ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR, NILAI TUKAR …
Transcript of ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR, NILAI TUKAR …
ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR, NILAI TUKAR RUPIAH,
INFLASI, DAN SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH TERHADAP NAB
REKSADANA SYARIAH
STUDI KASUS : PNM EKUITAS SYARIAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
MUSA SAIFUL ISLAM
NIM: 1113086000048
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2018
i
ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR, NILAI TUKAR
RUPIAH, INFLASI, DAN SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH
TERHADAP NAB REKSADANA SYARIAH
STUDI KASUS: PNM EKUITAS SYARIAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Musa Saiful Islam
NIM: 1113086000048
Di Bawah Bimbingan
Dr. Ir H Roikhan Mochamad Aziz,MM RR. Tini Aggraini, ST M.SI
NIDN. 2025067001 NIDN. 2010088001
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2018 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini, Senin 11 September 2017 telah dilakukan uji komprehensif atas
mahasiswa:
Nama : Musa Saiful Islam
No. Induk Mahasiswa : 1113086000048
Jurusan : Ekonomi Syariah
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Nilai
Tukar Rupiah, Inflasi, dan Sertifikat Bank
Indonesia Syariah Terhadap NAB Reksadana
Syariah Studi kasus: PNM Ekuitas Syariah
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut dinyataka LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan
ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 September 2017
a. Endra Kasni Laila Yuda, S.Ag., M.Si (......................................)
NIP: 19720818 1998103 2 003 Penguji I
b. Nurul Ichsan, MA (......................................)
NIP: 19731128 200501 1 004 Penguji II
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
a. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Musa Saiful Islam
2. Tempat Tanggal Lahir : Klaten, 11 Mei 1993
3. Alamat : Perum BJI Mekarsari Blok
C 7 / No 08 jl. Jakarta Raya Rt. 011 Rw 10. Bekasi
4. Telepon : 081311306312
5. E-mail : [email protected]
b. PENDIDIKAN
1. SDIT Salsabila Bekasi Tahun 1998 – 2005
2. SMP Labschool Karawang Tahun 2005 – 2009
3. MAs Malnu Kananga Tahun 2009 – 2012
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 – 2018
c. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Budi Nur Sakti
2. Pekerjaan Ayah : Pegawai Swasta
3. Ibu : Astutiningsih
4. Pekerjaan Ibu : PNS
d. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Organisasi : Divisi Sepak bola UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jabatan : Anggota
Tahun : 2013 – 2014
2. Organisasi : Divisi Sepak bola UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jabatan : Bendahara
Tahun : 2014 – 2015
3. Organisasi : Divisi Sepak bola UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jabatan : Sekertaris
Tahun : 2015 – 2016
4. Orgnisasi : KKN Einhil
vi
Jabatan : Bendahara
Tahun : 2016
vii
vii
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of money supply, exchange rate, inflation,
and Certificates of Sharia Indonesia Bank (SBIS) on Net Asset Value of Islamic
Mutual Funds represented by PNM Ekuitas Syariah products using research
method Vector Auto Regression / Vector error Correction Model (VAR / VECM).
The results of this study indicate in the long term all the variables have a
significant influence on Islamic mutual funds except SBIS variables. In IRF test
results, when shock occurs on the variable of money supply, exchange rate,
inflation, and SBIS will be responded fluctuate by Islamic mutual funds. And the
FEVD results show that exchange rate variable has the greatest contribution to
Sharia mutual fund.
Keywords: Money Supply, Exchange Rate, Inflation, and Certificates of Sharia
Indonesia Bank (SBIS), Islamic Mutual Fund, VECM
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel jumlah uang beredar,
nilai tukar rupiah, inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap
Nilai Aktiva Bersih reksadana syariah yang diwakili oleh produk PNM Ekuitas
Syariah dengan menggunakan metodolagi penelitian Vector Auto Regression /
Vector error Correction Model (VAR/VECM). Hasil penelitian ini menunjukkan
dalam jangka panjang seluruh variabel memiliki pengaruh signifikan terhadap
reksadana syariah kecuali variabel SBIS. Pada hasil uji IRF, ketika terjadi shock
pada variabel jumlah uang beredar, nilai tukar rupiah, inflasi, dan SBIS akan
direspon secara fluktuatif oleh reksadana syariah. Dan hasil FEVD menujukkan
bahwa variabel nilai tukar rupiah memiliki kontribusi paling besar terhadap
reksadana syariah.
Kata kunci: Jumlah Uang Beredar, Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, dan Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS), Reksadana Syariah, VECM
ix
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulilla puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah membirikan
berbagai kenikmatan iman, islam, dan ihsan sehingga menjadi pedoman bagi para
hamba-NYA. Allah SWT senantiasa memberikan kemudahan sehingga peneliti
dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Jumlah Uang
Beredar, Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
terhadap NAB Reksadana Syariah Studi Kasus: PNM Ekuitas Syariah”. Shalawat
serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW dan umatnya hingga
akhir Zaman. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian
syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Terkait dengan penelitian ini, peneliti mengucapkan terimakasih kepada
banyak pihak yang telah membantu selama proses pengerjaan penelitian ini.
Untuk itu, peneliti mengucapkan terimakasih terutama kepada:
1. Kepada Allah SWT yang telah memberikan ampunan, hidayah, kemudahan
dan pertolongan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Terima
kasih ALLAH SWT atas segala kenikmatan yang telah Kau berikan kepada
hamba-Mu ini, hanyalah kepadamu hamba menyembah dan meminta
pertolongan.
2. Setelah kepada Allah SWt, penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih
kepada ke dua orang tua yang telah mendidik saya dari awal saya dilahirkan
hingga sekarang dan juga pada masa yang akan datang. Sehingga ucapan
terima kasih tidaklah akan cukup untuk membalas semua kebaikan yang telah
kalian berikan kepada saya, maka saya hanya mampu berdoa kepada Allah
SWT untuk membalas semua kebaikan kalian berdua selama di dunia akan
dibalas di akhirat dengan syurga Allah SWT. Saya bangga menjadi anak
kalian berdua dan maafkan saya kalua saya masih belum bisa membahgiakan
kalian berdua.
3. Kepada ke tiga adik saya, terima kasih telah menjadi adik, teman, dan lawan
sehingga menjadi cerita indah kelak, semoga kita semua dapat
x
membahagiakan bapak ibu bersama-sama, karena tiada yang paling bahagia
di dunia ini selain melihat mereka berdua bahagaia karena kita semua.
4. Bapak Dr. Arief Mufraini, M.Si, Lc selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku dosen pembimbing
akademik saya. Terima kasih atas semua pelajaran dan juga nasehat yang
bapak berikan kepada saya.
5. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si Selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah.
Terima kasih atas semua arahan dan juga ilmu-ilmu yang bapak berikan
selama saya menempuh pendidikan di kampus. Semoga menjadi amal baik
bapak di akhirat kelak.
6. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan MA. MM. HAH. SLM sebagai penemu teori H
bahwa petunjuk jalan lurus manusia ke Allah dengan ibadah dan paramater
H=a+h+S+L+M serta dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan serta arahan dan memotivasi penulis
agar skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik.
7. Ibu RR. Tini Anggraeni, ST M.SI selaku dosen pembimbing penulis selama
menyelesaikan skripsi. Terima kasih atas semua curahan ilmu yang ibu
berikan kepada saya dan juga waktu yang ibu berikan untuk membimbing
saya selama saya menyelesaikan skripsi.
8. Kepada kawan-kawan PASDREKS yang menjadi tempat suka maupun duka
di masa-masa saya menempuh kuliah di kampus kita tercinta. Semoga kita
tetap bersilaturahmi hingga masa yang akan datang. Karena kalian saya jadi
tahu PACITAN, PUNCAK, KARIMUN JAWA, GUNUNG PRAU, dan
KOTA TUA
9. Kepada rekan-rekan EKONOMI SYARIAH angkatan 2013, terima kasih atas
semangat, persaingan, dan ilmu-ilmu yang kalian berikan sehingga
berdampak baik pada penulis. Semoga kita semua sukses di dunia dan akhirat
kelak amiin.
10. Kepada teman-teman dan pelatih di TIM SEPAK BOLA UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA. Karena kita pernah mempunyai momen-
momen indah dalam membangun TIM ini sehingga dapat terkenal di regional
xi
maupun nasioanal. Terima kasih atas latihan, usaha keras, semangat, dan hasil
yang dicapai TIM ini selama saya ada di TIM. Semoga ke depannya TIM ini
menjadi lebih baik lagi. Untuk satu nama UIN JAKARTA BISA!!!!!!
Meskipun demikian, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu penulis membutuhkan kritik atau saran yang
membangun. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak
dan dapat menjadi amal shaleh bagi penulis.
Jakarta, 2 Januari 2018
Musa Saiful Islam
xii
xii
Daftar Isi
LEMBAR PENEGSAHAN SKRIPSI ............................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI…………………….…………………iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH....... Error! Bookmark not
defined.v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... iv
ABSTRACT .................................................................................................................. viii
ABSTRAK ................................................................................................................... viiii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ixx
Daftar Isi ....................................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xv
DAFTAR GRAFIK .................................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Pembatasan Masalah ............................................................................................. 15
C. Rumusan Masalah ................................................................................................. 15
D. Tujuan dan Manfaat penelitian ............................................................................. 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 18
A. Landasan Teori ...................................................................................................... 18
1. Filosofi Ekonomi Islam ..................................................................................... 18
2. Konsep Investasi ............................................................................................... 20
3. Reksadana Syariah ............................................................................................ 23
4. Jumlah Uang Beredar ........................................................................................ 33
5. Nilai Tukar Rupiah (KURS) ............................................................................. 34
6. Inflasi ................................................................................................................ 37
7. Sertifikat Bank Indonesia Syariah ..................................................................... 41
8. Sekilas mengenai PNM Ekuitas Syariah ........................................................... 43
B. Keterkaintan Antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat ............................... 46
C. Penelitian Terdahulu ............................................................................................. 49
D. Kerangka Pemikiran .............................................................................................. 57
xiii
E. Hipotesis ............................................................................................................... 60
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................. 62
A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................................... 62
B. Metode Pengumpulan Data ................................................................................... 62
C. Metode Analisis Data ............................................................................................ 63
D. Operasional Variabel Penelitian ............................................................................ 67
BAB IV ANALISIS DAN PEMABAHASAN ............................................................. 71
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................................ 71
1. Perkembangan NAB PNM Ekuitas Syariah ...................................................... 71
2. Perkembanagan Jumlah Uang Beredar ............................................................. 73
3. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah ................................................................... 75
4. Perkembangan Inflasi ........................................................................................ 77
5. Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah ............................................ 78
B. Hasil dan Pembahasan .......................................................................................... 80
1. Uji Stasioneritas ................................................................................................ 80
2. Uji Lag Lenght .................................................................................................. 82
3. Uji Kausalitas Granger ..................................................................................... 83
4. Uji Kointegrasi .................................................................................................. 87
5. Estimasi Vector Error Correction Model (VECM) ........................................... 88
6. Uji Impulse Response Function (IRF) .............................................................. 96
7. Uji Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) ................................... 100
BAB V KESIMPULAN .............................................................................................. 102
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 102
B. Saran ................................................................................................................... 103
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 105
LAMPIRAN ................................................................................................................ 111
xiv
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Perkembangan JUB, KURS, Inflasi, SBIS, dan NAB 9
2.1 Penelitian Terdahulu 49
4.1 Hasil Uji Stasioneritas Data Tingkat Level 81
4.2 Hasil Uji Stasioneritas Data Tingkat First Difference 81
4.3 Hasil Uji Lag Optimal 83
4.4 Hasil Uji Kausalitas Granger 84
4.5 Hasil Uji Kointegrasi 88
4.6 Hasil Estimasi VECM Dalam Jangka Pendek 89
4.7 Hasil Estimasi VECM Dalam Jangka Panjang 93
4.8 Hasil Uji FEVD 100
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Penelitian 58
xvi
DAFTAR GRAFIK
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Perkembangan NAB Reksadana Syariah 6
1.2 Perkembangan NAB Reksadana PNM Ekuitas Syariah 8
4.1 Perkembangan NAB Perunit PNM Ekuitas Syariah 72
4.2 Perkembangan Jumlah Uang Beredar 74
4.3 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah 75
4.4 Perkembangan Inflasi 77
4.5 Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah 79
4.6 Hasil IRF NAB PNMES Terhadap SBIS 97
4.7 Hasil IRF NAB PNMES Terhadap Kurs 98
4.8 Hasil IRF NAB PNMES Terhadap Inflasi 98
4.9 Hasil IRF NAB PNMES Terhadap JUB 99
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1. Data Observasi sebelum Log 112
2. Data Obsevasi Setelah Log 113
3. Hasil Olahan Eviews 9.0 115
xviii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam memandang bahwa bumi dan segala isinya adalah "amanah" dari
Allah SWT kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, untuk
dipergunakan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan mereka dan makhuk
lainnya. Untuk mencapai tujuan yang suci ini, Allah SWT tidak meninggalkan
manusia sendirian, tanpa aturan, tetapi diberikan petunjuk melalui para Rasul-
Nya. Dalam petunjuk ini, Allah SWT memberikan segala sesuatu yang
dibutuhkan manusia (basic needs), baik akidah, baik akhlak (etika/norma/budi
perkerti), syariah (hukum-hukum), maupun aturan alamiah (sunnatullah atau
natural of law).
Karena itu, islam disebut juga sebagai jalan hidup (way of life). Ia
mencakup kehidupan rohani dan jasmani, dunia dan akhirat, lahir dan batin.
Pokoknya segala masalah dan bidang yang dihadapi manusia, termasuk juga
ilmu pengetahuan dan teknologi, politik, ekonomi, hukum, dan masalah sosial
budaya. Semuanya tidak dibiarkan berjalan sendiri. Ada bimbingan yang
harus diikuti, ada pedoman yang harus dipegang.(Aziz,2010)
Investasi secara sederhana dapat diartikan sebagai sesuatu kegiatan yang
bertujuan untuk mengembangkan harta. Selain daripada itu tujuan investasi
merupakan suatu komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang
dilakukan pada saat sekarang ini, dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah
2
keuntungan dimasa yang akan datang. Kamus lengkap ekonomi, investasi
didefenisiskan sebagai penukaran uang dengan bentuk-bentuk kekayaan lain,
seperti saham atau harta tidak bergerak yang diharapkan dapat ditahan selama
periode waktu tertentu supaya menghasilkan pendapatan.
Seorang investor yang berinvestasi dengan harapan memperoleh
keuntungan dimasa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko
yang terkait dengan investasi. Salah satu alasan utama melakukan invesatasi
adalah mempersiapkan masa depan sendini mungkin melalui perencanaan
kebutuhan yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan saat ini. (Rodoni,
2009)
Salah satu media dalam berinvestasi adalah melalui pasar modal. Pada
prinsipnya, investasi syari'ah di pasar modal tidak terlalu berbeda dengan
investasi keuagan konvensional. Namun, ada beberapa prinsip mendasar yang
membedakan antara invesatsi syari'ah dan konvensional di pasar modal
tersebut. Pertama, investasi di pasar modal tidak boleh mengandung unsur
riba' (bunga). Kedua, gharar (ketidakpastian atau spekulasi), dan ketiga
maysir (judi). Media ini disebut juga dengan pasar modal syariah. Pasar modal
syariah adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek yang
menjalankan kegiatannya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam.
3
Pasar modal pada dasarnya merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan atau surat-surat berharga jangka panjang yang biasa
diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri. Institusi
pasar modal syariah merupakan salah satu pengejawantahan dari seruan Allah
tentang investasi tersebut. Pasar modal merupakan salah satu pilar penting
dalam perekonomian dunia saat ini. Banyak industri dan perusahaan yang
menggunakan institusi pasar modal sebagai media untuk menyerap investasi
dan media untuk memperkuat posisi keuangannya. Bahkan, perekonomian
modern tidak akan mungkin eksis tanpa adanya pasar modal yang terorganisir
dengan baik. Setiap hari terjadi transaksi triliunan rupiah melalui institusi ini.
(Aziz, 2010)
Salah satu instrument investasi yang saat ini dikenal di Indonesia selain
deposito, saham, obligasi atau efek adalah reksadana. Model investasi sejenis
reksadana mempunyai akar sejarah yang panjang menurut berbagai versi,
bahkan terungkap bahwa commenda adalah bentuk reksadana klasik yang
sudah dipraktekan oleh para pelaut yang berniaga di Medieval Italy. Bentuk
asli reksadana sebenarnya sangat sesuai dengan prinsip-prisip bisnis dalam
islam, karena beberapa komponen inti dalam mekanisme reksadana selain
profit sharing diantara pihak/pelaku bisnis yang terlibat. Dalam
perkembangannya, praktek reksadana harus diubah atau dikurangi
komponennya terkait dengan unsur yang tidak sesuai dengan syariah
compliant. maka kemudian, diperkenalkanlah reksadna syariah pertama kali
4
oleh Natinal Commercial Bank Saudi Arabia dengan kapitalisasi sebesar U$
150 juta.
Reksadana syariah berasal dari kata reksa, yang berarti kelola atau pelihara
dana yang berarti uang dan syariah adalah aturan-aturan yang sesuai dengan
islam. Jadi reksadana syariah adalah wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal, dan selanjutnya diinvestasikan
dalam portofolio efek oleh manajer investasi serta sesuai dengan ketentuan
atau peraturan dan hukum yang telah ditetapkan pokok-pokonya oleh Allah
SWT. Dana yang terkumpul kemudian diinvesatsikan dalam portofolio efek
terdiversifikasi oleh manejer investasi. (Rodoni, 2009)
Reksadana syariah mulai diperkenalkan di Indonesia sejak 1997 dengan
diterbitkannya reksadana danareksa syariah oleh Danareksa Investment
Management. Di awal perkembangannya reksadana syariah belum banyak
memperoleh perhatian masyarakat. Namun sejalan dengan booming reksadana
pada 2004, reksadana syariah menunjukan pertumbuhan yang pesat, ditandai
dengan diterbitkannya 7 reksadana syariah yang mendorong peningkatan NAB
reksdana syariah sebesar Rp459 miliar. (Arifin, 2012)
Reksadana syariah merupakan salah satu alternatif investasi bagi
masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak
memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi
mereka. Reksadana syariah dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana
dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk
5
melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang
terbatas. Sealain itu reksadana syariah juga diharpakan dapat meningkatkan
peran pemodal lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia. (Aziz, 2010)
Reksadana syariah dikelola umumnya berdasarkan prinsip mudharabah,
dimana manajer investasi dari Bank Kustodian bertindak sebagai
pengelola(mudharib) dan investor sebagai pemilik dana (shahibul maal).
Pemilik aset dalam portofolio reksadana syariah dilakukan melalui proses
penyaringan yang ketat berdasarkan prinsip syariah, misalnya memilih
aset/saham perusahaan yang tidak memiliki aktivitas haram seperti riba',
gharar, judi, produksi makanan/minuman haram.
Jika reksadana membeli saham, maka saham yang dibeli harus saham
perusahaan yang sudah dinyatakan sesuai syariah. Salah satu indikasinya
adalah saham perusahaan bersangkutan terdaftar dalam JII. Di samping itu,
dalam pengeloalaan dana reksadana ini tidak mengizinkan penggunaan
strategi investasi yang menjurus ke arah spekulasi. Selanjutnya, hasil
keuntungan investasi tersebut dibagihasilkan dikulasi. Selanjutnya, hasil
keuntungan investasi tersebut dibagihasilkan diantara para investor dan
manejer investasi sesuai dengan proporsi modal yang dimiliki. Produk
investasi ini bisa menjadi alternatif yang baik untuk menggantikan produk
perbankan yang pada saat ini dirasakan memberikan hasil yang relatif kecil.
Reksadana syariah memang sangat sesuai untuk investasi jangka panjang.
(Aziz, 2010)
6
Salah satu ukuran kinerja reksadana syariah dengan melihat kepada nilai
aktiva bersih ( NAB). NAB merupakan nilai total dari portofolio reksadana
dibagi dengan jumlah saham yang diterbitkan setelah terlebih dahulu
dikurangi dengan biaya manajemen dari reksa dana. Dimana NAB adalah
harga wajar dari portofolio suatu reksa dana (aktiva) dikurangi kewajiban-
kewajiban yang ada kemudian dibagi jumlah unit penyertaan. Aktiva atau
portofolio reksadana reksadana reksadana terdiri dari obligasi, kas, deposito,
SBPU, SBI, Surat berharga komersial, saham, right dan efek lainnya.
Sedangkan kewajiban reksadana terdiri dari fee manajer investasi, fee bank
kustodian, pajak, fee broker. Besar NAB/NAV reksadana berfluktuatif tiap
hari tergantung perubahan nilai efek portofolio. Meningkatnya nilai NAV
berarti naiknya nilai investasi pemegang saham/unit penyertaan begitu pula
sebaliknya. (Hamid, 2009)
Perkembangan reksadana syariah di Indonesia dari tahun 2012 sampai
tahun 2016 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut
Grafik 1.1
PERKEMBANGAN NAB REKSADANA SYARIAH
(dalam Rp Miliar)
7
S
umber: OJK
Perkambangan reksadana syariah di indonesia mengalami perkembangan
yang cukup pesat apabila melihat pada grafik tersebut. Dapat dilihat dari
kurun waktu 2012 hingga 2016 pertumbuhan Nilai Aktiva Bersih (NAB)
reksadana syariah mengalami kecenderungan peningkatan dari tahun ke
tahunnya. Pada tahun 2012 jumlah reksadana syariah sebanyak 58 produk
yang menghasilkan NAB sebesar Rp 8.050,07 miliar, pada tahun 2013
reksadana syariah mengalami peningkatan sebesar 7,9% yang menghasilkan
NAB sebesar Rp 9.432,19 miliar. Tahun 2014 NAB reksadana syariah
mengalami peningkatan juga seperti pada tahun sebelumnya, peningkatan
tersebut sebesar 8,31% sebesar Rp 11.158,00 miliar. Peningkatan yang paling
tinggi dari tahun 2015-2016, dari Rp 11.019,43 miliar meningkat sebesar
9,54% menjadi Rp 14.914,63
Secara umum reksadana syariah mengalami peningkatan pada tiap
tahunnya, terbukti dari tahun 2003 jumlah produk reksadana sebanyak 4
dengan persentase 2.15%, dan nilai Aktiva Bersih sebesar Rp 66.94 miliar
8
dari total reksadana sebesar Rp 69,447.00 miliar dengan persentasa 0.10%
saja. Lalu pada tahun-tahun berikutnya reksadana syariah mengalami
peningkatan seperti pada tahun 2009 jumlah reksadana meningkat sebesar 46
dengan tingkat persentase 7.54%, dan total Nilai Aktiva Bersih sebesar Rp
4.629,22 miliar dari total reksadana sebesar Rp 112,983.35 miliar dengan
persentase 4.10%. Peningkatan terus terjadi hingga tahun 2016 jumlah
reksadana sebanyak 136 dari total reksadana sebanyak 1425 dengan
persentase 9,54%, pada Nilai Aktiva Bersih juga terus mengalami
peningkatan sebesar Rp 14.914,63 miliar.
