Penetapan Kadar Nifedipin Dalam Sed Tablet

download Penetapan Kadar Nifedipin Dalam Sed Tablet

of 67

Transcript of Penetapan Kadar Nifedipin Dalam Sed Tablet

  • Rina Afriyana Sirait : Penerapan Metode Spektrofotometri Ultraviolet Pada Penetapan Kadar Nifedipin Dalam Sediaan Tablet, 2009.

    PENERAPAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET PADA PENETAPAN KADAR NIFEDIPIN

    DALAM SEDIAAN TABLET

    SKRIPSI

    Oleh:

    RINA AFRIYANA SIRAIT NIM 050804018

    FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN 2009

  • Rina Afriyana Sirait : Penerapan Metode Spektrofotometri Ultraviolet Pada Penetapan Kadar Nifedipin Dalam Sediaan Tablet, 2009.

    PENERAPAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET PADA PENETAPAN KADAR NIFEDIPIN

    DALAM SEDIAAN TABLET

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Mencapai

    Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

    Oleh: RINA AFRIYANA SIRAIT

    NIM 050804018

    FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN 2009

  • Rina Afriyana Sirait : Penerapan Metode Spektrofotometri Ultraviolet Pada Penetapan Kadar Nifedipin Dalam Sediaan Tablet, 2009.

    PENGESAHAN SKRIPSI

    PENERAPAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET PADA PENETAPAN KADAR NIFEDIPIN

    DALAM SEDIAAN TABLET

    Oleh: RINA AFRIYANA SIRAIT

    NIM 050804018

    Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Fakultas Farmasi

    Universitas Sumatera Utara Pada tanggal: Agustus 2009

    Pembimbing I, (Dra. Nurmadjuzita, M.Si., Apt.) NIP 194809041974122001 Pembimbing II, (Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si.,Apt.) NIP 19520041980031002

    Panitia Penguji, (Drs. Chairul Azhar Dalimunthe, M.Sc., Apt.) NIP 194907061980021001 (Dra. Nurmadjuzita, M.Si., Apt.) NIP 194809041974122001 (Drs. Syafruddin, MS., Apt.) NIP 194811111976031003 (Dra. Salbiah, M.Si., Apt.) NIP 194810031987012001

    Dekan, (Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.) NIP 195311281983031002

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Wr.Wb.

    Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

    nikmat, rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat mengerjakan

    penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik, juga shalawat

    beserta salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.

    Penulis mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan

    yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Pachry Sirait dan Ibunda Nuraisyah

    Sinaga, serta saudaraku Rini Apryani Sirait dan Pebriansyah Sirait atas segala

    doa, kasih sayang, dorongan moril maupun materil kepada penulis selama ini.

    Semoga Allah SWT selalu melindungi kalian semua.

    Dengan segala ketulusan hati penulis juga menyampaikan terimakasih

    yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas

    Farmasi, beserta seluruh staf, yang telah memberikan fasilitas dan

    membantu kelancaran pendidikan penulis selama perkuliahan hingga

    selesai.

    2. Ibu Dra. Nurmadjuzita, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. Fathur Rahman

    Harun, M.Si., Apt. selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu dan

    kesabaran yang begitu besar dalam membimbing penulis selama penelitian

    hingga selesainya penulisan skripsi ini.

    3. Bapak/Ibu Pembantu Dekan, Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas

    Farmasi USU yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan dan

  • vIbu Dra. Lely Sari Lubis M.Si., Apt. selaku penasehat akademik yang telah

    memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama ini.

    4. Bapak Drs. Chairul Azhar Dalimunthe, M.Sc., Apt., Bapak Drs.

    Syafruddin, MS., Apt., dan Ibu Dra. Salbiah, M.Si., Apt., selaku dosen

    penguji yang telah memberikan kritikan, saran dan arahan kepada penulis

    dalam menyelesaikan skripsi ini.

    5. Bapak dan Ibu Staf Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif yang telah

    memberikan petunjuk dan saran serta fasilitas laboratorium selama penulis

    melakukan penelitian.

    6. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Farmasi khususnya Stambuk 2005 dan

    buat sahabat-sahabatku Gema, Devi, Syabrina, Inayah, atas dukungan,

    semangat, bantuan dan persahabatan selama ini serta seluruh pihak yang

    tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak

    memberikan bantuan, motivasi dan inspirasi bagi penulis selama masa

    perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini.

    Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Untuk itu saran

    dan kritik diharapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata

    penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat

    bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

    Wassalamualaikum Wr.Wb

    Medan, Agustus 2009 Penulis (Rina Afriyana Sirait)

  • vi

    Penetapan Kadar Nifedipin Dalam Sediaan Tablet

    Secara Spektrofotometri Ultraviolet

    Abstrak

    Tablet Nifedipin merupakan salah satu sediaan obat yang sering digunakan

    dalam pengobatan hipertensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menetapkan

    kadar nifedipin dalam sediaan tablet yang beredar di pasaran apakah memenuhi

    persyaratan mutu obat. Sehingga dengan kadar yang tepat obat dapat memberikan

    efek terapi yang dikehendaki.

    Penetapan kadar nifedipin dalam sediaan tablet dilakukan secara

    spektrofotometri ultraviolet dengan pelarut metanol pada panjang gelombang 235

    nm dan diuji validitasnya berdasarkan parameter akurasi (kecermatan) dengan

    metode penambahan baku (standard addition method), presisi (keseksamaan),

    batas deteksi (limit of detection), dan batas kuantitasi (limit of quantitation).

    Diperoleh kadar untuk tablet Nifedipin generik (Kimia Farma) sebesar

    107,75 % 1,970 tablet Nifedipin (Dexa Medica) sebesar 106,69% 1,095 dan

    tablet nama dagang; tablet Adalat (Bayer) sebesar 100,02% 3,066, tablet

    Cordalat (Kimia Farma) sebesar 100,26% 1,183, tablet Nifedin (Sanbe Farma)

    sebesar 105,75% 0,101, tablet Farmalat (Pratapa Nirmala)sebesar 100,76%

    2,041.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar nifedipin dalam sediaan tablet

    generik dan tablet dengan nama dagang memenuhi standar persyaratan tablet

    menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995) yaitu tidak kurang dari 90,0% dan

    tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

    Kata Kunci : nifedipin, penetapan kadar, spektrofotometri ultraviolet.

  • vii

    Determination of Nifedipine in the Tablet Using by

    Ultraviolet Spectrophotometry

    Abstract

    Nifedipine tablet is one of the drugs, which was used in medication, and

    therapy of hypertension. The purpose of this research was used to determination

    Nifedipine in the tablet, which circulates in the general whether it fulfilled

    requirement of drug quality, or not so that it will give the therapeutic effect.

    The determining of nifedipin in tablet was done by ultraviolet

    spectrophotometry using methanol as a solvent at wavelength 235 nm and tested

    it validity based on parameter accuracy using standard addition method, precision,

    limit of detection and limit of quatitation.

    Based on quantitative determination of nifedipine in generic tablet; Kimia

    Farma was 107.75% 1.970, Dexa Medica was 106.69% 1.095 and branded

    name; Adalat (Bayer) was 100.02% 3.066, Cordalat (Kimia Farma) was

    100.26% 1.183, Nifedin (Sanbe Farma) was 105,75% 0.101 and Farmalat

    (Pratapa Nirmala) was 100.76% 2.041.

    The result of research indicate that determining nifedipine in the generic

    tablet and branded name was fullfilled requirement of The Farmakope Indonesia

    Edisi IV (1995), not less than 90.0% and not more than 110.0% of the labelled

    amount.

    Key word : nifedipine, determination, ultraviolet spectorphotometry

  • viii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    JUDUL ............................................................................................................. i

    HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv

    ABSTRAK ........................................................................................................ vi

    ABSTRACT ..................................................................................................... vii

    DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi

    DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii

    BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

    1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1

    1.2. Perumusan Masalah .......................................................................... 2

    1.3. Hipotesis .......................................................................................... 3

    1.4. Tujuan ............................................................................................... 3

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 4

    2.1. Uraian Bahan .................................................................................. 4

    2.1.1. Sifat Fisika dan Kimia Nifedipin ............................................ 4

    2.1.2. Farmakologi ........................................................................... 5

    2.1.3. Efek Samping ........................................................................ 5

    2.1.4. Dosis ..................................................................................... 6

    2.1.5. Sediaan ................................................................................. 6

    2.2. Spektrofotometri Ultraviolet ........................................................... 7

  • ix

    2.2.1. Teori Spektrofotometri .......................................................... 7

    2.2.2. Hukum Lambert Beer................................................................9

    2.2.3. Penggunaan Spektrofotometri Ultraviolet ..............................10

    2.2.4. Peralatan Untuk Spektrofotometri ..13

    2.3. Validasi ........................................................................................ 14

    BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 16

    3.1. Alat-alat ....................................................................................... 16

    3.2. Bahan-bahan ................................................................................ 16

    3.3. Pengambilan Sampel .................................................................... 16

    3.4. Prosedur Penelitian ...................................................................... 17

    3.4.1. Pembuatan Larutan Induk Baku BPFI ............................ ... 17

    3.4.2. Penetapan Panjang Gelombang Serapan Maximum ........... 17 3.4.3. Pembuatan Kurva Kallibrasi .............................................. 17 3.4.4. Penetapan Kadar Nifedipin dalam Sediaan Tablet .............. 18

    3.4.5.Uji Validasi dengan Parameter Akurasi, Presisi,

    Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi.......................................18 3.4.5.1 Uji Akurasi dengan Persen Perolehan Kembali

    (%Recovery)..18 3.4.5.2 Uji Presisi..19 3.4.5.3 Penentuan Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi LOQ)...........................19 3.4.6 Analisis Data secara Statistik .................................................20 .BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................22 4.1. Penetuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Nifedipin BPFI .................................................................................22

