MANTRA PENGOBATAN DALAM NASKAH BANJAR HEALING …

16
41 Naditira Widya Vol. 13 No. 1 April 2019-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan p-ISSN: 1410-0932; e-ISSN: 2548-4125 Diterima 3 Januari 2019 Direvisi 31 Januari 2019 Disetujui 22 April 2019 Dede Hidayatullah MANTRA PENGOBATAN DALAM NASKAH BANJAR HEALING MANTRA IN BANJARESE MANUSCRIPT Balai Bahasa Kalimantan Selatan; Jalan A. Yani km. 32,2 Loktabat Banjarbaru Kalimantan Selatan; posel: [email protected] PENDAHULUAN Kajian terhadap naskah yang memuat tentang pengobatan di Kalimantan Selatan, selama ini, belum menjadi perhatian para peneliti dan pengkaji naskah. Salah satu kendala yang menyebabkan kajian terhadap naskah pengobatan ini jarang dilakukan karena keberadaan naskah yang berisi tentang pengobatan baik itu pengobatan herbal, maupun dengan media mantra atau bacaan, sangat rahasia. Hal ini karena naskah pengobatan itu sendiri, biasanya memuat tentang pengobatan herbal dan pengobatan secara magis yang menggunakan bacaan atau isim dan hanya bisa berfungsi sebagai obat apabila dilakukan oleh orang-orang tertentu seperti tuan guru dan tabib. 1 Selain itu, sistem pewarisan mantra dan bacaan biasanya dilakukan Abstrak. Sedikitnya studi naskah pengobatan ini karena keberadaan naskah pengobatan sulit ditemukan. Naskah pengobatan adalah naskah rahasia yang disembunyikan dari orang lain karena bacaannya bersifat magis, dan tidak semua orang dapat membacanya. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi penelitian lain yang membahas tentang mantra pengobatan yang bersumber dari naskah lama. Selain itu, penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk melestarikan manuskrip lama yang memuat informasi tentang kehidupan dan budaya masa lampau, melestarikan tradisi lisan mantra dan pengobatan tradisional Banjar yang mulai punah. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan menerapkan kodikologi dan menganalisis isi teks mantra pengobatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa naskah mantra pengobatan ditulis dengan bahasa Banjar berbentuk prosa dan beraksara Arab Melayu. Naskah ini memuat keterangan tentang kumpulan obat-obatan herbal, termasuk bacaan, mantra, wafak, isim, dan azimat. Lebih lanjut, bacaan dalam naskah ini diklasifikasikan dalam empat bentuk, yaitu doa, ayat Alquran, selawat, dan syahadat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Banjar sejak zaman dulu sudah menggunakan berbagai media dalam melakukan pengobatan. Kata kunci: naskah pengobatan, bahasa Banjar, mantra, ramuan herbal, kodikologi, tradisi lisan Abstract. The lack of study on healing manuscripts is due to the difficulties in finding such texts. A healing manuscript is a secret text that is kept hidden from others because it contains magic script, and not everyone is able to read it. This research is proposed as basis for other studies on healing mantra originating from old manuscripts. Further, this research is conducted as an effort to preserve old manuscripts that contain information concerning life and culture of the past, preserve the oral traditions of mantra, and traditional Banjarese healings that are becoming extinct. The research method used was descriptive by applying codicology and analyzing the contents of healing mantra. Results of this research indicate that the texts of healing mantra was written as proses in Banjarese using Arabic-Malay letters. The text contains information of a collection of herbal concoctions, including scripts, incantations, wafak, isim, and amulets. Furthermore, the literatures in this manuscript are classified into four structures, i.e. prayer, verses of the Koran, selawat, and shahada. Results of this study indicate that the Banjar community has used various media to conduct healing treatment since ancient times. Keywords: Healing manuscript, Banjarese, mantra, herbal concoction, codicology, oral tradition 1 Menurut Sunarti dkk. (1978: 162) Urang Banjar mengistilahkan mantra dengan bacaan, tiupan, isim, penawar, dan sumpah. Kelima istilah ini merupakan sinonim dari mantra, karena itu, istilah kata mantra sebetulnya tidak dikenal oleh masyarakat Banjar.

Transcript of MANTRA PENGOBATAN DALAM NASKAH BANJAR HEALING …

Page 1: MANTRA PENGOBATAN DALAM NASKAH BANJAR HEALING …

41

Naditira Widya Vol. 13 No. 1 April 2019-Balai Arkeologi Kalimantan Selatanp-ISSN: 1410-0932; e-ISSN: 2548-4125

Diterima 3 Januari 2019 Direvisi 31 Januari 2019 Disetujui 22 April 2019

Dede Hidayatullah

MANTRA PENGOBATAN DALAM NASKAH BANJAR

HEALING MANTRA IN BANJARESE MANUSCRIPT

Balai Bahasa Kalimantan Selatan; Jalan A. Yani km. 32,2 Loktabat Banjarbaru Kalimantan Selatan; posel: [email protected]

PENDAHULUAN

Kajian  terhadap  naskah  yang  memuattentang  pengobatan  di  Kalimantan  Selatan,selama ini, belum menjadi perhatian para penelitidan pengkaji naskah. Salah satu kendala yangmenyebabkan  kajian  terhadap  naskahpengobatan  ini    jarang  dilakukan  karenakeberadaan  naskah  yang  berisi  tentang

pengobatan baik itu pengobatan herbal, maupundengan media mantra atau bacaan, sangat rahasia.Hal  ini  karena  naskah  pengobatan  itu  sendiri,biasanya memuat tentang pengobatan herbal danpengobatan  secara  magis  yang  menggunakanbacaan atau isim dan hanya bisa berfungsi sebagaiobat apabila dilakukan oleh orang-orang tertentuseperti  tuan  guru  dan  tabib.1  Selain  itu,  sistempewarisan mantra dan bacaan biasanya dilakukan

Abstrak. Sedikitnya studi naskah pengobatan ini karena keberadaan naskah pengobatan sulit ditemukan. Naskah pengobatanadalah naskah rahasia yang disembunyikan dari orang lain karena bacaannya bersifat magis, dan tidak semua orang dapatmembacanya. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi penelitian lain yang membahas tentang mantra pengobatanyang bersumber dari naskah lama. Selain itu, penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk melestarikan manuskrip lamayang memuat informasi tentang kehidupan dan budaya masa lampau, melestarikan tradisi lisan mantra dan pengobatantradisional Banjar yang mulai punah. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan menerapkan kodikologidan menganalisis isi teks mantra pengobatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa naskah mantra pengobatan ditulisdengan bahasa Banjar berbentuk prosa dan beraksara Arab Melayu. Naskah ini memuat keterangan tentang kumpulanobat-obatan herbal, termasuk bacaan, mantra, wafak, isim, dan azimat. Lebih lanjut, bacaan dalam naskah ini diklasifikasikandalam empat bentuk, yaitu doa, ayat Alquran, selawat, dan syahadat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakatBanjar sejak zaman dulu sudah menggunakan berbagai media dalam melakukan pengobatan.

Kata kunci: naskah pengobatan, bahasa Banjar, mantra, ramuan herbal, kodikologi, tradisi lisan

Abstract. The lack of study on healing manuscripts is due to the difficulties in finding such texts. A healing manuscript is asecret text that is kept hidden from others because it contains magic script, and not everyone is able to read it. This researchis proposed as basis for other studies on healing mantra originating from old manuscripts. Further, this research isconducted as an effort to preserve old manuscripts that contain information concerning life and culture of the past, preservethe oral traditions of mantra, and traditional Banjarese healings that are becoming extinct. The research method used wasdescriptive by applying codicology and analyzing the contents of healing mantra. Results of this research indicate that thetexts of healing mantra was written as proses in Banjarese using Arabic-Malay letters. The text contains information of acollection of herbal concoctions, including scripts, incantations, wafak, isim, and amulets. Furthermore, the literatures in thismanuscript are classified into four structures, i.e. prayer, verses of the Koran, selawat, and shahada. Results of this studyindicate that the Banjar community has used various media to conduct healing treatment since ancient times.

Keywords: Healing manuscript, Banjarese, mantra, herbal concoction, codicology, oral tradition

1 Menurut Sunarti dkk. (1978: 162)  Urang Banjar mengistilahkan mantra dengan  bacaan, tiupan, isim, penawar, dan sumpah. Kelima istilahini merupakan sinonim dari mantra, karena itu, istilah kata mantra sebetulnya tidak dikenal oleh masyarakat Banjar.

Page 2: MANTRA PENGOBATAN DALAM NASKAH BANJAR HEALING …

42

Mantra Pengobatan dalam Naskah Banjar-Dede Hidayatullah (41-56)

secara lisan dan tertutup. Hal ini membuat naskahini  menjadi  naskah  rahasia dan  disembunyikandari orang lain. Padahal naskah pengobatan itumempunyai peranan dan fungsi yang penting bagimasyarakatnya,  sebagai  pengobatan  alternatif.Oleh  karena  itu,  kajian  terhadap  naskah  yangmemuat tentang pengobatan, baik menggunakantanaman maupun media lainnya, sangat pentingdilakukan.

