Penetapan Kadar
description
Transcript of Penetapan Kadar
UJI FITOKIMIA DAUN OTIKAI (Alphitonia sp.)ASAL KABUPATEN PANIAI PROVINSI PAPUA
OlehDeya Ebta Jeimo
200744005
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL HUTANFAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS NEGERI PAPUAMANOKWARI
2011
UJI FITOKIMIA DAUN OTIKAI (Alphitonia sp.)ASAL KABUPATEN PANIAI PROVINSI PAPUA
OlehDeya Ebta Jeimo
200744005
SkripsiSebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana KehutananPada
Fakultas Kehutanan Universitas Negeri Papua
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL HUTANFAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS NEGERI PAPUAMANOKWARI
2011
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Uji Fitokimia Daun
Otikai (Alphitonia sp.) Asal Kabupaten Paniai Provinsi Papua” adalah karya sendiri
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam tubuh tulisan dan dicantumkan
dalam daftar pustaka pada bagian akhir skripsi ini. Apabila dikemudian hari terbukti
bahwa apa yang saya nyatakan tidak sesuai, maka saya bersedia menerima pembatalan
skripsi ini dan pencabutan gelar sarjana.
Manokwari, Juli 2011
Deya Ebta Jeimo200744005
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Uji Fitokimia Daun Otikai (Alphitonia sp.) AsalKabupaten Paniai Provinsi Papua
Nama : Deya Ebta JeimoNim : 200744005Program Studi : Teknologi Hasil HutanProgram Pendidikan : Strata 1
Menyetujui,Komisi Pembimbing
Ir. Susilo Budi Husodo, MP Dr. Cicilia M. E. Susanti, S.Hut M.SiPembimbing I Pembimbing II
Mengesahkan,
Ketua Program Studi DekanTeknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan
Yohanes , Y. Rahawarin, S.Hut, M.Sc Ir. Rudi A. Maturbongs, M.SiNip. 196410042001121001 Nip. 196404171992031003
Tanggal lulus : 07 Juli 2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas Kasih dan
Anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini dengan baik.
Laporan ini disusun berdasarkan hasil penelitian pada Laboratorium Teknologi Hasil
Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Negeri Papua.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat terwujud berkat bimbingan,
dukungan, dan motivasi dari pembimbing, maka dengan kerendahan hati
menyampaikan ucapan terimakasih setulus-tulusnya kepada Ir. Susilo Budi Husodo,
MP selaku pembimbing pertama dan pembimbing kedua Dr. Cicilia Maria Erna
Susanti S.Hut, M.Si
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Papua, Pembantu Rektor 3, Dekan Fakultas Kehutanan,
Ketua Jurusan Teknologi Hasil Hutan dan seluruh staf atas fasilitas dan
bantuannya kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Fakultas Kehutanan
Universitas Negeri Papua.
2. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) Departemen Pendidikan Nasional,
Bank Papua dan Pemda Kabupaten Paniai yang telah membiayai seluruh penelitian
ini.
i
3. Bapak Pramono, S.pt dan Bapak Anom Indrayaksa, S.Hut atas bantuannya dalam
penelitian.
4. Dani Youwe dan sahabatku Candida E Reyaan atas segala bantuan dan kerja
samanya selama penulis melakukan penelitian di laboratorium.
5. Teman-teman Forester 07 dan seluruh forester di lingkungan kampus buat
kekompakan dan persaudaraannya selama pendidikan;.
6. Teman-teman Teknologi Hasil Hutan angkatan 2007; Yoel, Ardi, Vivia, Marga,
Rokam, Rudy, Alfret, Marthen, Egi, Ray, Samuel atas bantuan dan kerja samanya.
7. Seluruh pekerja-pekerja Tuhan di Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) Unipa,
para motivator, alumni, dan senior atas doa dan semangatnya.
8. Seluruh penghuni asrama putri gamei: kak Nadin, kak Venny, kak Iwen, kak Iche,
kak Yali, kak Ella, kak Agu, kak Pidox, Eta, Mina atas suka dukanya dan seluruh
Anggota serta BP. Ikatan Mahasiswa Pegunungan Tengah (IMPT).
9. Keluarga Pendeta A. Marin, Jemaat KINGMI Kairos, Om Naftali Tobay, Om
Selpius Kudiai, mama Fransina Kudiai, kak Geri Yogi, Mama Ina Kudiai, kak Ikhe
serta kak Natan yang telah mendukung penulis dalam doa dan dana.
