Pengaruh Jumlah Uang Beredar dan Kredit Investasi

10

Transcript of Pengaruh Jumlah Uang Beredar dan Kredit Investasi

Page 1: Pengaruh Jumlah Uang Beredar dan Kredit Investasi
Page 2: Pengaruh Jumlah Uang Beredar dan Kredit Investasi

Jurnal Manajemen Universitas Satya Negara Indonesia - Vol 2 No 2,- Februari 2018 Page 50

Pengaruh Jumlah Uang Beredar dan Kredit Investasi

terhadap Inflasi di Indonesia

Eduardus Hena*

*Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta

**Dosen tidak tetap Fakultas Ekonomi Universitas Satya Negara Indonesia

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh jumlah uang beredar dan kredit investasi

terhadap inflasi di Indonesia tahun 2015 sampai dengan 2017. Untuk mencapai tujuan tersebut

maka dilakukan pengumpalan data sekunder yang dipublikasi oleh Bank Indonesia, dilanjutkan

dengan pengolahan data untuk menguji hipotesis secara simultan menggunakan uji F dan secara

parsial menggunakan uji t. Hasil uji hipotesis disimpulkan bahwa secara simultan jumlah uang

beredar (M1) dan kredit investasi (KI) berpengaruh siginfikan terhadap inflasi yang terjadi di

Indonesia, namun secara parsial hanya kredit investasi yang berpengaruh terhadap inflasi yang

terjadi di Indonesia.

Kata kunci: Jumlah uang beredar, kredit investasi, inflasi

LATAR BELAKANG MASALAH

Inflasi merupakan variable makro ekonomi yang banyak didiskusikan oleh masyarakat

sebagai konsumen, produses/bisnis, pemerintah. Di kalangan konsumen inflasi yang tercermin

dari kenaikan harga-harga barang kebutuhan merupakan masalah sosial oleh karena berdampak

pada daya beli semakn rendah, niai riil dari pendapatan maupun asset yang dimiliki semakin

rendah sebagai indikator kehidupaan masyarakat semkin miskin. Selain itu Inflasi yang

melampau batas kepatutan sangat dirisaukan oleh pelaku bisnis, selain berlakunya hukum

permintaan barang/jasa, juga dalam proses siklus bisnis berdampak pada semakin mahalnya biaya

produksi maupun distribusi baranng dan jasa, selain niai riil transksi di pasar uang mengalami

penururnan. Dalam bidang pemerintahan, inflasi merupkan salah satu indikator sukses atau

gagalnya kebjikan pemerintah di bidang fiskal dan moneter yang selalu menjaga ekuilibrium

makro ekonomi yaitu terciptanya kestabilan harga barang dan jasa.

Mishkin Frederic S. (2009: 343) mengemukakan bahwa Salah satu keuntungan inflasi:

Biaya inflasinilai riil menuntun banyak ekonom bahwa pembuat kebijakan moneter sebaiknya

menyetujui inflasi nol. Namun demikian inflasi yang kecil 2 atau 3 persen pertahun dapat

berdampak baik/ inflasi yang moderat.

Capaian angka inflasi 0 persen atau 2 persen sampai 3 persen bukanlah angka yang

mudah dicapai ditengah gejolak harga bahan kebutuhan pokok terus mengalami peningkatan dari

tahun ke tahun. Masih segar dalam ingatan masyarakat mengeluh mahalnya harga barang dan jasa

yang dipicu oleh meningkatnya harga cabe, maupun bawang merah dan bawang putih, kini

muncul lagi keluhan terjadi inflasi akibat kenaikan harga beras yang merupakan bahan baku

untuk memenuhi kebutuhan pokok penduduk Indonesia.

