Modul 7. Manajemen Lingkungan

14

description

ukfgb

Transcript of Modul 7. Manajemen Lingkungan

Page 1: Modul 7. Manajemen Lingkungan
Page 2: Modul 7. Manajemen Lingkungan

' ,- LEMBAGAPENDIDIKAN& PELATIHAN ,~, KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN@ LP2K3L A2K4 • INDONESIA

BAS. I.

PENDAHULUAN

Pada era industrialisasi ban yak digunakan bahan dan proses produksi yang canggih yang diperlukan untuk meningkatkan efesiensi dan produktivifas ke~a. Dipihak lain penggunaan bahan dan proses produksi yang canggih tersebut, dapat meningkatkan resiko bahaya yang lebih besar terhadap tenaga kerja. terutama kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja.

Kondisi Iingkungan kerja, dipengaruhi oleh pemakaian mesin-mesin dan bahan­bahan berbahaya , zat kimia beracun, tuntutan pekerjaan yang menimbulkan tekanan fisik dan psikis sampai dengan lalulintas berkecepafan tinggi. telah menjadikan seseorang yang bekerja berhadapan dengan kemungkinan besar terkena resiko penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan jabatannya.

Dalam hal penggunaan bahan kimia yang sudah merupakan kebutuhan hidup set iap manusia. Hingga saat ini telah diketahui sekirtar lima hingga tujuh juta jenis bahan kimia, yang setiap tahunnya paling sedikitnya kurang dan 400 juta ton bahan kimia telah di produksi di seluruh dunia meliputi bahan kimia untuk keperluan pertanian (agrochemicals) dalam bentuk pembasmi hama ( pastisida ) dan pupuk, bahan adiktif makanan, farmasi ,dan lain -lain. .

OJ Amerika di hasil kan 1200 macam bahan kimia baru setiap tahunnya . Di perkirakan 500-10.000 bahan kimia yang di perdagangkan rnengandung bahaya , diantaranya 150 - 200 kemungkinan adalah penyebab kanker .

Bahan kimia dalam bentuk padat dapat berubah dijadikan bubuk atau partikel abu selama proses manufaktur dan dapat bersisa masuk kedalam udara ambient untuk jangka waktu yang lama.

Sedangkan gas dan uap digunakan dalam operasi industri seperti pada proses pengelasan, pendinginan atau pada bermacam-macam prosesk imia lainnya. Gas juga di gunakan dirumah sakit sebagai bahan anastesi. Bahan kimia banyak di gunakan dalam lingkungan ( tempat ) kerja yaitu industri kimia, industri pengguna bahan kimia dan laboratorium.

Penggunaan bahan kimia ini bisa membahayakan terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Tenaga kerja yang bekerja dengan menggunakan bahan kimia ini dapat terpapar bahan kimia ( faktor kimia ) baik dalam waktu singkat berupa kebakaran, peledakan, cedera , keracunan atau kematian . Dalam jangka waktu panjang bisa mengakibatkan gangguan kenyamanan dan gangguan terhadap kesehatan dan bahkan terjadinya penyakit.

Oisamping faktor bahan - bahan kimia yang mempengaruhi kondisi Lingkungan tempat kegiatan kerja berfangsung , faktor lainnya seperti lingkungan kerja panas, berdebu, penuh dengan kebisingan , getaran juga sangat berpengaruh tefhadap kesehatan kerja tenaga kerjanya , hal ini berdampak pula pada kesehat~l1l ingkungan

untuk masyarakat disekitar lokasi tempat kegiatan kerja berlangsung , Gangguan kesehatan karena pengaruh panas, dapat disebabkan oleh dua hal: adanya-surnber panas dan ventilasi yang kurang baik. Kedua hal" ini banyak dijumpai dalam a'Wvita~ · perusahaan , yang tanpa disadari akan menimbulkan ketidak nyamanan dalam ~~en<i\

sampai kepada pengaruh buruk terhadap kesehatan tenaga keria. Tindakan vana

Page 3: Modul 7. Manajemen Lingkungan

' .Q . LEMBAGAPENDIDIKAN& KESELAMATAN, KESEHATA

PELATIHAN N KERJA s L1NGKUNGAN@LP2K3L A2K4 - INDONESIA

paling baik adalah rnencegah timbulnya pengaruh Iingkungan kerja panas. Dalam norma higiene perusahaan ada langkah-Iangkah dalam upaya menciptakan kondisi Iingkungan kerja yang maman dan nyaman, yakni penanggulangan ayau penanqanan penyakit akibat kerja

Demikian juga dengan Iingkungan kerja yang penuh dengan kebisingan, pengaruh getaran, radiasi semuanya harus mempunyai batasan - batasan yang dinilai dalam suatu kadar tertentu, hal terakhir ini di maksudkan untuk mencegah penyakit akibat kerja.

