Pengertian Bimbingan Dan Konseling

26
. Pengertian Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan konseling merupakan dua rangkaian kata yang mempunyai pengertian yang berbeda. Namun pada hakikatnya, mempunyai tujuan akhirnya sama, yaitu berusaha membantu memecahkan masalah yang dihadapi individu maupun kelompok, agar terhindar atau mampu mengatasi masalahnya. Menurut Crow and Crow (1960) dalam Djumhur dan Moh. Surya mengemukakan bahwa: Guidance (bimbingan) merupakan bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai, kepada seorang individu dari setiap usia untuk menolongnya mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihannya sendiri, dan memikul bebannya sendiri.[1] Lebih lanjut Smith (Mc. Daniel, 1959) dalam Priyatno dan Ermananti mengemukakan bahwa bimbingan adalah: Sebagai proses layanan yang diberikan kepada individu-individu guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan- keterampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan, rencana-rencana, dan interpretasi-interpretasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri yang baik.[2] Definisi lebih lanjut lebih mengarah kepada pelaksanaan bimbingan di sekolah adalah sebagaimana dikemukakan oleh Miller (1959) dalam Djumhur dan Moh. Surya sebagai berikut: Bimbingan adalah proses bantuan kepada individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga serta masyarakat.[3] Jika ditelaah dari beberapa rumusan pengertian bimbingan oleh para ahli di atas, berbeda satu sama lain. Hal ini disebabkan cara pandang dan titik tolak mereka yang berbeda. Walaupun

Transcript of Pengertian Bimbingan Dan Konseling

Page 1: Pengertian Bimbingan Dan Konseling

. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling merupakan dua rangkaian kata yang mempunyai pengertian yang berbeda. Namun pada hakikatnya, mempunyai tujuan akhirnya sama, yaitu berusaha membantu memecahkan masalah yang dihadapi individu maupun kelompok, agar terhindar atau mampu mengatasi masalahnya.

Menurut Crow and Crow (1960) dalam Djumhur dan Moh. Surya mengemukakan bahwa:

Guidance (bimbingan) merupakan bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai, kepada seorang individu dari setiap usia untuk menolongnya mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihannya sendiri, dan memikul bebannya sendiri.[1]

Lebih lanjut Smith (Mc. Daniel, 1959) dalam Priyatno dan Ermananti mengemukakan bahwa bimbingan adalah:

Sebagai proses layanan yang diberikan kepada individu-individu guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan, rencana-rencana, dan interpretasi-interpretasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri yang baik.[2]

Definisi lebih lanjut lebih mengarah kepada pelaksanaan bimbingan di sekolah adalah sebagaimana dikemukakan oleh Miller (1959) dalam Djumhur dan Moh. Surya sebagai berikut:

Bimbingan adalah proses bantuan kepada individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga serta masyarakat.[3]

Jika ditelaah dari beberapa rumusan pengertian bimbingan oleh para ahli di atas, berbeda satu sama lain. Hal ini disebabkan cara pandang dan titik tolak mereka yang berbeda. Walaupun demikian, perbedaan itu hanyalah perbedaan tekanan atau dari sudut mana melihatnya.

Dari pengertian di atas, maka dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa pada dasarnya bimbingan itu merupakan pemberian bantuan, namun tidak semua bantuan merupakan bimbingan.

Oleh karena itu, bimbingan merupakan proses pemberian bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang secara terus menerus dan sistematis oleh guru pembimbing, agar individu menjadi pribadi yang mandiri. Kemandirian yang menjadi tujuan usaha bimbingan ini mencakup beberapa fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi yang mandiri, yaitu:

-       Mengenal diri sendiri dan lingkungan,

-       Menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis,

Page 2: Pengertian Bimbingan Dan Konseling

-       Mengambil keputusan,

-       Mengarahkan diri sendiri, dan

-       Mewujudkan diri sendiri.

Konseling berasal dari kata “counsel” yang diambil dalam bahasa latin yaitu “counsiliun” artinya “bersama” atau “bicara bersama”. Pengertian bicara bersama dalam hal ini adalah pembicaraan konselor (couselur) dengan seorang atau beberapa klien (counselee).[4]

Rahman Natawidjaja sebagaimana yang dikutip Sukardi mendefinisikan sebagai berikut:

Penyuluhan merupakan suatu jenis layanan yang     merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Penyuluhan     dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua orang individum di mana yang seorang (yaitu penyuluh) berusaha membantu yang lain (yaitu klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang.[5]

Mac Lean dalam Sherzer dan Stone sebagaimana yang dikutip oleh Priyatno dan Moh. Surya mengemukakan bahwa:

Konseling adalah suatu proses yang terjadi dalam hubungan tatap muka antara seorang individu yang terganggu oleh karena masalah-masalah yang tidak dapat diatasinya sendiri dengan seorang pekerja yang profesional, yaitu orang yang telah terlatih dan berpengalaman membantu orang lain, mencapai pemecahan-pemecahan terhadap berbagai jenis kesulitan pribadi.[6]

Dari beberapa pengertian tentang konseling yang dikemukakan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa konseling merupakan suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan empat mata atau tatap muka antara konselor dan klien, agar klien menemukan konsep diri dalam memperbaiki tingkah lakunya, yang berkaitan dengan masalah yang dihadapinya, baik pada saat ini maupun pada masa yang akan datang.

B. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Dengan memperhatikan uraian bimbingan dan konseling sebelumnya, sudah jelas bahwa yang ingin dicapai melalui pelayanan bimbingan dan konseling ialah tingkat perkembangan yang optimal bagi setiap individu sesuai dengan kemampuannya, agar dapat menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan. Hal   tersebut merupakan tujuan utama pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Akan tetapi sejalan dengan perkembangan zaman, berkembang pula konsepsi bimbingan dan konseling sehingga tujuan bimbingan dan konseling pun mengalami perubahan, dari yang sederhana sampai ke yang lebih komprehensif. Hal ini dapat dilihat dari beberapa rumusan pada ahli di bawah ini.

Menurut Hamrin dan Clifford dalam Jones (1951) dalam Priyatno mengemukakan bahwa tujuan bimbingan dan konseling adalah:

Page 3: Pengertian Bimbingan Dan Konseling

Untuk membantu individu membuat pilihan-pilihan, penyesuaian-penyesuaian dan interpretasi-interpretasi dalam hubungannya dengan situasi-situasi tertentu.[7]

Sedangkan menurut Coleman dalam Thompson dan Rudolph (1983) dalam Priyatno mengemukakan bahwa proses bimbingan dan konseling bertujuan:

Memberikan dukungan, memberikan wawasan, pandangan, pemahaman, keterampilan, dan alternatif baru untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi.[8]

Lebih lanjut, bimbingan dan konseling bertujuan agar klien dapat mengikuti kemauan (saran-saran) konselor untuk mengadakan perubahan tingkah laku secara positif, melakukan pemecahan masalah, mengambil keputusan, pengembangan kesadaran, pengembangan pribadi dan penerimaan diri sendiri. (Thomson dan Rudolph, 1983).[9]

Dengan memperhatikan butir-butir tujuan bimbingan dan konseling, sebagaimana tercantum dalam rumusan-rumusan tersebut, tampak bahwa tujuan umum bimbingan dan konseling adalah untuk membantu perkembangan kepribadian yang seoptimal mungkin.

Hal tersebut sesuai dengan konsep Islam sebagaimana Nabi saw. Bersabda dalam sebuah hadis sebagai berikut:

Artinya:

Diceritakan kepadaku dari Malik, sesungguhnya telah disampaikan kepadanya bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “Saya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik”.

Dalam memberikan bantuan tersebut, sudah tentu dengan mempertimbangkan kemampuan dasar dan bakat-bakatnya, latar belakang keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungan.

C. Problem yang dihadapi Siswa di Sekolah

Dalam lingkungan persekolahan, peserta didik tidak semata belajar, dalam artian penumpukan pengetahuan dari kegiatan instruksional. Dalam proses belajar, peserta didik menghadapi pula situasi-situasi yang bersangkutan dengan kehidupan pribadinya dan pergaulan sosialnya. Pada segi lain, peserta didik yang sekolah, disadari atau tidak mereka memasuki suatu sekolah dengan tujuan-tujuan yang bersangkutan dengan masa depan, yaitu pekerjaan atau karir.

Masalah-masalah individu peserta didik yang timbul dalam lingkup sekolah dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bidang atau jenis, sebagaimana dikemukakan oleh Djumhur dan Moh. Surya sebagai berikut :

1. 1. Masalah Pendidikan (Pengajaran atau Belajar)

Page 4: Pengertian Bimbingan Dan Konseling

Dalam hubungan dengan ini, individu merasakan kesulitan dalam menghadapi kegiatan belajar, misalnya, cara membagi waktu belajar, cara belajar, mengerjakan tugas-tugas, menyesuaikan dengan pelajaran baru, lingkungan sekolah, guru-guru, tata tertib sekolah, dan sebagainya.

1. 2. Masalah Pribadi dan Sosial

Masalah-masalah pribadi dalam lingkup sekolah umumnya bercikal bakal dari dalam pribadi individu yang berhadapan   dengan lingkungan-lingkungan sekitarnya. Masalah-masalah semacam ini banyak dialami oleh pemuda pada waktu       menjelang masa adohosensi yang ditandai dengan perubahan yang cepat, baik fisik maupun mental. Selain itu, berdampak pula terhadap sikap dan perilaku. Misalnya, ingin menyendiri, cepat bosan, agresif, emosi yang meninggi, hilangnya kepercayaan diri, dan lain-lain.

Adapun masalah-masalah sosial yang kerapkali dihadapi     oleh peserta didik dalam lingkup sekolah yang bersangkutan   dengan hubungan antara individu dengan individu lainnya atau dengan lingkungan sosialnya, misalnya kesulitan dalam        mencari teman, merasa terasing dengan pekerjaan kelompok, dan lain-lain.

