TELAAH TUMBUHAN BIDARA UNTUK PENGOBATAN MENURUT AL …
Transcript of TELAAH TUMBUHAN BIDARA UNTUK PENGOBATAN MENURUT AL …
TELAAH TUMBUHAN BIDARA UNTUK PENGOBATAN
MENURUT AL-QUR‟AN DAN HADIS
Skripsi ini Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Sri Rezeki
NIM. 16210794
Pembimbing:
Drs. Arison Sani, MA
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR‟AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR‟AN (IIQ)
JAKARTA
1441 H/2020 M
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “Telaah Tumbuhan Bidara untuk Pengobatan
Menurut Al-Qur‟an dan Hadis” yang disusun oleh Sri Rezeki
Nomor Induk Mahasiswa: 16210794 telah diperiksa dan disetujui
untuk diujikan ke sidang munaqasyah.
Jakarta, 29 Agustus 2020
Pembimbing,
Drs. Arison Sani, MA
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Telaah Tumbuhan Bidara Untuk Pengobatan
Menurut Al-Qur‟an dan Hadis” oleh Sri Rezeki (16210794) telah
diujikan pada sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin & Dakwah
Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta pada tanggal 31 Agustus
2020 Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Agama (S.Ag).
Jakarta, 31 Agustus 2020
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
Institut Ilmu Al-Qur`an
Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc., M.A.
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,
Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc., M.A Mamluatun Nafisah, MA
Penguji I, Penguji II,
Dr. Ahmad Syukron, M.Ag Sofian Effendi, MA
Pembimbing,
Drs. Arison Sani, M.A
iii
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sri Rezeki
Nim : 16210794
Tempat/Tanggal Lahir : Bagan Batu, 06 Februari 1997
menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Telaah Tumbuhan Bidara
Untuk Pengobatan Menurut Al-Qur‟an dan Hadis” adalah benar-
benar hasil karya saya, kecuali kutipan-kutipan yang telah
disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam karya ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 31 Agustus 2020
Sri Rezeki
iv
MOTTO
من جد كجد “Barang Siapa Yang Bersungguh-sungguh Pasti Akan
Mendapatkannya”
v
PERSEMBAHAN
Teruntuk Ayah dan Mamak serta abang, adik-adikku, serta keluarga
besar lainnya yang selalu memberikan semangat dan melangitkan
jutaan doa yang tak pernah putus.
Teruntuk guru-guru dan teman-temanku yang senantiasa ikhlas
memberi dukungan dan mendoakan setiap langkah yang ku tapaki.
Semoga semua kebaikan dan untaian doa mendapatkan balasan dari
Allah Swt. serta selalu mendapatkan ampunan dari-Nya. Âmîn
vi
KATA PENGANTAR
Bismillâhirrahmânirrahîm
Alhamdulillah, tiada kata yang pantas terungkap pada awal
pengantar ini selain ungkapan rasa syukur sedalamnya ke hadirat
Allah Swt. Tuhan yang telah memberikan rahmat dan karunia
kepada penulis, yang telah memberikan kasih sayang berupa
nikmat sehat, sehingga dengan izin dan kuasa-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang sangat sederhana ini. Shalawat serta
salam penulis sampaikan kepada pemimpin yang paling baik,
sabar, bijak, dan pemimpin yang selalu dikagumi yaitu Nabi
Muhammad Saw. yang telah memberikan tuntunan petunjuk jalan
suci yang akan menghantarkan kebahagian bagi umatnya di dunia
dan di akhirat. Âmîn.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak hadir begitu saja,
atas dasar kebaikan dari berbagai pihak yang ikut berkontribusi
dalam penulisan ini, maka perlu kiranya penulis menyampaikan
rasa terima kasih secara khusus. Semoga segala kebaikan yang
telah diberikan menjadi amal tersendiri untuk mengumpulkan kita
bersama umat Nabi Muhammad Saw. di sisi Allah nanti. Âmîn.
Karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, Lc, M.A. Rektor
Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta. Ibu Dr. Hj. Nadjematul
Faizah, M. Hum., selaku Warek I, Bapak Dr. H. M. Dawud Arif
Khan, S.E., M.Si., Ak., CPA., selaku Warek II, Ibu Dr. Hj.
Romlah Widayati, M.Ag., selaku Warek III, Institut Ilmu Al-
Qur`an (IIQ) Jakarta.
vii
2. Bapak Dr. H. Muhammad Ulinnuha, Lc, M.A., selaku Dekan
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ)
Jakarta, beserta Staf Tata Usaha Fak. Ushuluddin dan Dakwah
atas bantuannya selama ini.
3. Bapak KH. Haris Hakam, S.H., M.A., selaku ketua Prodi Ilmu
Al-Qur`an dan Tafsir, beserta sekretaris Prodi IAT, Ibu
Mamluatun Nafisah M.Ag atas semua bantuannya.
4. Bapak Drs. Arison Sani, M.A., selaku dosen pembimbing
skripsi penulis, yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan
kritik demi terselesainya skripsi ini.
5. Bapak Dr. Ahmad Syukron, M.Ag, dan Bapak Sofian Effendi,
M.A, selaku penguji I dan II pada sidang Munaqasyah penulis.
6. Bapak Dr. KH. Ahmad Fathoni, Lc, MA., Ibu Hj. Istiqomah,
MA, , Kak Rifdah Farnidah, MA, kak Herni S. Pd, dan kak
mayadah selaku Instruktur dan pembimbing Tahfîzh yang sabar
dalam membimbing dan memotivasi penulis dalam menghafal
dan memurajaahkan hafalan Al-Qur`an selama penulis
menduduki bangku kuliah dari awal hingga akhir.
7. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut
Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, yang selama ini telah
mengajarkan berbagai mata kuliah dari awal semester hingga
akhir dengan semangat dan kesabaran yang menjadi tauladan
dan pelajaran penting bagi penulis.
8. Ayah dan Mamak tercinta yang selalu mendoakan tanpa henti,
selalu mendukung dan memberi semangat serta rela
melepaskan anaknya untuk pergi menimba ilmu ditanah
rantauan. Semoga pengorbanan beliau dibalas Allah Swt.
dengan surga-Nya. Âmîn.
viii
9. Teman-teman IIQ angkatan 2016 khususnya Fakultas
Ushuluddin dan Dakwah Prodi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir yang
seperjuangan, teman-teman majelis kontrakan terimakasih atas
motivasi, semangat dan bantuannya selama ini.
10. Saudara seperantauan empat serangkai tersayang, Nur Evi
Liasari, Suci Fatmawati, Rafika Dewi yang senantiasa
menemani dalam suka dan duka sepanjang perjalanan empat
tahun perkuliahan ini, dan selalu menyemangati dan
memotivasi penulis agar dapat menyelesaikan penelitian ini.
Dalam penulisan skripsi ini berbagai upaya telah penulis
lakukan untuk memaksimalkan skripsi ini menjadi karya ilmiah
yang baik. Namun keterbatasan kemampuan yang penulis miliki,
maka skripsi ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis ucapkan permohonan maaf sebesar-besarnya
dan dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran
dan kritik konstruktif dari pembaca demi karya yang lebih baik
lagi. Walau begitu adanya, penulis berharap tulisan ini dapat
memberi manfaat dan kontribusi pengetahuan baru terhadap
masyarakat.
Jakarta, 31 Agustus 2020
Sri Rezeki
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf
dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi
di Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, transliterasi Arab-Latin
mengacu pada berikut ini:
1. Konsonan
th : ط a : أ
zh : ظ b : ب
„ : ع t : ت
gh : غ ts : ث
f : ؼ j : ج
q : ؽ h : ح
k : ؾ kh : خ
l : ؿ d : د
m : ـ dz : ذ
n : ف r : ر
w : ك z : ز
h : ق s : س
‟ : ء sy : ش
y : م sh : ص
dh : ض
2. KonsonanVokal
Vokal tunggal Vokal panjang Vokal rangkap
x
Fathah: a : a
آ:
م ... : ai
Kasrah:i : i
: م:
م ... : au
Dhammah: u : u
: ك
3. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif-lam (ؿا) qamariyah
Kata sandang yang diikuti alif-lam ( اؿ) qamariyah
ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh:
al-Madînah : المدينة al-Baqarah : البقرة
b. Kata sandang yang diikuti alif-lam (اؿ) syamsiyah
Kata sandang yang diikuti alif-lam (اؿ) syamsiyah
ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di
depan dan sesuai dengan bunyinya. Contoh:
لالرج : ar-rajul السيدة : as
Sayyidah
-ad : الدارمي asy-syams : الشمس
Dârimî
c. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan
lambang (ـ), sedangkan untuk alih aksara ini dilambang
xi
dengan huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang
bertanda tasydîd. Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydîd
yang berada di tengah kata, di akhir kata ataupun yang terletak
setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah.