Dalam hal ini Penyakit akibat kerja (PAK) yang disebabkan oleh pekerjaan pada Iingkungan tempat kegiatan kerja berfangsung, maka harus diupayakan Untuk melindungi tenaga kerja terhadap PAK, sehingga perlu adanya upaya pemeliharaan kesehatan tenaga kerja secara terpadu yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Salah satu upaya pencegahan PAK yaitu dengan melalu i pemeriksaan kesehatan tenaga kerja secara teratur. PAK memiliki konsekwensi (dimensi) hukum karena harus dilaporkan (notifiable), serta bagi penderitanya berhak mendapat santunan (Jamsostek).

Untuk mendiagnosa dan menangani penyakit akibat kerja akibat Iingkungan keIja , secara tuntas sering diperlukan peninjauan tempat kerja. Hal ini akan memberikan informasi tentang bahan yang digunakan, proses produksinya. hasil akhir, produk sampingan, bahan polutan, Iimbah, lingkungan keria, waktu kerja, siapa yang terpapar dengan dengan bahaya, tindakan pencegahan yang dilakukan dan lain sebagainya . .

Page 4: Modul 7. Manajemen Lingkungan

@ LEMBAGA PENDlDIKAN • PELATINAN ~,t(£)_ ': , KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN

LP2K3L A2K4 -INDONESIA

BAS. II.

STANDAR LINGKUNGAN DAN PENERAPAN SISTEM LINGKUNGAN

2.1. NILAI AM BANG BATAS (NAB)

Nilai Ambang Batas adalah suatau kadar / nilai bahan dengan batasan tertentu yang berlaku dalam udara tempat kerja merupakan pedoman pengendalian, agar tenaga kerja masih dapat menghadapinya, dengan tidak mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan atau kenikmatan kerja dalam perkerjaan sehari-hari untuk waktu tidak boleh lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggu .

Untuk mengetahui apakah udara tempat kerja telah membahayakan terhadap kesehatan tenaga kerja, maka perlu dilakukan pengukuran kadar konsentrasi, suatu kondisi sesuai dengan paparannya,

Bila konsentrasinya telah melebihi NAB yang ditentukan. ini berarti telah rnembahayakan terhadap kesehatan tenaga kerja untuk bekerja di ruangan tersebut. Keadaan ini harus segera dikendalikan yaitu dengan upaya menurunkan kadarnya sehingga dibawah .NAB atau dengan melakukan upaya memberikan alat pelindung diri yang sesuai saat bekerja.

Misalnya untuk mengukur kadar bahan kimiadi udara tempat kerja, dibutuhkan keahlian khusus dengan menggunakan metoda pengukuran yang standar (NIOSH, EPA), peralatan-peralatan serta instrumen yang sesuai dan terkalibrasi.

Metoda yang digunakan adalah dengan cara mengambil sample udara di tempat keqa, kemudian sampel udara dianalisa di laboratolium.

2.2. NILAI AMBANG BATAS (NAB) KIMIA

Definisi NAB:

Nilai Ambang Batas bahan kimia adalah kadar bahan kimia dalam udara tempat kerja yang merupakan perdoman pengendalian, agar tenaga kerja masih dapat menghadapinya , dengan tidak mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan atau kenikmatan kerja dalam perkerjaan sehari-hari untuk waktu tidak boleh lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.

Jika di dalam udara terdapat berrnacam-macam bahan kimia maka NAB nya ditentukan oleh NAB gabungan . Jika harga dari NAB gabungan > 1, ini berarti harga NAB dilampaui, dan telah membahayakan kesehatan.

