Sindro koroner akut
-
Upload
salahuddin-ageng-natanegara -
Category
Documents
-
view
287 -
download
1
description
Transcript of Sindro koroner akut
SINDROMA KORONER AKUT
PENDAHULUAN
Penyakit kardiovaskuler mendudukui peringkat tertinggi sebagai penyebab
kematian di Indonesia. Sindroma Koroner Akut (Acute Coronary Syndrome/ACS)
menyebabkan angka perawatan yang besar di rumah sakit-rumah sakit di kota besar,
terutama Jakarta.
Sindroma koroner akut sendiri merupakan sebuah terminology operasional yang
mencakup segala bentuk klinis yang merupakan manifestasi dari iskemia koroner akut.
Terminologi ini membagi pasien dalam 2 kelompok besar yaitu IMA dg ST elevasi
(STEMI) dan IMA non ST elevasi, sebagaimana tergambar pada gambar berikut.
Sindroma Koroner Akut
Tanpa elevasi ST Dg elevasi ST
NSTEMI STEMI
IMA non Q IMA QAPTS
Keterangan :
NSTEMI : Non ST Elevasi Myocardial Infarction
STEMI : Elevasi ST Myocardial Infarction
APTS : Angina Pectoris Tak Stabil
IMA non Q : IMA tanpa terbentuknya gelombang Q pd EKG serial
IMA Q : IMA dg terbentuknya gelombang Q
APTS dan NSTEMI
1. Patogenesis
Karena patogenesis Angina Pektoris Tidak Stabil (APTS) dan IMA Non ST
Elevasi (NSTEMI) sama maka kedua sindroma ini dikelompokkan dalam satu golongan.
SKA ini ditandai oleh adanya ketidakseimbangan antara pasokan (supply) dan kebutuhan
(demand) oksigen miokard. Ada lima penyebab terjadinya hal ini yang masing-masing
tidak terpisah satu sama lainnya, yaitu :
a. Terbentuk thrombus (yang tidak oklusif) pada plak yang sudah ada. Trombus
tersebut terbentuk sebagai akibat robek/pecahnya lapisan terdalam dari plak yang
sudah ada. Robeknya plak akan merangsang kaskade koagulasi yg berujung pada
terbentuknya thrombus pd daerah yang robek/rupture tersebut. Pada setting
APTS/NSTEMI, thrombus yg terbentuk tidak sampai menyumbat total aliran
darah namun hanya menyebabkan penyempitan arteri koroner yang awalnya
memang sudah menyampit. Mikroemboli (emboli kecil) dari agregasi trombosit
beserta komponen dari plak yang rupture, dapat mengakibatkan infark kecil di
distal, dan menjadi sebab keluarnya senyawa-senyawa yang merupakan petanda
kerusakan miokard.
b. Terjadi obstruksi dinamik oleh spasme koroner atau vasokonstriksi. Penyebab
yang agak jarang adalah oleh obstruksi dinamik, yang mungkin diakibatkan oleh
spasme local yang terus menerus pada segmen arteri koroner apikardium (Angina
Pritzmetal). Spasme ini disebabkan oleh hiperkontraktilitas otot polos pembuluh
darah atau akibat disfungsi endotel. Obstruksi dinamik koroner dapat juga
diakibatkan oleh konstriksi abnormal pada pembuluh darah yang lebih kecil.
c. Obstruksi mekanik yang progresif. Disini penyempitan yang terjadi bukan oleh
karena spasme atau terbentuknya thrombus, namun oleh karena proses
aterosklerosis yang progresif atau oleh karena tindakan invasive/intervensi pada
pembuluh darah koroner (Ballooning/Stenting0
d. Inflamasi dan atau infeksi. Proses inflamasi yang terjadi menyebabkan
penyempitan lumen arteri, destabilisasi plak, rupture dan trombogenesis.
Faktor atau keadaan pencetus. Kondisi-kondisi tertentu dapat menyebabkan perburukan
perfusi miokard (iskemia) pada keadaan dimana memang sudah terdapat penyakit
ateroskleros SINDROMA KORONER AKUT
PENDAHULUAN
Penyakit kardiovaskuler mendudukui peringkat tertinggi sebagai penyebab
kematian di Indonesia. Sindroma Koroner Akut (Acute Coronary Syndrome/ACS)
menyebabkan angka perawatan yang besar di rumah sakit-rumah sakit di kota besar,
terutama Jakarta.
Sindroma koroner akut sendiri merupakan sebuah terminology operasional yang
mencakup segala bentuk klinis yang merupakan manifestasi dari iskemia koroner akut.
Terminologi ini membagi pasien dalam 2 kelompok besar yaitu IMA dg ST elevasi
(STEMI) dan IMA non ST elevasi, sebagaimana tergambar pada gambar berikut.
Sindroma Koroner Akut
Tanpa elevasi ST Dg elevasi ST
NSTEMI STEMI
Keterangan :
NSTEMI : Non ST Elevasi Myocardial Infarction
STEMI : Elevasi ST Myocardial Infarction
APTS : Angina Pectoris Tak Stabil
IMA non Q : IMA tanpa terbentuknya gelombang Q pd EKG serial
IMA Q : IMA dg terbentuknya gelombang Q
APTS dan NSTEMI
1. Patogenesis
Karena patogenesis Angina Pektoris Tidak Stabil (APTS) dan IMA Non ST
Elevasi (NSTEMI) sama maka kedua sindroma ini dikelompokkan dalam satu golongan.
