MANTRA PENGOBATAN DAN LAMUT TATAMBA SEBAGAI MEDIA ...

16
126 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (2 ) Mantra Pengobatan ... MANTRA PENGOBATAN DAN LAMUT TATAMBA SEBAGAI MEDIA PENYEMBUHAN DALAM MASYARAKAT BANJAR (KALIMANTAN SELATAN) MEDICATION MANTRA AND LAMUT TATAMBA AS HEALING MEDIA IN BANJAR PEOPLE (SOUTH KALIMANTAN) Agus Yulianto Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan Jalan A. Yani, Km 32,2 Loktabat, Banjarbaru, Kalimantan Selatan Pos-el: [email protected] Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut, 1) apa bentuk (wujud) mantra pengobatan dan lamut tatamba yang berupa tradisi tutur tunggal yang ada dalam masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan; 2) apa yang membuat mantra pengobatan dan lamut tatamba masih menjadi media alternatif; 3) apa sajakah penyakit-penyakit yang menjadi objek penyembuhan bagi mantra pengobatan dan lamut tatamba; dan 4) apa saja media yang digunakan dalam lamut tatamba untuk menyembuhkan sebuah penyakit. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik studi pustaka. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa bentuk mantra pengobatan terdiri atas mantra sempurna dan tidak sempurna. Corak mantra pengobatan terdiri atas pantun, ungkapan, dan syair penyakit-penyakit yang dapat disembuhkan oleh mantra pengobatan dan lamut tatamba antara lain penyakit mag, penyakit perut, sakit kepala, mata, dan lain-lain. Kata kunci: Mantra, lamut, pengobatan tradisional, tradisi lisan Abstract The objectives of this study are as follows. 1) to find out the forms of medication mantra and medication lamut (lamut tatamba) which is a single speech tradition in the Banjar people in South Kalimantan; 2) to find out the reason why medication mantra and medication lamut are still an alternative healing medium for diseases; 3) what diseases are the objects of healing for medication mantra and medication lamut (lamut tatamba); and 4) to find out what media are used in medication lamut (lamut tatamba) to heal diseases. This research uses descriptive qualitative method with library techniques. The results of the analysis show that healing mantras consist of perfect and imperfect mantras. The style of healing mantras consists of rhymes, phrases and rhymes the mantra and lamut tatamba can heal several diseases such as heartburn, stomach ache, headaches, eyes, and others. Keywords: Mantra, lamut, medication tradtinionally, oral tradition Naskah Diterima 22 Juni 2020—Direvisi Akhir 23 September 2020—Diterima 9 November 2020

Transcript of MANTRA PENGOBATAN DAN LAMUT TATAMBA SEBAGAI MEDIA ...

Page 1: MANTRA PENGOBATAN DAN LAMUT TATAMBA SEBAGAI MEDIA ...

126 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (2 )

Mantra Pengobatan ...

MANTRA PENGOBATAN DAN LAMUT TATAMBA SEBAGAI MEDIA PENYEMBUHAN DALAM MASYARAKAT BANJAR

(KALIMANTAN SELATAN)

MEDICATION MANTRA AND LAMUT TATAMBA AS HEALING MEDIA IN BANJAR PEOPLE (SOUTH KALIMANTAN)

Agus YuliantoBalai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan

Jalan A. Yani, Km 32,2 Loktabat, Banjarbaru, Kalimantan Selatan Pos-el: [email protected]

AbstrakTujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut, 1) apa bentuk (wujud) mantra pengobatan dan lamut tatamba yang berupa tradisi tutur tunggal yang ada dalam masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan; 2) apa yang membuat mantra pengobatan dan lamut tatamba masih menjadi media alternatif; 3) apa sajakah penyakit-penyakit yang menjadi objek penyembuhan bagi mantra pengobatan dan lamut tatamba; dan 4) apa saja media yang digunakan dalam lamut tatamba untuk menyembuhkan sebuah penyakit. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik studi pustaka. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa bentuk mantra pengobatan terdiri atas mantra sempurna dan tidak sempurna. Corak mantra pengobatan terdiri atas pantun, ungkapan, dan syair penyakit-penyakit yang dapat disembuhkan oleh mantra pengobatan dan lamut tatamba antara lain penyakit mag, penyakit perut, sakit kepala, mata, dan lain-lain.

