Resume Adenomiosis

download Resume Adenomiosis

of 14

Transcript of Resume Adenomiosis

RESUME KASUS 3 : ADENOMIOSISDWI SIWI RATRIANI PUTRI/ 220110080104/ TUTOR 4STEP 1 1. Clavamox KANDUNGAN Per tablet : Amoksisilin Trihidrat 500 mg, Kalium Klavulanat 125 mg. INDIKASI Infeksi saluran nafas bagian atas dan bawah, infeksi saluran kemih. Gonore dimana organisme penyebabnya merupakan bakteri penghasil penisilinase. KONTRA INDIKASI Hipersensitif terhadap Penisilin PERHATIAN Bayi yang lahir dari ibu yang hipersensitif terhadap Penisilin. Sebelumnya pernah mengalami reaksi hipersensitif terhadap Sefalosporin atau terhadap alergen lainnya. Hamil, menyusui. Superinfeksi. Interaksi obat : Disulfiram. EFEK SAMPING Diare, mual, muntah, kembung, rasa tidak enak pada perut, sakit kepala, ruam kulit, urtikaria (biduran/kaligata), vaginitis, kandidiasis, hepatitis yang bersifat sementara, sakit kuning kolestatik. INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL B: Baik penelitian reproduksi hewan tidak menunjukkan risiko pada janin maupun penelitian terkendali pada wanita hamil atau hewan coba tidak memperlihatkan efek merugikan (kecuali penurunan kesuburan) dimana tidak ada penelitian terkendali yang mengkonfirmasi risiko pada wanita hamil semester pertama (dan tidak ada bukti risiko pada trisemester selanjutnya).K KEMASAN Tablet 3 x 10 butir DOSIS Dewasa dan anak berusia lebih dari 12 tahun (berat badan lebih dari 40 kg) : 3 kali sehari 1 tablet 250. Infeksi berat : 3 kali sehari 1 tablet 500.

http://medicastore.com/obat/7739/CLAVAMOX_TABLET_500.html 2. Tramal sup Kandungan Tramadol 100 mg/ supositoria Indikasi Nyeri kronik sedang sampai berat Kontra Indikasi Pasien dlm terapi MAOI. Hipersensitif thd opioid lain. Pasien dengan ketergantungan obat. Efek Samping Mual, muntah, dispepsia, konstipasi, lelah, sedasi, pusing, pruritus, berkeringat, wajah memerah, mulut kering, sakit kepala Perhatian Penderita trauma kepala, peningkatan TIK, gangguan fungsi ginjal & hati yang berat. Hipersekresi bronkus. Penderita ketergantungan obat. Tidak dapat menekan gejala "putus obat" akibat pemberian morfin. Hamil & laktasi. jangan mengemudi/menjalankan mesin Dosis Sehari 1-8 kapsul; 1-4 supositoria; 1-8 ampul 50 mg/ml; 1-8 ampul 100 mg/2 ml I.V.; I. M.; S.K.; tablet retard: Dewasa diatas umur 14 th: 1-2 tablet sebagai dosis tunggal, diutamakan pagi dan malam hari; nyeri yang berat: 2 tablet dapat digunakan sebagai dosis awal; dosis harian sampai 400 mg; anak-anak: Tidak direkomendasikan untuk anak dibawah 14 th Interaksi Obat yg bekerja pada SSP, peningkatan efek sedasi. Jangan digunakan bersama MAOI Kemasan Suppositoria 100 mg x 10 http://www.kimiafarmaapotek.com/index.php? page=shop.product_details&flypage=flypage.tpl&product_id=1412&category_id=26 &option=com_virtuemart&Itemid=98 3. Kuretase Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus. Gunanya untuk mencegah terjadinya bahaya kecelakaan misalnya perforasi. Persiapan Sebelum Kuretase: 1. Persiapan Penderita

Lakukanlah pemeriksaan umum : Tekanan Darah, Nadi, Keadaan jantung, dan Paru paru dan sebagainya. Pasanglah infuse cairan sebagai profilaksis 2. Persiapan Alat alat Kuretase Alat alat kuretase hendaknya telah tersedia alam bak alat dalam keadaan aseptic (suci hama) berisi : Speculum dua buah Sonde (penduga) uterus Cunam muzeus atau Cunam porsio Berbagai ukuran busi (dilatator) Hegar Bermacam macam ukuran sendok kerokan (kuret) Cunam abortus kecil dan besar Pinset dan klem Kain steril, dan sarung tangan dua pasang. 3. Penderita ditidurkan dalam posisi lithotomic 4. Pada umumnya diperlukan anestesi infiltrasi local atau umum secara IV dengan ketalar. Teknik Kuretase 1. Tentukan Letak Rahim. Yaitu dengan melakukan pemeriksaan dalam. Alat alat yang dipakai umumnya terbuat dari metal dan biasanya melengkung karena itu memasukkan alat alat ini harus disesuaikan dengan letak rahim. Gunanya supaya jangan terjadi salah arah (fase route) dan perforasi. 2. Penduga Rahim (Sondage) Masukkan penduga rahim sesuai dengan letak rahim dan tentukan panjang atau dalamnya penduga rahim. Caranya adalah, setelah ujung penduga rahim membentur fundus uteri, telunjuk tangan kanan diletakkan atau dipindahkan pada portio dan tariklah sonde keluar, lalu baca berapa cm dalamnya rahim. 3. Dilatasi Bila permukaan serviks belum cukup untuk memasukkan sendok kuret, lakukanlah terlebih dulu dilatasi dengan dilatator atau Bougie Hegar. Peganglah busi seperti memegang pensil dan masukkanlah hati hati sesuai letak rahim. Untuk sendok kuret terkecil biasanya diperlukan dilatasi sampai Hegar nomor 7. Untuk mencegah kemungkinan perforasi usahakanlah memakai sendok kuret yang agak besar, dengan dilatasi yang lebih besar.