Pada saat ini NAB reksadana syariah di Indonesia meningkat secara
keseluruhan pada setiap tahunnya, dan juga jumlah produk reksadana
semakin bertambah, akan tetapi fakta yang berbeda dengan produk reksadana
saham syariah PNM Ekuitas Syariah, pada kurun waktu yang sama
menunjukkan hal yang berbeda, produk tersebut justru memilki nilai aktiva
bersih yang mengalami grafik penurunan yang cukup signifikan. Seperti yang
ditunjukkan pada grafik berikut
Grafik 1.2
PERKEMBANGAN NAB REKSADANA
PNM EKUITAS SYARIAH
(dalam Rp Miliar)
9
Sumber:OJK
Pada tahun 2012 produk PNM Ekuitas Syariah tersebut mengahasilkan
nilai aktiva bersih sebesar Rp 80.585,06 Miliar. Pada tahun berikutnya produk
PNM Ekuitas Syariah mengalami penurunan pendapatan nilai aktiva bersih
sebesar Rp 49.317,68 miliar. Tahun 2014 produk tersebut juga mengalami
penurunan nilai aktiva bersih sebesar Rp 46.503,62 miliar. Hingga pada tahun
2016 nilai aktiva bersih reksadana syariah produk tersebut hanya
menghasilkan Rp 25.328,81 miliar.
Menurut I Made B. Tirthayasa sebagai Deputi Perizinan Pengelolaan
Investasi Direktorat Pengelolaan Invesatsi OJK, beliau mengatkan kinerja
reksadana saham syariah turun karena harga saham-saham di pasar modal
turun, turunnya harga saham-saham dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
kondisi perekonomian. (Dream.co.id)
10
Tabel 1.1
PERKEMBANGAN JUMLAH UANG BEREDAR, NILAI TUKAR
RUPIAH, INFLASI, SBIS dan NAB REKSADANA SYARIAH
tahun Jumlah uang Beredar
Nilai Tukar Rupiah
inflasi SBIS NAB Reksadana Syariah
2012 3307507,55 9427,22 4,30 4,8 8.050,07
2013 3730409,35 10503,67 8,36 7,22 9.432,19
2014 4173326,5 11937,73 8,36 6,9 11.158,00
2015 4548800,27 13458,93 3,35 7,1 11.019,43
2016 5004976,79 13373,89 3,02 5,9 14.914,63
Sumber: OJK, BI
Pada tabel diatas pada tahun 2012 ketika jumlah uang beredar sebesar Rp
3307507,55 trilyun, nilai tukar rupiah pada Dollar AS sebesar Rp Rp 9.427,
tingkat inflasi pada tahun tersebut sebesar 4,3 persen, dan imbal hasil SBIS
sebesar 4,8 persen diduga memliki pengaruh terhadap NAB reksadana syraiah
pada tahun tersebut sebesar Rp 8.050,07 Milyar, pada tahun 2013 terjadi
peningkatan pada jumlah uang beredar sebesar Rp 373049,35 Trilyun, lalu
Nilai tukar rupiah terjadi depresiasi terhadap Dollar AS pada tahun yang
artinya nilai Rupiah melemah terhadap Dollar sebesar Rp 10.503,67, lalu
tingkat inflasi yang juga meningkat menjadi seebsar 8,36 persen dan imbal
hasil pada SBIS juga mengalami peningkatan sebesar 7,22 persen didudga
memiliki pengaruh terhadap peningkatan NAB reksadana Syariah yang pada
tahun tersebut juga mengalami peningkatan sebesar Rp 9.432,19 Milyar. Lalu
pada tahun 2014 jumlah uang beredar meningkat kembali dari tahun
sebelumnya sebesar Rp 4173326,6 Trilyun, lau nilai tukar yang mengalami
depresiasi lagi sebesar Rp 11.937,73, lalu tingkat inflasi yang sama dengan
11
tahun sebelumnya sebesar 8,36 persen, dan imbal hasil SBIS yang mengalami
penurunan menjadi sebesar 6,9 persen diduga memilki pengaruh terhdapa
peningkatan NAB reksadana syariah yang pada tahun tersebut mengalami
poeningkatan dari tahun sebelumnya menjadi sebesar Rp 11.158,00 Milyar.
Pada tahun 2015, faktor jumlah uang beredar kembali mengalami
peningkatan sebesar Rp 4.548.800,00 Trilyun, nilai tukar rupiah kembali
mengalami depresiasi dari tahun sebelumnya sebesar Rp 13.458,93, inflasi
pada tahun tersebut mengalami penurunan menjadi sebesar 3,35 persen
dibandingkan dari tahun sebelumnya, dan imbal hasil SBIS mengalami
peningkatan kembali sebesar 7,1 persen diduga memiliki pengaruh terhadap
NAB reksadana syariah. Dan pada tahun 2016 terjadi peningkatan lagi dari
faktor jumlah uang beredar seebsar Rp 5.004.976,79 Trilyun, lalu pada faktor
nilai tukar rupiah mengalami apresiasi terhadap Dollar AS sebesar Rp
13.373,89, inflasi yang mengalami penurunan lagi sebesar 3,02 persen dan
imbal hasil SBIS mengalami penuruan lagi sebesar 5,9 persen diduga
memiliki pengaruh terhadap peningkatan NAB reksadana syariah sebesar Rp
14.914,63 Milyar rupiah.
Terlepas hal tersebut baik maupun buruknya kinerja NAB reksadana
syariah dipengaruhi oleh faktor-faktor yang diduga memiliki pengaruh
terhadap kinerja NAB reksadana syariah diantaranya Jumlah uang beredar,
Nilai Tukar Rupiah, Inflasi dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah.
12
Faktor pertama dalam penelitian ini yang diduga memiliki pengaruh
terhadap NAB reksadana syariah adalah adalah jumlah uang beredar. Uang
beredar adalah semua jenis uang yang beredar di perekonomian, yaitu jumlah
dari mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral dalam bank-
bank umum. Jumlah uang yang beredar di masyarakat akan mecerminkan
kondisi perekonomian negara tersebut. (Sukirno : 2010)
Menurut Al Abbasy (2012) ketika jumlah uang beredar meningkat maka
harga keseluruhan akan naik (inflasi), ini akan berdampak pada kenaikan
harga aset di pasar keuangan dari harga barang lainnya, karena harga barang
dan hal lainnya akan dikendalikan oleh pemerintah, saat pemerintah
menegendalikan harga bahan pokok dan sebagainya, maka semua
peningkatan jumlah uang beredar akan dialokasikan pada sektor pasar
keuangan yang akan cenderung menaikkan harga, sehingga ini juga akan
berdampak pada NAB reksadana syariah.
Faktor kedua adalah nilai tukar rupiah (KURS) yang menjadi salah satu
indikator makroekonomi. Semakin berkembangnya zaman di dunia, maka
kebutuhan juga akan semakin meningkat pada setiap negara-negara, dan pada
setiap negara memiliki kelebihan dan kekurangnnya masing-masing. Oleh
karena itu, dalam memenuhi kebutuhannya diperlukan hubungan dengan
negara yang berbeda untuk saling membantu dalam memenuhi setiap
kebutuhan. Pada era saat ini semakin terintegrasinya perekonomian
domestik dengan perekonomian global serta derasnya aliran masuk modal
13
asing meningkatkan komplesitas manajemen makroekonomi, khususnya nilai
tukar. (Iskandar Simorangkir : 2014)
Perubahan yang terjadi pada nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sangat
berpengaruh terhadap NAB reksadana syariah. Semakin hari nilai tukar
rupiah meningkat terhadap dollar AS menunjukkan semakin murah harga
rupiah terhadap mata uang asing. Maka investor asing berlomba untuk
mengalirkan modalnya ke Indonesia. Kemudian aliran modal tersebut akan
meningkatkan nilai Reksadana Syariah. Pengaruh nilai tukar rupiah terhadap
NAB reksadana syariah telah dikemukakan oleh Fitria saraswati (2013)
Faktor ketiga adalah inflasi, Inflasi terjadi apabila tingkat harga-harga dan
biaya-biaya umum naik; harga beras, bahan bakar, mobil naik; tingkat upah,
harga tanah, sewa barang-barang modal juga naik. (Samuelson dan Nordhaus
: 1985) Inflasi merupakan salah satu faktor makroekonomi yang sangat
penting dan berpengaruh dalam dunia investasi. Setiap terjadi kenaikan atau
penurunan angka inflasi akan mempengaruhi otoritas moneter dalam mebuat
kebijakan yang pada akhirnya akan mempengaruhi investor dalam
penempatan dana investasinya. Menurut Sujoko (2009), inflasi yang tinggi
dan berlebihan akan berdampak negatif terhadap pasar modal, yaitu dengan
turunnya harga-harga saham sebagai cerminan menurunnya imbal hasil
perusahaan dan akibat lainnya akan menurunkan imbal hasil reksadana
syariah. Inflasi yang stabil merupakan prasyarat yang mendasar dalam
mencapai pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan. Penelitian sebelumnya
14
oleh Rena Agustina (2015) telah mengemukakan bahwa hubungan antara
inflasi terhadap NAB reksdana syariah bersifat negatif.
Faktor keempat adalah Sertifikat Bank Indonesia Syariah ( SBIS ), pada
umumnya hubungan suku bunga SBIS terhadap NAB reksadana syariah
bersifat negatif. Apabila pemerintah menaikkan suku bunga SBIS maka
kebanyakan investor akan menjual unit penyertaannya dan akan beralih ke
SBIS. Kaitan hubungan antara suku bunga SBIS dan NAB reksadana syariah
telah dikemukakan oleh Reno Virlandana dan Hermana (2005) yang
menyimpulkan bahwa suku bunga SBIS berpengaruh negatif terhadap NAB
reksadana syariah.
Adapun faktor-faktor yang diduga memiliki pengaruh terhadap kinerja
reksadana syariah diantaranya adalah Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS), Gross Domestic Product (GDP), Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Jumlah
Peredaran Uang, Jakarta Islamic Index, Indeks Harga Saham Gabungan, dan
lainnya. Dalam penelitian ini penulis hanya akan membahas empat variabel
yag di duga paling kuat mempengaruhi reksadana syariah yaitu Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS), Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar, Inflasi,
dan Jumlah Uang Beredar.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah di jelaskan maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul "Analisis
Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, dan
15
Sertifikat Bank Indonesia Syariah terhadap NAB Reksadana Syariah
Studi Kasus: PNM Ekuitas Syariah"
B. Pembatasan Masalah
Banyak faktor-faktor yang di duga dapat mempengaruhi kinerja nilai
aktiva bersih reksadana syariah anatara lain Indeks Harga Saham gabungan
(IHSG), Jakarta Islamic Indeks (JII), Inflasi, Suku Bunga Bank Indonesia
(SBI), Nilai Tukar Rupiah, Jumlah Uang Beredar, Gross Domestic Product
(GDP) dan lain-lain. Agar tidak meluas maka penulis akan membatasi pada :
1. Peneliti hanya akan menggunakan Empat variabel independent yaitu
Jumlah Uang Beredar, Nilai Tukar rupiah, Inflasi, dan Sertifikat Bank
Indonesia Syariah.
2. Peneliti hanya mengguakan satu variabel dependent yaitu Nilai Aktiva
Bersih Reksadana Syariah
3. Peneliti menggunakan data Nilai Aktiva Bersih pada produk reksadana
saham syariah PNM Ekuitas Syariah yang terdaftar di OJK sebagai objek
penelitian
4. Peneliti hanya meneliti objek penelitian selama periode Januari 2012
hingga Maret 2017.
C. Rumusan Masalah
Agar pembahasan ini lebih terarah maka dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh Jumlah Uang Beredar, Nilai Tukar Rupiah,
Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah terhadap Nilai Aktiva
16
Bersih Reksadana Syariah dalam jangka pendek?
2. Apakah terdapat pengaruh Jumlah Uang Beredar, Nilai Tukar Rupiah,
Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah terhadap Nilai Aktiva
Bersih Reksadana Syariah dalam jangka panjang?
3. Apakah terdapat pola dinamis Jumlah Uang Beredar, Nilai Tukar Rupiah,
Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah terhadap Nilai Aktiva
Bersih Reksadana Syariah?
D. Tujuan dan Manfaat penelitian
1. Adapun tujuan penelitian adalah:
a. Untuk menganalisis hubungan Jumlah Uang Beredar, Nilai Tukar
Rupiah, Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah terhadap Nilai
Aktiva Bersih Reksadana Syariah dalam jangka pendek.
b. Untuk menganalisis hubungan Jumlah Uang Beredar, Nilai Tukar
Rupiah, Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah terhadap Nilai
Aktiva Bersih Reksadana Syariah dalam jangka panjang.
c. Untuk menganalisis pola dinamis hubungan Jumlah Uang Beredar,
Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah.
2. Adapun manfaat penelitian
a. Bagi penulis
Penelitian ini bermanfaat untuk pengetahuan dan pemahaman
penulis tentang pengaruh pengaruh Jumlah Uang Beredar, Nilai Tukar
17
Rupiah, Inflasi dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah terhadap Nilai
Aktiva Bersih Reksadana Syariah.
b. Bagi akademisi
Penelitian ini bisa menjadi tambahan referensi bagi penulis atau
peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti reksadana syariah.
c. Bagi investor
Penelitian ini bisa menjadi informasi tambahan dan wawasan abgi
para calon investor sehingga dapat membantu jadi landasan
pengambilan keputusan dalam investasi pasar modal khususnya terkait
dengan reksadana sayriah.
18
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Filosofi Ekonomi Islam
Islam merupakan agama yang paling adil bagi setiap pemeluknya, Allah
SWT menciptakan seluruh yang ada di muka bumi ini dalam keadaan yang
sempurna. Sehingga seluruh yang terjadi dalam setiap keadaan manusia
sudah ada pedomannya, sehingga tidak bisa dipisahkan antara agama dan
setiap tindakan manusia termasuk didalamnya dalam kegiatan
perekonomian. Ekonomi Islam berlandaskan pada keimanan dan
kepercayaan. Seorang muslim dalam melakukan kegiatan perekonomian
semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT, yang harus sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang di syariatkan sehingga tidak melampaui
batas. Sehingga nilai-nilai ibadah dalam kegiatan perekonomian dapat
mendatangkan keberkahan, keadilan dan kesejahteraan pada umumnya
misalnya dapat membedakan antara halal dan haram, antara apa yang
diperbolehkan dan dilarang dalam kegiatan perekonomian, dan lain
sebagainya. ( Boutayeba dkk, 2014)
Menurut Hasanuzzaman (1984) dalam buku yang berjudul Ekonomi
Islam, Ekonomi Islam adalah pengetahuan dan aplikasi dari ajaran dan
aturan syariah yang mencegah ketidakadilan dalam Memperoleh sumber-
sumber daya material memenuhi kebutuhan manusia yang memungkinkan
untuk melaksanakan kewajiban kepada Allah dan masyarakat. ( Rozalinda,
19
2014)
Menurut Muhammda Abdul Mannan (1992) dalam Al Arif (2015)
berpendapat bahwa bahwa ilmu ekonomi Islam dapat dikatakan sebagai
ilmu penegetahuan sosial yang mempelajari masalah ekonomi masyarakat
yang diilhami oleh nilai-nilai Islam. Ia mengatakan bahwa ekonimi Islam
merupakan bagian dari tata kehidupan lengkap, berdasarkan sumber
hukum Islam, yaitu: Al-Qur’an, As-sunnah, ijma’ , dan qiyas. Setiap
pengambilan hukum dalam ekonomi Islam harus berbasis minimal pada
keempat hal tersebut agar hukum yang diambil sesuai dengan prinsip dan
filosofi yang terdapat pada ekonomi Islam.
Maka Ekonomi Islam dapat didefenisikan sebagai suatu ilmu yang
mempelajari prilaku manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang
berlandasakan pada prinsip-prinsip syariah
Karakteristik ekonomi Islam menurut At- Tariqi (2004) dalam Hakim (
2012) antara lain:
a. Bersumber pada Illahiyah
Ekonomi Islama diahsilkan dari agama Allah dan mengikat semua
manusia tanpa terkecuali. Sistem ini meliputi semua aspek universal
dan partikular dari kehidupan dalam satu bentuk. Dalam posisi sebagai
pondasi, sistem ekonomi Islam tidak berubah, sedangkan yang
berubah adalah cabangnya dan bagian partikularnya, namun bukan
dalam sisi pokok dan sifat universalnya.
b. Ekonomi Pertengahan dan Berimbang
20
Ekonomi Islam mendukung kepentingan pribadi dan kemaslahatan
masyarakatnya dalam bentuk yang berimbang. Ekonomi islam berdiri
dalam posisi diantara individu (kapitalis) yang melihat bahwa hak
kepimilikan individu bersifat absolut dan tidak boleh diintervensi oleh
siapapun, dan aliran sosialis (komunis) yang menyatakan ketiadaan
hak individu dan mengubahnya ke dalam kepemilikan bersama
dengan menempatkan di bawah dominasi negara.
c. Ekonomi berkecukupan dan berkeadilan
Ekonimi Islam memiliki kelebihan dengan menjadikan manusia
sebagai fokus perhatian. Manusia diposisikan sebagai pengganti Allah
di bumi untuk memakmurkannya dan tidak hanya untuk
mengekplorasi kekayaan dan memanfaatkannya saja. Ekonomi ini
ditunjukkan untuk memenuhi dan mencukupi kebutuhan manusia.
d. Ekonomi Pertumbuhan dan Keberkahan
Ekonomi Isalm, beroperasi atas dasar pertumbuhan dan investasi harta
secara legal. Islam memandang bahwa harta dapat dikembangkan
hanya dengan bekerja. Hal itu hanya dapat terwujud dalam usaha
keras untuk menumbuhkan kemitaraan dan mmeperluas unsur-unsur
produksi demi terciptanya pertumbuhan ekonomi dan keberkahan
secara kebersamaan.
2. Konsep Investasi
a. Investasi Dalam Islam
Investasi pada umumnya merupakan suatu istilah dengan beberapa
21
pengertian yang berhubungan dengan keuangan dan ekonomi, to use
(money) make more money out of something that expected to increase in
value. Istilah tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu bentuk aktiva
dengan suatu harapan mendapat keuntungan di masa depan. Terkadang,
investasi disebut juga sebagai penanaman modal.
Investasi dalam islam pada dasarnya adalah bentuk aktif dari ekonomi
syari'ah. Dalam islam setiap harta ada zakatnya. Jika harta tersebut
didiamkan, maka lambat laun akan termakan oleh zakatnya. Salah satu
hikmah dari zakat ini adalah mendorong setiap muslim untuk
menginvesatsikan hartanya agar bertambah. Jadi investasi bukanlah
semata-mata bercerita tentang berapa keuntungan materi yang bisa
didapatkan melalui aktivitas invesatsi, tapi ada beberapa faktor yang
mendominasi motifasi invetasi dalam Islam:
1) Akibat implementasi mekanisme zakat maka aset produkif yang
dimiliki seseorang pada jumlah tertentu (memenuhi batas nisab
zakat) akan selalu dikenakan zakat, sehingga hal ini akan mendorong
pemiliknya untuk mengelolanya melalui investasi. Dengan demikian
melalui investasi tersebut pemilik aset memiliki potensi
memepertahankan jumlah dan nilai asetnya.
2) Aktivitas investasi dilakukan lebih didasarkan pada motivasi sosial
yaitu membantu sebagian masyarakat yang tidak memiliki modal
namun memiliki kemampuan berupa keahlian (skill) dalam
menjalankan usaha, baik dilakukan dengan bersyariakat (musyarkah)
22
maupun dengan berbagi hasil (Mudharabah). Jadi dapat dikatakan
bahwa investasi dalam isalm bukan hanya dipengaruhi oleh faktor
keuntungan materi, tapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor syari'ah
dan faktor sosial (kemaslahatan ummat).
Investasi dalam Islam justru didorong karena 4 (empat) prinsip utama,
sebagaimana ijtihad yang dikemukakan oleh ahmad ghazali, sebagai
berikut:
1) Halal
Halal atau tidaknya suatu investasi dapat dilihat dari tempat dan
proses investasi. Tempat investasi yang halal adalah usaha-usaha yang
didirikan secara halal, tidak ada penipuan, memberikan barang/jasa
(output) yang halal, serta tidak mengandung unsur maysir (
judi/spekulasi ), gharar, dan riba'.
Proses yang halal dalam berinvestasi adalah melalui kesepakatan
yang diketahui dan dimngerti kejelasannya oleh pihak-pihak yang
bertransaksi, dari segi isi, operasional dan pembagian keuntunga.
Proses investasi ini tidak boleh dilakukan keterpaksaan dan penipuan.
2) Berkah
Keberkahan dapat diartikan sebagai kebaikan yang bertambah,
tidak hanya secara fisik (ekonomi) tetapi juga rohani karena
ketenangan dan kepuasaan batin dalam memanfaatkan kekayaan secara
produktif sehingga dapat dimanfaatkan pula oleh orang lain.
3) Bertambah ( Profit Margin )
23
Tujuan investasi salah satunya adalah meningkatkan tambahan
kekayaan dari kegiatan investasi tersebut. Hendaknya invesatsi yang
ditanamkan diatur sedemikian rupa sehingga mendatangkan
keuntungan sebnayka-banyaknya, tetapi dengan tidak melupakan
prinsip halal dan berkah.
4) Realistis
Tentu dengan gambaran proyeksi hasil investasi yang didapat
adalah tidak hanya sekedar mimpi dan janji di kertas saja, namun
berdasarkan juga nilai kenyataan/ riil yang kemungkinan besar akan
terjadi dan tidak mengada-ngada dan tentunya dalam proses
pengelolaan dan manajemnnya harus sesaui dengan prinsip syari'ah
dan tidak bercampur dengan riba', dan hal-hal yang tidak jelas. ( Aziz,
2010)
3. Reksadana Syariah
a. Pengertian Reksadana Syariah
Reksadana syariah berasal dari kata reksa, yang berartikelola atau
pelihara, dana ynag berarti uang dan syariah adalah aturan-aturan yang
sesuai dengan islam. Jadi reksadana syariah adalah wadah yang
dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal, dan
selanjutnya diinvestasikan dalam efek oleh manajer investasi serta
sesuai dengan ketentuan atau peraturan dan hukum yang telah
dtetapkan pokok-pokonya oleh Allah SWT. (Rodoni, 2009)
b. Jenis- Jenis Reksadana Syariah
24
Berdasarkan bentuk hukumnya di Indonesia, secara umum
reksadana dapat dibagi atas dua bentuk yaitu:
1) Reksadana berbentuk perseroan terbatas (PT)
Reksadana suatu perusahaan (perseroan terbatas) yang dari sisi
bentuk hukum tidak berbeda dengan perusahaan lainnya. Perbedaan
terletak pada jenis usaha, yaitu jenis usaha pengelolaan portofolio
investasi. Jadi, reksadana yang berbentuk perusahaan penerbit
reksadana kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dan
menjual saham, selanjutnya dana dari penjualan saham tersebut
diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di
pasar modal dan pasar uang.
2) Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
Reksdana berbentuk kontrak investasi kolektif (KIK) meupakan
instrumen penghimpun dana dengan menerbitkan unit pernyataan
kepada masyarkat pemodal dan selanjutnya dana tersebut
diinvestasikan pada berbagai jenis investasi baik di pasar modal
maupun dipasar uang. Pada reksadana berbentuk perseroan pihak
menghimpun dana melalui unit penyertaan. Namun keduanya
sama-sama menginvestasikan dana yang dihimpun pada berbagai
efek yang diperdagangkan. (Aziz, 2010)
Berdsarkan sifat operasionalnya, reksadana dibagi menjadi dua
bentuk:
1) Reksadana Terbuka (Open-End)
25
Yang penjualan sahamnya dilakukan melalui penawaran umum
untuk seterusnya dicatatkan pada bursa efek. Investor tidak dapat
menjual kembali sahamnya kepada reksadana, melainkan kepada
investor lain melalui bursa dimana harga jualnya ditentukan oleh
harga pasar.
2) Reksadana Tertutup
Yang mana penjualannya dapat dilakukan terus menerus
sepanjang ada pembeli. Saham ini tidak perlu dicatat di bursa efek
dan harganya ditentukan atas nilai Aktiva Bersih (NAB) persaham
yang dihitung nantinya oleh bank kustodian. (Hamid, 2009)
Berdasarkan jenisnya investasi reksadana terbagi menjadi empat
kategori yaitu:
1) Reksadana Pasar Uang (Money Market Funds/MMF)
Reksadana pasar uang adalah reksadana yang melakukan
investasi 100% pada efek pasar uang, yaitu efek-efek utang yang
berjangka kurang dari satu tahun. Umumnya, instrumen atau efek
yang masuk dalam kategori ini, meliputi deposito, SBI, obligasi,
serta efek utang lainnya dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun.
Reksadana pasar uang merupakan reksadana dengan tingkat risiko
paling rendah dan cocok untuk investor yang ingin
meninvestasikan dananya dalam jangka pendek.
2) Reksadana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds/FIF)
Reksadana pendapatan tetap merupakan reksadana yang
26
melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari porofolio yang
dikelolanya ke dalam efek bersifat utang, seperti obligasi dan surat
utang lainnya dan 20% dari dana yang dikelola dapat dinvestasikan
pada instrumen lainnya. Reksadana jenis ini memiliki risiko yang
relatif lebih besar dari reksadana pasar uang dengan tujuan
investasi untuk menghasilkan return yang stabil. Efek bersifat
utang umumnya memberikan penghasilan dalm bentuk bungan,
seperti deposito, SBI, obligasi, dan instrumen lainnya. FIFyang
terdapat di Indonesia lebih banyak memanfaatkan instrumen
obligasi sebagai bagian terbesar investasinya.
3) Reksadana Saham (Equity Funds/EF)
Reksadana saham adalah reksadana yang melakukan investasi
sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolannyake
dalam efek bersifat ekuitas (saham) dan 20% dari dana yang
dikelola diinvestasikan pada instrumen lainnya. Reksadana jenis ini
memiliki tingkat resiko yang paling tinggi di bandingkan dengan
jenis reksadana lain, tetntunya juga memiliki return yang lebih
tinggi.
4) Reksadana Dana Campuran (Balance Fund/BF)
Tidak seperti MMF, FIF, dan EF yang memiliki batasan alokasi
investasi yang boleh dilakukan, reksadana campuran dapat
melakukan investasinya baik pada efek utang maupun ekuitas dan
porsi alokasi yang lebih fleksibel. Reksadana camapuran dapat
27
diartikan reksadana yang mealakukan investasi dalam efek ekuitas
dan efek utang yang perbandingannya (alokasi) tidak termasuk
dalam kategori FIF. (Huda dan Edwin, 2007)
c. Prinsip-Prinsip Reksadana Syariah
Dalam pelaksanaan di pasar modal syariah, reksadana syariah harus
sesuai dengan prinsip- prinsip syariah yaitu;
1) Pemilihan portofolio investasi yang sesuia dengan syariah
Dimana pemilihan portofolio efek harus didasarkan pada prinsip
keuangan Islam yaitu menghindari unsur riba', gharar, dan maysir
dan transaksi-transaksi yang batil yang dilarang oleh syariah
sebagaimana firman Allah SWT:
" Hai orang-orang yang beriman, janganlah engkau memakan
harta sesamamu secara batil kecuali dengan perniagaan yang
berlangsung secara suka-sama suka dantara kamu..." (Qs; Annisa :
29)
2) Larangan Riba'
Islam melarang riba' sudah diketahui bersama, dan pelarangan
ini bukan saja untuk muslim tetapi juga dilarang dalam ajaran lain
selain Islam. Walaupun masih terdapat perbedaan pandangan
terhadp bunga akan tetapi pelarangan riba' telah tercantum jelas
didalam Al-qur'an surat (Al Baqarah: 275-290)
3) Larangan Gharar
Gharar atau transaksi yang tidak jelas adalah bagian dari sistim
28
judi. Judi adalah permainan tentang kesempatan, yaitu dimana tidak
ada kemungkinan untuk memprediksi keuntungan. Gharar
dipahami sebagai transaksi yang tidak jelas.
4) Larangan investasi pada makanan dan minuman yang tidak halal.
Al qur'an telah melarang menjelaskan bahwa barang yang haram
adalah khamar, babi, darah, dan bangkai. Dan Al qur'an
memberikan landasan kepada manusia untuk memilih makanan dan
minuman selain dilarang dengan tetap megedepankan dengan
prinsip mashlahah.
5) Prinsip Keseimbangan
Syariah menekankan kepada umatnya untuk menjaga
keseimbangan dalam segala hal yang dilakukan. Didalam semua
aspek hukum yang berkaitan dengan tingkah laku manusia, muslim
harus bersikap membangun (seimbang) bukan perusak termasuk
juga dalam makanan dan minuman. Landasan ini dapat dijadikan
acuan bagi muslim terutama dalam bertransaksi di pasar modal
sehingga terhindar dari sikap serakah dan melakukan tindakan-
tindakan yang dilarang syariah.
6) Prinsip Etika
Etika merupakan hal yang ditekankan dalam syariah. Islam
bukan hanya membahas tentang bagaimana etika dan moral yang
baik akan tetapi juga memberikan guidelines tentang hal-hal yang
dapat mencegah tindakan yang tidak etis dan bermoral dalam
29
berbagai aspek. Hal-hal yang jelas-jelas tidak diperbolehkan adalah
insider trading, manipulasi pasar yang seringkali terjadi karena
keserakahan manusia.
7) Kepemilikan Penuh
Artinya melarang kita bertindak curang, dan menjual barang
yang tidak kita miliki. Seperti perilaku short selling yang biasa
terjadi dipasar modal. ( Hamid, 2009)
d. Keuntungan dan Risiko Investasi Melalui Reksadana Syariah
Berikut ini terdapat beberapa keuntungan dalam meginvestasikan
melalui reksadana:
1) Tingkat Likuiditas Yang Baik
Yang dimaksud dengan liquiditas disini adalah kemampuan
untuk mengelola uang masuk dan keluar dari reksadana. Dalam hal
ini yang paling sesuai adalah reksadana untuk saham-saham yang
telah di catatkan di bursa di mana transaksi terjadi setiap hari, tidak
seperti deposito berjangka atau sertifikat deposito periode tertentu.
Selain itu, pemodal dapat mencairkan kembali saham/unit
penyertaan setiap saat sesuai dengan ketetapan yang dibuat masing-
masing reksadana sehingga memudahkan investor untuk mengelola
kasnya.
2) Manajer Profesional
Reksadana dikelola oleh manajer investasi yang andal, ia
mencari peluang investasi yang paling baik untuk reksadana
30
tersebut. Pada prinsipnya, manajer investasi bekerja keras untuk
meneliti ribuan peluang investasi bagi pemegang saham/unit
reksada. Sedangkan pilihan investasi itu sendiri dipengaruhi oleh
tujuan investasi dari reksadana tersebut.
3) Diversifikasi
Adalah istilah investasi dimana anda tidak menempatkan seluruh
dana anda dalam satu peluang investasi, dengan maksud membagi
risiko. Manajer investasi memilih berbagai macam saham, sehingga
kinerja satu saham tidak akan memengaruhi keseluruhan kinerja
reksadana.
4) Biaya Rendah
Karena reksadana merupakan kumpulan dana dari banyak
investor sehingga besarnya keamampuan melakukan investasi akan
menghasilkan biaya transaksi yang murah.
Di samping keuntungan-keuntungan yang akan mereka dapatkan,
terdapat juga beberapa risiko dalam melakukan investasi melalui
reksadana.
1) Risiko Perubahan Kondisi Ekonomi dan Politik
Sitem ekonomi terbuka yang dianut oleh Indonesia sangat rentan
terhadap perubahan ekonomi internasional. Perubahan ekonomi
dan politik di dalam maupun luar negeri atau peraturan khusunya di
bidang pasar uang dan pasar modal merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di Indonesia, yang
31
secara tidak lansung akan memengaruhi kinerja portofolio
reksadana.
2) Risiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan
Nilai unit penyertaan reksadana dapat berfluktuasi akibat
kenaikna atau penirunan nilai kativa bersih reksadana. Penurunan
dapat disebabkan oleh, antara lain:
Perubahan harga efek ekuitas dan efek lainnya.
Biaya-biaya yang dikenakan setiap kali pemodal melakukan
pembelian dan penjualan.
3) Risiko Wanprestasi oleh Pihak-Pihak Terkait
Risiko ini dapat terjadi apabila rekan usaha manajer investasi
gagal memenuhi kewajibannya. Rekan usaha dapat termasuk tetapi
tidak terbatas pada emiten, pialang, bank kustodian, dana agen
penjualan.
4) Risiko Likuiditas
Penjualan kembali (pelunasan) tergantung kepada likuiditas dari
portofolio atau kemampuan dari manajer investasi untuk membeli
kembali (melunasi) dengan menyediakan uang tunai.
5) Risiko Kehilangan Kesempatan Transaksi Investasi pada Saat
Pengajuan Klaim Asuransi
Dalam hal terjadinya kerusakan atau kehilangan atas surat-surat
berharga dan aset reksadana yang disimpan di bank Kustodian,
bank kustodian dilindungi oleh asuransi yang akan menanggung
32
biaya penggantian surat-surat berharga tersebut. Selama tenggang
waktu penggantian tersebut, manajer investasi tidak dapat
melakukan transaksi investasi ini dapat berpengaruh terhadap nilai
aktiba bersih per unit penyertaan. (Huda dan Edwin, 2007)
e. Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Kinerja investasi pengelolaan portofolio reksadana tercermin dari
Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau Net Asset Value (NAV). Baik tidaknya
kinerja investasi portofolio yang dikelola oleh manajer investasi
dipengaruhi oleh kebijakan dan startegi investasi yang dijalankan oleh
manajer investasi yang bersangkutan. NAB reksadana terbuka
persaham dihitung setiap hari dan diumumkan kepada masyarakat.
Sedangkan NAB reksadana tertutup dihitung cukup hanya sekali
seminggu. Dalam perhitungan NAB reksadana telah dimasukkan semua
biaya pengelolaan investasi oleh manajer investasi (investment
management fee), biaya bank kustodian, biaya akuntan publik dan
biaya-biaya lainnya pembebananan biaya-biaya tersebut selalu
dikurangkan dari reksadana setiap hari sehingga NAB yang diumumkan
oleh bank kustodian merupakan nilai instrumen investasi yang dimiliki
investor.
Nilai aktiva bersih reksadana pada suatu periode dapat dihitung
dengan menggunakan formula sebagai berikut:
Total Nilai Aktiva Bersih pada periode tertentu:
33
Total NAB = Nilai Aktiva - Total Kewajiban
Nilai Aktiva Bersih per unit:
NAB per unit = Total Nilai Aktiva Bersih
Total unit penyertaan (saham) diterbitkan.
Dimana:
Total NAB = Jumlah Nilai Aktiva Bersih pada periode tertentu
NAB per unit = Nilai Aktiva Bersih per saham atau unit
penyertaan periode tertentu. (Soemitra, 2009)
4. Jumlah Uang Beredar
Menurut Sadono Sukirno dalam bukunya "Makro Ekonomi", yang
dimasud dengan penawaran uang adalah jumlah uang yang ada (beredar)
dalam perekonomian pada suatu waktu tertentu. Dengan bahasa yang lebih
singkat, penawaran uang diartikan sebagai jumlah uang yang beredar.
(Hasoloan, 2014)
Secara mudah dan sederhana dapat dikatakan apa yang dimaksud
dengan jumlah uang yang beredar adalah total persedian uang dalam suatu
perekonomian pada suatu saat tertentu (biasanya satu tahun anggaran). Jadi
berdasarkan pengertian diatas kita ketahui bahwa uang beredar itu
bukanlah uang yang hanya beredar dan berada di tangan masyarakat, akan
tetapi dalm penegertian keseluruhan jumlah uang yang dikeluarkan secara
resmi baik bank sentral berupa uang kartal, maupun uang giral dan uang
kuasi (tabungan, valas dan sebgainya). (Putong, 2015)
Dalam praktik, berbagai negara menggunkan uang beredar dengan jenis
34
yang beragam. Jenis-jenis uang beredar tersebut secara resmi
didefenesikan berdasarkan komponen-komponen yang tercakup
didalamnya. Komponen tersebut pada umumnya adalah ketiga jenis uang
yang telah dikenal pada bagian sebelumnya, yaitu uang kartal, uang giral,
dan uang kuasi. Dengan demikian, sesuai dengan cakupan uang beredar
yang beragam. Di Indonesia saat kita hanya mengenal dua macam uang
beredar saja, yaitu:
1) Uang beredar dalam arti sempit, yang seiring diberi simbol M1,
didefenisikan sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor
swasta domestik yang terdiri dari uang kartal (C) dan uang giral (D)
2) Uang beredar dalam arti luas, yang sering juga disebut sebagai
liquiditas perekonomian dan diberi simbol M2, didefenesikan sebagai
kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik yang
terdiri dari uang kartal (C), uang giral (D), dan uang kuasi (T).
Dengan kata lain M2 adalah M1 ditambah dengan uang kuasi (T).
Sementara itu, defenisi uang beredar di berabagai negara dapat
bervariasi sesuai dengan kondisi sektor keuangan dan perbankan serta
kebutuhan otoritas moneter negara yang bersangkutan. Di Amerika serikat
misalnya, defenisi uang beredar tidak hanya mengenal istilah M1 dan M2
saja, namun juga M3. (Solikin: 2017)
5. Nilai Tukar Rupiah (KURS)
Uang didefenisikan sebagai setiap alat tukar yang dapat diterima secara
umum. Alat tukar itu berupa benda apa saja yang dapat diterima oleh
35
setipa orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa.
Sedangkan uang dalam ilmu ekonomi modern, didefenisikan bebrapa ahli,
RG Thomas dalam bukunya Our Modern Banking, menjelaskan uang
adalah sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat
pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan
berharga lainnya serta untuk pembayaran. (Naf`an, 2014)
Nilai tukar suatu mata uang didefenisikan sebagai harga relatif dari
suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Pada dasarnya terdapat tiga
sistem nilai tukar yaitu :
a. Fixed exchange rate (sistem nilai tukar tetap)
b. Managed floating exchange rate (sistem nilai tukar mengambang
terkendali)
c. Floating exchange rate (sistem nilai tukar mengambang)
Penetapan nilai tukar pada sistem nilai tukar tetap tersebut dapat
dilakukan dengan beberapa cara. Yang pertama pagged to a currency,
yakni nilai tukar ditetapkan dengan mengaitkan langsung terhadap mata
uang tertentu. Cara kedua disebut pegged to basket of currency, yaitu nilai
tukar ditetapkan dengan mengaitkan terhadap sejumlah mata uang tertentu,
dengan bobot masing-massing mata uang yang umumnya disesuaikan
dengan besarnya hubungan perdagangan dan investasi. Selain itu, terdapat
penetapan nilai tukar yang dikaitkan langsung pada mata uang terentu dan
dijamin dengan cadangan devisa yang dimiliki oleh bank sentral, atau
disebut dengan currency board system.
36
Pada sistem nilai tukar mengambang, nilai tukar dibiarkan bergerak
sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar.
Dengan demikian, nilai tukar akan menguat apabila terjadi kelebihan
penawaran di atas permintaan, dan sebaliknya nilai tukar akan melemah
apabila terjadi kelebihan permintaan di atas penawaran yang ada di pasar
valuta asing.
Selain kedua sisem tersebut diatas, terdapat variasi sistem nilai tukar
diantara keduanya, seperti sistem nilai tukar mengambang terkendali.
Dalam sistem nilai tukar mengambang terkendali ini nilai tukar ditentukan
sesuai mekanisme pasar sepanjang dalam intervention band (batas pita
intervensi) yang ditetapkan bank sentral. (Warjiyo:2017)
Dalam pelaksanaan interaksi ekonomi antarnegara, keberadaan alat
tukar sangatlah penting untuk memudahkan proses pertukaran tersebut,
sebagaimana proses pertukaran dalam negeri, akan tetapi terdapat suatu
permasalahan bagaimana mengukur harga mata uang suatu negara
dibandingkan dengan harga mata uang negara lain dalam aktifitas ekonomi
tersebut. Oleh karena itu, pentingnya peranan kurs mata uang bagi suatu
negara diperlukan berbagai upaya untuk menjaga posisi kurs mata uang
suatu negara dalam keadaan yang relatif stabil. Stabilitas kurs mata uang
juga dipengaruhi oleh sistem kurs yang dianut oleh suatu negara. Suatu
negara yang menganut sistem kurs tetap (fixed exchange rate system),
harus secara aktif melakukan intervensi pasar agar kurs mata uangnya
berada pada tingkat yang diinginkan. Sedangkan suatu negara yang
37
menganut sistem kurs mengambang (floating exchange rate system), kurs
mata uang sepenuhnya diserahkan pada kekuatan permintaan dan
penawaran valuta asing. ( Ardiyanto dan Ma'ruf: 2014
6. Inflasi
1) Pengertian Inflasi
Inflasi (inflation) adalah kenaikan dalam tingkat harga barang dan
jasa secara umum selama periode waktu tertentu. Tingkat inflasi dapat
diestimasikan dengan mengukur persentase perubahan dalam indeks
harga konsumen, yang mengindikasikan harga dari sejumlah besar
produk konsumen seperti produk kebutuhan sehari-hari, perumahan,
bahan bakar, layanan kesehatan, dan listrik. (Madura, 2007)
Faktor keanaikan harga, maksud dari kenaikan harga adalah bahwa
harga saat ini lebih mahal dari harga sebelumnya. Faktor berlaku secara
umum, bisa diatakan bahwa kenaikan harga tertentu yang diikuti oleh
kenaikan harga-harga lainnya, artinya bahwa kenaikan harga tersebt
terjadi atau berlangsung secra terus-menerus (tidak terjadi sesaat).
(Ambarini, 2015)
2) Inflasi memiliki tiga bentuk dari tingkat kesengasaraannya:
a) Inflasi moderat
Bentuk inflasi ini terjadi ketika harga-harga meningkat dengan
perlahan-lahan. Secara kasar, kita bisa mengatakan inflasi bersifat
moderat bila angkanya masih di bawah 10 persen per tahun, atau
inflasi satu angka/satu digit. Dalam situasi inflasi moderat dan
38
stabil, harga-harga relatif tidak akan bergerak jauh menyimpang.
Orang tidak terlalu banyak berpikir untuk menggunakan uangnya,
karena tingkat suku bunga riil tidaklah terlalu rendah.
b) Inflasi Ganas (Galloping Inflation)
Bentuk inflasi ini terjadi jika harga-harga mulai melonjak 20,
100 atau 200 persen per tahun, yang sering disebut dengan inflasi
dua atau tiga digit. Begitu inflasi ganas mulai mengakar, maka
gangguan ekonomi yang gawat bermunculan. Pada umumnya,
sebagian besar kontrak-kontrak transaksi dikaitkan dengan indeks
harga atau mata uang asing, dollar misalnya. Uang kehilangan
nilainya begitu cepat, di mana uang memperoleh suku bunga
rielnya sebesar negatif 50 persen atau 100 persen per tahun. Karena
itu orang-orang tidak mau lagi menyimpan uang lebih dari jumlah
minimum yang dibutuhkannya. Pasar uang makin bertambah
buruk, dan dana biasanya dialokasikan lebih dengan cara
penjatahan ketimbang perhitungan tingkat bunga. Orag-orang
berlomba-lomba menimbun barang, membeli rumah, tanah, dan
tidak akan pernah meminjamkan uang dengan tingkat bunga yang
biasa.
c) Hiperinflasi
Sementara kegiatan ekonomi bisa bertahan, dan
memungkinkan harus berhemat, bentuk inflasi ketiga dan yang
mematikan adalah hiperinflasi. Tak ada sesuatu yang baik yang
39
bisa dikatakan mengenai membubungnya harga berlipat-lipat kali.
Inflasi semacam ini pernah terjadi di Jerman pada tahun 1920-
1923, atau Cina, dan Hungaria sesudah perang dunia II.
(Samuelson dan Nordhaus,1985)
3) Inflasi dapat digolongkan karena penyebab-penyebabnya:
a) Demand pull inflation.
Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang
tinggi di satu pihak, di pihak lain kondisi produksi telah mencapai
kesempatan kerja penuh (full employment), akibatnya adalah
sesuai dengan hukum permintaan, bia permintaan banyak
semantara penawaran tetap maka harga akan naik. Dan bila hal ini
berlansung secara terus-menerus akan mengakibatkan inflasi yang
berkepanjangan.
b) Cosh push inflation.
Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya biaya
produksi (naiknya biaya produksi dapat terjadi karena tidak
efisiennya perusahaan, nilai kurs ,ata uang negara yang
bersangkutan jatuh/menurun, kenaikan harga bahan baku industri,
adanya tuntutan kenaikan upah dari serikat buruh yang kuat dan
sebagainya).
4) Inflasi terjadi berdasarkan asalnya dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Domestic Inflation
Inflasi yang berasala dari dalam negeri timbul karena
40
terjadinya defidit dalam pembiayaan dan belanja negara yang
terlihat pada anggaran belanja negara. Untuk mengatasinya
biasanya pemerintah mencetak uang baru. Selain itu harga-harga
naik dikarenakan musim paceklik (gagal panen), bencana alam
yang berkepanjangan dan sebagainya.
b) Imported inflation
Inflasi yang berasal dari luar negeri. Karena negara-negara
menjadi yang menjadi mitra dagang suatu negara mengalami
inflasi yang tinggi, dapatlah diketahui bahwa negara-negara yang
menjadi mitra dagang suatu negara mengalami inflasi yang tinggi,
dapatlah diketahui bahwa harga-harga dan juga ongkos produksi
relatof mahal, sehingga bila terpaksa negara lain harus mengimpor
barang tersebut maka harga jualnya di dalam negeri tentu saja
bertambah mahal.( Idris, 2016)
5) Dampak Inflasi
Inflasi mempunyai dampak terhadap individu maupun bagi
kegiatan perekonomian secara luas. Dampak yang ditimbulkan dapat
bersifat negative atau pun positif, tergantung pada tingkat
keparahannya.
a) Dampak Positif
Pengaruh positif apabila tingkat inflasi masih berada pada
persentase tingkat bunga kredit yang berlaku. Misalnya, pada saat
itu tingkat bunga kredit adalah 15% per tahun dan tingkat inflasi
41
5%.bbagi negara maju, inflasi seperti ini akan mendorong
kegiatan ekonomi dan pembangunan. Hal ini terjadi karena
pengusaha/wirausahawan di negara maju dapat memanfaatkan
kenaikan harga untuk berinvestasi, memproduksi, serta menjual
barang dan jasa.
b) Dampak Negatif
Inflasi yang terlalu tinggi membawa dampak yang tidak
sedikit terhadap perekonomian, terutama tingkat kemakmuran
masyarkat. Dampak inflasi tersebut, antara lain:
Dampak inflasi terhadap pemerataan pendapatan
Dampak inflasi terhadap output (hasil produksi)
Mendorong spekulan
Menyebabkan tingkat bunga meningkat dan akan mengurangi
investasi
Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi di masa
depan
Menimbulkan masalah neraca pembayaran. (Ambarini, 2015)
7. Sertifikat Bank Indonesia Syariah
1) Pengertian Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Menurut peraturan Bank Indonesia tentang SBIS Nomor 16/12/PBI
tahun 2014, didefenisikan bahwa SBIS adalah surat berharga
berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dala mata uang
rupiah yang diterbitkan Bank Indonesia.SBIS diterbitkan oleh Bank
42
Indonesia sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka dalam
rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip
syariah. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) bagi bank syariah
dijadikan sebagai alat instrumen investasi, sebagaimana Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) di bank konvensional.