Kata kunci: Mantra, lamut, pengobatan tradisional, tradisi lisan

AbstractThe objectives of this study are as follows. 1) to find out the forms of medication mantra and medication lamut (lamut tatamba) which is a single speech tradition in the Banjar people in South Kalimantan; 2) to find out the reason why medication mantra and medication lamut are still an alternative healing medium for diseases; 3) what diseases are the objects of healing for medication mantra and medication lamut (lamut tatamba); and 4) to find out what media are used in medication lamut (lamut tatamba) to heal diseases. This research uses descriptive qualitative method with library techniques. The results of the analysis show that healing mantras consist of perfect and imperfect mantras. The style of healing mantras consists of rhymes, phrases and rhymes the mantra and lamut tatamba can heal several diseases such as heartburn, stomach ache, headaches, eyes, and others.Keywords: Mantra, lamut, medication tradtinionally, oral tradition

Naskah Diterima 22 Juni 2020—Direvisi Akhir 23 September 2020—Diterima 9 November 2020

Page 2: MANTRA PENGOBATAN DAN LAMUT TATAMBA SEBAGAI MEDIA ...

1272020, Jurnal Lingko Volume 2 (2)

Agus Yulianto

1. PENDAHULUAN

Dunia medis di Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat luar biasa, baik yang berkaitan dengan peralatan, rumah sakit, maupun kemampuan para dokter. Oleh sebab itu, animo masyarakat untuk berobat ke rumah sakit, klinik, atau puskesmas semakin lama semakin tinggi.

Dunia medis di Kalimantan Selatan juga dengan sendirinya mengalami perkembangan dan kemajuan yang sama dengan dunia medis yang berada di daerah-daerah lainnya di Indonesia. Rumah sakit dengan fasilitas modern banyak bermunculan, baik itu rumah sakit-rumah sakit pemerintah maupun swasta. Hal itu mengakibatkan masyarakat di Kalimantan Selatan sangat menggantungkan kesehatan dirinya terutama untuk penyembuhan di rumah sakit-rumah sakit tersebut.

Di sisi yang lain, sebagian masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan apabila mengalami sakit berupa penyakit tertentu masih menggantungkan diri pada pengobatan tradisional, diantaranya berupa mantra dan lamut tatamba. Lamut tatamba adalah teater tutur tunggal yang menceritakan tentang kisah lamut yang dipertunjukkan dengan tujuan untuk menyembuhkan. Hal itu disebabkan kearifan lokal berupa mantra dan lamut tatamba mempunyai sejarah panjang dalam masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan. Sebelum pengobatan modern masuk, mantra pengobatan dan lamut tatamba sudah berabad-abad menjadi media penyembuhan bagi masyarakat yang sakit jauh sebelum dunia medis modern lahir dan menjadi bagian integral dalam masyarakat seperti sekarang ini.