1. Masalah Pekerjaan (Karir)

Masalah-masalah ini berhubungan dengan pemilihan pekerjaan. Misalnya dalam memilih jenis-jenis pekerjaan yang cocok dengan dirinya, memilih latihan tertentu untuk suatu pekerjaan, mendapatkan informasi tentang jenis pekerjaan dan kesulitan untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan pekerjaan.[11]

D. Model Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Setiap permasalahan pasti ada jalan keluarnya, meskipun setiap individu memiliki keterbatasan. Manusia di samping    sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial. Untuk kelangsungan hidupnya, manusia membutuhkan orang lain untuk menopang keberadaannya dan memperoleh manfaat dari orang tersebut.

Adapun model layanan bimbingan dan konseling sebagaimana yang dikemukakan oleh Shertzer dan Stone dalam Fundamentals of Guidance (1981) yaitu :

1. Frank Parson; yang mendirikan Vocational Bureau di kota Boston (1908) dan menerbitkan buku yang berjudul Choosing a Vocation (1909), menciptakan istilah Vocattional Guidance yang dewasa ini dipandang sebagai salah satu ragam bimbingan (jabatan atau kerier). Menurut pandangan Parson, baik individu maupun masyarakat akan mendapat keuntungan kalau terdapat kecocokan antara ciri-ciri kepribadian seseorang dan tuntutan-tuntutan dibidang pekerjaan yang dipegang oleh orang itu. Tiga faktor utama utama dianggap sangat menentukan dalam memilih suatu bidang pekerjaan yaitu analisis terhadap diri sendiri (kemampuan, bakat dan minat serta temperamen), analis kalau terdapat kecocokan antara ciri-ciri kepribadian seseorang dan tuntunan-tuntunan bidang pekerjaan yang dipegang oleh orang itu. Tiga faktor utama yang dianggap sangat menetukan dalam memilih suatu bidang pekerjaan, yaitu analisis terhadap diri sendiri

Page 5: Pengertian Bimbingan Dan Konseling

(kemampuan, bakat dan minat serta temperamen), analisis terhadap bidang pekerjaan (kesempatan, tuntunan dan prospek masa depan), serta perbandingan antara hasil kedua analisis tadi untuk menemukan kecocokan antara data tentang diri sendiri dan data tentang bidang-bidang pekerjaan.

2. Donald G. Paterson, yang menerbitkan karangan The Genesis of Modern Gaduance (1938) dan Edmond G. Williams yang menerbitkan buku yang berjudul How to Counsel Students (1939)  dan Counseling Adolescents (1950) dan lain-lain. Mengembangkan suatu metode dalam konseling yang dikenal dengan nama metode klinis (clinical method). Metode ini menekankan menggunakan teknik-teknik untuk mengenal konseli lebih baik dan menentukan problem-problem yang dihadapi konseli, misalnya dengan menggunakan tes-tes psikologis dan studi diagnostic. Dengan demikian, model ini menekankan bentuk bimbingan individual, yaitu pelayanan kepada siswa satum persatu dan mengutamakan sifat bimbingan perseveratif, serta memberikan tekanan pada komponen bimbingan penempatan, pengumpulan data dan wawancara konseling.

3. Kenneth B. Hoyt yang menerbitkan karangan dengan judul Guidance a Constellation of Services (1962), mendefenisikan model bimbingan yang mencakup sejumlah kegiatan bimbingan (Constellation) dalam rangka melayani kebutuhan siswa di jenjang pendidikan dasar dan menengah. Model ini sebenarnya menampung kegiatan bimbingan sebagaimana dilaksanakan pada waktu itu. Dalam pola dasar ini ditekankan bahwa semua tenaga kependidikan disekolah seharusnya berpartisipasi dalam pelaksanaan program bimbingan bukan hanya tenaga bimbingan atau konselor sekolah saja. Pelayanan dianggap hanya akan berhasil kalau tujuan pelayanan bimbingan terintegrasi pada tujuan-tujuan institusional, kurikuler dan instruksional.

4. Julius Menacker, yang menerbitkan karangan To Ward a Theory of Activist Guidance (1976) mengembangkan model bimbingan yang mengusahakan penanggulangan gejala-gejala pemberontakan yang tampak dari tingkah laku pada siswa di sekolah-sekolah yang dalam daerah minus di kota besar. Daerah minus di sini berarti daerah dimana kemiskinan, kejahatan, pelanggaran hukum, kenakalan remaja dan penggunaan obat bisu merajalela. Model ini menekankan usaha mengadakan perubahan dalam lingkungan hidup yang menghambat perkembangan yang ptimal bagi siswa.[12]

Namun dalam pelaksanaanya bimbingan dan konseling di sekolah secara umum terdiri dari beberapa ragam dan teknik yang diberikan.

W.S. Winkel mengemukakan ragam bimbingan sebagai berikut :

Adapun ragam layanan bimbingan dan konseling adalah:

a. Bimbingan Studi (Academic Guidance)

Bimbingan akademik ialah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di suatu institut pendidikan. Suatu program bimbingan di bidang belajar (akademik) akan memuat unsur-unsur sebagai berikut:

Page 6: Pengertian Bimbingan Dan Konseling

1. Orientasi kepada siswa baru tentang tujuan institusional, isi kurikulum, pengajaran, struktur organisasi sekolah, cara-cara belajar yang tepat.