Secara makro, inflasi dapat diakibatkan oleh kondisi resesi maupun ekspansi ekonomi

dalam siklus bisnis, demikian pula muncul dari kebijakan fiskal maupun moneter. Dalam kondisi

ekonomi resesi yang ditandai menurunnya pertumbuhan ekonomi riil mengindikasikan kegiatan

Page 3: Pengaruh Jumlah Uang Beredar dan Kredit Investasi

Jurnal Manajemen Universitas Satya Negara Indonesia - Vol 2 No 2,- Februari 2018 Page 51

produksi dan distribusi produk sector riil berkurang sehingga kelangkaan tersebut mengakibatkan

terjadinya inflasi, demikian pula sebaliknya terjadi ekspansi ekonomi yang mengakibatkan

meningkatnya pendapatan masyarakat berdampak pada terjadinya inflasi. Inflasi terkait dengan

kebijakan moneter muncul dalam bentuk cost-push inflation yaitu inflasi terjadi oleh karena

biaya produksi meningkat yang diakibatkan oleh jumlah uang beredar meningkat, dan demand-

pull inflation yaitu inflasi terjadi oleh karena meningkatnya permintaan agregat akibat

kebijakan fiskal.

Pemerintah Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini mengerjar target pertumbuhan

ekonomi 6 persen hingga 7 persen pertahun. Untuk mencapai tujuan tersebut ditempuh melalui

kebijakan fiskal yang ekspansif dengan meningkatkan belanja Negara dalam bentuk bantuan

langsung tunai kepada masyarakat, peningkatan dana desa maupun porsi alokasi dana ke daerah-

daerah serta peningkatan pembangunan infrastruktur, yang berdampak pda peningkatan jumlah

uang beredar dalam bentuk M1 maupun M2. Meningkatnya jumlah uang beredar mendorong

permintaan uang oleh masyarakat dalam aktivitas ekonomi yang mengakibatkan terjadinya

inflasi.

Selain itu untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang tinggi ditempuh melalui

kebijakan moneter terutama menurunkan BI rate, yang berproses melalui transmisi dalam

mendorong kredit investasi atau konsumsi oleh nasabah dalam meningkatkan aktvitas bisnis dan

konsumsi. BI rate di Indonesia ditentukan berkurang dari tahun ke tahun sejak tahun 2014 pada

level 7,75 persen, turun menjadi 7,50 persen pada tahun 2015, turun lagi menjadi 6,50 persen

pada tahun 2016, dan kini berada pada level yang sangat rendah yaitu 4,25 persen. Penurunan BI

rate tersebut berdampak pada peningkatan dari tahun ke tahun kredit di lembaga keuangan bank

kepada pihak swasta domestik, yang meliputi jenis kredit investasi (KI), kredit modal kerja

(KMK) dan kredit konsumsi (KK). Bulan desember 2015 KI sebesar Rp. 893,7 Trilliun, KMK

Rp. 1.762,8 Trilliun, KK sebesar Rp. 1.045,6 Trilliun, meningkat berturut-turut pdari tahun 2016

ke tahun 2017 menjadi Rp. 1.025,1 Trilliun dan Rp. 1.114,9 Trilliun untuk KI, Rp. 1.914,3

Trilliun dan Rp. 2.042,2 Trilliun untuk KMK, serta Rp. 1.143,8 Trilliun dan Rp. 1.244,9.

Meningkatnya kredit investasi, modal kerja dan konsumsi tersebut secara agregat meningkatkan

pula permintaan agregat sehingga pada akhirnya menimbulkan terjadinya inflasi.

Dalam kurun waktu yang sama inflasi cenderung turun akan tetapi masih berkisar di atas

angka 3 % per tahun sebagai inflasi moderat dalam interval toleransi. Tahun 2014 inflasi masih

pada level 8,38 persen, turun menjadi 3,15 pada tahun 2015, dan turun lagi menjadi 3,02 persen

pada tahun 2016, namun meningkat menjadi 3,49 persen pada tahun 2017. Tingginya inflasi

tersebut tentunya sebagai akibat dari kebijakan ekonomi maupun kondisi siklus bisnis makro

ekonomi dari tahun ke tahun, diantaranya jumlah uang beredar M1 dan pinjaman perbakan

kepada sektor swasta domestik yang digunakan untuk kredit investasi (KI) di perbankan.

