Pengobatan Menurut Pandangan Islam

19
PENGOBATAN MENURUT PANDANGAN ISLAM Diposkan oleh Bin Muhsin di 01:38 HABBATUSSAUDA OBAT SEGALA MACAM PENYAKIT KECUALI KEMATIAN (HR. BUKHARI MUSLIM) MADU OBAT YANG MENYEMBUHKAN BAGI MANUSIA (QS:AN-NAHL: 69) UNTUK PEMESANAN HUBUNGI BIN MUHSIN HP: 085227044550 Tlp: 021-91913103 SMS ONLY: 081213143797 @MyYM @MyFacebook @MyTwitter @MyYuwie @MyFriendster [email protected] === PENGOBATAN MENURUT PANDANGAN ISLAM Pendahuluan Islam adalah agama yang kaya. Khazanahnya mencakup segenap aspek kehidupan manusia, termasuk di antaranya masalah kesehatan dan pengobatan. Ilmu pengobatan islam sebenarnya tidak kalah dengan ilmu pengobatan barat. Contohnya, Ibnu sina seorang muslim yang menjadi pionir ilmu kedokteran modern. Ilmu pengobatan islam bertumpu pada cara-cara alami dan metode ilahiah. Yang sebenarnya sangat bermanfaat bagi seorang muslim dalam menjaga kesehatan dan mengobati penyakitnya. Sebagai khalifah di muka bumi, manusia dibekali akal oleh Allah SWT, disamping sebagai instink yang mendorong manusia untuk mencari segala sesuatu yang di butuhkan untuk melestarikan hidupnya seperti makan, minum dan tempat berlindung. Dalam mencari hal-hal tersebut, manusia akan mendapat pengalaman yang baik dan yang kurang baik maupun yang membahayakan. Maka akal lah yang mengolah, meningkatkan serta mengembangkan pengalaman tersebut untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Karena itu, manusia selalu dalam proses mencari dan menyempurnakan hingga selalu progresif. Berbeda dengan binatang yang hanya dibekali dengan instink saja, hingga hidup mereka sudah terarah dan dan bersifat statis. Akal lah yang membentuk serta membina kebudayaan manusia dalam bebragai aspek kehidupannya termasuk dalam bidang pengobatan. PENGERTIAN Pengobatan adalah suatu kebudayaan untuk menyelamatkan diri dari dari penyakit yang mengganggu hidup. Kebudayaan tidak

Transcript of Pengobatan Menurut Pandangan Islam

Page 1: Pengobatan Menurut Pandangan Islam

PENGOBATAN MENURUT PANDANGAN ISLAM

Diposkan oleh Bin Muhsin di 01:38

HABBATUSSAUDA OBAT SEGALA MACAM PENYAKIT KECUALI KEMATIAN (HR. BUKHARI MUSLIM) MADU OBAT YANG MENYEMBUHKAN BAGI MANUSIA (QS:AN-NAHL: 69) UNTUK PEMESANAN HUBUNGI BIN MUHSIN HP: 085227044550 Tlp: 021-91913103 SMS ONLY: 081213143797 @MyYM @MyFacebook @MyTwitter @MyYuwie @MyFriendster [email protected] === 

PENGOBATAN MENURUT PANDANGAN ISLAMPendahuluanIslam adalah agama yang kaya. Khazanahnya mencakup segenap aspek kehidupan manusia,

termasuk di antaranya masalah kesehatan dan pengobatan. Ilmu pengobatan islam sebenarnya

tidak kalah dengan ilmu pengobatan barat. Contohnya, Ibnu sina seorang muslim yang

menjadi pionir ilmu kedokteran modern. Ilmu pengobatan islam bertumpu pada cara-cara

alami dan metode ilahiah. Yang sebenarnya sangat bermanfaat bagi seorang muslim dalam

menjaga kesehatan dan mengobati penyakitnya.

Sebagai khalifah di muka bumi, manusia dibekali akal oleh Allah SWT, disamping sebagai

instink yang mendorong manusia untuk mencari segala sesuatu yang di butuhkan untuk

melestarikan hidupnya seperti makan, minum dan tempat berlindung. Dalam mencari hal-hal

tersebut, manusia akan mendapat pengalaman yang baik dan yang kurang baik maupun yang

membahayakan. Maka akal lah yang mengolah, meningkatkan serta mengembangkan

pengalaman tersebut untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Karena itu, manusia selalu

dalam proses mencari dan menyempurnakan hingga selalu progresif. Berbeda dengan

binatang yang hanya dibekali dengan instink saja, hingga hidup mereka sudah terarah dan dan

bersifat statis. Akal lah yang membentuk serta membina kebudayaan manusia dalam bebragai

aspek kehidupannya termasuk dalam bidang pengobatan.

PENGERTIANPengobatan adalah suatu kebudayaan untuk menyelamatkan diri dari dari penyakit yang

mengganggu hidup. Kebudayaan tidak saja dipengaruhi oleh lingkungan, tetapi juga oleh

kepercayaan dan keyakinan, karena manusia telah merasa di alam ini ada sesuatu yang lebih

kuat dari dia, baik yang dapat dirasakan oleh pancaindera maupaun yang tidak dapat

dirasakan dan bersifat ghaib. Pengobatan ini pun tidak lepas dari pengaruh kepercayaan atau

agama yang di anut manusia.

Secara umum di dalam dunia pengobatan dikenal istilah medis dan non medis. Paraahli

berbeda pendapat tentang penjelasan batasan istilah medis dan definisinya secara

terminologis menjadi 3 pendapat, yaitu :

Page 2: Pengobatan Menurut Pandangan Islam

Pendapat pertama

Medis atau kedokteran adalah ilmu untuk mengetahui berbagai kondisi tubuh manusia dari

segi kesehatan dan penyakit yang menimpanya. Pendapat ini di nisbatkan oleh para dokter

klasik dan Ibnu Rusyd Al-hafidz.

Pendapat kedua

Medis atau kedokteran adalah ilmu tentang berbagai kondisi tubuh manusia untuk menjaga

kesehatan yang telah ada dan mengembalikannya dari kondisi sakit.

Pendapat ketiga

Ilmu pengetahuan tentang kondisi-kondisi tubuh manusia, dari segi kondisi sehat dan kondisi

menurunnya kesehatan untuk menjaga kesehatan yang telah ada dan mengembalikannya

kepada kondisi sehat ketika kondisi nya tidak sehat. Ini adalah pendapat Ibnu sina.

Definisi-definisi tersebut walaupun kata-kata dan ungkapannya berbeda tetapi memiliki arti

dan kandungan yang berdekatan, meskipun definisi ketiga lah yang memiliki keistimewaan

karena bersifat komprehensif mencakup makna yang ditujukan oleh definisi pertama dan

kedua.