2. Penyadaran kembali secara berkala tentang cara belajar yang tepat selama mengikuti pelajaran di sekolah dan selama belajar di rumah, baik secara individu maupun secara kelompok.

3. Bantuan dalam hal memilih program studi yang sesuai, memilih kegiatan-kegiatan non-akademik yang menunjang usaha belajar, dan memilih program studi lanjutan di tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan lain-lain.

b. Bimbingan  Pribadi  dan  Sosial  (Personal and Social Guidance).

Bimbingan pribadi sukar sekali terpisah dari bimbingan sosial atau sebaliknya, karena masalah pribadi biasanya tidak terlepas dari masalah sosial.

Dikatakan sebagai bimbingan pribadi, jika penekanan bimbingan lebih pada usaha menangani masalah-masalah pribadi. Sedangkan bimbingan sosial penekanannya lebih pada penanganan masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh individu.

Masalah-masalah pribadi dalam lingkup sekolah umumnya bercikal bakal dari dalam pribadi individu yang berhadapan dengan situasi lingkup sekitarnya.

Peserta didik sekolah menengah khususnya kerap kali menghadapi masalah seperti ini. Mereka dalam masa pubertas ataupun adolescent dengan adanya perubahan-perubahan pesat dalam aspek-aspek psikis, fisiologis dan sosiologis yang dihadapi mereka.[13]

Masalah-masalah sosial yang juga kerap dihadapi oleh individu dalam hubungannya dengan individu lain atau dengan lingkungan sosialnya. Masalah itu dapat timbul karena kekurangmampuan individu untuk berhubungan dengan lingkungan sosialnya, atau lingkungan sosial itu sendiri yang kurang sesuai dengan keadaan dirinya.

Bimbingan pribadi dan sosial di lain pihak tidak lain adalah seperangkat usaha bantuan kepada peserta didik agar dapat menghadapi sendiri masalah-masalah pribadi dan sosial, memilih kelompok sosial dengan memilih jenis-jenis kegiatan sosial yang bernilai guna, serta berdaya upaya sendiri dalam memecahkan masalah-masalah pribadi dan sosial yang dialaminya.

c. Bimbingan Jabatan (Vocational Guidance) atau Bimbingan Karir.

Bimbingan karir merupakan salah satu jenis bimbingan yang berusaha membantu peserta didik dalam memecahkan masalah karir untuk memperoleh penyesuaian diri yang sebaik-baiknya, baik pada waktu itu maupun pada masa yang akan datang.

Bimbingan karir bukan hanya memberikan bimbingan jabatan, tetapi mempunyai arti yang lebih luas, yaitu bimbingan agar seseorang dapat memasuki kehidupan, tata hidup dan kejadian dalam kehidupan, dan mempersiapkan diri dari kehidupan sekolah ke dunia kerja (Suryosubroto, 1997: 252).

Page 7: Pengertian Bimbingan Dan Konseling

Di samping itu, bimbingan jabatan memiliki kisaran        usaha bimbingan kepada peserta didik dalam jasa pertimbangan akan bekerja atau tidak, dan jika perlu segera bekerja, baik        part-time maupun full-time, memiliki lapangan kerja yang cocok dengan ciri-ciri pribadi, individu menentukan lapangan pekerjaan dan memasukinya serta mengadakan penyesuaian kerja secara baik.[14]

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa bimbingan karir merupakan suatu program yang disusun untuk membantu perkembangan peserta didik agar mengerti akan dirinya, mempelajari dunia kerja untuk mendapatkan pengalaman yang akan membantu dalam membuat keputusan dan mendapatkan pekerjaan.

Sedangkan teknik bimbingan dan konseling pada umumnya menggunakan dua pendekatan seperti yang dikemukakan oleh Djumhur dan Moh. Surya yaitu :

1. Pendekatan Secara Kelompok atau Bimbingan Kelompok (Group Guidance).

Teknik ini dipergunakan dalam membantu murid atau sekelompok murid untuk memecahkan masalah-masalah melalui kegiatan kelompok. Masalah yang dihadapi mungkin bersifat kelompok atau individu sebagai anggota kelompok. Dengan demikian penyelenggaraan bimbingan kelompok mungkin dimaksudkan untuk membantu mengatasi masalah bersama atau membantuseorang individu yang menghadapi masalah dengan penempatannya dalam suatu kehidupan kelompok.

1. Penyuluhan Individuil (Individual Counseling)

Dalam teknik ini pemberian bantuan dilakukan dengan hubungan yang bersifat face to face relation ship (hubungan empat mata) yang dilaksanakan dengan wawancara antara counselor dengan kasus (counselee). Masalah yang dipecahkan melalui teknik counseling ini ialah masalah-masalah yang sifatnya pribadi.[15]

Dari beberapa model layanan bimbingan di atas, sebagai tenaga bimbingan sudah seharusnya memiliki pengetahuan dan pemahaman psikologis yang cukup mendalam serta memiliki fleksibilitas yang tinggi dan kesabaran yang besar, sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al-Nahl (16): 125 yang berbunyi:

????? ????? ??????? ??????? ????????????? ??????????????? ??????????? ????????????? ????????? ???? ???????? ????? ??????? ???? ???????? ?????? ????? ???? ????????? ?????? ???????? ????????????????