M1 dipilih dalam penelitian ini untuk menjadi variable independen dikaitkan dengan

inflasi sebagai variable dependen oleh karena komponen yang membentuk M1 lebih likuit dalam

permintaan uang untuk transaksi barang dan jasa. Komponen M1 meliputi uang kartal, rekening

giro, cek wisata serta simpanan lain dengan fasilitas cek. Dengan demikian secara teoritis

hubungan antara M1 mempunyai hubungan positif dengan inflasi. Selain M1 maka kredit

investasi (KI) yang digunakan untuk investasi menambah biaya produksi dan distribusi

sehingga harga produk meningkat maka terjadi inflasi.

Berpedoman pada uraian dalam latar belakang masalah, maka penelitian ini ditujukan

untuk mengkaji perubahan jumlah uang beredar (M1) dan kredit investasi (KI) di perbankan

mengakibatkan terjadinya inflasi di Indonesia.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka pertanyaan penelitian untuk

dianalisis dalam penelitian ini sebagai berikut:

Page 4: Pengaruh Jumlah Uang Beredar dan Kredit Investasi

Jurnal Manajemen Universitas Satya Negara Indonesia - Vol 2 No 2,- Februari 2018 Page 52

1. Apakkah jumlah uang beredar dalam kategori M1 berpengaruh signifikan terhadap

inflasi yang terjadi di Indonesia?

2. Apakah jenis kredit investasi (KI) di perbankan yang digunakan untuk investasi

berpengaruh signifikan terhadap inflasi yang terjadi di Indonesia?

3. Apakah jumlah uang beredar dalam kategori M1 dan jenis kredit investasi (KI) di

perbankan yang digunakan untuk investasi secara bersama-sama berpengaruh

terhadap inflasi yang terjadi di Indonesia?

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis perubahan jumlah uang beredar dalam kategori M1 berdampak

pada terjadinya inflasi di Indonesia.

2. Untuk menganalisis perubahan jumlah kredit investasi (KI) di perbankan yang

digunakan untuk investasi berdampak pada inflasi di Indonesia.

3. Untuk menganalisis perubahan jumlah uang beredar dalam kategori M1 dan

perubahan jumlah kredit investasi (KI) di perbankan yang digunakan untuk investasi

secara, simultan berpengaruh terhadap inflasi di Indonesia?

LANDASAN TEORITIS

KONSEP HUBUNGAN JUMLAH UANG BEREDAR (M1) DAN KREDIT INVESTASI

(KI) PERBANKAN UNTUK UNVESTASI, DENGAN INFLASI

Mankiw N. Gregory (2007: 85) mendefinisikan inflasi adalah perubahan dalam persentse

tingkat harga; teori tingkat harga ini juga merupakan teori tingkat inflasi. Teori kuantitas uang

menyatakan bahwa bank sentral mengawasi jumlah uang beredar dan memiliki kendali tertinggi

atas tingkat inflasi. Jika bank sentral meningkatkan jumlah uang beredar dengan cepat, tingkat

harga akan meningkat dengan cepat.

Jika uang beredar terus tumbuh padatahun-tahun berikutnya, perekonomian akan

bergerak ke tingkat harga yang lebih tinggi dan lebih tinggi. Selama uang beredar tumbuh, proses

ini akan terus berlanjut, dan inflasi akan terjadi. Pertumbuhan uang yang tinggi mengakibatkan

inflasi yang tinggi (Mishkin Frederic, S; 2009: 343). Jumlah uang beredar tersebut dibagi

berdasarkan kemudahan likuid, yaitu M1 terdiri dari rekening giro, traveler’s checks, deposito

lain-lain yang dapat dibuat cek, uang tunai; M2 terdiri dari M1, deposito berjangka, deposito

jangka pendek, pasar uang reksa dana, kategori minor lain-lain.

Komponen-komponen M1 labih memudahkan masyarakat menggunakannya untuk

meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa yang disebut sebagai permintaan uang. Dalam

transmisi moneter yang terjadi bahwa meningkatnya M1 meningkatkan kemampuan konsumen

menggunakannya dalam transkasi untuk memenuhi kebutuhan hidup, yang berdampaik pada

peningkatan harga barang dan jasa yang disebut sebagai inflasi. Lipsey R. G. dan P. N. Courant

(1996: 585) menguraikan bahwa mekanisme transmisi dalam ekulibrium moneter merupakan

perubahan permintaan dan penawaran uang mempengaruhi permintaan agregat melalui kaitan

antara ekuilibrium moneter dengan suku bunga, kaitan antara suku bunga dengan pengeluaran

investasi, dan kaitan antara pengeluaran investasi dengan permintaan agregat.