Contoh:
باالل أمنا : Âmannâ billâhi
السفهاء أمن : Âmana as-Sufahâ`u
الذين إف : Inna al-ladzîna
wa ar-rukka‟i : كالرك ع
d. Ta Marbûthah (ة)
Ta Marbûthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti
oleh kata sifat (na‟at), maka huruf tersebut dialih aksarakan
menjadi huruf “h”. Contoh:
الفئدة : al-Af`idah
سلمي ة الامعة ال : al-Jâmi‟ah al-Islâmiyyah
Sedangkan ta marbûthah (ة) yang diikuti atau disambungkan
(di-washal) dengan kata benda (ism), maka dialihaksarakan
menjadi huruf “t”. Contoh:
ناصبة عاملة : „Âmilatun Nâshibah
xii
الك بػرل الية : al-Âyat al-Kubrâ
e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf
kapital, akan tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku
ketentuan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI),
seperti penulisan awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama
bulan, nama diri dan lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada
PUEBI berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak miring
(italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun
untuk nama diri yang diawali dengan kata sandang, maka huruf
yang ditulis kapital adalah awal nama diri, bukan kata
sandangnya. Contoh: „Alî Hasan al-Âridh, al-„Asqallânî, al-
Farmawî dan seterusnya. Khususnya untuk penulisan kata
Alqur‟an dan nama-nama surahnya menggunakan huruf kapital.
Contoh: Al-Qur`an, Al-Baqarah, Al-Fâtihah dan seterusnya.
xiii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................. ii
PERNYATAAN PENULIS ............................................................. iii
MOTTO ........................................................................................ iv
PERSEMBAHAN ............................................................................ v
KATA PENGANTAR ...................................................................... vi
PEDOMAN TRANSLITASI ........................................................... ix
DAFTAR ISI..................................................................................... xiii
ABSTRAK ........................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Permasalahan ......................................................................... 5
1. Identifikasi masalah ........................................................ 5
2. Pembatasan masalah ....................................................... 5
3. Perumusan masalah ......................................................... 6
C. Tujuan Penulisan .................................................................... 6
D. Manfaat Penulisan .................................................................. 6
E. Tinjauan Pustaka .................................................................... 7
F. Kerangka Teori ...................................................................... 12
G. Metodologi Penulisan ............................................................ 13
1. Jenis Penulisan ................................................................ 13
2. Sumber Data .................................................................... 13
3. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 14
4. Metode Analisis Data ...................................................... 14
H. Teknik dan Sistematika Penulisan ......................................... 15
1. Teknik Penulisan ............................................................. 15
2. Sistematika penulisan ...................................................... 15
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG BIDARA
A. Tumbuhan dalam Perspektif Islam ........................................ 17
B. Pengertian Bidara ................................................................... 19
xiv
C. Kandungan Kimia pada Bidara .............................................. 23
D. Perkembangan Bidara ............................................................ 26
E. Manfaat Bidara....................................................................... 31
BAB III BIDARA UNTUK PENGOBATAN
A. Bidara untuk Obat Penyakit Luar .......................................... 35
1. Bidara Sebagai Obat Demam .......................................... 35
2. Bidara Sebagai Obat Jerawat .......................................... 36
3. Bidara Untuk Menyembuhkan Luka ............................... 37
4. Bidara Sebagai Obat Bisul .............................................. 37
B. Bidara untuk Obat Penyakit Dalam ....................................... 38
1. Bidara Sebagai Anti Kanker ........................................... 38
2. Bidara Sebagai Obat Diabetes ......................................... 40
3. Biadara Sebagai Obat Diare ............................................ 41
4. Menyembuhkan Berbagai Masalah Pencernaan ............. 42
5. Bidara Sebagai Obat Malaria .......................................... 44
6. Bidara Sebagai Obat Wasir ............................................. 45
7. Bidara untuk Ruqyah dan Mengobati Sihir..................... 46
C. Bidara Untuk Produk Kecantikan .......................................... 47
1. Skincare ........................................................................... 50
2. Bodycare ......................................................................... 51
BAB IV PENAFSIRAN SURAH SABA‟ AYAT 16 DAN SURAH
AL-WAQI‟AH AYAT 28
A. Penafsiran Ayat-Ayat Tentang Bidara ................................... 53
1. QS. Saba‟: 16 .................................................................. 53
2. QS. Al-Wâqi„ah: 28 ........................................................ 69
B. Hadis Terkait Bidara ............................................................. 72
1. Bidara Sebagai Air Mandi Jenazah ................................. 72
2. Bidara Untuk Air Mandi Orang baru Masuk Islam ........ 75
3. Pohon Bidara Disebut Dzat al-Anwath ........................... 76
C. Analisis Pandangan Para Mufassirin mengenai Bidara dalam
Surah Saba‟ ayat 16 dan Surah Al-Waqi‟ah ayat 28.............. 77
1. Tafsir Kemenag ............................................................... 77
2. Tafsir Al-Misbah ............................................................. 78
3. Tafsir Ibn Katsîr ............................................................. 79
4. Tafsir Al-Azhar ............................................................... 80
5. Tafsir Al-Qurtubî ............................................................ 81
xv
D. kontekstualisasi Penafsiran Bidara Dalam Surah Saba‟ ayat 16
dan Surah Al-Wâqi„ah ayat 28 ............................................... 82
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 84
B. Saran ...................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 87
TENTANG PENULIS
xvi
ABSTRAK
Pemanfaatan bidara mengalami perkembangan dari masa ke
masa. Dahulu bidara yang kaya akan manfaat pada masa
Rasulullah dijadikan untuk pengobatan ruqyah dan air mandi
jenazah, namun seiring berkembangnya teknologi, pemanfaatan
bidara dapat ditemukan pada dunia skincare dan bodycare. Hal
inilah yang menarik penulis untuk mengungkap pemanfaatan
bidara yang ditinjau dari surah Saba‟ ayat 16 dan surah Al-wâqiah
ayat 28.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan
kualitatif dengan teknik Library Research. Adapun metode yang
digunakan adalah deskriptif-analisis. Sumber primer dalam
penelitian ini adalah kitab-kitab Tafsir, seperti Al-Misbah karya
Quraish Shihab, Tafsir Kemenag, Ibn Katsîr, Al-Azhar karya
Hamka, dan Tafsir Al-Qurtubî, dan sumber sekundernya adalah
majalah-majalah atau artikel, jurnal beserta karya ilmiah yang
berkaitan dengan penelitian.