SKA ini ditandai oleh adanya ketidakseimbangan antara pasokan (supply) dan kebutuhan
(demand) oksigen miokard. Ada lima penyebab terjadinya hal ini yang masing-masing
tidak terpisah satu sama lainnya, yaitu :
e. Terbentuk thrombus (yang tidak oklusif) pada plak yang sudah ada.
Trombus tersebut terbentuk sebagai akibat robek/pecahnya lapisan terdalam dr
plak yang sudah ada. Robeknya plak akan merangsang kaskade koagulasi yg
berujung pada terbentuknya thrombus pd daerah yang robek/rupture tersebut.
Pada setting APTS/NSTEMI, thrombus yg terbentuk tidak sampai menyumbat
IMA non Q IMA QAPTS
total aliran darah namun hanya menyebabkan penyempitan arteri koroner yang
awalnya memang sudah menyampit. Mikroemboli (emboli kecil) dari agregasi
trombosit beserta komponen dari plak yang rupture, dapat mengakibatkan infark
kecil di distal, dan menjadi sebab keluarnya senyawa-senyawa yang merupakan
petanda kerusakan miokard.
f. Terjadi obstruksi dinamik oleh spasme koroner atau vasokonstriksi. Penyebab
yang agak jarang adalah oleh obstruksi dinamik, yang mungkin diakibatkan oleh
spasme local yang terus menerus pada segmen arteri koroner apikardium (Angina
Pritzmetal). Spasme ini disebabkan oleh hiperkontraktilitas otot polos pembuluh
darah atau akibat disfungsi endotel. Obstruksi dinamik koroner dapat juga
diakibatkan oleh konstriksi abnormal pada pembuluh darah yang lebih kecil.
g. Obstruksi mekanik yang progresif. Disini penyempitan yang terjadi bukan oleh
karena spasme atau terbentuknya thrombus, namun oleh karena proses
aterosklerosis yang progresif atau oleh karena tindakan invasive/intervensi pada
pembuluh darah koroner (Ballooning/Stenting0
h. Inflamasi dan atau infeksi. Proses inflamasi yang terjadi menyebabkan
penyempitan lumen arteri, destabilisasi plak, rupture dan trombogenesis.
i. Faktor atau keadaan pencetus. Kondisi-kondisi tertentu dapat menyebabkan
perburukan perfusi miokard (iskemia) pada keadaan dimana memang sudah
terdapat penyakit aterosklerosis sebelumnya. Kondisi-kondisi tersebut antara
lain : demam, takikardia, tirotoksikosis, anemia, hipoksia, dll.
2. DIAGNOSIS
Riwayat/anamnesis
Nyeri dada merupakan keluhan terbanyak pada penderita APTS/NSTEMI. Nyeri
dada biasanya berlokasi di retrosternal, sentral, atau dada kiri yang menjalar ke lengan
kiri atas atau rahang/leher. Nyeri dada bersifat seperti ditindih beban berat, dipukul,
diremas atau seperti terbakar. Berat ringannya nyeri sangat bervariasi. Keluhan sering
disertai dengan gejala-gejala sistemik, seperti berkeringat banyak, lemas, rasa cemas atau
takut, mual dan sebagainya. Kadang-kadang keluhan yang timbul bisa tidak khas, seperti
rasa lelah yang tidak jelas, nafas pendek, rasa tidak nyaman di epigastrium, terutama pada
wanita, usia lanjut dan penderita Diabetes Mellitus. Keluhan tidak khas tersebut apabila
ditemukan pada seseorang dengan factor risiko kardiovaskuler multiple, sebaiknya
dicurigai sebagai SKA sampai dibuktikan bukan.
Secara umum terdapat tiga penampilan klinis tersering, yaitu :
a. Angina saat istirahat, angina terjadi saat istirahat dan terus menerus, biasanya
lebih dari 20 menit.
b. Angina pertama kali, angina yang pertama kali terjadi, setidaknya CCS klas III.
c. Angina yang progressive, angina semakin sering timbul, semakin lama
waktunya atau lebih mudah tercetus.
Pemeriksaan Fisik
Tujuan dari pemeriksaan fisik adalah untuk mengidentifikasi factor pencetus dan
kondisi lain sebagai konsekuensi dari APTS/NSTEMI. Beberapa kondisi yang
berhubungan dengan penyakit ini atau merupakan differential diagnosis atau yang dapat
memperberat seperti hipertensi, anemia, tirotoksikosis, stenosis aorta berat, kardiomiopati
hipertrofik, penyakit paru dan sebagainya, dapat disimpulkan dari pemeriksaan.
Pemeriksaan fisik bisa normal atau bisa memperlihatkan disfungsi ventrikel kiri
(hipotansi, ronkhi, dan gallop S3).
Elektrokardiografi
EKG banyak membantu dalam menegakkan diagnosis dan menentukan prognosis.