Secara khusus penulis persembahkan bagi papa tercinta Richard Jeimo (alm) dan
mama Yospina Kudiai yang senantiasa memberikan doa dan pengorbanan tiada
taranya, mama amadi (alm) serta kakak-kakakku, David Jeimo S.Pt, Albert Jeimo
dan adik-adikku Herlin, Lin Jeimo, dan Dina Jeimo.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukannya.
Manokwari, Juli 2011
Penulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jayapura pada tanggal 07 Desember 1988 sebagai anak ketiga
dari lima bersaudara dari Ayahanda bernama Richard Jeimo (almarhum) dan Ibunda
tercinta bernama Yospina Kudiai.
Penulis memulai pendidikan pada SD Negeri Impres Tanjung Ria Jayapura pada
tahun 1995 melanjutkan pendidikan pada tahun 2001 penulis melanjutkan pada SMP
Negeri 6 Jayapura. Pada tahun 2004 penulis melanjutkan ke SMA Negeri 2 Jayapura.
Pada tahun 2007 melalui jalur sesama penulis diterima dan terdaftar pada
Universitas Negeri Papua Fakultas Kehutanan, Jurusan Teknologi Hasil Hutan.
RINGKASAN
Deya Ebta Jeimo. Uji Fitokimia Daun Otikai (Alphitonia sp.) Asal KabupatenPaniai Provinsi Papua, dibimbing oleh Susilo Budi Husodo dan Cicilia Maria ErnaSusanti.
Otikai (Alphitonia sp.) merupakan salah satu jenis tumbuhan yang tumbuh tidak
jauh dari areal pemukiman masyarakat Suku Mee Paniai, dimanfaatkan secara
tradisional sebagai bahan yang membantu membersihkan tubuh dari kotoran. Tujuan
dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan mengkaji senyawa bahan alami
(metabolit sekunder) yang terkandung dalam daun otikai (Alphitonia sp.)
dimanfaatkan sebagai sabun mandi oleh masyarakat Suku Mee, Paniai.
Penelitian dilakukan pada Laboratorium Teknologi Hasil Hutan Fakultas
Kehutanan Universitas Negeri Papua. Metode yang digunakan adalah deskriptif
dengan teknik observasi yang akan dianalisa secara tabulasi dengan tabel dan gambar.
Hasil penelitian dengan uji kualitatif (fitokimia) menunjukkan daun otikai
(Alphitonia sp.) pada bagian daun muda positif kuat mengandung alkaloid, steroid,
tanin dan flavanoid serta positif kuat sekali mengandung saponin sedangkan pada
bagian pucuk daun positif mengandung flavanoid, positif kuat mengandung alkaloid,
steroid, tanin, dan saponin. Uji kuantitatif (spektrophotometer) menunjukkan daun
otikai mengandung alkaloid 0.33 mg/L, saponin 0,371 mg/L, steroid 0,36 mg/L,
flavanoid 0,36 dan tanin 0,322mg/L pada daun muda. Sedangkan pada bagian pucuk,
besar konsentrasinya adalah 0,326 mg/L (alkaloid), 0,371 mg/L (saponin), 0,259 mg/L
(steroid), 0,323 mg/L (flavanoid), dan 0,329 mg/L (tanin). Hasil faksinasi diperoleh
tiga fraksi, yang ditandai dengan perbedaan warna, yaitu hijau muda, kuning muda,
dan hijau kecoklatan. Dari uji KLT (Kromatografi Lapis Tipis) yang dilakukan ketiga
fraksi tersebut, didapatkan warna yang bercampur dan harus dilakukan fraksinasi
kembali untuk mendapatkan senyawa murni. Kandungan senyawa-senyawa yang
teridentifikasi diatas memiliki manfaat yang sangat baik terutama dalam dunia
pengobatan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.…………………………………………………..
DAFTAR ISI.…………………………………………………………….
DAFTAR TABEL..……………………………………………………....
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
PENDAHULUAN
Latar Belakang...............................................................................
Masalah.…….................................................................................
Tujuan…………………………………………………………….
TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuhan Otikai (Alphitonia sp.)……………………………......
Etnobotani…………………….......................................................
Senyawa Bahan Alam …….……………………...........................
Jenis-Jenis Senyawa Bahan Alam …………..................................
Peranan dan Peluang Senyawa Bahan Alam...................................
Isolasi Senyawa Bahan Alam..........................................................