Akad yang digunakan dalam SBIS adalah jualah, yaitu adalah janji
atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan (reward/ju'l) atas
pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dalam suatu pekerjaan.
SBIS memiliki karakter sebagai berikut:
a) Satuan unit sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah)
b) Berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling lama 12
(dua belas) bulan;
c) Diterbitkan tanpa warkat (scripless)
d) Dapat digunakan kepada Bank Indonesia
e) Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder
Bank Indonesia menetapkan dan memberikan imbalan atas SBIS
yang diterbitkan. Bank Indonesia membayar imbalan atas SBIS milik
BUS atau UUS pada saat SBIS jatuh tempo. SBIS diterbitkan oleh
Bank Indonesia melalui mekanisme lelang. Pihak yang berhak
mengikuti lelang adalah Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha
Syariah (UUS), dan pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS
atau UUS. Namun, BUS dan UUS baru dapat mengikuti lelang SBIS
jika memenuhi persyaratan Financing to Deposit Ratio yang ditetapkan
43
oleh Bank Indonesia. Hawari (1996) menyebutkan bahwa religiusitas
merupakan penghayatan keagamaan dan kedalaman kepercayaan yang
diekspresikan dengan melakukan ibadah sehari-hari, berdoa, dan
membaca kitab suci.
8. Sekilas mengenai PNM Ekuitas Syariah
Reksadana PNM Ekuitas Syariah (selanjutnya disebut "PNM EKUITAS
SYARIAH") adalah reksadana terbuka kontrak investasi kolektif
berdasarkan undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal beserta
peraturan pelaksannaanya. Kontrak invesatsi kolektif PNM EKUITAS
SYARIAH dilakukan berdasarkan Akta No.15 tanggal 28 juni 2007 yang
dibuat dihadapan Hadijah SH., Notasris dijakarta.
PNM EKUITAS Syariah bertujuan memperoleh pertumbuhan nilai
investasi yang optimal dalam jangka panjang dengan melakukan investasi
pada efek ekuitas syariah, obligasi syariah serta pasar uang syariah. Efek
syariah adalah efek yang tercantum daam daftar efek syariah yang
ditetapkan BAPEPAM-LK atau pihak lainnya yang diakui komposisi
invesatsi yang direncanakan adalah investasi pada efek ekuitas syariah
minimum 80%, obligasi syariah dan atau instrumen pasar uang syariah
maksimum sebesar 20% dan minimum 0% dan maksimum 20% pada kas.
PT PNM Investment Manangement (selanjutnya disebut dengan
"Manajer Investsi" melakukan penawaran umum atas unit penyertaan
PNM Ekuitas Syariah secara terus menerus sampai dengan 500.000.000
(lima ratus juta) unit penyertaan. Setiap unit penyertaan telah ditawarkan
44
pada hari pertama penawaran dengan harga Rp 1.000,00 (seribu rupiah)
per unit. Harga pembelian unit penyertaan PNM EKUITAS SYARIAH
selanjutnya adalah sebesar Nilai Aktiva Bersih per uint pada akhir bursa
yang bersangkutan. Biaya pembelian (subscription fee) yang dikenakan
adalam maksimum 3% (tiga persen), biaya penjualan kembali (redemption
fee) adalam maksimum 1% (satu persen) dan biaya pengalihan (switching
fee) maksimum 0,5% (nol koma lima persen).
1) Manfaat PNM Ekuitas Syariah
PNM Ekuitas Syariah adalah salah satu alternatif investasi yang
memungkinkan pemegang unit penyertaan PNM Ekuitas Syariah untuk
memperoleh beberapa manfaat investasi sebagai berikut:
a) Dikelola oleh Manajemen Profesional
Pengelolaan portofolio PNM Ekuitas Syariah dilakukan oleh
manajer investasi yang memiliki keahlian khusus di idang pengelolaan
dana yang didukung informasi dan akses informasi pasar modal yang
lengkap. Mengingat pemodal individu umumnya memiliki
keterbatasan waktu dan akses informasi, maka peranan manajer
investasi menjadi sangat penting dalam melakukan invesatsi di pasar
modal.
b) Diversifikasi Investasi
Untuk mengurangi risiko investasi, maka portofolio efek PNM
Ekuitas Syariah diversifikasikan ke tingkat yang paling optimal,
sehingga pemodal kecil dengan dana terbataspun dapat memperoleh
45
manfaat diversifikasi invesatsi seagaimana layaknya pemodal besar.
c) Kemudahan Investasi
Mulai dengan nilai invesatsi sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus
ribu rupiah), pemodal dapat melakukan invesatsi secara tidak langsug
di pasar modal, tanpa melalui prosedur yang rumit dan persyaratan
yang merepotkan yang disertai penyediaan fasilitas pelayananan yang
luas dan tersebar di berbagai tempat. Kemudahan lainnnya adalah
pemodal setiap saat dapat menambah nilai investasinya maupun dapat
menjual kembali unit penyertaannya secara sebagian-sebagian atau
secara keseluruhan.
d) Likuiditas
Pemegang unit penyertaan PNM ekuitas syariah yang
memerlukan uang tunai dapat menjual kembali unit penyertaannya
kepada manajer investasi dengan penerimaan pembayaran paling lama
7 (tujuh) hari bursa setelah tanggal transaksi penjualan kembali
disetujui oleh manajer investasi dan bank kustodian.
e) Transparansi Informasi
Reksadana wajib memberiakn informasi atas perkemabnagan
portofolio investasi dan pembiayaannya secara berkesinambungan,
sehingga pemegang unit penyertaan dapat memantau perkembangan
keuntungan, biaya, dan tingkat risiko investasi setiap saat. Manajer
investasi wajib mengumumkan NAB setiap hari di surat kabar serta
menerbitkan laporan keuangan tahunan melalui pembaharuan
46
prospektus setiap tahunnya.
f) Biaya Rendah
Reksadana adalah kumpulan dana dri pemodal yang dikelola
secara profesioanl, maka dengan besaran kemampuannya untuk
melakukan transaksi secara kolektif tersebut akan dihasilkan efisiensi
biaya transaksi. Dengan kata lain, biaya transaksi akan menjadi lebih
rendah dibandingkan apabila pemodal individu melakukan transaksi
sendiri di Bursa Efek.
g) Perlindungan Asuransi Kecelakaan Diri
Pemegang unit penyertaan PNM ekuitas syariah (perorangan)
dapat memperoleh perlindungan asuransi kecelakaan diri yaitu
perlindungan dengan memberikan jaminan berupa santunan kematian
dalam pemegang unit penyertaan PNM ekuitas syariah meninggal
dunia oleh sebab suatu kecelakaan. Tata cara pencairan manfaat
tunduk pada ketentuan perusahaan asuransi dimana manajer investasi
membayar premi. Program pemberian manfaat asuransi kecelakaan
diri ini berlangsung sepanjang jumlah dana kelolaan PNM ekuitas
syariah tidak kurang dari Rp 5 Milyar, kecuali manajer investasi
menentukan lain.
B. Keterkaintan Antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat
1. Jumlah Uang Beredar terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana
Syariah
Firia saraswati (2013) menyimpulkan bahwa jumlah uang beredar
47
berpengaruh positif terhadap NAB rekasdana syariah. Peningkatan jumlah
uang beredar dikaitkan dengan business cycle expansion. Peningkatan
jumlah uang beredar akan mendorong pada sumber pembiayaan
perusahaan yang akan meningkatkan ekspansi perusahaan pada pangsa
pasar yang lebih luas yang akan berdampak pada peningkatan kinerja
perushaan. Meningkatnya kinerja perusaahaan akan tercermin pada sisi
saham yang ikut naik pula. Sehingga perusahaan dapat menjadi pilihan
para investor yang menanamkan modalnya. Ketika jumlah uang beredar
meningkat maka ekspektasi terhadap harga-harga juga akan meningkat
yang menyebabkan tingkata suku bunga deposito dala perekonomian
menurun. Penurunan tingkat suku bungan deposito akan berdampak pada
beralihnya investor menginvestasikan dananya di pasar saham dengan
harapana akan mendapatkan pengembalian yang lebih tinggi di kemudian
hari. Hal ini akan meningkatkan NAB reksadana karena pengelolaan dana
investasi reksadana sebagian dialokasikan pada saham
2. Nilai Tukar Rupiah (KURS) dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Reksadana Syariah
Penelitian yang dilakukan oleh Rachman dan Mawardi (2015)
hubungan memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap NAB reksadana
syariah. Jika nilai tukar menurun maka akan berimbas pada menurunnya
investasi. Apabila investasi menurun akan berdampak pada penurunan
NAB. (JESTT vol 2 2015).
Apabila kurs rupiah mengalami apresiasi, misalnya akan berdampak
48
pada harga jual produk Indonesia di luar negeri terutama pada persaingan
harga. Apabila ini terjadi, secara tidak langsung akan berdampak pada
meningkatnya neraca perdagangan karena nilai ekspor Indonesia lebih
tinggi bila dibandingkan dengan nilai impornya dan sebaliknya. Hal ini
juga akan berdampak pada neraca pembayaran Indonesia. Memburuknya
neraca pembayaran negara akan megurangi cadangan devisa.
Berkurangnya cadangan devisa akan memengaruhi kepercayaan investor
yang akan menanamkan modalnya. Pada hal ini investor akan cenderung
menarik modalnya sehingga terjadi capital outflow. Sehingga investasi di
pasar modal juga akan menurun yang akan berdampak pada penurunan
NAB reksadana syariah.
3. Inflasi terhadap Nilai Aktiva bersih (NAB) Reksadana syariah
Menurut muhammed dkk (2013) bahwasannya inflasi yang tercermin
pada consumer price index (CPI) yang ada di malaysia memiliki hubungan
positif terhadap NAB reksadana syariah. (Jurnal ilmu pengetahuan terapan
dunia 2013).
Inflasi adalah kecenderungan tingkat harga yang meningkat, dari sisi
riil ekonomi, kenaikan inflasi akan menyebabkan peningkatan pada harga
barang dan jasa, sehingga akan berdampak pada penurunan omset
perusahaan, omset perusahaan yang turun akan berdampak pada
penurunan saham perusahaan dengan diikuti nili aktiva bersih yang ikut
turun pula. Namun jika dilihat dari sisi pasar modal, kenaikan inflasi akan
menyebabkan suku bunga yang tinggi pula. Hal ini memungkinkan
49
investor akan mengalihkan investasi ke pasar uang. Yang akan berdampak
pada peningkatan NAB reksadana syariah. (Jurnal, Rachman dan mawardi,
2015)
4. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Nilai Aktiva Bersih
(NAB) Reksadana Syariah
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Virlandana dan Hermana
(2005). Hubungan NAB dengan SBIS menunjukkan hubungan kuat
negatif. Jadi jika SBIS menurun maka NAB meningkat. Hal ini
menunjukkan bahwa NAB merupakan alternatif yang lebih menarik pada
saat tingkat suku bunga bank syariah menurun. Jika tingkat Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) menurun maka akan mempengaruhi iklim
investasi di pasar modal dan pasar uang syariah. Dengan turunnya tingkat
SBIS, maka investasi akan berpindah ke instrumen-instrumen yang
memberikan tingkat keuntngan/bagi hasil yang lebih tinggi di pasar modal,
misalnya reksadana syariah (Jurnal proceeding, seminar Nasional PESAT
2005).
C. Penelitian Terdahulu
Sebelum penulis ingin meneliti mengenai pembahasan reksadana syariah,
penulis mendapatkan penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang sama.
Terkadang, dalam penulisan skripsi dan penelitian ada tema yang sama
walaupun tujuan penelitian tersebut berbeda. Diantara penelitian tersebut:
No Nama penulis/Judul skripsi,
Jurnal/Tahun
Subtansi Perbedaan
dengan penulis
50
1 Reno virlandana dan hermana/
Hubungan Antara Reksadana
Syariah, Nisbah Bank Syariah
dan Sertifikat Wadiah Bank
Indonesia/Jurnal Seminar
Nasional PESAT 2005
- Jurnal ini
membahas
hubungan
antara
reksadana
syariah, nisbah
bank
syariah,dan
sertifikat
wadiah bank
Indonesia pada
periode Januari
2001-
Desember
2004
- jurnal ini
mengggunakan
data sekunder
pada periode
yang sama
- Alat analisis
yang
digunakan
yaitu statistik
desktriptif dan
analisis
korelasi.
- hasil dari
analisi tersebut
adalah NAB
Reksadana
Syariah
terhadap JII
dan IHSG
berhubungan
kuat positif.
-Penulis
meneliti
mengenai
hubungan
reksadana
syariah, nisbah
bank syariah
dan SWBI
51
Adapun NAB
Reksadana
Syariah
terhadap
Nisbah bank
syariah dan
SWBI
berhubungan
kuat negatif
2 Musembi Michael
Makau/Effect of
Macroeconomic Variables on
Financial Performance Unit
Trust in Kenya/Research
Journal of Finance and
Accounting 2016
- jurnal ini
membahas
pengaruh
hubungan
makroekonomi
terhadap
kinerja
reksadana di
kenya periode
Januari 2011-
Dsmber 2015.
- jurnal ini
menggunakan
data sekunder
pada periode
yang sama
- alat analsis
yang
digunakan
pada penelitian
tersebut
menggunakan
regresi linier
berganda dan
koefisien
korelasi karl
pearson.
- Hasil analisis
tersebut
mengahsilkan
kesempilan
- penulis
meneliti
mengenai
hubungan
makroekonomi
(inflasi, suku
bunga, jumlah
uang beredar
dan GDP)
periode 2011-
2015
52
kinerja
keuangan unit
trust (NAV)
bereaksi positif
terhadap
inflasi-CPI,
negatif
terhadap suku
bunga dan
jumlah uang
beredar-M3
dan tidak
terpengaruh
oleh GDP riil
3 Relationship Between NAV of
Equity Funds and
Macroeconomic Variables in
Pakistan
- Jurnal ini
membahas
menegenai
hubungan
makroekonomi
dan NAB
reksadana
saham di
pakistan
periode 2008-
2012
- Jurnal ini
menggunakan
data sekunder
pada periode
yang sama
- Alat analisis
yang dipakai
pada
peneletian
tersebut
memakai
kointegrasi dan
- penulis
meneliti
mengenai
hubungan NAB
reksadana
saham dan
makroekonomi (
Indeks CPI, M2,
KIBOR dan
KSE 100 (Bursa
Efek Karachi)
53
kausalitas
- hasil analsis
tersebut
menghasilkan
NAB
mayoritas
reksa dana
saham berbasis
reksa dana
berjangka
panjang dan
jangka pendek
hubungan
dengan
variabel
makroekonomi
dan tidak
dengan indeks
KSE 100.
NAB seluruh
reksa dana
dianalisis
bersama
dengan
variabel
makroekonomi
dan indeks
KSE 100
memiliki
hubungan
jangka panjang
kecuali satu
reksa dana. Di
kasus
hubungan
sebab akibat
bivariat,
variabel
makroekonomi
memiliki
hubungan
kausal dengan
54
NAB reksa
dana dan NAB
beberapa reksa
dana memiliki
hubungan
kausal dengan
indeks KSE
100. Secara
singkat, jangka
pendek
Hubungan
tidak ada untuk
semua reksa
dana NAB
kecuali tiga
reksadana.
4 Firia Saraswati/ Analisis
Pengaruh SBIS, Inflasi, Nilai
Tukar Rupiah dan Jumlah uang
beredar terhadap Reksadana
Syariah/Skripsi 2013
- Skripsi
tersebut
membahas
mengenai
pengaruh
SBIS, Inflasi,
Nilai Tukar
Rupiah dan
JUB terhadap
reksadana
syariah periode
Januari 2008-
Desember
2012
- Skripsi ini
menggunkan
data sekunder
pada periode
yang sama
- Skripsi
tersebut
menggunkan
alat analisis
- penulis
meneliti
pengaruh SBIS,
Inflasi, Nilai
Tukar Rupiah
dan Jumlah
uang beredar
terhadap
Reksadana
Syariah pada
periode 2008-
2012
55
regresi linear
berganda.
- skripsi
tersebut
menyimpulkan
secara parsial
SBIS dan
Inflasi tidak
berpengaruh
terhadap NAB
reksadana
syariah,
adapun nilai
tukar
berpengaruh
negatif dan
jumlah uang
beredar
berpengaruh
positif
terhadap
reksadana
syariah.
Adapun secara
simultan
variabel SBIS,
Inflasi, Nilai
tukar Rupiah
dan JUB
berpengaruh
terhadap NAB
reksadana
Syariah
5 Ainur Rachman/Pengaruh
Inflasi,Nilai tukar rupiah, Bi
rate terhadap Net Asset Value
Reksadana Saham Syariah/
Jurnal 2015
- Jurnal ini
meneliti
mengenai
Pengaruh
Inflasi,Nilai
tukar rupiah,
Bi rate
terhadap Net
Peneliti meneliti
mengenai
Pengaruh
Inflasi,Nilai
tukar rupiah, Bi
rate terhadap
Net Asset Value
Reksadana
56
Asset Value
Reksadana
Saham Syariah
periode
January 2011-
Desember
2014
- penelitian ini
menggungakan
data sekunder
- peneliti
menggunkan
alat analisis
regresi linear
berganda
- peneletian
tersebut
menyimpulkan
Secara parsial
Inflasi
berpengaruh
tidak
signifikan
terhadap net
asset value
reksa dana
saham syariah.
Nilai Tukar
Rupiah secara
parsial
berpengaruh
signifikan
terhadap net
asset value
reksa dana
saham syariah.
Secara parsial
BI Rate
berpengaruh
tidak
Saham Syariah
periode 2011-
2014
57
Tabel 2.1
.
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan faktor yang telah diidentifukasi sebagai masalah
yang penting. Kerangka pemikiran yang baik akan menjelaskan teoritis
pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan
hubungan antar variabel independen dan dependen. Pertautan antar varibel
tersebut, selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. (
Priadana dan Muis: 2009)
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
signifikan
terhadap net
asset value
reksa dana
saham syariah.
Inflasi, Nilai
Tukar Rupiah
dan BI rate
secara simultan
berpengaruh
signifikan
terhadap net
asset value
reksa dana
saham syariah.
58
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Faktor-faktor yang Mempenagruhi NAB Reksadana Syariah
Variabel Independen (X):
Jumlah Uang Beredar (X1)
Nilai Tukar Rupiah (x2)
Inflasi (X3)
SBIS (X4)
Variabel dependen (Y):
NAB Reksadana Syariah
(Y)
Uji Stationeritas
stationer Tidak stationer
Stationer pada difference
Uji Lag Optimal
Uji Kausalitas Granger
Uji kointegrasi
Terkointegrasi Tidak Terkointegrasi
VAR VECM
Impulse Response Function
Forecast Error Variance Decompsition
59
VECM ( vector error correction model) merupakan suatu model analisis
ekonometrika yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkah laku jangka
pendek dari suatu variabel terhadap jangka panjangnya, akibat adanya shock
yang permanen ( kostov dan lingard, 2000 dalam Ajija: 2011). VECM
merupakan bentuk VAR yang yang teretriksi karena keberadaan bentuk data
yang tidak stationer namun terkointegrasi. Langkah pertama dalam peneltian
yang menggunakan VECM adalah melakukan uji stasioneritas data untuk
mendapatkan data yang variansnya tidak terlalu besar, jika data variabel
stasioner pada tingkat level maka kita akan mendapatkan model VAR biasa,
namun apabila tidak stationer maka harus dilanjutkan pada tingkat
selanjtutnya yaitu pada tingkat difference hingga mendapatkan data variabel
yang stasioner. Setelah itu melakukan uji lag optimal, lalu melakukan uji
kausalitas granger untuk mengetahui hubungan sebab akibat antar variabel.
Kemudian melakukan uji kointegrasi pada data variabel untuk
mengetahui apakah model VECM dapat dipakai dalam penelitian. Apabila
data terkointegrasi maka ini mengindikasikan adanya pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependennya dan sebaliknya apabila data tidak
terkointegrasi maka uji VECM tidak dapat dilakukan. Kemudian melakukan
estimasi VECM untuk mendapatkan hasil penelitian. Kemudian untuk
mengetahui pola dinamis dalam penelitian menggunkan uji IRF ( impulse
response function) dan FEVD ( forecasting error variance decomposition).
60
Pada tahap akhir akan melakukan interpretasi pada hasil penelitian dan
kesimpulan.
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun
dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada
fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis
juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah
penelitian, belum jawaban empirik. (Priadana dan muis: 2009)
Sesuai dengan apa yang telah dipaparkan penulis mengenai penelitian ini,
maka hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
1. Dalam jangka pendek
a. Jumlah Uang Beredar terhadap NAB Reksadana Syariah
0H : Tidak terdapat pengaruh signifikan jumlah uang beredar
sebagai terhadap NAB reksadana syariah dalam jangka
pendek.
1H : Terdapat pengaruh signifikan jumlah uang beredar sebagai
terhadap NAB reksadana syariah dalam jangka pendek.
b. Nilai Tukar Rupiah terhadap NAB Reksadana Syariah
0H : Tidak terdapat pengaruh signifikan Nilai Tukar Rupiah
terhadap NAB reksadana syariah dalam jangka pendek.
61
1H : terdapat pengaruh signifikan Nilai Tukar Rupiah terhadap
NAB reksadana syariah dalam jangka pendek.
c. Inflasi terhadap NAB Reksadana Syariah
0H : Tidak terdapat pengaruh signifikan inflasi terhadap NAB
Reksadana Syariah dalam jangka pendek.
1H : Terdapat pengaruh signifikan inflasi terhadap NAB Reksadana
Syariah dalam jangka pendek
d. Sertifikat Bank Indonesia Syariah terhadap NAB Reksadana Syariah
0H : Tidak terdapat pengaruh signifikan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah terhadap NAB Reksadana Syariah dalam jangka
pendek.
1H : Terdapat Pengaruh signifikan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah terhadap NAB Reksadana Syariah dalam jangka pendek.