  • x 4.2. Pembuatan Kurva Kalibrasi..............................................................24 4.3. Penentuan Kadar Nifedipin dalam sediaan tablet.............................26 4.4. Uji Validasi Metode Spektrofotometri Ultraviolet...........................26. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................28 5.1. Kesimpulan.......................................................................................28 5.2. Saran.................................................................................................28 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................29 LAMPIRAN............................................................................................................31

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1.Data Absorbansi dari Kurva Serapan Maksimum.....................................24 Tabel 2.Data Kurva Kalibrasi BPFI .................................................................... 25 Tabel 3.Kadar rata-rata nifedipin pada sediaan tablet ................................. ...... 26 Tabel 4. Data hasil pengujian perolehan kembali nifedipin dengan metode penambahan bahan baku (standard addition method).........27

  • xii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman Gambar 1. Kurva Serapan Nifedipin BPFI (konsentrasi 7 mcg/ml) dalam pelarut metanol.....23 Gambar 2. Kurva Kalibrasi Nifedipin BPFI dalam pelaruut metanol pada

    panjang gelombang 235 nm ..25

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Perhitungan Persamaan Regresi. .................................................... 31 Lampiran 2. Data kadar nifedipin sediaan tablet ................................................ 32 Lampiran 3. Perhitungan Statistik Kadar Nifedipin pada Generik Kimia Farma .................................................................................. 33 Lampiran 4. Perhitungan Statistik Kadar Nifedipin pada Tablet Nifedipin Generik Dexa Medica.......................................................35 Lampiran 5. Perhitungan Statistik Kadar Nifedipin pada Tablet Adalat (Bayer) .............................................................................. 37 Lampiran 6. Perhitungan Statistik Kadar Nifedipin pada Tablet Nifedin (Sanbe) .......................................................................................... 39 Lampiran 7. Perhitungan Statistik Kadar Nifedipin pada Tablet Farmalat (Pratapa Nirmala) .......................................................................... 41 Lampiran 8. Perhitungan Statistik Kadar Nifedipin pada Tablet Cordalat

    (Kimia Farma) ............................................................................... 43 Lampiran 9. Perhitungan Konsentrasi Pengukuran ............................................ 45

    Lampiran 10.Contoh Perhitungan Penimbangan Sampel ................................... 46 Lampiran 11.Contoh Perhitungan Persentase (%) Perolehan Kembali ............... 47 Lampiran 12.Data hasil persen perolehan kembali Nifedipin pada tablet (PT. Kimia Farma) dengan Metode Penambahan Baku (standard addition method) ........................................................... 49

    Lampiran 13. Contoh perhitungan batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ ............................................................................................ 50 Lampiran 14. Data Persen Perolehan Kembali (% Recovery)Perhitingan Statistik ........................................................................................ 51 Lampiran 15. Nilai Distribusi t ...................................................................................52 Lampiran 16. Surat Sertifikasi Bahan Baku BPOM53

  • xiv

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Nifedipin termasuk derivat dihidropiridin, yang merupakan kelompok dari

    antagonis kalsium (Calcium Entry Blockers). Berkhasiat dalam pencegahan dan

    pengobatan angina pektoris dan pengobatan hipertensi. Obat ini bekerja dengan

    menghambat masuknya kalsium ke dalam sel-sel otot jantung dan sel-sel otot

    polos dinding arteri. Nifedipin diabsobsi dengan cepat dan hampir sempurna

    (90%) dalam lambung, + 95% terikat oleh protein plasma (Siswandono, 1995).

    Nifedipin memiliki sifat yang tidak stabil di bawah pengaruh cahaya akan

    mengalami tata ulang fotokimia menjadi turunan 4-(2-nitrofenil)-piridin

    (Schunack, W., 1990).

    Pada pembuatan obat, pemeriksaan kadar zat aktif merupakan persyaratan

    yang harus dipenuhi untuk menjamin kualitas sediaan obat. Sediaan obat yang

    berkualitas baik akan menunjang tercapainya efek terapeutik yang diharapkan.

    Salah satu persyaratan mutu adalah kadar yang dikandung harus memenuhi

    persyaratan kadar seperti yang tercantum dalam Farmakope Indonesia.

    Pada beberapa literatur penetapan kadar nifedipin dalam sediaan tablet

    dapat dilakukan dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ( Farmakope Indonesia

    Edisi IV, 1995; USP XXX, 2007). Metode kromatografi cair kinerja tinggi

    memiliki kepekaan analisis yang tinggi namun memerlukan biaya yang relatif

    mahal dalam pelaksanaannya.

  • xv

    Dilihat dari struktur nifedipin yang mempunyai gugus kromofor (ikatan

    rangkap terkonjugasi) dan gugus ausokrom (gugus nitro dan gugus karboksil),

    maka senyawa ini dapat menyerap radiasi pada panjang gelombang di daerah

    ultraviolet. Dalam The Merck Indeks, nifedipin memiliki serapan maksimum

    dalam larutan metanol pada panjang gelombang 235 dan 340 nm ( 21590, 5010 ),

    dalam larutan asam panjang gelombang 238 dan 338 nm ( 20600, 5740) dan

    dalam larutan basa 238 dan 340 nm ( 20510, 5740). Sedangkan dalam Clark,

    nifedipin hanya memiliki serapan maksimum dalam larutan asam pada panjang

    gelombang 238 nm =11(A 595 b) dan 338 nm (11A = 195 b).

    Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti memilih metode spektrofotometri

    ultraviolet sebagai metode yang digunakan pada penetapan kadar nifedipin dalam

    sediaan tablet. Karena metode ini memiliki banyak keuntungan antara lain dapat

    digunakan untuk analisis suatu zat dalam jumlah kecil, pengerjaannya mudah,

    sederhana, cukup sensitif dan selektif, biayanya relatif murah dan mempunyai

    kepekaan analisis cukup tinggi (Munson, 1991). Untuk menguji keabsahan dari

    metode ini dilakukan uji validasi dengan parameter akurasi, presisi, limit deteksi

    dan limit kuantitasi. Selanjutnya metode ini digunakan untuk menentukan apakah

    sediaan tablet nifedipin yang beredar di pasaran tersebut memenuhi persyaratan

    Farmakope Indonesia Edisi IV (1995).

    1.2 Perumusan Masalah

    1. Apakah metode spektrofotometri ultraviolet dapat digunakan pada penetapan

    kadar nifedipin dalam sediaan tablet yang memenuhi uji validasi ?

  • xvi

    2. Apakah kadar nifedipin dalam sediaan tablet yang beredar di pasaran telah

    sesuai dengan ketentuan Farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995 ?

    1.3 Hipotesis

    1. Metode spektrofotometri ultraviolet dapat digunakan pada penentuan kadar

    nifedipin dalam sediaan tablet serta memenuhi uji validasi.

    2. Kadar nifedipin dalam sediaan tablet yang beredar di pasaran sesuai dengan

    ketentuan Farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995.

    1.4 Tujuan

    1. Untuk mengetahui metode spektrofotometri ultraviolet dapat digunakan dalam

    penetapan kadar nifedipin pada tablet serta memenuhi uji validasi.

    2. Untuk mengetahui kadar nifedipin dalam sediaan tablet yang beredar di

    pasaran memenuhi persyaratan yang ditetapkan Farmakope Indonesia Edisi IV

    tahun 1995.

  • xvii

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Uraian Bahan

    2.1.1 Sifat Fisikokimia

    Rumus Struktur :

    Rumus Molekul : C17H18N2O6

    Nama Kimia : Dimetil 1,4 dihidro -2,6 dimetil -4- ( o- nitrofenil ) -

    3,5 piridina dikarboksilat ( 21829 -25 -4 )

    Berat Molekul : 346,34

    Suhu lebur : antara 171 sampai 175

    Pemerian : Serbuk kuning; terurai oleh cahaya langsung.

    Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; mudah larut dalam aseton dan

    kloroform; kurang larut dalam etanol ( Ditjen POM, 1995;

    Moffat, 2004)

    Stabilitas : Nifedipin, suatu turunan 4-(2-nitrofenil)-1,4-dihidropiridin,

    di bawah pengaruh cahaya mengalami tata ulang fotokimia

    akan berubah menjadi turunan 4-(2-nitrofenil-piridin

    (Schunack, 1990).

  • xviii

    2.1.2 Farmakologi

    Nifedipin adalah zat pertama (1975) dari kelompok dihidropiridin dengan

    gugusan fenil pada posisi-para. Khasiat utamanya adalah vasodilatasi, maka

    terutama digunakan pada hipertensi esensil (ringan/ sedang), juga pada angina

    variant berdasarkan efeknya terhadap jantung yang relatif ringan: tak berkhasiat

    ionotrop negatif. Pada angina stabil hanya digunakan bila beta-blockers dikontra-

    indikasi atau kurang efektif. Khususnya dianjurkan tablet long-acting Oros

    (=system osmotis yang melepaskan obat secara teratur untuk waktu lama).

    Agar efeknya pesat, tablet dapat dikunyah dan diletakkan di bawah lidah

    (pada krisis hipertensi). Selanjutnya obat ini juga berguna pada Penyakit Raynaud

    dan serangan sedu (hiccup) (Tjay dan Kirana, 2002).

    2.1.3 Efek Samping

    Efek samping yang sering terjadi adalah udema pergelangan kaki(10%).

    Dosis awal yang terlalu tinggi dapat memprovokasi serangan angina akibat

    hipotensi kuat mendadak, sporadis, malah ischemia dan infark akibat refleks

    tachycardia, terutama pada lansia. Beberapa penelitian memberikan indikasi

    mengenai peningkatan resiko jantung dan kanker (Mycek et all, 2001).

    Selain itu nifedipin mempunyai insiden yang tinggi (sekitar 20%) tetapi

    biasanya ringan dan dapat membaik dengan berjalannya waktu. Efek samping ini

    dapat dikurangi dengan menurunkan dosis atau kombinasi dengan -blocker.