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat…………....…………………………………..
Alat dan Bahan……………..…………………………………….
Metode Penelitian………..….……………………………………
Variabel Pengamatan....…………………………………..………
Pelaksanaan Penelitian..…………………..………………………
Analisa Data………………………………………………………
Halaman
v
viii
x
xi
1
2
2
3
5
6
6
10
11
14
14
15
15
15
20
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemanfaatan Daun Otikai oleh Masyarakat Suku Mee….………..
Hasil Uji Kualitatif (Fitokimia) dan Kuantitatif(Spektrophotometer) Ekstrak Daun Otikai...……………………...
Uji Kualitatif………………………………………………..
Uji Kuantitatif…………………………………....................
Proses Isolasi Daun Otikai………………………………………..
Ekstrak Daun Otikai………………………………………...
Fraksinasi…………………………………………………..
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan………………………………………………………..
Saran………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
21
22
22
30
33
33
35
37
38
xi
DAFTAR TABEL
Nomor
1. Panjang gelombang masing-masing senyawa....................................
2. Hasil uji fitokimia ……………………………...…...........................
3. Senyawa alkaloid yang dimanfaatkan dalam farmakologi…….........
4. Konsentrasi senyawa…………………………………………...........
5. Rendemen ekstraktif daun otikai (Alphitonia sp.)...………………...
Halaman
18
23
25
31
34
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks
1. a. Pohon otikai……………………………………………………….....
b. Daun otikai…………………………………………………………..
2. a. Phoenix 2200 DPCV UV-VIS Spektrophotometer…………………
b. Sampel daun otikai (1ppm)………………………………………….
3. a. Busa daun otikai (Alphitonia sp.)…………………………………..
b. Pemakaian daun otikai pada wajah………………………………......
4. Endapan putih menunjukkan adanya alkaloid………………….............
5. Terbentuknya busa menunjukan adanya saponin....................................
6. Warna hijau menunjukkan Adanya Tanin...............................................
7. Steroid ditunjukkan dengan adanya warna hijau…………………….....
8. Warna kuning pada lapisan butanol menujukkan adanyaflavanoid…………………………..…....................................................
9. a. Ektrak larut metanol……………………………………………........
b. Ekstrak kering………………………………………………………..
10. a. Fraksi kuning hasil fraksinasi……………………………………......
b. Hasil uji warna pada KLT…………………………………………...
Lampiran
1. Peta Kabupaten Paniai
Halaman
4
4
18
18
22
22
24
26
27
28
29
33
33
36
36
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Teknologi Hasil Hutan Fakultas
Kehutanan Universitas Negeri Papua, Manokwari. Penelitian telah berlangsung dari
tanggal 27 Februari sampai dengan 17 Juni 2011.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah kamera, hammermill, wadah kaca,
timbangan analitik (empat digit), gelas ukur, pipet tetes, pipet kapiler, spatula, sendok
pengaduk, rotary vacuum evaporator, hot-plate, tabung reaksi, erlenmeyer, labu ukur
(10-1000 ml), mortar, corong, statif, tabung reaksi dan rak tabung reaksi, cawan petri,
spectrophotometer 2200 PCV, kolom, oven dan alat tulis menulis.
Bahan yang digunakan adalah bagian daun muda dan pucuk daun otikai
(Alphitonia sp.), koran, metanol (CH3) teknis, aquades (H2O), kloroform, amoniak pa,
H2SO4 2 M pa, pereaksi meyer, eter pa, asam asetat (CH3COOH) pa, asam
sulfat(H2SO4) pa, serbuk mg, asam klorida (HCl) pa, butanol pa, FeCl3 1%, n-heksana
pa, toluena teknis, etanol pa, plat tipis aluminium (plat KLT), kertas label, dan kertas
saring.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif
dengan teknik observasi.
Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati adalah kandungan senyawa metabolit sekunder yaitu
alkaloid, flavanoid, saponin, triterpenoid/steroid, dan tanin.
Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan Sampel
Bagian pucuk dan daun muda tumbuhan otikai (Alphitonia sp.) diambil dari Desa
Timida Kabupaten Paniai, Papua. Sampel dijemur selama satu hari dan selanjutnya
dimasukkan dalam plastik untuk memudahkan dalam pengangkutan. Setelah
menempuh perjalanan selama dua hari dari tempat pengambilan, sampel dikeluarkan
untuk dikeringkan dengan cara jemur pada sinar matahari selama dua hari. Sampel
kemudian dihancurkan menjadi serbuk dengan menggunakan hammermill pada
Laboratorium Pengolahan Kayu Fakultas Kehutanan.