Rekaman yang dilakukan saat nyeri dada sangat bermanfaat. Gambaran EKG yang
menunjukkan gambaran iskemia miokard adalah :
a. Depresi segmen ST > 0,05 mV
b. Inversi gelombang T, ditandai dengan > 0,2 mV inverse gelombang T yang
simetris di sadapan prekordial.
Perubahan EKG lainnya dapat berupa bundle branch block (BBB) dan aritmia jantung,
terutama sustained VT. Serial EKG harus dibuat jika ditemukan adanya perubahan
segmen ST. Namun EKG yang normalpun tidak bisa menyingkirkan diagnosis
APTS/NSTEMI.
Laboratorium
Pemeriksaan yang bernilai diagnostic dan prognostik adalah kadar serum
creatinine kinase (CK) dan fraksi MBnya (CKMB) serta troponin (troponon T dan I),
yang merupakan petanda terjadinya nekrosis miokard. Pasien dengan bukti-bukti nekrosis
miokard dikelompokkan kedalam IMA non ST elevasi (NSTEMI), sedangkan yang tidak
ada digolongkan kedalam Angina Pektoris Tidak Stabil (APTS).
Penatalaksanaan
1. Di UGD
a. Pasien dengan keluhan nyeri dada harus digali lebih lanjut untuk memperjelas
apakah spesifik untuk Sindrome Koroner Akut atau tidak (lokasi nyeri, sifat nyeri,
kualitas, penjalaran, lama dan pencetus, serta gejala penyerta). Juga segera
digali mengenai factor risiko PJK, penyakit –penyakit lainnya yang berkaitan
dengan PJK.
b. Apabila dari riwayat dan anamnesa curiga adanya SKA, dapat diberikan :
Asam asetil salisilat (ASA) 300 mg dikunyah.
Berikan nitrat sublingual
Rekam EKG 12 sadapan (lead), atau kirim ke fasilitas yang memungkinkan
Periksa laboratorium, terutama petanda biokimia nekrosis miokard (CK, CKMB,
Troponin)
c. Pasang IV line.
d. Untuk penghilang rasa sakit (pain killer) dapat diberikan morphine sulphate 2 – 4
mg IV. Bisa diulang tiap 5 – 30 menit, jangan diberikan bila hipotensi. Sebagai
alternative bisa juga diberikan pethidine HCl 12,5 – 25 mg IV.
e. Penderita segera dirawat di ICCU, meskipun dari pemeriksaan EKG tidak
didapatkan didapatkan tanda-tanda iskemia (normal).
Di ICCU
a. Total bed rest sampai 24 jam bebas sakit dada
b. Pasang IV line bila belum terpasang, monitor EKG dan tekanan darah 24 jam.
c. Berikan pain killer (morphine, pethidine) bila masih sakit dada.
d. Obat-obatan :
Anti trombotik :
- ASA 300 mg + Clopidogrel 300 mg (dosis awal), dilanjutkan
- ASA 75 – 150 mg seumur hidup
- Clopidogrel 75 mg selama 1 tahun
Anti koagulan :
- Heparin tak terfraksinasi (UFH)
- Low Molecular Weight Heparine (LWMH)
Jenis obat Rekomendasi
Heparine (UFH) Pemberian IV - bolus 60-70 U/kg (max 5000 U)
- infuse 12 U/kg/jam (max 1000
U/jam)
Target aPTT 1,5 – 2,0 kali standard atau 60 – 80 dtk
LMWH Enoxaparin
(Lovenox)
Nadroparin
(Fraxiparin)
1 mg/kg , SC, bid
0,1 ml/10 kg, SC, bid
Nitrat IV dilanjutkan peroral: Isosorbide Dinitrate (Cedocard, ISDN, dll),
Nytroglycerin (Nitromack), Isosorbid Mononitrat (Imdur, ISMO)
Beta blocker (Metoprolol, Bisoprolol, Atenolol, dll)
Vasodilator (bila TD masih tinggi) : Calcium Antagonis (Diltiazem, Verapamil,
Nifedipin, Amlodipin), ACE Inhibitor (Captopril, Lisinopril, dll), ARB.
Minor tranquilizer (diazepam, dll)
Laxative (Laxadine, dll)
Lain-lain : Biasanya pasien dipuasakan selama 8 jam, kemudian diberikan diet
cair RG,RL, sampai bebas sakit dada. Selanjutnya diet lunak, nasi tim dst-nya.
Di Ruangan
Setelah 24 jam bebas sakit dada, pasien dipindahkan dari ICCU
Meneruskan terapi
Mulai melakukan mobilisasi bertahap
Mencari dan mengendalikan factor risiko
Pada kasus yang tidak bermasalah, 3 hari kemudian dapat dipulangkan.
IMA dg ST Elevasi (STEMI)
1. Patogenesis
Patogenesis nya sama dengan NSTEMI, namun thrombus yang terbentuk sampai
menyebabkan obstruksi total pada arteri koroner. Terputusnya aliran darah ke sebagian
otot ventrikel yang diperdarahi oleh art koroner tersebut menyebabkan kerusakan
miokard. Derajat dan luas daerah yang rusak tergantung kepada berapa lama arteri
tersebut mengalami ostruksi/oklusi total, juga seberapa besar daerah yang diperdarahinya.