Keberadaan mantra pengobatan dan lamut tatamba di masyarakat Banjar tidak dapat dipandang remeh begitu saja. Mantra pengobatan dan lamut tatamba telah banyak berjasa dalam menjaga kesehatan dan menyembuhkan penyakit-penyakit masyarakat Banjar pada masa lalu. Bahkan, saat ini pun mantra pengobatan dan lamut tatamba masih digunakan oleh sebagian masyarakat sebagai media penyembuh apabila mereka mengalami sakit. Sebagian masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan masih meyakini bahwa bacaan-bacaan mantra pengobatan dan lamut tatamba adalah media yang efektif dalam memperoleh kesembuhan. Oleh sebab itu, pengetahuan dan pemahaman terhadap mantra pengobatan dan lamut tatamba yang berada di Kalimantan Selatan sebagai media alternatif dalam mencari dan memperoleh kesembuhan. Penelitian mengenai mantra pengobatan dan lamut tatamba ini pernah dilakukan oleh Hidayatullah (2019) dengan judul Mantra Pengobatan dalam Naskah Banjar. Selanjutnya, Alfiannor (2017) dengan judul Ayat Alquran dalam Mantra Banjar. Mahmud (2008) dengan judul Mantra Banjar: Bukti Orang Banjar Mahir Bersastra Sejak Dulu. Yayuk (2005) dengan judul Mantra Banjar. Maman (2012) dengan judul Lamut.

Patut untuk diketahui banyak faktor yang menyebabkan masyarakat Banjar masih menggunakan mantra pengobatan dan lamut tatamba sebagai media untuk mencari kesembuhan. Faktor tersebut antara lain keyakinan dan ekonomi.

Page 3: MANTRA PENGOBATAN DAN LAMUT TATAMBA SEBAGAI MEDIA ...

128 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (2 )

Mantra Pengobatan ...

Berdasarkan uraian tersebut, rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut. 1) Bagaimanakah bentuk (wujud) mantra pengobatan dan lamut tatamba dalam masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan? 2) Mengapa mantra pengobatan dan lamut tatamba masih menjadi media alternatif di sebagian masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan dalam mencari kesembuhan atas sebuah penyakit? 3) Apa sajakah penyakit-penyakit yang menjadi objek penyembuhan bagi mantra pengobatan dan lamut tatamba? 4) Apa saja media yang digunakan dalam lamut tatamba untuk menyembuhkan sebuah penyakit?

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Sunarto (2001:135) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, dan pemikiran orang secara individual dan kelompok. Menurut Afrizal (2016:13) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah metode penelitian ilmu-ilmu sosial yang mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata (lisan dan tulisan) dan perbuatan-perbuatan manusia serta penelitian tidak berusaha menghitung atau mengkuantifikasikan data kualitatif yang telah diperoleh dan dengan demikian tidak menganalisis angka-angka. Menurut Semi (2012:23), metode deskriptif adalah metode yang dilakukan dengan tidak menggunakan angka-angka, tetapi menggunakan penghayatan terhadap interaksi antarkonsep yang sedang dikaji secara empiris. Furchan (1982:440) menyatakan metode deskriptif adalah suatu metode untuk memperoleh informasi tentang kondisi yang ada pada suatu penelitian dilakukan dengan melukiskan kondisi itu.

Data penelitian ini adalah mantra pengobatan dan lamut tatamba yang ada di Kalimantan Selatan. Macam-macam mantra dan lamut yang berhubungan dengan pengobatan kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.

Teknik penelitian meliputi membaca, memahami, mencatat, dan mengidentifikasi mantra-mantra dan lamut pengobatan dalam masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan. Data penelitian ini dikumpulkan dengan cara: 1) mencari mantra dan lamut yang berjenis pengobatan; 2) mengumpulkan objek penelitian yang sesuai dengan masalah penelitian; dan 3) menginventarisasi data yang mencakup hal-hal yang berhubungan dengan mantra pengobatan dan lamut tatamba. Dalam menganalisis data, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) mendeskripsikan, 2) mengklasifikasikan, 3) menginterpretasikan, dan 4) menyimpulkan.

2. KAJIAN TEORI

2.1 DefinisidanHakikatMantra

Berdasarkan asal kata, mantra berasal dari bahasa Sansekerta yang mempunyai arti do’a atau permohonan (Soedjijono, 1987:13). Menurut Dagun (2013:615) ada tiga

Page 4: MANTRA PENGOBATAN DAN LAMUT TATAMBA SEBAGAI MEDIA ...

