SEMINAR FIX.pdf

32
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agama Islam memerintahkan umatnya untuk makan makanan yang halal. Halal saja tidak cukup, namun juga harus baik. Sebagaimana firman Allah SWT berfirman dalam surat Al-Ma’idah ayat 88: واُ لُ كَ و ا مِ مُ مُ كَ قَ زَ رُ ا َ حاً بّ ِ يَ ط واُ ق اتَ وَ ا يِ ذ الْ مُ تْ نَ أِ هِ بَ ونُ نِ مْ ؤُ م۸ Artinya: Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya. Ayat diatas menjelaskan bahwa ada dua kriteria makanan yang harus dikonsumsi, yaitu halal dan baik. Halal yang dimaksud adalah dalam mendapatkan makanan, dilakukan dengan cara-cara yang diperbolehkan dalam Agama Islam. Seperti tidak dengan membunuh melainkan dengan menyembelih dengan menyebut nama Allah. Sedangkan baik yang dimaksud adalah makanan yang bisa menyehatkan tubuh dan tidak mengandung zat-zat yang membahayakan tubuh. Makanan yang menyehatkan tubuh, ditinjau dari sudut pemenuhan kebutuhan gizi yaitu makanan yang sesuai dengan kecukupan kebutuhan gizi. Selain itu, makanan yang diolah secara baik dengan media baik serta dengan bahan campuran yang baik dan menggunakan bahan penolong yang baik juga. Dalam bahasa sederhana adalah makanan yang bergizi, higienis, dan tidak beracun (Erniwati, 2010). Pada masa yang serba canggih seperti saat ini, seiring dengan kemajuan teknologi manusia dapat mempelajari manfaat ciptaan Allah dengan mudah. Tidak terkecuali dalam bidang pengolahan bahan makanan agar manusia mendapatkan makanan yang bermanfaat bagi tubuh dalam bentuk yang beraneka

Transcript of SEMINAR FIX.pdf

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Agama Islam memerintahkan umatnya untuk makan makanan yang halal.

    Halal saja tidak cukup, namun juga harus baik. Sebagaimana firman Allah SWT

    berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 88:

    Artinya: Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah

    telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang

    kamu beriman kepada-Nya.

    Ayat diatas menjelaskan bahwa ada dua kriteria makanan yang harus

    dikonsumsi, yaitu halal dan baik. Halal yang dimaksud adalah dalam

    mendapatkan makanan, dilakukan dengan cara-cara yang diperbolehkan dalam

    Agama Islam. Seperti tidak dengan membunuh melainkan dengan menyembelih

    dengan menyebut nama Allah. Sedangkan baik yang dimaksud adalah makanan

    yang bisa menyehatkan tubuh dan tidak mengandung zat-zat yang

    membahayakan tubuh.

    Makanan yang menyehatkan tubuh, ditinjau dari sudut pemenuhan

    kebutuhan gizi yaitu makanan yang sesuai dengan kecukupan kebutuhan gizi.

    Selain itu, makanan yang diolah secara baik dengan media baik serta dengan

    bahan campuran yang baik dan menggunakan bahan penolong yang baik juga.

    Dalam bahasa sederhana adalah makanan yang bergizi, higienis, dan tidak

    beracun (Erniwati, 2010).

    Pada masa yang serba canggih seperti saat ini, seiring dengan kemajuan

    teknologi manusia dapat mempelajari manfaat ciptaan Allah dengan mudah.

    Tidak terkecuali dalam bidang pengolahan bahan makanan agar manusia

    mendapatkan makanan yang bermanfaat bagi tubuh dalam bentuk yang beraneka

  • 2

    ragam. Misalnya pemanfaatan berbagai bakteri menguntungkan atau bakteri

    asam laktat dalam pembuatan makanan maupun minuman probiotik (Erniwati,

    2010).

    Salah satu contoh minuman probiotik yang bermanfaat bagi tubuh adalah

    yoghurt. Menurut Winarno (1993) dalam bukunya, mendefinisikan yoghurt

    merupakan produk hasil fermentasi susu. Yoghurt merupakan hasil fermentasi

    susu dengan penambahan kultur bakteri campuran, misalnya Lactobacillus

    bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Kedua bakteri tersebut termasuk

    dalam kelompok bakteri asam laktat. Tidak harus dua bakteri tersebut, namun

    bisa menggunakan bakteri penghasil asam laktat yang lain. Bakteri asam laktat

    yang terlibat dalam fermentasi makanan dapat menghasilkan asam sehingga

    dapat menurunkan pH di lingkungan sekitar bakteri tersebut tumbuh. Hal ini

    dapat menyebabkan bakteri lain sulit untuk tumbuh (Lee dan Lucey, 2010).

    Dalam pembuatan yoghurt dapat dilakukan diversifikasi kultur Bakteri

    Asam Laktat (BAL) yang bersifat probiotik seperti L. acidophilus, Lactobacillus

    bulgaricus dan Streptococcus thermophiles. Penambahan bakteri probiotik pada

    yoghurt, sangat potensial untuk meningkatkan kualitas produk dan status

    kesehatan. Yoghurt bisa menyediakan kondisi ideal bagi pertumbuhan bakteri

    probiotik dan bagi sistem pencernaan manusia (Nizori, 2010).

    Menurut Hutabarat (2010) perbedaan kandungan bakteri asam laktat

    dalam yoghurt menunjukkan kemungkinan perbedaan potensi bakteriosin setiap

    produk sebagai antibakteri. Antibakteri dari bakteri asam laktat terbukti sangat

    efektif menghambat banyak bakteri yang merugikan terutama dalam saluran

    pencernaan. Salah satu pengahambatan bakteri yang merugikan adalah mengubah

    molekul protein dan asam nukleat. Hidup suatu sel bergantung pada

    terpeliharanya molekul protein dan asam nukleat dalam keadaan alamiahnya.

    Suatu antibakteri dapat mengubah keadaan ini dengan mendenaturasikan protein

    dan asam nukleat sehingga merusak sel tanpa dapat diperbaiki lagi. Salah satu

    antibakteri yang bekerja dengan cara mendenaturasi protein. Denaturasi protein

    dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, salah satunya adalah pH. Bakteri Asam

  • 3

    Laktat (BAL) yang terdapat pada yoghurt akan menghasilkan asam laktat.

    Dengan adanya asam laktat maka pH pada yoghurt akan mengalami penurunan.

    Jika pH mengalami penurunan, maka akan secara tidak langsung akan

    mendenaturasikan protein dan asam nukleat sehingga sel akan rusak (Pelczar,

    2008).

    Peranan bakteri asam laktat sebagai bakteri probiotik sangat ditentukan

    oleh sifatnya yaitu tetap dalam keadaan hidup sejak dikonsumsi hingga mencapai

    usus manusia. Tidak semua bakteri asam laktat mempunyai sifat demikian. Pada

    umumnya bakteri asam laktat yang berasal dari saluran pencernaan manusia

    seperti Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus casei Shirota, Bifidobacterium

    bifidum, Lactobacillus gasseri, dan Lactobacillus reuteri dapat berperan sebagai

    probiotik yang baik. Sedangkan Streptococcus thermophilus, Lactobacillus

    bulgaricus, Lactococcus lactis, Latococcus cremoris, dan Lactococcus

    diacetylactis merupakan kultur fermentasi produk susu yang tidak dapat

    mencapai usus manusia dalam keadaan hidup (Setyoningsih, 2004).