. Kegunaan Nila i Ambang Batas bahan kimia adalah :

Page 5: Modul 7. Manajemen Lingkungan

@" lEMBAGAPENDIDIKAN&PELATIHAN & . KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA &lINGKUNGAN .-- - lP2K3l A2K4 - INDONESIA

1. Sebagai kadar standar untuk perbandingan

2. sebagai untuk perencanaan proses produksi dan perencanaan teknologi pengendalian

3. Substitusi bahan denan yang kurang beracun.

4. membantu menetukan gangguan kesehatan, timbulnya penyakit dan hambatan efesiensi kerja akibat faktor kimiawi.

2.3. L1NGKUNGAN (IKLlM) KERJA PANAS

Landasan teori

Pada prinsipnya pengaruh lingkurigan ke~a panas terhadap tenaga kerja bertaku teori fisika yang dikenal dengan perpindahan panas (heat transfer) dan keseimbangan panas (heat balance). Yaitu apabila ada dua benda yang mempunyai perbedaan suhu, maka benda yang lebih panas akan melepaskan dan yang lebih dingin akan menerima panas.

Perpindahan panas tersebut berlangsung secara, konveksi, konduksi dan radiasi. Sedangkan beban panas yang diterima akan dilepaskan melalui proses evaporasi untuk menghindari timbulnya akumulasi panas. Namun kemampuan manusia untuk melepaskan panas secara evaporasi juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan terutama kecepatan gerakan udara, kelembapan dan individual.

Pengertian

Lingkungan kerja panas adalah suatu kondisi di tempat kerja, dimana tenaga kerja yang selama kerja terpanjang, potensi akan mendapatkan gangguan kesehatan karena pengaruh panas. Problematika Iingkungan kerja panas dapat disebabkan oleh dua hal:

adanya sumber panas

ventilasi yang kurang baik

Kedua hal tersebut banyak dijumpai dalam aktivitas perusahaan, yang tanpa disadari akan menimbulkan ketidak nyamanan kerja sampai pada pengaruh yang buruk terhadap kesehatan tenaga kerja. Tindakan yang paling baik adalah mencegah timbulnya pengaruh lingkungan kerja panas. Dalam norma higene perusahaan ada langkah-Iangkah dalam upaya 'menciptakan kondisi Iingkungan kerja yang maman dan nyaman, yaitu :

identifikasi

pengukuran

penilaian

pengendalian

Untuk itu pertu diberikan pengetahuan mulai dari timbulnya problematika panas Iingkungan kerja sampai pada pengaruhnya terhadap tenaga kerja.

Page 6: Modul 7. Manajemen Lingkungan

' LEMBAGAPENDIDIKAN& PELATIHAN ,~ KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN@ LP2K3L A2K4 • INDONESIA

Parameter.

Lingkungan kerja panas atau yang lazim dikenal dengan tekanan panas adalah kondisi Iingkungan kerja yang dipengaruhi o leh perpaduan suhu udara, kecepatan gerakan udara, panas radiasi dan kelembapan, serta dihubungkan dengan tingkat aktivitas dari seseorang (metabokisme). Lingkungan kerja panas yang dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut (multi faktor), oleh beberapa ahli fisiologi , telah dikembangkan untuk dijad!kansuatu standar dengan menjadikan satuan nilai tunggal (single value), yang dikenal dengan parameter.

Ada bebarapa parameter yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dalam pengendalian lingkungan dan perlindungan tenaga kelja.

1. Parameter yang didasarkan pada analis pertukaran panas.

a. Heat Stress Index of Belding anda Hatch (HSI)

b. Index of Thermal Stress (ITS)

2. Parameter yang didasarkan pada pengamatan fisiologis

a. Predicted Four Hour Sweat Rate (P4SR) (Me. Ardle)

b. Wet Bulb Globe Termometer (WBGT) (Yaglou)

3. Parameter yang didasarkan pada perasaan subyektif

a. Efective Temperature (ET), yang kemudian untuk kondisi khusus dikembangkan dengan Efective Corrective Temperature (CET) (Yaglou)

Standar yang digunakan di Indonesia berdasarkan Kepmen naker No. 51/1999 adalah WBGT, yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Indeks Suhu Basal dan bola (ISBB), setelah mengalami pengujian dengan waktu yang cukup lama.