Sehingga istilah pengobatan medis dapat disimpulkan sebagai suatu kebudayaan untuk

menyelamatkan diri dari penyakit yang menggaggu hidup manusia di dasarkan kepada ilmu

yang di ketahui dengan kondisi tubuh manusia, dari segi kondisi sehat dan kondisi

menurunnya kesehatan, untuk menjaga kesehatan yang telah ada dan mengembalikannya

ketika kondisi tidak sehat. Pengobatan medis sendiri dalam sejarah manusia merupakan hasil

proses panjang yang di awali secara tradisional hingga menjadi modern seperti sekarang.

PETUNJUK Al-QUR’AN TENTANG PENGOBATANBanyak ayat Al-Qur’an yang mengisyaratkan tentang pengobatan karena Al-Qur’an itu

sendiri diturunkan sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang mukmin. “Dan kami

menurunkan Al-Qur’an sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang yang mukmin”.(QS

Al-Isra’: 82). Menurut para ahli tafsir bahwa nama lain dari Al-Qur’an yaitu “Asysyifa” yang

artinya secara terminologi adalah obat penyembuh. “Hai manusia, telah datang kepadamu

kitab yang berisi pelajaran dari Tuhan mu dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai

petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”.(QS Yunus:57)

Disamping Al-Qur’an mengisyaratkan tentang pengobatan juga menceritakan tentang

keindahan alam semesta yang dapat kita jadikan sumber dari pembuat obat-obatan. “Dengan

(air hujan) itu Dia menumbuhkan tanaman-tanaman untukmu, seperti zaitun, kurma, anggur

dan segala macam buah-buahan. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat

tanda-tanda (kebesaran Allah)bagi orang-orang yang berfikir.(QS An-Nahl:11).“Kemudian

makanlah dari segala(macam)buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhan-muyang telah

(dimudahkan bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam

warnanya, didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh pada

Page 3: Pengobatan Menurut Pandangan Islam

yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir”.

(QS An-Nahl:69)

Metoda Pengobatan Para Rasul Sebelumnya

Nabi Isa AS

“Dan akan dijadikan-Nya sebagai Rasul kepada Bani Israil (dia berkata) “Aku telah datang

kepadamu dengan sebuah tanda (mukjizat) dari Tuhan mu, yaitu aku membuatkanmu

(sesuatu) dari tanah berbentuk seperti burung, lalu aku meniup nya, maka ia menjadi seekor

burung atas izin Allah. Dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan orang yang

berpenyakit kusta. Dan aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah, dan aku

beritahukan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu.

Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat suatu tanda(kebenaran kerasulanku)

bagimu,jika kamu orang yang beriman”.(QS Ali-Imran:49).

Menurut para mufassir, Nabi Isa mengobati penyakit buta dan kusta dengan cara di usap

dengan tangan nya, mata yang buta dan anggota tubuh yang terkena kusta dengan izin Allah

melalui mukjizatnya maka seketika itu sembuh.

Nabi Musa AS

Nabi Musa tidak lepas dari sifat kemanusiaannya yang merupakan sunnatulloh yaitu sakit.

Beliau pernah sakit lalu memetik sehelai daun yang diniatkan sebagai obat yang hakikatnya

Allah menyembuhkan kemudian di tempelkannya daun tersebut pada anggota tubuh yang

sakit, karena mukjizatnya seketika itu sembuh. Dan kedua kali nya beliau sakit kemudian

memetik sehelai daun secara spontanitas tanpa diniatkan sebagai obat yang hakikatnya Allah

Sang Penyembuh maka ketika itu sakitnya tidak sembuh.

Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad sebagai Rasul yang diprinyahkan Allah untuk menyampaikan wahyu

kepada umat-nya tidak lepas tingkah lakunya dari Al-Qur’an karena beliau dijadikan suri

tauladan yang baik untuk semua manusia. Firman Allah :“Sesungguhnya pada diri Rasul itu

terdapat suri tauladan yang baik untuk kamu, bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat

(Allah) dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah”.(QS Al-Ahzab:

21). Imam Ali berkata : “Sesungguhnya semua tingkah laku Nabi Muhammad SAW adalah

Al-Qur’an”. Beberapa metoda pengobatan yang dilakukan Rasulullah :

Ruqyah

Ruqyah merupakan salah satu cara pengobatan yang pernah diajarkan malaikat jibril kepada

Nabi Muhammad SAW. Ketika Rasulullah sakit maka datang malaikat jibril mendekati tubuh

beliau,kemudian jibril membacakan salah satu doa sambil ditiupkan ketubuh Nabi, seketika

itu beliau sembuh. Inilah doanya :”Bismillahi arqiika minkulli syai-in yu’dziika minsyarri

kulli nafsin au-ainiasadin Alloohu yasyfiika bismillahi arqiika”. Ada 3 cara ruqyah yang

dilakukan oleh Nabi :

Page 4: Pengobatan Menurut Pandangan Islam

1.Nafats

Yaitu membacakan ayat Al-Qur’an atau doa kemudian di tiupkan pada kedua telapak tangan

kemudian di uasapkan keseluruh badan pasien yang sakit. Dalam suatu riwayat bahwasanya

Nabi Muhammad SAW apabila beliau sakit maka membaca “Al-muawwidzat” yaitu

tiga surat Al-Qur’an yang diawali dengan “A’udzu” yaitu surat An Naas, Al Falaq, dan Al

ikhlas kemudian di tiupkan pada kedua telapak tangannya lalu diusapkan keseluruh badan.

2.Air liur yang ditempelkan pada tangan kanannya.

Diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim : bahwasanya Nabi Muhammad SAW apabila ada

manusia yang tergores kemudian luka, maka kemudian beliau membaca doa kemudian air

liurnya ditempelkan pada tangan kanannya, lalu di usapkan pada luka orang tersebut. Inilah

doa nya: ”Allahumma robbinnas adzhabilbas isyfi antasy-syafii laa syifa-a illa syifa-uka laa

yughodiru saqoman”.

3.Meletakkantangan pada salah satu anggota badan.

Nabi Muhammad SAW pernah memerintahkan Utsman bin Abil Ash yang sedang sakit

dengan sabdanya : “letakkanlah tanganmu pada anggota badan yang sakit kemudian bacalah

“Basmalah 3x” dan “A’udzu bi-izzatillah waqudrotihi minsyarrima ajidu wa uhajiru 7x”.

