Sejarah Anestesi

35
Sejarah Anestesi Sejarah Anestesi Dr.Ganda P.Sibabiat,SpAn,KIC

description

okk

Transcript of Sejarah Anestesi

Page 1: Sejarah Anestesi

Sejarah AnestesiSejarah Anestesi

Dr.Ganda P.Sibabiat,SpAn,KIC

Page 2: Sejarah Anestesi

Anestesi pertama kali digunakan oleh W.T.G. Morton dari Boston di Amerika dg menggunakan Ether pada Massachusetts General Hospital (16-10-1846)

Penemuan Morton ini menyebar ke seluruh dunia. Pada Desember 1846 Francis Boott (dokter)

memberikan Ether kpd Miss Lonsdale untuk cabut gigi, berhasil sukses

Lalu dicoba dengan hasil baik pada amputasi kaki Frederick Churchill di University College Hospital pd 21-12-1846

Page 3: Sejarah Anestesi

Horace Wells kawan Morton memakai N2O (Nitrous Oxide) untuk mengurangi sakit pada pencabutan gigi

Kesulitan teknik dlm penggunaan Ether dapat dikurangi dgn ditemukannya Chloroform oleh James Young Simpson (ahli kebidanan)

Dengan meneteskan Chloroform tsb pada Ganze 1847

Page 4: Sejarah Anestesi

1848– Hannah Greene, 15 th dilaporkan meninggal dibawah

pengaruh anestesi Chloroform 1853

– Queen Victoria mendapat Chloroform waktu melahirkan Prince Leopold

1870– Penggunaan Nitrous Oxide– N2O dapat mengurangi sensasi nyeri– Horace Wells yang pertama kali mendemonstrasikan

pemakaian N2O ini

Page 5: Sejarah Anestesi

1884– Penggunaan lokal anestetik Cocaine– Banyak digunakan pada operasi-operasi THT

1910– Procaine/ Novocaine lokal anestetik sintetis

banyak digunakan

Page 6: Sejarah Anestesi

Ke depan ini dengan banyak ditemukan obat-obat yang aman, penggunaan anestesi yang tepat, alat-alat monitoring yang lebih baik dan pelatihan-pelatihan bagi seorang anestetist membuat anestesi tersebut aman dan menyenangkan bagi pasien.

Page 7: Sejarah Anestesi

Sekarang ini mengurangi/ menghilangkan nyeri pada operasi dapat dicapai dengan penggunaan anestesi umum atau regional.

Page 8: Sejarah Anestesi

Pelayanan anestesiologi dan reanimasi merupakan pelayanan medik yang bertujuan untuk mengurangi penderitaan dan memperpanjang proses kehidupan.

Page 9: Sejarah Anestesi

Anestesiologi merupakan spesialisasi kedokteran yang diakui

Tanggung jawab dokter spesialis anestesi terhadap pasien mencakup :– Evaluasi & terapi pra anestesi– Penatalaksanaan medis pasien dan prosedur-prosedur

anestetik– Evaluasi & terapi pasca anestesia– Pengarahan medis trhdp non dokter yang berpartisipasi

dari pengelolaan anestesia kepada pasien.

Page 10: Sejarah Anestesi

Kompetensi spesialis anestesi juga meliputi:– Tindakan resusitasi– Pengelolaan pulmoner– Pengelolaan intensif– Diagnosa dan penatalaksanaan nyeri– Pengelolaan trauma-trauma kedaruratan– Terapi inhalasi

Page 11: Sejarah Anestesi

Penentuan Status Fisik (ASA)Penentuan Status Fisik (ASA)

Klasifikasi ini terbukti secara umum berkorelasi dgn laju mortalitas perioperatif

Status fisik/ ASA 1– Pasien sehat normal

Status Fisik/ ASA 2– Pasien dgn penyakit sistemik ringan (misal :

diabetes ringan, hipertensi terkendali, obesitas)

Page 12: Sejarah Anestesi

Status fisik/ ASA 3– Pasien dengan penyakit sistemik berat yang

membatasi aktifitas (mis: angina, PPOK, infark miokardial)