Hasil penelitian ini adalah pemanfaatan bidara yang
ditemukan sebagai pengobatan penyakit luar dan dalam, seperti:
menyembuhkan luka, antikanker, mencegah diabetes, obat diare,
meredakan demam, mengatasi insomnia, masalah kewanitaan, air
mandi untuk bersuci, malaria, dan lain sebagainya. Adapun
pandangan para mufassirin mengenai bidara pada surah Saba‟: 16
kelima mufassir menyatakan “kami ganti kebun-kebun mereka
dengan pohon yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit pohon
bidara”. Dari penafsiran di atas ada yang menyatakan pohon
bidara sedikit manfaatnya, dan ada juga yang mengkiaskan pohon
bidara sebagai hiasan semata. Sama-sama yang kita ketahui bahwa
bidara itu kaya akan manfaat, itu dikarenakan belum adanya ilmu
pengetahuan dan teknologi pada saat itu untuk meneliti
kebermanfaatan pohon bidara. Sedangkan dalam surah Al-
Wâqi„ah: 28 kelima mufassir penafsir menafsirkannya dengan
pohon yang subur tanpa ada duri sehingga aman dijangkau oleh
penghuni surga untuk menikmati keindahannya. Sedangkan jika
kita mengamati pohon bidara saat ini tentulah fisik yang
digambarkan jelas berbeda, sebab yang ada disekitar kita ada
durinya. Hal ini dapat dimaklumi, mengingat pohon bidara yang
digambarkan di surga sebagaimana yang dijelaskan di ayat ini,
sangat berbeda dengan apa yang kita lihat di bumi, tentu saja
gambaran di surga melebihi apa yang kita bayangkan.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring berkembangnya peradaban manusia, meningkatnya
heterogensi lingkungan masyarakat, teknologi pertanian dan produksi
makanan juga mengalami peningkatan. Sehingga budaya
konsumerisme dan materialisme menggiring manusia untuk
mengonsumsi makanan yang dianggap lebih praktis, lezat dan penuh
variasi. Dan disayangkan kebanyakan makanan yang praktis
semacam itu sering kali menggunakan berbagai jenis bahan kimia
berbahaya, yang mengakibatkan dapat merusak kesehatan.1
Menjaga kesehatan pada tubuh manusia sangat diperlukan,
karena pada tubuh seseorang terkandung organ syarat, pikiran dan
perasaan yang sangat berpengaruh. Oleh karena itu, mempelajari ilmu
dan metode yang berkaitan terhadap kesehatan sangat perlu dibahas
dalam pandangan Al-Qur‟an dan Hadis.2
Adapun cara atau metode yang tersirat dalam Al-Qur‟an,
seperti Allah Swt. melarang umatnya untuk melakukan perbuatan
yang berlebihan dalam hal apapun, agar manusia bisa menjaga
dirinya sendiri dari penyakit.3
Para ahli kesehatan setuju bahwa suatu penyakit dapat
disembuhkan dengan makanan yang sehat. Dan tidak menggunakan
obat dengan bahan kimia, karena jika obat yang diberikan tidak
sesuai dengan penyakit akan memperburuk penyakit tersebut.
1 Ibn Qayyim al-Jauziyah, Metode Pengobatan Nabi SAW, terj. Abu Umar Basyier
al-Maidani, (Jakarta timur: Griya Ilmu), cet. 25, h. vii 2 Andi Muflih, “Pengobatan Dalam Islam,” Tesis, Pascasarjana UIN Alauddin
Makassar, 2013, h. 1 3 Andi Muflih, “Pengobatan Dalam Islam,” h. 5-8
2
Adapun jika memakai obat maka sedapat mungkin itu adalah obat
sederhana. 4
Seperti pengobatan Ala Nabi (Thibbun Nabawi), yang
diwariskan oleh Rasullulah Saw. kepada para sahabatnya yang mulia,
sebagai tata cara dan kaidah medis yang dicontohkan oleh Rasulullah
Saw. Thibbun Nabawi mencakup banyak hal, seperti Madu, jintan
hitam, air mawar, cuka buah, air zam-zam, kurma, dan berbagai
makanan dan minuman yang menyehatkan lainnya. Dan pengobatan
lainnya seperti bekam, yang mengeluarkan darah kotor yang terdapat
dalam tubuh dengan cara disayat ataupun ditusuk dengan jarum, dan
juga pengobatan ruqiyah yaitu terapi dengan bacaan Al-Qur‟an,
dengan sistem kompres, karantina dan banyak pengobatan lainnya.5
Sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Muslim dari hadits
Abu Zubair, dari Jabir bin Abdillah, dari Nabi Muhammad Saw.
bahwa beliau bersabda:
ث نا ابن ث نا ىارون بن معروف، وأبو الطاىر، وأحمد بن عيسى، قالوا: حد حدرني عمرو وىو ابن الحارث، عن عبد ربو بن سعي د، عن أبي الزب ير، وىب، أخب
لكل داء دواء، فإذا »عن جابر، عن رسول الله صلى الله عليو وسلم أنو قال: اء ب رأ بإذن الله عز وجل 6«أصيب دواء الد
Artinya: “Masing-masing penyakit ada obatnya. Kalau obat sudah
mengenai penyakit, penyakit itu pasti akan sembuh dengan izin
Allah Swt.”7
4 Ibn Qayyim al-Jauziyah, Pengobatan Alami Cara Nabi, terj. Ahmad asnawi,
(Jawa Tengah: Desa Pustaka Indonesia, 2019), h. 19 5 Muhammad Ihsan, “Pengobatan Ala Rasululah Saw Sebagai Pendekatan
Antropologi Dalam Dakwah Islamiah di Desa Rensing Kecamatan Sakra Barat”, dalam
jurnal Palapa, Vol.4, No. 2 November 2016, h. 156 6 Imam Muslim, Shâhih Muslim:bâbu likulli dâ‟in dawâ‟un wa istihbâbu a-tadâwî,
Juz 4 (Beirut: dâru ihyâ‟u at-Tirâsi al-„Arabî, tt), h. 1729 7 Ibn Qayyim al-Jauziyah, Metode Pengobatan Nabi SAW, h. 14
3
Rasulullah Saw. memberikan petunjuk tentang cara mengobati
diri sendiri, keluarga, dan juga para sahabat. Obat yang digunakan
oleh Rasulullah Saw. dan para sahabat tidak terdapat campuran kimia
yang biasa disebut aqrabathyn. Sedangkan Bangsa Romawi dan
Yunani senang mencampurkan dengan bahan kimia.
Akan tetapi tidak semua pengobatan dan obat-obatan dapat
langsung merasakan khasiatnya, namun harus disertai dengan sugesti
(doa) dan keyakinan bahwa obatan-obatan tersebut dapat
menyembuhkan penyakit tersebut.8
Allah Swt. menciptakan segala yang ada di muka bumi tidak
ada yang sia-sia, seperti tumbuhan yang beraneka macam, hewan
maupun mineral. Yang mana, di dalam Al-Qur‟an telah dijelaskan
bahwa ketiganya mengandung zat/obat yang dapat menyembuhkan
penyakit. Walaupun tidak semua tumbuhan yang Allah Swt. ciptakan
dapat digunakan sebagai obat.
Adapun salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai
obat ialah bidara. Di masyarakat India bidara digunakan sebagai obat
diare, kencing manis, demam dan malaria. Sedangkan di Malaysia
kulit kayu bidara direbus dijadikan sebagai obat sakit perut dan
sebagian masyarakatnya menggunakan daun bidara sebagai bahan
kecantikan untuk mengatasi jerawat, keriput dan lingkaran hitam
pada bawah mata.9 Dalam tumbuhan bidara mengandung polifenol
10,
8 Ibn Qayyim al-Jauziyah, Metode Pengobatan Nabi SAW, h. ix 9 Fauziah Nugrahwati, “Uji Aktivitasantipiretik Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus
spina-christi L.) Terhadap Mencit Jantan (Mus Musculuc),” Skripsi, UIN Alauddin
Makassar, 2016, h. 2 10 Polifenol adalah senyawa alami pada tumbuhan yang memiliki banyak manfaat
untuk kesehtan. Di dalam tubuh, polifenol berperan sebagai antioksidan yang mampu
menurunkan risiko anda terkena berbagai penyakit. Manfaat polifenol ini bisa diperoleh
dengan mengonsumsi makanan sehat. (https://www.alodokter.com/mari-kenali-beberapa-
jenis-dan-manfaat-polifenol diakses pada tanggal 16 Agustus 2020, pukul 15.43)
4
sterol11
, terpenoid12
, alkaloid, saponin, flavonoid, glikosida13
, dan
tanin.14
Kandungan senyawa glikosida yang terdapat dalam daun bidara
dapat juga menghilangkan bekas luka di kulit dan bekas luka bakar.
Dan kandungan senyawa saponin pada daun bidara berkhasiat dalam
memberikan efek menenangkan.15
Dewasa ini bidara mengalami perkembangan trend masa kini.
Bukan hanya digunakan sebagai obat ruqyah, akan tetapi juga
digunakan sebagai bahan kecantikan seperti rangkaian skincare, dan
bodycare (lulur, dan sabun).
Alasan penulis mengambil bidara sebagai variabel penelitian ini
dikarenakan penulis melihat fenomena masyarakat kini yang
memakai produk skincare dan bodycare yang terbuat dari bidara.
seperti yang dilansir oleh berita liputan6 mengenai manfaat bidara.
11 Sebenarnya nama sterol dipakai khusus untuk steroid yang memiliki gugus
hidroksida, tetapi karena praktis semua steroid tumbuhan berupa alkohol dengan gugus
hidroksida pada posisi C-3, maka semuanya disebut sterol. Selain dalam bentuk bebasnya,
sterol juga sering dijumpai sebagai glikosida atau sebagai ester dengan asam lemak.