Doa Mikjizat

Banyak doa-doa kesembuhan yang di ajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada umat nya,

salah satunya : “Allahumma isyfi abdaka yan-ulaka aduwwan aw yamsyi laka ila sholaah”.

Dengan Memakai Madu

Sebagaimana menurut QS An-Nahl:69 bahwa madu Allah jadikan sebagai obat maka

Rasulullah menggunakan madu untuk mengobati salah satu keluarga sahabat yang sedang

sakit. Dalam satu riwayat, ada sahabat yang datang kepaa Rasulullah memberitahukan

anaknya sedang sakit, kemudian Nabi menyuruh meminumkan anaknya madu sambil

membaca doa.

Bekam

Berbekam termasuk pengobatan yang diajarkan Rasulullah SAW, bahkan Rasulullah SAW

pernah melakukan bekam dan memberikan upah kepada tukang bekam. Rasulullah

bersabda : “Sesungguhnya sebaik-baik apa yang kalian lakukan untuk mengobati penyakit

adalah dengan melakukan bekam”.

Metoda Pengobatan Hukama (Ahli Hikmah)

Hikmah adalah kemampuan untuk memahami rahasia-rahasia syariat agama. Ahli Hikmah

adalah orang-orang solih yang diberikan oleh Allah ilmu dan karomah sehingga dia menjadi

orang yang berpengetahuan luas untuk memahami rahasia-rahasia syariat agama. Para ahli

hikmah umumnya dijadikan sebagai tabib oleh kebanyakan orang. “Dia memberikan hikmah

kepada siapa yang dia kehendaki. Barangsiapa yang diberi hikmah, sesungguhnya dia telah

diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-

Page 5: Pengobatan Menurut Pandangan Islam

orang yang memiliki akal sehat”.QS Al-Baqarah:269). Beberapa metoda yang digunakan

oleh para ahli hikmah tidaklah berbeda jauh dengan metoda yang digunakan oleh Rasulullah

SAW, karena sebagian besar metoda yang digunakan juga mengacu kepada ayat-ayat Al-

Qur’an serta hadist, beberapa metoda yang digunakan yaitu :

1. Ruqyah

Ruqyah yang diajarka kepada Nabi dan yang dilakukan oleh nabi, lain dengan yang dilakukan

oleh hukama, tetapi doa yang mereka gunakan pengertiannya sama. Paraahli Hikmah apabila

mengobati seseorang dengan cara ruqyah dengan membacakan ayat Al-Qur’an atau doa

kemudian ditiupkan kedalam air yang nantinya air itu di minum oleh si pasien.

2. Wafaq

Wafaq ialah ayat Al-Qur’an, Asma Allah, Zikir, atau doa yang ditulis diatas benda seperti

kertas, kain yang dijadikan sebagai media pengobatan atau lainnya oleh para Ahli Hikmah.

Salah satu contoh : wafaq untuk orang yang sakit hati (liver) ditulis pada gelas putih

kemudian diisi air lalu di minumkan. Insya Allah sembuh. (tulis huruf Ha besar 2 kali dan

huruf ‘ain 6 kali).

“Setiap penyakit itu ada obatnya, jika tepat obatnya maka penyakit akan sembuh dengan izin

Allah ‘Azza wa Jalla”.(HR.Muslim). “Allah tidak akan menurunkan suatu penyakit

melainkan Allah juga menurunkan obatnya”.(HR.Abu Hurairah).

Keberadaan berbagai penyakit termasuk sunnah kauniyah yang diciptakan oleh Allah SWT.

Penyakit-penyakit itu merupakan musibah dan ujian yang di tetapkan Allah SWT atas hamba-

hamba-Nya. Dan sesungguhnya pada musibah itu terdapat kemanfaatan bagi kaum

mukminin. Shuhaib Ar-Rumi RA berkata : Rasulullah SAW bersabda : ”Sungguh

mengagumkan perkara seorang muslim, sehingga seluruh perkaranya adalah kebaikan. Yang

demikian itu tidaklah dimiliki oleh seorangpun kecuali seorang mukmin. Jika ia mendapat

kelapangan, ia bersyukur maka yang demikian itu baik baginya, dan jika ia ditimpa

kesusahan, ia bersabar. Maka yang demikian itu baik baginya”. (HR.Muslim no.2999).

Termasuk keutamaan Allah SWT yang diberikan kepada kaum mukminin. Dia menjadikan

sakit yang menimpa seorang mukmin sebagai penghapus dosa dan kesalahan mereka.

Sebagaimana tersebut dalam hadist : Abdullah bin Masud RA berkata : Rasulullah SAW

bersabda : “Tidaklah seorang muslim ditimpa gangguan berupa sakit atau lainnya,

melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon menggugurkan

daun-daunnya”.(HR.Bukhari no.5661 dan Muslim no.5678). Ketika memungkinkan

mengkonsumsi obat yang sederhana maka jangan beralih memakai obat yang kompleks.

Setiap penyakit yang bisa ditolak dengan makanan-makanan tertentu dan pencegahan,

janganlah mencoba menolaknya dengan obat-obatan. Ibnul Qayyim berkata : “ berpalingnya

manusia dari pengobatan nubuwwah seperti halnya berpalingnya mereka dari pengobatan

dengan Al-Qur’an, yang merupakan obat bermanfaat.(Ath-thibbun Nabawi hal.6, 29).

Page 6: Pengobatan Menurut Pandangan Islam

Dengan demikian, sudah sepantasnya seorang muslim menjadikan pengobatan nabawiyyah

bukan hanya sekedar sebagai pengobatan alternatif. Namun menjadikannya sebagai cara

pengobatan yang utama, karena kepastiannya datang dari Allah SWT. Namun tentunya

berkaitan dengan kesembuhan suatu penyakit, seorang hambatidak boleh bersandar semata

dengan pengobatan tertentu, dan tidak boleh meyakini bahwa obatlah yang menyembuhkan

penyakitnya. Namun seharusnya ia bersandar dan berantung kepada Dzat yang memberikan

penyakit dan yang menurunkan obatnya sekaligus yaitu Allah SWT. Sungguh tidak ada yang

dapat memberikan kesembuhan kecuali Allah SWT semata. Karna itulah Nabi Ibrahim

memuji Rabbnya : “Dan apabila aku sakit, Dia lah yang meyembuhkan ku”.( QS Asy-

Syu’ara’: 80).

Contoh pengobatan Nabi untuk asam urat

Asam urat sudah dikenal sejak 2.000 tahun yang lalu dan menjadi salah satu penyakit tertua

yang dikenal manusia. Dulu, penyakit ini juga disebut "penyakit para raja" karena penyakit

ini diasosiasikan dengan kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman yang enak-enak.

Kini, asam urat bisa menimpa siapa saja.