Ekstraksi
Serbuk daun otikai diekstraksi dengan perendaman menggunakan metanol
menggunakan perbandingan 1 : 3, selama tiga hari. Pada penelitian ini digunakan
pelarut metanol karena metanol merupakan pelarut polar yang dapat berinteraksi
dengan sampel. Metanol memiliki titik didih 64,5 °C. Ekstrak larut metanol yang
15
diperoleh, kemudian diuapkan menggunakan rotary vacuum evaporator pada suhu
65OC untuk menghilangkan kandungan metanol.
Rendemen ekstrak dapat diketahui dengan menghitung kandungan ekstrak kering
yang dilakukan dengan mengeringkan ekstrak larut metanol pada suhu 60oC selama
dua hari.
= × 100%Uji Kualitatif Kandungan Metabolit Sekunder pada Kedua Bagian Daun
1. Uji Alkaloid/Uji Meyer
Ekstrak kering sebanyak 0,05 gram ditambahkan 10 ml kloroform amoniak.
Kemudian disaring ke tabung reaksi. Filtrat ditambahkan 10 tetes asam sulfat 2
M dan dikocok sehingga terbentuk dua lapisan yakni lapisan asam dan basa.
Lapisan asam yang terdapat pada bagian atas dimasukkan pada tabung reaksi
yang lain dengan bantuan pipet. Filtrat tersebut ditambahkan 5 tetes pereksi
meyer. Adanya alkaloid ditunjukkan dengan terbentuknya endapan putih.
2. Uji Saponin/Uji Froth
Ekstrak kering sebanyak 0,05 gram diekstraksi dengan eter 3 kali dan fraksi
yang larut dalam eter dipisahkan. Sisa residu yang tidak larut dalam eter
ditambahkan 5 ml air lalu dikocok. Uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya
buih yang stabil selama kira-kira 15 menit.
16
3. Uji Steroid dan Triterpenoid/ Uji Lieberman-Bouchard
Fraksi yang larut dalam eter dari uji saponin dipisahkan, lalu ditambah asam
asetat glacial dan asam sulfat pekat. Steroid memberikan warna biru atau hijau,
sedangkan triterpenoid memberikan warna merah atau ungu.
4. Uji Flavanoid
Ekstrak kering sebanyak 0,05 gram ditambah 100 ml air panas, kemudian
disaring. Filtrate sebanyak 5 ml ditambahkan sedikit serbuk mg, 1ml HCl pekat
dan butanol kemudian dikocok kuat-kuat. Adanya flavanoid ditunjukkan dengan
terbentuknya warna merah, kuning atau jingga pada lapisan butanol.
5. Uji Tanin
Ekstrak kering sebanyak 0,05 gr dilarutkan dengan 1ml metanol, lalu
ditambahkan 5 tetes pereaksi FeCl3 1%. Uji positif ditunjukkan oleh
terbentuknya warna hijau, biru atau ungu.
Uji Spektrophotometer
Uji spektrophotometer dilakukan untuk mengetahui senyawa kimia secara
kuantitatif, menggunakan UV-VIS Spektrophotometer 2200 PCV (Gambar 2.a).
Tahapan pengerjaan sebagai berikut:
1. Ekstrak kering sebanyak 1 gram dilarutkan dalam aquades 1000 ml merupakan
larutan contoh (larutan 1 ppm) ditunjukkan pada Gambar 2.b.
2. Sementara itu aquades sebagai larutan blanko dimasukan ke dalam kuvet.
3. Larutan blanko dimasukkan ke dalam spectrophotometer.
17
Gambar 2. Uji spektrophotometer (a) Phoenix 2200 DPCV UV-VISSpektrophotometer ; (b) Sampel daun otikai (1ppm)
4. Panjang gelombang diatur berdasarkan panjang gelombang senyawa (alkaloid,
tanin, steroid/triterpenoid, flavanoid, dan saponin) yang akan diukur dalam
spektrophotometer (Tabel 1.).
5. Spektrophotometer diatur untuk pengukuran konsentrasi setiap senyawa dan
dinolkan.
6. Larutan contoh dimasukkan dan terbaca dengan pada spektrophotometer.
(a) (b)
Tabel 1. menunjukkan panjang gelombang masing-masing senyawa yang akan
digunakan dalam spektrophotometer.