Terjemahnya:

‘Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah    dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.’[16]

Page 8: Pengertian Bimbingan Dan Konseling

Dalam hal ini, bantuan yang dimaksud adalah yang sifatnya profesional, yang diberikan oleh seorang tenaga profesional. Membantu di sini bukan berarti memberi atau mengambil alih pekerjaan orang lain. Membantu tetap memberi kepercayaan kepada klien untuk bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dalam mengatasi masalahnya.

[1]Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance and Counseling) (Cet. XV; Bandung: CV. Ilmu, 1975), h. 25.

 

[2]Priyatno dan Ermananti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Cet. I; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), h. 94

[3]Djumhur dan Moh. Surya, op. cit., h. 26.

[4] Latipun, Psikologi Konseling, Edisi, III; Malang : Universitas Muhammadiyah Malang, 2001, h. 4

[5]Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan (Cet. I; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), h. 5.

[6]Priyatno dan Ermananti, op. cit., h. 100.

[7]Priyatno dan Ermananti, op. cit., h. 112.

Page 9: Pengertian Bimbingan Dan Konseling

f.p.

 

4

. Julius Menacker, yang menerbitkan karangan To Ward a Theory of Activist Guidance(1976) mengembangkan model bimbingan yang mengusahakan penanggulangangejala-gejala pemberontakan yang tampak dari tingkah laku pada siswa di sekolah-sekolah yang dalam daerah minus di kota besar. Daerah minus berarti daerahdimana kemiskinan, kejahatan, pelanggaran hukum, kenakalan remaja danpenggunaan obat bius merajalela. Model ini menekankan usaha mengadakanperubahan dalam lingkungan hidup yang menghambat perkembangan yang optimalbagi siswa. W.S. Winkel mengemukakan ragam bimbingan sebagai berikut : 1.Bidang Bimbingan Pribadi Dalam bidang bimbingan pribadi, pelayanan bimbingan dah konseling membantu siswamenemukan dan memahami serta mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwaterhadap Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, aktif dan kreatif, serta sehat jasmani dan rohani.Bidang bimbingan ini meliputi pokok-pokok materi berikut :‡ Penanaman sikap dan kebiasaan dalam beriman dan bertaqwa terhadap TuhanYang Maha Esa‡ Pengenalan dan pemahaman tentang kekuatan diri sendiri dan penyalurannyauntuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif, baik dalam kehidupan sehari-hari di sekolah maupun perannya di masa depan.‡ Pengenalan dan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta penyaluran danpengembangannya melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif 

Page 10: Pengertian Bimbingan Dan Konseling

‡ Pengenalan dan pemahaman tentang kelemahan diri sendiri dan usaha-usahapenanggulangannya‡ Pengembangan kemampuan mengambil keputusan sederhana dan mengarahkandiri‡ Perencanaan serta penyelenggaraan hidup sehat. 2.Bidang Bimbingan Sosial 

  Dalam bidang bimbingan sosial pelayan bimbingan dan konseling membantu siswadalam proses sosialisasi untuk mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosial yangdilandasi budi pekerti luhur dan rasa tanggung jawab.Bidang bimbingan ini memuat pokok-pokok materi berikut :‡ Pengembangan kemampuan berkomunikasi baik melalui ragam lisan maupuntulisan secara efektif ‡ Pengembangan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial baik di rumah,di sekolah, maupun di masyarakat dengan menjunjung tinggi tata karma, sopansantun serta nilai-nilai agama, adaptasi peraturan dan kebiasaan yang berlaku.‡ Pengembangan hubungan yang dinamis dan harmonis serta produktif denganteman sebaya.‡ Pengenalan dan pemahaman peraturan dan tuntutan sekolah, rumah danlingkungan, serta kesadaran untuk melaksanakannya. 3.Bidang Bimbingan Belajar Dalam bidang bimbingan belajar, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswamengembangkan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan danketerampilan, serta menyiapkannya untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat yang Iebihtinggi.Bidang bimbingan ini memuat pokok-pokok materi berikut :‡ Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar untuk mencari informasi dari berbagisumber belajar, bersikap terhadap guru dan nara sumber Iainnya, mengikutipelajaran sehari-hari, mengajarkan tugas,  mengembangkan keterampilan belajar,menjalani program penilaian.