ISBB ini dihitung dengan sebuah rumus atau juga disediakan diagram untuk membacanya, setelah kita mengetahui nilai suhu basah alami (SBA), suhu globe (SG), dan juga dalam kondisi diluar gedung dengan pengaruh radiasi sinar matahari, perlu juga diukur suhu kering (SK)

Rumus ISBB,

ISBB =0,7 SBA + 0,3 SG, untuk indoor

ISBB =0,7 SBA + 0,2 SG + 0,1 sk, untuk outdoor

Peralatan ,

1. SBA diukur dengan termometer basah alami

2. SG diukur dengan termometer globe

3. SK diukur dengan termometer kering

Page 7: Modul 7. Manajemen Lingkungan

@Q.... LEMBAGAPENDIDIKAN& PELATIHAN KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN LP2K3L A2K4 • INDONESIA

Penilaian

Dalam melakukan penilaian tingkat bahaya yang disebabkan oleh Iingkunan kerja panas , hasil ISBB dapat dibaca den ga tabel ya ng ditetapkan, sehingga dapat direkomendasikan maksimum pemajanan yang diperkenankan (allowable exposure time), dan waktu yang diperlukan untuk istirahat (minimum recov ery time)

Tabel 1. ISBB

Pengaruh Waktu kerja ISBB/Beban keria

Kerja Istirahat Ringan Sedang Berat

Bekerja terus-menerus

75%

50%

25%

25%

50%

75%

30,0

30,6

31,4

32,2

26,7

28.0

29,4

31,1

25,0

25,9

27,9

30,0

Cara pembacaan tabel :

1. Menetapkan kriteria beban kerja.

a. Ringan, aktivitas yang memerlukan kalori rata-rata 100-200 Kcal~am

b. Sedang , aktivitas yang memerlukan kalori rata-rata >200-350 Kcalrjam

c. Berat, aktivitas yang memerlukan kalori rata-rata >350-500 Kcabjam

2. Menghitung nilai fSBB, dengan rumus yang telah ditetapkan

3. Membaca tabel/diagram ISBB

a. Beban kerja "ringan"

1) ISBB =30,0 "C, bisa kerja terus menerus selama 8 jam kerja

2) ISBB =30,6 cc, keqa 45 menit, istirahat 15 menit

3) ISBB =31,4 cc, keqa 30 menit, istirahat 30 menit

4) ISBB =32,2 "C, kerja 15 menit, istirahat 45 menit

b. Beban kerja "sedang"

1) ISBB =26,7 -c, bisa kerja terus menerus selama 8 jam kerja

2) ISBB =28,0 -c , keqa 45 menit, istirahat 15 menit

3) ISBB =29,4 "C, kerja 30 menit, istirahat 30 menit

4) ISBB =31,1 "C. kerja 15 menit, istirahat4.5 menit

c. Beban kerja berat

Page 8: Modul 7. Manajemen Lingkungan

(@\ LEMBAGAPENDIDIKAN& PELATIHAN ~, KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA s L1NGKUNGAN

LP2K3L A2K4 - INDONESIA

1) ISBB =25,0 uc, bisa kerja terus menerus selama 8 jam ke~a

2) ISBB = 25,9 "C, kerja 45 menit, istirahat 15 menit

3) IS8B =27,9 -c, keqa 30 menit, istirahat 30 menit

4) ISBB =30,0 °C, kerja 15 menit, istirahat 45 menit

Pengaruh terhadap tenaga kerja

Pengaruh Iingkungan kerja panas tertladap tenaga kerja yang terpanjang dapat terjadi apabila pengelolaannya tidak sesuai dengan ketentuan yang tela h ditetapkan. Adapun pengaruh dimaksud dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

A. Short Term Effect ,

Hal-hal yang dapat terjadl pada tenaga kerja yang terpanjang pada masa yang pendek :

1 Ketidaknyamanan kerja yang selanjutnya dapat berpontensi terjadinya kecelakaan kerja

2. Memperburuk pengaruh bahaya lingkungan kerja yang lainnya (combine factor)

3. mengakibatkan resiko kerja , seperti heat cramp , heat exhaustion, heat stroke

Cara Pengendalian

Cara pengendalian lingkungan kerja panas dapat dengan mengintervensi ternadap Iingkungan keqa, tenaga kerja atau keduanya

A. Terhadap lingkungan kerja

1. Mereduksi panas konveksi

2. Memperbaiki sistem ventilasi

3. Mereduksi panas radiasi

4 . Memberikan wama cerah permukaan dinding ruang kerja

B. Terhadap tenaga kerja

1. Menyediakan minuman dekat tempat keqa yang memenuhi syarat kualitas dan kuantitas

2. Untuk Iingkungan kerja panas dengan tingkat panas radiasi rendah, dianjurkan berpakaian kerja dengan bahan yang mudah menyerap keringat dan berwarna cerah •