4. Kuretase Seperti telah dikatakan, pakailah sendok kuret yang agak besar. Memasukkannya bukan dengan kekuatan dan melakukan kerokan biasanya mulailah di bagian tengah. Pakailah sendok kuret yang tajam (ada tanda bergerigi) karena lebih efektif dan lebih terasa sewaktu melakukan kerokan pada dinding rahim dalam (seperti bunyi mengukur kelapa). Dengan demikian kita tahu bersih atau tidaknya hasil kerokan. 5. Cunam Abortus Pada abortus inisipiens, dimana sudah kelihatan jaringan, pakailah cunam abortus untuk mengeluarkannya yang biasanya diikuti oleh jaringan lainnya. Dengan demikian sendok kuret hanya dipakai untuk membersihkan sisa sisa yang ketinggalan saja. 6. Perhatian : Memegang, mamasukkan dan menarik alat alat haruslah hati hati. Lakukanlah dengan lembut (with ladys hand) sesuai dengan arah dan letak rahim. http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/17/kuretase/ STEP 7 KONSEP A. Definisi Adenomyosis adalah pertumbuhan dari jaringan kandungan dari satu lapisan tertentu kandungan (kelenjar-kelenjar endometrial) kedalam lapisan "yang salah" (lapisan otot, disebut myometrium). Ia adalah kondisi yang tidak berbahaya, namun ia dapat membesarkan kandungan yang mempresentasikan sebagai pertumbuhan. Adenomyosis adalah serupa pada endometriosis, yang adalah pertumbuhan dari sel-sel yang serupa pada yang dari bagian dalam kandungan (sel-sel endometrial), pada lokasi diluar kandungan. Pada adenomyosis, pertumbuhan abnormal dari sel-sel endometrial terjadi didalam lapisan otot dari kandungan. B. Etiologi Pada adenomiosis uterus umumnya membesar difus dan berlobus dikarenakan hipertrofi dan hyperplasia dari otot polos yang melekat pada kelenjar ektopik. Didapat penebalan dinding uterus dengan dinding posterior biasanya lebih tebal. Uterus umumnya berbentuk simetrik dengan konsistensi padat, dan tidak menjadi lebih besar dari tinju atau uterus yang gravid 12 minggu. Adenomiosis sering terdapat bersama-sama dengan mioma uteri. Walaupun jarang, adenomiosis dapat

ditemukan tidak sebagai tumor difus melainkan sebagai tumor dengan batas yang nyata. Gambaran mikroskopis yang khas pada adenomiosis adalah adanya pulaupulau jaringan endometrium di tengah-tengah otot uterus yang menunjukkan perubahan siklik, akan tetapi umumnya reaksi terhadap hormone-hormon ovarium tidak begitu sempurna seperti endometrium biasa. Walaupun demikian dapat ditemukan kista-kista kecil berisi darah tua di tengah-tengah jaringan adenomiosis. Kadang-kadang kelenjar-kelenjar dari endometrium menunjukkan hyperplasia kistik, bahkan dapat ditemukan sel-sel atipik, akan tetapi keganasan sangat jarang terjadi. Kehamilan akan menyebabkan endometrium ektopik ini berubah seperti desidua. Penyebab pasti tidak diketahui tetapi dicurigai disebabkan oleh: 1. Peningkatan jumlah estrogen dalam darah 2. Faktor keturunan 3. Terpapar toksin dari lingkungan C. Klasifikasi Sathyanarayana pada tahun 1991 membagi adenimiosis kedalam 3 kategori tergantung dari lokasi kelainan yaitu: 1. Kelainan yang terbatas pada lapisan basal 2. Kelainan pada lapisan dalam 3. Kelainan pada lapisan permukaan D. Manifestasi Klinis Gejala-gejala adenomyosis adalah 1. Triad gejala yakni pembesaran rahim, nyeri pelvis dan menstruasi yang banyak dan abnormal. 2. Nyeri, yang dirasakan terutama selama menstruasi disebut dysmenorrhea dapat berupa kram yang hebat atau seperti disayat pisau. 3. Nyeri dapat juga dirasakan pada saat tidak sedang menstruasi. 4. Pembesaran rahim dapat merata dengan tonjolan-tonjolan rahim yang besar atau dapat pula seperti tumor yang terlokalisir. 5. Pendarahan pada saat menstruasi dapat banyak sekali dan berhari-hari, mungkin dengan bekuan-bekuan darah. Pendarahan yang hebat ini dapat menyebabkan anemia (berkurangnya kadar Hemoglobin dalam sel darah merah). Selain itu diluar saat menstruasi bisa ada pendarahan abnormal (pendarahan sedikitsedikit, bercak-bercak).

Gejala yang paling sering ditemukan adalah menoragia, dismenorea sekunder, dan uterus yang makin membesar. Kadang-kadang terdapat di samping menoragia,dispareunia dan rasa berat di perut bawah terutama dalam masa pra haid. Menoragia makin lama makin banyak karena vaskularitas jaringan bertambah dan mungkin juga karena otot-otot uterus tidak dapat berkontraksi dengan sempurna karena adanya jaringan endometrium ditengah-tengah, mungkin juga karena disfungsi ovarium. Dismenorea yang makin mengeras kiranya disebabkan oleh kontraksi tidak teratur dari miometrium, karena pembengkakan endometrium yang disebabkan oleh perdarahan pada waktu haid. Menurut Azziz (1989), gejala yang timbul termasuk pembesaran uterus yang difus dan soft disertai dengan menoragi (40+50%), dismenore (10+30%), metroragia (10+12%), disparenuia, dan diskesia. Umumnya, gejala akan muncul 1 minggu sebelum menstruasi. Infertilitas merupakan keluhan yang jarang diutarakan sebab biasanya adenomiosis didiagnosis pada usia 40 tahunan keatas. Namun bagaimanapun juga semenjak wanita lebih sering menunda kehamilan sampai usia 30 tahun atau 40 tahunan, adenomiosis lebih sering ditemukan pada klinik fertilitas pada waktu pemeriksaan. Dari pemeriksaan 26 pasien dengan keluhan infertilitas dan menoragi atau dismenore, adenomiosis didapatkan pada 14 pasien (53,8%) (de Souza et al., 1995). E. Komplikasi 1. Rasa berat di perut bawah 2. Nyeri pelvis kronis