Asam urat adalah hasil metabolisme tubuh oleh salah satu unsur protein (zat purin) dan ginjal

adalah organ yang mengatur kestabilan kadarnya dalam tubuh dan akan membawa sisa asam

urat ke pembuangan air seni. Namun jika kadar asam urat itu berlebihan, ginjal tidak akan

sanggup mengaturnya sehingga kelebihan itu akan menumpuk pada jaringan dan sendi.

Otomatis, ginjal juga akan mengalami gangguan. Kandungan asam urat yang tinggi

menyebabkan nyeri dan sakit persendian yang amat sangat.

Gangguan asam urat ditandai dengan suatu serangan tiba-tiba di daerah persendian. Saat

bangun tidur, misalnya, ibu jari kaki dan pergelangan kaki Anda terasa terbakar, sakit dan

membengkak. Bahkan selimut yang Anda gunakan terasa seperti batu yang membebani kaki

Anda. Seperti itulah gejala asam urat atau arthritis gout. Gangguan asam urat disebabkan oleh

tingginya kadar asam urat di dalam darah, yang menyebabkan terjadinya penumpukan kristal

di daerah persendian sehingga menimbulkan rasa sakit. Selain rasa sakit di persendian, asam

urat juga menyerang ibu jari kaki, dapat membentuk tofi atau endapan natrium urat dalam

jaringan di bawah kulit, atau bahkan menyebabkan terbentuknya batu ginjal.

System Pengobatan Nabawi untuk mengatasi asam urat menggunakan metode Hijamah dan

Herbal Islami. Penyebab Utama asam urat adalah kelebihan zat purin dalam darah, sehingga

bila kandungan purinnya sedikit atau normal, tubuh bisa membuangnya lewat ginjal.

Kelebihan purin ini harus dikeluarkan dengan cara dibekam/hijamah bersama unsur-unsur

kotor lainnya dalam darah.

Selanjutnya disarankan untuk mengkonsumsi herbal-herbal Islami terutama Habbatussauda

dan minyak zaitun. Habbatussauda berfungsi untuk menggelontor toksin dalam darah dan

melakukan detoksifikasi intra sel (pengeluaran racun yang ada dalam sel), yang kemudian

Page 7: Pengobatan Menurut Pandangan Islam

bersama unsur darah kotor lainnya dikeluarkan dari tubuh lewat bekam/hijamah.

Habbatussauda juga berfungsi menghilangkan rasa nyeri di persendian karena mengandung

zat yang memiliki efek anti inflamatori atau anti peradangan.

Sementara minyak zaitun sangat efektif untuk menghilangkan rasa sakit dipersendian yang

amat mengganggu. Bergabung bersama efek anti peradangan dari habbatussauda maka rasa

sakit ini akan sangat terkurangi. 

PENGOBATAN TRADISIONAL DALAM PANDANGAN ISLAMSebelum islam hadir di tengah-tengah masyarakat, manusia sudah memiliki pengetahuan dan

cara pengobatan yang mereka peroleh berdasarkan pengalaman. Hal ini di namai pengobatan

tradisionalyang banyak berdasarkan pada kegelapan mistik. Secara ringkas dapat dikatakan

bahwa pengobatan tradisional ini dimanapun (termasuk di Indonesia), adalah yang primitif,

jadi tidak ilmiah dan spekulatif, mistik, magic dan statis serta tidak di ajarkan. Jampi-jampi

dan rajah serta azimat dilarang oleh islam. Karena semua itu membawa manusia kepada

perbuatan syirik.

Ada pengobatan tradisional lain yang tidak menghubungkan diri dengan ruh halus sebagai

penyebabnya. Yaitu hanya berdasarkan gejala / keluhan penat-penat, lemah badan,dsb.

Obatnya ialah berupa daun-daunan sebagai jamu. Jamu bukan mistik dan bukan pula magic,

tetapi tetapi berupa pengobatan alamiah atau yang berasa dari alam.

Pengobatan tradisional lainnya adalah pijat (massage) bagi yang patah tulang atau

acupressure dengan menekan bagian tubuh tertentu atau dengan nama lain akupuntur yang

berasal dari cina, dan juga bekam.

Pada dasarnya obat tradisional seperti ini diperbolehkan dalam islam selama tidak merusak

diri sendiri dan orang lain serta tidak membawa kepada perbuatan syirik. Garis-garis besar

pengobatan tradisional yang diajarkan Rasul diantaranya melarang “Kai”, yakni meletakkan

besi panas di atas bagian tubuh yang sakit, melarang jampi-jampi atau mantera-mantera yang

membawa kepada syirik.

PENGOBATAN MODERN DALAM PANDANGAN ISLAMPengobatan modern berasal dari pengobatan tradisional. Dan merupakan perkembangan hasil

dari kerja akal manusia yang diberi kesempatan untuk aktif memikirkan dan merenungkan

kehidupan ini. Pengobatan modern menurut pandangan islam adalah segala tekhnik

pengobatan yang berdasarkan hasil dari befikir dan mengembangkan ilmu dan pengetahuan

dalam bidang kesehatan dengan mengandalkan akal yang telah diberikan oleh Allah SWT

untuk di kembang kandan di amalkan guna manusia dan alam sekitarnya.

Nabi menjelaskan bahwa ada dua macam penyakit sesuai dengan keadaan manusia yang

terdiri dari tubuh jasad dan tubuh rohani. Untuk obat rohaniah adalah membaca Al-Qur’an

dan untuk fisik adalah materi contohny madu.

Page 8: Pengobatan Menurut Pandangan Islam

Perlu diketahui Allah menurunkan segala penyakit tanpa menjelaskan secara terperinci

mengenai jenis penyakitnya dan Allah menurunkan obatnya tanpa menyebutkan apa obatnya

dan bagaimana cara memakainya. Masalah ini haruslah dikerjakan oleh manusia dengan akal,

ilmu dan penyelidikan yang sekarang dinamai science bersama teknologinya.

“Agama itu akal dan tidak ada agama bagi yang tidak berakal”

Inilah dorongan untuk membangun ilmu pengetahuan (science), termasuk pengetahuan

pengobatan (medical science). Pada waktu islam berkembang keluar jazirah arab, umat islam

bertemu dengan pengobatan Persia, Yunani dan hindia. Mereka menyerap segala macam

pengobatan itu serta menyesuaikannya dengan ajaran islam. Perkembangan yang pesat terjadi

pada daulah abbasiyah, setelah dimulai pada masa khalifah umayyah. Cordova

dan Granada di spanyol merupakan pusat ilmu yang di datnangi oleh ahli-ahli barat. Pada saat

itu muncullah dokter-dokter muslim dengan kualitas internasional seperti Ibnu Uthal dan

Wahid Abdul Malik, yang mendirikan perumahan untuk merawat penderita kusta, Ibnu Al

Baytan yang dirinya dengan mengumpulkan tanaman-tanaman berkhasiat bagi pengobatan

dan sebagainya, pada periode abbasiyah mereka mendirikan rumah sakit modern di Baghdad.