    Yoghurt biasanya dibuat dengan menggunakan bahan dasar susu sapi,

    namun demikian jenis susu nabati seperti susu kedelai dapat dijadikan pengganti

    susu sapi karena perbandingan mutu keduanya hampir sama. Yoghurt yang

    berasal dari susu kedelai dikenal dengan istilah soyghurt (Winarno,1993).

    Sedangkan miyoghurt merupakan yoghurt yang berasal dari santan kelapa.

    Pengolahan santan menjadi yoghurt juga merupakan salah satu usaha

    penganekaragaman produk santan terutama bagi masyarakat yang sangat

    menyukai produk-produk probiotik. Selain itu, tingginya produksi kelapa di

    Indonesia merupakan potensi yang sangat besar untuk mengolah santan menjadi

    yoghurt (Santoso, 2009).

    Bakteri patogen merupakan bakteri merugikan yang dapat menyebabkan

    berbagai macam penyakit dan infeksi bagi manusia. Salah satu contohnya adalah

    bakteri Salmonella thypi. Kemampuan patogenitas Salmonella thypi adalah

    menginfeksi saluran pencernaan. Diare merupakan salah satu dari dua penyakit

  • 4

    yang menyebabkan angka kematian anak yaitu mencapai 29% diseluruh dunia,

    atau terhitung sebanyak lebih dari 2 juta anak setiap tahun (WHO, 2013).

    Di Indonesia, kasus diare merupakan penyebab kedua terbesar kematian

    anak setelah kasus malnutrisi dengan total kematiannya mencapai 31,4%. Bakteri

    penyebab diare diantaranya adalah Salmonella thypi dan Shigella dysenteriae.

    Menurut WHO Salmonella thypi merupakan salah satu penyakit yang

    disebabkan infeksi bakteri melalui makanan (Karlina, 2010).

    Yoghurt yang dibuat dari bahan dasar yang berbeda diduga memiliki

    aktivitas antibakteri yang berbeda pula, sehingga hal perlu untuk diteliti lebih

    lanjut. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas senyawa

    antibakteri dalam soyghurt dan miyoghurt terhadap bakteri Salmonella thypi

    secara in vitro.

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas, didapatkan rumusan masalah sebagai

    berikut:

    1. Apakah ada aktivitas antibakteri pada soyghurt dan miyoghurt dalam

    menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella thypi?

    2. Seperti apa perbandingan aktivitas antibakteri antara soyghurt dan

    miyoghurt terhadap bakteri Salmonella thypi?

    1.3. Tujuan

    Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

    1. Untuk mengetahui efek aktivitas antibakteri dari soyghurt dan miyoghurt

    terhadap bakteri Salmonella thypi

    2. Untuk mengetahui seperti apa perbandingan aktivitas antibakteri antara

    soyghurt atau miyoghurt terhadap bakteri Salmonella thypi

    1.4. Manfaat

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya:

  • 5

    1. Memberikan informasi kepada publik bahwa soyghurt dan miyoghurt

    dapat digunakan sebagai minuman probiotik untuk menjaga kesehatan

    saluran pencernaan dari bakteri patogen.

    2. Memberikan informasi kepada produsen dan masyarakat mengenai potensi

    kelapa yang bisa dijadikan minuman fermentasi.

    3. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang

    mikrobiologi pangan dengan memberikan informasi tentang antibakteri

    yang dihasilkan bakteri asam laktat pada soyghurt dan miyoghurt.

    4. Dapat menjadi bahan pengetahuan dan acuan bagi peneliti selanjutnya

    untuk meneliti lebih dalam di bidang mikrobiologi pangan

    1.5.Hipotesis

    Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat efek antibakteri dari soyghurt dan

    miyoghurt dengan penambahan kultur Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus

    acidophilus dan Lactobacillus casei terhadap Salmonella thypi.

    1.6. Batasan Masalah

    Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Sampel yang digunakan adalah soyghurt dan miyoghurt

    2. Soyghurt yang dibuat berasal dari kedelai (Glicin max) dan miyoghurt

    yang dibuat berasal dari santan kelapa (Cocos nucifera)

    3. Bakteri starter yang digunakan adalah Lactobacillus bulgaricus,

    Lactobacillus acidophilus dan Lactobacillus casei

    4. Bakteri uji adalah Salmonella thypi

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Antibakteri

    Antibakteri adalah suatu senyawa yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme

    dan dalam konsentrasi kecil mampu menghambat bahkan membunuh proses

    kehidupan bateri. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antibakteri yang bersifat

    menghambat pertumbuhan bakteri yang dikenal sebagai bakteriostatik, dan ada yang

    bersifat membunuh bakteri dikenal sebagai bakterisidal (Jawetz , 2005).

    Aktivitas senyawa antibakteri dipengaruhi oleh pH, suhu stabilitas senyawa

    tersebut, jumlah bakteri yang ada, lamanya inkubasi, dan aktivitas metabolisme

    bakteri. Setiap jenis antibakteri memiliki meknisme tersendiri dalam menghambat

    pertumbuhan antibakteri. Mekanisme kerja antibakteri adalah sebagai berikut (Pelczar

    dan Chan, 2008):

    a) Merusak dinding sel

    Bakteri memiliki lapisan luar yang kaku disebut dinding sel yang dapat

    mempertahankan bentuk bakteri dan melindungi membran protoplasma di bawahnya.

    Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara menghambat pembentukannya atau

    mengubahnya setelah selesai terbentuk. Antibiotik yang bekerja dengan mekanisme

    ini di antaranya adalah penisilin.

    b) Mengubah permeabilitas sel

    Membran sitoplasma mempertahankan bahan tertentu di dalam sel serta

    mengatur aliran keluar masuknya bahan lain. Membran memelihara integritas

    komponen seluler. Kerusakan pada membran ini akan mengakibatkan terhambatnya

    pertumbuhan sel atau matinya sel. Polimiksin bekerja dengan merusak struktur

    dinding sel dalam kemudian antibiotik tersebut bergabung dengan membran sel

  • 7

    sehingga menyebabkan disorientasi komponen lipoprotein serta mencegah

    berfungsinya membran sebagai perintang osmotic.

    c) Mengubah molekul protein dan asam nukleat

    Hidup suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul protein dan

    asam nukleat dalam keadaan alamiahnya. Suatu antibakteri dapat mengubah keadaan

    ini dengan mendenaturasikan protein dan asam nukleat sehingga merusak sel tanpa

    dapat diperbaiki lagi. Salah satu antibakteri yang bekerja dengan cara mendenaturasi

    protein dan merusak membran sel adalah senyawa turunan fenolik.

    d) Menghambat sintesis asam nukleat dan protein

    DNA, RNA, dan protein memegang peranan sangat penting di dalam proses

    kehidupan normal sel. Hal ini berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi pada

    pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan total

    pada sel. Tetrasiklin merupakan salah satu antibiotik yang dapat menghambat sintesis

    protein dengan cara menghalangi terikatnya RNA pada ribosom, selama

    pemanjangan rantai peptide.

    2.2. Yoghurt

    Yoghurt adalah produk fermentasi susu yang bersifat semi padat. Selain

    dibuat dari susu segar, yoghurt juga dapat dibuat dari susu skim (susu tanpa lemak)

    yang dilarutkan dalam air dengan perbandingan tertentu tergantung pada kekentalan

    produk yang diinginkan. Selain dari susu hewani, belakangan yoghurt juga dapat

    dibuat dengan susu nabati (susu kacang-kacangan). Sebagai contoh, yoghurt dapat

    dibuat dari kacang kedelai yang sangat populer dengan sebutan "soyghurt". Dan baru-

    baru ini dikembangkan yoghurt dari santan kelapa yang disebut "miyoghurt"

    (Handayani, 2006).