Kajian naskah di Kalimantan Selatan selamaini, biasanya pada naskah keagamaan dan naskahsyair saja.  Untuk naskah agama, kajian dilakukanterhadap  naskah-naskah  yang ditulis Al-Banjariyang  masih  terdokumentasi  dan  tersimpandengan baik di  Desa Dalam Pagar dan  juga diMuseum Lambung Mangkurat  (Hidayatullah 2015:59;  2016:  117).  Selain  itu,  kajian  naskah  jugadilakukan terhadap naskah tasawuf seperti padanaskah  Negara, seperti  yang  dilakukan  olehMunadi dkk. (2011: 93) yang meneliti salah satubagian dari naskah Negara, yaitu Ini Pasal padaMenyatakan Sembahyang  yang  membahastentang    konsep  salat  menurut  IhsanuddinSumatrani; Humaydi dkk. (2011: 2) yang menelitiisi  naskah  Syarâb Al-‘Âsyiqîn karya  HamzahFansuri. Naskah Negara ini  merupakan kitab yangberisi tentang tasawuf dan tauhid  yang merupakanhasil  karangan beberapa  pengarang. Mayoritaspengarang  dalam  naskah  ini  berasal  dari Acehseperti Hamzah Fansuri, Nûr al-Dîn Al-Rânîrî danIhsân Al-Dîn ibn Muhammad Syamamaranî(Hidayatullah 2014b: 451). Adapun kajian terhadapnaskah  syair  biasanya  berkaitan  dengan  tema,penokohan,  dan  amanat  yang  terdapat  dalamsyair itu.

Selama  ini,  objek  penelitian  tentangpengobatan, terutama berkaitan dengan mantrayang  ada  di  masyarakat  dan  dituturkan  turuntemurun  secara  lisan. Ada  beberapa  penelitianyang telah dilakukan terhadap mantra, misalnyaYulianto  (2011:  140)  meneliti  kompromi budayadan kepercayaan dalam mantra; Burchett (2008:807) tentang fenomena kemagisan mantra; Daod(2010: 181) tentang mantra dan dukun di Malaysia;Saputra (2007: 42) tentang struktur mantra Using,konvensi,  konsep  kelisanan  dan  fungsinya;Maknuna dkk. (2013: 2) tentang struktur, formula,

dan fungsi mantra pemanggil hujan di Situbundo;Kasmilawati dan Effendi (2012: 4) tentang strukturmantra  Dayak  Deyah;  Suwarno  (2012:  323)tentang bentuk dan isi mantra; dan Hermansyah(2010:3-4)  tentang mantra di Kalimantan Barat.Adapun  penelitian  tentang  mantra Banjar  yangdilakukan oleh Sunarti, dkk. (1978: 54); Tim Penelitidari  Balai  Bahasa  Provinsi Kalimantan  Selatan(Mugeni dkk. 2005: 1—82); Ganie (2007: 276—281); Sulistyowati dan Ganie (2016: 12); Rohim(2014: 206); dan mendeskripsikan tentang mantraBanjar berdasarkan fungsinya dan nilai budaya;Hidayatullah (2009: 33; 2014: 280) mendeskrip-sikan  jenis mantra Banjar berdasarkan penggu-naannya dan revitalisasi mantra Banjar.

Adapun kajian tentang naskah yang memuatpengobatan di Kalimantan Selatan belum pernahdilakukan. Kajian naskah terpusat pada dua fokuspenelitian, yakni naskah keagamaan dan naskahsastra. Kajian tentang mantra yang terkait denganpengobatan,  yaitu  penawar,  biasanya  berupakajian  tentang  tuturan  yang  telah  ditradisikan.Akibatnya kajian naskah pengobatan seakan-akanterabaikan. Penelitian naskah yang berisi mantrapernah  dilakukan  oleh  Hidayatullah  yangmembahas  tentang  kodikologi  dan  isi  naskahmantra mistik (2016:  120—121), dan  suntingannaskah doa wirid tolak bala (2017: 124). Naskahmantra  mistik  memuat  tentang  kagancangan(kesaktian),  kewibawaan,  dan  kedigjayaan,sedangkan naskah doa wirid tolak bala memuatsembahyang, bacaan jual beli, dan bagian  yangketiga tentang bacaan pintu rezeki.

Penelitian ini akan membahas tentang naskahpengobatan. Objek penelitian  ini adalah naskahMantra Pengobatan (MP). Naskah MP merupakannaskah  yang  dimiliki  oleh  Najib  secara  turuntemurun yang beralamat di Rumah Adat Banjar,Teluk  Selong,  Jalan  Martapura  Lama  No.  28,Kecamatan Martapura Barat, Kalimantan Selatan.

Dipilihnya naskah  MP sebagai objek dalampenelitian ini, karena naskah ini memuat tentangpengobatan-pengobatan  herbal  dan  ‘penawar’,yaitu  pengobatan  yang  menggunakan  mediaseperti  bacaan,  mantra,  azimat  ataupun  rajah.Secara  filologis,  kajian  terhadap naskah MP  inijuga belum pernah dilakukan.

Page 3: MANTRA PENGOBATAN DALAM NASKAH BANJAR HEALING …

43

Naditira Widya Vol. 13 No. 1 April 2019-Balai Arkeologi Kalimantan Selatanp-ISSN: 1410-0932; e-ISSN: 2548-4125

Naskah MP yang  memuat mantra,  bacaan,azimat,  dan  pengobatan  herbal  yang  biasanyahanya  dimiliki  oleh  kalangan  tertentu  saja.Penelitian  ini  bertujuan  untuk  menguraikan  isinaskah MP yang memuat mantra, bacaan, azimat,dan  pengobatan  herbal. Dengan  adanyapenelitian ini diharapkan dapat menjadi landasanbagi  penelitian  lain  yang  membahas  tentangmantra pengobatan yang bersumber dari naskahlama. Selain  itu, penelitian  ini diharapkan dapatmelestarikan  manuskrip  lama  yang  memuattentang  kehidupan  dan  budaya  masa  lampau,melestarikan tradisi lisan mantra dan pengobatanBanjar  yang  sudah  dalam  masa  menujukepunahan.  Selain  itu,  mantra dan pengobatandalam naskah MP ini merupakan produk budayayang  memiliki  efek  positif  untuk  pengobatanalternatif.

Menurut  Zaidan,  dkk.  (2000:  127)    mantraadalah  puisi  Melayu  lama  yang  dianggapmengandung  kekuatan  gaib,  yang  biasadiucapkan pawang atau dukun untuk mempeng-aruhi  kekuatan  alam  semesta  atau  binatang.Adapun Kosasih (2012: 14) mendefinisikan mantrasebagai bentuk puisi atau gubahan bahasa yangdiresapi oleh kepercayaan akan dunia gaib. Iramabahasa sangatlah dipentingkan dengan maksuduntuk menciptakan nuansa magis, mantra timbuldari  hasil  imajinasi  atas  dasar  kepercayaananimisme.  Mantra  bertujuan  utama  untukmenimbulkan tenaga gaib (1996: 20). Hermansyah(2010: 47-50) mengistilahkan mantra dengan ilmu.Menurutnya  ilmu  terbagi  kepada  beberapabentuk, yaitu bentuk mantra, bentuk azimat, danbentuk  lain.  Bentuk mantra  terbagi  atas  tawar,cuca,  ilmu, dan pelias. Azimat  terbagi ke dalambuntat,  kain,  rambut,  keris,  dan  kertas. Adapunyang termasuk dalam bentuk lain adalah minyaktampang  keladi, minyak dilah, dan darah urangmati bunuh.

Menurut  penelitian  yang  dilakukan oleh  timpenyusun  Balai  Bahasa  Provinsi  KalimantanSelatan  (Mugeni:  2005:5-15),  mantra  Banjarberdasarkan  penggunaannya  dikelompokkanmenjadi  empat  jenis,  yaitu  pitua, pirunduk,tatamba, dan tutulak. Namun, menurut pendapatSunarti dkk. (1978: 54) mantra Banjar berdasarkan

penggunaannya dibagi ke dalam lima jenis, yaitukekebalan  (ketaguhan),  pirunduk,  penawar,sangga (penahan), dan papujaan (puja-pujaan).Secara umum keduanya tidak berbeda jauh,  pituasama  dengan kekebalan  (ketaguhan),  penawardan tatamba juga sama. Hanya papujaan saja yangberbeda.  Sulistyowati  dan  Ganie  (2016:  12)mengklasifikasikan  mantra  menjadi  lebihterperinci,  yaitu  kariau, kasumbi, mamang,pakasih, pambanci, pambungkam, panangkal,panawar, panulak, panyangga, papikat, pikaras,pirunduk, dan sumpah serapah.

Adapun  teori  yang  digunakan  dalam  kajianpernaskahan berasal dari filologi. Filologi menurutBaried  dkk.  (1994:  1—6)  adalah  ilmu  yangberkaitan  dengan  naskah  dan  pernaskahan.Sementara  itu  Nabilah  Lubis  (dalamTjandrasasmita 2006:  8) mendefinisikan  filologisebagai  ilmu pengetahuan tentang sastra, yangdalam arti  luas mencakup  bahasa,  sastra,  dankebudayaan.  Filologi  merupakan  disiplin  ilmuyang berguna untuk meneliti bahasa suatu karyamelalui  kajian  linguistik,  makna  kata-kata,  danpenilaian  terhadap  ungkapan  bahasa  sastra.Menurut Yudiafi dan Mu’jizah (2010: 1-5) filologiadalah  suatu  disiplin  ilmu  tentang  teks  yangterekam dalam tulisan masa lampau. Studi teksini didasari oleh adanya  informasi  tentang hasilbudaya  manusia  pada  masa  lampau  yangtersimpan  di  dalamnya.  Filologi  dapatdisandingkan  dengan  ilmu  tahqiq,  yaitu  men-tahqiq  teks-teks.  Men-tahqiq  teks  berartimengetahui  secara  yakin  tentang  naskah,penulisnya, mengetahui  bagaimana  naskah  itubisa disandarkan kepada penulisnya, melakukankegiatan kritik teks yang nantinya bisa mengetahuikeaslian dari dan kedekatannya dengan naskahyang pertama dibuat (1998: 42). Mentahqiq adalahmengetahui secara substansi tentang suatu teks(Diyab 1993: 133—134). Dalam tradisi penelitianmodern,  filologi  dipandang  sebagai  studi  yangmelakukan  penelaahan  dengan  mengadakankritik  teks.  Filologi  juga  digunakan  sebagaiperangkat pengetahuan dengan studi teks sastraatau budaya yang dikaitkan dengan latar belakangkebudayaan  yang  didukung  oleh  teks(Tjandrasasmita 2006: 16-17).

