa kelompok. Tiap

kelompok akan menerima jatah air kurang lebih sama dengan debit rencana selama

waktu singkat. Selama kelompok yang satu mendapat giliran air, kelompok lainnya

tidak mendapat air, dengan batas maksimum 1 minggu.

4.7 Evaluasi FPR

Batas minimal dari FPR yang mungkin akan dirotasi selain melihat standar yang

ada (0,12 - 0,23), juga harus memperhatikan kondisi daerah setempat. Untuk daerah

studi, mantri air setempat berdasar pengalaman dan pengamatan menyarankan nilai FPR

sebesar 0,12 sebagai batas minimal yang mungkin dilakukan rotasi (Dinas Pengairan

Banyuwangi). Dengan demikian, dari hasil perhitungan yang dilakukan menunjukkan

banyak periode yang mengalami kekurangan air. Hal ini terlihat dengan banyaknya nilai

FPR yang kurang dari 0,12.

Page 31: BAB IV Skripsi

Untuk dapat mengoperasikan pemberian debit dengan nilai FPR kritis tersebut,

maka harus digunakan sistem rotasi dengan tujuan untuk memberikan air pada petak-

petak tersier dengan air yang mendekati debit rencana.

Tabel 4.

BulanFPR

KeteranganProsentase (%)

(lt/dt/ha.pol) Cukup Kurang

OktoberI 0.0092 Kurang

30.56 69.44

II 0.0093 KurangIII 0.0096 Kurang

NovemberI 0.0095 KurangII 0.0098 KurangIII 0.0097 Kurang

DesemberI 0.0099 KurangII 0.0100 KurangIII 0.0100 Kurang

JanuariI 0.0080 KurangII 0.0081 KurangIII 0.0083 Kurang

FebruariI 0.2591 CukupII 0.2354 CukupIII 0.2001 Cukup

MaretI 0.5792 CukupII 0.5792 CukupIII 0.5792 Cukup

AprilI 0.3251 CukupII 0.3251 CukupIII 0.3251 Cukup

MeiI 0.1403 CukupII 0.1405 CukupIII 0.0597 Kurang

JuniI 0.0316 KurangII 0.0314 KurangIII 0.0311 Kurang

JuliI 0.0147 KurangII 0.0191 KurangIII 0.0225 Kurang

AgustusI 0.0172 KurangII 0.0172 KurangIII 0.0172 Kurang

SeptemberI 0.0088 KurangII 0.0089 KurangIII 0.0089 Kurang

Sumber : Hasil Perhitungan

4.8 Kelompok Rotasi

Page 32: BAB IV Skripsi

Dengan memperhatikan nilai FPR kritis yang terjadi, maka dapat ditentukan

jumlah kelompok rotasi yang harus dibuat. Disamping itu banyaknya air yang diterima

selama rotasi adalah sama dengan kekurangan air yang terjadi.

Kelompok rotasi dapat ditentukan sebagai berikut :

Periode 1 Bulan Januari :

Nilai FPR : 0,008

Kelompok rotasi yang dibuat : 15

FPR yang terjadi : 0,1202

Jumlah air yang diberikan sama dengan nilai FPR yang terjadi.

Dengan sistem rotasi, kelompok-kelompok petak tersier menerima air secara

bergantian. Jika giliran telah sampai di kelompok terakhir, maka pembagian air dimulai

dari kelompok yang pertama lagi, dan seterusnya. Lamanya perputaran dinamakan

periode operasi atau periode ulang. Tanaman hendaknya jangan sampai tidak diberi air

selama lebih dari 1 minggu karena dapat mengakibatkan tanaman mengalami

kekurangan air atau bahkan mati. Dengan demikian, pemberian air untuk kondisi

kekurangan air dilakukan dengan rotasi.