    Yoghurt dibuat melalui proses fermentasi yang melibatkan dua jenis bakteri

    yang bersahabat dengan tubuh kita. Keduanya adalah Streptococcus thermophilus

  • 8

    dan Lactobacillus bulgaricus. Para pakar gizi menyatakan, kedua bakteri tersebut

    tergolong dalam bakteri asam laktat karena mampu menguraikan laktosa menjadi

    asam laktat. Kehadiran asam laktat ini yang kemudian membuat yoghurt berasa asam.

    Yoghurt ternyata dipercaya manfaatnya oleh berbagai bangsa di dunia. Bangsa India

    meyakini yoghurt sebagai obat perut yang mujarab. Susu asam ini mampu meredakan

    gangguan pencernaan yang umum dan mengembalikan keseimbangan tubuh

    (Herawati, 2010).

    2.2.1. Soyghurt

    Soyghurt merupakan produk fermentasi susu kedelai dengan menggunakan

    bakteri Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus yang telah umum

    dipakai dalam proses pembuatan yoghurt. Streptococcus thermophillus dan

    Lactobacillus bulgaricus merupakan spesies mikroba yang esensial dan aktif dalam

    hubungan simbiotik. Selain sebagai makanan, produk yang dibuat dari susu ini

    dianggap sebagai produk yang dapat membantu pencernaan, mencegah diare,

    mencegah peningkatan kadar kolesterol darah yang terlalu tinggi, bahkan dinyatakan

    dapat membantu melawan kanker. Yoghurt dikonsumsi karena kesegarannya, aroma

    dan teksturnya yang khas (Herawati, 2010).

    Fermentasi dapat menimbulkan citarasa baru dan membentuk tekstur beberapa

    makanan sehingga mampu memperbaiki penerimaan produk kedelai. Sewaktu

    fermentasi akan terbentuk asam-asam organik yang menimbulkan citarasa khas pada

    soyghurt. Hal penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan soyghurt adalah

    jenis karbohidrat dalam susu kedelai sangat berbeda dengan karbohidrat yang

    terdapat pada susu sapi. Karbohidrat yang ada pada susu kedelai terdiri golongan

    oligosakarida, yaitu rafinosa dan stakiosa dengan kandungan gula yang dapat

    dimanfaatkan oleh mikroorganisme yang berperan dalam proses pembuatan soyghurt

    sangat terbatas, oleh karena itu perlu dilakukan penambahan sumber gula yang lain.

    Apabila susu kedelai langsung diinokulasi tanpa penambahan gula tidak akan

    menghasilkan soyghurt yang berkualitas baik hal ini ditandai dengan masih tingginya

  • 9

    nilai pH dan tidak terjadi penggumpalan protein. Sumber gula yang dapat

    ditambahkan adalah sukrosa, laktosa, glukosa atau fruktosa. Jenis gula yang berbeda

    akan menghasilkan asam-asam organik yang berbeda yang pada akhirnya akan

    menyebabkan terjadinya perbedaan kualitas soyghurt yang dihasilkan. Hasil

    metabolisme karbohidrat (gula) berupa asam-asam organik akan mempengaruhi

    citarasa dan ikut menentukan kualitas yoghurt ( Rahman dkk, 1992 ).

    2.2.2. Miyoghurt

    Dewasa ini minuman fermentasi yoghurt telah banyak dikonsumsi diberbagai

    Negara didunia. Yoghurt dapat dibuat dari kacang kedelai yang sangat populer

    dengan sebutan soyghurt. Yoghurt juga dapat dibuat dari santan kelapa, yaitu yang

    disebut dengan miyoghurt. Sedangkan produk Yoghurt yang dibuat dari buah-

    buahan dikenal dengan fruitghurt (Sumantri, 2004).

    Yoghurt dengan bahan baku santan kelapa ini dikenal dengan istilah

    niyoghurt. Pembuatan niyoghurt santan yaitu susu skim, dan gula pasir dipasteurisasi

    dengan cara memanaskannya hingga suhu 70oC sambil diaduk pada penangas air.

    Setelah suhu pasteurisasi dicapai, suhu dipertahankan selama 30 menit tanpa

    pengadukan. Santan kelapa didinginkan sampai suhu 45oC dengan cara direndam

    dalam air yang ditambahkan es batu. Kemudian santan dituang ke dalam gelas

    plastik, ditambah karagenan sebanyak 0,1%, dan diinokulasi starter Streptococcus

    thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus sebanyak 2% dari total campuran dengan

    perbandingan sesuai dengan perlakuan. Selanjutnya, santan yang telah diinokulasi

    starter diinkubasi pada suhu 43oC selama 5 jam. Kemudian niyoghurt disimpan dalam

    lemari pendingin pada suhu 4oC (Yunita, 2011).

    Berdasarkan SNI (Standar Nasional Indonesia) untuk yoghurt dapat dilihat

    pada tabel berikut :

  • 10

    2.3. Manfaat Yoghurt

    Manfaat yoghurt yang diuraikan dr. Carmen M. Siagian, MS, Bagian Ilmu

    Gizi Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Indonesia, Jakarta, diantaranya adalah

    (Kelana, 2008):

    1. Membantu penderita lactose intolerance

    Laktosa susu dalam yoghurt sudah dipecah oleh bakteri baik Lactobacillus

    bulgaricus melalui proses fermentasi, sehingga mudah diserap tubuh. Oleh karena itu

    yoghurt sangat disarankan sebagai pengganti susu bagi anak yang tidak mampu

    mencerna laktosa dengan baik. Yoghurt yang diminum oleh anak, tidak menyebabkan

    diare pada anak tersebut.

    2. Degradasi kolesterol

    Penelitian pada beberapa orang yang mengonsumsi yoghurt secara teratur dalam

    jumlah dan waktu tertentu ternyata menunjukkan jumlah kolesterol dalam serum

    darahnya menurun. Mekanisme penurunan kolesterol ini bisa terjadi karena bakteri

  • 11

    asam laktat yang ada dalam yoghurt dapat mendegradasi kolesterol menjadi

    coprostanol. Coprostanol ini merupakan zat yang tak dapat diserap oleh usus. Berkat

    yoghurt, coprostanol dan sisa kolesterol dikeluarkan bersama-sama tinja. Dengan

    kata lain, jumlah kolesterol yang diserap tubuhpun menjadi rendah. Sebuah laporan

    mengenai hal ini memaparkan bahwa penurunan kolesterol oleh bakteri Lactobacillus

    dapat mencapai kisaran 27 38 persen.

    3. Menghambat bakteri patogen

    Pada sebuah penelitian dilaporkan bahwa Lactobacillus casei yang digunakan dalam

    pembuatan yoghurt campuran susu skim dan susu kedelai, terbukti mampu

    membunuh bakteri E. coli. Bakteri ini merupakan kuman yang terdapat saluran cerna.

    Meski dalam jumlah kecil, bakteri ini sebenarnya tidak menimbulkan penyakit,

    namun bila berlebihan dapat memunculkan dampak tidak sehat. Sementara dengan

    adanya Lactobacillus casei, bakteri E. coli tidak bisa hidup karena Lactobacillus

    casei yang merupakan bakteri baik menghasilkan suatu zat yang dapat menghambat

    racun yang diproduksi E coli.