Perhatikanlah kedahsyatan islam yang dapat mengubah manusia jahiliyah penyembah berhala

menjadi ilmiah yang selalu mengingat kepada keMahabesaran Allah. Mereka mengubah

pengobatan istik dan spekulatif-magic menjadi pengobatan ilmiah yang tepat, objektif dan

islami.DISUSUN OLEH :

NAMA : DIAH AYU DWIJAYANTI

Obat, Dan Pengobatan Dalam Perspektif Hukum Islam

Jumat, 01 Juli 2011 19:14 

Written by Administrator

I.                   PENDAHULUAN

 

Page 9: Pengobatan Menurut Pandangan Islam

Reformasi  yang dibawa oleh Nabi Besar Muhammad SAW 15 abad yang lalu melalui  Risalah Islamiyyahnya, yang  berkait  dengan hidup dan kehidupan manusia adalah terwujudnya eksistensi kebahagiaan,  keselamatan,   kesuksesan   dan   kenyamanan   hidup   di   dunia   dan   akhirat.   Sehat jiwa (sehat   rohaniah)   yang terisi   dan   terpatri   pada   hati   dan   sanubarinya   dengan a`aqidah al Islamiyyah ash-shahihah yang   membebaskan  diri   setiap   insan   hamba   Allah   untuk  tertunduk dan  bersimpuh di hadapan Allah SWT secara vertikal, melalui media shalat lima waktu, sebagai buah hasil  dari  peristiwa mukjizat   Isra`  dan mi`raj  Nabi  Muhammmad SAW.  Sikap mental  yang selalu dilandasi  dan   terimplementasi  dengan kalimatut-tauhid , La ilaha illallah (Tidak  ada  Tuhan  yang wajib disembah melainkan Allah) akan mengusir dan mengikis serta mengantisipasi berbagai macam virus   ruhaniyyah,   semacam:   virus al-kibr  wat-takabbur   (sombong), al-hasad  (dengki/irihati), al-haqd (dendam),   dan   virus al-Ananiyyah (egoistik),   dan   yang   sangat   berbahaya   adalah   virus kemunafikan,  virus kekafiran,  serta visus kemusyrikan.  Sehingga dalam situasi,  kondisi  dan posisi apapun   seorang   hamba  Allah   yang   saleh   akan   selalu  menggantungkan  berbagai   poroblematika kehidupannya kepada Yang Maha Kaya, Yang Maha Berkuasa, dan 97 Maha lainnya

Curhat Vertikal  selalu dilakukan dengan berbagai media ibadah, baik ibadah mahdhah kepada Allah SWT misalnya: shalat lima waktu, shalat-shalat sunnah, puasa Ramadhan dan puasa-puasa sunat, haji dan umrah, tilawah al-Qur`an, zikir dan doa, serta ta`lim, maupun ibadah sosial (ibadah ghaeru mahdhah) yang diberikan untun kepentingan kebutuhan hidup para dhu`afa, yatama,fuqara, dan masakin, seperti: zakat, infak, sodaqoh, wakaf, dan berbagai bantuan sosial lainnya.

            Di samping itu, sehat jasmaniah yang merupakan potensi dan kemampuan  seorang hamba Allah  yang   ikhlas  dan  penuh kesadaran untuk  menjalankan aturan-aturan,  norma-norma hukum syariah yang akan mengawal seseorang untuk melakukan berbagai aktiifitas dan perbuatan,  dimulai dari  masa   balignya,   sejak   bangun  tidur   sampai   tidur   kembali   dan   seterusnya   sampai   hayatnya terpisah   dari   jasadnya   dalam   posisi   disayangi   dan   dimulyakan,   serta   diridhai   oleh   Yang  Maha Pengasih   lagi   Maha   Penyayang.   Selain   itu,   diisi   dan   dihiasi   oleh sehat moral (mental) untuk melakukan berbagai  aktifitas yang penuh dengan berbagai hambatan dan kendala yang dilandasi oleh   semangat Lillahita`ala.   Sehingga   sentuhan   aktifitas   hamba-Nya   itu,   dalam  bentuk   gagasan dan  pemikiran yang sehat, ucapan dalam bingkai kebenaran yang santun dan lembut dan prilaku yang ditampilkan, dengan tidak menyakiti hati siapapun, serta dapat dirasakan dampak positifnya baik untuk dirinya, masyarakat lingkungannya, bangsa dan negaranya.

 

B. Himbauan untuk selalu Hidup Bersih Menuju Hidup Sehat.   

 

            Ada kurang lebih 30 ayat secara berulang, Allah SWT menghimbau kepada setiap hamba-Nya untuk  menjalani   pola   hidup   bersih,   baik   bersih   angggauta   badan,  pakaian,   tempat   tinggal   dan lingkungannya. Di samping itu, diperkuat dengan ratusan hadis-hadis Rasulullah yang berkait tentang kualitas   hidup   bersih,   sehingga   para   fuqaha   secara   spesifik   telah   menempatkan pembahasan Kitab/Bab ath-taharah (hidup   dan   prilaku   bersih),   baik   berkait   dengan  mekanisme 