Glikosida sterol sering disebut sterolin. Lihat di (Alfinda Novi Kristanti, dkk, Buku Ajar
Fitokimia, (Surabaya: Airlangga University Press, 2008), Cet. Ke-I, h. 10) 12
Terpenoid merupakan kelompok metabolit sekunder terbesar. Saat ini hampir dua
puluh ribu jenis terpenoid telah teridentifikasi. Kelompok ini merupakan derivat dari asam
mevalonat atau prekursor lain yang serupa dan memiliki keragaman struktur yang sangat
banyak.struktur terpenoid merupakan satu unit isopren (C5H8) atau gabungan lebih dari satu
unit isepton. Lihat di (Rochdjatun Sastrahidayat, Peranan MikrobaBagi Kesehatan Tanaman
dan Kelestarian Lingkungan, (Malang: UB Press, 2014), Cet. Ke-I, h. 60) 13 Glikosida adalah senyawa yang mengandung fraksi gula seperti glukosa,
galaktosa, dan mengikat nongula (aglikon), antara lain alkohol, fenol, sterol, pada atom
karbon (C) nomor 1 dari gula. Ada beberapa jenis glikosida: O-glikosida, S-glikosida, dan
N-glikosida. Lihat di (Djarir Makfoeld, Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi, (Yogyakarta:
Kanisius, 2006), Cet. Ke-V, h. 118) 14
Servina Yuni Sari, “Formulasi Sediaan Sabun Cair dari Ekstrak Daun Bidara
(Ziziphus Mauritiana),” Karya Tulis Ilmiah Institut Kesehatan Helvetia Medan, 2018, h. 2 15
http://m.liputan6.com/hot/read/4199914/8-manfaat-daun-bidara-dan-cara-
menggunakannya-baik-untuk-kesehatan-dan-kecantikan diakses pada tanggal 1 Jui 2020
pukul 23.38
5
Berangkat dari uraian-uraian diatas, Maka penulis tertarik untuk
mengkaji lebih jauh tentang manfaat dan eksistensi perkembangan
daun bidara yang terdapat dalam Al-Qur`an. Selanjutnya, penulis
akan menganalisa pada Surah as-Saba ayat 16 dan Surah al-Waqi„ah
ayat 28, dengan pendekatan kajian tematik. Maka dari itu penulis
melakukan penelitian yang berjudul “Telaah Tumbuhan Bidara
Untuk Pengobatan Menurut Al-Qur‟an dan Hadis”
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas penulis dapat menemukan
permasalah yang patut dibahas, diantara adalah:
Pertama, kurangnya perhatiannya masyarakat untuk menjaga
kesehatan.
Kedua, Para ahli medis menganjurkan untuk menggunakan
bahan alami sebagai alat pengobatan, walau tidak semua
beranggapan demikian.
Ketiga, Eksistensi pergeseran manfaat dari bidara untuk
ruqyah menjadi trend skincare maupun body care.
2. Pembatasan Masalah
Untuk efesiensi penelitian agar lebih fokus dan terarah perlu
diadakan pembatasan masalah berdasarkan latar belakang dari
identifikasi masalah. Adapun pembatasan masalah untuk penelitian
ini penulis hanya membatasi perkembangan bidara pada surah Saba‟
ayat 16 dan surah Al-Wâqi„ah ayat 28 yang ditinjau dari segi
pemanfaatan. Selain itu, penulis juga mencantumkan pandangan
dari beberapa pendapat para mufassir, yaitu tafsir kemenag, M.
Quraish Shihab (Al-Misbah), Ibn Katsîr, Hamka (Al-Azhar), Al-
Qurtubî. Alasan penulis mengambil kelima tafsir ini yaitu pada
6
tafsir kemenag karena dalam Al-Qur'an terdapat ayat-ayat kauniyah
maka penulis mengambil bidara dari sudut pandang sains, penulis
juga mencantumkan tafsir kontemporer untuk melihat bagaimana
pengertian bidara dari sudut pandang tafsir tersebut, dan untuk
beberapa tafsir lainnya yaitu menurut penulis kata-katanya mudah
dipahami, dan tidak bertele-tele.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan
pembatasan masalah, Maka penulis merumuskan fokus penelitian
sebagai berikut:
1) Bagaimana pandangan para mufassir mengenai bidara dalam
surah Saba‟ ayat 16 dan surah Al-Wâqi„ah ayat 28?
2) Apa dan bagaimana pemanfaatan bidara dari masa ke masa?
C. Tujuan Peneliatian
Tujuan penelitian ini adalah:
1) Mengetahui pandangan para mufassir mengenai bidara dalam
surah Saba‟ ayat 16 dan surah Al-Wâqi„ah ayat 28
2) Mengetahui pemanfaatan daun bidara dari masa ke masa
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah:
1) Secara teoritis, dalam penelitian ini dapat berguna bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai wacana ilmiah
kepada dunia pendidikan. Dan dari tulisan ini dapat
dikembangkan baik dalam sekala besar atau kecil, sehingga
ada studi lanjutan dengan masalah yang serupa.
2) Secara praktis, dalam penulisan ini dapat digunakan oleh
cendikiawan Islam untuk dijadikan sebagai referensi dalam
7
memahami ataupun menafsirkan surah As-Saba‟ ayat 16 dan
surah Al-Wâqi„ah ayat 28 mengenai bidara.
E. Tinjauan Pustaka
Penulis telah melakukan penelusuran tinjuan pustaka terhadap
tema yang akan penulis gunakan ada beberapa judul buku, skripsi,
jurnal ataupun yang lainnya yang berkaitan dengan pembahasan ini.
Diantaranya ialah:
Pertama, buku “Tumbuhan dalam Perspektif Al-Qur‟an dan
Sains (Tafsir Ilmi)” merupakan buah karya dari Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Qur‟an, Badan Litbang dan Kementrian Agama RI,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Kesimpulan besar
buku ini adalah pada perjanjian lama dan baru disebutkan ada 125
jenis tumbuhan yang berbeda, dalam alkitab juga banyak disebutkan
manfaat tumbuhan dalam ranah pengobatan. Dalam perjanjian baru
dimana kisah-kisah penyembuhan umumnya berkisar pada penyakit-
penyakit alami. Didalam Al-Qur‟an juga penyebutan tumbuhan dan
hewan berulang, penyebutan itu mengandung berbagai maksud,
perumpamaan terhadap sesuatu, kegunaannya sebagai bahan
makanan, hingga uraian tentang proses ilmu pengetahuan yang
berlangsung. Berulang kali Al-Qur‟an menyebutkan peran tumbuhan
sebagai sumber makanan dan obat bagi manusia.16
Persamaan dan kontribusi buku terhadap penelitian penulis
adalah manfaat tumbuhan sebagai ranah pengobatan dari masa Nabi
Saw. sampai sekarang yang tak lekang oleh waktu, dan yang penulis
bahas adalah mengenai bidara yang telah disebut dalam Al-Qur'an.
16
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Badan Litbang dan Kementrian Agama
RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Tumbuhan dalam Perspektif Al-Qur‟an
dan Sains (Tafsir Ilmi), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2001)
8
Hal ini sangat terkait dan membantu penulis dalam hal pengerjaan
tugas penelitian ini.
Kedua, buku “Mukjizat Herbal dalam Al-Qur'an” buku yang
merupakan buah karya dari Muhammad Hatta A. Fattah. Kesimpulan
besar buku ini adalah terdapat 25 jenis tumbuhan dan buah-buahan
yang memiliki khasiat herbal didalamnya, dan semakin berkembang
pada saat ini. Belakangan ini diketahui Pada ke 25 jenis tumbuhan
yang disebutkan didalam Al-Qur'an tersebut adalah “Top organisme
dari spesies-spesiesnya masing-masing” atau raja dari kerajaannya
masing-masing, seperti buah Tin, pohon zaitun, delima, kurma, dan
lain sebagainya. Terdapat lima pohon yang bersejarah yang terdapat
dalam Al-Qur'an, seperti pohon khuldi, pohon zaitun Thur Sinai,
pohon Yaqtin (sejenis labu) di Ninui, pohon Korma di Yerussalem,
dan pohon korma Hudaibiyah.17
Persamaan serta kontribusi buku terhadap penelitian penulis
adalah pada buku ini dijelaskan mukjizat tumbuhan yang dijadikan
obat herbal yang terdapat dalam Al-Qur‟an, seperti Zaitun, Delima,
buah Tin, Kurma, dan lainnya. Dan penulis bahas adalah ayat-ayat
dalam Al-Qur'an yang membahas mengenai bidara. Hal ini sangat
terkait dan membantu penulis dalam hal pengerjaan tugas penelitian
ini.