3. Anemia kronis 4. Perubahan keganasan menjadi adenokarsinoma primerF. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan menggunakan ultrasonografi transvaginal. Gambaran ultrasonografi dari adenomiosis adalah massa irregular, miometrial, ruangan massa kistik yang sebagian besar meliputi dinding uterus posterior dengan pembesaran uterus dengan dinding posterior yang melebar, ruangan endometrial yang nyata dan penurunan ekogenitas uterus dengan lobus, kontur yang tidak normal atau adanya massa. Sonogram mungkin juga menunjukkan batas yang jelas antara jaringan miometrium yang normal dan yang tidak normal. Histerosalpingogram

Suatu pemeriksaan roentgen daerah panggul setelah suatu kontras dimasukkan ke dalam dinding rahim Pemeriksaan MRI Mendeteksi adanya adenomyosis dan seberapa luas adenomyosis dan juga dapat membedakannya dari fibroid. Pemeriksaan MRI panggul ini harus dikerjakan dengan media kontras Gadolinium yang disuntikkan ke pembuluh darah USG transvaginal USG yang alatnya dimasukkan ke dalam vagina

PENATALAKSANAANA. HISTEREKTOMI DEFINISI

Histerektomi merupakan pengobatan yang tepat, namun merupakan pilihan yang sulit apabila penyakit ini ditemukan pada wanita yang masih muda dan masih ingin mempunyai anak. Terapi hormonal tidak ada gunanya. Pengobatan klasik untuk adenomiosis yang membandel terdiri dari ablasi endometrial secara endoskopik atau histerektomi. Bagaimanapun juga ablasi endometrial pada pasien dengan adenomiosis dapat menyebabkan perlekatan pada kavum uterus, haematometrium dan rasa sakit yang hebat. INDIKASI - Umur ibu 35 tahun atau lebih. - Sudah memiliki anak hidup 3 orang atau lebih Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri. Selain itu adanya perdarahan uterus abnormal, endometriosis, prolaps uteri (relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi. Hanya 10 % dari kasus histerektomi dilakukan pada pasien dengan karsinoma. Artikel ini difokuskan secara primer untuk penggunaan histerektomi non kanker, non emergency yang mana melibatkan keputusan yang lebih menantang untuk wanita dan dokter-dokternya. Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak dilakukannya histerektomi. Leiomioma merupakan suatu perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus, namun etiologinya belum diketahui. Meskipun jinak dimana artinya tidak menyebabkan/berubah menjadi kanker, leiomioma ini dapat menyebabkan masalah secara medis, seperti perdarahan yang banyak, yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan histerektomi. Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan tindakan histerektomi. Pada kondisi ini wanita mengalami pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area pelvik. pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi kemampuan seksual. Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga oleh bersin, batuk atau tertawa. Kehamilan mungkin melibatkan peningkatan resiko dari relaksasi pelvis, meskipun tidak ada alasan yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut.Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma uteri/beberapa pre karsinoma (displasia). Histerektomi untuk karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat, dimana menghilangkan jaringan kanker dari tubuh. Prosedur ini merupakan prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus. Beberapa penyebab lain adalah : a) Fibroid, yaitu tumor jinak rahim, terutama jika tumor ini menyebabkan perdarahan berkepanjangan, nyeri panggul, anemia, atau penekanan pada kandung kencing.

b) Kanker serviks, rahim atau ovarium c) Endometriosis, dimana dinding rahim bagian dalam seharusnya tumbuh di rahim saja, tetapi ikut tumbuh di indung telur (ovarium), tuba Fallopi, atau organ perut dan rongga panggul lainnya. d) Adenomyosis, kelainan di mana sel endometrium tumbuh hingga ke dalam dinding rahim (sering juga disebut endometriosis interna) e) Prolapsus uteri, yaitu keluarnya kandungan melalui vagina f) Inflamasi Pelvis karena infeksi

abdomen serta panggul, dimana sangat berguna pada wanita-wanita dengan karsinoma atau penyebab yang tidak jelas.

KLASIFIKASI Histerektomi Abdominal Totalis Ini merupakan suatu tipe Histerektomi yang sangat dan sering dilakukan. Selama histerektomi abdominalis totalis, dokter-dokter sering mengangkat uterus bersama servik sekaligus. Parut yang dihasilkan dapat berbentuk horizontal atau vertikal, tergantung dari alasan prosedur tersebut dilakukan dan ukuran atau luasnya area yang ingin di terapi. Karsinoma ovarium dan uterus, endometriosis, dan mioma uteri yang besar dapat dilakukan histerektomi jenis ini. Selain itu histerektomi jenis ini dapat dilakukan pada kasus-kasus nyeri panggul, setelah melalui suatu pemeriksaan serta evaluasi penyebab dari nyeri tersebut, serta kegagalan terapi secara medikamentosa. Setelah dilakukan prosedur ini wanita tidak dapat mengandung seorang anak. Maka dari itu metode ini tidak dilakukan pada wanita usia reproduksi, kecuali pada kondisi-kondisi yang sangat serius seperti karsinoma. Histerektomi abdominal totalis memperbolehkan operator mengevaluasi seluruh kavum