Sektor moneter menyediakan enam fungsi utama yang sangat penting pada lingkup

perusahaan maupun perekonomian secara keseluruhan, diantaranya yang terkait dengan penelitian

ini adalah menghubungkan para penabung dengan investor, dan mengalokasikan pinjaman secara

efisien yaitu penyaluran dana investasi pada berbagai penggunaan (Todaro Michael P. dan

Stephen C. Smith, 2006:743).

Page 5: Pengaruh Jumlah Uang Beredar dan Kredit Investasi

Jurnal Manajemen Universitas Satya Negara Indonesia - Vol 2 No 2,- Februari 2018 Page 53

Bank Indonesia mempunyai tugas membuat kebijakan moneter terkait penyebab inflasi

bersumber dari instrument moneter terutama jumlah uang beredar dan permintaan uang, disebut

sebagai kebijakan moneter, yang bertujuan diantaranya adalah mampu mempengaruhi stabilitas

harga. Instrumen kebijakan moneter tersebut terdiri dari Credit Celing, penetapan tingkat bunga,

penurunan nilai uang, kredit langsung, likuiditas wajib minimum, fasilitas diskonto, operasi pasar

terbuka, FASBI, fasilitas diskonto ulang, persuasi moral (Siamat Dahlan, 2005:81).

Diantara instrument kebijakan moneter tersebut yang terkait langsung dengan usaha

menggerakan kegiatan bisnis sector rill dalam bentuk kredit investasi adalah penetapan tingkat

bunga dan kredit langsung. Dalam kaitan untuk investasi maka variable kredit investasi dan

penetapan tingkat bunga saling berkorelasi, di dalam pasar dana pinjaman. Mankiw N. Gregory

(2013: 606) mengemukakan bahwa pasar dana pinjaman merupakan pasar di mana orang-orang

yang ingin menabung menyediakan dana pinjaman dan orang-orang yang ingin menjmin

mendapatkan dana pinjaman untuk investasinya.

Hubungan antara jumlah uang beredar (M1) dan kredit investasi dengan inflasi yang

terjadi di Indonesia melalui proses demnd-pull inflation dan cost-push inflation. M1 meningkat

maka permintaan uang untuk transaksi barang dan jasa konsumsi mengalami peningkatan

sehingga terjadi inflasi. Samuelson Paul A. dan W. D. Nordhaus (2005: 391) mendefinisikan

bahwa demnd-pull inflation terjadi ketika permintaan keseluruhan naik lebih cepat dari pada

potensi ekonomi produktif, menarik harga naik ke keseimbangan permintaan dan penawaran

agregat yang baru. Selain itu kredit investasi (KI) meningkat meningkatkan pula baiaya yang

dikeluarkan untuk membeli sumberdaya produksi dan distribusi barang serta jasa terutama upah

tenaga kerja dalam meningkatkan hasil produksi mendorong pergeseran secara bersamaan

penawaran dan permintaan agregat pada tingkat harga yang lebih tinggi sehingga terjadi inflasi

didefinisikan sebagai cost-push inflation.

HIPOTESIS:

Berdasarkan latar belakang maslah dan rumusan masalah serta kerangka teoritis maka, masalah

dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Jumlah uang beredar dalam kategori M1 berpengaruh signifikan terhadap inflasi yang

terjadi di Indonesia?

2. Jenis kredit investasi (KI) di perbankan yang digunakan untuk investasi berpengaruh

signifikan terhadap inflasi yang terjadi di Indonesia.

3. Jumlah uang beredar dalam kategori M1 dan jenis kredit investasi (KI) di perbankan yang

digunakan untuk investasi secara, bersama-sama berpengaruh terhadap inflasi yang terjadi

di Indonesia.

METODE PENELITIAN

RUANG LINGKUP PENELITIAN

Penelitian ini mengkaji keterkaitan antara kebijakan moneter dan inflasi di Indonesia

tahun 2015 sampai dengan 2017. Dari instrument-instrumen kebijakan moneter yang dipilih oleh

Bank Indonesia sasaran antaranya adalah meningkatkan atau menurunkan jumlah uang beredar.