    Telah disebutkan bahwa nifedipin dapat menimbulkan serangan angina. Rasa

    nyeri muncul kira-kira 30 menit setelah makan obat. Bila ini terjadi, obat harus

    diturunkan dosisnya atau dihentikan (Setiawati, A. dan Suyatna, F.D., 1995)

  • xix

    2.1.4 Dosis

    Dosis dewasa :

    Dosis angina dan fenomena Raynaud, sediaan konvensional, dosis awal 10 mg

    (usia lanjut dan gangguan hati 5 mg) 3 kali sehari dengan atau setelah makan;

    dosis pemeliharaan 5-20 mg 3 kali sehari; untuk efek yang segera pada angina:

    gigit kapsul dan telan dengan cairan. Hipertensi ringan sampai sedang dan

    profilaksis angina: sediaan lepas lambat, 30 mg sekali sehari (tingkatkan bila

    perlu, maksimum 90 mg sekali sehari) atau 20 mg 2 kali sehari dengan atau

    setelah makan (awalnya 10 mg 2 kali sehari, dosis pemeliharaan lazim 10-40 mg 2

    kali sehari).

    Dosis anak-anak: Hipertrofi kardiopati 0,6-0,9 mg/kg/24 jam dalam 3-4 dosis

    terbagi.

    Dosis pasien hemodialisis: tidak diperlukan dosis tambahan.

    Dosis pasien dengan gangguan hepar: diperlukan penurunan dosis 50-60%

    pada pasien yang menderita sirosis hepatik.

    (Anonim, 2008; Tjay dan Kirana, 2002)

    2.1.5 Sediaan

    Dalam perdagangan, nifedipin tersedia dalam bentuk tablet mengandung 5

    mg; 10 mg, tablet retard 10 mg; 20 mg dan tablet oros 20 mg; 30 mg; 60 mg.

    Kapsul 10 mg, 20 mg

  • xx

    2.2 Spektrofotometri Ultraviolet

    2.2.1 Teori Spektrofotometri Ultraviolet

    Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran suatu interaksi antara

    radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Teknik yang

    sering digunakan dalam analisis farmasi meliputi spektrofotometri ultraviolet,

    cahaya tampak, infra merah dan serapan atom. Jangkauan panjang gelombang

    untuk daerah ultraviolet adalah 190-380 nm, daerah cahaya tampak 380-780 nm,

    daerah infra merah dekat 780-3000 nm, dan daerah infra merah 2,5-40 m atau

    4000-250 cm-1 ( Ditjen POM, 1995).

    Radiasi ultraviolet dan sinar tampak diabsorpsi oleh molekul organik

    aromatik, molekul yang mengandung elektron- terkonyugasi dan atau atom yang

    mengandung elektron-n, menyebabkan transisi elektron di orbital terluarnya dari

    tingkat energi elektron dasar ke tingkat energi elektron tereksitasi lebih tinggi.

    Besarnya serapan radiasi tersebut sebanding dengan banyaknya molekul analit

    yang mengabsorpsi sehingga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif

    (Satiadarma, 2004).

    Gugus fungsi yang menyerap radiasi di daerah ultraviolet dekat dan daerah

    tampak disebut khromofor dan hampir semua khromofor mempunyai ikatan tak

    jenuh. Pada khromofor jenis ini transisi terjadi dari *, yang menyerap pada

    max kecil dari 200 nm (tidak terkonyugasi), misalnya pada >C=C< dan -CC-.

    Khromofor ini merupakan tipe transisi dari sistem yang mengandung elektron

    pada orbital molekulnya. Untuk senyawa yang mempunyai sistem konyugasi,

  • xxi

    perbedaan energi antara keadaan dasar dan keadaan tereksitasi menjadi lebih kecil

    sehingga penyerapan terjadi pada panjang gelombang yang lebih besar.

    Gugus fungsi seperti OH, -NH2 dan Cl yang mempunyai elektron-elektron

    valensi bukan ikatan disebut auksokhrom yang tidak menyerap radiasi pada

    panjang gelombang lebih besar dari 200 nm, tetapi menyerap kuat pada daerah

    ultraviolet jauh. Bila suatu auksokhrom terikat pada suatu khromofor, maka pita

    serapan khromofor bergeser ke panjang gelombang yang lebih panjang (efek

    batokhrom) dengan intensitas yang lebih kuat. Efek hipsokhrom adalah suatu

    pergeseran pita serapan ke panjang gelombang lebih pendek, yang sering kali

    terjadi bila muatan positif dimasukkan ke dalam molekul dan bila pelarut berubah

    dari non polar ke pelarut polar (Dachriyanus, 2004).

    Secara eksperimental, sangat mudah untuk mengukur banyaknya radiasi yang

    diserap oleh suatu molekul sebagai fungsi frekuensi radiasi. Suatu grafik yang

    menghubungkan antara banyaknya sinar yang diserap dengan frekuensi (atau

    panjang gelombang) sinar merupakan spectrum absorpsi. Transisi yang

    dibolehkan (allowed transition) untuk suatu molekul dengan struktur kimia yang

    berbeda adalah tidak sama ssehingga spectra absorpsinya juga berbeda. Dengan

    demikian, spectra dapat digunkan sebagai bahan informasi yang bermanfaat untuk

    analisis kualitatif. Banyaknya sinar yang diabsorpsi pada panjang gelombang

    tertentu sebanding dengan banyaknya molekul yang menyerap radiasi, sehingga

    spectra absorpsi juga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif (Gandjar dan

    Rohman,2007).

    Halhal yang harus diperhatikan dalam analisis spektofotometri ultraviolet

    a. Pemilihan panjang gelombang maksimum

  • xxii

    Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah

    panjang gelombang dimana terjadi serapan maksimum. Untuk memperoleh

    panjang gelombang serapan maksimum, dilakukan dengan membuat kurva

    hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku

    pada konsentrasi tertentu.

    b. Pembuatan Kurva Kalibrasi

    Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai

    konsentrasi. Masing masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi

    diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi

    dengan konsentrasi. Bila hukum Lambert-Beer terpenuhi maka kurva kalibrasi

    berupa garis lurus.

    c. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan

    Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2

    sampai 0,6. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa pada kisaran nilai

    absorbansi tersebut kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling minimal

    (Gandjar dan Rohman, 2007).

    2.2.2 Hukum Lambert Beer

    Menurut Hukum Lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel

    yang disinari. Menurut Hukum Beer, yang hanya berlaku untuk cahaya

    monokromatik dan larutan yang sangat encer, serapan berbanding lurus dengan

    konsentrasi (banyak molekul zat). Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu

    dalam Hukum Lambert-Beer, sehingga diperoleh bahwa serapan berbanding lurus

    terhadap konsentrasi dan ketebalan sel, yang dapat ditulis dalam persamaan:

    A = a.b.c g/liter atau A = . b. C mol/liter

  • xxiii

    Dimana: A = serapan (tanpa dimensi)

    a = absorptivitas ( g-1 cm-1)

    b = ketebalan sel (cm)

    C = konsentrasi(g. l-1)

    = absorptivitas molar ( M-1cm-1)

    Jadi dengan Hukum Lambert-Beer konsentrasi dapat dihitung dari

    ketebalan sel dan serapan. Absorptivitas merupakan suatu tetapan dan spesifik

    untuk setiap molekul pada panjang gelombang dan pelarut tertentu.

    Menurut Roth dan Blaschke (1981), absorptivitas spesifik juga sering

    digunakan sebagai ganti absorptivitas. Harga ini memberikan serapan larutan 1%

    (b/v) dengan ketebalan sel 1 cm, sehingga dapat diperoleh persamaan:

    A = 11A . b . C

    Dimana: 11A = absorptivitas spesifik (ml g-1 cm-1)

    b = ketebalan sel (cm)

    C = konsentrasi senyawa terlarut (g/100 ml larutan)

    2.2.3 Penggunaan Spektrofotometri Ultraviolet

    Pada umumnya spektrofotometri ultraviolet dalam analisis senyawa organik

    digunakan untuk:

    1. Menentukan jenis khromofor, ikatan rangkap yang terkonyugasi dan

    auksokhrom dari suatu senyawa organik

  • xxiv

    2. Menjelaskan informasi dari struktur berdasarkan panjang gelombang

    serapan maksimum suatu senyawa

    3. Mampu menganalisis senyawa organik secara kuantitatif dengan

    menggunakan hukum Lambert-Beer (Dachriyanus, 2004).

    Analisis kualitatif

    Kegunaan spektrofotometri ultraviolet dalam analisis kualitatif sangat

    terbatas, karena rentang daerah radiasi yang relatif sempit hanya dapat

    mengakomodasi sedikit sekali puncak absorpsi maksimum dan minimum, karena

    itu identifikasi senyawa yang tidak diketahui, tidak memungkinkan.

    Penggunaannya terbatas pada konfirmasi identitas dengan menggunakan

    parameter panjang gelombang puncak absorpsi maksimum, max, nilai

    absorptivitas, a, nilai absorptivitas molar, , atau nilai ekstingsi, A1%, 1 cm, yang

    spesifik untuk suatu senyawa yang dilarutkan dalam suatu pelarut dan pH tertentu

    (Satiadarma, 2002).

    Analisis Kuantitatif

    Penggunaan utama spektrofotometri ultraviolet adalah dalam analisis

    kuantitatif. Apabila dalam alur spektrofotometer terdapat senyawa yang

    mengabsorpsi radiasi, akan terjadi pengurangan kekuatan radiasi yang mencapai

    detektor. Parameter kekuatan energi radiasi khas yang diabsorpsi oleh molekul

    adalah absorban (A) yang dalam batas konsentrasi rendah nilainya sebanding

    dengan banyaknya molekul yang mengabsorpsi radiasi dan merupakan dasar

    analisis kuantitatif. Penentuan kadar senyawa organik yang mempunyai gugus

    khromofor dan mengabsorpsi radiasi ultraviolet-sinar tampak, penggunaannya

  • xxv

    cukup luas. Konsentrasi kerja larutan analit umumnya 10 sampai 20 g/ml, tetapi

    untuk senyawa yang nilai absorptivitasnya besar dapat diukur pada konsentrasi

    yang lebih rendah. Senyawa yang tidak mengabsorpsi radiasi ultraviolet-sinar

    tampak dapat juga ditentukan dengan spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak,

    apabila ada reaksi kimia yang dapat mengubahnya menjadi khromofor atau dapat

    disambungkan dengan suatu pereaksi khromofor (Satiadarma, 2004).