Histerektomi Vaginalis Prosedur ini dilakukan dengan cara mengangkat uterus melalui vagina. Vaginal histerektomi ini merupakan suatu metode yang cocok hanya pada kondisi-kondisi seperti prolaps uteri, hiperplasi endometrium, atau displasia servikal. Kondisi ini dapat dilakukan apabila uterus tidak terlalu besar, dan tidak membutuhkan suatu prosedur evaluasi operatif yang luas. Wanita diposisikan dengan kedua kaki terangkat pada meja litotomi. wanita yang belum pernah mempunyai anak mungkin tidak mempunyai kanalis vaginalis yang cukup lebar, sehingga tidak cocok dilakukan prosedur ini. Jika wanita tersebut mempunyai uterus yang sangat besar, ia tidak dapat mengangkat kakinya pada meja litotomi dalam waktu yang lama atau alasan lain mengapa hal tersebut terjadi, dokter-dokter biasanya mengusulkan histerektomi secara abdominalis. Secara keseluruhan histerektomi vaginal secara laparaskopi lebih mahal dan mempunyai komplikasi yang sangat tinggi dibanding histerektomi secara abdominal. Histerektomi Vaginal dengan Bantuan Laparoskopi Metode jenis ini sangat mirip dengan metode histerektomi secara vaginal hanya saja ditambah dengan alat berupa laparoskopi. Sebuah laparoskopi adalah suatu tabung yang sangat tipis dimana kita dapat melihat didalamnya dengan suatu kaca pembesar di ujungnya. Pada wanita-wanita tertentu penggunaan laparaskopi ini selama histerektomi vaginal sangat membantu untuk memeriksa secara teliti kavum abdomen selama operasi. Penggunaan laparoskopi pada pasien-pasien karsinoma sangat baik bila dilakukan pada

stadium awal dari kanker tersebut untuk mengurangi adanya penyebaran atau jika direncanakan suatu oovorektomi. Dibandingkan dengan vaginalis Histerektomi atau abdominal, metode ini lebih mahal dan lebih riskan terjadinya komplikasi, pengerjaannya lama dan berhubungan dengan lamanya perawatan di Rumah Sakit seperti pada vaginal histerektomi uterus tidak boleh terlalu besar. Dokter juga perlu melihat kembali keadaan medis untuk memastikan tidak terjadinya resiko yang diinginkan saat metode ini dilakukan, seperti jaringan parut yang luas (adhesi). Jika wanita tersebut mempunyai resiko adhesi, atau ia mempunyai suatu massa panggul yang besar, histerektomi secara abdominal sangatlah cocok. Histerektomi Supraservikal Supraservikal Histerektomi digunakan untuk mengangkat uterus sementara serviks ditinggal. Serviks ini adalah suatu area yang dibentuk oleh suatu bagian paling dasar dari uterus, dan berada di bagian akhir (atas) dari kanalis vaginalis. Prosedur ini kemungkinan tidak berkembang menjadi karsinoma endometrium terutama pada bagian serviks yang ditinggal. Wanita yang mempunyai hasil papsmear abnormal atau kanker pada daerah serviks tidak cocok dilakukan prosedur ini. Wanita lain dapat melakukan prosedur ini jika tidak ada alasan yang jelas untuk mengangkat serviks. Pada beberapa kasus serviks lebih baik ditinggal seperti pada kasuskasus endometriosis. Prosedur ini merupakan prosedur yang sangat simple dan membutuhkan waktu yang singkat. Hal ini dapat memberikan suatu keuntungan tambahan terhadap vagina, juga menurunkan resiko terjadinya suatu protrusi lumen vagina (Vaginal prolaps). Histerektomi Radikal Prosedur ini melibatkan operasi yang luas dari pada histerektomi abdominal totalis, karena prosedur ini juga mengikut sertakan pengangkatan jaringan lunak yang mengelilingi uterus serta mengangkat bagian atas dari vagina. Radikal histerektomi ini sering dilakukan pada kasus-kasus karsinoma serviks stadium dini. Komplikasi lebih sering terjadi pada histerektomi jenis ini dibandingkan pada histerektomi tipe abdominal. Hal ini juga menyangkut perlukaan pada usus dan sistem urinarius. Ooforektomi dan Salpingooforektomi (Pengangkatan Ovarium dan atau Tuba Falopii) Ooforektomi merupakan suatu tindakan operatif mengangkat ovarium, sedangkan salpingooforektomi adalah pengangkatan ovarium. Kedua metode ini dilakukan pada kasus-kasus : kanker ovarium, curiga tumor ovarium atau

kanker tuba falopii (jarang). Kedua metode ini juga dapat dilakukan pada kasus-kasus infeksi atau digabungkan dengan histerektomi. Kadang-kadang wanita dengan kanker ovarium atau payudara tipe lanjut dilakukan suatu ooforektomi sebagai tindakan preventif atau profilaksis untuk mengurangi resiko penyebaran dari sel-sel kanker tersebut. Jarang sekali terjadi kelainan secara familial.

KOMPLIKASI a) infeksi, rasa nyeri, dan perdarahan di daerah operasi, cedera pada organ sekitar seperti usus, kandung kencing, ureter, perlengketan yang hebat. b) Histerektomi abdominal mempunyai angka rata-rata tertinggi untuk rasa nyeri dan infeksi post operatif daripada histerektomi vaginal. c) Cedera pada organ sekitar seperti usus, kandung kencing, ureter. Hal ini terutama timbul apabila didapatkan perlengketan hebat pada organorgan tersebut. d) Perdarahan : perdarahan yanga cukup banyak kadangkala memerlukan transfusi darah e) Infeksi : Jarang dijumpai f) Perubahan teknik operasi menjadi open surgery : pada beberapa keadaan misalnya perlengketan yang sangat hebat, operasi laparoskopi lebih membawa resiko sehingga open surgery lebih dipilih.