1292020, Jurnal Lingko Volume 2 (2)

Agus Yulianto

pengertian terhadap mantra, pertama adalah kata-kata atau bunyi yang berkekuatan gaib, diucapkan berirama seperti senandung, digunakan sebagai doa bagi penutur atau pendengar. Kedua adalah susunan kata berunsur puisi yang diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan gaib yang lain. Pengertian yang ketiga adalah suku kata yang mempunyai makna dan berdaya mistik. Pada dasarnya mantra itu terdiri atas rangkaian kata-kata yang bagi pemiliknya dianggap sebagai sesuatu yang sakral serta memiliki kekuatan gaib, karena didorong oleh keyakinan yang dalam (Uniawati, 2006:16). Dalam budaya Banjar, mantra adalah ujar-ujar yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Hakikat dari mantra itu sendiri dijabarkan sebagai berikut, 1) ada bagian rayuan dan perintah; 2) mengungkapkan kesatuan pengucapan (expression unit); 3) mementingkan keindahan bunyi atau permainan bunyi; 4) merupakan sesuatu yang utuh yang tak dapat dipahami melalui pemahaman penggalan unsur-unsurnya; 5) merupakan sesuatu yang tak dapat dipahami oleh manusia, sesuatu yang misterius; 6) kata-katanya cenderung esoteris atau ada hubungan esoteris; sehingga terasa sebagai permainan bunyi belaka (Junus, 1983:134).

Pengucapan mantra ditujukan untuk mendapatkan efek tertentu. Mantra dapat berupa kata dan suara tertentu yang dianggap memiliki kesaktian. Pengucapan kata diiringi dengan bunyi tertentu; terkadang tidak memiliki makna, tetapi sangat erat kaitannya dan memberi pengaruh yang kuat pada munculnya kekuatan gaib. Mantra Banjar itu sendiri adalah hasil cipta kebudayaan lisan yang lahir, tumbuh, dan berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat Banjar. Sebelum agama Siva-Budha dan Islam masuk ke Kalimantan Selatan, masyarakat Banjar kala itu masih menganut kepercayaan kepada benda-benda alam atau yang disebut dengan kepercayaan animisme dan dinamisme. Kepercayaan animisme ini untuk wilayah Kalimantan Selatan disebut Kaharingan. Kepercayaan Kaharingan hingga saat ini masih dipeluk oleh sebagian penduduk di wilayah Kalimantan Selatan, khususnya oleh masyarakat Dayak seperti Dayak Bukit di Pegunungan Meratus. Dalam kepercayaan Kaharingan ini, penganutnya percaya dengan adanya kekuatan alam atas dan kekuatan alam bawah. Berdasarkan kenyataan itu, pada awalnya mantra Banjar timbul dari suatu hasil imajinasi dalam alam kepercayaan animisme dan dinamisme (Jauhari, 2008:49). Hal itu dapat dilihat dalam salah satu contoh mantra berikut ini.

Hai, sangiang barubuk Ikam jangan handak mamakan diaku Aku tahu asal kejadian ikam Anak raja Baruntik.‘Hai sangiang barubuk Kamu jangan hendak membinasakan diriku Aku tahu asal kejadian kamu Anak raja Baruntik’

Berkisar pada abad ke-10 sampai abad ke-15 Masehi, masyarakat Banjar mulai bersentuhan dengan agama Budha dan Siva yang dibawa oleh imigran Melayu dan Jawa. Menurut Nawawi (dalam Ismail, 1996:7) peninggalan dari agama Budha dan Siva di Kalimantan Selatan adalah Candi Agung di Amuntai dan Candi Laras di Margasari.

Page 5: MANTRA PENGOBATAN DAN LAMUT TATAMBA SEBAGAI MEDIA ...

130 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (2 )

Mantra Pengobatan ...