    Analisis kuantitatif secara spektrofotometri dapat dilakukan dengan

    metode regresi dan pendekatan.

    1. Metode Regresi

    Analisis kuantitatif dengan metode regresi yaitu dengan menggunakan

    persamaan garis regresi yang didasarkan pada harga serapan dan konsentrasi

    standar yang dibuat dalam beberapa konsentrasi, paling sedikit menggunakan 5

    rentang konsentrasi yang meningkat yang dapat memberikan serapan yang linier,

    kemudian diplot menghasilkan suatu kurva yang disebut dengan kurva kalibrasi.

    Konsentrasi suatu sampel dapat dihitung berdasarkan kurva tersebut.

    2. Metode Pendekatan

    Analisis kuantitatif dengan cara ini dilakukan dengan membandingkan serapan

    standar yang konsentrasinya diketahui dengan serapan sampel. Konsentrasi

    sampel dapat dihitung melalui rumus perbandingan C= As.Cb/Ab dimana As=

    serapan sampel, Ab= serapan standar, Cb= konsentrasi standar, dan C=

    konsentrasi sampel (Holme dan Peck, 1983).

  • xxvi

    2.2.4 Peralatan Untuk Spektrofotometri

    Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitans atau serapan

    suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Alat ini terdiri dari spektrometer

    yang menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan

    fotometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang

    diabsorpsi (Khopkar, 1990; Day and Underwood, 1981).

    Unsur-unsur terpenting suatu spektrofotometer ditunjukkan secara

    skematik dalam gambar berikut:

    Berikut ini adalah uraian bagian-bagian spektrofotometer:

    1. Sumber-sumber lampu; lampu deutrium digunakan untuk daerah UV pada

    panjang gelombang dari 190-350 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau

    lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel (pada panjang gelombang

    antara 350-900 nm).

    Sumber Monokromator Kuvet Detektor

    Penguat

    Pembacaan, pengamatan

    Bagian optik

    Bagian listrik

    1 2 3 4

    5

    6

  • xxvii

    2. Monokromator: digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang

    monokromatis. Alatnya dapat berupa prisma ataupun grating. Untuk

    mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian.

    3. Kuvet: Pada pengukuran didaerah tampak, kuvet kaca atau kuvet kaca corex

    dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus

    menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini.

    Umumnya tebal kuvet adalah 10 mm, tetapi yang lebih kecil ataupun yang

    lebih besar dapat digunakan. Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi,

    tetapi bentuk silinder dapat juga digunakan. Kuvet yang bertutup digunakan

    untuk pelarut organik. Sel yang baik adalah kuarsa atau gelas hasil leburan

    yang homogen.

    4. Detektor: Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap

    cahaya pada berbagai panjang gelombang.

    5. Suatu amplifier (penguat) dan rangkaian yang berkaitan yang membuat isyarat

    listrik dapat untuk diamati.

    6. Sistem pembacaan yang memperlihatkan besarnya isyarat listrik (Khopkar,

    1990; Rohman, 2007; Day and Underwood, 1981).

    2.3. Validasi

    Validasi adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu pada

    prosedur penetapan yang dipakai untuk membuktikan bahwa parameter tersebut

    memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004).

    Parameter analisis yang ditentukan pada validasi adalah akurasi, presisi,

    kespesifikan, limit deteksi, kelinieran, dan rentang. Akurasi dari suatu metode

  • xxviii

    analisis adalah kedekatan nilai hasil uji yang diperoleh dengan prosedur tersebut

    dari harga sebenarnya, sering kali dinyatakan dalam persen perolehan kembali

    analit pada penentuan kadar sampel yang mengandung analit dalam jumlah

    diketahui. Akurasi merupakan ukuran ketepatan prosedur analisis.

    Akurasi prosedur analisis ditentukan dengan menerapkan prosedur tersebut

    pada sampel atau campuran komponen matriks yang telah dibubuhi analit dalam

    jumlah diketahui.

    Presisi dari suatu metode analisis adalah derajat kesesuaian diantara

    masing-masing hasil uji, jika prosedur analisis diterapkan berulang kali pada

    sejumlah cuplikan yang diambil dari satu sampel homogen. Presisi dinyatakan

    sebagai deviasi standar atau deviasi standar relatif (koefisien variasi). Presisi

    dapat diartikan pula sebagai derajat reprodusibilitas atau keterulangan dari

    prosedur analisis.

    Kespesifikan dari suatu metode analisis adalah kemampuannya untuk

    mengukur kadar analit secara khusus dengan akurat, disamping komponen lain

    yang terdapat dalam matriks sampel.

    Limit deteksi adalah nilai parameter uji batas, yaitu konsentrasi analit

    terendah yang dapat dideteksi.

    Kelinieran suatu metode analisis adalah kemampuan untuk menunjukkan

    bahwa nilai hasil uji langsung atau setelah diolah secara matematika, proporsional

    dengan konsentrasi analit dalam sampel dalam batas rentang konsentrasi tertentu.

    Rentang suatu metode analisis adalah interval antara batas konsentrasi

    tertiggi dan konsentrasi terendah analit yang dapat ditentukan dengan presisi,

    akurasi, dan kelinieran (Satiadarma, 2004).

  • xxix

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimental. Penelitian

    ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi

    Universitas Sumatera Utara.

    3.1 Alat alat

    Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas,

    spektrofotometer ultra violet (UV mini 1240 Shimadzu) dan neraca analitik (Vibra

    AJ)

    3.2 Bahan-bahan

    Bahan- bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : metanol (pro

    analisis dari E.Merck), akuades (Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif),

    nifedipin baku (BPFI); tablet nifedipin generik dan nama dagang.

    3.3 Pengambilan Sampel

    Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan

    antara satu sampel dengan yang lain, karena sampel dianggap homogen.

    Sampel yang digunakan adalah tablet generik Kimia Farma dan Dexa Medica

    serta tablet nama dagang Adalat (Bayer), Farmalat(Pratapa Nirmala),

    Cordalat(Kimia Farma), dan Nifedin (Sanbe Farma).

  • xxx

    3.4 Prosedur Penelitian

    3.4.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Nifedipin BPFI

    Sejumlah lebih kurang 25 mg nifedipin BPFI ditimbang seksama,

    dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dilarutkan dengan metanol lalu

    dicukupkan sampai garis tanda dengan metanol dan dikocok homogen, sehingga

    diperoleh larutan dengan konsentrasi 500 mcg/ml, larutan ini disebut larutan

    induk baku (LIB I). Dari larutan ini dipipet 5 ml masukkan ke dalam labu tentukur

    50 ml, encerkan dengan metanol sampai garis tanda sehingga diperoleh

    konsentrasi 50 mcg/ml (LIB II)

    3.4.2 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum

    Dipipet 3,5 ml dari larutan induk baku (LIB) II (50 mcg/ml) masukkan ke

    dalam labu tentukur 25 ml, encerkan dengan metanol sampai garis tanda (7

    mcg/ml). Lalu dikocok sampai homogen sehingga diperoleh larutan dengan

    konsentrasi 7 mcg/ml. Kemudian ukur serapan pada panjang gelombang 200-400

    nm (hasil dapat dilihat pada halaman 11).

    3.4.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi

    Dipipet larutan induk baku II BPFI (50 mcg/ml) 2,0; 3,0; 4,0; 5,0 dan 6,0

    ml, masing-masing masukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, tambahkan metanol

    sampai garis tanda. Lalu dikocok sampai homogen. Diperoleh larutan dengan

    konsentrasi 4; 6; 8; 10; 12 mcg/ml. Kemudian diukur serapannya pada panjang

    gelombang maksimum yang diperoleh dan sebagai blangko digunakan metanol

    (hasil dapat dilihat pada halaman 13).

  • xxxi

    3.4.4 Penentuan Kadar Nifedipin dalam Sediaan Tablet

    Timbang dan serbukkan tidak kurang dari 20 tablet. Timbang seksama

    sejumlah serbuk setara dengan 20 mg nifedipin (Penimbangan serbuk sebanyak 6

    kali perlakuan), masukkan ke dalam labu tentukur 25 ml. Lalu ditambahkan 5 ml

    metanol, kocok dan encerkan dengan metanol sampai garis tanda. Kemudian

    disaring, 5 ml filtrat pertama dibuang.. Dipipet 2 ml filtrat, masukkan ke dalam

    labu tentukur 25 ml, dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda dan kocok

    homogen. Kemudian dipipet 3,5 ml larutan, masukkan ke dalam labu tentukur 25

    ml. Lalu dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda, kocok homogen dan

    diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh (hasil

    dapat dilihat pada Tabel 3, halaman 14)

    3.4.5 Uji Validasi dengan Parameter Akurasi, Presisi, Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

    3.4.5.1 Uji Akurasi dengan Persen Perolehan Kembali (%Recovery)

    Uji akurasi dilakukan dengan metode penambahan baku (Standard

    Addition Method) yaitu dengan membuat 3 konsentrasi analit sampel dengan

    rentang spesifik 80, 100 dan 120%, dimana masing-masing dilakukan sebanyak 3

    kali replikasi. Setiap rentang spesifik mengandung 70% analit sampel dan 30%

    baku pembanding, kemudian dianalisa dengan perlakuan yang sama seperti pada

    penetapan kadar sampel (hasil dapat dilihat pada Tabel 4, halaman 15).