2. Dalam jangka panjang
a. Jumlah Uang Beredar terhadap NAB Reksadana Syariah
0H : Tidak terdapat pengaruh signifikan jumlah uang beredar
terhadap NAB reksadana syariah dalam jangka panjang.
1H : Terdapat pengaruh signifikan jumlah uang beredar terhadap
NAB reksadana syariah dalam jangka panjang.
b. Nilai Tukar Rupiah terhadap Reksadana Syariah
0H : Tidak terdapat pengaruh signifikan Nilai Tukar Rupiah
terhadap NAB reksadana syariah dalam jangka panjang.
62
1H : Terdapat pengaruh signifikan Nilai Tukar Rupiah terhadap
NAB reksadana syariah dalam jangka panjang.
c. Inflasi terhadap NAB Reksadana Syariah
0H : Tidak terdapat pengaruh signifikan inflasi terhadap NAB
Reksadana Syariah dalam jangka panjang.
1H : Terdapat pengaruh signifikan inflasi terhadap NAB Reksadana
Syariah dalam jangka panjang.
d. Sertifikat Bank Indonesia Syariah terhadap NAB Reksadana Syariah
0H : Tidak terdapat pengaruh signifikan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah terhadap NAB Reksadana Syariah dalam jangka
panjang.
1H : Terdapat Pengaruh signifikan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah terhadap NAB Reksadana Syariah dalam jangka
panjang.
62
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup yang akan di bahas pada penelitian ini adalah melihat
pengaruh variabel makro terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah
Januari 2012-Maret 2017. Akan tetapi mengigat keterbatasan biaya, waktu
dan kemampuan penulis, maka penelitian ini hanya terbatas pada 1 (satu)
jenis produk Reksadana syariah saja, yaitu PNM Ekuitas Syariah yang
merupakan jenis reksadana saham yang ditebitkan oleh PT PNM Investment
Management. Oleh karena itu, ruang lingkup penelitian ini terdiri atas
variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Nilai Tukar Rupiah,
Inflasi, Jumlah Uang Beredar sebagai Variabel Bebas (independent) dan Nilai
Aktiva Bersih Reksadana Syariah pada produk PNM Ekuitas Syariah yang
merupakan variabel terikat. Sumber data dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang diperoleh dari publikasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK),
Publikasi Bank Indonesia (BI), buku-buku, dan Jurnal ilmiah yang
memmbahas mengenai pengaruh variabel makro terhadap Nilai Aktiva Bersih
Reksadana Syariah.
B. Metode Pengumpulan Data
Data yang di pakai dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan
skala bulanan yaitu dari Januari 2012-Maret 2017. Data-data tersebut adalah
adalah data-data yang berhubungan lansung dengan penelitian yang
63
dilaksanakan dan bersumber dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank
Indonesia, Kementrian Perdagangan. Data-data sekunder yang digunkan oleh
penulis adalah sebagai berikut:
1. Data Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah PNM Ekuitas
Syariah PT PNM Investment Management setiap bulannya selam periode
Januari 2012-Maret 2017 diperoleh dari laporan bulanan kinerja
reksadana syariah di website Otoritas Jasa Keuangan (www.ojk.go.id)
2. Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Nilai Tukar Rupiah terhadap
USD, dan data Inflasi setiap Bulannya selama periodeJanuari 2012-Maret
2017 diperoleh dari website Bank Indonesia (www.bi.go.id)
3. Data Jumlah Uang Beredar setiap bulannya selama periode januari
2012-Maret 2017 diperoleh dari website Kemendagri.
C. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
vektor autoregression (VAR). Apabila data yang digunakan tidak stasioner
dan kointegrasi maka dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction
Model (VECM). Data-data dalam penelitian diolah dengan bantuan perangkat
lunak (software) Eviews 9.0 dan kingsoft excel.
Metode ini dipakai untuk membantu mengamati pengaruh dari Sertifikat
Bank Indonesia Syariah, Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, dan Jumlah Uang
beredar terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah. Metode VECM
digunakan untuk melihat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek
variabel independen terhadap dependennya. Sebelum mengestimasi metode
64
tersebut baiknya melakukan langkah-langkah sebelum mengestimasi sebagai
berikut:
Pengujian tersebut antara lain Uji Stasioneritas data, Penentuan lag
optimal, dan Uji Kointegrasi.
1. Uji Stasioneritas data
Tahap awal untuk mengawali metode ini adalah melakukan uji
stationeritas data. Data dapat dikatakan stasioner apabila nilai rata-rata
(mean) dan varian (variance) adalah konstan sepanjang waktu. Selain itu
syarat lain adalah nilai kovarian antara dua periode waktu tergantung dari
jarak atau lagged antara dua periode waktu dan bukan waktu
sesungguhnya dimana kovarian itu dihitung. Jika data runtun waktu
stasioner maka, maka nilai mean, variance dan autovariance (pada
berbagai lags) tetap sama tidak perduli pada titik mana kita
mengukurnya. Dalam hal ini tidak terpengaruh oleh waktu (time
invariant).
Uji stationeritas dalam penelitian ini memakai Augmented Dickey
Fuller (ADF) merupakan pengujian stationer dengan menentukan apakah
data runtun waktu yang digunakan dalam penelitian mengandung akar
unit (unit root). Data bisa dikatakan stationer dapat dilihat dari
perbandingan nilai statistik ADF yang diperoleh dari nilai t hitung
koefisien dengan nilai kritis statistik dari mackinnon pada level 1 persen,
5 persen, atau 10 persen. Jika nilai mutlak statistik ADF lebih kecil dari
nilai kritis mackinnon maka data stasioner pada taraf nyata dan
65
sebaliknya. Apabila berdasarkan hasil uji ADF data tidak stattioner pada
tingkat level maka harus dilakukan penarikan diferensial sampai data
stationer pada tingkat first difference atau second difference. Sehingga
akan membentuk hipotesis sebagai berikut:
1:
1:
1
0
H
H
Kriteria penolakan
Ho ditolak jika | t hitung | > t tabel, pada taraf nyata signifikansi a.
2. Uji Lag Optimal
Menurut Nugroho dalam Basuki dan Prawoto (2016) estimasi VAR
sangat peka terhadap panjang lag yang digunakan. Penentuan jumlah lag
(ordo) yang akan digunakan dalam model VAR dapat ditentukan
berdasarkan kriteria Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz
Information Criterion (SC), ataupun Hannan Quinnon (HQ). Selain itu
pengujian panjang lag optimal sangat berguna untuk menghilangkan
masalah autokorelasi dalam sistem VAR, sehingga dengan digunakannya
lag optimal diharapkan tidak lagi muncul masalah autokorelasi.
3. Uji Kausalitas Granger
Uji kausalitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu variabel
endogen dapat diperlakukan sebagai variabel eksogen. Hal ini bermula
dari ketidaktahuan keterngaruhan antar variabel. Jika ada dua variabel y
dan z, maka apakah y menyebabkan z atau z menyebabkan y atau berlaku
keduannya atau tidak ada hubungan keduannya. Variabel. Variabel y
66
menyebabkan variabel z artinya berapa banyak nilai z pada periode
sebelumnya dan nilai y pada periode sebelumnya.( Basuki dan
Prawoto,2016)
4. Uji Kointegrasi
Sebagaimana dinyatakan oleh engle-granger, keberadaan variabel
non-stationer menyebabkan kemungkinan besar adanya hubungan jangka
panjang diantara variabel dalam sistem. Uji kointegrasi dilakukan untuk
mengetahui keberadaan hubungan antar variabel, khususnya dalam
jangka panjang. Jika terdapat kointegrasi pada variabel-variabel yang
digunakan di dalam model, maka dapat dipastikan adanya hubungan
jangka panjang diantara variabel. (Ajija dkk: 2009)
Pada tahap ini peneliti menggunakan uji johansen cointegration.
Untuk melihat adanya kointegrasi maka nilai trace statistic yang
dibandingkan dengan nilai kritis (critical value). Apabila nilai trace
statistic > nilai kritis, maka disimpulkan bahw variabel tersebut
terkointegrasi.
5. Estimasi VECM
VECM merupakan bentuk VAR yang yang teretriksi karena
keberadaan bentuk data yang tidak stationer namun terkointegrasi.
VECM sering disebut sebagai desain VAR bagi series nonstationer yang
memiliki hubungan kointegrasi. Spesifikasi VECM merestriksi
hubungan jangka panjang variabel-variabel endogen agar konvergen ke
67
dalam hubungan kointegrasinya, namun tetap membiarkan keberadan
dinamisasi jangka pendek.(Basuki dan Prawoto, 2016)
6. Impulse Response Function (IRF)
Menurut Nugroho (2009) dalam Basuki dan Prawoto 2016 analisa
IRF adalah metode yang digunakan untuk menentukan respon suatu
variabel endogen terhadap guncangan dari suatu variabel lain dan
beberapa lama pengaruh tersebut terjadi. Melalui IRF, respon sebuah
perubahan independen sebesar satu standar deviasi ditinjau. IRF
menelusuri dampak gangguan sebesar satu standar kesalahan (standard
error) sebagai inovasi pada suatu variabel endogen terhadap variabel
endogen lain. Suatu inovasi pada satu variabel, secara langsung akan
berdampak pada variabel yang bersangkutan, kemudian dilanjutkan ke
semua variabel endogen yang lain melalui struktur dinamik dari VAR.
7. Forecast Error Variance Decomposition (FEVD)
Menurut Nugroho (2009) dalam Basuki dan Prawoto 2016 FEVD
atau dekomposisi ragam kesalahan peramalan menguraikan inovasi pada
suatu variabel terhadap komponen-komponen variabel yang lain dalam
VAR. Informasi yang disampaikan dalam FEVD adalah proporsi
pergerakan secara beruntun yang diakibatkan oleh guncangan sendiri dan
variabel lain.
D. Operasional Variabel Penelitian
68
1. Variabel Dependen
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah Nilai Aktiva Bersih
(NAB) Reksadana Syariah. Meururut Soemitra (2009), Kinerja investasi
pengelolaan portofolio reksadana tercermin dari Nilai Aktiva Bersih
(NAB) atau Net Asset Value (NAV). Baik tidaknya kinerja investasi
portofolio yang dikelola oleh manajer investasi dipengaruhi oleh kebijakan
dan startegi investasi yang dijalankan oleh manajer investasi yang
bersangkutan.
Nilai aktiva bersih reksadana pada suatu periode dapat dihitung
dengan menggunakan formula sebagai berikut:
Total Nilai Aktiva Bersih pada periode tertentu:
Total NAB = Nilai Aktiva - Total Kewajiban
Nilai Aktiva Bersih per unit:
NAB per unit = Total Nilai Aktiva Bersih
Total unit penyertaan (saham) diterbitkan.
Dimana:
Total NAB = Jumlah Nilai Aktiva Bersih pada periode tertentu
NAB per unit = Nilai Aktiva Bersih per saham atau unit
penyertaan
2. Variabel Independen
a. Jumlah Uang Beredar
69
Jumlah uang beredar merupakan variabel bebas pertama (X1).
Uang secara umum adalah sesuatu yang dapat dijadikan alat tukar
yang diakui oleh masyarakat secara umum. Dalam penelitian ini
jumlah uang beredar yang di pakai adalah M2 selam periode Januari
2012- Maret 2017.
b. Nilai Tukar rupiah
Nilai tukar rupiah adalah variabel bebas ke dua (X2). Kurs
merupakan nilai mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam nilai
matau uang negara lain. Dalam penelitian ini yatu kurs rupuah
terhadap USD selam peride Januari 2012 - Maret 2017.
c. Inflasi
Inflasi merpakan variabel ke tiga (X3). Inflasi adalah
kecenderungan harga meningkat secara terus-menerus. Adapun
tingkat inflasi adalah perubahan angka inflasi yang dikeluarkan oleh
Bank Indonesia pada periode Januari 2012-Maret 2017 yang dihitung
tiap bulan dalam satuan persen (%).
d. Sertifikat Bank Indonesia Syariah
SBIS merupakan variabel bebas pertama (X1).SBIS diterbitkan
oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen operasi pasar
terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan
berdasarkan prinsip syariah dan akad yang digunakan adalah akad
jualah. SBIS merupakan kebijakan moneter yang bertujuan untuk
mengatasi kesulitan likuiditas pada bank yang beroperasi dengan
70
prinsip syariah. Dalam prakteknya, Besarnya SBIS dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan:
P = nilai nominal investasi
R = tingkat realisasi imbalan simpanan investasi
t = jangka waktu investasi (jumlah hari dalam bulan / periode)
k = nisbah (bagi hasil) bagi bank penitip dana
SBIS =P x R x t x k
360
71
BAB IV
ANALISIS DAN PEMABAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Perkembangan NAB PNM Ekuitas Syariah
NAB merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui kinerja
reksadana syariah pada suatu periode. Perubahan pada NAB dapat terjadi
setiap harinya karena dipengaruhi oleh perubahan nilai efek dri portofolio.
Ketika NAB mengalami peningkatan akan merepresentasikan kenaikan
pada nilai investasi pemegang saham atau Unit Penyertaan. Begitu juga
sebaliknya, menurunnya NAB berarti berkurangnya nilai investasi
pemegang saham atau unit penyertaan. Adapun data NAB perunit PNM
Ekuitas Syariah periode 31 januari 2012 higga 31 maret 2017 sebagai
berikut:
72
Grafik 4.1
Perkembangan NAB perunit PNM Ekuitas Syariah
Periode Januari 2012 s.d Maret 2017
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Pada grafik 4.1 terlihat nilai NAB Ekuitas Syariah tertinggi pada tahun
2012 terjadi pada bulan Maret sebesar 1.568,83 dan terendah pada bulan
Agustus sebesar 1.349,92. Pada tahun 2013 nilai NAB tertinggi pada bulan
Mei sebesar 1.828,74 dan terendah pada bulan Desember sebesa 1.405,36.
Pada tahun 2014 nilai NAB tertinggi terjadi pada bulan Desember sebesar
1.684,26 dan terendah terjadi pada bulan Januari sebesar 1.393,29. Pada
tahun 2015 nilai NAB tertinggi pada bulan Februari sebesar 1.704,60 dan
NAB paling rendah pada tahun tersebut pada bulan Desember sebesar
1.207,79. pada tahun tersebut trejadi penurunan pada produk PNM ekuitas
73
karena adanya pengerucutan dana kelola pada reksadana syariah yang
semula untuk reksadana saham syariah memiliki porsi sebesar 48,31
persen menjadi 45,25 persen dari total seluruh dana
kelolaan(www.bareksa.com). Pada tahun 2016 nilai NAB tertinggi terjadi
pada bulan Agustus sebesar 1.482,83 dan terendah pada bulan Januari
sebesar 1.226,75. Adapun selama periode penelitian produk PNM Ekuitas
Syariah memiliki nilai NAB tertinggi pada bulan Mei tahun 2013 sebesar
1.828,74 dan nilai terendah terjadi pada bulan Desember tahun 2015
sebesar 1.207,79.
2. Perkembanagan Jumlah Uang Beredar
Uang beredar adalah kewajiban sistem moneter (Bank Sentral, Bank
Umum, dan Bank Perkreditan Rakyat/BPR) terhadap sektor swasta
domestik (tidak termasuk pemerintah pusat dan bukan penduduk).
Kewajiban yang menjadi komponen uang beredar terdiri dari uang kartal
yang dipegang masyarkat (di luar Bank Umum dan BPR), uang giral, uang
kuasi yang dimiliki oleh sektor swasta domestik, dan surat berharga selain
saham yang diterbitkan oleh sistem moneter yang dimiliki sektor swasta
domestik dengan sisa jangka waktu samapai dengan satu tahun.
Uang beredar dapat didefenisikan dalam arti sempit (M1) dan dalam
arti luas (M2). M1 meliputi uang kartal yang dipegang masyarakat dan
uang giral (giro berdenominasi Rupiah), sedangkan M2 meliputi M1, uang
kuasi (mencakup tabungan, simpanan bejangka dalam rupiah dan valas,
serta giro dalam valuta asing), dan surat berharga yang diterbitkan oleh
74
sistem moneter yang dimiliki sektor swasta domestik dengan sisa jangka
waktu sampai dengan satu tahun. Uang beredar yang dipakai dalam
penelitian ini adalah M2 periode januari 2012 hingga Maret 2017 yang
dijelaskan pada grafik berikut
Grafik 4.5
Perkembangan Jumlah Uang Beredar
Periode januari 2012 s.d Maret 2017 (dalam triliun)
Sumber: Kementrian Perdagangan (data diolah)
Pada tahun 2012 jumlah uang beredar terbesar pada bulan Desember
sebesar Rp 3.307 triliun dan terendah terjadi pada bulan Februari sebesar
Rp 2.852 triliun. Pada tahun 2013 uang beredar terbesar pada bulan
Desember sebesar Rp 3.730 triliun dan yang terendah terjadi pada bulan
Januari sebesar Rp 3.268 triliun. Lalu pada tahun 2014 uang beredar
tertinggi terjadi pada bulan Desember sebesar Rp 4.173 triliun dan yang
terendah terjadi pada bulan Februari sebesar Rp 3.643 triliun, pada tahun
2016 uang beredar yang ada dimasyarakat mencapai nilai tertingginya
pada bulan Desember Rp 5.004 triliun dan yang terendah terjadi pada
75
bulan Januari sebesar Rp 4.448 triliun. Selama periode penelitian nilai
terbesar yang dapat dicapai uang beredar terjadi pada bulan Maret 2017
sebesar Rp 5.017 triliun dan yang terendah pada tahun 2012 bulan
Februari sebesar Rp 2.852 triliun.
3. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
Kurs adalah harga sebuah mata uang dari satu negara yang diukur atau
dinyatakan dalam mata uang lainnya. Kurs memainkan peranan penting
bagi sebuah negara dalam mengambil keputusan-keputusan dalam suatu
kebijakan, karena kurs memungkinkan kita untuk menerjemahkan harga-
harga dari berbagai negara ke dalam suatu bahasa yang sama. Dalam
penelitian ini data kurs yang dipakai adalah kurs jual, data tersebut
dijelaskan sebagai berikut
Grafik 4.3
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
Periode Januari 2012 s.d Maret 2017
Sumber: Bank Indonesia
76
Pada grafik diatas dijelaskan bahwasaannya pada tahun 2012 rupiah
mengalami depresiasi tertinggi pada bulan Desember sebesar Rp 13.819,00
dan yang terendah pada bulan Maret Rp 12.952,00. Pada tahun 2013
rupiah juga mengalami peningkatan depresiasi tertinggi yang terjadi pada
bulan April sebesar Rp 13.324,00 dan yang terendah pada bulan Desember
sebesar Rp 12.516,00. Menurut Gubernur BI Agus Martowardojo
pelemahan nilai tukar rupiah terhadap Dollar salah satunya disebabkan
oleh besarnya defisit transakasi berjalan akibat neraca perdagangan yang
defisit. Selain itu tingginya kebutuhan impor di Indonesia khususnya pada
BBM. Di sisi luar negri rencana bank sentral AS yaitu The Fed
mengurangi paket stimulusnya yang mengakibatkan dana asing yang
investasi pada negara-negara berkembang termasuk di Indonesia banyak
yang ditarik oleh pemiliknya.(www.detik.com)
Pada tahun 2014 rupiah menglami apresiasi dari tahun sebelumnya,
tahun tersebut menyentuh nilai tertinggi pada bulan Januari sebesar Rp
12.376,00 dan yang terendah pada Desember sebesar Rp 12.118,00. Pada
tahun 2015 menyentuh nilai tertinnginya pada bulan Januari sebesar Rp
12.026,00 dan terendah pada bulan November sebesar Rp 9.638,00. Pada
tahun 2016 mengalami penguatan kembali yang nilai tertingginya pada
bulan Januari Rp 9.597,00 dan terendah pada bulan November yang
menyentuh nilai terkuatnya sebesar Rp 8.980,00. Penguatan ini disebabkan
oleh kebijkan pemerintah yang melakukan amnesti pajak, sehingga pasar
merespon positif terhadap pemberlakuan kebijakan tersebut. Selama
77
periode penelitian nilai rupiah terlemah terjadi pada tahun 2012 bulan
Desember sebesar Rp 13.819,00 dan yang terendah selama periode
penelitian terjadi pada tahun 2016 bulan November sebesar Rp 8.980,00.
4. Perkembangan Inflasi
Inflasi merupakan cerminan dari tingginya harga-harga secara umum
yang berlangsung secara terus menerus. Inflasi merukan sebuah indikator
untuk mengamati suatu perubahan perekonomian pada suatu daerah. Yang
dapat dinggap apabila terjadi peningkatan harga-harga secara maka akan
saling pengaruhi-memengaruhi pada faktor perekonomiannya lainnya.
Berikut adalah data peneliti mengenai inflasi periode Januari 2012 hingga
Maret 2017 dapat dijelaskan sebagai berikut.
Grafik 4.4
Perkembangan Inflasi
Periode Januari 2012 s.d Maret 2017
Sumber: Bank Indonesia
78
Grafik 4.4 diatas menjelaskan tingkat inflasi pada tahun 2012 tertinggi
terjadi pada bulan Oktober sebesar 4,61 persen dan yang terendah sebesar
2,56 persen. Pada tahun 2013 inflasi tertinggi terjadi pada bulan Agustus
sebesae 8,79 persen dan terendah pada bulan Januari sebesar 4,57 persen.
Tingginya persentase inflasi pada tahun tersebut disebabkan oleh naiknya
harga BBM yang kurang diprediksi, kenaikan tersebut terjadi ketika
sebelum lebaran yang menyebabkan masyarakat mengharuskan membeli
BBM ketika harganya meningkat, selain itu kebijakan pengurangan impor
yang menyebabkan harga bawang dan juga daging sapi meningkat secara
signifikan menurut sasmito Deputi Bidang Statistik Ditribusi dan Jasa
BPS. (www.katadata.co.id)
Pada tahun 2014 tingkat inflasi tertinggi pada bulan Desember 8,36
persen dan yang terendah pada bulan Juli dan September sebesar 4,53
persen. Lalu pada tahun 2015 inflasi tertinggi sebesar 7,26 persen terjadi
pada bulan Juni dan Juli dan yang terendah terjadi pada bulan Desember
sebesar 3,35 persen. Sedangkan pada tahun 2016 inflasi tertinggi terjadi
pada bulan Maret 4,45 persen dan yang terendah pada bulan Desember
sebesar 3,02 persen dan sampai tahun 2017 bulan Maret inflasi sebesar
3,61 persen. Selama periode pengamatan nilai tingkat inflasi tertinggi
direpresentasikan pada tahun 2013 bulan Agustus sebesar 8,79 persen dan
yang terendah pada tahun 2016 sebesar 3,02 persen.
5. Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang selanjutnya disingkat SBIS
79
adalah surat berharga bedasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek
dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.