Status fisik/ ASA 4– Pasien dengan penyakit melemahkan

(incapacitating) yang mengancam nyawa secara konstan (mis. gagal jantung kongestif, gagal ginjal)

Page 13: Sejarah Anestesi

Status Fisik/ ASA 5– Pasien moribund kemungkinan tetap hidupnya

dalam 24 jam (mis: aneurisma yang pecah)

Status fisik/ ASA 6– Pasien mati otak dengan organ yang akan

ditransplantasikan

Untuk pasien pembedahan darurat ditambahkan huruf E (Emergency)

Page 14: Sejarah Anestesi

Profesi anestesi membidangi masalah : analgesia, anestesia, terapi intensif dan resusitasi.

Page 15: Sejarah Anestesi

Tujuan Pelayanan Tujuan Pelayanan Anestesiologi dan ReanimasiAnestesiologi dan Reanimasi

1. Memberikan pelayanan anestesia, analgesia dan sedasi yang aman, efektif, manusiawi dan memuaskan bagi pasien yg menjalani: pembedahan, prosedur medik atau trauma yang menyebabkan rasa nyeri, kecemasan & stress psikis lainnya.

Page 16: Sejarah Anestesi

2. Menunjang fungsi vital tubuh terutama jalan napas, pernapasan, peredaran darah dan kesadaran pasien yang mengalami gangguan atau ancaman jiwa karena menjalani pembedahan, prosedur medik, trauma atau penyakit lain.

Page 17: Sejarah Anestesi

3. Melakukan reanimasi dan resusitasi jantung, paru, otak (basic, advanced, prolonged life support) pada kegawatan yg mengancam jiwa, dimanapun pasien berada (ruang gawat darurat, kamar bedah, ruang pulih sadar, ruang/ terapi intensif/ ICU).

Page 18: Sejarah Anestesi

4. Menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa dan metabolisme tubuh pasien yang mengalami gangguan atau ancaman jiwa karena menjalani pembedahan, prosedur medik, trauma atau penyakit lain.

Page 19: Sejarah Anestesi

5. Mengatasi masalah nyeri akut, nyeri kronis dan nyeri membandel pada pasien pembedahan, trauma, proses kronis dan kanker.

6. Memberikan bantuan terapi pernapasan dan inhalasi.

Page 20: Sejarah Anestesi

Pelayanan anestesiologi dan reanimasi terkait dengan pasien dalam 3 periode:

1. Pra anestesi/ pembedahan

2. Selama anestesi

3. Pasca anestesi

Page 21: Sejarah Anestesi

Pra anestesiaPra anestesia

Tujuan– Mengusahakan kondisi optimal dari pasien agar dapat

menjalani pembedahan dengan hasil sebaik-baiknya

Kegiatannya– Evaluasi pra anestesi, 24 jam sebelum tindakan

anestesi/ pembedahan– Jika evaluasi dini tidak dapat dilakukan (mis :

pembedahan darurat) penilaian dilakukan sebelum anestesi dan pembedahan

Page 22: Sejarah Anestesi

Evaluasi pra anestesi meliputi :– Identifikasi pasien– Pemahaman prosedur bedah/ medik yang akan

dilaksanakan– Riwayat medis, pemeriksaan klinis rutin dari

pasien dan pemeriksaan khusus– Konsultasi dengan dokter spesialis lain bila

diperlukan

Page 23: Sejarah Anestesi

– Memberikan penjelasan tentang tindakan anestesi dan membuat informed consent.

– Pengakhiran terapi dan pemeriksaan lain yang diperlukan untuk mencapai kondisi pasien yang optimal mis: terapi cairan, transfusi, terapi napas, dll.

Page 24: Sejarah Anestesi

Masa Anestesia/ pembedahanMasa Anestesia/ pembedahan

Tujuan– Mengupayakan fungsi vital pasien dalam batas-

batas normal selama menjalani pembedahan & menjaga agar pasien tidak merasa nyeri dan cemas (misal : pada regional analgesia)

Page 25: Sejarah Anestesi

Kegiatannya :– Tindakan anestesia harus dikerjakan dalam

kerjasama tim.– Seorang dokter spesialis anestesiologi harus

didampingi perawat terlatih.– Keamanan pasien selama anestesia dan

pembedahan memerlukan pemantauan fungsi vital yang terus menerus/ berkala yang dicatat dengan baik pada rekam medik.