Tabel 1. Panjang gelombang masing-masing senyawa.
No. Nama Senyawa Panjang Gelombang (nm)
1. Alkaloid 2702. Saponin 3403. Tanin 700
4. Steroid/Triterpenoid 226
5. Flavanoid 268
18
Konsentrasi masing-masing senyawa dapat diketahui dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Konsentrasi senyawa = Konsentrasi larutan (1 ppm) x Absorpbansi
Fraksinasi
Ekstrak larut metanol dari pucuk dan daun muda tumbuhan otikai selanjutnya
dilakukan fraksinasi (pemisahan) dengan teknik kromatografi lapis tipis (KLT).
Prosedur kerja pemisahan dengan teknik KLT adalah sebagai berikut (Rosamah,
2010):
1. Ekstrak kering, hasil ekstraksi dengan metanol sebelum difraksinasikan terlebih
dahulu ditentukan eluennya dengan kromatografi lapis tipis.
2. Plat digunting menjadi ukuran yang lebih kecil kemudian sampel diberikan pada
plat berupa bintik-bintik dengan menggunakan pipet kapiler.
3. Pelarut atau eluen yang digunakan adalah metanol-heksana (berupa pelarut polar
dan nonpolar agar tidak saling bercampur).
4. Pelarut dimasukkan dalam wadah dan dibiarkan selama 15 menit kemudian dilihat
hasilnya pada plat (bintik-bintik) jika terjadi pemisahan yang teratur maka pelarut
tersebut baik digunakan.
5. Kolom yang dirangkai dengan saringan dan wadah sebagai penampung eluat.
6. Ekstrak diteteskan sedikit pada lapisan tipis atau plat berupa bintik-bintik,
kemudian diuapkan dalam waktu singkat dengan dikering-anginkan.
Sumber: Sekolah Farmasi ITB ( 2006)
19
7. Setelah kering dimasukkan dalam vesel yang telah diberikan100 ml toluena.
Dinding vesel dilapisi dengan kertas saring putih, untuk memperoleh keadaan
jenuh uap dalam vesel dan ditutup kembali selama setengah jam.
8. Setelah larutan fase mobil, dalam hal ini toluen, telah naik kemudian plat tersebut,
dikeluarkan.
9. Setelah itu dikeringkan, dan diamati bintik- bintik pada plat dalam UV.
10. Agar bintik-bintik lebih mudah terlihat, plat disembur dengan campuran asam
sulfat dalam etanol atau metanol (kandungan H2SO4 kurang lebih 3%). Setelah
kering dipanaskan dalam oven pada suhu 120 oC selama lima menit atau lebih
lama hingga warna kelihatan dengan nyata, Jika bintik-bintik menunjukan warna
yang sama maka itu merupakan senyawa murni namun jika warna pada bintik
beragam maka masih merupakan senyawa gabungan.
Analisa Data
Data dari hasil pengamatan akan dianalisa secara tabulasi dan disajikan dalam
bentuk tabel dan gambar.
20
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil analisis kualitatif (fitokimia) menunjukkan bahwa daun otikai sangat
kuat mengandung saponin. Selain itu, tumbuhan ini positif kuat mengandung alkaloid,
steroid, flavanoid dan tanin.
Hasil uji kuantitatif menggunakan spetrophotometer diperoleh bahwa bagian
pucuk daun otikai mengandung 0.326 ppm alkaloid, 0,371 ppm saponin, 0,259 ppm
steroid, 0,323 ppm flavanoid, dan mengandung 0,329 ppm tanin. Sedangkan pada
bagian daun muda, mengandung 0,333 ppm alkaloid, 0,371 ppm saponin, 0,362 ppm
steroid, 0,362 ppm flavanoid, dan tanin sebesar 0,322 ppm. Hal ini menujukkan
bahwa kandungan saponin dalam daun otikai tidak berbeda dengan kandungan
senyawa lainnya.
Pemurnian ekstrak metanol daun otikai menggunakan KLT dengan eluen
methanol-heksan (rasio 7 : 3) diperoleh 3 fraksi (kelompok senyawa) yang
ditunjukkan dengan tiga kelompok warna yang berbeda (warna kuning muda, hijau
dan hijau kecoklatan).
Saran
Perlu diadakan penelitian lanjutan uji efiktivitas kandungan senyawa saponin
pada daun Otikai (Alphitonia sp.) dan senyawa-senyawa lain agar dapat digunakan
sebagai bahan dasar sabun dan pengobatan.