(www.bi.go.id)SBIS merupakan salah satu instrumen pemerintah melalui
Bank Indonesia dalam melakukan kebijakan moneter melalui kegiatan
operasi pasar terbuka syariah pada pasar uang berdasarkan prinsip syariah
dengan bank lain dalam rangka mencapai kebijakan moneter Bank
Indonesia. Adapun data SBIS periode 31 Januari 2012 Hingga 31 Maret
2017 sebagai berikut
Grafik 4.2
Perkembangan Imbal Hasil SBIS
Periode 31 Januari 2012 s.d 31 maret 2017
Sumber: Bank Indonesia
Pada grafik 4.2 imbal hasil secara keseluruhan pada periode penelitian
berubah-ubah. Pada tahun 2012 imbal hasil tertinggi pada bulan Desember
sebesar 4,8 persen dan terendah pada bulan Februari sebesar 3,82 persen.
Pada tahun 2013 imbal hasil tertinggi dicapai pada bulan Desember
80
sebesar 7,22 persen dan yang terendah pada bulan Januari sebesar 4,82
persen. Pada tahun 2014 imbal hasil tertinggi pada bulan Januari sebesar
7,23 persen dan yang terendah pada bulan Oktober sebesar 6,85 persen.
Pada tahun 2015 imbal hasil tertinggi pada bulan September sampai
Desember sebesar 7,1 persen dan yang terendah terjadi pada bulan Maret
sampai Juli sebesar 6,65 persen. Pada tahun 2016 imbal hasil tertinggi
pada bulan Januari sebesar 6,65 persen dan yang terendah sebesar pada
bulan September sebesar 6,15 persen. Selama periode penelitian
berlangsung imbal hasil tertinggi pada bulan Januari 2014 sebesar 7,23
persen dan yang paling rendah pada bulan Februari 2012 sebesar 3,82
persen.
B. Hasil dan Pembahasan
1. Uji Stasioneritas
Uji stasioneritas data dalam peneletian ini menggunakan nilai
Augmented Dickey Fuller (ADF) yang dibandingkan dengan nilai taraf
nyata sebesar 5%. Apabila nilai test statistic dari ADF lebih kecil dari
critical values (nilai kritis) Mac Kinnon atau jika nilai probabilitas test
statistics dari ADF lebih kecil dari 0.05 maka dapat dikatakan bahwa data
yang digunakan tidak terdapat akar unit atau dengan kata lain sudah
stasioner.
Pada pengujian yang dilakukan peneliti dengan uji ADF, semua data
tidak stationer pada tingkat level, untuk mendapatkan data yang stasioner
maka perlu dilakukan pengujian selanjutnya pada tingkat first difference
81
yang hasilnya data tersebut tidak terdapat unit root atau dapat dikatakan
data dalam penelitian ini stasioner.
Tabel 4.1
Hasil Uji Stasioneritas Data Tingkat Level
Variabel ADF test Critical
Value
ket.
NAB PNMES
-2.384138 -2.910019
Tidak
Stasioner
SBIS
-2.709838 -2.910019
Tidak
Stasioner
Nilai Tukar Rupiah
-1.463173 -2.909206
Tidak
Stationer
Inflasi
-2.176265 -2.910019
Tidak
Stasioner
Jumlah Uang Beredar
-1.448097 -2.910019
Tidak
Stasioner
Pada tabel tersebut terlihat semua data pada penelitian tidak ada yang
stasioner pada tingkat level, maka perlu dilakukan uji ADF pada tingkat
difference. Pada tabel di bawah akan menunjukkan hasil pada first
difference.
Tabel 4.2
Hasil Uji Stasioner Data Tingkat First Difference
Variabel ADF test Critical Value ket.
NAB PNMES
-5.881593 -2.910019 Stasioner
82
SBIS
-7.696412 -2.910019 Stasioner
Nilai Tukar Rupiah
-7.102955 -2.910019 Stationer
Inflasi
-6.04156 -2.910860 Stasioner
Jumlah Uang Beredar
-11.95088 -2.910019 Stasioner
Pada pengujian data pada tingkat first difference semua variabel NAB
PNM Ekuitas Syariah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Nilai Tukar
Rupiah, Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar telah stasioner karena nilai ADF
test lebih besar dari nilai Mc Kinnon Critical Value. Maka penelitian dapat
dilanjutkan pada tahap selanjutnya yaitu uji lag length.
2. Uji Lag Lenght
Tahap selanjutnya adalah menentukan lag optimum yang untuk
mengetahui seberapa besar lag yang akan dipakai dalam penelitian ini. Lag
berguna untuk menghilangkan masalah autokorelasi dan untuk
menujukkan berapa lama reaksi suatu variabel terhadap variabel lainnya .
Dalam penentuan lag optimal dengan menggunakan kriterian yang
mempunyai final prediction error corection (FPE) atau jumlah dari AIC,
SIC dan HQ yang paling kecil diantara berbagai lag yang diajukan.
83
Tabel 4.3
Hasil Uji Lag Optimal
Lag LogL LR FPE AIC SC HQ
0 129.3178 NA 9.46e-09 -4.286821 -4.109196 -4.217632
1 475.5336 620.8008 1.47e-13 -15.36323 -14.29748* -14.94810*
2 496.0784 33.29667 1.75e-13 -15.20960 -13.25573 -14.44853
3 529.5203 48.43306* 1.37e-13* -15.50070* -12.65871 -14.39369
4 546.4342 21.57980 2.00e-13 -15.22187 -11.49176 -13.76891
5 577.9463 34.77204 1.90e-13 -15.44642 -10.82819 -13.64753
Dalam tabel diatas dapat dilihat bahwa lag optimal yang
direkomendasikan Evies 9.0 adalah lag 3. Pada umunya lag yang dipilih
adalah lag yang memiliki (*) terbanyak. Selain itu nilai AIC merupakan
nilai terkecil dari semua lag yang diajukan.
3. Uji Kausalitas Granger
Uji kausalitas granger umumnya untuk melihat arah hubungan diantara
variabel-variabel penelitian atau untuk melihat apakah dua variabel
memiliki hubungan timbal balik atau tidak. Dapat dikatakan, apakah satu
variabel memiliki hubungan sebab akibat dengan variabel lainnya secara
signifikan, karena setiap variabel dalam penelitian mempunyai kesempatan
untuk menjadi variabel endogen ataupun eksogen. Pada penelitian ini
menggunkanakan taraf nyata sebesar 5% atau 0,05.
84
Tabel 4.4
Hasil Uji Kausalitas Granger
Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob.
SBIS does not Granger Cause LOG_NABPNMES 60 0.19956 0.8962
LOG_NABPNMES does not Granger Cause SBIS 1.79054 0.1602
LOG_KURS does not Granger Cause LOG_NABPNMES 60 1.61522 0.1968
LOG_NABPNMES does not Granger Cause LOG_KURS 0.25927 0.8544
INFLASI does not Granger Cause LOG_NABPNMES 60 0.07427 0.9736
LOG_NABPNMES does not Granger Cause INFLASI 4.22525 0.0094
LOG_JUB does not Granger Cause LOG_NABPNMES 60 0.42832 0.7335
LOG_NABPNMES does not Granger Cause LOG_JUB 1.51750 0.2206
LOG_KURS does not Granger Cause SBIS 60 0.51386 0.6745
SBIS does not Granger Cause LOG_KURS 1.34508 0.2697
INFLASI does not Granger Cause SBIS 60 7.93637 0.0002
SBIS does not Granger Cause INFLASI 0.81344 0.4921
LOG_JUB does not Granger Cause SBIS 60 0.52401 0.6677
SBIS does not Granger Cause LOG_JUB 0.02814 0.9936
INFLASI does not Granger Cause LOG_KURS 60 1.23945 0.3046
LOG_KURS does not Granger Cause INFLASI 2.37811 0.0801
LOG_JUB does not Granger Cause LOG_KURS 60 1.80475 0.1575
LOG_KURS does not Granger Cause LOG_JUB 0.75565 0.5240
LOG_JUB does not Granger Cause INFLASI 60 1.75917 0.1662
INFLASI does not Granger Cause LOG_JUB 0.67844 0.5691
Dari hasil pengujian granger diketahui bahwa
1) oH : SBIS tidak memengaruhi NAB PNMES
1H : SBIS memengaruhi NAB PNMES
Apabila nilai probabilitas F-statistik < , maka oH ditolak.
85
Hasil uji granger menunjukkan nilai probablitas F-stastistik sebesar
0.8962 lebih besar dari 0.05. Maka 0H diterima yang berarti SBIS tidak
memengaruhi NABPNMES.
2) oH : NAB PNMES tidak memengaruhi nilai tukar rupiah
1H : NAB PNMES memengaruhi nilai tukar rupiah
Apabila nilai probabilitas F-statistik < , maka oH ditolak.
Pada tabel tersebut nilai probabilitas F-statistik sebesar 0.8544 lebih
besar dari 0.05. Maka dapat disimpulkan 0H diterima yang berarti NAB
PNMES tidak memengaruhi nilai tukar rupiah.
3) oH : NAB PNMES tidak memengaruhi inflasi
1H : NAB PNMES memengaruhi inflasi
Apabila nilai probabilitas F-statistik < , maka oH ditolak.
Pada tabel tersebut nilai probabilitas F-statistik sebesar 0.0094 lebih
kecil dari 0.05. Maka dapat disimpulkan 0H ditolak yang berarti NAB
PNMES memengaruhi inflasi.
4) oH : NAB PNMES tidak memengaruhi jumlah uang beredar
1H : NAB PNMES memengaruhi jumlah uang beredar
86
Apabila nilai probabilitas F-statistik < , maka oH ditolak.
Pada tabel tersebut nilai probabilitas F-statistik sebesar 0.2206 lebih
besar dari 0.05. Maka dapat disimpulkan 0H diterima yang berarti NAB
PNMES tidak memengaruhi jumlah uang beredar.
5) oH : SBIS tidak memengaruhi nilai tukar rupiah
1H : SBIS memengaruhi nilai tukar rupiah
Apabila nilai probabilitas F-statistik < , maka oH ditolak.
Pada tabel tersebut nilai probabilitas F-statistik sebesar 0.2697 lebih
besar dari 0.05. Maka dapat disimpulkan 0H diterima yang berarti SBIS
tidak memengaruhi nilai tukar rupiah.
6) oH : SBIS tidak memengaruhi inflasi
1H : SBIS memengaruhi inflasi
Apabila nilai probabilitas F-statistik < , maka oH ditolak.
Pada tabel tersebut nilai probabilitas F-statistik sebesar 0.4921 lebih
besar dari 0.05. Maka dapat disimpulkan 0H diterima yang berarti SBIS
tidak memengaruhi nilai tukar rupiah. Akan tetapi inflasi memengaruhi
SBIS karena nilai probabilitas F-statistik 0.0002 lebih kecil dari 0.05.
87
7) oH : SBIS tidak memengaruhi jumlah uang beredar
1H : SBIS memengaruhi jumlah uang beredar
Apabila nilai probabilitas F-statistik < , maka oH ditolak.
Pada tabel tersebut nilai probabilitas F-statistik sebesar 0.9936 lebih
besar dari 0.05. Maka dapat disimpulkan 0H diterima yang berarti SBIS
tidak memengaruhi jumlah uang beredar.
8) oH : Inflasi tidak memengaruhi jumlah uang beredar
1H : Inflasi memengaruhi jumlah uang beredar
Apabila nilai probabilitas F-statistik < , maka oH ditolak.
Pada tabel tersebut nilai probabilitas F-statistik sebesar 0.5691 lebih
besar dari 0.05. Maka dapat disimpulkan 0H diterima yang berarti nilai
tukar rupiah tidak memengaruhi jumlah uang beredar.
4. Uji Kointegrasi
Selanjutnya uji kointegrasi untuk menentukan apakah grup dari variabel
yang tidak stasioner pada tingkat level tersebut memenuhi syarat untuk
proses integrasi, yaitu dimana semua variabel telah stasioner pada derajat
sama yaitu derajat 1. Pada penelitian ini menggunkan uji kointegrasi dari
johansen trace statistic test. Informasi jangka panjang diperoleh dengan
menentukan terlebih dahulu rank kointegrasi untuk mengetahui berapa
88
sistem persamaan yang dapat menerangkan dari keseluruhan sistem yang
ada. Kriteria pengujian kointegrasi pada penelitian ini didasarkan pada
nilai trace statistics. Apabila nilai trace statistics lebih besar dari critical
value 0.05. Maka dapat dipastikan bahwa jumlah persamaan tersebut
terdapat kointegrasi.
Uji ini juga untuk mengetahui apakah ada tidaknya pengaruh jangka
panjang untuk variabel pengamatan ini. Apabila terjadi kointegrasi. Maka
tahapan VECM dapat dilanjutkan.
Tabel 4.5
Hasil Uji Kointegrasi
Hypothesized Trace 0.05
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**
None * 0.504375 114.3817 76.97277 0.0000
At most 1 * 0.462836 72.96746 54.07904 0.0004
At most 2 * 0.293956 36.30186 35.19275 0.0378
At most 3 0.184366 15.76530 20.26184 0.1856
At most 4 0.061450 3.741717 9.164546 0.4519
Pada tabel diatas menunjukkan terdapat tiga persamaan pada model
yang terkointegrasi. Dengan demikian hasil tersebut mengindikasikan
bahwa diantara NAB PNMES, SBIS, nilai tukar rupiah, inflasi, dan jumlah
uang beredar memiliki hubungan stabilitas/keseimbanagan dan kesamaan
pergerakan dalam jangka panjang.
5. Estimasi Vector Error Correction Model (VECM)
Hasil estimasi VECM akan menunjukkan hubungan jangka pendek dan
panjang antara variabel NAB PNM Ekuitas Syariah, Sertifikat Bank
89
Indonesia Syariah, nilai tukar rupiah, inflasi, dan jumlah uang beredar.
pada estimasi pengamatam ini NAB Reksadana Syariah yang diwakili oleh
produk PNM Ekuitas Syariah sebagai variabel dependennya, sedangkan
SBIS, nilai tukar rupiah, inflasi, dan jumlah uang beredar sebagai variabel
independennya. Hasil Estimasi VECM ini dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 4.6
Hasil
Esti
masi
VEC
M
dala
m
Jang
ka
Pend
ek
P
a
d
a
t
a
Variabel Koefisien t statistik
CointEq1 -0.199595 -1.87451
D(NABPNMES(-1)) 0.337759 2.20595
D(NABPNMES(-2)) -0.014956 -0.09501
D(NABPNMES(-3)) -0.022237 -0.14584
D(SBIS(-1)) 0.000254 0.01538
D(SBIS(-2)) -0.025891 -1.76593
D(SBIS(-3)) 0.009860 0.75341
D(KURS(-1)) -0.381064 -1.47662
D(KURS(-2)) -0.189065 -0.90600
D(KURS(-3)) -0.254496 -0.69884
D(INF(-1)) 0.002304 0.58140
D(INF(-2)) -8.06E-05 -0.02095
D(INF(-3)) 0.002750 0.65481
D(JUB(-1)) 0.162512 0.37711
D(JUB(-2)) 0.815375 1.69454
D(JUB(-3)) 0.484273 1.06843
90
bel diatas menunjukkan bahwa dalam jangka pendek terdapat tiga variabel
signifikan ditambah satu variabel error corection term pada taraf nyata
lima persen pada t-tabel sebesar 1,67356. Pada empat variabel tersebut
yang signifikan pada taraf nyata lima persen adalah NAB PNM Ekuitas
Syariah pada lag 1, SBIS pada lag 2, dan jumlah uang beredar pada lag 2.
Adapun error corection term merupakan residual yang timbul dalm
metode ECM. Apabila koefisien ECT signifikan secara statistik yaitu
koefisien ECT < 1 maka spesifikasi model yang digunakan adalah valid
(safari, 2016). Pada hasil diatas bahwa ECT < 1 yang mana sebesar -
0199595 dan dapat dipastikan bahwa hasil penelitian ini adalah valid.
Variabel JUB berpengaruh signifikan terhadap NAB PNM Ekuitas
syariah dengan korelasi positif, pada tabel diatas menunjukkan T statistik
sebesar 1.69454 lebih besar dari T tabel sebesar 1,67356. Dengan
koefisien sebesar 0.815375 sehingga kenaikan jumlah uang beredar
sebesar 1 persen akan meningkatkan nilai aktiva bersih reksadana syariah
sebesar 0.815375
Penelitian ini didukung oleh penelitian Fadhil dan Azizan (2007) dalam
Iza Nur Aviva (2016) bahwa JUB berpengaruh signifikan positif.
Peningkatan JUB dikaitkan dengan business cycle expansion. adanya
peningkatan JUB akan mendorong bertambahnya sumber pembiayaan bagi
perusahaan, sehingga perusahaan dapat melebarkan ekspansi usahanya
lebih luas. Akan tetapi peningkatan JUB tidak selalu bagus dalam jangka
panjang peningkatan JUB juga akan berdampak pada banyaknya uang
91
beredar yang bisa berdampak inflasi yang lama kelamaan akan
memengaruhi iklim perekonomian yang akan berakibat buruk.
Variabel nilai tukar rupiah dalam jangka pendek tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap NAB PNM Ekuitas Syariah, dapat
dilihat pada tabel yang lalu dari lag 1 hingga lag 3 nilai T statitistik tidak
ada yang lebih besar dari T tabel sehingga ini mengindikasikan menerima
yang berarti dalam jangka pendek nilai tukar rupiah tidak berpengaruh
terhadap reksadana syariah.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ali dan Beik (2012)
dalam jangka pendek nilai tukar rupiah terdapat pengaruh signifikan
terhadap reksadana syariah yang berkorelasi positif. Peningkatan nilai
tukar rupiah terhadap dolar AS, akan mendorong terjadinya aliran modal
masuk (capital inflow) ke Indonesia akibat meningkatnya permintaan
rupiah. Capital inflow ini yang akan meningkatkan NAB reksadana
syariah.
Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilkaukan oleh
Rahmah (2011) yang menyatakan bahwa nilai tukar rupiah tidak memiliki
pengaruh terhadap pertumbuhan NAB rekasadana syariah.
Variabel inflasi dalam jangka pendek tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap NAB PNM Ekuitas Syariah karena nilai T statistik dari
lag 1 hingga lag 3 lebih kecil dari T tabelnya sehingga akan menerima
92
bahwa inflasi tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap rekasadana
syariah.
Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Albab (2016) yang
menyatakan bahwa inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap reksadana
syariah dalam jangka pendek.
Berbeda dengan penelitian Agustina (2015) yang menyatakan inflasi
berpengaruh secara negatif, dikarenakan inflasi berakibat sangat buruk
bagi perekonomian karena menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang
terutama terhadap fungsi tabungan yang mengarahkan investasi pada hal-
hal yang non produktif.
Variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dalam jangka
pendek akan berpengaruh secara negatif terhadap NAB PNM Ekuitas
Syariah, tabel lalu telah menunjukkan pada lag 2 T statistik sebesar -
1.76593 lebih besar dari T tabel sebesar 1,67356, maka penelitian ini
menolak yang berarti terdapat pengaruh variabel SBIS terhadap NAB
PNM Ekuitas Syariah. Apbila terjadi kenaikan sebesar 1 persen SBIS
dalam jangka pendek akan menurunkan NAB PNM Ekuitas Syariah
sebesar 0.025891 persen.
Maka penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya oleh Virlandana
dan Hermana (2004) pada penelitiannya variabel SBIS memiliki pengaruh
signifikan negatif. Pengaruh tersebut akan menunjukkan bila SBIS
menurun maka NAB akan meningkat. Maka ini akan membuktikan bahwa
93
rekasadana syariah merupakan alternatif investasi yang lebih menarik pada
saat SBIS menurun. Dengan turunnya tingkat SBIS menyebabkan
turunnya equivalent rate nisbah simpanan dan deposito mudharabah,
maka investasi akan berpindah ke instrumen-intrumen yang memberikan
tingkat keuntungan/bagi hasil yang lebih tinggi di pasar modal, misalnya
reksadana syariah.
Hasil estimasi VECM dalam jangka panjang dapat dijelaskan pada tabel
berikut:
Tabel 4.7
Hasil Estimasi VECM dalam Jangka Panjang
Variabel Koefisien T statistik
SBIS(-1) -0.015515 -1.45740
KURS(-1) -2.104371 -8.14557
INF(-1) 0.018886 2.88412
JUB(-1) -1.345130 -6.13324
Pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa hasil penelitian ini dalam jangka
panjang mimiliki pengaruh pada tiga variabelnya yaitu nilai tukar rupiah,
inflasi dan jumlah uang beredar. Kecuali pada variabel SBIS yang tidak
ada pengaruh dalam jangka panjang
Variabel jumlah uang beredar memiliki pengaruh signifikan terhadap
NAB PNM Ekuitas Syariah dalam jangka panjang yang berkorelasi
negatif, pada tabel diatas menunjukkan nilai T statistik -6.13324 lebih
besar dari T tabel sebesar 1.67356. Sehingga pada jangka panjang setiap
94
kenaikan 1 persen akan menurunkan nilai NAB PNM Ekuitas Syariah
sebesar -1.345130 persen
Menurut Othman (2011) dalam Al Abbasy kenaikan jumlah uang
beredar akan meneyebabkan inflasi dalam jangka panjang, sehingga orang-
orang akan menjaga keseimbangan keuangan riil mereka, maka mereka
akan menjual saham dan akan mengivesatasikan uang mereka di pasar riil
dengan membeli aset yang sebenarnya, yang akan berdampak pada
penurunan harga saham, maka inilah yang akan menyebabkan penurun
pada NAB reksadana syariah
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Al Abbasy (2012)
ketika jumlah uang beredar meningkat maka harga keseluruhan akan naik
(inflasi), ini akan berdampak pada kenaikan harga aset di pasar keuangan
dari harga barang lainnya, karena harga barang dan hal lainnya akan
dikendalikan oleh pemerintah, saat pemerintah menegendalikan harga
bahan pokok dan sebagainya, maka semua peningkatan jumlah uang
beredar akan dialokasikan pada sektor pasar keuangan yang akan
cenderung menaikkan harga, sehingga ini juga akan berdampak pada NAB
reksadana syariah.
Variabel nilai tukar rupiah juga memiliki pengaruh signifikan yang
berkorelasi negatif terhadap NAB PNM Ekuitas Syariah. Hasil estimasi
VECM menunjukkan dalam jangka panjang nilai tukar rupiah memiliki
pengaruh signifikan sebesar -8.14557 lebih besar dari nilai t-tabelnya
95
sebesar 1.67356. Sehingga menolak yang dapat dipastikan nilai tukar
memiliki penagruh signifikan yang berkolerasi negatif. Apabila terjadi
keanikan 1 persen nilai tukar rupiah akan menurunkan NAB PNM Ekuitas
Syariah sebesar 2.104371 persen.
Namun hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Setyarini (2015) yang menyatakan bahwa nilai tukar rupiah memiliki
pengaruh negatif terhadap reksadana syariah, menurunnya nilai tukar akan
mengakibatkan para investor menarik modalnya, dan akan
meninvestasikan danaya pada sektor lain yang lebih menguntungkan, ini
akan meyebabkan menurunnya NAB reksadana syariah
Variabel inflasi dalam jangka panjang inflasi memiliki pengaruh yang
signifikan berkorelasi positif, pada hasil estimasi tersebut menunjukkan
nilai t statistik sebesar 2.88412 lebih besar dari t tabelnya sebesar 1.67356.
Sehingga hasil Penelitian ini menolak , dalam artian inflasi memiliki
pengaruh terhadap NAB PNM Ekuitas Syariah dalam jangka panjangnya.