Ketiga, skripsi yang berjudul “Lalai dalam Perspektif Al-
Qur'an (kajian Tafsir Tematik)” karya Armenia Septiarini, mahasiswa
UIN Syarif Hidayatullah. Skripsi ini berisikan tentang penggunaan
kata nisyân, Dzahlan, Ghaflah, dan sahwun yang terdapat dalam Al-
Qur'an. Bagi mereka yang lalai akan menambah kerugian,
17 Muhammad Hatta A. Fattah, Mukjizat Herbal dalam Al-Qur'an, (Jakarta Timur:
Mirqat, 2016), Vol. 1
9
menghilangkan kenikmatan dan menghalangi pelayanan ibadah. Lalai
merupakan lawan dari kata dzikir sehingga Allah Swt. menjadikan
dzikir sebagai tanda iman dan lalai sebagai tanda munafik dan
kufur.18
Persamaan penilitian ini dengan penulis adalah membahas
dengan penelitian tafsir tematik, sedangkan perbedaannya adalah
dengan tema yang di kaji. Armenia Septiarini mengkaji mengenai
lalai yang terdapat dalam Al-Qur'an seperti kata nisyân, Dzahlan,
Ghaflah, dan sahwun. Sedangkan penulis mengkaji mengenai bidara
yang terdapat dalam Al-Qur'an surah Saba‟ ayat 16 dan surah Al-
Wâqi‟ah ayat 28
Kontribusi penelitian dalam skripsi ini adalah sebagaimana lalai
yang disebutkan dalam Al-Qur'an agar lebih memperhatikan dalam
bersikap. Sedangkan kontribusi penulis adalah memberikan gambaran
bidara dalam QS. Saba‟ ayat 16 dan QS. Al-Wâqi„ah ayat 28 menurut
pandangan beberapa mufassir.
Keempat, jurnal yang berjudul “Berbagai Manfaat Daun
Bidara (Ziziphus mauritiana Lamk) Bagi Kesehatan di Indonesia”
karya Maulana Siregar. Jurnal ini berisikan banyaknya manfaat yang
terdapat pada daun bidara terkhusus bagi kesehatan di masyarakat
Indonesia, seperti Analgenik, Antipiretik, Antiinflamsi, Anti Kanker,
Anti Depresan, Anti Oksidan, dan Anti Diabetik.19
Persamaan jurnal dengan penelitian penulis adalah membahas
tentang bidara. Perbedaannya yaitu tema yang di kaji. Maulana
Siregar membahas manfaat bidara bagi kesehatan masyarakat di
18 Armenia Septiarini, “Lalai Dalam Perspektif Al-Qur'an (Kajian Tafsir
Tematik),” Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018 19
Maulana Siregar, “Berbagai Manfaat Daun Bidara (Ziziphus Mauritiana Lamk)
Bagi Kesehatan di Indonesia”, dalam Jurnal Pandu Husada No. 1, Vol. 2 April 2020
10
Indonesia, sedangkan penulis membahas bidara yang semakin
berkembang dalam pembuatan dan pemakaiannya.
Kontribusi dalam jurnal ini adalah manfaat yang terdapat pada
daun bidara memiliki senyawa aktif yang baik bagi kesehatan tubuh.
Sedangkan kontribusi penulis adalah memberikan gambaran bidara
dalam QS. Saba‟ ayat 16 dan QS. Al-Wâqi„ah ayat 28 menurut
pandangan beberapa mufassir.
Kelima, skripsi yang berjudul “Uji Aktivitas Daun Bidara Arab
(Ziziphus spina-christ L.) Sebagai Antikanker Pada Sel Kanker kolon
(WiDr) Melalui Metode MTT dan Identifikasi Senyawa Aktif Dengan
Metode LC-MS” karya Raden Ajeng Zalihana Putri, mahasiswi Sains
dan Teknologi UIN Malang. Skripsi ini berisikan tentang senyawa
aktif yang terdapat pada daun bidara Arab sebagai anti-kanker dengan
menggunakan metode MTT yang dapat menghambat pertumbuhan
sel kanker.20
Persamaan antara skripsi karya Raden Ajeng Zalihana Putri
dengan penelitian Penulis adalah sama-sama membahas daun bidara.
Letak perbedaannya adalah tema yang di kaji. Raden Ajeng
membahas senyawa aktif yang terdapat pada daun bidara sebagai
antikanker, sedangkan penulis membahas mengenai senyawa-
senyawa aktif yang terdapat pada pohon bidara, yang memiliki
banyak manfaat seperti antioksidan, antibakteri, antikanker, dan lain
sebagainya.
20
Raden Ajeng Zalihana Putri, “Uji Aktivitas Daun Bidara Arab (Ziziphus spina-
christ L.) Sebagai Atikanker Pada Sel Kanker Kolon (WiDr) Melalui Metode MTT dan
Identifikasi Senyawa Aktif Dengan Metode LC-MS,” Skripsi, UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang, 2017
11
Kontribusi penelitian dalam skripsi ini adalah daun bidara yang
memiliki senyawa aktif yang dapat menghambat pertumbuhan sel
kanker. Sedangkan kontribusi penulis adalah memberikan gambaran
bidara dalam QS. Saba‟ ayat 16 dan QS. Al-Wâqi„ah ayat 28
menurut pandangan beberapa mufassir.
Keenam, skripsi yang berjudul “Tumbuhan obat Perspektif Al-
Qur'an (Kajian Tafsir Sains Al-Jawaâhir Fi Tafsir Al-Qur'an Al-
Karîm)” karya Dewi Munirrotul Muftikah, mahasiswa IAIN Salatiga.
Skripsi ini berisikan tentang pengobatan dengan obat-obat tradisional
yang dapat menunjang pembangunan kesehatan, salah satunya yaitu
jahe yang dapat di konsumsi sebagai minuman, bahan rempah, dan
obat. Penelitian ini menggunakan metode maudhu‟i (tematik) dan
tafsir sains modern.21
Persamaan penelitian ini dengan penulis adalah membahas
mengenai tumbuhan yang dijadikan sebagai obat. Letak
perbedaannya adalah dengan tema yang di kaji. Dewi Munirrotul
muftikah pada tema yang dikaji masih umum, kemudian dalam
penelitiannya dewi memfokuskan hanya pada tumbuhan jahe,
sedangkan penulis pada tema yang di kaji langsung fokus pada
bidara.
Kontribusi penelitian dalam skripsi ini adalah tumbuhan obat
seperti jahe yang dapat dijadikan obat terutama jahe merah yang
memiliki kandungan minyak atsiri. Sedangkan kontribusi penulis
adalah memberikan gambaran bidara dalam QS. Saba‟ ayat 16 dan
QS. Al-Wâqi„ah ayat 28 menurut pandangan beberapa mufassir.
21 Dewi Munirrotul Muftikah, “Tumbuhan Obat Perspektif Al-Qur'an (Kajian
Tafsir Sain Al-Jawaâhir fî Tafsir Al-Qur'an Al-Karim),” Skripsi, IAIN Salatiga, 2019
12
F. Kerangka Teori
Pada penelitian ini, penulis menggunakan kerangka teori
fenomenologi dari Alfred Schutz untuk mengkaji bidara, sedangkan
penafsiran surah Saba‟ ayat 16 dan surah Al-Wâqi„ah ayat 28 penulis
menggunakan kerangka teori dari „Abd al-Hayy al-Farmâwî (w. 2017
M).
Alfred Schutz adalah murid dari Husserl, mengatakan bahwa
sebutan fenomenologis berarti studi tentang cara dimana fenomena,
hal-hal yang kita sadari muncul kepada kita dan cara yang paling
mendasar dari pemunculannya adalah sebagai suatu aliran
pengalaman-pengalaman indrawi yang berkesinambungan yang kita
terima melalui panca indra kita.22
Dengan kata lain bahwa teori
fenomenologi mendeskripsikan bagaimana fenomena sosial itu dilihat
dan disajikan. Beberapa hal yang membangun fenomena itu
diungkapkan sehingga muncul analisa yang relevan mengenai
pemanfaatan bidara untuk pengobatan dari dahulu hingga sekarang.