Sementara itu, agama Islam mulai masuk Indonesia dibawa oleh pedagang-pedagang Gujarat dari India. Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah Samudra Pasai di Aceh kemudian menyebar ke daerah-daerah lain di Indonesia. Agama Islam masuk ke wilayah Banjar dibawa oleh orang-orang dari pulau Jawa sekitar abad ke-16 Masehi. Raja Islam Banjar pertama, yaitu Sultan Suriansyah. Sekitar abad ke-18 Masehi, Islam sudah memasuki di hampir seluruh wilayah Kalimantan Selatan (Daud, 1997:14).

Mantra yang telah hidup dan berkembang dalam masyarakat Banjar sebagai bagian dari kepercayaan pra-Islam mendapatkan pengaruh Islam. Hal itu terlihat dari adanya penggunaan bahasa Arab dan kepercayaan Islam. Contohnya mantra berikut ini.

Bismillahirahmanirrahim Ruk manggaluruk Rik manggalirik Asalnya di Ari mantuk ka kamih Asalnya di angin mantuk ka anginAsalnya di banyu mantuk ka banyuInsya Allah inya hilang Barakat La ilahaillallah MuhammadarasulullahDengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha PenyayangRuk manggaluruk Rik manggalirik Asalnya di ari kembali ke kemih Asalnya di angin kembali ke angin Asalnya di air kembali ke air Dengan izin Allah dia hilang Berkat tiada Tuhan selain Allah Muhammad adalah utusan Allah”

2.2 DefinisidanHakikatLamut

Lamut adalah sebuah seni pertunjukkan tunggal yang dimainkan secara bertutur oleh palamutan (orang yang memainkan lamut). Oleh sebab itu, lamut disebut juga teater tutur. Jadi, palamutan yang membuat karakter tokoh yang ada dalam cerita. Seni pertunjukkan lamut ini hampir sama dengan seni pedalangan di masyarakat Jawa. Bedanya, dalam pedalangan ada benda berupa wayang yang dijadikan simbol cerita (tokoh atau latar), sedangkan dalam lamut semua unsur cerita bersifat imajinatif. Oleh karena itu, sebagai palamutan ia adalah sutradara dalam menciptakan karakter yang dinamis walaupun karakter tokoh cerita itu sudah baku (Seman, 1988:15). Sementara itu, ada juga yang menyatakan nama kesenian lamut diambil dari nama salah satu tokoh cerita, yaitu Lamut (Mugeni dkk, 2004: 43).

Kesenian lamut ini menurut Asmuni (2012:25) sebenarnya bukanlah kesenian asli masyarakat Banjar. Lamut adalah kesenian tutur asli masyarakat Tionghoa. Kesenian lamut ini dibawa para pedagang Tionghoa ke Banjar terus berkembang ke Pahuluan hingga Amuntai pada tahun 1816. Alat pendukung dalam pertunjukkan lamut yang

Page 6: MANTRA PENGOBATAN DAN LAMUT TATAMBA SEBAGAI MEDIA ...

1312020, Jurnal Lingko Volume 2 (2)

Agus Yulianto

harus ada adalah tarbang (sejenis rebana besar) yang dinamakan tarbang amut. Tarbang ini berfungsi untuk menjadikan pertunjukkan lamut menjadi lebih menarik.

Lamut dapat dipergelarkan dalam berbagai peristiwa seperti hajatan, nazar, dan juga sebagai hiburan. Sebelum lamut dipergelarkan baik dalam kegiatan hajatan, nazar, maupun hiburan, biasanya selalu didahului oleh sebuah upacara kecil. Berikut upacara kecil (Jarkasi dan Kawi, 1996:6), tersebut: 1) membakar pedupaan; 2) menyediakan piduduk berupa: a) beras ketan, b) kelapa, c) gula merah, d) kopi manis/pahit, e) kue tradisional, f) rokok daun, g) air putih, dll.; 3) menyiapkan air kelapa muda untuk diminum palamutan; dan 4) membaca doa selamat. Fungsi dari upacara kecil ini menurut palamutan (orang yang membawakan cerita lamut) adalah sajian untuk para leluhur supaya pergelaran lamut tersebut dapat berjalan lancar.