Page 11: Pengertian Bimbingan Dan Konseling

‡ Pengembangan disiplin belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun kelompok. ‡ Pemantapan dan pengembangan penguasaan materi pelajaran‡ Orientasi belajar di sekolah 4.Bidang Bimbingan Karier 

  Dalam bidang bimbingan karier, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswamengenali dan mulai mengarahkan diri untuk masa depan karier.Bidang bimbingan karier ini memuat pokok-pokok materi berikut:‡ Pengenalan awal terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup.‡ Pengenalan, orientasi dan informasi karier pada umumnya secara sederhana‡ Pengenalan dan pemahaman diri secara awal berkenaan dengan kecenderungankarier yang hendak dikembangkan‡ Orientasi dan informasi sederhana terhadap pendidikan yang Iebih tinggi,khususnya dalam kaitannya dengan karier yang hendak dikembangkan.  Jenis - Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling a. Layanan Orientasi,yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkanpeserta didik (klien) memahami Iingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasukipeserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungannya yang baru itu.  b. Layanan Informasi,

Page 12: Pengertian Bimbingan Dan Konseling

yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkanpeserta didik (klien) menerima dan memahami berbagai informasi (sepertiinformasi pendidikan dan informasi jabatan) yang dapat dipergunakan sebagaibahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik (klien).  c. Layanan Penempatan dan Penyaluran,yaitu layanan bimbingan dan konseling yangmemungkinkan peserta didik (klien) memperoleh penempatan dan penyaluranyang tepat (misalnya penempatan/penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar,jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ko/ekstra-kurikuler)sesuai dengan potensi, bakat dan minat, serta kondisi pribadinya.  d. Layanan Pembelajaran,yaitu layanan bimbingan dan konseling yangmemungkinkan peserta didik (klien) mengembangkan diri berkenaan dengan sikapdan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dankesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.  

Page 13: Pengertian Bimbingan Dan Konseling

Pola pelayanan BK d sekolah

Pola Pelayanan Bimbingan Konseling

POLA PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Konseling

oleh Fitri Olifia (2201409092)Ayu Rohmatin Diana (1102409010)Ahmad Anhar (3201409019)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2009BAB 1PENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahDalam aktivitas di sekolah, siswa memerlukan bimbingan bukan hanya sekedar pembelajaran. Rekan siswa untuk menjadi pembimbing yang paling baik dan efektif adalah guru mata pelajaran. Namun tentu saja untuk mendapatkan hasil siswa yang di bimbing dengan benar. Guru mata pelajaran harus mempunyai pengetahuan tentang pola pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Ini dimaksudkan untuk dapat membimbing anak kearah yang lebih optimal dan tidak sembarangan.Dengan adanya bab mengenai pola pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah ini. Mahasiswa jadi benar-benar paham cara memposisikan diri dalam bimbingan di sekolah pada

Page 14: Pengertian Bimbingan Dan Konseling

anak didiknya kelak. Matakuliah ini dimaksudkan membekali mahasiswa sebagai calon guru sekolah menengahuntuk mampu menyelenggarakan pembelajaran yang membimbiing dan memberikan pelayanan dasar-dasar bimbingan sesuai dengan kewenanganya. Sehingga untuk menunjang pembekalan untuk mahasiswa itu. Pembahasan dilakukan tentang model-model bimbingan dan konseling, pola dasar bimbingan, dan pendekatan atau strategi dasar.

B. TUJUANPenulisan makalah ini untuk mengetahui:a) Mengetahui model-model bimbingan dan konseling dan pola dasar bimbingan.b) Mengetahui pola-pola bimbingan.c) Mngetahui pendekatan atau strategi dasar.

C. METODE PENELITIANDalam pembuatan makalah ini menggunakan metode kepustakaan,yaitu dalam mendapatkan materi untuk penulisan makalah berorientasi pada buku-buku yang berkaitan dengan makalah ini.

Page 15: Pengertian Bimbingan Dan Konseling

BAB 2PERMASALAHAN

Ada beberapa hal juga mengenai pola pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah yang masih dipertanyakan seperti:1. Model-model bimbingan dan konseling apa yang baik untuk bekal mahasiswa nantinya ?2. Pola dasar bimbingan apakah yang efektif untuk mahasiswa pelajari ?3. Apa sajakah pola-pola bimbingan yang baik untuk pelayanan bimbingan di institusi pendidikan ?4. Apa saja pendekatan dan strategi dasar guna pembekalan bagi mahasiswa ?

BAB 3PEMBAHASAN MASALAH

A. Model-model Bimbingan dan Konseling dan Pola Dasar Bimbingan Pelayanan bimbingan dan konseling di lembaga pendidikan yang formal diadakan dalam program bimbingan yaitu suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisir dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu. Program bimbingan dan konseling dapat disusun dengan berdasarkan pada suatu kerangka berfikir dan pola dasar pelaksanaan tertentu.Model-model bimbingan dan konseling dan pola dasar bimbingan berawal dari gerakan bimbingan dan konseling di Amerika yang dikembangkan di sejumlah kerangka pikir yang menjadi pedoman dan pegangan dalam pelayanan di sekolah-sekolah. Istilah Model menurut Shertzer dan Stone (1981) yaitu suatu konseptualisasi yang luas, bersifat teoritis namun belum memenuhi semua persyaratan bagi suatu teori ilmiah. Model-model itu dikembangkan oleh orang tertentu untuk menghadapi tantangan yang timbul dalam kehidupan masyarakat dan lingkungan