Page 10: Pengobatan Menurut Pandangan Islam

bersuci, alat untuk bersuci, dan kotoran dan najis yang mengancam eksistensi kebersihan ( dalam bentuk najis ringan /mukhaffafah, atau najis sedang (mutawassitoh, atau najis berat mugallazhoh). Sehingga seseorang yang akan menghadap Allah dari ujung rambut sampai dengan ujung kakinya ketika  mau  melaksanakan   shalat  mesti   terbebaskan   badannya,   pakaian   yang   dikenakan   untuk shalatnya,   dan   tempat   shalatrnya  dari   berbagai   kotoran   dan  najis.   Di   samping   itu,  mekanisme bersucinya mesti benar sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW, dengan istinja`  setelah melakukan buang air kecil (BIK) atau buang air besar (BAB), melakukan mandi (al-gusl) baik dalam bentuk mandi biasa,   atau   mandi   sunnah,   atau mandi wajib untuk   menghilangkan   hadas   besar   (hadas akbar), melakukan  berwudlu yang benar dengan melaksanakan rukun dan sunah-sunahnya,  atau melaksanakantayammum sebagai sebuah dispensasi hukum yang dilakukan ketika dalam keadaan sakit   yang   mengancam   eksistensi   jiwa   ketika   menggunakan   air,   atau   dalam   kondisi   tidak ditemukannya   air.   Selain   itu,   juga  mesrti   dipergunakan   alat-alat   bersuci   dengan  memilah   dan memilih   watak   air   yang   suci   mensucikan   (al-ma thahir muthahhir/al-ma` al-muthlaq)   untuk mengangkat hadas besar dan mengangkat hadas kecil (berwudlu) dan hadas besar (mandi junub, mandi  setelah menjalanai masa menstruasi (al-haidh), dan setelah melahirkan (wiladah dan nifas). Sehingga ketika wudhunya sah maka akan mengantarkan ibadah shalatnya, thawafnya,, tilawah al-Qur`annya  bernilai sah, i`tikaf zikir dan doanya juga bernilai sah, bahkan setiap hamba Allah untuk selalu memposisikan dirinya dalam keadaan bersih dalam keadaan dawam al-wudhu (melestarikan wudhu). Sehingga diharapkan setiap jam, menit, dan detiknya kehidupan hamba-Nya yang dicintai dan  dimuliakan-Nya   itu   dalam keadaan  bersih   dan  dekat   denganNya,   yang  akan  dirinya  bersih jasmani   dan   rohani,   lebih   dari   itu   sehat   jasmani   dan   rohaninya,   terbebaskan   dari   belenggu kehidupan yang penuh maksiat dan dosa.

            Di  samping  itu,  setiap  insan hamba Allah dihimbau  untuk mengkonsumsi  makananan dan minuman sebagai sebuah rizki yang halal dan yang thayyib (yang layak dan cocok untuk anggota tubuh) yang berfungsi sebagai gizi jasmani, yang dapat menumbuh kembangkan anggauta tubuh jasmaninya yang sehat dan kuat untuk mengisi gizi ruhaninya untuk menjadikan sehat dan kokoh rohaninya  dalam  mengabdi   dan  beribadah   kepada-Nya.  Oleh   sebab   itu,   begitu   sangat   sayang kepada   hamba-Nya   dengan  melarang   dan   mengharamkan   secara   tegas   untuk   mengkonsumsi makanan, minuman, yang masuk melewati kerongkongan dan perutnya dan bahkan lebih dari itu, melakukan hubungan biologis dengan pasangan yang haram (tanpa ikatan akad nikah yang legal dan sah),   yang   semuanya  akan  mengancam eksistensi  agama,  eksistensi   jiwa  dan eksistensi   akalnya, bahkan   eksistensi   kehormatan   dan   keturunannya.  Juga   tidak   kalah   pentingnya,   proses   dan mekanisme  memperoleh  makanan,  minuman,   dan   pasangan   suami-isteri   apakah   bertentangan dengan   hukum   syariah   dan   juga   hukum   positif   yang   berlaku.   Sehingga   dalam   memperoleh pendapatan dan kekayaan tidak menzalimi hak-hak pihak lain secara tidak adil, semisal: Rizki yang diperoleh   melalui   pencurian,   penipuan,   atau   perampokan,   dan   apalagi   melalui   perkorupsian, seteguk  air minum dan sesuap nasi yang bersumber dari yang haram yang bukan haknya itu akan menjadi   api   panas   yang  menyengat,   yang  menyebabkan  hidup   pelakunya   gundah,   gelisah   dan stress, merasa tidak indah dan tidak nyaman terhadap apa yang dimilikinya itu.

            Di samping itu, pendistribusian dan pendayagunaan rizki yang diperoleh apakah digunakan untuk   poya-poya,   penuh   dengan   maksiat   dan   dosa,   atau   dipergunakan   untuk  kebaikan   dan 

Page 11: Pengobatan Menurut Pandangan Islam

kebajikan yang dapat dirasakan oleh dirinya, keluarganya dan masyarakatnya. Pada umumnya, rizki yang di peroleh yuang bersumber dari yang haram itu akan cepat habisnya. Sebaliknya, rizki yang bersumber dari yang halal itu akan nyaman dinikmatinya, mempunyai manfaat bagi sesama, dan terus   berlimpah  dalam  kebaikan   dan   keberkahan  dari   Allah   SWT.   Sehingga   hidup   sehat   dalam perspektif   agama   kita,   jasmaninya   sehat   yang   ditunjang   oleh   ekonominya   yang   sehat,   dan diharapkan ruhaninya sehat  untuk menuju kehidupan duniawi  yang sangat  sementara   ini  penuh dengan kebahagiaan, dan kehidupan ukhrawi penuh dengan kepuasan dibawah Ridha Allah SWT yang  layak dan pantas  menghuni  surga-Nya, Jannat an-na`im.  Semua  ini  dapat  dimanifestasikan melalui ibadah shaum, khususnya ibadah shaum Ramadlan yang tinggal beberapa minggu lagi kita akan memasasukinya, dan puasa sunah lainnya sebagai media pelatihan pengendalian syahwat hawa nafsu   yang   akan   dapat  menjebak   setiap   insan   untuk   terperosok   dalam   lembah   kehinaan   dan kehancuran kehidupan dunia dan akhirat. Na`uzubillah.

 

C. Sakit, Obat dan Pengobatan.

 

            Sehat   jasmani  dan   rohani  merupakan  nikmat  Allah  yang  sangat  mahal  yang  dikaruniakan kepada setiap hamba-Nya secara gratis dan sulit untuk menghitung dan apalagi mau membayarnya. Sedangkan, sakit (al-maridh/as-saqam) , dalam perspektif agama Islam, dimaknai sebagai sebuah hikmah   dan   bahan muhasabah(evaluasi   diri)   bahwa   siapapun   hamba   Allah   dalam   posisi   tidak berdaya ketika dalam keadaan sakit, baik sakit ringan, sakit sedang, apalagi sakit yang kronis yang sudah mengancam eksistensi jiwanya yang sudah terbaring, dan bahkan terkapar di pembaringan, yang hanya dapat ditangisi oleh istreri/suami dan sanak saudara. Sehingga sakit/penyakit itu menjadi sebuah hikmah,   sebuah ujian/test  dan cobaan  (imtihan wa ibtilaan)  bagi   siapapun hamba-Nya, apakah   dia   seorang   yang   kaya   raya,   pejabat,   ulama,   intelektual,   pengusaha,rakyat   biasa atau  dhu`afa, untuk menjadikan sakit itu sebagai sebuah hikmah untuk lebih  diposisikan  Allah SWT sebagai   tempat  meminta,  bermunajat,  dan   tempat  mengajukan  berbagai   keluhan  dan  problem, sehingga   melalui   sakit,   Allah   SWT   akan mendengar   rintihan,   manja   dan   cengengnya   sosok seorang hamba-Nya.   Seorang   hamba   yang   belum   pernah   mengalami   sakit   dalam   sepanjang hidupnya secara establish, selalu sehat maka boleh jadi dia tidak dapat mensyukurinya. Sehingga dia bertepuk dada,, sombong bahkan menganggap dirinya sakti sebagai Tuhan, sebagai yang telah dilakukan oleh Fir`aun.