Adapun struktur lakon dalam pertunjukkan lamut adalah: 1) dibuka dengan menabuh tarbang dan nyanyian pembukaan terdiri atas pantun dan syair-syair. Semua itu dilakukan oleh palamutan sendiri; 2) babak demi babak lakon diselingi dengan pantun dan lelucon; dan 3) ditutup dengan tatabuhan serta nyanyian.

Struktur umum ini mengandung struktur khusus dalam babak yakni sebagai berikut: 1) bercerita sebagai narator; 2) berdialog yang dilaksanakan secara terampil oleh palamutan sendiri; dan 3) bercerita kembali (Seman 1988:15). Lamut dalam masyarakat Banjar mempunyai dua fungsi, yaitu: sebagai seni untuk upacara dan seni hiburan. Lamut sebagai seni upacara adalah semacam upacara tolak bala atau doa selamat, yakni sesudah kelahiran anak, sesudah sunatan, membayar hutang (janji). Upacara tersebut dimulai dengan maundang (mengundang) tokoh-tokoh alam gaib yang dilakukan oleh palamutan dengan mengucapkan mantera-mantera (Sanderta, 1988:2). Sebelum lamut dipertunjukkan biasanya dilengkapi oleh sesajen berupa: bubur merah, bubur putih, beras, ketan, telur, kelapa muda, ayam panggang, dsb.. Lamut sebagai seni hiburan dan tontonan tidak menyediakan sesajen kecuali perapian dupa kemenyan dan kelapa muda (Seman, 1981:2).

3. PEMBAHASAN

3.1 BentukMantraBanjardanLamutTatamba

Mantra Banjar terdiri atas dua bentuk, yaitu bentuk sempurna dan tidak sempurna. Bentuk mantra sempurna merupakan bentuk yang terdiri atas pembuka, isi, dan penutup, sedangkan bentuk mantra tidak sempurna adalah mantra yang hanya terdiri atas pembuka dan isi saja atau isinya saja atau isi dengan penutup saja. Selain itu, secara pemakaian bahasa mantra pengobatan ini terbagi menjadi tiga jenis, yaitu mantra pengobatan yang memakai bahasa Banjar saja, memakai perpaduan bahasa Banjar dan bahasa Arab, dan memakai bahasa Arab saja. Contoh mantra Banjar bentuk sempurna (terdapat pembuka, isi, dan penutup).

Page 7: MANTRA PENGOBATAN DAN LAMUT TATAMBA SEBAGAI MEDIA ...

132 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (2 )

Mantra Pengobatan ...

Bismillahirahmanirrahim Ruk manggaluruk rik manggalirik Asalnya di Ari mantuk ka kamih Asalnya di angin mantuk ka anginInsya Allah inya hilang Barakat La ilahaillallah Muhammadarasulullah‘Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Ruk manggaluruk rik manggalirik Asalnya di ari kembali ke kemih Asalnya di angin kembali ke angin Asalnya di air kembali ke air Dengan izin Allah dia hilang Berkat tiada Tuhan selain Allah Muhammad adalah utusan Allah’.

Contoh mantra Banjar bentuk tidak sempurna (hanya isi saja).

Pur sinipur ‘pur sinupur’ Bapupur di piring karang ‘berbedak di piring karang’ Bismillah aku bapupur ‘dengan menyebut nama Allah aku berbedak’Manyambut cahaya di bulan terang ‘menyambut cahaya si bulan terang’

Selain itu, secara corak mantra Banjar terdiri atas mantra yang bercorak pantun, syair, dan ungkapan. Contoh mantra Banjar bercorak pantun yang ini dipakai untuk memperlancar proses kelahiran.