PROSEDUR PELAKSANAAN Histerektomi dapat dilakukan melalui sayatan di perut bagian bawah atau vagina, dengan atau tanpa laparoskopi. Histerektomi lewat perut dilakukan melalui sayatan melintang seperti yang dilakukan pada operasi sesar. Histerektomi lewat vagina dilakukan dengan sayatan pada vagina bagian atas. Sebuah alat yang disebut laparoskop mungkin dimasukkan melalui sayatan kecil di perut untuk membantu pengangkatan rahim lewat vagina. Histerektomi vagina lebih baik dibandingkan histerektomi perut karena lebih kecil risikonya dan lebih cepat pemulihannnya. Namun demikian, keputusan melakukan histerektomi lewat perut atau vagina tidak didasarkan hanya pada indikasi penyakit tetapi juga pada pengalaman dan preferensi masing-masing ahli bedah. http://valentinadewi.blogspot.com/2010/11/histerektomi-parsial.html Tindakan pengangkatan rahim menggunakan laparoskopi dilakukan menggunakan anestesi (pembiusan) umum atau total. Waktu yang diperlukan bervariasi tergantung beratnya penyakit, berkisar antara 40 menit hingga tiga jam. Pada kasus keganasan stadium awal, tindakan histerektomi radikal dapat pula dilakukan menggunakan laparoskopi. Untuk ini diperlukan waktu operasi yang relatif lebih lama. a) Apabila dilakukan histerektomi subtotal, maka jaringan rahim dikeluarkan menggunakan alat khusus yang disebut morcellator sehingga dapat dikeluarkan melalui llubang 10 mm. b) Apabila dilakukan histerektomi total, maka jaringan rahim dikeluarkan melalui vagina, kemudian vagina dijahit kembali. c) Operasi dilakukan umumnya menggunkan empat lubang kecil berukuran 5 10 mm, satu di pusar dan tiga di perut bagian bawah.

PENATALAKSANAAN HISTEREKTOMI 1. Praoperatif Biasanya setengah bagian abdomen dan region pubis serta perineal dicukur dengan sangat cermat dan dibersihkan dengan sabun dan air. Traktus intestinal dan kandung kemih harus dikosongkan sebelum pasien dibawa ke ruang operasi untuk mencegah kontaminasi dan cedera yang tidak disengaja pada kandung kemih atau traktus intestinal Edema dan pengirigasi antiseptik biasanya diharuskan pada malam hari sebelum hari pembedahan Pasien mendapat sedative untuk memastikan tidur malam dengan baik Medikasi praoperatif yang diberikan pada pagi hari pembedahan akan membantu pasien rileks 2. Pascaoperatif Prinsip-prinsip umum perawatan pascaoperatif untuk bedah abdomen diterapkan, dengan perhatian khusus diberikan pada sirkulasi perifer untuk mencegah tromboflebitis dan TVP (perhatikan varicose, tingkatan sirkulasi dengan latihan tungkai dan menggunakan stoking elastic) Resiko utama adalah infeksi dan hemoragi Selain itu, karena tempat yang dioperasi berada dekat dengan kandung kemih, mungkin terdapat masalah berkemih, terutama setelah histerektomi vaginal Edema atau trauma saraf dapat menyebabkan kehilangan sementara tonus kandung kemih (atoni kandung kemih), dan dapat digunakan kateter indwelling Selama pembedahan, penanganan usus dapat menyebabkan ileus dan mengganggu fungsi usus.

Smeltzer Suzanne C. and Bare Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Volume 2. Jakarta: EGC. PEMULIHAN PASCA OPERASI Pemulihan dari operasi histerektomi biasanya berlangsung dua hingga enam minggu. Selama masa pemulihan, pasien dianjurkan untuk tidak banyak bergerak yang dapat memperlambat penyembuhan bekas luka operasi. Dari segi makanan, disarankan untuk menghindari makanan yang menimbulkan gas seperti kacang buncis, kacang panjang, brokoli, kubis dan makanan yang terlalu pedas. Seperti setelah operasi lainnya, makan makanan yang kaya protein dan meminum cukup air akan membantu proses pemulihan. Sekarang terapi konservatif untuk pengobatan adenomiosis dapat dibagi menjadi kategori yaitu : a) Perawatan Luka Perawat dapat menduga tanda dari penyembuhan luka bedah insisi : Tidak ada perdarahan dan munculnya tepi bekuan di tepi luka. Tepi luka akan didekatkan dan dijepit oleh fibrin dalam bekuan selama satu atau beberapa jam setelah pembedahan ditutup. Inflamasi (kemerahan dan bengkak) pada tepi luka selama 1 3 hari. Penurunan inflamasi ketika bekuan mengecil. Jaringan granulasi mulai mempertemukan daerah luka. Luka bertemu dan menutup selama 7 10 hari. Peningkatan inflamasi digabungkan dengan panas dan drainase mengindikasikan infeksi luka. Tepi luka tampak meradang dan bengkak. Pembentukan bekas luka. Pembentukan kollagen mulai 4 hari setelah perlukan dan berlanjut sampai 6 bulan atau lebih. Pengecilan ukuran bekas luka lebih satu periode atau setahun. Peningkatan ukuran bekas luka menunjukkan pembentukan kelloid. Tujuan Perawatan Luka Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka Absorbsi drainase Menekan dan imobilisasi luka Mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cedera mekanis Mencegah luka dari kontaminasi bakteri Meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing

b) c) d)

Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien Bahan yang Digunakan dalam Perawatan Luka 1. Sodium Klorida 0,9 % Sodium klorida adalah larutan fisiologis yang ada di seluruh tubuh karena alasan ini tidak ada reaksi hipersensitivitas dari sodium klorida. Normal saline aman digunakan untuk kondisi apapun (Lilley & Aucker, 1999). Sodium klorida atau natrium klorida mempunyai Na dan Cl yang sama seperti plasma. Larutan ini tidak mempengaruhi sel darah merah (Handerson, 1992). Sodium klorida tersedia dalam beberapa konsentrasi, yang paling sering adalah sodium klorida 0,9 %. (http://rpromise.com/woundcare/) 2. Larutan povodine-iodine. Iodine adalah element non metalik yang tersedia dalam bentuk garam yang dikombinasi dengan bahan lain Walaupun iodine bahan non metalik iodine berwarna hitam kebiru-biruan, kilau metalik dan bau yang khas. Iodine hanya larut sedikit di air, tetapi dapat larut secara keseluruhan dalam alkohol dan larutan sodium iodide encer. Iodide tinture dan solution keduanya aktif melawan spora tergantung konsentrasi dan waktu pelaksanaan (Lilley & Aucker, 1999). Larutan ini akan melepaskan iodium anorganik bila kontak dengan kulit atau selaput lendir sehingga cocok untuk luka kotor dan terinfeksi bakteri gram positif dan negatif, spora, jamur, dan protozoa. Bahan ini agak iritan dan alergen serta meninggalkan residu (Sodikin, 2002). Studi menunjukan bahwa antiseptik seperti povodine iodine toxic terhadap sel (Thompson. J, 2000). Iodine dengan konsentrasi > 3 % dapat memberi rasa panas pada kulit. Rasa terbakar akan nampak dengan iodine ketika daerah yang dirawat ditutup dengan balutan oklusif kulit dapat ternoda dan menyebabkan iritasi dan nyeri pada sisi luka. (Lilley & Aucker, 1999). Embolisasi pembuluh darah Terapi Hormonal Kombinasi operasi dan terapi hormonal - Embolisasi pembuluh darah Penggunaan teknik intervensi radiologi untuk mengembolisasi pembuluh darah uterus pada kasus adenomiosis telah dijelaskan barubaru ini. Laporan tentang penggunaan teknik ini masih sedikit dan sejauh ini tidak ada kehamilan yang berhasil yang dijelaskan pada penggunaan teknik embolisasi pada adenomiosis ini.

Terapi Hormonal Terapi hormonal digunakan untuk mengurangi rasa sakit termasuk pil progesterone oral yang diminum rutin, anti estrogen dan agonis GnRH. Agonis GnRH dan anti-estrogen seperti Danazol telah banyak digunakan. Analog GnRH membuat keadaan menopause palsu, suatu keadaan dimana kadar estrogennya rendah. Efek samping dari pengobatan cara ini adalah muka merah (hot flushes), mood yang tidak stabil, dan pengurangan kadar mineral tulang. - Kombinasi operasi dan terapi hormonal Huang dan Wang melaporkan bahwa pengangkatan dengan operasi kecil (microsurgical) pada daerah adenomiosis yang terlihat yang kemudian diikuti dengan terapi menggunakan agonis GnRH (Goserelin Acetate) 3,6 mg, 2 sampai 6 kali sehari berakhir dengan kelahiran bayi yang sehat pada 4 kasus (Huang et al., 1998; Wang et al., 2000). B. Farmakologi Seringkali pembesaran rahim yang tidak begitu besar biasanya tidak menimbulkan gejala dan karenanya tidak diperlukan obat-obatan. Untuk kasuskasus pendarahan hebat disertai nyeri yang amat sangat dapat dipakai obat GnRH agonis yang mana obat ini menyebabkan suatu keadaan seperti menopause dengan penghentian fungsi indung telur secara lengkap dan juga menghentikan menstruasi, yang menyebabkan jaringan yang abnormal bisa menyusut. Keadaan seperti menopause ini sangat menguntungkan bagi pasienpasien yang mengalami anemia karena memungkinkan pasien untuk memulihkan anemianya, terutama dibantu dengan obat-obatan penambah darah. Tapi obat GnRH agonis ini tidak mudah ditoleransi oleh karena menyebabkan gejala-gejala menopause seperti hot flash. Konsekuensi lainnya adalah pengeroposan tulang, peningkatan kolesterol jahat dan penurunan kolesterol yang baik. Oleh karena itu pemakaian obat ini biasanya dibatasi selama 6 bulan saja. GnRH agonis juga digunakan untuk mengobati kemandulan yang dihubungkan dengan adenomyosis. Tapi obat ini bisa memulihkan kesuburan hanya pada kasus-kasus yang ringan, tidak pada kasus-kasus yang berat. Hormon progesterone ataupun pil KB tidak begitu efektif, khasiatnya bersifat temporer. http://anantaindra.blogspot.com/2010_11_12_archive.html