Ditinjau dari segi metode, al-Farmawi menempatkan tafsir
tematik sebagai salah satu metode (manhaj) dari tafsir yang empat:
tahlîlî, ijmalî, muqâran, dan maudhû‟î. dalam penelitian ini penulis
mengambil pendekatan tafsir maudhû‟i. Tafsir maudhû‟i (tematis)
yaitu membahas tema-tema tertentu yang dipaparkan dalam Al-
Qur'an, baik itu pada tempat yang berbeda maupun pada tempat yang
sama agar penentuan pandangan Al-Qur'an, tanda dan batas-
batasannya dalam tema tertentu dapat dipahami secara jelas.23
22
Ia Craib, Teori-teori Sosial Modren: dari Parsons sampai Habermas, (Jakarta:
Rajawali Pers, 1992), h.127 23 Ayatullah Muhammad Baqir Hakim, Ulumul Qur‟an, terj. Nashirul Haq, dkk
(Jakarta: AL-HUDA, 2012), Cet. 2, h. 505
13
G. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (Library Reseach)
yaitu penelitian yang bersumber dari data-data kepustakaan dan
ayat-ayat yang berkaitan dengan bidara. Adapun jenis penelitian
yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif, penelitian kulitatif
adalah metode baru dan popularitasnya belum lama, dinamakan
metode postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat
postpositivisme. Metode ini disebut juga sebagai metode artistik,
karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan
disebut sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian
lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap dzat yang ditemukan.
24 Yaitu mengurai ayat-ayat tentang bidara secara deskriptif
kemudian dianalisis dari segi kemanfaatan didalam tumbuhan
tersebut.
2. Sumber Data
Untuk mendapatkan data dalam penulisan skripsi ini, maka
penulis menggunakan sumber data yang relevan sesuai dengan tema
yang dibahas. Dalam penelitian dikenal dengan dua jenis data,
yaitu:
a. Sumber Data Primer
Adapun sumber primer dalam penulisan skripsi ini
adalah: Al-Qur‟an dan terjemahannya terbitan Kementrian
Agama RI, kitab-kitab Tafsir, seperti Tafsir Kemenag, Al-
Misbah, Ibn Katsîr, Al-Azhar , dan Tafsir Al-Qurtubî.
b. Sumber Data Sekunder
24 Sugiyono, Metode Penenlitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2017), Cet. Ke-26, h. 7-8
14
Adapun sumber sekunder di sini adalah buku-buku yang
berkaitan dengan penelitian pemanfaatan bidara, yaitu dari
majalah-majalah atau artikel, jurnal beserta karya ilmiah yang
berkaitan dengan penelitian.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini, metode pengumpulan data yang
digunakan adalah metode dokumentatif. Adapun langkah-langkah
sebagai berikut:
Pertama, menghimpun data-data yang memuat tentang
penjelasan atau informasi seputar bidara.
Kedua, memaparkan penjelasan seputar karya-karya tafsir
yang menjelaskan mengenai bidara.
Ketiga, penulis memfokuskan kajian bidara yang ditinjau
dalam surah Saba‟ ayat 16 dan surah Al-Wâqi„ah ayat 28.
4. Metode Analisis Data
Adapun teknik analisis data yang digunakan penulis adalah
deskriptif kualitatif analisis.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Studi literatur. Dalam hal ini penulis mengumpulkan
dan mempelajari dari sumber primer dan skunder.
b. Menelaah dan mengamati. Dengan cara ini penulis
memfokuskan pada hal yang berkaitan dengan materi
penelitian, sehingga data dapat di peroleh secara
akurat.
c. Deskripsi. Penulis akan memaparkan pemanfaatan
bidara dari masa kemasa
15
d. Menganalisa. Di sini penulis memaparkan secara
informatif pandangan para mufassirin yang
menjelaskan pemanfaatan bidara dalam surah Saba‟
ayat 16 dan surah Al-Wâqi„ah ayat 28.
Dalam menganalisa penulis memakai teori Alfred Schutz dan
„Abd al-Hayy al-Farmâwî (w. 2017 M) dengan pendekatan tafsir
maudhû‟i, sehingga dapat terbentuk susunan yang logis dan obyektif
terkait permasalahan tersebut.
H. Teknik dan Sistematika Penulisan
1. Teknik Penulisan
penelitian ini mengacu pada buku petunjuk Teknik Penulisan
Proposal dan Skripsi Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, 25
Mei 2017.25
2. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan merupakan pembahasan yang
terdapat dalam penelitian yang akan disusun penulis, dimana
antara satu bab dengan bab yang lainnya saling berkaitan sebagai
satu kesatuan yang utuh. Sistematika ini merupakan deskripsi
sepintas yang mencerminkan urutan bahasan dari setiap bab.
Agar penilitian ini mendapatkan pemahaman yang runtut dan
sistematis, maka peneliti menggunakan sistematika pembahasan
sebagai berikut:
Bab pertama, pendahuluan yang berisi latar belakang
masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
25 Huzaemah T. Yanggo, Petunjuk Teknis Penulisan Proposal dam Skripsi Institut
Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta, (Jakarta: LPPI IIQ Jakarta, 2017)
16
metodologi penelitian, teknik dan sistematika penulisan. Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan arah supaya penelitian ini tetap
konsisten dan sistematis sesuai dengan rencana riset.
Bab kedua, merupakan pembahasan mengenai gambaran
umum tentang bidara yang meliputi tumbuhan dalam perspektif
islam, pengertian bidara, kandungan kimia pada bidara,
perkembangan bidara, dan manfaat bidara.
Bab ketiga, bab ini berisikan tentang bidara untuk
pengobatan yang meliputi bidara untuk obat penyakit luar, bidara
untuk obat penyakit dalam, dan bidara untuk produk kecantikan.
Bab keempat, bab ini berisikan tentang penafsiran surah
Saba‟ ayat 16 dan surah Al-Wâqi„ah yang meliputi penafsiran
ayat-ayat tentang bidara, analisis pandangan para mufassirin
mengenai bidara dalam Surah Saba‟ ayat 16 dan Surah Al-
Waqi„ah ayat 28, persamaan dan perbedaan para mufassirin
mengenai penafsiran surah Saba‟ ayat 16 dan surah Al-Wâqi„ah
ayat 28, dan kontekstualisasi penafsiran bidara dalam surah
Saba‟ ayat 16 dan surah Al-Wâqi„ah ayat 28.
Bab kelima, bab ini berisikan tentang penutup, yang di
dalamnya meliputi kesimpulan, saran-saran dan dilengkapi
dengan daftar pustaka.
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan hasil penelitian mengenai telaah
tentang bidara dalam surah Saba‟ ayat 16 dan surah Al-Wâqi„ah
ayat 28 dapat penulis simpulkan:
1. Bidara sering ditemukan di dalam Al-Qur'an dan hadis
Rasulullah Saw. sebagai pengobatan ruqyah dan mandi
jenazah, tetapi dari masa ke masa pemanfaatan bidara
semakin meluas, bukan hanya untuk pengobatan namun
juga untuk bahan kecantikan seperti skincare dan
bodycare. Adapun pemanfaatan bidara sebagai berikut:
menyembuhkan luka, antikanker, mencegah diabetes,
obat diare, meredakan demam, mengatasi insomnia,
masalah kewanitaan, obat luar dan dalam tubuh, air
mandi untuk bersuci, malaria, dan lain sebagainya.