Alam tarakai ‘alam tarakai’ fafaa’la ‘fafaa’la’ alam rakai ‘alam terhambur’pintu tabuka ‘pintu terbuka’

Contoh mantra Banjar bercorak ungkapan adalah: Gairil mag. Mantra ini berbentuk sebuah ungkapan, maksudnya adalah ungkapan yang diambil dari bagian ayat Alquran dijadikan sebuah mantra. Kegunaan ini mantra ini untuk mengobati orang yang kena penyakit samak. Contoh mantra Banjar bercorak syair yang ini digunakan sebagai pembunuh penyakit.

Allahumma tijamuksa kala muksa aku maambil air di pucuk api naraka jahanam hilang penyakit tiada berasa faktulu anfusakum zalikum khairullakum i’nda bariikum fataba alaikum innahu huwa tawaburrahim

Lamut batatamba (lamut pengobatan) berfungsi sebagai pengobatan, misalnya untuk anak yang sakit panas yang tidak sembuh-sembuh, atau ada orang yang sulit melahirkan dan lain-lain. Pertunjukan lamut batatamba harus disertai dengan sejumlah persyaratan, yaitu piduduk yang terdiri atas perangkat piduduk (sesaji), kemenyan atau perapin (dupa), beras kuning, garam, kelapa utuh, gula merah, dan sepasang benang-jarum. Setelah itu dilakukan tepung tawar dengan mahundang-hundang (mengundang) roh halus, membacakan doa selamat, dan memandikan air yang telah didoakan kepada

Page 8: MANTRA PENGOBATAN DAN LAMUT TATAMBA SEBAGAI MEDIA ...

1332020, Jurnal Lingko Volume 2 (2)

Agus Yulianto

si sakit. Lamut tatamba berbeda dengan lamut sebagai seni hiburan. Lamut sebagai seni hiburan dapat dimodifikasi, sedangkan lamut tatamba tidak. Lamut tatamba sangat terikat dengan pakem.

3.2 MantraPengobatandalamMasyarakatBanjar

Masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan memiliki banyak mantra yang diperuntukkan untuk memperoleh kesembuhan. Berikut mantra pengobatan yang terdapat dalam masyarakat Banjar.

1.a Mantra untuk menyembuhkan penyakit mag.

Gairil mag

Bunyi ayat dalam mantra tersebut dapat ditemui dalam ayat 7 surah Al-Fatihah. bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (QS Al-Fatihah:7). Menurut Alfiannor (2017:34) mantra ini berbentuk sebuah ungkapan, maksudnya adalah ungkapan yang diambil dari bagian ayat Alquran dijadikan sebuah mantra. Kegunaan mantra ini untuk mengobati orang yang kena penyakit mag. Maka kata gairil mag itu dimaksudkan dengan bunyi “mak” dari orang yang terkena penyakit mag. Mantra ini ditiupkan ke air lalu diminum.

1.b. Mantra untuk menyembuhkan penyakit lambung Mardika, mardiku, wsika, wasiku ‘Mardika, mardiku, wsika, wasiku’

Bajauh ikam ‘Pergi kamu’Aku tahu asal kajian ikam ‘Aku tahu asal kejadianmu’

Jin Traum ‘Jin Taraum’Bila kada bajauh ‘Bila tidak pergi’Ikam kusumpahi ‘Engkau kukutuk’

Mantra ini dibacakan oleh orang pandai (tuan guru, tabib) kepada si penderita sakit lambung. Dengan bacaan tersebut diharapkan si sakit dapat sembuh dari penyakit lambungnya (Sunarti, 1977:183).

1. Mantra untuk menyembuhkan sakit waktu melahirkan, sakit perut, dan sakit senggugut.Allahumma tijamuksa kala muksa aku maambil air di pucuk api naraka jahanam hilang penyakit tiada berasa faktulu anfusakum zalikum khairullakum i’nda bariikum fataba alaikum innahu huwa tawaburrahim

Menurut Alfiannoor (2017:35) mantra ini bercorak syair dan digunakan sebagai pembunuh penyakit. Penggunaan ayat Alquran sebagai sebuah penguat dengan mengambil arti dan maksud ayatnya dalam arti sebenarnya. Penggunaan ayat Alquran dalam mantra ini berbeda dengan mantra-mantra sebelumnya yang hanya

Page 9: MANTRA PENGOBATAN DAN LAMUT TATAMBA SEBAGAI MEDIA ...