2. Riwayat
Biasanya sebelumnya pasien sudah mengalami gejala prodromal yang
menandakan pasien sudah mengalami angina pectoris stabil ataupun angina pectoris
tidak stabil. Kebanyakan pasien mengabaikan keluhan ini, atau tidak mendapatkan
perhatian yang cukup waktu datang berobat ke dokter umum.
3. Anamnesis
Kebanyakan penderita mengeluh sakit dada yang sangat hebat, berlangsung lebih
dari 30 menit. Keluhan sakit dada sering seperti diremas atau ditindih beban berat, namun
juga bisa seperti ditusuk, seperti terbakar, dll. Lokasi sakit biasanya retrosternal yang
meluas ke dada kiri, menjalar ke lengan kiri, leher, rahang, bahu atau punggung. Pada
beberapa kasus sakit dada dimulai di epigastrium yang menjalar ke abdomen, sehingga
dapat misdiagnosis menjadi gastritis, atau dyspepsia. Keluhan umumnya disertai gejala-
gejala sistemik seperti keringat dingin, lemas, mual dan muntah. Sekitar 20 % dari semua
kasus IMA berlangsung tanpa keluhan yang spesifik, dan diketahui belakangan melalui
pemeriksaan EKG pada general check up.
4. Pemeriksaan Fisik
Pasien biasanya tampak cemas dan depresif, dengan raut muka yang menahan
rasa sakit hebat. Beberapa kasus dengan gagal jantung akut dan edema paru
pasien tampak sesak nafas.
Tekanan darah bervariasi dari normal, hipertensi, sampai hipotensi dan syok
kardiogenik.
Kebanyakan pasien menunjukkan temperature yang subfebris sampai febris,
keadaan ini merupakan reaksi nonspesifik dari nekrosis jaringan. Beberapa
pasien lain menunjukkan tanda-tanda gagal jantung akut dan syok dengan akral
yang dingin dan berkeringat.
Pemeriksaan jantung bervariasi dari normal sampai ditemukannya bunyi jantung
tambahan dan bising jantung. Pada beberapa kasus, auskultasi jantung bisa
ditemukan S1 yang sedikit melemah, paradoxical splitting S2, S4 dan S3 (bila
terdapat gagal jantung). Bisa terdengar juga sistolik murmur di apeks karena
disfungsi musculus papillaris.
Pemeriksaan paru biasanya normal, kecuali bila disertai gagal jantung akut, bisa
terdengar wheezing atau ronkhi basah.
5. EKG
Kriteria diagnostic EKG pada IMA transmural adalah:
ST elevasi > 1 mm minimal pada 2 sadapan pada satu lokasi, atau
Bundle Branch Block yang baru (BBB menutupi deviasi segmen ST, sehingga
susah untuk menganalisa segmen ST)
Lokasi infark dapat diperkirakan dari lead yang terkena, yaitu :
Inferior, apabila kelainan EKG tersebut muncul pada lead II, III, dan aVF
(minimal 2 lead)
Anteroseptal, apabila melibatkan lead V1, V2, V3, (dan V4)
Anterior, apabila melibatkan lead V1 – V6
Anterior luas (extensive anterior), apabila muncul pada lead I, aVL, V1 – V6
Lateral, apabila muncul pada V5, V6, I, aVL
High lateral, apabila tampak pada lead I dan aVL
6. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang terpenting adalah menemukan petanda kerusakan
miokard. Beberapa protein akan terlepas ke dalam darah oleh karena kerusakan miokard
karena infark. Beberapa diantaranya yang terpenting adalah sebagai berikut :
Marker/Petanda Mulai meningkat Kadar Puncak Kembali normal
Myoglobin
CKMB
Troponin I
Troponin T
LDH
1 – 4 jam
3 – 12
3 – 12
3 – 12
10
6 – 7
24
24
12 – 2 hr
24 – 48
24 jam
48 – 72 jam
5 – 10 hr
5 – 14 hr
10 – 14 hr
Kriteria Diagnostik IMA (minimal 2 dari 3 ) :
1. Nyeri dada khas infark
2. ST elevasi > 1 mm pada minimal 2 lead pada lokasi yg sama, atau Left Bundle
Branch Block yang baru
3. Peningkatan protein petanda kerusakan miokard (cardiac enzyme)
7. Penatalaksanaan
Di UGD
Pada prinsipnya adalah time is muscle, semakin cepat diagnosa ditegakkan makin
cepat terapi trombolitik diberikan makin banyak otot jantung yang bisa diselamatkan.
Target nya adalah dapat memberikan terapi trombolitik dalam 30 menit, dihitung begitu
pasien datang ke UGD.