    Persen perolehan kembali (% recovery) dapat dihitung dengan rumus

    sebagai berikut :

    %Recovery = C

    BA x 100%

  • xxxii

    Keterangan :

    A = konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan baku

    B = konsentrasi sampel sebelum penambahan baku

    C = konsentrasi baku yang ditambahkan

    3.4.5.2 Uji Presisi

    Uji presisi (keseksamaan) ditentukan dengan parameter RSD (Relative

    Standard Deviasi) dengan rumus :

    RSD = %100xX

    SD

    Keterangan :

    RSD = Relative Standard Deviasi

    SD = Standard Deviasi

    X = Kadar Rata-rata Nifedipin dalam Sampel

    (WHO, 1992; Indrayanto dan Yuwono, 2003).

    3.4.5.3 Penentuan Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ)

    Untuk menentukan batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) dapat

    digunakan rumus :

    SB = 2)( 2

    nYiY

    LOD = Slope

    xSB3

    LOQ = Slope

    xSB10

  • xxxiii

    Keterangan :

    SB = Simpangan Baku

    LOD = Batas Deteksi

    LOQ = Batas Kuantitasi

    3.4.6 Analisis Data secara Statistik

    untuk menghing Standar deviasi (SD) digunakan rumus :

    ( )1

    2

    =

    nXiX

    SD

    Untuk mengetahui apakah data diterima atau ditolak digunakan rumus

    seperti dibawah ini :

    t =

    nSD

    XX =

    Dasar penolakan data jika thitung ttabel dan bila thitung mempunyai nilai

    negatif, ditolak jika thitung - ttabel.

    Untuk mencari kadar sebenarnya dengan taraf kepercayaan 99 persen,

    dengan derajat kebebasan dk = n 1, digunakan rumus:

    = X t (1-1/2 )dk x nSD /

  • xxxiv

    Keterangan:

    = interval kepercayaan

    X = kadar rata rata sampel

    X = kadar sampel

    t = harga t tabel sesuai dengan dk = n-1

    = tingkat kepercayaan

    dk = derajat kebebasan

    SD = standar deviasi

    n = jumlah perlakuan

  • xxxv

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Menurut Moffat (2004), nifedipin mempunyai spektrum serapan

    maksimum pada daerah ultraviolet dalam larutan asam pada panjang gelombang

    235 nm (A 11 = 595 b) dan 338 nm (A11 = 195 b). Menurut Merck Indeks (2001) ,

    dalam larutan asam memberikan spektrum serapan maksimum pada panjang

    gelombang 235 nm ( = 20600) dan 338 nm ( = 5740), dalam larutan basa pada

    panjang gelombang 238 nm ( = 20600) dan 340 nm ( = 5740) dan dalam

    metanol pada panjang gelombang 235 nm ( = 21590) dan 340 nm ( = 5010).

    Dari data kedua literatur diatas kemungkinan nifedipin dapat ditetapkan kadarnya

    secara spektrofotometri ultraviolet. Dalam penelitian ini digunakan pelarut

    metanol, karena dari hasil orientasi dalam larutan asam diperoleh larutan yang

    kurang jernih.

    Adapun alasan peneliti memilih panjang gelombang 235 nm untuk

    pengukuran karena panjang gelombang tersebut nifedipin memiliki nilai

    absorptivitas molar () yang lebih besar daripada panjang gelombang 334 nm.

    Holme dan Peck (1983) menyatakan bahwa dengan nilai absorptivitas yang besar

    maka pengukuran dapat dilakukan pada konsentrasi yang rendah, sehingga

    sensitivitas maksimum dari metode ini dapat tercapai.

    4.1 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Nifedipin BPFI

    Sebelum dilakukan penetapan kadar dengan menggunakan metode

    Spektrofotometri ultraviolet terlebih dahulu dilakukan penentuan panjang

  • xxxvi

    gelombang maksimum, meskipun panjang gelombang tersebut sudah diketahui

    dalam literatur. Hal ini dikarenakan panjang gelombang suatu senyawa dapat

    berbeda bila ditentukan pada kondisi dan alat yang berbeda.

    Penentuan panjang gelombang ini dilakukan pada konsentrasi yang

    memberikan serapan dengan kesalahan fotometrik terkecil ( + 0,4343). Untuk

    mendapatkan konsentrasi tersebut dapat dihitung menggunakan nilai absorptivitas

    molar () dari literatur, dalam metanol pada panjang gelombang 235 nm dengan

    absorptivitas molarnya 21590 (The Merck Indeks, 2001). Contoh perhitungan

    dapat dilihat pada Lampiran 9, halaman 33.

    Dari perhitungan didapatkan konsentrasi pengukuran adalah 7 mcg/ml dan

    dari hasil pengukuran diperoleh panjang gelombang maksimum, pada 235 nm dan

    334 nm dengan serapan masing-masing 0,4370 dan 0,1050 seperti terlihat pada

    Gambar 1 dan tabel 1.

    Gambar 1. Kurva serapan Nifedipin Baku Pembanding Farmakope Indonesia

    (konsentrasi 7 mcg/ml) dalam pelarut metanol

  • xxxvii

    Tabel 1. Data Absorbansi dari Kurva Serapan Maksimum

    Selanjutnya, untuk penetapan kadar nifedipin dalam sediaan tablet yang

    beredar di pasaran dilakukan pada panjang gelombang maksimum nifedipin BPFI

    dengan absorptivitas terbesar yaitu pada panjang gelombang 235 nm. Menurut

    Satiadarma (2004), penentuan kadar dilakukan dengan mengukur serapan pada

    panjang gelombang maksimum (puncak kurva), agar dapat memberikan serapan

    tertinggi untuk setiap konsentrasi. Bila suatu senyawa mempunyai lebih dari satu

    puncak absorpsi maksimum, lebih diutamakan panjang gelombang absorpsi

    maksimum yang absorptivitasnya terbesar dan memberikan kurva kalibrasi linier

    dalam rentang konsentrasi yang relatif lebar.

    4.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi

    Penentuan linieritas kurva kalibrasi nifedipin BPFI dalam pelarut metanol

    dengan konsentrasi 4; 6; 8; 10 dan 12 mcg/ml pada panjang gelombang

    maksimum 235 nm dengan menggunakan metanol sebagai blangko dapat dilihat

    pada tabel 2 dan gambar 2 berikut ini.

  • xxxviii

    Tabel 2. Data Kurva Kalibrasi dari Nifedipin BPFI

    Gambar 2. Kurva kalibrasi nifedipin BPFI dalam pelarut metanol pada panjang gelombang 235 nm.

    Dari hasil pembuatan kurva kalibrasi nifedipin BPFI diperoleh hubungan

    yang linier antara konsentrasi dan serapan dengan koefisien korelasi (r) = 0,9996

    dan persamaan garis regresi Y = 0,052807 X + 0,002798 yang dapat dilihat pada

    gambar 2. Kriteria penerimaan untuk korelasi adalah r 0,995 (Shargel, 1985).

  • xxxix

    4.3 Penentuan Kadar Nifedipin dalam sediaan tablet

    Hasil penentuan kadar nifedipin dalam sediaan tablet dapat dilihat pada

    tabel dibawah ini.

    Tabel 3. Kadar rata-rata nifedipin pada sediaan tablet

    No Nama Sediaan Kadar Rata-rata (%) Kadar Sebenarnya

    (%)

    1. Nifedipin Generik KF 107,75 107,75 1,970 2. Nifedipin Generik Dexa 106,69 106,69 1,095 3. Cordalat 100,26 100,26 1,183 4. Nifedin 105,75 105,75 0,101 5. Farmalat 100,76 100,76 2,041 6. Adalat 100,02 100,02 3,066

    Dari data diatas menunjukkan, kadar nifedipin dalam sediaan tablet

    generik maupun nama dagang, memenuhi persyaratan kadar yang tertera dalam

    Farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995 yaitu tidak kurang dari 90,0 % dan

    tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

    4.4 Uji validasi metode Spektrofotometri Ultraviolet

    Pada penelitian ini dilakukan uji validasi dengan metode penambahan

    bahan baku (standard addition method) terhadap sampel tablet nifedipin (PT.

    Kimia Farma) yang meliputi uji akurasi dengan parameter persen perolehan

    kembali (% recovery), uji presisi dengan parameter RSD (Relatif Standar

    Deviasi), batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) (WHO, 1992;

    Indriyanto dan Yuwono, 2003).

    Uji akurasi dengan parameter persen perolehan kembali dilakukan dengan

    membuat 3 konsentrasi analit dengan rentang spesifik 80%, 100%, 120%, masing-

  • xl

    masing dengan 3 replikasi dan setiap rentang spesifik mengandung 70% analit dan

    30% baku pembanding. Contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 14,

    halaman 39.

    Data hasil pengujian perolehan kembali nifedipin dengan metode

    penambahan bahan baku (standard addition method) dapat dilihat pada tabel 4.

    Tabel 4. Data hasil pengujian perolehan kembali nifedipin dengan metode penambahan bahan baku (standard addition method)

    Rentang Spesifik (%)

    Konsentrasi (mcg/ml)

    Persen perolehan kembali

    (%)

    80 10,796 94,62 10,766 91,83 10,789 93,97

    100 11,110 99,06 11,048 94,45 11,018 92,22

    120 11,399 100,47 11,334 96,44 11,283 93,28

    Rata-rata (% recovery) 95,15 Standar Deviasi (SD) 1,19 Relatif Standar Deviasi (RSD) (%) 1,25

    Dari data diatas didapatkan persen perolehan kembali (% recovery) rata-

    rata 95,15%, standar deviasi (SD) sebesar 1,19. Persen perolehan kembali ini

    dapat diterima karena memenuhi syarat akurasi dimana rentang rata-rata hasil

    persen perolehan kembali adalah 80-110%. Sedangkan dari hasil uji presisi

    dengan parameter Relative Standar Deviasi (RSD) adalah 1,25%. Nilai RSD yang

    diizinkan adalah 2%. M aka dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan

    mempunyai akurasi dan presisi yang baik (WHO, 1992). Batas deteksi (LOQ)

    dan batas kuantitasi (LOQ) yang diperoleh dari penelitian ini sebesar 0,2927

    mcg/ml dan 0,9785 mcg/ml.