Jenis jumlah uang beredar yang lebih realistis masyarakat gunakan sebagai permintaan uang

dalam melakukan transaksi adalah M1, yang akhirnya berdampak pada peningatan inflasi bila

M1 meningat jumlahnya, dan sebaliknya. Selain itu kebijakan moneter lainnya dapat mendorong

masyarakat untuk meningkatkan jumlah kreditnya untuk keperluan kredit investasi (KI), kredit

modal kerja (KMK) dan kredit konsumsi (KK). Dalam penelitian ini dipilih kredit investasi (KI)

yang digunakan oleh investor atau calon investor unruk berinvestasi membeli sumber daya yang

dibutuhkan untuk investasi yang berarti meningkatkan biaya untuk produksi atau distribusi

sehingga harga produk penjualan meningkat yang menimbulkan inflasi.

Page 6: Pengaruh Jumlah Uang Beredar dan Kredit Investasi

Jurnal Manajemen Universitas Satya Negara Indonesia - Vol 2 No 2,- Februari 2018 Page 54

DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

Variabel yang ditelitia dalam penelitian ini terdiri dari variable independen meliputi M1 dan

Kredit Investasi (KI), serta variable dependen adalah inflasi. Masing-masing variable tersebut

secara operasional didefinisikan sebagai berikut:

1. M1, yaitu jumlah uang beredar di Indonesia yang terdiri dari semua uang kartal yang

beredar di masyarakat (tidak termasuk uang kartal yang ada di Bank) ditambah dengan

uang giral (uang yang dikeluarkan oleh bank umum dalam bentuk surat-surat berharga)

yang dapat dipakai sebagai alat pembayaran. Data M1 yang digunakan adalah persentase

perkembangan setiap bulan selama tahun 2015, 2016 dan 2017.

2. Kredit Investasi (K1) yaitu pinjaman perbankan kepada sektor swasta domestik di

Indonesia digunakan untuk investasi pada sector ekonomi a). Pertanian, peternakan dan

perikanan, b). Pertambangan dan penggalian, c). Industri pengolahan, d). Listrik, gas dan

air bersih, e). Konstruksi, f). Perdagangan, hotel dan restaurant, g). Pengangkutan dan

komunikasi, h). Keuangan, Real Estate dan Jasa perusahaan, i). Jasa-jasa. Data KI yang

digunakan adalah dalam bentuk nominal uang Rp. 10 Trilliunan setiap bulan dari tahun

2015, 2016 dan 2017.

3. Inflasi, yaitu perubahan persentase dalam tingkat harga di Indonesia setiap bulan dari tahun

2015, 2016 dan 2017.

JENIS DAN SUMBER DATA

Jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder, yang dipublikasikan oleh Bank

Indonesia melalui media online khususnya jumlah uang beredar dalam hal ini M1 dan Inflasi.

Bank Indonesia membuat laporan tahunan dalam nominal dan persentase perkembangan uang

beredar dengan mengelompokkan jenis uang beredar luas (M2), uang beredar sempit (M1) dan

uang kuasi terdiri dari simpanan berjangka (rupiah, valas) , tabungan (rupiah dan valas),

simpanan giro valuta asing. Selain M1, Bank Indonesia juga mempublikasikn jenis kredit di

perbankan yang dilakukan pihak swasta domestic yang terdiri dari kredit investasi (KI), kredit

modak kerja (KMK) dan kredit konsumsi (KK).

METODE ANALISIS DATA

Data masing-masing variable yang telah dikumpulkan dilakukan tabulasi untuk memilah

variable-variabel independen yang terdiri dari M1 dan KI serta variable dependen adalah inflasi.

Data yan telah ditabulasi selanjutnya diolah menggunakan program SPSS 23 yang merupakan

aplikasi untuk melakukan analisis statistic.