2. Dari pandangan para mufassirin mengenai bidara pada
surah Saba‟: 16 kelima mufassir menyatakan “kami
ganti kebun-kebun mereka dengan pohon yang berbuah
pahit, pohon Atsl dan sedikit pohon bidara”. tetapi ada
beberapa mufassir seperti tafsir kemenag menambahkan
bahwa bidara digambarkan seperti pohon bumi dan
dikaitkan dengan pohon celtis yang tumbuh di gurun
pasir, di tafsir Al-Misbah menambahkan bahwa bidara
semacam seroja yang sedikit kegunaannya, di tafsir Ibn
Katsîr menambahkan bahwa pohon-pohon terbaik kaum
Saba‟ dahulu diganti dengan pohon sidr, dan di tafsir
85
Al-Azhar menambhakan bahwa pohon bidara batangnya
rimbun, dan buah yang diharapkan tidak ada. Dari
penafsiran di atas ada yang menyatakan pohon bidara
sedikit manfaatnya, dan ada juga yang mengkiaskan
pohon bidara sebagai hiasan semata. Akan tetapi,
dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
saat ini, bidara telah banyak dimanfaatkan, antara lain
dijadikan sebagai skincare dan bodycare. Seperti yang
dilansir oleh Muhammad Hatta dalam bukunya
“Mukjizat herbal dalam Al-Qur‟an” bahwa bidara bukan
hanya dimanfaatkan untuk memandikan jenazah, orang
baru masuk islam dan mandi haid, tetapi juga memiliki
khasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit seperti
diare, kencing manis, dan malaria Sedangkan dalam
surah Al-Wâqi„ah: 28 kelima mufassir menyatakan
bahwa bidara merupakan pohon yang tidak berduri,
tetapi ada beberapa mufassir seperti tafsir kemenag
yang menambahkan bahwa bidara terlihat seperti pohon
cidrus libani (pohon natal asli), di tafsir Al-Azhar
menambahkan bahwa bidara merupakan pohon indah
yang tumbuh subur tergenang air, dan tidak memiliki
duri, sedangkan tafsir Al-Qurtubî menambahkan bahwa
bidara merupakan pohon yang durinya di potong.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas,
maka peneliti menyampaikan saran-saran berikut ini:
86
1. Pembahasan bidara pada tafsir-tafsir yang penulis
cantumkan bukanlah akhir dari perkembangan.
Penulis sangat berharap bagi generasi selanjutnya agar
lebih meningkatkan kajian bidara dari tafsir-tafsir
lainnya. Karena penulis menyadari bahwa penelitian
ini jauh dari kata sempurna dan memiliki kekurangan.
2. Penulis menyarankan kepada masyarakat muslim
terutama di Indonesia dan terlebih khusus penulis
sendiri agar lebih memanfaatkan dan membudiyakan
bidara, sebagaimana Rasulullah memerintahkan
umatnya untuk berobat dengan obat-obat alami.
87
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, Romy. Sehat Tanpa Dokter; Cara Mudah „Jadi Dokter‟ di
Rumah Sendiri. Yogyakarta: FlashBooks, 2016.
Akoso, Budi Tri, Galuh H.E. Akoso. Bebas Masalah Pencernaan,
Yogyakarta: Kanisius, 2013.
Ali, Iskandar. Pijat Telinga dan Ramuan Untuk Mengatasi Aneka
Penyakit. Jakarta Selatan: AgroMedia, 2003.
Anwar, Aan Yulianingsih. Dzikra Arwie. “Uji Bioaktivitas
Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus mauritiana Lamk) Terhadap
Pertumbuhan Staphylococcus Aureus”. dalam Jurnal
Kesehatan Panrita Husada, Vol. 4, No. 1, Maret 2019.
Azhim, syeikh Sa‟id Abdul. Bebas Penyakit Dengan Ruqyah, terj.
Salafuddin Ilyas dan Mufid ihsan. Jakarta: QultumMedia,
2006.
Baihaqi, Ahmad. “Pemahaman Hadis Larangan Menebang Pohon
Bidara,” Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, 2018.
Bukhari, Imam Shâhih al-Bukhâri: bâbu ghusli al-Mayyiti wa
wudhûnihi bial-Mâi wa al-sidri, Juz 1. Cairo: dârul Hadîts,
2004.
Craib, Ia. Teori-teori Sosial Modren: dari Parsons sampai
Habermas, Jakarta: Rajawali Pers, 1992.
D‟adamo, Peter J. Diabetes: Penemuan Baru Memerangi Diabetes
Melalui Diet Golongan Darah, terj. Theresia Elvien
Setyadhini. Yogyakarta: Penerbit B-first, 2007.
Davey, Patrick. At a Glance Medicine, terj. Annisa Rahmalia dan
Cut novianty R. Jakarta: Erlangga, 2003.
Fatimah, Dewi Nur. “Pengaruh Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus
mauritiana Lam) Dalam Mencegah Penurunan Skor Memori
88
Pada Tikus Putih Strain Wistar Model Hipertensi,” Karya
Tulis Akhir Universitas Muhammadiyah Malang, 2019.
Fattah, Muhammad Hatta, A. Mukjizat Herbal dalam Al-Qur'an.
Jakarta Timur: Mirqat, 2016.
Hadijanah, Siti. “Uji Toksistas Ekstrak Etanol Daun Bidara
(Ziziphus mauritiana) Terhadap Larva Udang (Artemia
salina Leach) Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT,” Karya Tulis Ilmiah Institut Kesehatan Helvetia
Medan, 2018.
Haeria, dkk. “Penentuan kadar Flavonoid Total dan aktivitas
Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Bidara (Ziziphus spina-
christi L.)”. dalam Jurnal Pharmaceutical and Medicinal
Sciences Vol. 1, No. 2, 2016.
Hakim, Ayatullah Muhammad Baqir. Ulumul Qur‟an, terj.
Nashirul Haq, dkk. Jakarta: AL-HUDA, 2012.
Hamka. Tafsir Al-Azhar. jilid 8. Jakarta: Pustaka Panjimas, 2006.
______, Tafsir Al-Azhar. jilid 9. Jakarta: Pustaka Panjimas, 2006.
handayani, Lestari. Tanaman Obat untuk Masa Kehamilan dan
Pasca-Melahirkan, Tanggerang: Agromedia Pustaka, 2003.
http://disperta.mojokertokab.go.id/artikel/bidara-berkhasiat-dan-
penangkal-gangguan-sihir-1569395847 diakses pada tanggal
08 Agustus 2020, pukul 21.50
http://m.liputan6.com/hot/read/4199914/8-manfaat-daun-bidara-
dan-cara-menggunakannya-baik-untuk-kesehatan-dan-
kecantikan diakses pada tanggal 1 Juli 2020 pukul 23.38
https://www.halodoc.com/kesehatan/dermatitis-topik
https://www.honestdocs.id/daun-bidara-yang-kaya-manfaat
http://disperta.mojokertokab.go.id/artikel/bidara-berkhasiat-dan-
penangkal-gangguan-sihir-1569395847
89
Ihsan, Muhammad. “Pengobatan Ala Rasululah Saw Sebagai
Pendekatan Antropologi Dalam Dakwah Islamiah di Desa
Rensing Kecamatan Sakra Barat”. dalam jurnal Palapa, Vol.
4, No. 2 November 2016.
„Isa, Muhammad bin „isâ bin Saurah bin Mûsa bin Ad-Dhuhâk,
At-Tirmidzî, Abu. Sunan At-Tirmidzî: bâbu Mâ Jâ‟a
Litarkabana sunanu man Kâna Qablakum, Mesir: Syirkatu
Maktabatu wa Muthba‟ah Musthafa al-bâbî al-Halbî, 1975.
Ishaq Alu Syaikh, „Abdullah bin Muhammad bin „Abdurrahman
bin. Tafsir Ibnu Katsir. jilid 6, terj. M. „Abdul Ghoffar dan
Abu Ihsan al-Atsari. Jakarta: Pustaka imam Asy-Syafi‟i,
2004.
______________________, jilid 9. terj. M. „Abdul Ghoffar dan
Abu Ihsan al-Atsari. Jakarta: Pustaka imam Asy-Syafi‟i,
2012.
Izzah, Imarotil. “Dipercaya Obati Sihir, Sekelompok Mahasiswa
Ilmiahkan Daun Bidara Jadi Skincare,” lihat di
(www.malangtimes.com)
Jannah, Muharrofatul. “Uji Aktivitas Antikanker Ekstrak dan
Fraksi Daun Bidara Laut (Ziziphus Mauritiana L.) Terhadap
Sel Kanker Payudara (T47D) Melalui Metode MTT.”
Skripsi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Irahim
Malang, 2018.
Jauziyah, Ibn Qayim. Panduan Menjadi Thobib dan Muallij;
Thibbun Nabawi Perubatan Wahyu Nabi, terj. Muallij
Mustaqim bin Mohd Najib al-Kelantani. Malaisya: Klinik
Muallij Islamiyah, 2010.