Page 4: MANTRA PENGOBATAN DALAM NASKAH BANJAR HEALING …

44

Mantra Pengobatan dalam Naskah Banjar-Dede Hidayatullah (41-56)

 Adapun kodikologi ialah ilmu tentang kodeks(naskah) yang mengkaji  sejarah naskah, kertas,tulisan, iluminasi, perdagangan naskah, dan lain-lain.  Kodikologi  merupakan  ilmu  yang  meng-uraikan  dan mempelajari  bahan  tulisan  tangan,seluk  beluk  semua  aspek  naskah,  termasuk  didalamnya  bahan,  umur,  tempat  penulisan,  danperkiraan penulisan naskah. Kodikologi bertujuanuntuk  mendapatkan  pengetahuan  yangmenyeluruh  mengenai  proses  pembuatan  danpemakaian  naskah,  termasuk  di  dalamnyamengetahui orang-orang yang berkaitan dengannaskah (Mulyadi dan Rujiati 1994:5; Mu‘jizah 2005:3).

METODE PENELITIAN

Penelitian  tentang  naskah  MP  merupakanpenelitian  filologis. Adapun  langkah-langkahpenelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut.

Pertama,  melakukan  deskripsi  fisik  naskahatau kodikologi terhadap naskah MP dan membuatformulir yang memuat elemen-elemen yang akanditeliti.  Elemen-elemen  yang  dimaksud  adalahkode  dan  nomor  naskah  (kalau  ada),  judul,pegarang,  penyalin,  tahun  salinan,  tempatsimpanan, asal naskah, pemilik naskah, jenis alat,kondisi  fisik,  penjilidan, watermarks,  garis  tebal/tipis,  jarak antargaris  tebal,  jarak antartipis garisdengan  tinta,  skrip pensil,  jumlah  kuras,  jumlahhalaman, dan jumlah isi.

Kedua,  menyunting  teks  dalam naskah  MP.Ketiga, melakukan analisis untuk menguraikan isiteks MP,  berdasarkan pasal  dan/atau bab  yangada  dalam  naskah  MP,  kemudian  menjelaskantentang  isi  setiap  pasal  dan  bab  tersebut  yangdikomparasikan  dengan  penelitian-penelitiantentang  mantra  khususnya,  mantra  tawar  ataupenawar yang sudah dilakukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan  ini diawali suntinganteks awal dan akhir naskah MP, kemudian diuraikantentang kodikologi naskahnya, dan analisis isinyayang  dibandingkan dengan  penelitian-penelitiantentang obat dan pengobatan terdahulu.

Deskripsi Naskah Mantra Pengobatan (MP)

Naskah  MP  ini  bersampul  kertas  tebalberwarna  abu-abu. Alas  naskah  kertas  Eropaberukuran 17 cm x 13,5 cm, ukuran teks 21 cm x17 cm, tebal naskah 33 halaman.

Naskah  ini  berbahasa Arab  dan  Melayudengan aksara Arab dan Jawi berbentuk prosa.Naskah  ini  tidak  mempunyai  penomoran.Jumlah baris setiap halaman ada sebelas. Teksdalam naskah ini ditulis dengan tinta warna hitamdan  merah.  Setiap  awal  kalimat  dan  katapenghubung (kata  ‘dan,’  ‘maka’) ditulis dengantinta  merah,  dan  setiap  akhir  kalimat  ditulisdengan tinta merah. Untuk membedakan antarateks yang berbahasa Banjar dan bahasa Arab,penulis  menyertakan  syakal  atau baris  tatkalamenuliskan  teks  yang  berbahasa  Arab.Sebaliknya, ketika menulis teks yang berbahasaBanjar,  tidak  disertai  syakal  atau  baris.  Teksditulis dengan khat Naskhi atau khat standar.

Keadaan naskah sudah dalam kondisi lapuk,bahkan ada beberapa halaman yang terpotong-potong. Hal  ini  disebabkan  penulis  naskah  inimenulisnya dengan tinta yang tebal. Ketebalantinta  ini menyebabkan  kerusakan pada  kertas.Secara rinci dapat diuraikan bahwa halaman yangbisa terbaca karena naskahnya masih baik, dantintanya tidak hilang adalah halaman 1—5, 17—22, 23—26, 29—34, 36—55, 60, dan halaman63—66. Adapun halaman 6—16, 27—28,  35, 56—59, dan 61—62 naskahnya rusak dan tidak bisadibaca sama sekali. Pada halaman 34, sebagiannaskahnya  rusak,  terutama  pada  bagian  atas,tetapi pada bagian bawah naskah ini masih bisadibaca. Selain itu, pada halaman 34, 44, 46—47,dan  49—51  tinta  merahnya  sudah  hilang,sedangkan tinta hitamnya masih ada dan masihbisa  dibaca.

Penamaan naskah ini dengan judul ‘MantraPengobatan’ (MP) karena melihat awal naskahyang memuat tentang obat bengkak dan barah.Pada    naskah  tidak  tercantum  judul  besar  dandiduga    naskah  belum  masuk  dalam  katalognaskah  manapun.  Naskah  ini  juga  belumtermasuk  dalam  katalog  Kalimantan  yangditerbitkan pada tahun 2010. Untuk mengetahui

Page 5: MANTRA PENGOBATAN DALAM NASKAH BANJAR HEALING …

45

Naditira Widya Vol. 13 No. 1 April 2019-Balai Arkeologi Kalimantan Selatanp-ISSN: 1410-0932; e-ISSN: 2548-4125

lebih lanjut tentang keberadaan naskah tersebut,penulis melakukan inventarisasi melalui berbagaikatalog, antara lain (1) Catalogus Der MaleischeHandscriften (Ronkel  P.  v.,  1909);  (2)KatalognSupplement Catalogus Der Maleise enMinangkabause Handschriften in the LeidseUniversiteis Bibliotheek (Ronkel  P.  1942);  (3)Khazanah  Naskah:  Panduan  Koleksi  Naskah-Naskah  Indonesia  Sedunia-World Guide toIndonesian Manuscript Collections. (Chambert-Loir1999); (4) Katalog Induk Naskah-naskah NusantaraJilid 2: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia(Lindsay dkk. 1994); (5) Katalog  Induk Naskah-naskah  Nusantara  Jilid  3-A:  PerpustakaanNasional  Republik  Indonesia  (Behrend  danPudjiastuti 1997); (6) Katalog Induk Naskah-naskahNusantara Jilid 4 (Behrend 1998); (7) Catalogueof Malay, Minangkabau, and South SumatranManuscript in Netherlands (Iskandar  1999);  (8)Catalogue of Acehnese Manuscripts in The Libraryof Leiden University and other Collections OutsideAceh (Voorhove dan Iskandar 1994)

Naskah MP berada pada lemari kedua yangdisimpan  di  rumah  adat  Banjar, Teluk  Selong,Martapura.  Menurut sejarahnya, naskah dimilikioleh H. Muhammad Toha. Naskah ini kemudiandiwariskan  kepada  anaknya  yang  bernama  H.Syahrani.  Selanjutnya,  naskah  ini  diwariskankepada  cucunya  yang  bernama  Iwan  yangberalamat  di  Bangil,  Pasuruan,  Jawa  Timur.Naskah  ini  tidak  dibawa  ke  Bangil,  tetapi  tetapdisimpan  di  rumah  adat  Banjar, Teluk  Selong,Martapura.  Naskah  tidak  memuat  kolofon  yangmenjelaskan tentang waktu penulisan dan siapapenulisnya. Namun, dari usia kertas yang dipakaisebagai  alas  tulisan  dapat  diperkirakan  bahwanaskah ini telah berumur lebih dari 100 tahun.2

Berdasarkan  tulisannya,  dapat  disimpulkanbahwa  naskah  ini  ditulis  oleh  satu  orang  saja.Dalam penulisannya, penulis selalu memisahkan‘    (nya)’  dari  kata  sebelumnya,  seperti‘            (obatnya)’. Biasanya dalam naskah yanglain, huruf  ‘     (nya)’  ini selalu disambung dengan

kata  sebelumnya  yang  bisa  di  dalampenulisannya.  Hal  ini  menunjukkan  kekhasandalam teks kumpulan obat-obatan ini. Naskah initidak  mempunyai  daftar  isi.  Penulisan  naskahpada halaman satu dimulai dengan tulisan tentangbacaan penawar yang dibaca dan ditiupkan lukayang bengkak. Pada awal penulisan, setiap kalipergantian tema ditulis pada baris baru. Namun,pada  bagian  pertengahan  sampai  akhir,pergantian  tema  ini  ditulis  menyambung  sajadengan tema sebelumnya pada baris yang sama.Pergantian  ini  di  mulai  dengan  kata  ‘Ini  Bab…’atau ‘Ini Obat…’ yang ditulis dengan tinta merah.