Model Analisis Data

Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda

(Hair, Jr. Joseph F. dkk; 2010: 155) yang diformulasikan sebagai Y1 = X1 + X2 +… Xn,

atau Y = bo +b1V1 + b2V2

Atau secara operasional diformulasikan sebaagai :

Y = Bo + B1X1 + B2X2

Di mana :

Y = Inflasi (%)

X1 = M1 (%)

X2 = KI (Rp.10.Trilliun)

Bo = Konstanta atau Y pada X 1 dan X2 = 0

B1 = Koefisien X1

B2 = Koefisien X2

Setelah data diolah untuk menghitung parameter-parameter untuk pembentukan model regresi,

maka parameter yang digunakan untuk meyakinkan model regresi digunakan untuk uji

Page 7: Pengaruh Jumlah Uang Beredar dan Kredit Investasi

Jurnal Manajemen Universitas Satya Negara Indonesia - Vol 2 No 2,- Februari 2018 Page 55

hipotesis dan interpretasi adalah koefisien korelasi (R) antara variabel independen dengan

variable dependen, R Square, serta stnd. Error of the Estimate, korelasi antar variabel

independen Uji yang disebut sebagai uji Multikolenaritas, digunakan untuk menguji

korelasi antar variable independen. Suatu model analisis data yang baik bila koefisien

korelasi antara X1 dengan X2 kurang dari 0,7, dengan tingkat kepercayaan 95% atau t

hiting lebih kecil dari t tabel (probabilitas <0.05). Dengan kata lain suatu model regresi

yang baik bila tidak terjadi korelasi yang signifikan antar variable independen.

Uji Hipotesis Setelah model regresi linear berganda dirumuska, maka analisis selanjutnya adalah

dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis tersebut untuk menguji pengaruh secara parsial dan simultan

variable independen terhadap variable dependen.

1). Uji Parsial. Untuk menguji secara parsial pengaruh variabel independen terhadap variable

dependen digunakan uji t. Cara pengujian dengan membandingkan antara t hitung dengan

t tabel pada tingkat kepercayaan 95 %.

Kaidah pengambilan keputusannya adalah:

Apa bila t hitung lebih besar dari t tabel pada tingkat kepercayaan 95 % maka Ho

ditolak dan diterima Ha.

Apa bila Apa bila t hitung lebih kecil dari t tabel pada tingkat kepercayaan 95 %

maka Ho diterima dan tolak Ha.

Dalam penelitian ini, Ha adalah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, dan Ho

adalah penolakan pada hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini.

2). Uji Simultan. Untuk menguji pengaruh X1 dan X2 secara simultan terhadap Y, digunakan

uji F, caranya adalah membandingkan antara F hitung dengan F tabel pada tingkat

kepercayaan 95 %. Kaidah pengambilan keputusannya adalah:

Bila F hitung lebih besar dari F tabel pada tingkat kepercayaan 95 % maka Ha

diterima dan Ho ditolak.

Bila F hitung lebih kecil dari F tabel pada tingkat kepercayaan 95 % maka Ha

ditolak dan Ho diterima.

HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

MODEL REGRESI LINEAR BERGANDA: HUBUNGAN ANTARA JUMLAH UANG

BEREDAR DAN KREDIT INVESTASI TERHADAP INFLASI

Pengaruh jumlah uang beredar (M1) dan kredit investasi (KI) terhadap inflasi di

Indonesia tahun 2015 sampai dengan 2017, dianalisis menggunakan dalam model regresi linear

berganda, yang diperkuat dengan koefisien korelasi (R), R Square, stnd. Error of the Estimate,

dan uji hipotesis secara parsial maupun simultan. Hasil hitungan parameter statistisk yang

membentuk model regresi dalam penelitian ini dilihat dalam tabel 1.

Tabel 1. Hasil regresi pengaruh jumlah uang beredar dan kredit investasi

terhadap inflasi di Indonesia.

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -15,234 2,647 -5,754 ,000

X1 ,097 ,099 ,134 ,982 ,333

X2 ,149 ,030 ,677 4,945 ,000

Page 8: Pengaruh Jumlah Uang Beredar dan Kredit Investasi

Jurnal Manajemen Universitas Satya Negara Indonesia - Vol 2 No 2,- Februari 2018 Page 56

Sumber : Data dari Bank Indonesia, diolah.