    4. Menetralisir antibiotik

    Mengonsumsi antibiotik secara oral akan mengakibatkan keseimbangan flora di

    saluran cerna pasien menjadi terganggu. Walaupun antibiotik berfungsi untuk

    mematikan kuman, namun antibiotik tidak bisa membedakan kuman yang perlu

    dibunuh dan yang tidak perlu dimusnahkan. Karena dalam saluran cerna harus

    terdapat kuman guna menjaga keseimbangan flora usus. Oleh karena itu, yoghurt

    dapat dikonsumsi untuk menetralisir efek samping antibiotik.

    5. Antikanker saluran cerna

    Kanker saluran cerna banyak terjadi di usus besar. Penyebabnya antara lain terjadinya

    ketidakseimbangan di saluran cerna, sehingga menghasilkan penumpukan berbagai

    zat yang seharusnya terbuang. Bakteri-bakteri yang berperan dalam yoghurt dapat

    mengubah zat-zat prekarsinogenik (zat-zat pemicu kanker) yang ada dalam saluran

    pencernaan, sehingga mampu menghambat terjadinya kanker

  • 12

    6. Mencegah jantung koroner

    Yoghurt mengandung bakteri baik yang tidak menimbulkan penyakit, yakni

    Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Bakteri tersebut itulah

    yang kemudian diberi media berupa susu. Selama proses fermentasi susu dalam

    pembuatan yoghurt, bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus

    akan tumbuh dan menjadi besar. Saat itulah kedua jenis bakteri tersebut akan

    meningkatkan mutu protein yang terkandung dalam asam amino susu, misalnya

    histidin yang baik bagi pertumbuhan anak. Selain itu, dalam proses fermentasi, kedua

    jenis bakteri tersebut akan menghasilkan asam folat dan vitamin B kompleks.

    Berbagai penelitian mengungkap bahwa kedua vitamin ini berguna mencegah

    munculnya penyakit jantung koroner.

    2.4. Bakteri Lactobacillus

    Lactobacillus merupakan salah satu genus bakteri asam laktat yang paling

    banyak dijumpai pada saluran gastrointestinal baik pada manusia maupun pada

    hewan. Pada usus halus, jumlahnya dapat mencapai 106-107 sel/g, sedangkan pada

    usus besar jumlahnya berkisar antara 1010 1011 sel/g (Hassan, 2006).

    Bakteri asam laktat didefinisikan sebagai kelompok bakteri yang membentuk

    asam laktat, baik sebagai satu-satunya produk maupun sebagai produk utama pada

    metabolisme karbohidrat. Beberapa ciri yang dimiliki oleh bakteri asam laktat adalah

    termasuk dalam Gram positif, tidak membentuk spora, berbentuk bulat atau batang,

    dan pada umumnya tidak memiliki katalase. Bakteri asam laktat banyak ditemukan

    pada produk makanan olahan, baik produk hewani seperti daging dan ikan yang

    difermentasi, susu fermentasi, maupun pada produk nabati seperti fermentasi sayuran

    dan buah-buahan, serta silase. Selain itu bakteri asam laktat juga banyak terdapat

    pada organ dalam makhluk hidup, seperti pada saluran pembuangan, jalur genital,

    jalur intestin, maupun jalur respiratori pada manusia dan hewan (Hassan, 2006).

  • 13

    2.4.1. Bakteri Lactobacillus bulgaricus

    Lactobacillus bulgaricus adalah sejenis bakteri yang berperan dalam

    pembentukan yogurt. Bakteri ini pertama kali diidentifikasikan oleh seorang dokter

    asal Bulgaria bernama Stamen Grigorov, pada tahun 1905. Oleh karena itu

    dinamakan menurut Bulgaria (Wikipedia, 2013).

    Bakteri ini hidup dari "memakan" laktosa (gula susu) dan mengeluarkan asam

    laktat. Asam ini sekaligus mengawetkan susu dan mendegradasi laktosa (gula susu)

    sehingga orang yang tidak toleran terhadap susu murni dapat mengonsumsi yogurt

    tanpa mendapat masalah kesehatan (Wikipedia, 2013).

    Lactobacillus bulgaricus melakukan fermentasi susu sehingga membentuk

    yoghurt. Bakteri ini sering disebut sebagai bakteri asam laktat karena mengubah

    glukosa dalam susu menjadi asam laktat melalui proses fermentasi homolactic. Dalam

    proses fermentasi tersebut bakteri ini juga merombak laktosa dalam susu menjadi

    gula yang lebih sederhana (glukosa). Setelah itu dalam proses ini 85-90% dari gula

    dimanfaatkan akan diubah menjadi asam laktat. Bakteri ini menghasilkan ATP

    dengan melalui proses fosforilasi nonoksidatif. Selain itu dalam yoghurt terdapat

    pengaroma yang berasal dari Asetaldehid yang dihasilkan Lactobacillus bulgaricus

    (Firmansyah, 2009).

    2.4.2. Bakteri Lactobacillus acidophilus

    Lactobacillus acidophilus adalah bakteri dari genus Lactobacillus. Seperti

    namanya, bakteri ini menyukai lingkungan asam dan bertanggung jawab mengubah

    laktosa menjadi asam laktat. L. acidophilus umumnya tumbuh dalam kondisi pH

    rendah (pH 4 5) dan pada suhu berkisar 25-35 derajat Celcius. Banyak strain L.

    acidophilus merupakan probiotik alami yang berarti mereka bermanfaat bagi

    organisme inangnya. Bakteri ini hadir dalam organ-organ tertentu dari manusia dan

    hewan, terutama di mulut, saluran pencernaan, dan vagina. L. acidophilus membantu

  • 14

    tubuh melawan penyebab penyakit patogen sehingga disebut juga sebagai sistem

    kekebalan tubuh kedua (Anonim, 2014).

    Menurut penelitian, L. acidophilus memproduksi laktase, vitamin K, dan zat

    anti-mikroba. Keberadaan L. acidophilus dalam tubuh membantu menjaga kondisi

    asam, sehingga mencegah infeksi mikroba. Mengingat berbagai manfaat kesehatan

    yang dimilikinya, L. acidophilus digunakan dalam produk susu serta untuk tujuan

    terapeutik. Produk susu yang paling sering menggunakan L. acidophilus adalah susu

    acidophilus manis dan yoghurt (Anonim, 2014).

    Susu acidophilus dibuat dengan inokulasi L. acidophilus pada susu kemudian

    difermentasi selama satu hari. Setelah fermentasi, susu berubah menjadi dadih yang

    mengandung laktosa dalam jumlah minimum. Lactobacillus acidophilus juga

    digunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti infeksi saluran kemih (ISK),

    bacterial vaginosis (BV), dan diare (Anonim, 2014).

    2.4.3. Bakteri Lactobacillus casei

    Lactobacillus casei adalah bakteri Gram-positif, anaerob, tidak memiliki alat

    gerak, tidak menghasilkan spora, berbentuk batang dan menjadi salah satu bakteri

    yang berperan penting dalam pencernaan. Lactobacillus adalah bakteri yang bisa

    memecah protein, karbohidrat, dan lemak dalam makanan, dan menolong penyerapan

    elemen penting dan nutrisi seperti mineral, asam amino, dan vitamin yang dibutuhkan

    manusia dan hewan untuk bertahan hidup (Evillya, 2010).

    Bakteri ini berukuran 0,7 1,1 x 2,0 4,0 m dan merupakan bakteri yang

    penting dalam pembentukan asam laktat. Seperti bakteri asam laktat lain,

    Lactobacillus casei toleran terhadap asam, tidak bisa mensintesis perfirin, dan

    melakukan fermentasi dengan asam laktat sebagai metabolit akhir yang utama.