Maka kenaikan inflasi sebesar 1 persen akan meningkatkan NAB PNM
Ekuita Syariah sebesar 0.018886 persen
Penelitian ini didukung oleh penelitian Ali dan Beik (2012) yang
berjudul pengaruh makroekonomi terhadap reksadana syariah
menyimpulkan inflasi memiliki pengaruh signifikan positif hal ini terjadi
karena ketika inflasi maka bank sentral akan merespon untuk menaikkan
suku bunga untuk mengurangi jumlah uang beredar. Tingginya suku
96
bunga/imbal hasil inilah yang akan menjadi insentif bagi para investor
yang inginkan return yang tinggi, untuk berinvesatasi pada rekasdana
syariah, sehingga NAB rekasadana syariah, sehingga NAB reksadana
syariah mengalami peningkatan.
Yang terakhir adalah variabel SBIS dalam jangka panjang SBIS tidak
memiliki pengaruh karena nilai t-statistik sebesar -1.45740 lebih kecil dari
nilai t tabelnya sebesar 1.67356. Maka hasil penelitian ini menerima
bahwa SBIS dalam jangka panjang tidak memiliki pengaruh terhadap
NAB PNM Ekuitas Syariah.
Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Rahmah
(2011) yang menyatakan bahwa varaibel SBIS tidak memiliki pengaruh
terhadap NAB reksadana syariah.
6. Uji Impulse Response Function (IRF)
Analisis IRF akan menjelaskan dampak dari guncangan (shock) pada
satu variabel terhadap variabel lainnya, dalam analisis ini tidak hanya
dalam jangka waktu yang pendek teatpi dapat melihat respon dinamika
jangka panjang setiap variabel apabila ada shock tertentu.
97
Grafik 4.6
Hasil IRF NAB PNMES Terhadap SBIS
-.01
.00
.01
.02
.03
.04
2 4 6 8 10
Response of NABPNMES to SBIS
Response to Cholesky One S.D. Innovations
Pada gambar diatas menunjukkan bahwa shock yang ditimbulkan oleh
SBIS direspon fluktuatif oleh NAB PNM Ekuitas Syariah, pada periode
pertama belum direspon oleh NAB PNM Ekuitas Syariah, mulai memasuki
periode ke dua respon dari NAB mulai timbul yaitu positif sebesar 0.001%
lalu memasuki periode ke -3 dan ke -4, variabel NAB PNMES mulai
menunjukkan penurunan yang negatif sebesar 0.002% dan 0.001%, lalu
pada periode 6 shock yang ditimbulkan berupa positif sebesar 0.001 %,
lalu shock turun kembali dimulai dai periode ke-8 menjadi negatif hingga
stabil sampai periode ke -10 sebesar 0.003%.
98
Grafik 4.7
Hasil IRF NAB PNMES Terhadap KURS
-.01
.00
.01
.02
.03
.04
2 4 6 8 10
Response of NABPNMES to KURS
Response to Cholesky One S.D. Innovations
Lalu pada gambar tersebut menunjukkan respon NAB PNMES
terhadap shock yang ditimbulkan oleh nilai tukar rupiah, pada periode
awal NAB PNMES tidak merespon, mulai timbul respon diawal periode
ke -2 sebesar 0.001%, kemudian respon yang ditimbulkan melonjak naik
pada periode ke-3 sebesar 0.006%,dan kemudian naik hingga periode ke-6
dan mulai stabil pada periode ke-8 sebesar 0.029% hingga periode ke -10.
Grafik 4.8
Hasil IRF NAB PNMES terhadap Inflasi
-.01
.00
.01
.02
.03
.04
2 4 6 8 10
Response of NABPNMES to INF
Response to Cholesky One S.D. Innovations
99
Kemudian gambar selanjutnya menerangkan respon yang di
timbulkan NAB PNMES terhadap shock yang ditimbulkan oleh variabel
inflasi. Pada periode pertama respon yang ditimbulkan masih belum
nampak, pada periode ke-2 respon NAB PNMES muncul berupa respon
yang negatif sebesar 0.001%, lalu pada periode ke-3 turun lagi sebesar
0.002%, lalu mulai stabil dimulai dari periode ke-6 sebesar 0.003%,
hingga pada periode ke -10 sebesar 0.004%.
Grafik 4.9
Hasil IRF NAB PNMES Terhadap JUB
-.01
.00
.01
.02
.03
.04
2 4 6 8 10
Response of NABPNMES to JUB
Response to Cholesky One S.D. Innovations
Lalu hasil IRF diatas menunjukkan respon NAB PNMES terhadap
shock yang ditimbulkan oleh variabel jumlah uang yang beredar. Pada
periode pertama respon masih belum timbul, lalu pada periode ke-2 respon
positif timbul sebesar 0.002%, lalu pada periode ke -3 respon meningkat
hingga periode ke-4 sebesar 0.009%, lalu meningkat lagi pada periode ke-
7 sebesar 0.012%, lalu respon yang timbul mulai stabil mulai dari periode
ke-8 hingga periode ke-10 sebesar 0.010%.
100
7. Uji Forecast Error Variance Decomposition (FEVD)
variance decomposition bertujuan untuk mengukur besarnya kontribusi
atau komposisi pengaruh masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependennya.
Tabel 4.8
Hasil uji FEVD
Variance Decomposition of NABPNMES:
Perio... S.E. NABPNMES SBIS KURS INF JUB
1 0.018633 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.028961 99.21533 0.075571 0.083351 0.044276 0.581474
3 0.037419 92.98592 0.475137 2.684754 0.288855 3.565332
4 0.044910 85.11635 0.361294 7.589788 0.290247 6.642320
5 0.053040 74.22617 0.260991 18.03682 0.403184 7.072839
6 0.063195 61.19340 0.200808 30.83043 0.513163 7.262189
7 0.072714 52.29069 0.152102 38.80872 0.593539 8.154953
8 0.080883 46.29015 0.163651 44.64085 0.556579 8.348764
9 0.088948 41.45214 0.201016 49.67113 0.550030 8.125683
10 0.095916 38.59224 0.262211 52.31645 0.652256 8.176841
11 0.102008 37.08543 0.412491 53.56198 0.723822 8.216275
12 0.107633 36.23364 0.584019 54.30314 0.756516 8.122683
13 0.112438 36.07627 0.737220 54.21550 0.814981 8.156026
14 0.116678 36.30707 0.895206 53.73657 0.864313 8.196833
15 0.120800 36.66658 1.017462 53.26288 0.888807 8.164270
Tabel diatas menunjukkan hasil FEVD, dijelaskan bahwa pada periaode
awal kontribusi terhadap NAB PNM Ekuitas Syariah disumbang oleh
variabel NAB PNMES itu sendiri sebesar 100%. Lalu variabel lain mulai
berkontribusi dimulai pada periode ke 2 yang mana SBIS berkontribusi
sebesar 0.075571%, nilai tukar rupiah sebesar 0.083351%, inflasi sebesar
0.044276%, dan jumlah uang beredar sebesar 0.581474%. Kontribusi
mulia terlihat signifikan mulai pada periode ke-5 NAB PNMES
berkontribusi sebesar 74.22617% untuk dirinya sendiri, lau varibel lin juga
101
mulai meningkatkan kontribusinya seperti yang terlihat pada tabel yang
mana SBIS berkontribusi sebesar 0.260991%, nilai tukar rupiah
berkontribusi sebesar18.03682%, inflasi sebesar 0.403184%, dan jumlah
uang beredar sebesar 7.072839%.
Kemudian pada periode selanjutnya periode ke-6 kontribusi varibael
independen terhadap dependennya juga meningkat dar SBIS sebesar
0.200808, nilai tukar rupiah sebesar 30.83043%, inflasi sebesar
0.513613%, dan jumlah uang beredar sebesar 7.262189% dan sisanya
masih dikontribusikan oleh NAB PNMES itu sendiri. Kemudian pada
akhir periode pertengahan penelitian ini yaitu periode ke-10 variabel SBIS
berkontribusi sebesar 0.262211%, nilai tukar rupiah sebesar 52.31645%,
inflasi sebesar 0.652256%, dan jumlah uang beredar sebesar 8.176841%,
dan kontribusi terbesar disumbangkan oleh variabel nilai tukar rupiah
sebesar 52.31645% dan yang terendah adalah SBIS yang betkontribusi
yang hanya sebesar 0.262211%.
Lalu pada akhir periode penelitian ini pada periode ke-15 kontribusi
NAB PNMES kepada dirinya sendiri sebesar 36.66658%, SBIS sebesar
1.017462%, nilai tukar rupiah sebesar 53.26288%, inflasi sebesar
0.888807%, dan jumlah uang beredar sebesar 8.164270%. Terlihat bahwa
variabel SBIS, inflasi, dan jumlah uang beredar berkontribusi dibawah
10% hal ini mungkin disebabkan oleh adanya faktor lain yang memiliki
kontribusi lebih besar dari variabel tersebut. Kontribusi teritinggi masih
dipegang oleh nilai tukar rupiah sebesar 53.26288%.
102
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini mengamati pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah,
nilai tukar rupiah, inflasi, dan jumlah uang beredar terhadap reksadana
syariah. Reksadana syariah diwakili oleh nilai aktiva bersih pada produk
PNM Ekuitas Syariah. Berdasarkan penelitian ini yang menggunakan metode
Vector Error Correction Model (VECM) dan berdasarkan pada hipotesis
sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
A. Berdasarkan uji VECM, dalam jangka pendek yang memiliki pengaruh
terhadap NAB reksadana syariah hanya variabel Jumlah Uang Beredar dan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sementara variabel Nilai Tukar
Rupiah dan Inflasi tidak mempengaruhi NAB Reksadana Syariah.
B. Berdasarkan uji VECM, dalam jangka panjang hanya variabel Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS) yang tidak mempengaruhi NAB
Reksadana Syariah sementara variabel Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, dan
Jumlah Uang Beredar yang memiliki pengaruh terhadap NAB Reksadana
Syariah.
C. Berdasarkan hasil uji IRF, respon yang ditimbulkan oleh NAB
Reksadana Syariah berfluktuatif, apabila shock yang ditimbulkan oleh
variabel Inflasi dan Sertifikak Bank Indonesia Syariah (SBIS) maka NAB
Reksadana Syariah akan merespon secara negatif, namun apabila shock
103
yang ditimbulkan oleh Jumlah Uang Beredar dan Nilai Tukar Rupiah
respon yang ditimbulkan oleh NAB Reksadana Syariag akan positif.
Kemudian hasil FEVD menunjukkan kontribusi variabel Jumlah Uang
Beredar sebesar 8,16 persen, Nilai tukar Rupiah berkonteribusi sebesar
53,26 persen, Inflasi berkontribusi sebesar 0,89 persen, dan SBIS
berkontribusi sebesar 1,02 persen. Dan sisanya dikontribusikan oleh
variabel-variabel lainnya. Maka kontribusi paling besar dalam penelitian
ini oleh variabel Nilai Tukar rupiah, dan yang paling kecil oleh variabel
Inflasi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan peneliti, maka peneliti
memiliki saran sebagai berikut:
1. Bagi investor yang akan berinvestasi pada reksadana syariah hendaknya
memperhatikan variabel-variabel yang telah diteliti oleh peneliti diatas
sehingga dapat menjadi bahan acuan untuk menentukan pilihan investor
pada investasi jenis reksadana syariah.
2. Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti mengenai reksadana syariah,
hendaknya menambahkan objek penelitian dengan reksadana
konvensional agar mendapatkan hasil yang berbeda, dan dapat menjadi
perbandingan antara syariah dan konvensional, manakah yang lebih
menguntungkan dari keduannya.
3. Bagi regulator hendaknya lebih mendukung investasi di bidang syariah,
dengan membuat regulasi yang kuat pada sektor investasi syariah, karena
104
ini akan memberikan peluang bagi dana syariah untuk meningkatkan
kekuatan keungan pada negara. Karena investasi syariah sudah banyak
dipakai di luar negri yang telah memberi tempat pada sektor syariah.
105
DAFTAR PUSTAKA
Al Abbasy, Anwar. 2012. Micro & Macroeconomics Determinants of NAV OF
Islamic Equity Unit Trust Funds In Malaysia: Qualitative Approach. Kuala
Lumpur. International Journal Economics And Business
Afza dan Nafees. 2014. Relationship Between NAV of Equity Funds and
MAcroeconomic Variables in Pakistan. Lahore. Vidyabharati Internasional
Interdisciplinary Reserach Journal
Agustina, Rena. 2015. Analisis Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS), Inflasi, dan Jakarta Islamic Index (JII) Terhadap Nilai Aktiva
Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang. Skripsi. Palembang:
Universitas Islam Negri Raden Fatah
Ajija, Sochrul R dkk. 2011. Cara Cerdas Menguasai Eviews. Jakarta: Salemba
Empat
Al Arif, M. Nur Rianto. 2015. Pengantar Ekonomi Syariah Teori dan Praktik.
Bandung : CV Pustaka Setia
Albab, Ulul. 2016. Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Jumlah Uang Beredar,
dan Jakarta Islamic Index (JII) Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana
Syariah. Skripsi. Jakarta.: Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Ali, Kasyfurrohman dan Irfan Syauqi Beik. 2012. Pengaruh Makroekonomi
Terhadap Reksadana Syariah. Bogor: Jurnal Ekonomi Islam Republika
106
Ambarini, Lestari. 2015. Ekonomi Moneter. Bogor: In Media
Ardiyanto, Ferdy dan Ma'ruf, Ahmad. 2014. Pergerakan Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Dolar Amerika Dalam Dua Periode Penerapan Sistem Nilai
Tukar. Yoyakarta. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan. Volume 15.
Nomer 2.
Arifin, Zainul. 2012. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Tangerang : Pustaka
Alvabet
Aziz, Abdul. 2010. Manajemen Investasi Syariah. Bandung: Alfabeta, cv
Basuki, Agus Tri dan Prawoto, Nano. 2016. Analisis Regresi Dalam Penelitian
Ekonomi &Bisnis. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Jakarta: Rajawali
Press.
Boutayeba, Faical dkk. 2014. Annales Ethic in Economic Life. University Of
Saida: Aljazair. Jurnal Vol 17 No 4
Dewan Syariah Nasional MUI. "Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI,
Jakarta, 2003.
Gusnaini, Darman. 2016. Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap
Pertumbuhan Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah Di Indonesia.
Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Hamid, Abdul. 2009. Pasar Modal Syariah. Jakarta : Lembaga Penelitian UIN
Jakarta
Hakim, Lukman. 2012. Prinsip-Prinsip ekonomi Islam. Surakarta : Erlangga
107
Hasoloan, Jimmy. 2014. Ekonomi moneter. Yogyakarta: Deepublish
Huda,Nurul dan Edwin, Mustafa. 2007. Investasi Pasar Modal Syariah. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group.
Idris, Amiruddin. 2016. Ekonomi publik. Yogyakarta: Deepublish
Madura, jeff. 2007. Pengantar Bisnis. Jakarta: Salemba Empat
Micahel Makau, Musembi. 2016. Effect of Macroeconomics Variables on
Financial Performance of Unit Trust in Kenya. Nairobi. Research Journal
of Finance and Accounting
Muchtar, Muhammad Alhidadi. 2005. Analisis Pengaruh SBI, Jumlah Uang
Beredar, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Kinerja Reksadana
Saham Di Indonesia Periode 1999.07-2004.11. Skripsi, Fakultas Ekonomi
Universitas Padjajaran Bandung
Mohammed, Wan Shahidah W dkk. 2013. Macroeconomics Fundamentals and
Unit Investment Trust In Malaysia. Terengganu. Science Journal
(Enhaching Emerging Market Compentitiveness in the Global
economy):53-56
Naf'an. 2014. Ekonomi Makro Tinjauan Ekonomi Syariah. Yogyakarta : Graha
Ilmu
Nur Aviva, Iza. 2016. Pengaruh jumlah uang beredar (JUB), Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS), Dan Jakarta Islamic Index (JII) Terhadap Nilai
108
Aktiva Bersih Reksadana Syariah Periode 2011-2015. Jakarta. Jurnal
Akuntansi
Perry Warjiyo, solikin. 2017. Kebijakan Moneter Indonesia. Jakarta : Pusat
Pendidikan Dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia
Peraturan Bank Indonesia. 2014. Operasi Moneter Syariah. Jakarta. No 16/12.
PNM Investment Management. 2016. Pembaharuan Prospektus Reksadana PNM
Ekuitas Syariah. Jakarta: PNM Investment Management
Priadana, Moh. Sidik dan Muis, Saludin. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi
Dan Bisnis. Yogyakarta. Graha Ilmu
Putong, Iskandar. 2015. Ekonomi Makro: Pengantar Ilmu Ekonomi Makro.
Jakarta. Buku & Artikel Karya Iskandar Putong.
Rachman, Ainur dan Imron Mawardi. 2015. Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah,
BI Rate Terhadap Net Asset Value Reksadana Saham Syariah. Surabaya.
Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol 2 No 12
Rahmah, Layaly. 2011. Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),
Indeks Harga Saham Gabnungan (IHSG), dan Nilai Tukar Rupiah terhadap
Nilai Aktiva Bersih Dareksa Syariah Berimbang Periode Januari 2008-
Oktober 2010. Skripsi. Jakarta.: Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah
Rodoni, Ahmad. 2009. Investasi Syariah. Jakarta : Lembaga Penelitian UIN
Jakarta
109
Rozalinda. 2014. Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya Pada Aktivitas Ekonomi.
Jakarta: Rajawali Pers
Samuelson, Paul A dan Nordhaus, William D. 1985. Ekonomi. Edisi Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Safari, Menik Fitriani. 2016. Analisis Pengaruh Ekspor, Pembentukan Modal, Dan
Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Saraswati, Fitria. 2013. Analisis Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah,
Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah uang Beredar terhadap Nilai
Aktiva Bersih Reksadana Syariah. Skrpsi. Jakarta.: Universitas Islam
Negri Syarif Hidayatullah
Setyarani, Febrian Dwi. 2015. Pengaruh SBIS, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah,
Jumlah Uang Beredar, dan IHSG terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana
Syariah Priose 2009-2013. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Negri
Islam Sunan kalijaga
Simorangkir, Iskandar. 2014. Pengantar Kebanksentralan: Teori dan Praktik di
Indonesia. Jakarta: Rajawalin pers
Soemitra, Andri. 2009. Bank Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta : Kencana
Prenadamedia Group
110
Solikin, Suseno . 2017. Uang: Pengertian, Penciptaan dan Peranannya dalam
Perekonomian . Jakarta : Pusat Pendidikan Dan Studi Kebanksentralan
(PPSK) Bank Indonesia
Sujoko. 2009. Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, Kurs Mata Uang, IHSG dan
Dana Kelola Terhadap Imbal Hasil Reksadana Saham. Surabaya. Jurnal
Ekonomi dan Manajemen. Volume 5. Nomer 2
Sukirno, Sadono. 2010. Makroekonomi. Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada
Virlandana, Reno dan Hermana, Budi.2005. Hubungan Antara Reksa Dana
Syariah, Nisbah Bank Syariah dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia pada
Periode Januari 2001-Desember 2004. Jakarta. Proceeding Seminar
Nasional PESAT
www.bi.go.id
www.dream.co.id
www.katadata.com
www.kemendag.go.id
www.ojk.go.id
111
111
LAMPIRAN
1. Data Observasi Sebelum Log
NAB PNMES SBIS KURS INFLASI JUB
1484,39 4,88 13350,57 3,65 2857126,93
1540,51 3,82 13243,95 3,56 2852004,94
1568,83 3,83 12952,24 3,97 2914194,47
1554,32 3,93 13052,71 4,5 2929610,37
1396,18 4,24 13099,09 4,45 2994474,39
1389,16 4,32 13053,12 4,53 3052786,1
1457,85 4,46 13288,41 4,56 3057335,75
1349,92 4,54 13352,6 4,58 3091568,49
1413,38 4,67 13113,9 4,31 3128179,27
1491,61 4,75 13127,14 4,61 3164443,15
1548,07 4,77 13448,2 4,32 3207908,29
1496,10 4,8 13819,75 4,3 3307507,55
1495,36 4,84 13785,45 4,57 3268789,15
1576,63 4,86 13604,19 5,31 3280420,25
1641,92 4,87 13726,95 5,9 3322528,96
1739,76 4,89 14324,19 5,57 3360928,07
1828,74 5,02 13712,8 5,47 3426304,92
1655,49 5,28 13307,79 5,9 3413378,66
1547,15 5,52 13246,52 8,61 3506573,6
1481,25 5,82 13074,79 8,79 3502419,8
1478,50 6,96 12882,9 8,4 3584080,54
1527,47 6,97 13001,55 8,32 3576869,35
1428,20 7,22 12686,16 8,37 3615972,96
1405,36 7,22 12516,24 8,38 3730197,02
1393,29 7,23 12376,1 8,22 3652349,28
1465,77 7,17 12097,35 7,75 3643059,46
1543,91 7,13 12084,17 7,32 3660605,98
1570,28 7,14 11831,18 7,25 3730376,45
1600,05 7,15 11648,1 7,32 3789278,64
1588,62 7,14 11630,61 6,7 3865890,61
1660,64 7,09 11833,14 4,53 3895981,2
1652,77 6,97 11468,17 3,99 3895374,36
1641,19 6,88 11378,55 4,53 4010146,66
1599,52 6,85 11369,95 4,83 4024488,87
1629,99 6,87 11875,45 6,23 4076669,88
1684,26 6,9 12118,75 8,36 4173326,5
1700,79 6,93 12026,65 6,96 4174825,91
1704,60 6,67 11554,95 6,29 4218122,76
1661,88 6,65 11309,95 6,38 4246361,19
1567,62 6,65 11289,52 6,79 4275711,11
1598,10 6,65 10519,72 7,15 4288369,26
1491,49 6,65 10023,09 7,26 4358801,51
112
1423,76 6,65 9832,05 7,26 4373208,1
1306,72 6,75 9711,91 7,18 4404085,03
1230,92 7,1 9675,14 6,83 4508603,17
1236,17 7,1 9660,74 6,25 4443078,08
1183,38 7,1 9638,25 4,89 4452324,65
1207,79 7,1 9639,1 3,35 4546743,03
1226,75 6,65 9597,83 4,14 4498361,28
1275,33 6,55 9579,95 4,42 4521951,2
1311,41 6,6 9549,14 4,45 4561872,52
1319,69 6,6 9518,45 3,6 4581877,87
1319,79 6,6 9452,53 3,33 4614061,82
1403,92 6,4 9409,59 3,45 4737451,23
1464,70 6,4 9404,14 3,21 4730379,68
1482,83 6,4 9243,9 2,79 4746026,68
1447,15 6,15 9129,5 3,07 4737630,76
1461,23 5,9 9119,38 3,31 4778478,89
1380,14 5,9 8980,71 3,58 4868651,16
1387,19 5,9 9063,52 3,02 5004976,79
1363,21 5,9 13845,5 3,49 4936881,99
1362,51 5,9 13840,84 3,83 4942919,76
1399,9 5,9 13858,71 3,61 5017643,55
2. Data Observasi Setelah Di Log
NAB PNMES SBIS KURS INFLASI JUB
3,17 4,88 4,13 3,65 6,46
3,19 3,82 4,12 3,56 6,46
3,2 3,83 4,11 3,97 6,46
3,19 3,93 4,12 4,5 6,47
3,14 4,24 4,12 4,45 6,48
3,14 4,32 4,12 4,53 6,48
3,16 4,46 4,12 4,56 6,49
3,13 4,54 4,13 4,58 6,49
3,15 4,67 4,12 4,31 6,5
3,17 4,75 4,12 4,61 6,5
3,19 4,77 4,13 4,32 6,51
3,17 4,8 4,14 4,3 6,52
3,17 4,84 4,14 4,57 6,51
3,2 4,86 4,13 5,31 6,52
3,22 4,87 4,14 5,9 6,52
3,24 4,89 4,16 5,57 6,53
3,26 5,02 4,14 5,47 6,53
3,22 5,28 4,12 5,9 6,53
3,19 5,52 4,12 8,61 6,54
3,17 5,82 4,12 8,79 6,54
3,17 6,96 4,11 8,4 6,55
3,18 6,97 4,11 8,32 6,55
3,15 7,22 4,1 8,37 6,56
3,15 7,22 4,1 8,38 6,57
113
3,14 7,23 4,09 8,22 6,56
3,17 7,17 4,08 7,75 6,56
3,19 7,13 4,08 7,32 6,56
3,2 7,14 4,07 7,25 6,57
3,2 7,15 4,07 7,32 6,58
3,2 7,14 4,07 6,7 6,59
3,22 7,09 4,07 4,53 6,59
3,22 6,97 4,06 3,99 6,59
3,22 6,88 4,06 4,53 6,6
3,2 6,85 4,06 4,83 6,6
3,21 6,87 4,07 6,23 6,61
3,23 6,9 4,08 8,36 6,62
3,23 6,93 4,08 6,96 6,62
3,23 6,67 4,06 6,29 6,63
3,22 6,65 4,05 6,38 6,63
3,2 6,65 4,05 6,79 6,63
3,2 6,65 4,02 7,15 6,63
3,17 6,65 4 7,26 6,64
3,15 6,65 3,99 7,26 6,64
3,12 6,75 3,99 7,18 6,64
3,09 7,1 3,99 6,83 6,65
3,09 7,1 3,99 6,25 6,65
3,07 7,1 3,98 4,89 6,65
3,08 7,1 3,98 3,35 6,66
3,09 6,65 3,98 4,14 6,65
3,11 6,55 3,98 4,42 6,66
3,12 6,6 3,98 4,45 6,66
3,12 6,6 3,98 3,6 6,66
3,12 6,6 3,98 3,33 6,66
3,15 6,4 3,97 3,45 6,68
3,17 6,4 3,97 3,21 6,67
3,17 6,4 3,97 2,79 6,68
3,16 6,15 3,96 3,07 6,68
3,16 5,9 3,96 3,31 6,68
3,14 5,9 3,95 3,58 6,69
3,14 5,9 3,96 3,02 6,7
3,13 5,9 4,14 3,49 6,69
3,13 5,9 4,14 3,83 6,69
3,15 5,9 4,14 3,61 6,7
114
3. Hasil Olahan EVIEWS 9.0
1. Uji Stasioneritas
Reksadana syariah pada Tingkat level dan first difference
Null Hypothesis: NABPNMES has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.384138 0.1504
Test critical values: 1% level -3.542097
5% level -2.910019
10% level -2.592645
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(NABPNMES) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.881593 0.0000
Test critical values: 1% level -3.542097
5% level -2.910019
10% level -2.592645
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
115
Jumlah Uang Beredar pada Tingkat level dan first difference
Null Hypothesis: JUB has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.448097 0.5529
Test critical values: 1% level -3.542097
5% level -2.910019
10% level -2.592645
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(JUB) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -11.95088 0.0000
Test critical values: 1% level -3.542097
5% level -2.910019
10% level -2.592645
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Nilai Tukar Rupiah pada Tingkat level dan first difference
Null Hypothesis: KURS has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.463173 0.5455
Test critical values: 1% level -3.540198
5% level -2.909206
10% level -2.592215
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
116
Inflasi pada Tingkat level dan first difference
Null Hypothesis: INF has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.176265 0.2169
Test critical values: 1% level -3.542097
5% level -2.910019
10% level -2.592645
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(INF) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.041506 0.0000
Test critical values: 1% level -3.544063
5% level -2.910860
10% level -2.593090
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Sertifikat Bank Indonesia Syariah pada Tingkat level dan first difference
Null Hypothesis: SBIS has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.709838 0.0782
Test critical values: 1% level -3.542097
5% level -2.910019
10% level -2.592645
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
117
Null Hypothesis: D(SBIS) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.696412 0.0000
Test critical values: 1% level -3.542097
5% level -2.910019
10% level -2.592645
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
2. Uji Lag Lenght
VAR Lag Order Selection Criteria
Endogenous variables: NABPNMES SBIS KURS INF JUB
Exogenous variables: C
Date: 11/07/17 Time: 21:22
Sample: 2012M01 2017M03
Included observations: 58
Lag LogL LR FPE AIC SC HQ
0 129.3178 NA 9.46e-09 -4.286821 -4.109196 -4.217632
1 475.5336 620.8008 1.47e-13 -15.36323 -14.29748* -14.94810*
2 496.0784 33.29667 1.75e-13 -15.20960 -13.25573 -14.44853
3 529.5203 48.43306* 1.37e-13* -15.50070* -12.65871 -14.39369
4 546.4342 21.57980 2.00e-13 -15.22187 -11.49176 -13.76891
5 577.9463 34.77204 1.90e-13 -15.44642 -10.82819 -13.64753
* indicates lag order selected by the criterion
LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level)
FPE: Final prediction error
AIC: Akaike information criterion
SC: Schwarz information criterion
HQ: Hannan-Quinn information criterion
3. Uji Stabilitas VAR
118
Roots of Characteristic Polynomial
Endogenous variables: NABPNMES SBIS KURS INF ...