Page 26: Sejarah Anestesi

– Prosedur pembedahan dpt dirubah jika kondisi pasien mengarah pada keadaan yang membahaya kan jiwa

– Sarana pengatur dosis obat anestesia dan obat darurat harus digunakan secara maksimal

Page 27: Sejarah Anestesi

Pasca anestesia/ Pasca anestesia/ pembedahanpembedahan

Tujuan– Menjaga fungsi vital pasien dlm batas normal

setelah pembedahan berakhir dan selama sisa anestesia belum sama sekali hilang, serta menjaga agar pasien tidak merasa nyeri dan atau cemas berlebihan.

Page 28: Sejarah Anestesi

Kegiatannya :– Setelah pengakhiran anestesia, pasien dikirim

ke kamar pulih sadar untuk pemantauan fungsi vital tubuh

– Bila dianggap perlu pasien dapat langsung dikirim ke ruang rawat khusus ( misal : ICU )

– Bantuan oksigenasi, ventilasi dan sirkulasi tetap diberikan

Page 29: Sejarah Anestesi

– Pemberian analgesia dan sedatif disesuaikan dengan kondisi pasien

– Keputusan untuk memindahkan pasien dari kamar pulih sadar dibuat oleh dokter anestesi

Page 30: Sejarah Anestesi

Khusus pembedahan daruratKhusus pembedahan darurat

Pemeriksaan fisik & laboratorik dilakukan dalam waktu sesingkat mungkin.

Persiapan harus ditujukan untuk resusitasi & stabilisasi fungsi vital tubuh pasien agar pembedahan/ terapi definitif dapat segera dilakukan.

Page 31: Sejarah Anestesi

Tindakan meliputi :– Membebaskan dan menjaga jalan napas tetap

bebas– Membantu fungsi pernapasan & oksigenasi– Optimalisasi hemodinamik dengan imbang

cairan & transfusi– Menjaga tekanan intrakranial tidak meningkat– Mengosongkan lambung dan mencegah aspirasi

Page 32: Sejarah Anestesi

Puasa, Infus & Pengosongan UsusPuasa, Infus & Pengosongan Usus

Kondisi optimal untuk anestesia & pembedahan membutuhkan tindakan persiapan : 1. Pengosongan lambung untuk mengurangi resiko

muntah, regurgitasi & aspirasi paru.2. Pengosongan usus besar untuk mencegah buang

air besar yang mencemari & meningkatkan resiko infeksi luka bedah.

3. Infus untuk mengganti cairan yang hilang karena kedua tindakan diatas.

Page 33: Sejarah Anestesi

Pengosongan lambung dilakukan dengan puasa Instruksi puasa dijelaskan lisan & tertulis kpd

pasien/ keluarga serta diketahui oleh perawat. Pengosongan usus besar dilakukan dengan obat

pencahar, perangsang peristaltik colon atau laverment atas pertimbangan keperluan pembedahan & kenyamanan pasien.

Page 34: Sejarah Anestesi

41444144

Infus cairan pengganti puasa diberikan kepada periode 24 jam pra anestesia sebagai larutan NaCl dan atau Dextrose.

Untuk pasien resiko tinggi, rencana pembedahan besar, gizi pra bedah buruk, maka perbaikan imbang cairan & nutrisi dilakukan jauh sebelum pembedahan dengan infus cairan nutrisi atau nutrisi enteral melalui pipa lambung.

Page 35: Sejarah Anestesi

Pasien hamil/ inpartus memerlukan antasida oral untuk netralisasi asam lambung karena: cairan lambung yang lebih banyak dan pH lebih asam.

Antasida Magnesium trisitekat 15 ml 30 menit sebelum anestesia dapat menekan resiko ini.

Antasida lain : natrium sitrat. Cairan lambung dg pH < 2,5 mudah menimbulkan

kerusakan paru jika terjadi aspirasi paru (Mendelson Syndrome).