  • xli

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

    Metode spektrofotometri ultraviolet dapat digunakan untuk penetapan

    kadar nifedipin dalam sediaan tablet karena dari hasil uji validasi, metode ini

    menunjukkan akurasi dan presisi yang baik dengan batas deteksi (LOD) 0,2927

    mcg/ml dan batas kuantitasi (LOQ) 0,9758 mcg/ml.

    Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semua tablet yang diperiksa baik

    yang generik maupun nama dagang memenuhi standar persyaratan tablet menurut

    Farmakope Indonesia Edisi IV Tahun 1995 yaitu tidak kurang dari 90,0 % dan

    tidak lebih dari 110,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket.

    5.2. Saran

    Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat menentukan kadar

    nifedipin dalam sediaan tablet dengan metode spektrofotometri sinar tampak

    ataupun metode volumetri.

  • xlii

    DAFTAR PUSTAKA

    Budavari, (2001). The Merck Index. Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and Biologicals. Thirteenth Edition. Whitehouse: Merck & Co., Inc. Page 1170.

    Day, R.A & Underwood, A.L. (1999). Analisis Kimia Kuantitatif. Penerjemah:

    Pudjaatmaka, A.H. Edisi kelima, Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman: 393.

    Dachriyanus (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektrofotometri.

    Padang : Andalas University Press. Hal 1.

    Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Halaman 611-613.

    Gandjar, I. G. dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Cetakan II. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Halaman 246.

    Harmita, (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. I, No.3. Halaman 117-128.

    Holme, D. J., and Peck, H. (1983). Analytical Biochemistry. London: Longman

    Inc. Page 40. Indriyanto, G. dan Yuwono M., (2003). In Gazales, J.Ed. Encyclopedia of

    Chromatography (Marcel Dekker). Suplement.

    Katzung, B.G., (2001). Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerjemah dan Editor Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Edisi Pertama. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Halaman 332-340.

    Khopkar, S.M., (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerjemah A. Saptoraharjo. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Halaman Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Halaman 26-217.

    Moffat, A.C., (2004). Clarkes Isolation and Identification of Drugs. Third Edition. London: The Pharmaceutics Press. Page 1337.

    Munson, J.W., (1991). Analisis Farmasi Metode Modern. Penerjemah: Harjana. Parwa B. Surabaya. Airlangga University Press. Hal 334.

  • xliii

    Mycek, M.J., Harvey, R.A., Champe C.C. ( 2001 ). Farmakologi Ulasan Bergambar. Lippincotts illustrated reviews: Farmacology. Penerjemah Azwar Agoes. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Widya Medika. Halaman 189-190.

    Roth, J.H., and Blaschke, G., (1998). Analisis Farmasi. Penerjemah: Kisman, dkk.

    Cetakan Ketiga. Yogyakarta. UGM Press. Hal 355-357. Satiadarma, K., (2004). Azas Pengembangan Prosedur Analisis. Edisi Pertama.

    Cetakan Pertama. Surabaya : Airlangga University Press. Halaman 378-388.

    Setiawati, A., dan Bustami, Z.S., (1995). Antihipertensi, dalam Farmakologi dan Terapi. Editor : Ganiswara, S.G., Edisi IV. Jakarta: UI-Press. Halaman 329.

    Siswandono dan Soekardjo, B. (1995). Kimia Medisinal. Surabaya : Airlangga

    University Press. Hal 364, 367. Shargel, L. (1985). Biofarmasetika Dan Farmakokinetika Terapan. Penerjemah

    Fasich. Edisi Kedua. Surabaya: Penerbit Unversitas Airlangga. Halaman 16.

    Tjay, T.H dan Raharjo, K. (2002). Obat-obat Penting. Jakarta: Penerbit PT Elek

    Media Komputindo. Halaman 503, 527. USP Pharmacopeia, (2008). The National Formulary. 31st Edition. The United

    State Pharmacopeia Convention. Page 1247

    WHO. (1992). Validation of Analytical Procedures Used in Examination of Pharmaceutical materials. WHO Technical Report Series. No. 823.

  • xliv

    Lampiran 1. Perhitungan Persamaan Regresi Nifedipin BPFI

    No X Y XY X Y 1 0 0 0 0 0 2 4 0,215 0,86 16 0,0462 3 6 0,328 1,968 36 0,1076 4 8 0,421 3,368 64 0,1772 5 10 0,527 5,270 100 0,2777 6 12 0,638 7,656 144 0,4070 40 2,129 19,122 360 1,0157

    Rata-rata 6,6667 0,3548

    a =

    nX

    nYXXY

    /)(

    /))((22

    19,122 - (40 ) ( 2,129) / 6

    360 (40) 2 / 6

    = 0,052807

    b = Y a X

    = 0,3548 (0,052807) (6,6667)

    = 0,002798

    Maka persamaan garis regresinya adalah Y = 0,052807X 0,002789

    r = ]/)()][()()[(

    /))((2222 nYYYX

    nYXXY

    = ]6/)129,2()0157,1][()40()360[(

    6/)129,2)(40(122,1922

    = 96265661,10

    96,10

    = 0,9996

    =

  • xlv

    Lampiran 2. Data kadar nifedipin sediaan tablet

    Nama sediaan

    Penimbangan (mg)

    Setara (mg) Absorbansi

    Kons Teoritis (mcg/ml)

    Konsentrasi Perolehan (mcg/ml)

    Kadar (%)

    Nifedipin Generik 552 20,08 0,5096 8,9976 9,5983 106,57

    (Kimia Farma) 556 20,23 0,5237 9,0631 9,8641 108,73

    552 20,23 0,5105 8,9976 9,6145 106,75 559 20,35 0,5247 9,1116 9,8826 107,73 559 20,35 0,5306 9,1116 9,9959 109,59 556 20,23 0,5159 9,0631 9,7162 107,10

    Nifedipin Generik 688 20,96 0,5345 9,3901 10,070 107,13

    (Dexa Medica) 688 20,96 0,5341 9,3901 10,061 107,04

    685 20,87 0,5314 9,3498 10,010 106,95 685 20,87 0,5293 9,3498 9,9705 106,53 680 20,72 0,5221 9,2826 9,8341 105,84 680 20,72 0,5201 9,2826 9,7971 105,44

    Cordalat 604 20,10 0,4763 9,0062 8,9672 99,47 610 20,30 0,5034 9,0957 9,4804 104,13 604 20,10 0,4786 9,0062 9,0111 99,95 605 20,14 0,4835 9,0212 9,1036 100,81 605 20,14 0,4835 9,0212 9,1036 100,81 604 20,10 0,4800 9,0062 9,0366 100,24

    Nifedin 545 20,16 0,5079 9,0296 9,5659 105,83 550 20,34 0,5120 9,1124 9,6422 105,71

    550 20,34 0,5120 9,1124 9,6422 105,71 548 20,27 0,5104 9,0793 9,6122 105,76 542 20,04 0,5034 9,0296 9,4804 104,89 548 20,27 0,5104 9,0793 9,6122 105,76

    Farmalat 450 20,04 0,4775 8,9761 8,9510 99,62 450 20,04 0,4724 8,9761 8,8932 98,98 452 20,13 0,4845 9,0160 9,1221 101,08 453 20,17 0,4867 9,0357 9,1637 101,32 454 20,21 0,4929 9,0559 9,2816 102,39 453 20,17 0,4858 9,0357 9,1475 101,14

    Adalat 455 19,82 0,4625 8,8799 8,7060 97,94 460 20,04 0,4872 8,9776 9,1729 102,07 456 19,87 0,4651 8,8995 8,7545 98,27 458 19,95 0,4735 8,9385 8,9140 99,63 4585 19,95 0,4745 8,9385 8,9325 99,83 460 20,04 0,4886 8,9774 9,2007 102,38

  • xlvi

    Lampiran 3. Perhitungan Statistik Kadar Nifedipin pada Generik Kimia Farma

    ( )1

    2

    =

    nXiX

    SD = 5

    1610,7 = 1,1967

    Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai = 0,01; n = 6, dk = 5, dari daftar tabel

    distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,0321

    Data ditolak jika thitung ttabel atau thitung - ttabel

    t

    nSD

    XX =

    t hitung 1 : - 1,175 / 0,4886 = - 2,4048 t hitung 2 : 0,985 / 0,4886 = 2,0259 t hitung 3 : - 0,995 / 0,4886 = - 2,0364 t hitung 4 : - 0,015 / 0,4886 = - 0,0307 t hitung 5 : 1,845 / 0,4886 = 3,7761 t hitung 6 : - 0,645 / 0,4886 = 1,3201

    Kadar [X] (%) Xi X ( Xi X)2 1 106,57 -1,175 1,3806 2 108,73 0,985 0,9702 3 106,75 -0,995 0,9900 4 107,73 -0,015 0,0002 5 109,59 1,845 3,4040 6 107,10 -0,645 0,4160

    X = 107,745 = 7,1610

  • xlvii

    Lampiran 3, sambungan........

    karena thitung ttabel maka data diterima

    maka kadar sebenarnya terletak antara:

    = X t (1-1/2 )dk x nSD /

    = 107,745

    61967,10321,4 x

    = 107,745 1,970

  • xlviii

    Lampiran 4. Perhitungan Statistik Kadar Nifedipin pada Tablet Generik Dexa Medica)

    No Kadar [X] (%) Xi X ( Xi X)2 1 107,13 0,64 0,4096 2 107,04 0,55 0,3025 3 106,95 0,46 0,2116 4 106,53 0,04 0,0016 5 105,84 -0,65 0,4225 6 105,44 -1,05 1,1025

    X = 106,49 = 2,4503

    ( )1

    2

    =

    nXiX

    SD 16

    4503,2

    = = 0,6390

    Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai = 0,01; n = 6, dk = 5, dari daftar tabel

    distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,0321

    Data ditolak jika thitung ttabel atau thitung - ttabel

    t

    nSD

    XX =

    t hitung 1 : 0,64 / 0,2609 = 2,4530 t hitung 2 : 0,55 / 0,2609 = 2,1081 t hitung 3 : 0,46 / 0,2609 = 1,7631 t hitung 4 : 0,04 / 0,2609 = 0,1399 t hitung 5 : -0,65 / 0,2609 = -2,4914 t hitung 6 : -1,05 / 0,2609 = -4,0345 (data ditolak)

    Karena t hitung - t tabel. maka data ditolak, selanjutnya dilakukan pengujian

    selanjutnya terhadap data yang dianggap tidak menyimpang

  • xlix

    Lampiran 4. sambungan.........