Hasil regresi yang diperoleh diformulasikan dalam model persamaan regresi berganda sebagai

berikut:

Y = -15,234 + 0,097 X1 + 0,149 X2

Hubungan antara variable independen yang terdiri dari jumlah uang beredar

(M1 )dan kredit investasi (KI ) dengan inflasi (Y) ditunjukkan oleh koefisien korelasi

sebesar R = 0,761 dan R Square sebesar 0,579 pada stnd. Error of the Estimate 1,16

menunjukkan hubungan antara variable independen dengan variable dependen adalah

signifikan dan variasi naik atau turunnya inflasi selama 35 bulan dari tahun 2015 sampai

dengan 2017 ditentukan oleh jumlah uang beredar (M1) dan kredit investasi (KI) sebesar

58 persen (R Square = 0, 579), yang berarti kontribusi faktor lain dalam mempengaruhi

perubahan inflasi hanya 42 persen.

PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR DAN KREDIT INVESTASI TERHADAP

INFLASI

Untuk mengetahui pengaruh jumlah uang beredar (M1) dan kredit investasi (KI) terhadap

inflasi di Indonesia, dilakukan melalui uji hipotesis. Uji hipotesis tersebut menggunakan uji t

untuk menguji secara parsial dan uji F untuk menguji secara simultan.

a. Pengaruh Secara Parsial Jumlah Uang Beredar (M1) dan Kredit Investasi (KI)

terhadap Inflasi.

Hasil olah data yang ditampilkan dalam tabel 1 digunakan untuk uji hipotesis parsial

tersebut, menunjukkan bahwa:

1). Pengaruh jumlah uang beredar (M1) atau X1 terhadap inflasi (Y). Hasil olah

data untuk menguji pengaruh jumlah uang beredar (M1) yang diwakili oleh X 1

terhadap inflasi (Y) dengan menggunakan uji t, diperoleh t hitung sebesar 0,097

lebih kecil dibanding t tabel sebesar 2,576 pada n = 33 dengan tingkat kepercayaan

95 persen, dan angka probabilitas hanya 0,333. Artinya Hipotesi nol (Ho) diterima

dan menolak hipotesis alternative (Ha) pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Penolakan terhadap hipotesis alternative tersebut mengandung makna bahwa

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ditolak. Dengan kata lain jumlah uang

beredar (M1) tidak berpengaruh terhadap inflasi yang terjadi di Indonesia, atau

dalam kalimat lainnya bahwa inflasi yang terjadi di indonesia sejak tahun 2015

sampai dengan tahun 2017 tidak dipengaruhi oleh jumlah uang yang beredar (M1).

2). Pengaruh kredit investasi (KI) atau X2 terhadap inflasi (Y).

Hasil olah data untuk menguji pengaruh kredit investasi (KI) yang diwakili oleh X2

terhadap inflasi (Y) dengan menggunakan uji t, diperoleh t hitung sebesar 4,495

lebih kecil disbanding t tabel sebesar 2,576 pada n = 33 dengan tingkat kepercayaan

95 persen, dan angka probabilitas hanya 0,000. Artinya Hipotesi nol (Ho) ditolak

dan hipotesis alternative (Ha) diterima pada tingkat kepercayaan 95 persen bahkan

hingga tingkat kepercayaan 100 persen.

Diterimanya hipotesis alternative (Ha) tersebut mengandung makna bahwa hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Artinya hasil dari penelitian ini

membuktikan bahwa kredit investasi (KI) berpengaruh signifikan terghadap inflasi di

Indonesia. Bahwa fluktuasi inflasi di Indonesia khususnya selama 35 bulan dari

tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 diakibatkan oleh kredit investasi; ceteris

paribus.

Dalam model regresi, koefisien dari variable X 2 atau kredit investasi (KI) sebesar

0,149 artinya apabila kredit ivenstasi naik 1 persen akan meningkatkan inflasi di

Indonesia sebesar 0,149 persen.

Page 9: Pengaruh Jumlah Uang Beredar dan Kredit Investasi

Jurnal Manajemen Universitas Satya Negara Indonesia - Vol 2 No 2,- Februari 2018 Page 57

b. Pengaruh Secara Bersama-sama Jumlah Uang Beredar (M1) dan Kredit

Investasi (KI) terhadap Inflasi.