    Bakteri ini membentuk gerombolan dan merupakan bagian dari spesies

    heterofermentatif fakultatif, dimana bakteri ini memproduksi asam laktat dari gula

    heksosa dengan jalur Embden-Meyerlhof dan dari pentose dengan jalur 6-

  • 15

    fosfoglukonat, fosfoketolase. Pertumbuhan Lactobacillus casei pada suhu 15oC, dan

    membutuhkan riboflavin, asam folat, kalsium pantotenat, dan faktor pertumbuhan

    lain. Lactobacillus casei adalah spesies yang mudah beradaptasi, dan bisa diisolasi

    dari produk ternak segar dan fermentasi, produk pangan segar dan fermentasi. Dari

    segi industrial, Lactobacillus casei mempunyai peran dalam probiotik manusia, kultur

    starter pemroduksi asam untuk fermentasi susu, dan kultur khas untuk intensifikasi

    dan akselerasi perkembangan rasa dalam varietas keju yang dibubuhi bakteri (Evillya,

    2010).

    Lactobacillus casei ditemukan dalam susu fermentasi dan memiliki sifat

    bermanfaat bagi kesehatan manusia. Saluran pencernaan manusia terdiri dari

    Lactobacillus casei; flora alami yang mencegah berlebihnya suatu bakteri asam laktat

    yang tidak sengaja tertelan dan tinggal di salura pencernaan. Lactobacillus casei

    dapat mengurangi diare dan membantu memodifikasi mikroflora dalam tubuh.

    Lactobacillus casei menghasilkan DL-asam laktat dan amilase yang melengkapi

    pertumbuhan Lactobacillus acidophilus (Anonim, 2011).

    Sebagian besar Lactobacillus casei strain dapat memfermentasi galaktosa,

    glukosa, fruktosa, manosa, manitol, N-asetilglukosamin, dan tagatose. Kemampuan

    untuk memfermentasi laktosa kurang umum pada strain yang diisolasi dari bahan

    nabati dibandingkan pada yang berasal dari keju dan saluran pencernaan manusia

    (Cai, 2007).

    Lactobacillus casei adalah penghasil asam laktat, diperoleh dengan fermentasi

    glukosa dan pembentukan laktat. Asam laktat merupakan asam hidroksi yang dapat

    diproduksi secara kimia dari asetaldehida dan hidrogen sianida atau dengan

    fermentasi mikroba. Hal ini digunakan untuk berbagai proses industri seperti kimia

    dan produksi biologis asam organik, penggunaan sebagai penyedap dalam makanan,

    pembuatan kosmetik, dan produksi plastik biodegradable (Chan, 2003).

    Lactobacillus casei adalah spesies yang mudah beradaptasi, dan bisa diisolasi

    dari produk ternak segar dan fermentasi, produk pangan segar dan fermentasi. Dari

    segi industrial, Lactobacillus casei mempunyai peran dalam probiotik manusia, kultur

  • 16

    starter pemroduksi asam untuk fermentasi susu, dan kultur khas untuk intensifikasi

    dan akselerasi perkembangan rasa dalam varietas keju yang dibubuhi bakteri (Krisno,

    2011).

    Lactobacillus casei diduga dapat mengontrol organisme yang dapat

    menimbulkan efek toksik di dalam saluran pencernaan manusia, diantaranya yaitu

    Escherichia coli. Lactobacillus casei adalah suatu jasad renik jenis temporer

    penghasil asam laktat, Lactobacillus casei dapat ditemukan di mulut dan di usus

    manusia. Selain itu bakteri Lactobacillus casei dapat menghalangi pertumbuhan H.

    pylori, dan membantu microflora di usus besar (Krisno, 2011).

    2.4.4. Bakteri Salmonella typhi

    Bentuk batang, gram negatif, bergerk dengan flagel peritrich, mudah tumbuh

    pada perbenihan biasa dan tumbuh baik pada perbenihan yang mengandung empedu.

    Sebagian besar Salmonella sp bersifat patogen pada binatang dan merupakan sumber

    infeksi bagi manusia. Binatang itu antara lain tikus, ternak, anjing, kucing, di alam

    bebas Salmonella dapat tahan hidup lama dalam air, tanah atau pada bahan makanan

    (Suhenik, 2010).

    Pada manusia menimbulkan penyakit Typhus abdominalis. Masa inkubasinya

    antara 7-14 hari. Gejalanya berupa demam dengan suhu tinggi 40oC, terutama sore

    hari, seringkali meracau dan gelisah. Penderita sangat lemah dan apatis, beberapa

    penderita mengalami diare, tetapi umumnya mengalami konstipasi atau tidak bisa

    buang air besar. Bakterinya masuk kedalam aliran darah pada penyakit yang berat

    dapat terjadi perforasi usus dan peritonitis. Angka kematian kurang lebih 25%

    (Suhenik, 2010).

    Melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh bakteri, hal ini

    dapat terjadi antara lain (Suhenik, 2010):

    a) Melalui air untuk kepentingan rumah tangga ynag tidak memenuhi syarat kesehatan

    b) Daging, telur, susu yang berasal dari hewan sakit yang dimasak kurang matang

  • 17

    c) Makanan dan minuman berhubungan dengan binatang yang mengandung bakteri

    Salmonella typhi, seperti lalat, tikus, kucing dan ayam

    2.5. Peranan Bakteri Asam Laktat Sebagai Antibakteri Terhadap Salmonella typhi

    Bakteri asam laktat adalah kelompok bakteri yang mampu mengubah

    karbohidrat menjadi asam laktat. Efek bakterisidal dari asam laktat berkaitan dengan

    penurunan pH lingkungan menjadi 3 sampai 4,5 sehingga pertumbuhan bakteri lain

    termasuk bakteri pembusuk akan terhambat. BAL merupakan jenis bakteri yang

    umumnya menguntungkan. Secara umum,bakteri asam laktat merupakan food-grade

    organisms. Bakteri tersebut dapat memberikan citarasa pada makanan, menghambat

    bakteri pembusuk pada makanan dan juga dapat menghambat bakteri patogen. Salah

    satu sifat penting dari bakteri asam laktat adalah mampu menghasilkan senyawa

    antimikroba bakteriosin. Bakteriosin merupakan produk metabolit sekunder bakteri

    asam laktat yang mempunyai kesamaan kerja seperti antibiotik, yaitu mampu

    menghambat pertumbuhan beberapa bakteri tertentu (Delfahedah, 2013).

    Keberadaan BAL pada yoghurt sebagai probiotik berpotensi dalam

    meningkatkan fungsi fisiologis usus, mikroflora usus yang berperan dalam

    mengoptimalkan kondisi kesehatan tubuh. Keberadaan bakteri probiotik dapat

    mencegah pertumbuhan bakteri patogen seperti Salmonella sp. dan Escherichia

    coli. E. coli merupakan penyebab penyakit diare, sedangkan Salmonella typhi

    merupakan bakteri patogen pada manusia yang menyebabkan penyakit tifus (Yani,

    2010).

    Secara umum BAL didefinisikan sebagai kelompok bakteri Gram positif,

    tidak menghasilkan spora, berbentuk bulat atau batang. Beberapa jenis bakteri asam

    laktat ada yang digolongkan ke dalam bakteri probiotik, seperti Lactobacillus,

    Lactococcus, Leuconostoc, dan Streptococcus. Bakteri asam laktat yang digolongkan

    ke dalam probiotik harus memiliki aktifitas antimikroba terhadap beberapa

  • 18

    mikroorganisme tertentu, toleran terhadap asam lambung, dan tidak berbahaya (Sari,

    2013).