-

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN Identitas Nama : Ny. N Umur : 40 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan Terakhir : SMA Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Status Perkawinan : Menikah Suku Bangsa :Agama :Alamat : Keluhan Utama Klien mengeluh nyeri tak tertahankan saat menstruasi hingga seperti akan pingsan Riwayat Kesehatan Sekarang : Klien dengan keluhan nyeri tak tertahankan saat menstruasi hingga seperti akan pingsan. Kondisi ini dirasakan klien sejak 3 tahun yang lalu tapi saat itu nyeri haid masih dapat ditahan, tapi saat ini nyerinya tak tertahankan Masa Lalu : Klien sejak 3 tahun yang lalu tapi saat itu nyeri haid masih dapat ditahan, tapi saat ini nyerinya tak tertahankan Keluarga : (memiliki ibu atau saudara perempuan atau saudara kembar yang menderita adenomiosis) Riwayat Ginekologi - Menarche usia 14 tahun - Siklus 28 hari teratur tiap bulan - Mengalami nyeri menstruasi - Setelah menikah nyeri menstruasi tidak dapat dirasakan lagi. Riwayat Persalinan - Menikah umur 21 tahun - Memiliki 4 orang anak ( 3 laki-laki dan 1 perempuan) - Pernah keguguran 2x - Dikuret di RS Keadaan Umum - Kesadaran : Compos Mentis

- TB :- BB :- TD : 110/70 mmHg - RR : 20 x/menit - HR : 88 x/menit - Suhu : 36,5 o C Pola Pemenuhan Kebutuhan - Nutrisi : (Kaji intak dan out put nutrisi dan cairan) - Eliminasi : (Kaji frekuensi, warna, dan bau urin (isak)) - Istirahat : (Klien mengatakan akan berbaring sakit terus) - Aktivitas : (Klien tidak melakukan apa-apa) Pemeriksaan Fisik - Inspeksi : Terdapat luka operasi sepanjang 15 cm dari simfisis ke pusat - Auskultasi : - (auskultasi paru-paru) - Palpasi :- Perkusi : Pemeriksaan Persistem - Sistem Integumen Terdapat luka operasi sepanjang 15 cm dari simfisis ke pusat (Biasanya terjadi inflamasi jaringan sekitar kemaluan) - Sistem Kardiovaskuler TD 110/70 mmHg, HR 88x/menit, dan T 36,5 oC - Sistem Pernafasan RR 20x/menit - Sistem Penginderaan (Kaji konjungtiva, apakah ada peradangan / tidak. Konjuntiva anemis, sclera tidak ikterik) - Sistem Pencernaan (Kaji mulut dan tenggorokan termasuk tonsil, apakah terdapat diare / tidak, adakah mual dan muntah) - Sistem Perkemihan (Kaji system perkemihannya output) - Sistem Muskuloskeletal (Biasanya klien tidak mengalami kesulitan bergerak). - Anus (Biasanya pasien mengalami inflamasi jaringan akibat infeksi).

Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan darah Hb :Ht :Leukosit :Trombosit :Eritrosit : Aspek Psikososiospiritual Psikologi : klien tampak sedih menangis hanya berdiam diri, menyalahkan diri sendiri, bertanya tentang proses penyembuhan luka, perubahan fisik setelah operasi, dan hubungan seksual dengan suami Sosial : (Biasanya klien merasa kesepian dan takut di tolak dalam pergaulan.) Spiritual : (Bagaimana ibadah klien selama sakit) 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Pra Operatif) 1. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan dismenore ditandai dengan klien mengeluh nyeri saat menstruasi. 2. Gangguan rasa aman: Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan akan prognosis penyakit, kebutuhan pengobatan (Post Operatif) 1. Gangguan rasa aman: Kecemasan berhubungan dengan pasca operasi ditandai dengan klien tampak sedih, menangis dan berdiam diri, menyalahkan diri sendiri, bertanya tentang proses penyembuhan luka, perubahan fisik setelah operasi dan hubungan seksual dengan suami 2. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan pasca operasi ditandai dengan terdapat luka operasi sepanjang 15 cm dari simfisis ke pusat pada klien 3. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan pasca operasi 4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan bekas luka operasi 3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (Pra Operatif) No. Diagnosa Tujuan

Intervensi

Rasional

1

Keperawatan Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan dismenore ditandai dengan DO : DS: klien mengatakan nyri tak tertahankan bila menstruasi hingga akan pingsan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan nyeri pada klien berkurang atau hilang dengan kriteria hasil: - Klien mengenali faktor penyebab - Klien menggunakan metode pencegahan non analgetik untuk mengurangi nyeri - Klien melaporkan nyeri yang sudah dapat dikontrol

Mandiri: - Kaji keluhan - Mengindikasikan nyeri, kebutuhan untuk perhatikan intervensi dan lokasi tanda-tanda intensitas perkembangan (skala 1 10) komplikasi frekuensi dan waktu

visualisasi latihan nafas dalam.

kemampuan koping

Kolaborasi: - Pemberian analgesik. 2 Gangguan rasa aman: Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan akan prognosis penyakit, kebutuhan pengobatan ditandai dengan DO: DS:Setelah dilakukan tindakan keperawatan, kecemasan klien berkurang dengan kriteria hasil: - Tidak ada tanda-tanda kecemasan - Melaporkan penurunan durasi dan episode cemas - Melaporkan pemenuhan kebutuhan tidur adekuat - Menunjukkan fleksibilitas peran Mandiri: - Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (takikardi, takipneu, ekspresi cemas non verbal) - Temani klien untuk mendukung kecemasan dan rasa takut - Instruksikan klien untuk menggunaka n teknik relaksasi - Berikan pengobatan

- Meredakan nyeri

rasa

- Dorong pengungkapa n perasaan

- Mengurangi rasa takut dan ansietas sehingga mengurangi persepsi akan intensitas rasa sakit

- Mengetahui sejauh apa tingkat cemas klien

- Berikan - Meningkatkan tindakan relaksasi atau kenyamanan menurunkan misal : tegangan otot. perubahan posisi tubuh

- Membantu menenangkan klien

- Dorong - Memfokuskan penggunaan kembali teknik perhatian, relaksasi meningkatkan misal : rasa kontrol dan bimbingan dapat imajinasi dan meningkatkan