Page 16: Pengertian Bimbingan Dan Konseling

pendidikan sekolah di Amerika Serikat.1. Frank Parsons yang menciptakan istilah Vocational Guidance yang menekankan ragam jabatan bimbingan dengan menganalisis diri sendiri, analisis terhadap bidang pekerjaan, serta memadukan keduanya dengan berfikir rasional dan mengutamakan komponen bimbingan pengumpulan data serta wawancara konseling.2. William M. Proctor, (1925) yang mengembangkan model bimbingan mengenalkan dua fungsi yaitu fungsi penyaluran dan fungsi penyesuaian menyangkut bantuan yang diberikan kepada siswa dalam memilih program studi, aktivitas ekstra-kurikuler, bentuk rekreasi, jalur persiapan memegang sesuai dengan kemampuan, bakat, minat dan cita-cita siswa.3. John M. Brewer, (1932) yang mengembangkan ragam bimbingan seperti bimbingan belajar, bimbingan rekreasi, bimbingan kesehatan, bimbingan moral dan bimbingan perkembangan. Model ini tidak hanya mengenai bimbingan jabatan saja.4. Donal G. Patterson, (1938) dalam konseling yang dikenal dengan metode klinis menekankan perlunya menggunakan teknik-teknik untuk mengenal konseli dengan menggunakan tes psikologis dan studi diagnostik.5. Wilson Little dan AL. Champman, (1955) menekankan perlunya memberikan bantuan kepada semua siswa dalam aspek perkembangan siswa dalam bidang studi akademik dalam mempersiapkan diri memangku suatu jabatan dan dalam mengolah pengalaman batin serta pergaulan sosial. Model ini memanfaatkan bentuk pelayanan individual dan kelompok, mengutamakan sifat bimbingan preventif dan preserveratif dan melayani bimbingan belajar, jabatan dan bimbingan pribadi.6. Kenneth B. Hoyt, (1962) yang mendeskripsikan model bimbingan mencakup sejumlah kegiatan bimbingan dalam rangka melayani kebutuhan siswa di jenjang pendidikan dasar dan menengah. Model ini menekankan pelayanan individual dan kelompok dan memungkinkan pelayanan yang bersifat preventif, preserveratif dan remedial dan mengutamakan ragam bimbingan belajar dan pribadi.7. Ruth Strabf, (1964) yang berpandangan menyangkut bimbingan melalui wawancara konseling. Model ini menekankan bentuk pelayanan individu dan pelayanan secara kelompok dan mengutamakan komponen bimbingan pengumpulan dan wawancara konseling.8. Arthur J. Jones, (1970) menekankan pelayanan bimbingan sebagai bantuan kepada siswa dalam membuat pilihan-pilihan dan dalam mengadakan penyesuaian diri. Bantuan itu terbatas pada masalah-masalah yang menyangkut bidang studi akademik dan bidang pekerjaan. Model ini juga menekankan bentuk pelayanan individu mengutamakan ragam bimbingan belajar serta bimbingan jabatan dan memberi tekanan pada komponen bimbingan penempatan pengumpulan data serta wawancara.9. Chris D. Kehas, (1970) merumuskan tujuan pendidikan di sekolah, memberikan tekanan pada perkembangan kepribadian peserta didik, tetapi di lapangan hanya aspek intelektual yang diperhatikan. Dengan demikian tenaga-tenaga bimbingan hanyalah berfungsi dalam rangka meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar di kelas.10. Ralp Moser dan Norman A. Srinthall, (1971), mengajukan usul supaya di sekolah diberi pendidikan psikologis yang dirancang untuk menunjang perkembangan kepribadian para siswa dengan mengutamakan belajar dinamik-efektif yang menyangkut kepribadian nilai-nilai hidup dan sikap-sikap. Pelayanan bimbingan tidak hanyadibatasi pada mereka yang menghadap konselor sekolah, tetapi sampai pada semua siswa yang mengikuti pendidikan psikologis. Ini merupakan keunggulan modelnya.11. Julius Menacker, (1976) model ini menekankan usaha mengadakan perubahan dalam

Page 17: Pengertian Bimbingan Dan Konseling

lingkungan hidup yang menghambat perkembangan yang optimal bagi siswa. Keunggulan model ini ialah pandangan tingkah laku seseorang sebaiknya dilihat sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungan hidupnya.