3. Kualifikasi tenaga kerja yang bekerja dilingkungan kerja panas , tidak boleh terlalu gemuk dan tidak mempunyai penyakit kardiopvasculer

Page 9: Modul 7. Manajemen Lingkungan

@ lEMBAGA PENDIDIKAN & PELATIHAN"M, KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & lINGKUNGAN lP2K3l A2K4 • INDONESIA

BAS. III.

IDENTIFIKASI DAN PENILAIAN DAMPAK LINGKUNGAN

3.1. PENGGUNAAN BAHAN KIMIA

Sebagaimana telah dijelaskan diddepan Bab 1. Pendahuluan, pengguanaan bahan kimia sudah merupakan kebutuhan hidup setiap manusia, dimulai untuk keperluan pertanian (agrochemicals) dalam bentuk pembasmi hama ( pastisida ) dan pupuk, bahan adiktif makanan, farmasi,dan lain-lain.

Penggunaan bahan kimia yang bisa membahayakan terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. diantaranya terpapar bahan kimia ( faktor kimia ) baik dalam waktu singkat berupa kebakaran, peledakan, cedera, keracunan atau kematian. Dalam jangka waktu panjang bisa mengakibatkan gangguan kenyamanan dan gangguan terhadap kesehatan dan bahkan terjadinya penyakit.

Penggunaan bahan Kimia dalam Lingkungan kerja dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu : .

1. Industrt kimia.

Yaitu industri yang mengolah dan menghasilkan bahan-bahan kimia, misalnya industri pupuk, asam sulfat, deterjen, bahan peledak, cat, pestisida dan lain-lain.

2. Industri pengguna bahan kimia

yaitu industri yang menggunakan bahan kimia sebagai bahan pembantu proses. Misalnya industri tekstil, kulit, kertas pengolahan logam, obat­obatan dan lain-lain.

3. Laboratorium

Yaitu tempat kegiatan untuk uji mutu, penelitian dan pengembangan serta pendidikan. Kegiatan laboratorium banyak di punyai oleh industri, lembaga penelitian dan pengembangan, perusahaan [asa, rumah sakit dan perguruan tinggi.

Dalam Iingkungan kerja, puluhan atau bahkan ratusan jenis bahan kimia di gunakan setiap harinya. Dilingkungan industri, bahan yang di pakai berjumlah besar walaupun umumnya hanya sedikiljenisnya. Sebaliknya dalam laboratorium biasanya penggunaan bahan kimia sedikit, tetapi amat banyak jenisnya . Sampai sekarang banyak di antara bahan-banah kimia yang kita gunakan belum di ketahui sifat bahayanya. Dari puluhan ribu jenis bahan kimia

Page 10: Modul 7. Manajemen Lingkungan

@ LEMBAGA PENDIDIKAN & PELAn"AN 'I/@ .. KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN

LP2K3L A2K4 -INDONESIA

baru sekitar 2000 jenis yang telah di ketahui secara pasti sifat bahayanya terhadap manusia.

Pada setiap pabrik penghasil atau pengolah bahan kimia, biasanya menggunakan puluhan atau bahkan ratusan jenis bahan kimia lain dan kadang­kadang dalam kondisi yang dapat meningkatkan sifat bahaya bahan kimia terhadap manusia.

3.2. IDENTIFIKASI BAHAYA BAHAN KIMIA

Untuk dapat mengidentifikasi faktor bahaya bahan kimia di tempat kerja, agar potensi bahanya dapat diketahui, hal yang harus diketahui adalah diagram proses produksinya. Pada diagram alir proses produksi tercantum langkah proses produksi dart awal hingga akhir. Dari sini juga diketahui bahan-bahan kimia yang digunakan, hasil produksi, hasil antara dan slsa produksi.

Identifikasi bahaya bahan kimia terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dalam industri dan laboratorium dapat berupa :

1. Kebakaran

. Adanya bahan kimia mudah terbakar seperti pelarut organik atau gas-gas yang kontak dengan sumber panas dapat menimbulkan kebakaran. Semuber panas dapat berupa api terbuka, logam panas bara api, Ioncatan Iistrik. Kebakaran dapat juga menimbulkan terurainya bahan lain yang mungkin menimbulkan zat beracun atau menimbulkan ledakan lainyang mungkin lebih dasyat.