Pasien dg keluhan sakit dada harus segera dikonfirmasi apakah khas untuk suatu
sakit dada khas infark (max 10 menit)
Beri oksigen nasal 1-2 ltr/mnt
Pasang IV line
Berikan aspirin 300 mg dikunyah, dan nitrat sublingual
Rekam EKG 12 lead, lihat ST elevasi (selesai dalam 10 mnt)
Cari kontra indikasi trombolitik, siapkan obat trombolitik (selesai dlm 10 mnt)
Mulai trombolitik
Indikasi Trombolitik
Nyeri dada khas infark
Perubahan EKG sesuai dg IMA
o ST elevasi > 0,1 mV (>1 mm) pada minimal 2 lead dlm satu lokasi
o LBBB yang baru
Waktu / onset dari keluhan pertama kali muncul
o < 6 jam : trombolitik sangat bermanfaat
o 6 – 12 jam : trombolitik masih bermanfaat
o > 12 jam : manfaatnya kecil sekali
Usia < 70 tahun
Pasien datang dg sakit dada
Pemeriksaan EKG, cari ST elevasi / LBBB baru.0gk\ 0
Cari kontra indikasi Trombolitik
Mulai terapi Trombolitik
10 menit
- Pastikan sakit dada khas infark.- Beri Aspirin 300 mg kunyah- Nitrat sublingual
10 menit
10 mnt
Kontra indikasi Trombolitik (absolute)
Perdarahan (kecuali menstruasi)
Diseksi aorta
Trauma kepala baru, atau tumor intra cranial
Riwayat stroke hemorragik
Post operasi mayor < 2 mgg
Kontra Indikasi Relative
TD > 180/110 mmHg
Riwayat Hipertensi berat
Ulkus peptic
Riw CVA
Post RJP yang lama
Kehamilan
Riw pemakaian Streptokinase 6 – 9 bulan sebelumnya
Terapi lainnya
Analgesik :
Morphine IV 2 – 4 mg, bisa diulang tiap 5-15 mnt
Pethidine 12,5 – 25 mg, bisa diulang tiap 15 – 30 menit
Nitrat : Drip IV dengan dosis awal 10 μg/mnt dititrasi sampai TD 110/70,
dilanjutkan dg nitrat oral
Aspirin 1 x 75 - 150 mg (seumur hidup)
Clopidogrel (plavix) 300 mg (dosis awal) dilanjutkan 1 x 75 mg
ACE inhibitor
Minor tranquilizer
Laxative
Lain-lain : pasien harus segera masuk ke ICCU
j. is sebelumnya. Kondisi-kondisi tersebut antara lain : demam, takikardia,
tirotoksikosis, anemia, hipoksia, dll.
2. DIAGNOSIS
Riwayat/anamnesis
Nyeri dada merupakan keluhan terbanyak pada penderita APTS/NSTEMI. Nyeri
dada biasanya berlokasi di retrosternal, sentral, atau dada kiri yang menjalar ke lengan
kiri atas atau rahang/leher. Nyeri dada bersifat seperti ditindih beban berat, dipukul,
diremas atau seperti terbakar. Berat ringannya nyeri sangat bervariasi. Keluhan sering
disertai dengan gejala-gejala sistemik, seperti berkeringat banyak, lemas, rasa cemas atau
takut, mual dan sebagainya. Kadang-kadang keluhan yang timbul bisa tidak khas, seperti
rasa lelah yang tidak jelas, nafas pendek, rasa tidak nyaman di epigastrium, terutama pada
wanita, usia lanjut dan penderita Diabetes Mellitus. Keluhan tidak khas tersebut apabila
ditemukan pada seseorang dengan factor risiko kardiovaskuler multiple, sebaiknya
dicurigai sebagai SKA sampai dibuktikan bukan.
Secara umum terdapat tiga penampilan klinis tersering, yaitu :
d. Angina saat istirahat, angina terjadi saat istirahat dan terus menerus, biasanya
lebih dari 20 menit.
e. Angina pertama kali, angina yang pertama kali terjadi, setidaknya CCS klas III.
f. Angina yang progressive, angina semakin sering timbul, semakin lama
waktunya atau lebih mudah tercetus.
Pemeriksaan Fisik
Tujuan dari pemeriksaan fisik adalah untuk mengidentifikasi factor pencetus dan
kondisi lain sebagai konsekuensi dari APTS/NSTEMI. Beberapa kondisi yang
berhubungan dengan penyakit ini atau merupakan differential diagnosis atau yang dapat
memperberat seperti hipertensi, anemia, tirotoksikosis, stenosis aorta berat, kardiomiopati
hipertrofik, penyakit paru dan sebagainya, dapat disimpulkan dari pemeriksaan.
Pemeriksaan fisik bisa normal atau bisa memperlihatkan disfungsi ventrikel kiri
(hipotansi, ronkhi, dan gallop S3).
Elektrokardiografi
EKG banyak membantu dalam menegakkan diagnosis dan menentukan prognosis.
Rekaman yang dilakukan saat nyeri dada sangat bermanfaat. Gambaran EKG yang
menunjukkan gambaran iskemia miokard adalah :
f. Depresi segmen ST > 0,05 mV
g. Inversi gelombang T, ditandai dengan > 0,2 mV inverse gelombang T yang
simetris di sadapan prekordial.
Perubahan EKG lainnya dapat berupa bundle branch block (BBB) dan aritmia jantung,
terutama sustained VT. Serial EKG harus dibuat jika ditemukan adanya perubahan
segmen ST. Namun EKG yang normalpun tidak bisa menyingkirkan diagnosis
APTS/NSTEMI.