            Di samping itu, orang yang sakit diharapkan dapat mengevaluasi adanya sesuatu yang salah dan tidak pas karena mengabaikan pola makan dan minum yang tidak benar, bahkan apa saja masuk yang halal dan yang haram, atau melakukan hubungan biologis di luar akad nikah sehingga terancam penyakit  kelamin,  HIV  dan Aids.  Pada akhirnya,  orang yang sakit   itu  memilih  dua pilihan sesuai dengan izin dan kehendak Allah SWT, apakah dia akan sembuh dan pulih kembali dari sakitnya, atau sebaliknya sebagai faktor penyebab kematiannya, wafat kembali kepada al-Khaliq Rabbul `alamin, Inna Lillahi wa Inna Lillahi Raji`un.

Page 12: Pengobatan Menurut Pandangan Islam

            Rasulullah  Muhammad   SAW   yang   sangat   disayangi   oleh   Allah   SWT   sebagai   uswah   dan qudwah bagi kita umatnya hanya diberikan amanah jatah hidup kurang lebih 63 tahun, tidak seperti nabi   dan   rasul   sebelumnya  hidup  dalam  rentangan   ratusan   tahun.   Kehiduapan  Rasulullah   yang berlangsung singkat namun sangat berkualiatas dalam berbagai aspek kehidupan beliau yang sulit dilukiskan ini memberikan pembelajaran kepada umatnya untuk selalu jadikan waktu-waktu hidup yang masih tersisa   ini menjadi manfaat dan maslahat untu diri pribadi, keluarga, masyarakat bangsa dan Negara, sehingga pada klimaksnya tinggalkan dunia ini dalam keadaan husnul khatimah yang diridhai oleh Allah SWT dan didoakan oleh semua keluarga, saudara yang masih hidup.

             Berkait   dengan   soal   sakit   dan   penyakit   ini,   Allah   SWT   tidak   menghendaki   hamba-Nya membiarkan dirinya ketika sakit,  hanya penuh bertawakkal, berserah diri kepada-Nya, akan tetapi diminta, dan bahkan diwajibkan untuk berikhtiar, berusaha maksimal untuk dapat menyembuhkan penyakitnya.   Secara   khusus   Rasulullah   SAW  meminta   kepada   sahabatnya   dan   umatnya   untuk berobat ketika sakit,  karena setiap penyakit   itu pasti ditemukan obatnya. Ketika tidak berikhtiar, maka hamba Allah tersebut dianggap telah menghancurkan dirinya, dan bahkan membunuh dirinya disebabkan oleh sebab sakit dan penyakitnya itu menjadi yang bersangkutan meninggal dunia. Di pihak   lain,   sakit   dan   penyakit   serta   resep   obatnya   ini  menjadi   tantangan   tersendiri   bagi   para intelektual  dalam bidang ketabiban dan kedokteran untuk menemukan faktor penyebab sakitnya (disebabkan oleh virus, bakteri), atau disebabkan oleh pola makan dan minum yang terlarang, atau ada faktor tekanan psikologis,  arau ada  intervensi   jin/syaitan baik passif  maupun aktif.  Sehingga dengan   penyakit   ini  menjadi   hikmah   tersenidir,   bagi   dunia   ketabiban   dan   kedokteran   dengan hadirnya Rumah sakit dan juga farmasi yang berkait dengan obat-obatan. Para ulama Islam, semisal: Ibnu Sina (Avicena), dan Ibn Rusyd (Averoes) dengan menulis kitab al-kulliyyatnya yang mengurai tentang obat dan   pengobatan berdasarkan pesan-pesan teks ayat Al-Qur`an dan Hadis Nabi, serta praktek Rasulullah dalam bentuk tib an-nabawi. Sehingga konsep dan penemuan para ulama Islam, khususnya Ibn Rusyd ini menjadi bahan dan cikal bakal  pengembangan dunia kedokteran di Eropa dan dunia modern kini.

            Adapun   solusi   untuk   mengantisipasi   secara   prepentif   dan   mengatasi   secara   kuratif terhadap  penyakit itu, adalah:

1. Orang yang sakit itu mesti jadikan penyakit ini sebagai sebuah hikmah

dan muhasabah, untuk terus berhusnuzzan bahwa yang bersangkutan

yakin kepada Allah SWT masih memberikan kesempatan untuk sembuh

kembali. Pada hakikatnya yang menyembuhkan derita penyakitnya itu

adalah Allah SWT.

2. Dengan memperbanyak istigfar atas berbagai kealpaan, maksiat dan

dosa yang dilakukan, membaca zikir dan doa yang ma`tsur sesuai

dengan petunjuk Rasulullah SAW, dengan mengkonsumsi  minuman air

putih, ikhlas dengan membaca sebelumknya suratal-fatihah, yang

dikenal dengan surat asy-Syifa (penyembuhan) sebelum meminumnya.

3. Jika masih belum sembuh, konsultasi kepada ahlinya yang

berkompetensi dalam bidang ketabiban dan kedokteran untuk berikhtiar

Page 13: Pengobatan Menurut Pandangan Islam

baik rawat biasa, maupun rawat inap. Dengan tetap mantapkan

semangat husnuzzan Allah SWT akan masih memberi kesempatan

swembuh, untuk didayagunakan kesempatan ribadah, dan hal-hal yang

positif lainnya.

4. Memilah dan memilih sistem pengobatan yang tidak membawa kepada

kemusyrikan dengan mempersyaratkan sesuatu yang tidak rasional dan

mengada-ngada (tetapi di balik itu ada penipuan), demikian juga obat

yang digunakan adalah obat yang halal, baik yang nabati, maupun yang

hewani, yang diproduk dari bahan-bahan yang halal. Diharapkan obat

yang dapat menyembuhkan terhadap obyek sebuah penyakit, tidak

mempunyai side effect kepada penyakit lainnya.