Suntingan Teks Naskah MP

Suntingan teks ini hanya memuat teks awaldan  teks  akhir  dari  naskah  MP.  Kalimat  awalberbunyi:

“Ini  lagi  kata  jangkang  barah3  atau  bisul.4  kitatiupkan kepada barah dan bisul.  Inilah katanya,’Tawarnya  ‘Bismi l-Lâhi r-rahmâni r-rahîm. Bumiputih tawar langit putih kalam putih tawar saurangmembawa tawar Allah tawar Muhammad beribu-ribu tawar Muhammad aha tawar si anu berkat Lâilâ ha illa l_Lâh Muhammaddu r-rasûlullâh. Adanya.”

Terjemahan:Ini  lagi kata untuk mengobati bisul. Kita  tiupkanke barah atau bisul. Inilah kata obatnya. ’Tawarnya‘Bismi l-Lâhi r-rahmâni r-rahîm. Bumi putih tawarlangit putih kalam putih tawar saurang membawatawar Allah  tawar Muhammad beribu-ribu  tawarMuhammad aha tawar si anu berkat Lâ ilâ ha illal_Lâh Muhammaddu r-rasûlullâh. Adanya.

“Ini dibaca ketika handak mangunci lawang ataulalungkang  tiap-tiap  petang  hari  niscaya/disatukan Allah ta ala akan dirinya dan sekalianisi rumahnya daripada sekalian bala dan dari padapenyakit. Inilah yang dibaca ‘Bismi l-Lâh siqatanbillah watawaqqala alaih. Adanya.

2 Wawancara dengan Najib tanggal 2 November 2018 di Teluk Selong Martapura3 Bengkak yang mengandung nanah4 Tertulis biyul

Page 6: MANTRA PENGOBATAN DALAM NASKAH BANJAR HEALING …

46

Mantra Pengobatan dalam Naskah Banjar-Dede Hidayatullah (41-56)

Terjemahan:Ini  dibaca  ketika  hendak  mangunci  pintu  atauJendela setiap petang hari niscaya diselamatkanAllah Ta‘ala akan dirinya dan semua isi rumahnyadari bala dan penyakit inilah yang dibaca  ‘Bismil-Lâh siqatan billah watawaqqala alaih.’ Adanya.

Kalimat teks akhir berbunyi:

“Ini tawar sekalian penyakit atau sakit penat awakatau  sakit  kepala  atau  sakit  barangpenyakit.Tiupkan pada air, minumkan pada yangsakit atau tiup kepalanya. Inilah tawarnya,

“Tawar Allah, ah tawar Allah ampunya tawar Jibrailmembawanya.  Nabi Muhammad nangmenawarnya. Ah aku tawar, ah aku tawar, ah, akutawar. Berkatlilha illallh Muhammadu r-rasûlullhadanya.

Ini  doa terlalu  baik  diamalkan  pada  tiap-tiapkemudian  dari  pada  sembahyang  lima  waktu,supaya di[a]nugerahi Allah taala rezeki dan ilmuyang manfaat, dan disampaikan Allah taala akansegala hajat. Inilah doanya.

Allhumma rzuqni ‘ilman nafi‘an wa fikran sabiganwa safiyan wa yaqinan khalisan ila malûtiiazaliyyatika/ wa an tamlau qalbi nûran bima‘rifatika,lailaha illa anta ya ma‘bûdu lailaha illa antamatlûbu lailaha illa anta maqsûdu iqdi5 hajati6

kullaha7 birahmatika ya Arham r-rahimin.

Terjemahan:Ini obat segala penyakit atau sakit pegal linu atausakit kepala atau sakit segala penyakit. Tiupkanpada  air,  minumkan  pada yang  sakit  atau  tiupkepalanya. Inilah tawarnya,

“Tawar Allah, ah tawar Allah ampunya tawar Jibrailmembawanya.  Nabi Muhammad nangmenawarnya. Ah aku tawar, ah aku tawar, ah, akutawar. Berkat lilha illallh Muhammadu r-rasûlullhadanya.

Ini doa yang sangat baik diamalkan pada setiap-tiap  habis  sembahyang  lima  waktu,  supayadianugerahi Allah  taala  rezeki  dan  ilmu  yangbermanfaat  dan  dikabulkan Allah Ta‘ala  akansegala keinginan. Inilah doanya.

Allhumma rzuqn ‘ilman nfi‘an wa fikran sbigan wacafiyan wa yaqnan khlican il malûtii azaliyyatika/wa an tamlau qalb nûran bima‘rifatika, lilha illa antay ma‘bûdu lilha illa anta mamlûbu lilha illa antamaqcûdu iqdi hjat kullah birahmatika y Arham r-rhimn.)

Isi Naskah

Secara  umum,  ditemukan  ada  tujuh  puluhenam  pengobatan.  Enam  puluh  enam  diantaranya merupakan mantra/bacaan/wafak yangberisi  tentang  pengobatan,  dua  bacaan  untukmenutup jendela, satu bacaan penjaga diri, satubacaan ilmu laduni, satu azimat untuk tanaman,satu azimat untuk menyatukan yang tercerai, duabacaan  untuk  meluaskan  rezeki,  satu  bacaanpengasihan,  dan  satu  doa  keluar  rumah.  Isinaskah  MP  bisa  di  bagi  ke  dalam  beberapabagian  sebagai berikut.1.   Obat berupa mantra untuk  penyakit,  seperti

yang dijelaskan  sebelumnya, mantra di  siniadalah jenis pengobatan yang menggunakankata-kata  berbahasa  Banjar  dan  akhirnyamemakai  kredo  dalam  bahasa Arab  yangdimulai dengan kata “berkat’. Misalnya obattawar yang pertama yang berbunyi, “Ini  lagikata jangkang barah11 atau bisul12 kita tiupkankepada barah dan bisul. Inilah kata tawarnya

Bismi l-Lâhi r-rahmâni r-rahîm. Bumi putihtawar langit putih kalam putih tawar saurangmembawa tawar Allah tawar Muhammadberibu-ribu tawar Muhammad aha tawar si anuberkat Lâ ilâ ha illa l_Lâh Muhammaddu r-rasûlullâh.’ Adanya.” (MP: 1)

5 Tertulis aqdi6 Tertulis hajati7 Tertulis kulliha, seharusnya kullah karena menjadi naat kepada kata sebelumnya. Kata sebelumnya ada pada posisi objek yang mansub

Page 7: MANTRA PENGOBATAN DALAM NASKAH BANJAR HEALING …

47

Naditira Widya Vol. 13 No. 1 April 2019-Balai Arkeologi Kalimantan Selatanp-ISSN: 1410-0932; e-ISSN: 2548-4125

Terjemahan:Ini adalah mantra untuk mengobati barah ataubisul. Kita tiupkan (mantra ini) kepada barahdan bisul. Inilah katanya tawarnya

‘Bismi l-Lâhi r-rahmâni r-rahîm. Bumi putihtawar langit putih kalam putih tawar saurangmembawa tawar Allah tawar Muhammad beribu-ribu tawar Muhammad aha tawar si anu berkatLâ ilâ ha illa l_Lâh Muhammaddu r-rasûlullâh.Adanya. (MP: 1)

Mantra ini merupakan mantra pengobatan yangdigunakan untuk mengobati bengkak atau bisulyang bernanah. Mantra ini dibacakan satu kalikemudian ditiupkan pada bengkak atau bisul.Mantra ini banyak menggunakan kata ‘tawar’,seperti  tawar  langit  putih,  tawar Allah,  tawarMuhammad,  dan  diakhiri  dengan  kredosyahadat.

“Bab ini penawar barang sebagainya atau lukatawar  urang  sakit  panas awaknya  ditiupkanpada  air, minumkan  insya Allah  ta’ala.Inilahdoanya.  ‘Bismi l-Lâhi r-rahmâni r-rahîm turunli bayanullah8 turun menawar hamba Allah. Akutahu asalnya9 tawar, turun pada ibu bapak. Akutahu asalnya tawar habang, darahnya rasulullah.Aku tahu asalnya kuning, kampadu rasulullah.Aku  tahu  asalnya hijau,  ampadu rasulullah.Ilahu10 l-haq Ilahu l-mutlak. Kun awal zat Allah,kun awal sifatullah alif Allah Ilahu l-haq. Adanya.”(MP: 19).

Terjemahan:Bab  ini merupakan  penawar  segala  macampenyakit, penawar luka, penawar sakit panas.Ditiupkan  pada  air,  kemudian  diminumkaninsya Allah ta’ala.Inilah doanya. ‘Bismi l-Lâhir-rahmâni r-rahîm turun  li bayanullah turun

8 Tertulis li ba ya nû l-Lahi.9 Tertulis asyalnya10 Tertulis ila hulhaq               seharusnya

menawar  hamba Allah. Aku  tahu  asalnyatawar,  turun  pada  ibu  bapak. Aku  tahuasalnya tawar habang, darahnya rasulullah.Aku tahu asalnya kuning, kampadu rasulullah.Aku tahu asalnya hijau, ampadu rasulullah.Ilahu l-haq Ilahu l-mutlak. Kun awal zat Allah,

kun awal sifatullah alif Allah Ilahu l-haq.Adanya.) (MP: 19

Mantra  ini  merupakan mantra  pengobatandari  segala penyakit.  Mantra  ini  dibacakankemudian  ditiupkan  ke  air  putih  dandiminumkan kepada orang yang sakit. Mantraini merupakan tawar sapuhun. Tawar sapuhunmerupakan pengobatan yang sangat manjurterhadap  penyakit.  Ini  terlihat  dari  kalimatyang  digunakan  dalam  mantranya,  sepertiasal segala tawar itu dari orang tua, asalnyatawar kuning, tawar hijau yang berasal darinabi Muhammad. Selain itu, mantra ini jugamenggunakan  kredo  yang  berbeda  dariyang biasanya, yaitu Ilahu l-haq Ilahu l-mutlak.Kun awal zat Allah kun awal sifatullah alif AllahIlahu l-haq. Kredo ini bermakna bahwa Allah-lah yang sebenarnya Tuhan, dan dialah satu-satunya yang Maha mutlak. Kalimat ‘Ilahu l-haq Ilahu l-mutlak. Kun awal zat Allah, kunawal sifatullah alif Allah Ilahu l-haq’ merupakankalimat  ‘rahasia’  yang sangat  mujarab dandigunakan pada saat tertentu saja.