    2.6. Metode Uji Antimikroba

    Pada uji antibakteri diukur respon pertumbuhan populasi bakteri terhadap agen

    antibakteri. Tujuan assay antibakteri (termasuk antibiotik dan substansi antibakteri

    nonantibiotik, misalnya fenol, bisfenol, aldehid) adalah untuk menentukan potensi

    dan kontrol kualitas selama proses produksi senyawa antibakteri di pabrik, untuk

    menentukan farmakokinetika obat pada hewan atau manusia, dan untuk memonitor

    kemoterapi obat. Kegunaan uji antibakteri adalah diperolehnya suatu sistem

    pengobatan yang efektif dan efisien. Terdapat bermacam-macam metode uji

    antibakteri seperti yang dijelaskan berikut ini (Pratiwi, 2008):

    1) Metode Disc Diffusion (Tes Kirby & Bauer)

    Metode ini untuk menentukan aktivitas agen antibakteri. Piringan yang berisi

    agen antibakteri diletakkan pada media agar yang telah ditanami bakteri yang akan

    berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan

    pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan media agar.

    2) Metode E-Test

    Metode E-Test digunakan untuk mengestimasi MIC (Minimum Inhibitory

    Concentration) atau KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) yaitu konsentrasi

    minimal suatu agen antibakteri untuk dapat menghambat pertumbuhan

    mikroorganisme.

    Pada metode ini digunakan strip plastik yang mengandung agen antibakteri

    dari kadar terendah hingga tertinggi dan diletakkan pada permukaan media agar yang

    telah ditanami bakteri. Pengamatan dilakukan pada area jernih yang ditimbulkannya

    yang menunjukkan kadar agen antibakteri yang menghambat pertumbuhan bakteri

    pada media agar.

  • 19

    3) Ditch Plate Technique

    Pada metode ini sampel uji berupa agen antibakteri yang diletakkan pada parit

    yang dibuat dengan cara memotong media agar dalam cawan petri pada bagian

    tengah secara membujur dan mikroba uji (maksimum 6 macam) digoreskan ke arah

    parit yang berisi agen antibakteri.

    4) Cup Plate Technique

    Metode ini serupa dengan metode Disc Diffusion, dimana dibuat sumur pada

    media agar yang telah ditanami dengan bakteri dan pada sumur tersebut diberi agen

    antibakteri yang akan diuji.

    5) Gradient Plate Technique

    Pada metode ini konsentrasi agen antibakteri pada media agar secara teoritis

    bervariasi dari nol hingga maksimal. Media agar dicairkan dan larutan uji

    ditambahkan. Campuran kemudian dituang ke dalam cawan petri dan diletakkan

    dalam posisi miring.

    Plate diinkubasi selama 24 jam untuk memungkinkan agen antibakteri

    berdifusi dan permukaan media mengering. Bakteri uji (maksimum 6 macam)

    digoreskan pada arah mulai dari konsentrasi tinggi ke rendah. Hasil diperhitungkan

    sebagai panjang total pertumbuhan bakteri maksimum yang mungkin dibandingkan

    dengan panjang pertumbuhan hasil goresan.

    Jika: X= panjang total pertumbuhan bakteri yang mungkin

    Y= panjang pertumbuhan actual

    C= konsentrasi agen antibakteri pada total volume media mg/ml atau g/ml

    maka konsentrasi hambatan adalah [(X.Y)]:C mg/ml atau g/ml.

    Yang perlu diperhatikan adalah dari hasil perbandingan yang didapat dari

    lingkungan padat dan cair, faktor difusi agen antibakteri dapat mempengaruhi

    keseluruhan hasil pada media padat.

  • 20

    6) Metode Dilusi Cair / Broth Dilution Test

    Metode ini mengukur MIC (Minimum Inhibitory Concentration) atau KHM

    (Konsentrasi Hambat Minimum) dan MBC (Minimum Bactericidal Concentration)

    atau KBM (Kadar Bunuh Minimum). Cara yang dilakukan adalah dengan membuat

    seri pengenceran agen antibakteri pada medium cair yang ditambahkan dengan

    bakteri uji. Larutan uji agen antibakteri pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa

    adanya pertumbuhan bakteri uji ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang ditetapkan

    sebagai KHM tersebut selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan

    bakteri uji ataupun agen antibakteri dan diinkubasi selama 18-24 jam. Media cair

    yang tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM.

    7) Metode Dilusi Padat / Solid Dilution Test

    Metode ini serupa dengan metode difusi cair namun menggunakan media

    padat (solid). Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi agen antibakteri yang

    diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa bakteri uji.

  • 21

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1. Desain Penelitian

    Rancangan penelitian perbandingan efek antibakteri soyghurt dan miyoghurt

    dengan penambahan kultur Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus acidophilus

    dan Lactobacillus casei terhadap Salmonella typhi ini menggunakan RAL

    (Rancangan Acak Lengkap) factorial dengan tiga kali ulangan. Soyghurt dan

    miyoghurt dibuat dengan menggunakan kultur Lactobacillus bulgaricus,

    Lactobacillus acidophilus dan Lactobacillus casei. Aktivitas antibakteri soyghurt

    dan miyoghurt diujikan terhadap Salmonella typhi. Supernatan yang diuji adalah

    supernatan soyghurt dan supernatan miyoghurt. Kemampuan penghambatan

    supernatan soyghurt dan miyoghurt terhadap bakteri uji dapat dilihat melalui

    terbentuknya clear zone pada uji aktivitas antibakteri.

    3.2. Waktu dan Tempat

    Penelitian dilakukan pada bulan Februari-April 2015 di Laboratorium

    Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam

    Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

    3.3. Alat dan Bahan

    3.3.1. Alat

    Alat dan bahan yang digunakan yaitu:

    Erlenmeyer

    Cawan petri

    Mikropipet

    Tip

    Bunsen

    Gelas objek

    Korek api

    Pipet tetes

    Laminar air flow

    Mikroskop

    Incubator

    Autoklaf

  • 22

    Oven

    Kertas label

    Jarum ose

    Kompor pemanas

    Fortex

    Mixer

    Blender

    Saringan

    Mesin penggiling

    Sentrifuge

    3.3.2. Bahan

    Bahan yang digunakan yaitu:

    Kedelai (Glicin max)

    Kelapa (Coccus nucifera)

    Kultur Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus acidophilus,

    Lactobacillus casei,dan Salmonella typhi

    Media MRS

    Media NB

    Larutan NaHCO3 0,25%

    Larutan NaOH 1N

    Gula pasir

    Susu skim

    Aquades

    3.4. Cara Kerja

    3.4.1. Pembuatan Kultur Kerja

    Langkah-langkah yang dilakukan adalah:

  • 23

    1. Diperbanyak masing-masing kultur murni bakteri Lactobacillus

    bulgaricus, Lactobacillus acidophilus dan Lactobacillus casei dengan

    cara satu ose kultur murni diinokulasikan ke dalam medium MRS agar

    2. Diinkubasi pada suhu 370C untuk L. casei dan L. acidophilus sedangkan

    300C untuk Lactobacillus bulgaricus selama 48 jam dan siap digunakan

    dalam pembuatan starter yang disebut kultur kerja, sedangkan sisanya

    disimpan pada suhu 40C sebagai kultur stok (Setioningsih, 2004)

    3. Dikultivasi bakteri Salmonella typhi dalam media NB dan dihitung

    menggunakan metode hitungan cawan (Fitrianarni, 2014).