2. Peledakan

Yaitu reaksi yang amat cepat dan menghasilkan gas-gas dalam jumlah besar. Peledakan dapat terjadi oleh reaksi dari bahan peledak atau gas-gas mudah terbakar atau reaksi dari berbagai jenis peroksida, terutama peroksida organik. Dapat juga peledakan terjadi oleh gas cair atau bertekanan tinggi yang tidak terkendali.

3. Iritasi

lritasi adalah kerusakan atau peradangan atau sensitasi dari permukaan tubuh yang lembab seperti kulit, mata dan seluruh badan oleh bahan-bahan kimia korosif atau iritan seperti asam trikloroasetat, gas kalor, belerang dioksida, brom, uap asam sulfat, asam klorida dan lain-lain.

4. Keracunan

Yaitu di sebabkan oleh masuknya bahan kimia beracun ke dalam tubuh yang dapat berakibat fatal atau akut dan akibat kronis. Keracunan akut sebagai akibat aborpsi bahan kimia dalam jumlah besar dan dalam waktu pendek dan dapat pula berakibat fatal atau kematian, seperti keracunan gas CO, HCN. Keracunan kronis adalah absorpsi bahan kimia beracun dalam jumlah sedikit dalam jangka waktu panjang

Page 11: Modul 7. Manajemen Lingkungan

@ LEM'AGA PENOIDIKAN • PELATIHAN/$ \. KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN

LP2K3L A2K4 • INDONESIA

( bulan, tahun atau puluhan tahun ). Misalnya akibat kronis adalah leukimia oleh benzena atau uap Pb, asbestosis oleh asbes.

3.3. FAKTOR KIMIA 01 TEMPAT KERJA

3.3.1. Berdasarkan bentuk fisik, faktor kimia di tempat kerja dapat di bedakan menjadi

1. Bentuk Partikel

Partikel di definisikan sebagai titik-titik cairan atau debu-debu yang mempunyai ukuran halus dengan diameter 0,02 - 500 mikron, dengan demikian kecepatan jatuhnya rendah sehingga mempunyai waktu yang cukup lama berada di udara .

Yang terrnasuk partikel adalah :

Oebu :

Adalah partikel padat yang terbentuk oleh kekuatan alami atau mekanis. Misalnya pada pekerjaan penghancuran, pengolahan, pelembutan, pengepakan yang cepat peledakan dan bahan-bahan baik yang organic maupun anorganic. Contoh : debu batu, debu kapas, debu asbes dan lain-lain.

Sifat debu tidak berflokulasi, kecuali oleh gaya tank elektrts, tidak berdifusi dan turun oloeh gaya tank bumi.

Kabut:

Adalah partikel-partikel zat cair yang terbentuk karena kondensasi dari fase uap. Contoh partikel uap asam sulfat.

Fume

Adfalah partikel-partikel padat yang terjadi karena hasil sublimasi atau kondensasi dari bentuk uap atau gas.

Biasanya setelah penguapan benda padat yang di pijarkan biasanya di sertai dengan oksidasi kimiawi. Sehingga terjadi zat seperti : ZnO , PbO .

Awan

Adalah partikel zat cair yang terbentuk karena kondensasi dari fase gas. Contoh : partikel dan gas amoniak. Sifat-sifat fumedan awan adalah berflokulasi, kadang-kadang berqurnpal, Ukuran partikel di bawah 1 mikron, yaitu antara 0,10 - 1 mikron.

Page 12: Modul 7. Manajemen Lingkungan

@, l EMBAGAPENDIDIKAN&PELATIHAN ~, KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA &lINGKUNGAN

lP2K3l A2K4 • INDONESIA

Asap

Adalah partike-partikel karbon yang ukurannya kurang dari 0,5 mikron, baisanya bercampur dengan senyawa hidrokarbon sebagai hasH pembakaran tidak sempuma dari bahan bakar. Contoh dari generator.

Mist

Adalah suspensi titik-titik cairan sebagai hasil kondensasi dari bentuk uap. Contoh : penyemprotan

Smog

Adalah suspensi partikel anatara asap (smoke) dan kabut (fog ) yang berada di udara secara bersama-sama.