2.   Obat berupa bacaan untuk  penyakit. Obatjenis  ini  terbagi  ke  dalam  tiga  bagian.Bacaan yang  diambil  dari  ayat Alquran;bacaan  yang  diambil  dari  selawat,danbacaan yang diambil dari doa.

“Ini  tawar  orang  kena  penyakit  panas.Bacakan tiga kali serta ditiupkan pada yangsakit. Inilah doanya.

Page 8: MANTRA PENGOBATAN DALAM NASKAH BANJAR HEALING …

48

Mantra Pengobatan dalam Naskah Banjar-Dede Hidayatullah (41-56)

Wa l-Lahu galibun `al amarihi.11 Qad syagafahubba. Innahû lihubbi l-khairi lasyadid.12” (MP:21)

Terjemahan:Ini obat untuk orang yang menderita penyakitpanas.Dibacakan tiga kali kemudian ditiupkanpada orang yang sakit. Inilah doanya.

Wa l-Lahu galibun ‘al amrihi. Qad syagafahubba. Innahû lihubbi l-khairi lasyadid. (MP:21)

Bacaan  ini  merupakan  bacaan  dari  ayatAlquran.

“Ini dibaca atas orang yang sakit serta dijabatyang sakit itu dengan izin Allah ta ala sembuhberkat doa ini,

“Alla humma salli `ala sayyidina wa mau13

[lana] uhammadin al-fatihi t-tayyibi14 t-taharirahmatu l-Lahi robbi l-`alamin wa ala alihi t-tayyibna t-tahirna wa sallimû taslima adanya.”(MP: 4)

Terjemahan:Ini  dibaca  untuk  orang  yang  sakit  sambilmenjabat tangannya. Dengan izin Allah ta alasembuh berkat doa ini,

“Alla humma salli ̀ ala sayyidina wa mau [lana]Muhammadin al-fatihi t-tayyibi t-tahiri rahmatul-Lahi robbi l-`alamin wa ala alihi t-tayyibna t-tahirna wa sallimû taslima adanya. (MP: 4)

Bacaan  ini  merupakan  bacaan  selawatkepada  nabi  Muhammad  yang  berfungsisebagai penawar.

“Bab  ini  tawar  Jibrail15    tatkala  rasulullahdemam di mekkah16. Inilah tawar itu. ‘Bismi l-Lâhi r-rahmâni r-rahîm, urqika min kulli dainyu zi ka min syarri kulli nafsin aw ainin hasidin.Allahu yasyfika, Allahu yasyifka, Allahuyasyifka, Bismi l-Lâhi urqika. Adanya.”(MP:22—23)

Terjemahan:Bab ini bacaan penawar yang dibacakan olehJibrail  tatkala  rasulullah demam  di Mekkah.Inilah penawar  itu. ‘Bismi l-Lâhi r-rahmâni r-rahîm, urqika min kulli dain yu`zi ka min syarrikulli nafsin aw ainin hasidin. Allahu yasyfika,Allahu yasyfika, Allahu yasyfika, Bismi l-Lâhiurqika.Adanya. (MP: 22—23)

3.    Pengobatan  secara  herbal  yang  dilakukandengan  cara-cara  tertentu.  Obat  ini  murniherbal, tanpa ada tambahan bacaan dan hallainnya,misalnya obat sakit kepala dan flu.

“Ini obat sakit mata sama berair hidung dansakit  kepala.  Cuka  dan  dipupukan  diadikepala dan janar dipilaskan dikuliling matadan  dijarang airnya buati asam sama  guladiminumakan airnya adanya.’”(MP: 2).

Terjemahan:Ini obat untuk sakit mata, flu dan sakit kepala.Cuka  dibuat  bedak  kemudian  diletakkan  diubun-ubun dan kunyit dioleskan di sekelilingmata,  kemudian  direbus  dicampur  airnyadengan  asam Jawa  dan gula,  diminumkankepada orang yang sakit. Adanya (MP: 2).

4.    Obat  herbal  untuk  penyakit  dan  mendapattambahan bacaan atau wafak,seperti obat sakitperut.

11 Bacaan ini merupakan gabungan dari tiga potongan ayat Alquran, yaitu QS. Yusuf (12): 111, ayat 12, dan Al-Adiyat (100): 812 Tertulis Innahu lihubbi l-khairi lasyadd13 Tertulis di naskah hanya ‘mau’14 Tertulis at-tayyibu. Seharusnya am-mayyibi karena dalam ilmu nahwu dia mengikuti baris dari kata sebelumnya atau sering disebut dengan

naat.15 Jibril16 Tertulis meqkah

Page 9: MANTRA PENGOBATAN DALAM NASKAH BANJAR HEALING …

49

Naditira Widya Vol. 13 No. 1 April 2019-Balai Arkeologi Kalimantan Selatanp-ISSN: 1410-0932; e-ISSN: 2548-4125

“Ini obat sakit perut, maka ambil bawang putihsatu, maka rajah seperti ini.” (Gambar 1).

Terjemahan:Ini obat untuk sakit perut. Maka ambil bawangputih satu biji kemudian ditulis seperti ini (MP:42).

Sumber: Dok. PribadiGambar 1 Rajah untuk Sakit Perut

sampai  akhir membaca  tiga  kali,  kemudianbaca ‘Alam tara kai/fa fa`ala rabbuka sampaiakhir tiga kali, kemudian baca, ‘min alfisyahtiga kali. Kemudian membaca

‘Qul huwa l-Lahu ahad’sampai [akhir] tiga kali.Langsung Bismi l-Lâhi r-rahmâni r-rahîm. Manhin, rakin, `an hin, lakin, ah lakin, asyabin,durhan kali akh lin, naqiyyin, malûin, lau samlu`luin, ladamlin, masbalin, halqin, lamhin,akhlawin, awh lawkin. Adanya.) (MP: 41—42)

5.     Pengobatan bentuk wafak atau rajah dapat dibagike  dalam  beberapa  jenis,  yaitu  wafak  yangbersumber dari ayat Al-quran, wafak yang terdiridari  huruf-huruf  hijaiyyah yang  disusunsedemikian  rupa  dan  wafak  yang  berasal  daridoa.  Wafak  ini  biasanya  dituliskan  pada  piringatau  mangkuk,  kemudian diminum.  Contohnyaadalah

“Bab ini panawar iya surat di piring putih …18

buati nasi. Inilah doanya.‘Balhum fi labsi m-min khalkin jadidin.19 wa huwa ma akum ainamakuntum. Wa l-Lahu bima ta’malûna basir .20

Adanya.(MP: 18—19)

Terjemahan:Bab  ini  penawar  ditulis  di  piring  putih  …kemudian dibuati nasi. Inilah doanya.”Balhumfi labsi m-min khalkin jadidin. wa huwa maakum ainama kuntum. Wa l-Lahu bimata’malûna basir”. Adanya. (MP: 18—19)

“Bab ini obat batuk. Disurat pada piring putih,diminum setiap hari insya Allah Ta‘ala. Inilahrajahnya (Gambar 2).

Terjemahan:

Bab ini obat batuk. Di tulis di piring putih dandiminum setiap hari insya Allah Ta‘ala. Inilahrajahnya (MP: 28).

17 Tertulis ‘Alam tara kai/ fafa`a rabbuka18 Tidak terbaca19 QS. Qaf (50): 1520 Tertulis nasir. QS. Al-Hadd (57): 29

“Dan beras, maka giling lumat-lumat, campuridengan air  inilah  ayatnya, ‘Inna anzalnahusampai  akhir membaca  tiga  kali,  kemudianbaca ‘Alam tara kai/fa fa`ala rabbuka17 sampaiakhir tiga kali, kemudian baca, ‘min alfisyahtiga kali. Kemudian ini lagi dibaca‘Qul huwa l-Lahu ahad’ sampai [akhir] tiga kali.Langsung Bismi l-Lâhi r-rahmâni r-rahîm. Manhin, rakin, `an hin, lakin, ah lakin, asyabin,durhan kali akh lin, naqiyyin, malûin, lau samlu`luin, ladamlin, masbalin, halqin, lamhin,akhlawin,awha lawkin. Adanya.” (MP: 41—42)

Terjemahan:Beras  digiling  sampai  halus  dicampurdengan air. Inilah ayatnya, ‘Inna anzalnahu’

Page 10: MANTRA PENGOBATAN DALAM NASKAH BANJAR HEALING …

50

Mantra Pengobatan dalam Naskah Banjar-Dede Hidayatullah (41-56)

21 QS. 56: 5—6, ayat yang tertulis salah semua tulisannya22 QS. 69: 14, ayat yang tertulis salah secara harfiahnya23 pintu24 jendela

Sumber: Dok. PribadiGambar 4 Azimat Penolak Segala Penyakit

Terjemahan:Ini   azimat untuk menolak semua penyakit.Azimat  ini  ditulis  pada  kertas  kemudiandiletakkan  di  dalam  bantal.  Inilah  rajahnya(MP: 28).