5. Jika ikhtiar melalui pengobatan dan tersebut dikabulkan oleh Allah SWT

sembuh, Insya Allah kesembuhan tersebuhan tersebut akan disyukuri

untuk lebih meningkatkan lagi amal salih, dan ibadah kepada-Nya. Jika

tidak sembuh, maka diakhiri kehidupan ini dengan penuh tawakkal

dengan disefrtai dengan ikhtiar, dan kembali ke hadirat Allah SWT

dalam penuh kepuasan, penuh dengan nilai-nilai kesalehan, dengan

membawa predikat "husnul-Khatimah". Amin Ya Rabbal `alamin.

B. Euthanasia Pasif

Adapun hukum euthanasia pasif, sebenarnya faktanya termasuk dalam praktik menghentikan

pengobatan. Tindakan tersebut dilakukan berdasarkan keyakinan dokter bahwa pengobatan yag

dilakukan tidak ada gunanya lagi dan tidak memberikan harapan sembuh kepada pasien. Karena itu,

dokter menghentikan pengobatan kepada pasien, misalnya dengan cara menghentikan alat pernapasan

buatan dari tubuh pasien. Bagaimanakah hukumnya menurut Syariah Islam?

Jawaban untuk pertanyaan itu, bergantung kepada pengetahuan kita tentang hukum berobat (at-

tadaawi) itu sendiri. Yakni, apakah berobat itu wajib, mandub,mubah, atau makruh? Dalam masalah ini

ada perbedaan pendapat. Menurut jumhur ulama, mengobati atau berobat itu hukumnya mandub

(sunnah), tidak wajib. Namun sebagian ulama ada yang mewajibkan berobat, seperti kalangan ulama

Syafiiyah dan Hanabilah, seperti dikemukakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (Utomo, 2003:180).

Menurut Abdul Qadim Zallum (1998:68) hukum berobat adalah mandub. Tidak wajib. Hal ini berdasarkan

berbagai hadits, di mana pada satu sisi Nabi SAW menuntut umatnya untuk berobat, sedangkan di sisi

lain, ada qarinah (indikasi) bahwa tuntutan itu bukanlah tuntutan yang tegas (wajib), tapi tuntutan yag

tidak tegas (sunnah).

Di antara hadits-hadits tersebut, adalah hadits bahwa Rasulullah SAW bersabda :

“Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia ciptakan pula obatnya. Maka

berobatlah kalian!” (HR Ahmad, dari Anas RA)

Page 14: Pengobatan Menurut Pandangan Islam

Hadits di atas menunjukkan Rasulullah SAW memerintahkan untuk berobat. Menurut ilmu Ushul Fiqih,

perintah (al-amr) itu hanya memberi makna adanya tuntutan (li ath-thalab), bukan menunjukkan

kewajiban (li al-wujub). Ini sesuai kaidah ushul :

Al-Ashlu fi al-amri li ath-thalab

“Perintah itu pada asalnya adalah sekedar menunjukkan adanya tuntutan.” (An-Nabhani, 1953)

Jadi, hadits riwayat Imam Ahmad di atas hanya menuntut kita berobat. Dalam hadits itu tidak terdapat

suatu indikasi pun bahwa tuntutan itu bersifat wajib. Bahkan, qarinah yang ada dalam hadits-hadits lain

justru menunjukkan bahwa perintah di atas tidak bersifat wajib. Hadits-hadits lain itu membolehkan tidak

berobat.

Di antaranya ialah hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, bahwa seorang perempuan hitam pernah

datang kepada Nabi SAW lalu berkata,”Sesungguhnya aku terkena penyakit ayan (epilepsi) dan sering

tersingkap auratku [saat kambuh]. Berdoalah kepada Allah untuk kesembuhanku!” Nabi SAW

berkata,”Jika kamu mau, kamu bersabar dan akan mendapat surga. Jika tidak mau, aku akan berdoa

kepada Allah agar Dia menyembuhkanmu.” Perempuan itu berkata,”Baiklah aku akan bersabar,” lalu dia

berkata lagi,”Sesungguhnya auratku sering tersingkap [saat ayanku kambuh], maka berdoalah kepada

Allah agar auratku tidak tersingkap.” Maka Nabi SAW lalu berdoa untuknya. (HR Bukhari)

Hadits di atas menunjukkan bolehnya tidak berobat. Jika hadits ini digabungkan dengan hadits pertama

di atas yang memerintahkan berobat, maka hadits terakhir ini menjadi indikasi (qarinah), bahwa perintah

berobat adalah perintah sunnah, bukan perintah wajib. Kesimpulannya, hukum berobat adalah sunnah

(mandub), bukan wajib (Zallum, 1998:69).

Dengan demikian, jelaslah pengobatan atau berobat hukumnya sunnah, termasuk dalam hal ini

memasang alat-alat bantu bagi pasien. Jika memasang alat-alat ini hukumnya sunnah, apakah dokter

berhak mencabutnya dari pasien yag telah kritis keadaannya?

Abdul Qadim Zallum (1998:69) mengatakan bahwa jika para dokter telah menetapkan bahwa si pasien

telah mati organ otaknya, maka para dokter berhak menghentikan pengobatan, seperti menghentikan

alat bantu pernapasan dan sebagainya. Sebab pada dasarnya penggunaan alat-alat bantu tersebut

adalah termasuk aktivitas pengobatan yang hukumnya sunnah, bukan wajib. Kematian otak tersebut

berarti secara pasti tidak memungkinkan lagi kembalinya kehidupan bagi pasien. Meskipun sebagian

organ vital lainnya masih bisa berfungsi, tetap tidak akan dapat mengembalikan kehidupan kepada

pasien, karena organ-organ ini pun akan segera tidak berfungsi.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka hukum pemasangan alat-alat bantu kepada pasien adalah sunnah,

karena termasuk aktivitas berobat yang hukumnya sunnah. Karena itu, hukum euthanasia pasif dalam

arti menghentikan pengobatan dengan mencabut alat-alat bantu pada pasien –setelah matinya/rusaknya

organ otak—hukumnya boleh (jaiz) dan tidak haram bagi dokter. Jadi setelah mencabut alat-alat tersebut

dari tubuh pasien, dokter tidak dapat dapat dikatakan berdosa dan tidak dapat dimintai tanggung jawab

mengenai tindakannya itu (Zallum, 1998:69; Zuhaili, 1996:500; Utomo, 2003:182).

Page 15: Pengobatan Menurut Pandangan Islam

Namun untuk bebasnya tanggung jawab dokter, disyaratkan adanya izin dari pasien, walinya, atau

washi-nya (washi adalah orang yang ditunjuk untuk mengawasi dan mengurus pasien). Jika pasien tidak

mempunyai wali, atau washi, maka wajib diperlukan izin dari pihak penguasa (Al-Hakim/Ulil Amri)

(Audah, 1992 : 522-523).

Wallahu a’lam.