Laboratorium
Pemeriksaan yang bernilai diagnostic dan prognostik adalah kadar serum
creatinine kinase (CK) dan fraksi MBnya (CKMB) serta troponin (troponon T dan I),
yang merupakan petanda terjadinya nekrosis miokard. Pasien dengan bukti-bukti nekrosis
miokard dikelompokkan kedalam IMA non ST elevasi (NSTEMI), sedangkan yang tidak
ada digolongkan kedalam Angina Pektoris Tidak Stabil (APTS).
Penatalaksanaan
1. Di UGD
a. Pasien dengan keluhan nyeri dada harus digali lebih lanjut untuk memperjelas
apakah spesifik untuk Sindrome Koroner Akut atau tidak (lokasi nyeri, sifat nyeri,
kualitas, penjalaran, lama dan pencetus, serta gejala penyerta). Juga segera
digali mengenai factor risiko PJK dan penyakit –penyakit lainnya yang berkaitan
dengan PJK.
b. Apabila dari riwayat dan anamnesa curiga adanya SKA, dapat diberikan :
Asam asetil salisilat (ASA) 300 mg dikunyah.
Berikan nitrat sublingual
Rekam EKG 12 sadapan (lead).
Periksa laboratorium, terutama petanda biokimia nekrosis miokard (CK, CKMB,
Troponin)
h. Pasang IV line.
i. Untuk penghilang rasa sakit (pain killer) dapat diberikan morphine sulphate 2 – 4
mg IV. Bisa diulang tiap 5 – 30 menit, jangan diberikan bila hipotensi. Sebagai
alternative bisa juga diberikan pethidine HCl 12,5 – 25 mg IV.
j. Penderita segera dirawat di ICCU, atau dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih
lengkap.
Di ICCU
a. Total bed rest sampai 24 jam bebas sakit dada
b. Pasang IV line bila belum terpasang, monitor EKG dan tekanan darah 24 jam.
c. Oksigen harus diberikan pada semua pasien untuk mempertahankan saturasi O2
diatas 90%
d. Berikan pain killer (morphine, pethidine) bila masih sakit dada.
e. Obat-obatan :
1) Anti trombotik :
- ASA 300 mg + Clopidogrel 300 mg (dosis awal), dilanjutkan
- ASA 75 – 150 mg (seumur hidup)
- Clopidogrel 75 mg (selama 1 tahun)
2). Anti koagulan :
- Heparin tak terfraksinasi (UFH)
- Low Molecular Weight Heparine (LWMH)
Jenis obat Rekomendasi
Heparine (UFH) Pemberian IV - bolus 60-70 U/kg (max 5000 U)
- infuse 12 U/kg/jam (max 1000
U/jam)
Target aPTT 1,5 – 2,0 kali standard atau 60 – 80 dtk
LMWH Enoxaparin
(Lovenox)
1 mg/kg , SC, bid
Nadroparin
(Fraxiparin)
0,1 ml/10 kg, SC, bid
3). Antagonis reseptor Glikoprotein IIb/IIIa, seperti abciximab, eptifibatide dan
tirofiban. Diberikan pada pasien dengan iskemia yang berkepanjangan atau
dengan resiko tinggi atau yang akan menjalani intervensi dini.
4). Obat anti iskemik
a). Nitrat
Nitrat IV diberikan pada pasien :
- yang masih mengalami nyeri dada setelah pemberian 3 tablet nitrat
sublingual.
- EKG menunjukkan iskemia miokard
- Terdapat tanda-tanda gagal jantung.
Selanjutnya nitrat oral dapat diberikan setelah 12 – 24 jam bebas nyeri
dada.
Obat Rute Dosis
Nitroglliserin, Gliseril
Trinitrat
Intra vena 5 – 200 µg/mnt
Sublingual 0,3 -0,6 mg tiap 5 mnt
Isosrbid dinitrat Intravena 1,25 – 5 mg/jam
Sublingual 2,5 – 10 mg
Isosorbid Mononitrat Oral 2-3 x 20-30 mg
b). Penyekat Beta (Beta Blocker).
Penyekat beta harus segera diberikan bila tidak ada kontra indikasi (blok
AV derajat 2 atau 3, asma, dekompensasi kordis, penyakit arteri perifer
yang berat).
Obat Dosis
Metoprolol 25 – 50 mg oral 2x/hari
Bisoprolol 2,5 – 10 mg oral perhari
Atenolol 25 – 100 mg perhari
c). Antagonis Kalsium
Diberikan pada pasien-pasien dengan angina berulang meskipun sudah
mendapat nitrat dan penyekat beta, atau pada pasien yang tidak toleran
terhadap nitrat dan penyekat beta, atau pada kasus angina prinzmetal
(angina varian). Pilihan obatnya adalah antagonis kalsium non
dihidropiridin, sementara gol dihidropiridin yang lepas cepat tidak
direkomendasikan karena berkaitan dengan peningkatan resiko pada
pasien.