Sumber: Dok. PribadiGambar 2 Rajah untuk Obat Batuk

“Bab ini obat disurat di piring pinggan putihbagi menolakkan dari pada sakit kemih.Diminum airnya adanya. Inilah doanya.“Wa bussati l-jiblau bass O fakanat haba`anmun bassa.21 Wa humilati l-aru wa l-jibalufadukkata dakkata w-wahidah.”22 (MP: 34)

Terjemahan:Bab ini obat ditulis di piring  putih yang besaruntuk  menolak  penyakit  saluran  kencing.Diminum airnya adanya. Inilah doanya.“Wa bussati l-jibalu bassa O fakanat haba anmun bassa. Wa humilati l-ardu wa l-jibalufadukkat”.) (MP: 34)

6.    Pengobatan  yang  menggunakan  mediaberupa  azimat. Azimat  ini  hampir  samadengan  wafak,  tetapi  azimat  ini  tidakdiminumkan atau dimakan, hanya diletakkandi  badan atau  tempat  tertentu.  Hal  ini  bisadilihat pada contoh di bawah ini.

“Ini azimat tatulak sekalian penyakit. (Penolaksegala penyakit) disurat pada kertas, makaditaruh di  dalam  botol  inilah  rajahnya.”(Gambar 3)

Terjemahan:Ini  azimat  untuk  menolak  semua  penyakit.Azimat  ini  ditulis  pada  kertas  kemudiandiletakkan di dalam botol. Inilah rajahnya (MP:28).

“Ini  azimat  tutulak sekalian penyakit  makadisurat pada kertas, maka di taruh di dalambantal. Inilah rajahnya.” (Gambar 4).

Sumber: Dok. PribadiGambar 3 Azimat Penolak Segala Penyakit

7.   Bacaan  atau mantra  untuk  berbagai  tujuanseperti  menjaga  diri  dan  harta  dari  marabahaya.  Contoh mantranya adalah  sebagaiberikut.

“Ini dibaca ketika handak mangunci lawang23

atau lalungkang24 tiap-tiap petang hari niscayadisatukan Allah  ta  ala  akan  dirinya  dansekalian isi rumahnya daripada sekalian baladan daripada penyakit.Inilah  yang  dibaca‘Bismi l-Lâh siqatan billah watawaqqala alaih’.Adanya.” (MP: 1)

Terjemahan:Bacaan  ini dibaca ketika hendak menguncipintu atau jendela setiap petang hari. Niscayadipelihara Allah ta ala dirinya dan isi rumahnyadari  semua  bala  dan  penyakit.Inilah  yangdibaca ‘Bismi l-Lâh siqatan billah watawaqqalaalaih’. Adanya. (MP: 1)

Page 11: MANTRA PENGOBATAN DALAM NASKAH BANJAR HEALING …

51

Naditira Widya Vol. 13 No. 1 April 2019-Balai Arkeologi Kalimantan Selatanp-ISSN: 1410-0932; e-ISSN: 2548-4125

8.    Isim ini berupa asma Allah, seperti Isim mintatolong kepada Allah dibawah ini.

“Isimnya dibacakan minta tolong kepada Allahtaala. Inilah yang dibaca doanya. “Bismi l-Lâhir-rahmâni r-rahîm. ya ni`ma l-mujib25, ya ni`mat-tayyibu, ya ni`ma l-qaribu, ya ni`ma l-srfb,ya ni`ma l-qadimu, ya ni`ma l-wakilu, ya ni`mal-maula wa n-nasiru. subhanaka ya [la] ilahailla anta khallisni26 mina n-nar.” (MP: 54)

Terjemahan:Isim ini dibaca sambil memohon pertolongankepada  Allah  taala.  Inilah  yang  dibacadoanya.  “Bismi l-Lâhi r-rahmâni r-rahîm. yani`ma l-mujib41, ya ni`ma t-tayyibu, ya ni`ma l-qaribu, ya ni`ma l-srfb, ya ni`ma l-qadimu, yani`ma l-wakilu, ya ni`ma l-maula wa n-nasiru.subhanaka ya [l] ilaha illa anta khallisni minan-nar.) (MP: 54)

Analisis Mantra, Bacaan, Azimat, dan Rajahdalam Naskah MP

Naskah ini diperkirakan ditulis sekitar seratustahun  yang  lalu  di Teluk  Selong. Teluk  Selongmerupakan  kampung  yang  berseberangandengan  kampung  Dalam  Pagar  dan  setanahdengan kampung  Pekauman.  Ketiga  kampungini, terutama kampung Dalam Pagar, sejak SyekhMuhammad  Arsyad  Al-Banjari  (1710-1812)membuka  kampung  ini  dan  berdiam  di  sana,merupakan  pusat  ilmu  agama  seperti  fikih,tasawuf, dan  juga pusat  ilmu pengobatan sertailmu kedigjayaan seperti ilmu kebal (Daudi 1980:32-36)

Abdurrahman  Siddiq  (1857-1930),  sebelummenjadi mufti  di Kerajaan  Safat,  Indragiri  Riau,merupakan  orang  yang  mempunyai  ilmu  yangsangat mumpuni, baik dalam ilmu agama maupundalam ilmu kedigjayaan. Sebelum berangkat ke

Safat, Abdurrahman  menyerahkan  wilayahnyakepada guru Zainal Ilmi (1886—1956). Setelah guruZainal  Ilmi meninggal, posisi  itu digantikan olehguru Najhan, kemudian Abah Said. Sekarang dikampung  Dalam  Pagar  masih  ada  beberapaorang yang menguasai baik ilmu agama maupunilmu kedigjayaan seperti guru Afif dan guru Daudi.27

Dari dulu  sampai sekarang masyarakat Martapuradan  sekitarnya  kalau  ada  masalah  dalamkehidupannya seperti dagangan tidak laku, mauberlayar dan sakit, sering bertanya kepada alimulama untuk menghilangkan masalah tersebut.

Demikian juga di kampung Pekauman, duludi  kampung  ini  ada  seorang  guru  yang  biasadiminta orang untuk mengobati berbagai penyakitdan  juga untuk  mendapatkan kekebalan  tubuh,namanya  guru  Lukman.  Pengobatan  yangdilakukan  biasanya  dengan  menggunakantanaman-tanaman yang ada di sekitar rumahnya.Namun  sayang,  setelah  guru  Lukman  inimeninggal  tahun  2010,  tidak  ada  lagi  yangmenjadi pengganti  beliau.28

Dari  deskripsi  naskah  MP  dan  kondisimasyarakat  ketika  naskah  ini  dibuat  dapatdisimpulkan bahwa masyarakat Banjar terutamayang  berada  di  Martapura  masih  memegangteguh cara-cara pengobatan  tradisional denganmenggunakan tanaman atau herbal seperti sirihbertemu urat, akar-akar kayu yang direndam didalam air dan majun yang dibuat dari beberaparempah dikentalkan, kemudian dibulatkan  sepertiyang diungkapkan oleh Daud (1997: 425). Daudmengklasifikasikan  bentuk  obat  yang  dikenaldalam  masyarakat  Banjar  menjadi  beberapabentuk, yaitu;  (1) majun yang dibuat   beberaparempah-rempah dikentalkan, dibulatkan kemudiandimakan;  (2)  wadak yang  dibuat    beberaparempah  dikentalkan,  dibulatkan  kemudiandigosokkan  ke  beberapa  bagian  badan;  (3)pupuk, sejenis dengan wadak, tetapi ditempelkandi ubun-ubun yang berkhasiat untuk menurunkan

25 Tertulis mujib, tanpa mad.26 Tertulis khailsna27 Wawancara dengan Daudi di kampung Dalam Pagar, tanggal 5 Januari 201928 Wawancara dengan guru Nasai, anak guru Lukman kampung Pekauman, 20 Februari 2019

Page 12: MANTRA PENGOBATAN DALAM NASKAH BANJAR HEALING …

52

Mantra Pengobatan dalam Naskah Banjar-Dede Hidayatullah (41-56)

panas atau meringan sakit kepala; (4) lungsur yangberupa akar-akar kayu yang direndam di air dingindan  diminumkan;  dan  (5)  obat  dengan  mediabenda yang sudah dibacakan bacaan, isim, ataumantra.

Dari  data  yang  telah  diuraikan  di  atasditemukan  bahwa  jenis  pengobatan  menurutklasifikasi Daud, ada dalam naskah pengobatanini,  kecuali  jenis  lungsur. Namun,  dapatditambahkan  juga  jenis  lain  dalam  klasifikasiDaud,  yaitu  pengobatan dengan  menggunakanbacaan,  wafak,  dan  tumbuhan  yang  sudahdibacakan. Jenis yang  terakhir  ini hampir samadengan jenis pengobatan kelima menurut Daud,tetapi  letak  perbedaannya  adalah  bahwapengobatan  ini  lebih  khusus  pada benda  yangbisa dimakan atau minum.

Jenis pengobatan yang menggunakan mediamantra  dan  bacaan  ini  disebut  juga  dengantatamba atau penawar. Hermansyah  (2010: 50)memasukkan  pengobatan  ini  dalam    tawar.Sunarti dkk. (1978: 183—187) mengklasifikasikanobat-obatan  yang  bersumber  dari  mantra  danbacaan  ini  sebagai  penawar.  Demikian  jugadengan Ganie (2007: 276—281); serta Sulistyowatidan  Ganie  (2016:  12)  menamakan  jenispengobatan  ini  dengan  penawar,  sedangkanMugeni  dkk.  (2005:  54—64)  menamakannyadengan  tatamba.  Menurut  Daud  (1997:  416)penawar itu bisa berbentuk mantra, bacaan, danisim.