    3.4.2. Pembuatan Starter

    Langkah-langkah dalam pembuatan starter yaitu:

    1. Diinokulasi 5 mL MRS Broth yang telah steril dengan satu ose kultur

    kerja lalu diinkubasi pada suhu 370 C untuk L. casei dan L. acidophilus,

    300C untuk Lactobacillus bulgaricus selama 48 jam sehingga diperoleh

    kultur cair masing-masing bakteri

    2. Diinokulasi masing-masing kultur cair tersebut sebanyak 1% ke dalam

    larutan susu skim 10% yang telah steril dan diinkubasi pada suhu 370C

    untuk L. casei dan L. acidophilus, 300C untuk Lactobacillus bulgaricus

    selama 48 jam sehingga diperoleh starter induk

    3. Dibuat starter siap pakai dengan cara 1% starter induk diinokulasikan pada

    larutan susu skim 10% dan glukosa 3% selama 24 jam pada suhu 370C

    untuk L. casei dan L. acidophilus, 300C untuk Lactobacillus bulgaricus

    Bakteri di hitung dengan metode standard plate count (Setioningsih,

    2004).

    3.4.3. Pembuatan Susu Kedelai

    Langkah-langkah dalam pembuatan susu kedelai:

    1. Direndam kedelai selama 8 jam

  • 24

    2. Direbus pada suhu 90-1000C selama 15 menit

    3. Dibuang kulitnya (bleaching)

    4. Direndam dalam larutan NaHCO3 (0,25%) selama 30 menit, ditiriskan dan

    dicuci kembali

    5. Digiling Kedelai dengan penambahan air 1:5

    6. Disaring dengan kain penyaring sehingga diperoleh cairan menyerupai

    susu dan dididihkan selama 15 menit (Setioningsih, 2004).

    3.4.4. Pembuatan Soyghurt

    Langkah-langkah dalam pembuatan soyghurt:

    1. Ditambah susu kedelai sebanyak 100 ml dengan gula pasir 25 gram dan

    susu skim cair dengan konsentrasi 10 % dari bahan baku

    2. Dipanaskan susu diatas kompor mencapai suhu 85oC-90oC selama 15

    menit sambil diaduk

    3. Didinginkan sampai suhu mencapai 43o-45oC

    4. Dimasukkan inokulasi starter (Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus

    acidophilus dan Lactobacillus casei) yaitu plain pada suhu tersebut

    sebanyak 10 % dari volume bahan baku, diaduk merata

    5. Dimasukkan hasil tersebut kedalam cup, dan kemudian ditutup rapat.

    6. Diinkubasi pada suhu 39oC dengan waktu fermentasi 24 jam (Herawati,

    2010).

    3.4.5. Pembuatan Santan Kelapa

    Langkah-langkah pembuatan santan kelapa:

    1. Santan diperoleh dari perasan kelapa parut dan air dengan perbandingan

    1:2 (b/v),

  • 25

    2. Dihomogenisasi dengan menggunakan blender dan dilengkapi dengan

    saringan.

    3. Diperoleh hasil perasan santan (Yunita, 2011).

    3.4.6. Pembuatan Miyoghurt

    Langkah-langkah pembuatan miyoghurt yaitu:

    1. Dipasteurisasi santan, susu skim, dan gula pasir dengan cara

    memanaskannya hingga suhu 70oC sambil diaduk

    2. Setelah suhu pasteurisasi dicapai, dipertahankan suhu selama 30 menit

    tanpa pengadukan

    3. Didinginkan santan kelapa sampai suhu 45oC dengan cara direndam dalam

    air yang ditambahkan es batu

    4. Dituang santan ke dalam gelas plastik, ditambah karagenan sebanyak

    0,1%, dan diinokulasi starter Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus

    acidophilus dan Lactobacillus casei sebanyak 10% dari total campuran

    dengan perbandingan sesuai dengan perlakuan

    5. Diinkubasi pada suhu 43oC selama 24 jam (Yunita, 2011).

    3.4.7. Uji Antimikroba

    Langkah-langkah uji antimikroba:

    1. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode pour plate bakteri

    Salmonella typhi berumur 24 jam. Bakteri uji dimasukkan ke dalam cawan

    petri dengan menggunakan syringe sebanyak 1 ml kemudian ditambahkan

    media MRS bersuhu 400C sebanyak 20 ml. Setelah agar dalam cawan

    mengeras, dibuat lubang menggunakan tabung durham berdiameter 5mm.

    Jumlah sumuran dalam satu cawan sebanyak 5 sumuran (Najmuddin,

    2006).

  • 26

    2. Supernatan yang diuji adalah supernatan soyghurt dan supernatan

    miyoghurt. Masing-masing supernatan diuji dengan tiga kali pengulangan.

    3. Kontrol positif berupa cawan yang hanya berisi supernatan soyghurt dan

    miyoghurt steril yang telah disentrifugasi. Kontrol negatif berupa cawan

    yang hanya berisi bakteri Salmonella typhi.

    4. Pengujian supernatan yoghurt terhadap mikroba uji:

    a. Tiap 10 ml sampel yogurt dimasukkan kedalam tabung reaksi 20

    ml. kemudian sampel disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm

    selama 15 menit sehingga suprernatan dan endapan terpisah,

    supernatan di ambil untuk di uji.

    b. Selanjutnya 50L sampel dimasukkan kedalam sumur yang telah

    dilubangi dengan diameter 5 mm pada media uji dengan

    menggunakan mikropipet.

    5. Cawan diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam

    6. Zona hambat yang terbentuk diamati dan diukur menggunakan jangka

    sorong (Fitrianarni, 2014).

    3.5. Variabel Penelitian

    a) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah antibakteri soyghurt dan

    miyoghurt dengan penambahan kultur Lactobacillus bulgaricus,

    Lactobacillus acidophilus dan Lactobacillus casei.

    b) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah clear zone bakteri Salmonella

    typhi.

    c) Variabel kontrol ada 2 yaitu kontrol positif dan kontrol negative. Kontrol

    positif berupa cawan yang hanya berisi supernatan soyghurt dan miyoghurt

  • 27

    steril yang telah disentrifugasi. Kontrol negatif berupa cawan yang hanya

    berisi bakteri Salmonella typhi.

    3.6. Analisis Data

    Data berupa rata-rata diameter clear zone dan diuji normalitasnya dengan

    menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov. Data dianalisis dengan menggunakan Uji

    Analisis Ragam (Analysis of variance / ANOVA) jika hasil yang didapatkan

    terdistribusi normal. Hasil Uji ANOVA dilanjutkan dengan uji Duncans untuk

    membandingkan hasil yang diperoleh dari tiap-tiap perlakuan (Fitrianarni, 2014).

  • 28

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, 2011. http://Karakteristik Lactobacillus Casei _ Sir Ossiris Home Site.htm.

    Diakses pada 28 April 2014 pukul 12:19 WIB

    Anonim, 2014. http://Manfaat & Efek Samping Lactobacillus acidophilus _

    Amazine.htm. Diakses pada 28 April 2014 pukul 12:19 WIB

    Cai H, Rodriguez BT, Zhang W, Broadbent JR, and Steele JL. 2007. Genotypic And

    Penotypic Characterization of Lactobacillus casei Strains Isolated From

    Different Ecological Niches Suggest Frequent Recombination And Niche

    Specificity. Microbiology. Vol. 153. Hal: 2655-2665

    Chan B, Bonilla L, and Velazquez AC. 2003. Using Banana to Generate Lactic Acid

    Thorugh Batch Process Fermentation. Applied Microbiology Biotechnology.