Exogenous variables: C
Lag specification: 1 2
Date: 11/07/17 Time: 21:23
Root Modulus
0.983783 0.983783
0.952497 - 0.097479i 0.957472
0.952497 + 0.097479i 0.957472
0.746722 - 0.326548i 0.815001
0.746722 + 0.326548i 0.815001
-0.408987 0.408987
0.188283 - 0.361768i 0.407832
0.188283 + 0.361768i 0.407832
0.167816 0.167816
-0.035211 0.035211
No root lies outside the unit circle.
VAR satisfies the stability condition.
4. Uji Kointegrasi
Date: 11/07/17 Time: 21:34
Sample (adjusted): 2012M05 2017M03
Included observations: 59 after adjustments
Trend assumption: No deterministic trend (restricted constant)
Series: NABPNMES SBIS KURS INF JUB
Lags interval (in first differences): 1 to 3
Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)
Hypothesized Trace 0.05
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**
None * 0.504375 114.3817 76.97277 0.0000
At most 1 * 0.462836 72.96746 54.07904 0.0004
At most 2 * 0.293956 36.30186 35.19275 0.0378
At most 3 0.184366 15.76530 20.26184 0.1856
At most 4 0.061450 3.741717 9.164546 0.4519
Trace test indicates 3 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level
* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level
**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
5. Uji Kausalitas Granger
119
Pairwise Granger Causality Tests
Date: 11/07/17 Time: 21:26
Sample: 2012M01 2017M03
Lags: 3
Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob.
SBIS does not Granger Cause NABPNMES 60 0.19956 0.8962
NABPNMES does not Granger Cause SBIS 1.79054 0.1602
KURS does not Granger Cause NABPNMES 60 1.61522 0.1968
NABPNMES does not Granger Cause KURS 0.25927 0.8544
INF does not Granger Cause NABPNMES 60 0.07427 0.9736
NABPNMES does not Granger Cause INF 4.22525 0.0094
JUB does not Granger Cause NABPNMES 60 0.42832 0.7335
NABPNMES does not Granger Cause JUB 1.51750 0.2206
KURS does not Granger Cause SBIS 60 0.51386 0.6745
SBIS does not Granger Cause KURS 1.34508 0.2697
INF does not Granger Cause SBIS 60 7.93637 0.0002
SBIS does not Granger Cause INF 0.81344 0.4921
JUB does not Granger Cause SBIS 60 0.52401 0.6677
SBIS does not Granger Cause JUB 0.02814 0.9936
INF does not Granger Cause KURS 60 1.23945 0.3046
KURS does not Granger Cause INF 2.37811 0.0801
JUB does not Granger Cause KURS 60 1.80475 0.1575
KURS does not Granger Cause JUB 0.75565 0.5240
JUB does not Granger Cause INF 60 1.75917 0.1662
INF does not Granger Cause JUB 0.67844 0.5691
120
6. Estimasi VECM
Vector Error Correction Estimates
Date: 11/07/17 Time: 21:36
Sample (adjusted): 2012M05 2017M03
Included observations: 59 after adjustments
Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]
Cointegrating Eq: CointEq1
NABPNMES(-1) 1.000000
SBIS(-1) -0.015515
(0.01065)
[-1.45740]
KURS(-1) -2.104371
(0.25835)
[-8.14557]
INF(-1) 0.018886
(0.00655)
[ 2.88412]
JUB(-1) -1.345130
(0.21932)
[-6.13324]
C 14.27456
(2.33854)
[ 6.10406]
121
122
Error Correction: D(NABPNME... D(SBIS) D(KURS) D(INF) D(JUB)
CointEq1 -0.199595 0.798288 -0.124686 -0.340317 0.162985
(0.10648) (0.97887) (0.15362) (3.94506) (0.03223)
[-1.87451] [ 0.81552] [-0.81166] [-0.08626] [ 5.05748]
D(NABPNMES(-1)) 0.337759 -1.101387 0.054823 -5.838341 -0.084200
(0.15311) (1.40758) (0.22090) (5.67287) (0.04634)
[ 2.20595] [-0.78247] [ 0.24818] [-1.02917] [-1.81697]
D(NABPNMES(-2)) -0.014946 -0.159472 -0.179007 -2.450686 0.066361
(0.15732) (1.44624) (0.22696) (5.82868) (0.04761)
[-0.09501] [-0.11027] [-0.78870] [-0.42045] [ 1.39374]
D(NABPNMES(-3)) -0.022237 -0.801587 -0.199158 10.36916 -0.001250
(0.15247) (1.40167) (0.21997) (5.64903) (0.04615)
[-0.14584] [-0.57188] [-0.90539] [ 1.83557] [-0.02709]
D(SBIS(-1)) 0.000254 0.131712 -0.001473 0.601325 0.003424
(0.01653) (0.15201) (0.02385) (0.61262) (0.00500)
[ 0.01538] [ 0.86649] [-0.06175] [ 0.98157] [ 0.68423]
D(SBIS(-2)) -0.025891 0.285934 -0.019052 0.028864 0.005760
(0.01466) (0.13478) (0.02115) (0.54321) (0.00444)
[-1.76593] [ 2.12142] [-0.90073] [ 0.05314] [ 1.29807]
D(SBIS(-3)) 0.009860 -0.008686 -0.018174 -0.178012 0.007693
(0.01309) (0.12032) (0.01888) (0.48490) (0.00396)
[ 0.75341] [-0.07219] [-0.96255] [-0.36711] [ 1.94218]
D(KURS(-1)) -0.381064 1.101428 -0.110218 0.275574 0.279331
(0.25807) (2.37242) (0.37231) (9.56138) (0.07811)
[-1.47662] [ 0.46426] [-0.29603] [ 0.02882] [ 3.57632]
D(KURS(-2)) -0.189065 1.133601 -0.248691 -6.401745 0.316455
(0.20868) (1.91843) (0.30107) (7.73170) (0.06316)
[-0.90600] [ 0.59090] [-0.82603] [-0.82799] [ 5.01043]
D(KURS(-3)) -0.254496 -2.058712 0.300819 22.60511 0.174278
(0.36417) (3.34783) (0.52539) (13.4925) (0.11022)
[-0.69884] [-0.61494] [ 0.57256] [ 1.67538] [ 1.58121]
D(INF(-1)) 0.002304 0.040060 -0.001547 0.344370 0.000242
(0.00396) (0.03644) (0.00572) (0.14684) (0.00120)
[ 0.58140] [ 1.09949] [-0.27056] [ 2.34516] [ 0.20166]
D(INF(-2)) -8.06E-05 0.102937 0.001162 -0.189742 -0.000505
(0.00385) (0.03538) (0.00555) (0.14260) (0.00116)
[-0.02095] [ 2.90925] [ 0.20920] [-1.33060] [-0.43376]
D(INF(-3)) 0.002750 -0.033407 -0.001101 -0.115270 -0.001673
(0.00420) (0.03861) (0.00606) (0.15560) (0.00127)
[ 0.65481] [-0.86529] [-0.18163] [-0.74081] [-1.31642]
D(JUB(-1)) 0.162512 -3.851845 1.272640 -14.01167 -0.532700
(0.43094) (3.96168) (0.62172) (15.9665) (0.13043)
[ 0.37711] [-0.97227] [ 2.04696] [-0.87757] [-4.08425]
D(JUB(-2)) 0.815375 -1.110875 0.812640 -11.45260 -0.242010
(0.48118) (4.42351) (0.69420) (17.8277) (0.14563)
[ 1.69454] [-0.25113] [ 1.17062] [-0.64240] [-1.66179]
D(JUB(-3)) 0.484273 0.319521 -0.287897 21.71585 0.053977
(0.45326) (4.16682) (0.65392) (16.7932) (0.13718)
[ 1.06843] [ 0.07668] [-0.44027] [ 1.29313] [ 0.39347]
R-squared 0.294869 0.451013 0.168974 0.356068 0.474691
Adj. R-squared 0.048894 0.259506 -0.120919 0.131441 0.291444
Sum sq. resids 0.014930 1.261749 0.031075 20.49420 0.001368
S.E. equation 0.018633 0.171298 0.026882 0.690369 0.005640
F-statistic 1.198774 2.355073 0.582883 1.585152 2.590443
Log likelihood 160.6000 29.71127 138.9751 -52.52421 231.1139
Akaike AIC -4.901694 -0.464789 -4.168647 2.322854 -7.291998
Schwarz SC -4.338294 0.098611 -3.605247 2.886254 -6.728598
Mean dependent -0.000678 0.033390 0.000339 -0.015085 0.003898
S.D. dependent 0.019106 0.199063 0.025391 0.740767 0.006700
Determinant resid covariance (dof adj.) 8.28E-14
Determinant resid covariance 1.70E-14
Log likelihood 516.6721
Akaike information criterion -14.59905
Schwarz criterion -11.57078
123
7. Uji IRF
-.01
.00
.01
.02
.03
.04
2 4 6 8 10
Response of NABPNMES to NABPNMES
-.01
.00
.01
.02
.03
.04
2 4 6 8 10
Response of NABPNMES to SBIS
-.01
.00
.01
.02
.03
.04
2 4 6 8 10
Response of NABPNMES to KURS
-.01
.00
.01
.02
.03
.04
2 4 6 8 10
Response of NABPNMES to INF
-.01
.00
.01
.02
.03
.04
2 4 6 8 10
Response of NABPNMES to JUB
-.4
-.2
.0
.2
.4
2 4 6 8 10
Response of SBIS to NABPNMES
-.4
-.2
.0
.2
.4
2 4 6 8 10
Response of SBIS to SBIS
-.4
-.2
.0
.2
.4
2 4 6 8 10
Response of SBIS to KURS
-.4
-.2
.0
.2
.4
2 4 6 8 10
Response of SBIS to INF
-.4
-.2
.0
.2
.4
2 4 6 8 10
Response of SBIS to JUB
-.02
.00
.02
.04
.06
2 4 6 8 10
Response of KURS to NABPNMES
-.02
.00
.02
.04
.06
2 4 6 8 10
Response of KURS to SBIS
-.02
.00
.02
.04
.06
2 4 6 8 10
Response of KURS to KURS
-.02
.00
.02
.04
.06
2 4 6 8 10
Response of KURS to INF
-.02
.00
.02
.04
.06
2 4 6 8 10
Response of KURS to JUB
-0.5
0.0
0.5
1.0
1.5
2 4 6 8 10
Response of INF to NABPNMES
-0.5
0.0
0.5
1.0
1.5
2 4 6 8 10
Response of INF to SBIS
-0.5
0.0
0.5
1.0
1.5
2 4 6 8 10
Response of INF to KURS
-0.5
0.0
0.5
1.0
1.5
2 4 6 8 10
Response of INF to INF
-0.5
0.0
0.5
1.0
1.5
2 4 6 8 10
Response of INF to JUB
-.02
-.01
.00
.01
.02
2 4 6 8 10
Response of JUB to NABPNMES
-.02
-.01
.00
.01
.02
2 4 6 8 10
Response of JUB to SBIS
-.02
-.01
.00
.01
.02
2 4 6 8 10
Response of JUB to KURS
-.02
-.01
.00
.01
.02
2 4 6 8 10
Response of JUB to INF
-.02
-.01
.00
.01
.02
2 4 6 8 10
Response of JUB to JUB
Response to Cholesky One S.D. Innovations
124
8. Uji FEVD
Variance Decomposition of NABPNMES:
Perio... S.E. NABPNMES SBIS KURS INF JUB
1 0.018633 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.028961 99.21533 0.075571 0.083351 0.044276 0.581474
3 0.037419 92.98592 0.475137 2.684754 0.288855 3.565332
4 0.044910 85.11635 0.361294 7.589788 0.290247 6.642320
5 0.053040 74.22617 0.260991 18.03682 0.403184 7.072839
6 0.063195 61.19340 0.200808 30.83043 0.513163 7.262189
7 0.072714 52.29069 0.152102 38.80872 0.593539 8.154953
8 0.080883 46.29015 0.163651 44.64085 0.556579 8.348764
9 0.088948 41.45214 0.201016 49.67113 0.550030 8.125683
10 0.095916 38.59224 0.262211 52.31645 0.652256 8.176841
11 0.102008 37.08543 0.412491 53.56198 0.723822 8.216275
12 0.107633 36.23364 0.584019 54.30314 0.756516 8.122683
13 0.112438 36.07627 0.737220 54.21550 0.814981 8.156026
14 0.116678 36.30707 0.895206 53.73657 0.864313 8.196833
15 0.120800 36.66658 1.017462 53.26288 0.888807 8.164270
Variance Decomposition of SBIS:
Perio... S.E. NABPNMES SBIS KURS INF JUB
1 0.171298 4.181610 95.81839 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.264168 6.526417 90.94413 0.088491 1.528118 0.912842
3 0.392293 7.134535 82.00831 0.040398 9.847443 0.969317
4 0.525007 9.717024 72.40936 4.055077 12.46597 1.352574
5 0.654587 10.88537 65.01281 7.797844 13.87086 2.433120
6 0.762610 10.35702 63.62400 8.565302 14.33817 3.115506
7 0.868600 9.143263 62.04522 11.53245 14.16460 3.114467
8 0.969683 8.168885 59.88052 14.26162 14.51160 3.177370
9 1.062994 7.569737 58.77003 15.39525 14.89889 3.366090
10 1.153810 7.036941 58.19538 16.64608 14.83148 3.290128
11 1.238840 6.652741 57.77854 17.43258 14.87788 3.258256
12 1.316344 6.374518 57.86298 17.37639 15.10700 3.279110
13 1.391544 6.175416 58.05685 17.38347 15.18429 3.199975
14 1.462842 6.084551 58.08613 17.39119 15.28783 3.150305
15 1.528866 6.036678 58.29601 17.06203 15.45636 3.148918
Variance Decomposition of KURS:
Perio... S.E. NABPNMES SBIS KURS INF JUB
1 0.026882 0.132529 0.012225 99.85525 0.000000 0.000000
2 0.041283 0.088033 0.095835 96.50977 0.110253 3.196113
3 0.051138 0.190470 0.159588 94.99696 0.071934 4.581049
4 0.067318 0.523175 0.514686 95.98907 0.044312 2.928754
5 0.081472 0.451649 0.499618 95.82070 0.204509 3.023528
6 0.090852 0.420502 0.912323 94.86165 0.374814 3.430715
7 0.101311 0.359114 1.595353 94.67978 0.336429 3.029320
8 0.109882 0.305646 1.950563 94.37083 0.405087 2.967876
9 0.115280 0.278461 2.560752 93.50744 0.532344 3.121007
10 0.120960 0.269069 3.232529 92.97629 0.538678 2.983436
11 0.125916 0.308372 3.610741 92.56504 0.578632 2.937215
12 0.129264 0.364092 4.043541 91.91671 0.641103 3.034552
13 0.132817 0.415676 4.470033 91.48765 0.637463 2.989179
14 0.136349 0.486795 4.674733 91.23127 0.639687 2.967511
15 0.139136 0.552549 4.861995 90.88781 0.659443 3.038202
125
Variance Decomposition of INF:
Perio... S.E. NABPNMES SBIS KURS INF JUB
1 0.690369 0.757825 1.319201 3.963251 93.95972 0.000000
2 1.185749 4.543335 3.219825 4.504240 87.38954 0.343062
3 1.516548 9.603811 4.233098 2.945709 82.39532 0.822063
4 1.811242 8.750025 4.707857 11.83166 74.07503 0.635423
5 2.112925 6.834075 4.869507 22.96250 64.80561 0.528299
6 2.372879 5.632794 4.467577 28.98548 60.08859 0.825564
7 2.676408 5.091999 3.712078 35.94718 54.46159 0.787156
8 2.978538 4.680288 3.151938 42.39525 48.95296 0.819563
9 3.229457 4.373620 2.782498 46.50716 45.38299 0.953735
10 3.474447 4.053808 2.416699 49.89603 42.69375 0.939718
11 3.697072 3.771462 2.141354 52.34507 40.79738 0.944733
12 3.865262 3.618876 1.959254 53.45004 39.98810 0.983729
13 4.021040 3.461358 1.813396 54.22250 39.54246 0.960290
14 4.166069 3.281197 1.689524 54.87679 39.21364 0.938847
15 4.283867 3.136273 1.597898 55.02669 39.28963 0.949501
Variance Decomposition of JUB:
Perio... S.E. NABPNMES SBIS KURS INF JUB
1 0.005640 13.16794 1.943934 0.001378 2.331535 82.55522
2 0.006674 16.73120 2.168008 3.557678 14.97810 62.56502
3 0.009012 35.19740 4.055852 2.393417 22.09095 36.26238
4 0.012114 36.40693 5.911659 15.53724 18.17871 23.96546
5 0.017001 31.59959 3.406108 35.56246 16.45819 12.97365
6 0.021621 30.59480 3.030406 41.07463 17.25896 8.041201
7 0.027274 28.12817 2.931447 49.32473 14.52872 5.086927
8 0.033574 26.03910 2.740603 55.02221 12.81000 3.388089
9 0.039211 25.27361 2.824085 56.89158 12.52426 2.486468
10 0.044960 24.33600 3.166674 58.57651 12.02843 1.892390
11 0.050513 23.30423 3.480233 60.02536 11.68903 1.501148
12 0.055325 22.81895 3.863442 60.24163 11.82369 1.252294
13 0.059834 22.46886 4.375157 60.17233 11.91145 1.072201
14 0.064112 22.01851 4.794248 60.24983 12.00067 0.936737
15 0.067879 21.76016 5.186266 59.94073 12.27686 0.835977
Cholesky Ordering: NABPNMES SBIS KURS INF JUB