38
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, H. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Balai Pustaka.Jakarta.
Aria, P. 2009. Hormon Steroid. hhtp:// maswira. wordpress. com (15 April 2011).
Departemen Perikanan dan Kelautan RI. 2003. Saponin Pembasmi Hama Udang.http//dkp.go.id (20 Juni 2011).
Dinas Kehutanan Kabupaten Paniai. 2010. Kondisi dan Potensi Umum KabupatenPaniai Provinsi Papua. Paniai.
Fesenden, R dan Joan, F. 1 9 82 . Kimia Organik Edisi Ketiga. Penerbit:Erlangga. Surabaya.
Ginting, A. 2005. BioDegradasi Surfaktan Sodium Lauryl Sulfate (SLS) oleh BakteriBacillus lateroporus dan Pseudomonas aeruginosa dalam Reaktor Batch secaraAerob dengan Variasi Jenis Sumber Nitrogen. Department of EnvironmentalEngineering. http://id.answers.yahoo.com (12 April 2011).
Harborne, J. B. 1996. Metode Fitokimia. ITB. Bandung.
Herman, D. L. 2002. Pemanfaatan Tumbuhan Tradisional oleh Masyarakat di DesaAmbaidiru Kabupaten Yapen Waropen. Skripsi Sarjana Kehutanan, FapertaUncen, Manokwari (Tidak diterbitkan).
Husodo, S. B., Renny, P., Anom, I. 2010. Bahan Ajar Kimia Bahan Alam. UniversitasNegeri Papua. Manokwari (Tidak diterbitkan).
Kapissa, F. T. 2005. Pemanfaatan Jenis Tumbuh-Tumbuhan Obat oleh MasyarakatSoko Moor di Kampung Kama Pulau Moor Kabupaten Nabire. Skripsi SarjanaKehutanan, Universitas Negeri Papua, Manokwari (Tidak diterbitkan).
Keenan, R. 1992. Kimia untuk Universitas. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Lenny, S. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida, Alkaloida. USU Repository.http://id.answers.yahoo.com (12 April 2011).
Lepong, L. R. 2007. Kandungan Saponin Pada Tumbuhan Rhizophora mucronattaLamk dan Potensinya Sebagai Bahan Pengawet Alami Kayu. Skripsi SarjanaKehutanan, Universitas Negeri Papua, Manokwari (Tidak diterbitkan).
Marisan, K. E. 2007. Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Kasar Saponin asal Akar Tuba(Derris elliptica). Skripsi Sarjana Jurusan Kimia, Universitas Negeri Papua,Manokwari (Tidak diterbitkan).
Numberi, L. M. 2009. Senyawa Kimia Aktif Keben (Barringtonia asiatica Kurz.)Sebagai Bahan Antiseptik (Obat Kumur). Skripsi Sarjana Kehutanan,Universitas Negeri Papua (Tidak diterbitkan).
Putra, E. S. 2007. Alkaloid : Senyawa Organik Terbanyak di Alam. Kimia Indonesia.Chem-is-try Org, http://www.google.co.id (30 Juni 2011).
Rahayu, S. S. 2009. Ekstraksi. Situs Kimia Indonesia Chem-is-try.Org,http://www.google.co.id (29 Juni 2011).
Ragan, N., Fuad, K., M, Ihsan. 2010. Memanfaatkan Minyak Goreng BekasSebagai Bahan Baku Pembuatan Sabun. Http://answer.yahoo.com (11 April2011).
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. ITB. Bandung.
Rosamah, Enih. 2008. Petunjuk Praktikum Kimia Bahan Alam. UniversitasMulawarman, Samarinda (Tidak diterbitkan).
Sekolah Farmasi ITB. 2006. Detail Penelitian Obat Bahan Alamhttp://bahan-alam.fa.itb.ac.id (30 Februari 2011).
Situmorang, H. Maris. 2009. Ekstrak Tanin dari Daun Akway (Drymis PipertitaHook) Sebagai Antibakteri. Skripsi Sarjana. FMIPA, Universitas NegeriPapua, Manokwari (Tidak diterbitkan).
Subroto Ahkam dan Hendro Saputro. 2008. Gempur Penyakit dengan Sarang Semut.www.deherba.com (20 Juni 2011).
Wikipedia. 2008. Deskripsi Alphitonia sp. http://www.google.co.id (10 Maret 2011).