Dari 18 penawar yang ditemukan Sunarti, dkk.(1978: 183—187) tidak ditemukan adanya penawaryang berbentuk isim atau bacaan. Demikian jugadengan  tulisan  Ganie  (2007),  Sulistyowati  danGanie  (2016),  dan  Mugeni,  dkk.  (2005)  yangsumber  mantranya  sebagian  besar  dari  tulisanSunarti,  dkk.  tidak  ditemukan  adanya  bacaan,kecuali  pada  Mugeni  dkk.  (2005:  56;  63)memasukkan selawat sebagai ‘Penawar PenyakitCacar’  dan  ‘Tawar  Dingin’.  Daud  (1997:  426)mencatat ada beberapa penawar yang berwujudmantra-mantra  dan  ada  juga beberapa  bacaanatau doa yang berasal dari ayat Alquran, sepertiQS. 21: 69 sebagai bacaan penyakit panas.  Disini penulis membedakan antara bacaan, mantra,

dan isim. Bentuk bacaan biasanya bersumber daribahasa Arab dan biasanya tidak dibaca berulang-ulang.  Kalaupun  dibaca  berulang-ulang,jumlahnya  tidak  terlalu  banyak. Adapun  bentukmantra menggunakan bahasa Banjar dan akhirnyamemakai kredo dalam bahasa Arab yang dimulaidengan  kata  ‘berkat’.  Bentuk  isim  biasanyamenggunakan asmaul husna seperti ya Ganiyyudan ya Mugni, dan dilakukan dengan berulang-ulang dengan jumlah yang sangat banyak.

Sunarti  dkk.  (1978:  183—187)  serta  Ganie(2007: 276—281); Sulistyowati dan Ganie (2016:12);  dan  Mugeni  dkk.  (2005:  1—82)  tidakmenguraikan adanya obat dan pengobatan yangbersumber dari rajah atau wafak. Daud (1997: 489)merumuskan  fungsi  wafak  bukan  untukpengobatan,  tetapi  untuk  kekebalan,  kesaktian,disukai  orang,  pelaris  dagangan,  dan  mudahberurusan dengan pejabat.

Dalam naskah pengobatan ini ditemukan adaenam belas mantra untuk pengobatan, yaitu tawarsegala  bengkak  dan  bisul,  tawar  sakit  panas,tawar  panas  dan  sesak  nafas,  tawar  segalapenyakit, obat sakit pinggang, doa Qarun, bacaanpengasihan, obat segala penyakit, bacaan obatsakit pinggang, obat segala penyakit, obat oranggila, obat gigi kuat, obat tatamba gigi, obat sakitpinggang,  penawar  luka,  tawar  penat,  sakitkepala, dan lainnya. Selain itu, dalam naskah iniditemukan ada 25 bacaan. Tujuh belas bacaanuntuk pengobatan, lima bacaan untuk pintu rezeki,dua bacaan untuk penjaga diri dan  rumah, dansatu bacaan untuk mendapatkan ilmu laduni. Tujuhbelas  bacaan untuk  pengobatan,  yaitu  bacaanmenutup pintu atau jendela, obat segala penyakit,obat  sakit  kepala,  obat  sakit  panas,  bacaansupaya  tidak  lupa,  penawar,  tawar  segalapenyakit, tawar panas, tawar Jibril, tawar segalapenyakit,  tawar  luka  dan  panas,  doa  segalapenyakit,  bacaan  obat mata  Nabi Khaidir,  obatmata Imam Syafii, bacaan untuk orang sakit sambildijabat  tangannya,  obat  sakit  kepala,  dan  obatsakit mata Imam Syafii. Lima bacaan untuk pinturezeki, yaitu bacaan agar mudah rezeki, bacaanpintu rezeki, bacaan menutup pintu atau jendela,bacaan  pembuka  rezeki,  dan  doa  luas  rezeki.

Page 13: MANTRA PENGOBATAN DALAM NASKAH BANJAR HEALING …

53

Naditira Widya Vol. 13 No. 1 April 2019-Balai Arkeologi Kalimantan Selatanp-ISSN: 1410-0932; e-ISSN: 2548-4125

Dua bacaan untuk penjaga diri dan rumah, yaitudoa  keluar  rumah, bacaan  penjaga  diri.  Satubacaan untuk mendapatkan ilmu laduni, yaitu doailmu laduni.

Adapun bacaan yang digunakan dalam duapuluh lima (25) bacaan di dalam naskah MP inidapat diklasifikasi dalam empat bentuk, yaitu doa,ayat,  selawat,  dan  syahadat.  Bacaan  yangberbentuk  doa  ada  tiga  belas  yang  bersumberdari ayat ada empat, yang berbentuk campurandoa,  ada  satu  bacaan  yang  bersumber  dariselawat, ada dua  yang bersumber syahadat dandoa ada dua.

Dalam  naskah  ini  juga  ditemukan  22pengobatan  yang  menggunakan  buah  dantumbuh-tumbuhan sebagai obat. Tujuh dari duapuluh dua (22) pengobatan herbal ini mendapattambahan    dengan bacaan. Adapun  lima  belaspengobatan  yang  menggunakan  buah  dantumbuh-tumbuhan sebagai obat herbal, yaitu untuksakit mata, flu, sakit kepala, sakit pinggang, nyeritulang, badan  sakit, mulas,  bengkak,  sakitpinggang, sakit perut,  sakit mata, mata 3,  sakitmata  4  dan  flu,  bacaan  obat  sakit  pinggang,bacaan obat sakit pinggang, obat bengkak, dankhasiat  majum.  Tujuh  pengobatan  yangmenggunakan  bahan  herbal  ditambah  denganbacaan, yaitu untuk nyeri haid (singgugut), obatkuat, sakit perut, sakit mata, memperbanyak airmani, dan pedih di hati.

Pengobatan yang menggunakan wafak dalamnaskah  ini  ada  sebelas  wafak.  Delapan  wafakdigunakan  untuk  pengobatan,  baik  itu  dengandituliskan di piring atau mangkuk, kemudian diberiair  (pada  beberapa  mantra)  dan  diberi  nasi,kemudian diminum atau dimakan. Ada dua  wafakyang  sama  yang  diulang  penulisannya  yangmerupakan campuran antara herbal, wafak danbacaan,  dan  satu  wafak  untuk  menjaga  agartanaman  tidak  dimakan  hama,  seperti  tikus.Kedelapan wafak pengobatan itu, yaitu wafak kata‘Allah’, obat batuk, obat batuk, obat batuk 2, obatsakit saluran kencing, obat sakit manggah, obatsegala penyakit,  dan penawar  segala penyakit.Satu wafak  untuk  menjaga  agar  tanaman  tidakdimakan  hama adalah  wafak  kata  Ar-Rahman’.

Adapun yang merupakan merupakan campuranantara herbal, wafak dan bacaan adalah obat sakitperut.

Ada  lima  azimat  yang  ditemukan  dalamnaskah  pengobatan.  Empat  azimat  untukpengobatan  atau  penangkal  segala  penyakit,untuk obat batuk, dan perempuan belum punyaanak. Sisanya satu azimat untuk pengumpul yangtercerai (azimat). Penggunaan azimat itu biasanyadiletakkan,  baik  itu  di  badan  maupun di  sekitarbadan.  Selain  itu,  ada  satu  isim dalam  naskahini, isim itu adalah minta tolong kepada Allah (isim).

PENUTUP

Naskah Mantra Pengobatan (MP) merupakannaskah  lama  yang  berisi  tentang  pengobatan.Naskah ini berbahasa Arab dan Melayu denganaksara Arab dan Jawi berbentuk prosa. Jumlahbaris setiap halaman ada  sebelas dan keadaannaskah sudah dalam kondisi lapuk.

Isi  naskah  MP  milik  Najib  memuat  tentangmantra  dan  pengobatan  yang  lengkap.  Mantradan  pengobatan  yang  tertulis  dibagi  dalambeberapa bagian, yaitu (1) obat berupa mantra;(2)  obat  berupa  bacaan  untuk    penyakit  yangterbagi  ke  dalam  tiga  bagian;  bacaan  yangdiambil  dari  ayat Alquran;  bacaan  yang diambildari selawat, dan bacaan yang diambil dari doa;(3)  pengobatan  secara herbal;  (4)  obat  herbaluntuk penyakit yang mendapat tambahan bacaanatau wafak; (5) obat yang berbentuk tulisan wafakatau rajah yang terbagi beberapa jenis, yaitu wafakyang bersumber  dari  ayat Alquran, wafak  yangterdiri  dari  huruf-huruf  hijaiyyah yang  disusunsedemikian  rupa,  wafak  yang berasal  dari  doa;(6) pengobatan yang berupa azimat; (7) bacaanatau mantra untuk berbagai tujuan seperti menjagadiri dan harta dari marabahaya; dan (8) isim.

Mantra-mantra pengobatan dan pengobatansecara tradisional melalui media tanaman sepertisirih bertemu urat, akar-akar kayu, majun, wadak,pupuk, lungsur, serta obat dengan media bendayang sudah dibacakan bacaan, isim, atau mantra,serta wafak merupakan warisan leluhur yang harustetap dilestarikan.

Page 14: MANTRA PENGOBATAN DALAM NASKAH BANJAR HEALING …

54

Mantra Pengobatan dalam Naskah Banjar-Dede Hidayatullah (41-56)

Baried,  S.  Baroroh,  Siti  Chamamah  Soeratno,Sawoe, Sulastin Sutrisno, dan MohammadSyakir.  1994.  Pengantar Teori Filologi.Yogyakarta: Fakultas Sastra UGM.