90
__________________. Metode Pengobatan Nabi SAW, terj. Abu
Umar Basyier al-Maidani. Jakarta timur: Griya Ilmu, 2019.
Cet. Ke-XXV
__________________. Pengobatan Alami Cara Nabi, terj. Ahmad
asnawi. Jawa Tengah: Desa Pustaka Indonesia, 2019.
Kristanti, Alfinda Novi, dkk. Buku Ajar Fitokimia, Surabaya:
Airlangga University Press, 2008.
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Badan Litbang dan
Kementrian Agama RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI). Tumbuhan dalam Perspektif Al-Qur‟an
dan Sains (Tafsir Ilmi). Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf
Al-Qur‟an, 2001.
Lanywati, Endang. Diabetes Mellitus Penyakit Kencing Manis,
Yogyakarta: Kanisius, 2011.
Makfoeld, Djarir. Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi, Yogyakarta:
Kanisius, 2006.
Maraghi, Ahmad Mustafa. Tafsir Al-Maraghi 7, terj. Bahrun
Abubakar, dkk. Semarang, PT. Karya Toha Putra Semarang,
tth.
Mardiana, Lina. Kanker Pada Wanita. Jakarta: Niaga Swadaya:
2007.
Muflih. Andi. “Pengobatan Dalam Islam.” Tesis, Pascasarjana
UIN Alauddin Makassar, 2013.
Muftikah, Dewi Munirrotul. “Tumbuhan Obat Perspektif Al-
Qur'an (Kajian Tafsir Sain Al-Jawaâhir fî Tafsir Al-Qur'an
Al-Karim).” Skripsi, IAIN Salatiga, 2019.
Muslim, Imam Shâhih Muslim: bâbu istihbâbi isti‟mâli al-
Mughtsilati, Cairo: dârul Hadîts, 2001.
91
____________, Shâhih Muslim:bâbu likulli dâ‟in dawâ‟un wa
istihbâbu a-tadâwî, Beirut: dâru ihyâ‟u at-Tirâsi al-„Arabî,
tt. Naisaburi, Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi Ensiklopedia Hadits
3: Shahih Muslim 1, terj. Ferdinand Hasmand, dkk. Jakarta
Timur: Almahira, 2012.
Nugrahwati, Fauziah. “Uji Aktivitasantipiretik Ekstrak Daun
Bidara (Ziziphus spina-christi L.) Terhadap Mencit Jantan
(Mus Musculuc).” Skripsi, UIN Alauddin Makassar, 2016.
Prabowo, Arlan. Malaria: Mencegah dan Mengatasinya, Jakarta:
Niaga Swadaya, 2004.
Pertiwi, Putri. “Pola Pikir dan Tindakan Mahasiswi Solo
Pengguna Produk Skincare Larissa,” Skripsi, Universitas
Sebelas Maret Surakarta, 2008.
Putri, Raden Ajeng Zalihana. “Uji Aktivitas Daun Bidara Arab
(Ziziphus spina-christ L.) Sebagai Atikanker Pada Sel
Kanker Kolon (WiDr) Melalui Metode MTT dan Identifikasi
Senyawa Aktif Dengan Metode LC-MS.” Skripsi, UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang, 2017.
Qurtubî, Syaikh Imam. Tafsir Al-Qurtubi. Terj. Akhmad Khatib,
Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.
Rusdiana, Yenni, Tri Danang Kurniawan. “Mutu Fisik Krim
Estrak Daun Bidara (Ziziphus mauritiana L.) Dengan Basis
Vanishing Cream dan Cold Cream”.
(http://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:ilsX
Qt66TcJ:scholar.google.com/+mutu+fisik+krim+ekstrak+da
un+bidara&hl=id&as_sdt=0,5&as_vis=1)
S., Sabda. 202 Khasiat Herba. Malaysia: Alaf 21, 2013.
92
Sari, Servina Yuni. “Formulasi Sediaan Sabun Cair Dari Ekstrak
Daun Bidara (Ziziphus mauritiana).” Karya Tulis Ilmiah
Institut Kesehatan Helvetia Medan, 2018.
Sastrahidayat, Rochdjatun. Peranan MikrobaBagi Kesehatan
Tanaman dan Kelestarian Lingkungan, Malang: UB Press,
2014.
SCTV, Cabe Rawit: Berbagi Rahasia Usaha di Masa Sulit,
Jakarta: PT Grasindo, tth.
Septiarini, Armenia. “Lalai Dalam Perspektif Al-Qur'an (Kajian
Tafsir Tematik).” Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2018.
Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati, 2003.
________________. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati,
2006.
Siregar, Maulana. “Berbagai Manfaat Daun Bidara (Ziziphus
Mauritiana Lamk) Bagi Kesehatan di Indonesia”. dalam
Jurnal Pandu Husada No. 1, Vol. 2 April 2020.
Solin, Hanifah. “Formulasi Sediaan Masker Gel Peel Off dari
Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus spina-christi L.)”. Karya
Ilmiah Institut Kesehatan Helvetia Medan, 2019.
Surtiningsih. Canti dengan Bahan Alami: Cara Mudah, Murah
dan Aman Untuk Mempercantik Kulit, Jakarta: PT Elex
Media Komputindo, 2005.
Subhan, Nur Choiriyah. “Penggunaan Ekstrak Daun Bidara Untuk
Antioksidan dalam Tubuh Manusia”,
(http://www.academia.edu/366382420/Penggunaan_Ekstrak
_Daun_Bidara_Untuk_Antioksidan_dalam_Tubuh_Manusia
diakses pada tanggal 4 Juli 2020 pada pukul 22.19)
93
Sugani, Surya. Lucia Priandarini. Cara Cerdas Untuk Sehat:
Rahasia Hidup Sehat tanpa Dokter. Jakarta Selatan:
TransMedia, 2010.
Sugiyono, Metode Penenlitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
Bandung: Alfabeta, 2017.
Sumardjo, Damin Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah
Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas
Bioeksakta, Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2009,
Sya‟rawi, Syeikh Mutawalli. Bahaya Sihir: Cara Mencegah dan
Mengobatinya, terj. Masturi Irham dan Malik Supar. Jakarta:
QultumMedia, 2006.
Tjay, Tan Hoan. Kirana Rahardja. Obat-obat Penting: Khasiat,
Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo, 2007.
Utamiwati, Ni Putu Manik. “Identifikasi Komponen Fitokimia
Ekstrak Bidara”. dalam Artikel Citra Husada Mandiri
Kupang.
Tilaar, Martha. Kecantikan Perempuan Timur, Magelang:
Indonesia Tera, 1999. Cet.
Widjaja, M.C. Mengatasi Diare dan Keracunan Pada Balita,
Jakarta: Kawan Pustaka, 2002.
www.malangtimes.com
www.alodokter.com
www.wordpress.com diakses pada tanggal 28 Agustus 2020,
pukul 14.42
Yanggo, Huzaemah T. Petunjuk Teknis Penulisan Proposal dam
Skripsi Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta, Jakarta: LPPI
IIQ Jakarta, 2017.
Tentang Penulis
Sri Rezeki dilahirkan di Bagan Batu pada
06 Februari 1997. Anak dari pasangan Ismail S.Pdi
dan Marhamah S.Pdi. Ia adalah anak kedua dari
empat bersaudara. Ayah dan ibunya adalah guru.
Saat ini, ia tinggal bersama kedua orangtuanya di
Bagan Batu, Kecamatan Bagan Sinembah Rokan Hilir- Riau.
Ketika berumur 6 tahun, ia memulai Pendidikan awalnya
pada tahun 2002 di SDS Al-Majidiyah Bagan Batu. Kemudian ia
melanjutkan pendidikannya ke jenjang madrasah Tsanawiyah dan
Aliyah di Pondok Pesantren Modern Al-Majidiyah dari tahun
2009-2015, tak berakhir disitu, ia melanjutkan pengabdian di
Pondok Pesantren Modern Al-Majidiyah selama satu tahun dari
2015-2016. Kemudian ia melanjutkan ke jenjang Pendidikan
Strata 1 di Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta. Ia mengambil
prodi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan
Dakwah. Penulis menyelesaikan Strata 1 nya pada tahun 2020.
Penulis dapat dihubungi melalui:
Email: [email protected]