Untuk menguji pengaruh secara simultan jumlah uang beredar (M1) atau X 1 dan

kredit investasi (KI) atau X2 terhadap inflasi (Y), digunakan uji F.

Tabel 2. Pengaruh jumlah secara simultan uang beredar (M1) dan kredit investasi (KI) terhadap

inflasi

ANOVAa

Model

Sum of

Squ

ares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 60,754 2 30,377 22,661 ,000b

Residual 44,237 33 1,341

Total 104,991 35

a. Dependent Variable: Y, b. Predectors: (Constant), X1, X2. Data dari Bank Indonesia

diolah

Untuk mengetahui pengaruh secara simultan jumlah uang beredar (M1) dan kredit investasi

(KI) terhadap inflasi, digunakan uji F. Hasil hitung uji F dalam tabel ANOVA sebesar 22,661,

disbanding dengan F tabel pada tingkat kepercayaan 95 persen sebesar 2,55, dengan kata lain F

hitung lebih besar dari F tabel. Demikian pula uji signifikan adalah 0,000 artinya pada tingkat

kepercayaan 95 persen bahkan 100 persen Ho ditolah dan Ha diterima, Ha adalah hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini.

Implikasi dari uji hipotesis tersebut adalah secara simultan jumlah uang bereedar (M1) dan

kredit investasi (KI) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap inflasi yang terjadi

di Indonesia selama tahun 2015 sampai dengan tahun 2017, pada tingkat kepercayaan 95

persen.

I. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan sebagai nerikut:

1. Secara simultan jumlah uang beredar (M1) dan kredit investasi (KI) secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap inflasi.

2. Secara parsial hanya kredit investasi yang berpengaruh signifikan terhadap inflasi yang

terjadi di Indonesia. Pengaruh tersebut diukur dalam numerik yaitu apabila kredit investasi

meningkat 1 persen akan meningkatkan inflasi sebesar 0,149 persen.

3. Secara umum kebijakan moneter oleh Baank Indonesia untuk mengendalikan inflasi

melalui pengendalian uang beredar terutama M1, berhasil mencapai sasaran. Di lain pihak,

kredit investasi merupakan salah satu variable peningkatan pertumbuhan ekonomi dan

perluasan kesempatan kerja yang diharapkan oleh Bank Indonesia, Pemerintah dan

masyarakat umum sesuai dengan harapan. Capaian harapan tersebut bahwa kredit investasi

yang dilakukan selama tahun 2015 sampai dengan 2017 berdampak pada peningkatan

inflasi yang tergolong rendah yaitu hamper mendekati 0 persen, dan tergolong inflasi

moderat sesuai target karena masih lebih rendah dari 2 persen.

Page 10: Pengaruh Jumlah Uang Beredar dan Kredit Investasi

Jurnal Manajemen Universitas Satya Negara Indonesia - Vol 2 No 2,- Februari 2018 Page 58

DAFTAR PUSTAKA

……….. Bank Indonesia. www.bi.go.id

Hair, Jr. Joseph H; William C. Black, Barry J. Babin, Rolph E. Anderson. Multivariate Data

Analysis. Seventh edition. Pearson, 2010.

Lipsey R. G. dan P. N. Courant. Economics. Eleventh Edition. Harper Collins Colege

Publishers, 1996.

Mankiw N. Gregory. Makroekonomi. Edisi Keenam. Terjemahan. Penerbit Erlangga, Jakarta,

2007

Mankiw N. Gregory, Euston Quah, Peter Wilson. Principles of Economics. Second Edition.

Cengage Learning, 2007.

Miskhin Frederic S. Ekonomi, Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan. Buku 2. Terjemahan.

Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2008.

Samuelson Paul A. dan W. D. Nordhaus. Ilmu Makro Ekonomi. Edisi Tjuh Belas. Terjemahan.

Penerbit P.T. Media Global Edukasi, Jakarta, (2005.

Siamat Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi Kelima. Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indinesia, 2005.

Todaro Michael P. dan Stephen C. Smith. Economic Development. Ninth Edition. Pearson

Addison Wesley, 2006.