Obat Dosis Lama Kerja
Diltiazem Lepas cepat : 30-120 mg 3x/hari Singkat
Lepas lambat : 100-360 mg 1x/hari Lama
Verapamil Lepas cepat : 40-160mg 3x/hari Singkat
Lepas lambat : 120-480 mg 1x/hari Lama
5). Obat golongan Statin
Pada pasien-pasien APTS/NSTEMI statin memberikan efek yang menguntungkan
terutama terhadap kadar lipid serum.
6). Obat-obat lainnya
ACE Inhibitor. Diberikan pada pasien-pasien dengan disfungsi ventrikel kiri
(EF<40%).
Angiotensin Reseptor Blocker (ARB), diberikan apabila pasien tidak bertoleransi
dengan ACE Inhibitor.
Minor tranquilizer (diazepam, dll)
Laxative (Laxadine, dll)
IMA dg ST Elevasi (STEMI)
1. Patogenesis
Patogenesis nya sama dengan NSTEMI, namun thrombus yang terbentuk sampai
menyebabkan obstruksi total pada arteri koroner. Terputusnya aliran darah ke sebagian
otot ventrikel yang diperdarahi oleh art koroner tersebut menyebabkan kerusakan
miokard. Derajat dan luas daerah yang rusak tergantung kepada berapa lama arteri
tersebut mengalami ostruksi/oklusi total, juga seberapa besar daerah yang diperdarahinya.
2. Riwayat
Biasanya sebelumnya pasien sudah mengalami gejala prodromal yang
menandakan pasien sudah mengalami angina pectoris stabil ataupun angina pectoris
tidak stabil. Kebanyakan pasien mengabaikan keluhan ini, atau tidak mendapatkan
perhatian yang cukup waktu datang berobat ke dokter umum.
3. Anamnesis
Kebanyakan penderita mengeluh sakit dada yang sangat hebat, berlangsung lebih
dari 30 menit. Keluhan sakit dada sering seperti diremas atau ditindih beban berat, namun
juga bisa seperti ditusuk, seperti terbakar, dll. Lokasi sakit biasanya retrosternal yang
meluas ke dada kiri, menjalar ke lengan kiri, leher, rahang, bahu atau punggung. Pada
beberapa kasus sakit dada dimulai di epigastrium yang menjalar ke abdomen, sehingga
dapat misdiagnosis menjadi gastritis, atau dyspepsia. Keluhan umumnya disertai gejala-
gejala sistemik seperti keringat dingin, lemas, mual dan muntah. Sekitar 20 % dari semua
kasus IMA berlangsung tanpa keluhan yang spesifik, dan diketahui belakangan melalui
pemeriksaan EKG pada general check up.
4. Pemeriksaan Fisik
Pasien biasanya tampak cemas dan depresif, dengan raut muka yang menahan
rasa sakit hebat. Beberapa kasus dengan gagal jantung akut dan edema paru
pasien tampak sesak nafas.
Tekanan darah bervariasi dari normal, hipertensi, sampai hipotensi dan syok
kardiogenik.
Kebanyakan pasien menunjukkan temperature yang subfebris sampai febris,
keadaan ini merupakan reaksi nonspesifik dari nekrosis jaringan. Beberapa
pasien lain menunjukkan tanda-tanda gagal jantung akut dan syok dengan akral
yang dingin dan berkeringat.
Pemeriksaan jantung bervariasi dari normal sampai ditemukannya bunyi jantung
tambahan dan bising jantung. Pada beberapa kasus, auskultasi jantung bisa
ditemukan S1 yang sedikit melemah, paradoxical splitting S2, S4 dan S3 (bila
terdapat gagal jantung). Bisa terdengar juga sistolik murmur di apeks karena
disfungsi musculus papillaris.
Pemeriksaan paru biasanya normal, kecuali bila disertai gagal jantung akut, bisa
terdengar wheezing atau ronkhi basah.
5. EKG
Kriteria diagnostic EKG pada IMA transmural adalah:
ST elevasi > 1 mm minimal pada 2 sadapan pada satu lokasi, atau
Bundle Branch Block yang baru (BBB menutupi deviasi segmen ST, sehingga
susah untuk menganalisa segmen ST)
Lokasi infark dapat diperkirakan dari lead yang terkena, yaitu :
Inferior, apabila kelainan EKG tersebut muncul pada lead II, III, dan aVF
(minimal 2 lead)
Anteroseptal, apabila melibatkan lead V1, V2, V3, (dan V4)
Anterior, apabila melibatkan lead V1 – V6
Anterior luas (extensive anterior), apabila muncul pada lead I, aVL, V1 – V6
Lateral, apabila muncul pada V5, V6, I, aVL
High lateral, apabila tampak pada lead I dan aVL
6. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang terpenting adalah menemukan petanda kerusakan
miokard. Beberapa protein akan terlepas ke dalam darah oleh karena kerusakan miokard
karena infark. Beberapa diantaranya yang terpenting adalah sebagai berikut :
Marker/Petanda Mulai meningkat Kadar Puncak Kembali normal
Myoglobin
CKMB
Troponin I
Troponin T
LDH
1 – 4 jam
3 – 12
3 – 12
3 – 12
10
6 – 7
24
24
12 – 2 hr
24 – 48
24 jam
48 – 72 jam
5 – 10 hr
5 – 14 hr
10 – 14 hr
Kriteria Diagnostik IMA (minimal 2 dari 3 ) :
4. Nyeri dada khas infark
5. ST elevasi > 1 mm pada minimal 2 lead pada lokasi yg sama, atau Left Bundle
Branch Block yang baru
6. Peningkatan protein petanda kerusakan miokard (cardiac enzyme)
7. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya adalah time is muscle, semakin cepat diagnosa ditegakkan makin
cepat terapi trombolitik diberikan makin banyak otot jantung yang bisa diselamatkan.