- Meningkatkan kenyamanan klien

- Membuat klien lebih tenang

untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat - Sediakan informasi aktual tentang diagnosa, penanganan, dan prognosis (Post Operatif) No. Diagnosa Keperawatan 1 Gangguan rasa aman: Kecemasan berhubungan dengan pasca operasi ditandai dengan DO: klien tampak sedih, menangis dan berdiam diri, menyalahkan diri sendiri DS: klien bertanya tentang proses penyembuhan luka, - Menambah pengetahuan klien tentang diagnosa.

perubahan fisik setelah operasi dan hubungan seksual dengan suami

tidur adekuat - Menunjukkan fleksibilitas peran

- Instruksikan klien untuk menggunaka n teknik relaksasi - Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat

- Meningkatkan kenyamanan klien

- Membuat klien lebih tenang

Tujuan

Intervensi

Rasional

Setelah Mandiri: dilakukan - Kaji tingkat tindakan kecemasan keperawatan, dan reaksi kecemasan fisik pada klien berkurang tingkat dengan kriteria kecemasan hasil: (takikardi, - Tidak ada takipneu, tanda-tanda ekspresi kecemasan cemas non - Melaporkan verbal) penurunan durasi dan - Temani klien episode untuk cemas mendukung - Melaporkan kecemasan pemenuhan dan rasa kebutuhan takut

- Mengetahui sejauh apa tingkat cemas klien 2 Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan pasca operasi ditandai dengan DO: terdapat luka operasi sepanjang 15 cm dari simfisis ke pusat

- Membantu menenangkan klien

- Sediakan - Menambah informasi pengetahuan aktual klien tentang tentang diagnosa. diagnosa, penanganan, dan prognosis Setelah Mandiri: dilakukan - Kaji keluhan - Mengindikasikan asuhan nyeri, kebutuhan untuk keperawatan perhatikan intervensi dan nyeri pada klien lokasi tanda-tanda berkurang atau intensitas perkembangan hilang dengan (skala 1 10) komplikasi kriteria hasil: frekuensi dan - Klien waktu mengenali faktor - Lakukan - Perawatan luka penyebab perawatan yang steril dapat - Klien luka dengan mempercepat menggunakan teknik steril proses

DS: -

metode pemulihan pencegahan non analgetik - Dorong - Mengurangi rasa untuk pengungkapa takut dan mengurangi n perasaan ansietas nyeri sehingga - Klien mengurangi melaporkan persepsi akan nyeri yang intensitas rasa sudah dapat sakit dikontrol - Berikan - Meningkatkan tindakan relaksasi atau kenyamanan menurunkan misal : tegangan otot. perubahan posisi tubuh - Dorong - Memfokuskan penggunaan kembali teknik perhatian, relaksasi meningkatkan misal : rasa kontrol dan bimbingan dapat imajinasi dan meningkatkan visualisasi kemampuan latihan nafas koping dalam. Kolaborasi: - Pemberian - Meredakan analgesik nyeri tramal sup 3x50 mg

cairan tubuh berhubungan dengan pasca operasi ditandai dengan DO:DS:-

asuhan Tanda-tanda dan nadi dapat keperawatan vital digunakan untuk cairan klien perkiraan kasar tetap dapat kehilangan darah terpenuhi dengan baik - Awasi - Memberikan dengan kriteria masukan dan pedoman untuk hasil: haluaran dan penggantian - Perbaikan hubungkan cairan keseimbangan dengan berat cairan badan dibuktikan oleh turgor - Catat tanda - Mengetahui kulit baik, perdarahan seberapa banyak membrane baru setelah perdarahan yang mukosa berhentinya terjadi lembab, perdarahan pengisisan awal kapiler cepat - Pertahankan - potensial pencatatan kelebihan akurat transfuse cairan, subtotal khususnya bila cairan / volume tambahan darah selama diberikan terapi sebelum transfuse penggantian darah

rasa

Kolaborasi: - Pemberian Dextrose 5%

- Cairan glukosa dapat meningktakan energi pada klien

3

Resiko tinggi kekurangan

Setelah dilakukan

Mandiri: - Awasi

- Perubahan TD

4

Resiko Tinggi Setelah

Mandiri:

Infeksi berhubungan dengan bekas luka operasi ditandai dengan DO:DS:-

dilakukan asuhan keperawatan infeksi pada klien tidak terjadi dengan kriteria hasil: - Tidak ada tanda-tanda infeksi, misal: kemerahan dan demam - Luka bekas operasi pada klien cepat sembuh dan kering

- Tekankan teknik mencuci tangan dengan tepat

- Mencegah penyebaran bakteri dan kontaminasi silang

- Pertahankan - Menurunkan teknik infeksi aseptic pada nosokomial penggantian balutan, prosedur invasive - Lihat insisi - Deteksi dini bedah terjadinya infeksi invasive memberikan untuk pencegahan eritema. komplikasi serius

http://medicastore.com/obat/7739/CLAVAMOX_TABLET_500.html http://www.kimiafarmaapotek.com/index.php? page=shop.product_details&flypage=flypage.tpl&product_id=1412&category_id=26 &option=com_virtuemart&Itemid=98 http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/17/kuretase/ http://valentinadewi.blogspot.com/2010/11/histerektomi-parsial.html http://anantaindra.blogspot.com/2010_11_12_archive.html http://www.docstoc.com/docs/76029836/Askep-ADENOMIOSIS http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/10/endometriosis-dan-adenomiosis.html

Kolaborasi: - Berikan - menurunkan antibiotic resiko clofamox kontaminasi 3x1 gram IV infeksi sesuai perioperasi indikasi

DAFTAR PUSTAKASmeltzer Suzanne C. and Bare Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Volume 2. Jakarta: EGC. Doengoes, Marilynn E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.