Behrend, T. E. 1998. Katalog Induk Naskah-naskahNusantara Jilid 4: Perpustakaan NasionalRepublik Indonesia. Jakarta: Yayasan OborIndonesia dan EFEO.

Behrend, T. E., dan Pudjiastuti, Titik. 1997. KatalogInduk Naskah-naskah Nusantara Jilid 3-A.Jakarta:  Fakultas  Sastra  UniversitasIndonesia.

Burchett,  Patton.  E.  2008.  “The  ‘Magical’Language  Of  Mantra.”  Journal of theAmerican Academy of Religion 76 (4): 807-843.

Chambert-Loir, Harry. 1999. Khazanah Naskah:Panduan Koleksi Naskah-Naskah IndonesiaSedunia-World Guide to IndonesianManuscript Collections.  Jakarta:  YayasanObor  Indonesia.

Daod, Haron. 2010. Oral Traditions In Malaysia: ADiscussion Of Shamanism. Jurnal Wacana.12 (1): 181—200.

Daud, Alfani. 1997. Islam dan Masyarakat Banjar.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Daudi, Abu.  1980.  Maulana  Syekh MuhammadArsyad al-Banjari Tuan Haji Besar.Martapura: Sullamul Ulum.

Diyab, AbdulMajid.1993. Tahqiq al-Turast al-Arabi,Manhajuhu Wa Tatawuruhu. Cairo: Dar al-ma’arif.

Djamaris,  Edward,  Muhamad  Jaruki,  NikmahSunardjo, Mujizah, dan Yeni Mulyani. 1996.Nilai Budaya dalam Beberapa Karya SastraNusantara: Sastra Daerah di Kalimantan.Jakarta:  Pusat  Pembinaan  danPengembangan  Bahasa,  DepartemenPendidikan dan Kebudayaan.

Ganie, Tajuddin. Noor. 2007. Jatidiri Puisi RakyatEtnis Banjar di Kalsel: Pribahasa Banjar,Pantun Banjar, Syair Banjar, Madihin, danMantra Banjar.  Banjarmasin:  RumahPustaka Folklor Banjar.

Harun, Abdussalam.1998. Tahqiqun an-nusus wanasyruha.  Cairo:  Maktabah  al-Khaniji  bilQahirah.

Hermansyah. 2010. Ilmu Gaib di Kalimantan Barat.Jakarta:  KPG  (Kepustakaan  PopulerGramedia)  École  Francaise  d’Extreme-Orient bersama STAIN Pontianak KITLV.

Hidayatullah, Dede. 2009. Jenis dan fungsi mantradalam masyarakat Banjar. Hlm 33-58 dalamBunga Rampai Sastra Hasil Penelitian.Banjarbaru:  Balai  Bahasa  KalimantanSelatan.

Hidayatullah,  Dede.  2014.  Revitalisasi  MantraBanjar.  Hlm.  279—294  dalam  SeminarNasional Bahasa Daerah (Sembada) tanggal10—11 Sepetember 2014 di Martapura.Yogyakarta: FAMILIA.

Hidayatullah, Dede. 2014b. Naskah Ini Fasal PadaMenyatakan  Jalan  yang  Benar  karyaNuruddin Ar-Raniry dalam Naskah Negara:Edisi Suntingan Teks. Hlm 451--474 dalam

DAFTAR PUSTAKA

Penelitian  lanjutan  tentang  naskah  MP  iniharus dilakukan agar pengetahuan yang ada didalamnya dapat tetap lestari, baik itu berhubungandengan medis maupun magis. Selain itu, upaya

restorasi naskah harus segera dilakukan karenanaskah sudah mengalami kerusakan yang parahakibat korosi tinta.

Page 15: MANTRA PENGOBATAN DALAM NASKAH BANJAR HEALING …

55

Naditira Widya Vol. 13 No. 1 April 2019-Balai Arkeologi Kalimantan Selatanp-ISSN: 1410-0932; e-ISSN: 2548-4125

Lokakarya Hasil Penelitian Kebahasaan danKesasteraan. Yogyakarta 29 September—10 Oktober 2014). Yogyakarta: Azzagarfika.

Hidayatullah, Dede. 2015. “Naskah Martabat Tujuh:Edisi  Kodikologi  dan  Isi Naskah.”  Undas11 (2): 58-67.

Hidayatullah, Dede. 2016. “Naskah Mantra Mistik:Kodikologi, Suntingan dan Isi Teks.” Undas12 (1): 117—133.

Hidayatullah, D.  (2017).  “Mantra dalam Naskah“doa  wirid  tolak  bala”:  Deskripsi,  isi,  dansuntingan teks.” Jurnal Kandai 13 (1): 121-136.

Humaidy, Muhajir, dan Fathullah Munadi,. 2011.Studi Naskah Syarâb al-‘Âsyiqîn KaryaHamzah Fansuri dalam Naskah Negara.Banjarmasin: Puslit IAIN Antasari.

Iskandar,  Teuku.  1999.  Catalogue of Malay,Minangkabau, And South SumatranManuscript in Netherlands.  Leiden:Universiteit  Laiden,  Faculteit  derGodgeleerdheid,  DocumentatiebureauIslam-Cristendom.

Kasmilawati,  Isna  danRustam  Effendi.  2012.Struktur  Dan  Fungsi  Mantra  MasyarakatDayak Deah  Desa Pangelak  KecamatanUpau Kabupaten Tabalong. Jurnal BahasaDan Sastra 1 (1): 126-138.

Kosasih.  2012.  Dasar-dasar keterampilanbersastra. Bandung: Yrama Widya.

Lindsay,Jennifer,  Soetanto,  R.  M.,  Alan  HFeinstein  dan  Behren T.  E.1994.  KatalogInduk Naskah-naskah Nusantara Jilid 2:Keraton Yogyakarta. Jakarta: Yayasan OborIndonesia dan EFEO.

Maknuna,  Laksari  lu‘lui,  Sunarti  Mustamar,  SriNengsih.  2013.  Mantra  Dalam  TradisiPemanggil  Hujan  di  Situbondo:  KajianStruktur,  Formula,  dan  Fungsi.  JurnalPublika Budaya 1 (1): 1—15.

Mu‘jizah.  2005.  Martabat Tujuh: Edisi Teks danpemaknaan Tanda serta Simbol.  Jakarta:Djambatan.

Mugeni, Muhammad, Abdul Hayat, Rissari Yayuk,Yuliati Puspita Sari, Sudirwo, Rodisa EdwinAbdinie, dan Erwan Wibowo. 2005. Mantra

Banjar.  Banjarbaru:  Balai  BahasaBanjarmasin.

Mulyadi,  dan  Rujiati,  S.  W.  1994.  KodikologiMelayu di Indonesia.  Jakarta:  FakultasSastra Universitas Indonesia.

Munadi,  Fathullah dan  Humaydi  2011.  KonsepShalat Menurut Ihsanuddin Sumatrani DalamAsrâr Al-balât.  Banjarmasin:  Puslit  IAINAntasari.

Rohim,  Khairur  dan  Rustam Effendi.2014.  NilaiBudaya  Dalam  Mantra  Banjar.  JurnalBahasa dan Sastra I (1): 204-214.

Ronkel, Ph. SVan. 1942. Supplement CatalogusDer Maleische en MinangkabauscheHandschriften in the Leidsche UniversiteisBibliotheek. Leiden: EJ Brill.

Ronkel, Ph. SVan. 1909. Catalogus Der MaleischeHandscriften (Batavia dan ‘s Gravenhage).Leiden: Albrecth dan Nijhoff.

Saputra, Heru Setya Puji. 2007. Memuja Mantra:Sabuk Mangir dan Jaran GoyangMasyarakat Suku Using Banyuwangi.Yogyakarta:  LkiS.

Sulistyowati, Endang dan  Tajuddin Noor Ganie.2016. Sastra Banjar: Genre Lama BercorakPuisi. Banjarmasin: Tuas Media.

Sunarti,  Abdul  Jebbar  Hapip,  Purlansyah,Syamsiar Seman, Syukrani Maswan, danMuhammad  Saperi.  1978.  Sastra LisanBanjar.  Jakarta:  Pusat  Pembinaan  danPengembangan Bahasa.

Suwatno, Edi. 2012. “Bentuk dan Isi Mantra.” JurnalHumaniora 16 (3): 320—331.

Tjandrasasmita, Uka. 2006. Kajian Naskah-naskahKlasik dan Penerapannya bagi KajianSejarah Islam di Indonesia.  Jakarta:Pusdiklat Lektur Keagamaan DepartemenAgama RI.

Voorhovedan Iskandar, Teku. 1994. Catalogue ofAcehnese Manuscripts in The Library ofLeiden University and other CollectionsOutside Aceh.  Leiden:  Leiden  Universitydan  Indonesian Linguistics  DevelopmentProject (ILDEP).

Yudiafi,  Siti  Zahradan  Mu‘jizah.  2010.  Filologi.Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.

Page 16: MANTRA PENGOBATAN DALAM NASKAH BANJAR HEALING …

56

Mantra Pengobatan dalam Naskah Banjar-Dede Hidayatullah (41-56)

Yulianto, Agus.  2011.  “Mantra  Banjar:  SuatuKompromi Budaya.” Naditira Widya  5 (2):133—140.

Zaidan, Abdur Rozak, Anita K. Rustapa, Hani’ah.2000. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: BalaiPustaka.