Target nya adalah dapat memberikan terapi trombolitik dalam 30 menit, dihitung begitu
pasien datang ke UGD.
Pasien dg keluhan sakit dada harus segera dikonfirmasi apakah khas untuk suatu
sakit dada khas infark (max 10 menit)
Beri oksigen nasal 1-2 ltr/mnt
Pasang IV line
Berikan aspirin 160 - 320 mg dikunyah, dan nitrat sublingual
Rekam EKG 12 lead, lihat ST elevasi (selesai dalam 10 mnt)
Cari kontra indikasi trombolitik, siapkan obat trombolitik (selesai dlm 10 mnt)
Mulai trombolitik
Preparat Trombolitik (fibrinolitik) :
Tissue Plasminogen Activator (rTPA), diberikan bolus 15 mg dilanjutkan 50 mg
dalam 30 menit kemudian 35 mg dalam 60 menit.
Streptokinase diberikan 1,5 juta unit dalam 60 menit
Indikasi Trombolitik
Nyeri dada khas infark
Perubahan EKG sesuai dg IMA
o ST elevasi > 0,1 mV (>1 mm) pada minimal 2 lead dlm satu lokasi
o LBBB yang baru
Waktu / onset dari keluhan pertama kali muncul
o < 6 jam : trombolitik sangat bermanfaat
o 6 – 12 jam : trombolitik masih bermanfaat
o > 12 jam : manfaatnya kecil sekali
Usia < 70 tahun
Kontra indikasi Trombolitik (absolute)
Pasien datang dg sakit dada
Pemeriksaan EKG, cari ST elevasi / LBBB baru.0gk\ 0
Cari kontra indikasi Trombolitik
Mulai terapi Trombolitik
10 menit
- Pastikan sakit dada khas infark.- Beri Aspirin 300 mg kunyah- Nitrat sublingual
10 menit
10 mnt
Perdarahan (kecuali menstruasi)
Diseksi aorta
Trauma kepala baru, atau tumor intra cranial
Riwayat stroke hemorragik
Post operasi mayor < 2 mgg
Kontra Indikasi Relative
TD > 180/110 mmHg
Riwayat Hipertensi berat
Ulkus peptic yang aktif
Riw CVA
Post RJP yang lama
Kehamilan
Riw pemakaian Streptokinase 6 – 9 bulan sebelumnya
Terapi lainnya
Percutaneus Coronary Intervention (PCI)
Dilakukan pada rumah sakit yang memiliki fasilitas laboratorium kateterisasi yang
berpengalaman (lebih dari 200 tindakan pertahun), yang dilaksanakan oleh dokter yang
berpengalaman (lebih dari 75 kasus pertahun), dan mempunyai fasilitas bedah jantung
yang bisa memback up. PCI diindikasikan apabila dapat dikerjakan dalam waktu 90
menit ± 30 menit (door to balloon time) atau apabila terdapat kontra indikasi trombolitik.
Antagonis Glikoprotein IIb/IIIa, diberikan pada pasien yang menjalani PCI
Heparin
Unfractinated Heparine (heparin tak terfraksinasi), diindikasikan pada pasien
infark miokard yang mendapat trombolitik dengan Alteplase. Juga diindikasikan
pada pasien-pasien dengan resiko yang tinggi terkena emboli sistemik : riwayat
emboli, infark anterior luas, trombus di atrium kiri dan fibrilasi atrium.
Low Molecular Weight Heparin (LWMH), diberikan pada pasien infark miokard
yang tidak mendapat terapi trombolitik.
Analgesik :
Morphine IV 2 – 4 mg, bisa diulang tiap 5-15 mnt
Pethidine 12,5 – 25 mg, bisa diulang tiap 15 – 30 menit
Anti Platelet
Aspirin 1 x 75 - 150 mg (seumur hidup)
Clopidogrel 300 mg (dosis awal) dilanjutkan 1 x 75 mg
Nitrat
Nitrat intra vena diberikan pada pasien infark miokard dengan gagal jantung, iskemia
yang persisten, hipertensi atau infark miokard yang luas. Pilihan obat, dosis dan cara
pemberian lihat pada SKA NSTEMI.
ACE inhibitor
Pemberian ACE Inhibitor direkomendasikan dalm 24 jam pertama dari onset infark
miokard, dimulai dengan dosis terendah menggunakan preparat short acting (seperti
captopril), dinaikkan bertahap sampai dosis optimal. Selanjutnya pilihan obat dapat
disesuaikan, bisa diganti denngan preparqt long acting.
Minor tranquilizer (diazepam, dll)
Laxative