    No Kadar [X] (%) Xi X ( Xi X)2 1 107,13 0,432 0,1866 2 107,04 0,342 0,1169 3 106,95 0,252 0,0635 4 106,53 -0,168 0,0282 5 105,84 -0,858 0,7362 = 106,698 = 1,1314

    ( )1

    2

    =

    nXiX

    SD 15

    1314,1

    = = 0,5318

    Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai = 0,01; n = 5, dk = 4, dari daftar tabel

    distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,6040

    Data ditolak jika thitung ttabel atau thitung - ttabel

    t

    nSD

    XX =

    t hitung 1 : 0,432 / 0,2378 = 1,8167 t hitung 2 : 0,342 / 0,2378 = 1,4382 t hitung 3 : 0,252 / 0,2378 = 1,0597 t hitung 4 : -0,168 / 0,2378 = -0,7065 t hitung 5 : -0,858 / 0,2378 = -3,6081

    karena thitung ttabel maka data diterima

    maka kadar sebenarnya terletak antara:

    = X t (1-1/2 )dk x nSD /

    = 106,69

    55318,06040,4 x

    = 106,69 1,095

  • lLampiran 5. Perhitungan Statistik Kadar Nifedipin pada Tablet Adalat (Bayer)

    No Kadar [X] (%) Xi X (Xi X)2 1 97,94 -2,08 4,3264 2 102,07 2,05 4,2025 3 98,27 -1,75 3,0625 4 99,63 -0,39 0,1521 5 99,83 -0,19 0,0361 6 102,38 2,36 5,5696 X = 100,02

    = 17,3492

    ( )1

    2

    =

    nXiX

    SD 16

    3492,17

    = = 1,8628

    Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai = 0,01; n = 6, dk = 5, dari daftar tabel

    distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,0321

    Data ditolak jika thitung ttabel atau thitung - ttabel

    t

    nSD

    XX =

    t hitung 1 : -2,08 / 0,7605 = -2,7350 t hitung 2 : 2,05 / 0,7605 = 2,6956 t hitung 3 : -1,75 / 0,7605 = -2,3011 t hitung 4 : -0,39 / 0,7605 = -0,5128 t hitung 5 : -0,19 / 0,7605 = -0,2498 t hitung 6 : 2,36 / 0,7605 = 3,1032

    Lampiran 5, sambungan..........

  • li

    karena thitung ttabel maka data diterima

    maka kadar sebenarnya terletak antara:

    = X t (1-1/2 )dk x nSD /

    = 102,41

    68628,10321,4 x

    = 102,41 3,066

    Lampiran 6. Perhitungan Statistik Kadar Nifedipin pada Tablet Nifedin (Sanbe)

  • lii

    No Kadar [X] (%) Xi X ( Xi X)2

    1 105,83 0,22 0,0484 2 105,71 0,10 0,0100 3 105,71 0,10 0,0100 4 105,76 0,15 0,0225 5 104,89 -0,72 0,5184 6 105,76 0,15 0,0225 X = 105,61

    = 0,6318

    ( )1

    2

    =

    nXiX

    SD 16

    6318,0

    = = 0,3555

    Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai = 0,01; n = 6, dk = 5, dari daftar tabel

    distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,0321

    Data ditolak jika thitung ttabel atau thitung - ttabel

    t

    nSD

    XX =

    t hitung 1 : 0,22 / 0,1451 = 1,5159 t hitung 2 : 0,10 / 0,1451 = 0,6890 t hitung 3 : 0,10 / 0,1451 = 0,6890 t hitung 4 : 0,15 / 0,1451 = 1,0335 t hitung 5 : -0,72 / 0,1451 = 4,9609 (data ditolak) t hitung 6 : 0,15 / 0,1451 = 1,0335 Karena t hitung - t tabel. maka data ditolak, selanjutnya dilakukan pengujian

    selanjutnya terhadap data yang dianggap tidak menyimpang

    Lampiran 6. sambungan.........

  • liii

    No Kadar [X] (%) Xi X ( Xi X)2 1 105,83 0,076 0,0058 2 105,71 -0,044 0,0019 3 105,71 -0,044 0,0019 4 105,76 0,006 0,00004 5 105,76 0,006 0,00004 = 105,754 = 0,00968

    ( )1

    2

    =

    nXiX

    SD 15

    00968,0

    = = 0,0492

    Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai = 0,01; n = 5, dk = 4, dari daftar tabel

    distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,6040

    Data ditolak jika thitung ttabel atau thitung - ttabel

    t

    nSD

    XX =

    t hitung 1 : 0,076 / 0,0220 = 3,4545 t hitung 2 : -0,044 / 0,0220 = 2,0000 t hitung 3 : -0,044 / 0,0220 = 2,0000 t hitung 4 : 0,006 / 0,0220 = 0,2727 t hitung 5 : 0,006 / 0,0220 = 0,2727

    karena thitung ttabel maka data diterima

    maka kadar sebenarnya terletak antara:

    = X t (1-1/2 )dk x nSD /

    = 102,03

    50492,06040,4 x

    = 102,03 0,101

    Lampiran 7. Perhitungan Statistik Kadar Nifedipin pada Tablet Farmalat

  • liv

    (Pratapa Nirmala)

    No Kadar[X] (%) Xi X (Xi X)2 1 99,62 -1,135 1,2882 2 98,98 -1,775 3,1506 3 101,08 0,325 0,1056 4 101,32 0,565 0,3192 5 102,39 1,635 2,6732 6 100,14 0,385 0,1482 X = 100,755

    = 7,6850

    ( )1

    2

    =

    nXiX

    SD 16

    6850,7

    = = 1,2398

    Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai = 0,01; n = 6, dk = 5, dari daftar tabel

    distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,0321

    Data ditolak jika thitung ttabel atau thitung - ttabel

    t

    nSD

    XX =

    t hitung 1 : -1,135 / 0,5061 = -2,2426 t hitung 2 : -1,775 / 0,5061 = -3,5072 t hitung 3 : 0,325 / 0,5061 = 0,6422 t hitung 4 : 0,565 / 0,5061 = 1,1164 t hitung 5 : 1,635 / 0,5061 = 3,2306 t hitung 6 : 0,385 / 0,5061 = 0,7607

  • lv

    Lampiran 7. sambungan.........

    karena thitung ttabel maka data diterima

    maka kadar sebenarnya terletak antara:

    = X t (1-1/2 )dk x nSD /

    = 100,76

    62398,10321,4 x

    = 100,76 2,041

  • lvi

    Lampiran 8. Perhitungan Statistik Kadar Nifedipin pada Tablet Cordalat (Kimia Farma)

    No Kadar % Xi X ( Xi X)2 1 99,47 -1,432 2,0506 2 104,13 3,228 10,4199 3 99,95 -0,952 0,9063 4 100,81 -0,092 0,0085 5 100,81 -0,092 0,0085 6 100,24 -0,662 0,4382

    X = 100,902 = 13,8320

    ( )1

    2

    =

    nXiX

    SD 16

    8320,13

    = = 1,6632

    Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai = 0,01; n = 6, dk = 5, dari daftar tabel

    distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,0321

    Data ditolak jika thitung ttabel atau thitung - ttabel

    t =

    nSD

    XX =

    t hitung 1 : -1,432 / 0,6790 = -2,1089 t hitung 2 : 3,228 / 0,6790 = 4,7541 (data ditolak) t hitung 3 : -0,952 / 0,6790 = -1,4021 t hitung 4 : -0,092 / 0,6790 = -0,1354 t hitung 5 : -0,092 / 0,6790 = -0,1354 t hitung 6 : -0,662 / 0,6790 = -0,9749

    Karena t hitung 4 - t tabel. maka data ditolak, selanjutnya dilakukan pengujian

    selanjutnya terhadap data yang dianggap tidak menyimpang

    Lampiran 8. sambungan.........

  • lvii

    No Kadar [X] (%) Xi X ( Xi X)2 1 99,47 -0,786 0,6178 2 99,95 -0,306 0,0936 3 100,81 0,554 0,3069 4 100,81 0,554 0,3069 5 100,81 -0,016 0,0003 = 100,256 = 1,3255

    ( )1

    2

    =

    nXiX

    SD 15

    3255,1

    = = 0,5757

    Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai = 0,01; n = 5, dk = 4, dari daftar tabel

    distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,6040

    Data ditolak jika thitung ttabel atau thitung - ttabel

    t n

    SDXX

    =

    t hitung 1 : -0,786 / 0,2574 = -3,0536 t hitung 2 : -0,306 / 0,2574 = -1,1888 t hitung 3 : 0,554 / 0,2574 = 2,1522 t hitung 4 : 0,554 / 0,2574 = 2,1522 t hitung 5 : -0,016 / 0,2574 = 0,0622

    karena thitung ttabel maka data diterima

    maka kadar sebenarnya terletak antara:

    = X t (1-1/2 )dk x nSD /

    = 100,256

    55757,06040,4 x

    = 100,26 1,183

  • lviii

    Lampiran 9. Perhitungan Konsentrasi Pengukuran

    Diketahui : nilai absorptivitas () 21590 M-1cm-1 ( Merck Indeks, 2001)

    BM nifedipin adalah 346,34

    A = .b.c (mol/liter)

    0,4343 = 21590 M-1cm-1 x 1 cm x c

    c = 121590

    4343,0x

    M

    c = 2,0115 x 10-5 M

    c = 2,0115 x 10-5 mol/ liter

    c = 2,0115 x 10-5 x 346,34 x 103 mcg/ml

    c = 6,966 mcg/ ml

    Konsentrasi untuk Pengukuran Panjang Gelombang digunakan 7 mcg/ml

  • lix

    Lampiran 10. Contoh Perhitungan Penimbangan Sampel

    Berat 20 tablet = 5, 497 g

    Kandungan nifedipin pada etiket = 10 mg

    Dibuat larutan uji dengan kadar lebih kurang 8 mcg/ml.