B. Pola-pola Bimbingan dan KonselingMenurut hasil analisis Edward C. Glanz, (1964) dalam sejarah perkembangan pelayanan bimbinga di institusi pendidikan muncul empat pola dasar yang diberi nama sebagai berikut:1. Pola Generalis, bahwa corak pendidikan dalam suatu institusi pendidikan berpengaruh terhadap kuantitas usaha belajar siswa, dan seluruh staf pendidik dapat menyumbang pada perkembangan kepribadian masing-masing siswa. Ujung pelayanan bimbingan dilihat sebagai program yang kontinyu dan bersambungan yang ditujukan kepada semua siswa. Pada akhirnya, bimbingan hanya dianggap perlu pada saat-saat tertentu saja.2. Pola Spesialis, bahwa pelayanan bimbingan di institusi pendidikan harus ditangani oleh ahli-ahli bimbingan yang masing-masing berkemampuan khusus dalam pelayanan bimbingan tertentu seperti testing psikologis, bimbingan karir, dan bimbingan konseling.3. Pola Kurikuler, bahwa kegiatan bimbingan di institusi pendidikan dusulkan dimasukkan dalam kurikulum pengajaran dalam bentuk pengajaran khusus dalam rangka sustu kursus bimbingan. Segi positif dari pola iniialah hubungan langsung terlibat dalam seluk beluk pengajaran, segi negatifnya terletak dalam kenyataan bahwa kemajuan dalam pemahaman diri dan perkembangan kepribadian tidak dapat diukur melalui suatu tes hasil belajar seperti terjadi di bidang-bidang studi akademik.4. Pola Relasi-relasi Manusia dan Kesehatan Mental, bahwa orang akan lebih bahagia bila dapat menjaga kesehatan mentalnya dan membina hubungan baik dengan orang lain. Segi positif dari pola ini ialah peningkatan kerja sama antara anggota-anggota staf pendidik di institusi pendidikan dan integrasi social di antara peserta didik dengan staf pendidik.

C. Pendekatan atau Strategi DasarSeorang ahli bernama Robert H. Mathewson (1962), berhasil membedakan tujuh pendekatan atau strategi dasar yang masing-masing pendekatan meupakan kontinum yang bipolar. Ketujuh strategi dasar itu adalah sebagai berikut :1. Edukatif versus Direktif, yaitu satu sisi pelayanan bimbingan dipandang sebagai pengalaman belajar bagin siswa yang membantu mereka untuk menentukan sendiri pilihan-pilihannya.2. Komulatif versus Pelayanan, yaitu satu sisi satu pelayanan bimbingan dilihat sebagai progam yang kontinyu dan bersambung-sambung.3. Evaluasi diri versus oleh orang lain, yaitu satu sisi satu pelayanan bimbingan dirancang untuk membantu siswa menemukan diri dan evaluasi diri atas prakarsa sendiri.4. Kebutuhan Individu versus Kebutuhan Lingkungan, yaitu disisi satu pelayanan bimbingan menekankan supaya kebutuhan-kebutuhan masing-masing siswa dipenuhi.5. Penilaian Subyektif versus Penilaian Obyektif, yaitu disisi satu pelayanan bimbingan diarahkan ke penghayatan dan penafsiran siswa sendiri terhadap dirinya sendiri serta lingkungan hidupnya, disisi yang lain menitikberatkan pengumpulan data siswa dari sumber di luar siswa sendiri.6. Komprehensif versus Berfokus pada satu aspek atau satu bidang saja, yaitu di satu sisi pelayanan bimbingan diprogamkan sedemikian rupa sehingga semua tantangan dan permasalahan di berbagai bidang kehidupan siswa tercakup di dalamnya.7. Koordinatif versus Spesialistik, yaitu di satu sisi ditangani oleh sejumlah tenaga melakukan

Page 18: Pengertian Bimbingan Dan Konseling

kerjasama secara koordinatif dalam memberikan bantuan dan berkedudukan sama dan harus bekerjasama erat dalam mendeskripsikan ciri-ciri suatu program bimbingan yang dilaksanakan pada institusi pendidikan, di sisi yang lain ditangani secara spesifik berdasarkan keahlian.

BAB 4

A. PENUTUP

Berdasarkan pembahasan tentang pola pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah pada bab 3 diatas dapat dimpulkan bahwa,:I. Model-model bimbingan dan konseling dan pola dasar bimbingan dipakai sebagai pedoman dan pegangan dalam pelayanan di sekolah-sekolah.II. Terdapat 4 pola dasar bimbingan yaitu pola generalis, pola spesialis, pola kurikuler, dan pola relasi-relasi manusia dan kesehatan mental.III. Pendekatan dan strategi dasar ada 7 yaitu Edukatif versus Direktif, Kumulatif versus Pelayanan, Evaluasi diri versus oleh orang lain, Kebutuhan Individu versus Kebutuhan Lingkungan, Penilaian Subyektif versus Penilaian Obyektif, Komprehensif versus Berfokus pada satu aspek atau satu bidang saja, Koordinatif versus Spesialistik.

B. SARAN

Mahasiswa sebagai calon pendidik harus benar-benar mengerti, memahami dan mengaplikasikan dengan baik pembahasan tentang model-model pelayanan bimbingan dan konseling, pola dasar bimbingan, pola-pola bimbingan, dan pendekatan atau strategi dasar pada bimbingan dan konseling. Dengan demikian, mahasiswa nantinya pada saat menjadi pendidik akan dapat menciptakan generasi muda dengan kebenaran dalam sikap dan perilaku yang juga akan

Page 19: Pengertian Bimbingan Dan Konseling

berdampak bagi negara yaitu negara Indonesia mempunyai sumber daya manusia yang kompetitif di dunia internasional dan memajukan Indonesia dalam berbaga