    Vol. 63. Hal: 147-152

    Delfahedah. dkk. 2013. Isolasi, Karakterisasi dan Identifikasi DNA Bakteri Asam

    Laktat (BAL) yang Berpotensi sebagai Antimikroba dari Fermentasi Kakao

    Varietas Hibrid (Trinitario). Jurnal Kimia Unand. Vol. 2. No. 2. Hal: 1-11

    Erniwati. 2010. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat pada Susu Kambing

    Segar. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam

    Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

    Evillya, 2010. Lactobacillus casei.http://heartfoods.Wordpress.com/2011/06/23/.

    lactobacillus_casei. Diakses pada 28 April 2014 pukul 12:19 WIB

    Firmansyah, M. 2009. Tugas Mikrobiologi Lingkungan. http:// my white green Maret

    2009.htm. Diakses pada 28 April 2014 pukul 12:19 WIB

    Fitrianarni. dkk. 2014. Aktivitas Antibakteri Yoghurt Susu Sapi dan Yoghurt Susu Kedelai

    terhadap Shigella dysenteriae secara In Vitro. Lentera Bio. Vol. 3. No. 1. Hal : 97102

  • 29

    Handayani, Faras. 2006. Aneka Khasiat Yoghurt.

    http://www.mailarchive.com/[email protected]. Diakses

    pada 28 April 2014 pukul 12:19 WIB

    Hassan, Zahirotul Hikmah. 2006. Isolasi Lactobacillus, Bakteri Asam Laktat dari

    Feses dan Organ Saluran Pencernaan Ayam. Seminar Nasional Teknologi

    Peternakan dan Veteriner

    Herawati, Dewi Astuti dan D. Andang Arif Wibawa. 2010. Pengaruh Konsentrasi

    Susu Skim dan Waktu Fermentasi Terhadap Hasil Pembuatan Soyghurt. Jurnal

    Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.1 No. 2. Hal: 48-58

    Jawetz, E., Melnick, J.L., dan Adelberg, E.A. 2005. Mikrobiologi Kedokteran.

    Jakarta: Salemba Medika

    Karlina, I. 2010. Diare Penyebab Kedua Terbesar Kematian Anak Indonesia, Diare

    Dapat Diobati Dengan Air Perasan Sawo Mentah. UMY News. Di peroleh

    dari http://www.umy.ac.id

    Kelana, Jaka. 2008. Manfaat Yoghurt.

    http://sehatituindah.wordpress.com/2008/09/24/manfaatyoghurt/. Diakses pada

    tanggal 28 April 2014 pukul 12:19 WIB

    Krisno, 2011. Pemanfaatan bakteri lactobacillus casei dalam upaya menjaga

    kesehatan pencernaan manusia.

    http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/11/pemanfaatan-bakteri-

    lactobacillus-casei-dalam-upaya-menjaga-kesehatan-pencernaan-manusia.htm.

    Diakses pada 28 April 2014 pukul 12:19 WIB

    Lee WJ & JA Lucey. 2010. Formation and Physical Properties of Yoghurt. Asian-

    Aust. J. Anim.Sci. Vol. 23. No. 9. Hal :1127-1136

  • 30

    Najmuddin, A. 2006. Aktivitas Antimikroba Yogurt Probiotik Dari Susu Kambing

    Saanen Dan Pesa (Persilangan Peranakan Etawah Dan Saanen) Selama

    Penyimpanan.Skripsi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.Bogor.

    Nizori. dkk. 2010. Pembuatan Soyghurt Sinbiotik Sebagai Makanan Fungsional

    dengan Penambahan Kultur Campuran Streptococus thermophillus,

    Lactobacillus bulgaricus dan Lactobacillus acidophilus. J. Tek. Ind. Pert. Vol.

    18. No. 1. Hal: 28-33

    Pelczar, Michael dan E.S.C. Chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI

    press

    Pratiwi, S. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Erlangga

    Rahman, A. dkk. 1992. Teknologi Fermentasi Susu. Direktorat Jendral Pendidikan

    tinggi: PAU pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor

    Santoso. 2009. Susu & Yoghurt Kedelai. Laboratorium Kimia Pangan Faperta UWG

    Sari.dkk. 2013. Isolasi, Karakterisasi, dan Identifikasi DNA Bakteri Asam Laktat (BAL)

    yang Berpotensi Sebagai Antimikroba dari Fermentasi Markisa Kuning (Passiflora

    edulis var. flavicarpa). Jurnal Kimia Unand. Vol. 2. No. 2. Hal: 1-11

    Setioningsih, Eti dan Ratna Setyaningsih. 2004. Pembuatan Minuman Probiotik dari Susu

    Kedelai dengan Inokulum Lactobacillus casei, Lactobacillus plantarum, dan

    Lactobacillus acidophilus. Bioteknologi. Vol. 1. No. 1. Hal: 1-6

    Standar Nasional Indonesia. Dewan Standardisasi Nasional. 1992. SNI Yoghurt (

    SNI 01 2981-1992. 1992 ). Dewan Standardisasi Nasional : Jakarta

    Suhenik. 2010. Salmonella Typhi. http://mikrobiologi Salmonella Typhi.htm.

    Diakses pada tanggal 28 April 2014 pukul 12:19 WIB

    Sumantri, Indro. 2004. Pemanfaatan Mangga Lewat Masak Menjadi Fruitghurt

    Dengan Mikroorganisma Lactobacillus bulgaricus. Prosiding Seminar

    Nasional Rekayasa Kimia dan Proses

  • 31

    WHO. 2013. Ending preventable deaths from pneumonia and diarrhoea by 2025.

    http://www.who.int/maternal_child_adolescent/news_events/news/2013/gappd_

    launch/en/index.html. Diakses pada tanggal 28 April 2014 pukul 12:19 WIB

    Wikipedia, 2013. Lactobacillus bulgaricus. http:// Lactobacillus bulgaricus.htm.

    Diakses pada tanggal 28 April 2014 pukul 12:19 WIB

    Winarno. 1993. Pangan (Gizi, Teknologi dan Konsumen). Jakarta: Gramedia Pustaka

    Yani. dkk. 2010. Isolasi dan Seleksi Bakteri Asam Laktat dari Yoghurt Produksi Industri

    Rumah Tangga Di Pekanbaru yang Bersifat Antibakteri Terhadap Escherichia coli

    dan Salmonella typhi. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

    Alam Universitas Binawidya Pekanbaru

    Yunita, Dewi, dkk. 2011. Pembuatan Niyoghurt dengan Perbedaan Perbandingan

    Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus Serta Perubahan

    Mutunya Selama Penyimpanan. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 12 No. 2. Hal:

    83-90

  • 32

    PROPOSAL SKRIPSI

    PERBANDINGAN EFEK ANTIBAKTERI DENGAN MENGGUNAKAN

    METODE DIFUSI SUMUR AGAR (CUP PLATE TECHNIQUE) SOYGHURT

    DAN MIYOGHURT DENGAN PENAMBAHAN KULTUR Lactobacillus

    bulgaricus, Lactobacillus acidophilus DAN Lactobacillus casei TERHADAP

    Salmonella typhi SECARA IN VITRO

    Oleh :

    RIZA NURHERMI N.

    11620022

    JURUSAN BIOLOGI

    FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM

    MALANG

    2014