2. Bukan partikel

Yang termasuk bukan partikel yaitu :

Gas

Adalah suatu bentuk zat .yang tidak mempunyai bangunan sendiri , biasa mengisi seluruh ruangan : pada suhu dan tekanan normal. Wujudnya bisa di rubah menjadi cair atau padat dengan melakukan perubahan tekanan atau suhu. Sifat gas pada umumnya tidak tertthat, dalam konsentrasi rendah tidak berbau dan berdifusi mengisi ruangan . Contoh : gas CO, CO2, S02, O2, N2. '

Uap

Adalah bentuk gas dari zat yang dalam keadaan normal berbentuk cairo Sifat uap umumnya tidak kelihatan dan berdifusi mengisi ruangan.

3.3.2. Berdasarkan sifat kereaktifannya faktor kimia dapat pula di bedakan sebagai berikut :

1. Eksplosif ( mudah meledak )

Faktor kimla yang karena pemanasan, gesekan. dan kekerasan dapat mengakibatkan terjadinya peledakan yang biasanya sering diikuti dengan kebakaran.

Contoh trinittronitrat, benzena, karbon disulfida.

Page 13: Modul 7. Manajemen Lingkungan

@.. LEMBAGAPENDIDIKAN& PELATIHAN ~. KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN

. . LP2K3L A2K4 -INDONESIA

2. Flamable

Faktor kimia yang bila di udara dapat meledak secara spontan atau karena faktor gesekan, pukulan atau jatuh, biasanya di sertai dengan nyala api atau kebakaran.

3. Korosif

Suatu zat yang bila bersentuhan dengan benda padat atau jaringan tubuh dapat menyebabkan kerusakan. Zat ini dapat merangsang kulit, mata atau sluran pernafasan.

Contoh : asam kuat (HN03, H2S04 , HCL ) ; basa kuat ( NaOH, KOH, NH40H ) MISK, formaldehid.

4. Oksidator

Adalah zat yang kaya dengan oksigen, dengan demikian mudah menyebabkab terjadinya kebakaran. Contoh asam perklorat, ammonium nitrat.

5. Toksik ( beracun )

Adalah zat yang bila masuk kedalam tubuh walaupun dalam jumlah kecil dapat menyebabkan keracunan. Contoh : pestisida, fenol.

6. Radiaktif

zat yang dapat . memancarkan sinar radiasi dan dapat membahayakan bagi seseorang yang terpapar olehnya . Contoh uranium, plutonium.

3.3.3 . PENGARUHNYA TERHADAP KESEHATAN

1. Yang berupa partikel, menyebabkan :

Perangsangan (Contoh : kapas, sabun, bubuk kertas )

Fibrosis pada paru-paru ( Contoh : debu kwarsa, asbes )

Toksik ( beracun ) ( Contoh : Pb, AS, MN. )

Alergi ( Contoh tepung sari, kapas, wool)

Demam ( Contoh fume I uap logam Zn )

Inert ( tidak rnenimbulkan reaksi jaringan hanya mengganggu kenyamanan kerja ) Contoh : kayu, Alumunium, kapur.

2 . Yang berupa gas I uap ( bukan partikel ), menyebabkan :

Perangsangan (iritasi) ( Contoh : NH3, HCL, H2S )

Afiksian ( Contoh : Metan, N2, C02, Helium)

Toksik (beracun ) Contoh : AsH3, TEL (Pb), Nikel karbonil (Ni)

Page 14: Modul 7. Manajemen Lingkungan

@ LEMBAGA PENDIDIKAN & PELATINAN,/e \ KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN

LP2K3L A2K4 - INDONESIA

Merusak jaringan tubuh.

Anaestesi ( Contoh : Trikloroetilen )

Merusak alat-alat dalam ( Contoh : CCL4 )

Merusak susunan darah ( Contoh : benzena )

Merusak susunan saraf ( Contoh : paration )

Bahan-bahan kimia di udara mempunyai potensi besar untuk menimbulkan penyakit-penyakit pemafasan atau kelainan kulit, karena bahan­bahan tersebut di hirup ketika bernafas ke paru-paru dan mengendap di permukaan kulit. .

Cairan yang mudah menguap menyebabkan keracunan melalui jalan pernafasan. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan setempat di paru - paru atau keracunan umum seluruh tubuh.