    Ditimbang serbuk setara dengan 20 mg nifedipin, maka berat sampel yang

    ditimbang adalah:

    Berat penimbangan sampel = mg

    mg1020

    20

    X 5497 mg

    =549,7 mg

    Sampel yang telah ditimbang dimasukkan dalam labu ukur 25 ml, lalu dilarutkan

    dalam pelarut metanol dan cukupkan sampai garis tanda dengan air.

    Kadar larutan uji = mlmg

    2520 X 1000 mcg/ml = 800 mcg/ml

    Kemudian dipipet 2,0 ml larutan uji, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml

    dan dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda.

    Kadar larutan uji = ml

    mlmcgml25

    /8002 = 64 mcg/ml

    Lalu dipipet lagi 3,5 ml larutan uji, dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml

    kemudian dicukupkan sampai garis tanda.

    Kadar larutan uji = ml

    mlmcgmlx25

    /645,3 = 8,96 mcg/ml

  • lx

    Lampiran 11. Contoh Perhitungan Persentase (%) Perolehan Kembali

    Berat 20 tablet = 5497 mg

    Berat 1 tablet = 274,85 mg

    Kandungan zat berkhasiat = 10 mg

    Perolehan 80 %

    = 10080

    x 10 mg = 8 mg

    Analit 70 %

    = 10070

    x 8 mg = 5,6 mg

    Sampel yang ditimbang = mgmg

    106,5

    x 274,85 mg

    = 153,916 mg

    Baku 30 %

    = 10030

    x 8 mg = 2,4 mg

    Perolehan 100 %

    = 100100

    x 10 mg = 10 mg

    Analit 70 %

    = 10070

    x 10 mg = 7 mg

    Sampel yang ditimbang = mgmg

    107

    x 274,85 mg

    = 192,395 mg

  • lxi

    Baku 30 %

    = 10030

    x 10 mg = 3 mg

    Perolehan 120 %

    = 100120

    x 10 mg = 12 mg

    Analit 70 %

    = 10070

    x 12 mg = 8,4 mg

    Sampel yang ditimbang = mgmg

    104,8

    x 274,85 mg

    = 230,874 mg

    Baku 30 %

    = 10030

    x 12 mg = 3,6 mg

  • lxii

    Lampiran 12. Data hasil persen perolehan kembali Nifedipin pada tablet (PT. Kimia Farma) dengan Metode Penambahan Baku (standard addition method)

    No Konsentrasi (%) Absorbansi

    Konsentrasi Analit yang ditambahkan

    (C) mcg/ml

    Persen perolehan

    (A-B) x100% C

    Setelah penambahan

    analit (A)

    mcg/ml

    Sebelum penambahan

    analit (B)

    mcg/ml 1

    80 0,5729 10,796 9,7786 1,0752 94,62

    2 0,5713 10,766 9,7786 1,0752 91,83 3 0,5725 10,789 9,7786 1,0752 93,97 4

    100 0,5895 11,110 9,7786 1,3440 99,06

    5 0,5862 11,048 9,7786 1,3440 94,45 6 0,5846 11,018 9,7786 1,3440 92,22 7

    120 0,6047 11,399 9,7786 1,6128 100,47

    8 0,6013 11,334 9,7786 1,6128 96,44 9 0,5986 11,283 9,7786 1,6128 93,28

    Kadar rata rata (% recovery) 95,15 Standar Deviasi (SD) 1,19 Relatif Standar Deviasi (RSD) (%) 1,25

  • lxiii

    Lampiran 13. Contoh perhitungan batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ)

    Persamaan garis regresi: Y = 0,052807X + 0,002789

    No Konsentrasi

    (mcg/ml) X

    Luas Puncak

    Y Yi Y - Yi (Y Yi)2

    1 0 0 0 0 0 2 4 0,215 0,2140 0,001 0,00000100 3 6 0,328 0,3196 0,0084 0,00007056 4 8 0,421 0,4252 -0,0042 0,00001764 5 10 0,527 0,5308 -0,0038 0,00001444 6 12 0,638 0,6364 0,0016 0,00000256 40 2,129 0,00010620

    6,6667 0,3548

    SB = 2

    )( 2

    nYiY

    = 26

    0001062,0

    = 0,0052

    LOD = Slope

    SB3

    = 052807,0

    0052,03

    = 0,2927 mcg/ml

    LOQ = Slope

    SB10

    = 052807,0

    0052,010

    = 0,9758 mcg/ml

  • lxiv

    Lampiran 14. Data Persen Perolehan Kembali (% Recovery) a. Perolehan 80%

    b. Perolehan 100%

    c. Perolehan 120%

  • lxv

    Lampiran 15. Nilai Distribusi t 0.1 0.05 0.025 0.01 0.005 0.0025 0.001 df 1 3.0776 6.3137 12.7062 31.8205 63.6567 127.3213 318.3088 2 1.8856 2.9199 4.3027 6.9645 9.9248 14.0890 22.3271 3 1.6377 2.3533 3.1824 4.5407 5.8409 7.4533 10.2145 4 1.5332 2.1318 2.7765 3.7469 4.6040 5.5975 7.1731 5 1.4758 2.0150 2.5706 3.3649 4.0321 4.7733 5.8934 6 1.4397 1.9431 2.4469 3.1426 3.7074 4.3168 5.2076 7 1.4149 1.8945 2.3646 2.9979 3.4994 4.0293 4.7852 8 1.3968 1.8595 2.3060 2.8964 3.3553 3.8325 4.5007 9 1.3830 1.8331 2.2621 2.8214 3.2498 3.6896 4.2968 10 1.3721 1.8124 2.2281 2.7637 3.1692 3.5814 4.1437 11 1.3634 1.7958 2.2009 2.7180 3.1058 3.4966 4.0247 12 1.3562 1.7822 2.1788 2.6809 3.0545 3.4284 3.9296 13 1.3501 1.7709 2.1603 2.6503 3.0122 3.3724 3.8519 14 1.3450 1.7613 2.1447 2.6244 2.9768 3.3256 3.7873 15 1.3406 1.7530 2.1314 2.6024 2.9467 3.2860 3.7328 16 1.3367 1.7458 2.1199 2.5834 2.9207 3.2519 3.6861 17 1.3333 1.7396 2.1098 2.5669 2.8982 3.2224 3.6457 18 1.3303 1.7340 2.1009 2.5523 2.8784 3.1965 3.6104 19 1.3277 1.7291 2.0930 2.5394 2.8609 3.1737 3.5794 20 1.3253 1.7247 2.0859 2.5279 2.8453 3.1534 3.5518 21 1.3231 1.7207 2.0796 2.5176 2.8313 3.1352 3.5271 22 1.3212 1.7171 2.0738 2.5083 2.8187 3.1188 3.5049 23 1.3194 1.7138 2.0686 2.4998 2.8073 3.1039 3.4849 24 1.3178 1.7108 2.0638 2.4921 2.7969 3.0905 3.4667 25 1.3163 1.7081 2.0595 2.4851 2.7874 3.0781 3.4501 26 1.3149 1.7056 2.0555 2.4786 2.7787 3.0669 3.4349 27 1.3137 1.7032 2.0518 2.4726 2.7706 3.0565 3.4210 28 1.3125 1.7011 2.0484 2.4671 2.7632 3.0469 3.4081 29 1.3114 1.6991 2.0452 2.4620 2.7563 3.0380 3.3962 30 1.3104 1.6972 2.0422 2.4572 2.7499 3.0297 3.3851 31 1.3094 1.6955 2.0395 2.4528 2.7440 3.0221 3.3748 32 1.3085 1.6938 2.0369 2.4486 2.7384 3.0149 3.3653 33 1.3077 1.6923 2.0345 2.4447 2.7332 3.0082 3.3563 34 1.3069 1.6909 2.0322 2.4411 2.7283 3.0019 3.3479 35 1.3062 1.6895 2.0301 2.4377 2.7238 2.9960 3.3400

  • lxvi

    Lampiran 16. Surat Sertifikasi Bahan Baku POM

  • lxvii

    SKRIPSIUNIVERSITAS SUMATERA UTARASKRIPSIFAKULTAS FARMASI

    Lampiran 7. Perhitungan Statistik Kadar Nifedipin pada Tablet FarmalatLampiran 15. Nilai Distribusi t 52BAB IPENDAHULUANBAB III3.1 Alat alat3.2 Bahan-bahan3.3 Pengambilan Sampel3.4 Prosedur Penelitian3.4.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Nifedipin BPFI3.4.4 Penentuan Kadar Nifedipin dalam Sediaan Tablet3.4.6 Analisis Data secara Statistik = t (1-1/2 )dk xBAB IV4.1 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Nifedipin BPFITabel 3. Kadar rata-rata nifedipin pada sediaan tabletDAFTAR PUSTAKAWHO. (1992). Validation of Analytical Procedures Used in Examination of Pharmaceutical materials. WHO Technical Report Series. No. 823.Lampiran 1. Perhitungan Persamaan Regresi Nifedipin BPFILampiran 2. Data kadar nifedipin sediaan tabletLampiran 3. Perhitungan Statistik Kadar Nifedipin pada Generik Kimia Farma= 107,745 = 106,69= 106,69 1,095Lampiran 5. Perhitungan Statistik Kadar Nifedipin pada Tablet Adalat= 102,41 = 102,03 = 102,03 0,101Lampiran 7. Perhitungan Statistik Kadar Nifedipin pada Tablet Farmalat= 100,76 = 100,256 Lampiran 14. Data Persen Perolehan Kembali (% Recovery)a. Perolehan 80%b. Perolehan 100%c. Perolehan 120%Lampiran 15. Nilai Distribusi t