134 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (2 )

Mantra Pengobatan ...

menjadikan ayat Alquran sebagai pengambilan berkah tanpa menggunakan arti sebenarnya dari ayat tersebut. Jika dihubungkan akan terlihat bahwa tujuan mantra adalah agar penyakit itu membunuh dirinya sendiri atau bunuh diri.

2. Mantra untuk menyembuhkan luka.Hari kamarau bumi ranggang Hari hujan bumi rapat Hari kamarau bumi rapat Tabbat yada abi lahabiwwatab….

Menurut Alfiannor (2017:36) mantra ini bercorak syair. Kata tabat dalam bahasa Banjar berartinya bendung. Jadi bacaan ini diharapkan akan menjadikan aliran darah berhenti, karena sudah di-tabat atau dibendung.

3. Mantra untuk menyembuhkan penyakit bisulHintalu burung ‘telur burung’ Hintalu cacak ‘telur cicak’ Diandak disarang babi ‘diletakkan di sarang babi’ Aku maurung bisul ‘aku memerhatikan bisul’ Kupicik-picik ‘kutekan-tekan’ Kukacak-kacak ‘kuremas-remas’ Mudahan jangan jadi ‘semoga tidak jadi’ Wala talbisul haqqa bil bathil

Bunyi ayat dalam mantra tersebut dapat ditemui dalam surah Al-Baqarah ayat 42. Berikut terjemahan ayat utuhnya: ‘Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui’ (QS al-Baqarah:42). Menurut Alfiannoor (2017:36) mantra ini bercorak syair, kata bisul dalam ayat tersebut dimaksudkan untuk pengambilan berkah, diharapkan maksud mantra untuk menyembuhkan penyakit bisul akan tercapai.

4. Mantra untuk menyembuhkan penyakit panas

Wa l-Lahu galibun `al amarihi. Qad syagafa hubba. Innahû lihubbi l-khairi lasyadid Bacaan ini merupakan gabungan dari tiga potongan ayat Alquran, yaitu QS. Yusuf (12): 111, ayat 12, dan Al-Adiyat (100): ayat 8. Mantra atau bacaan ini dibaca tiga kali kemudian ditiupkan pada orang yang sakit (Hidayatullah, 2019:48).

5. Mantra untuk menyembuhkan sakit kepala dan penat badan.Tawar Allah, ah tawar Allah ampunya tawar Jibrail membawanya. Nabi Muhammad nang menawarnya. Ah aku tawar, ah aku tawar, ah, aku tawar. Berkat lilha illallah Muhammadu r-rasulullah adanya.

Mantra atau bacaan ini dibacakan kemudian ditiupkan ke air dan diminumkan kepada orang yang sakit. Selain itu, mantra atau bacaan ini dapat juga dibacakan kemudian ditiupkan ke kepala orang yang sakit.

Page 10: MANTRA PENGOBATAN DAN LAMUT TATAMBA SEBAGAI MEDIA ...

1352020, Jurnal Lingko Volume 2 (2)

Agus Yulianto

6. Mantra atau bacaan untuk menyembuhkan segala penyakit.Bismil-Lahir-rahmanir-rahim turun li bayanullah turun menawar hamba Allah. Aku tahu asalnya tawar habang, darahnya rasulillah. Aku tahu asalnya kuning, kampadu rasullullah. Aku tahu asalnya hijau, ampadu rasullullah. Ilahu l-haq Ilahu l-mutlak. Kun awal zat Allah, kun awal sifatullah alif Allah Ilahu l-haq. Adanya.

Mantra ini dibacakan kemudian ditiupkan ke air putih dan diminumkan kepada orang yang sakit. Mantra ini merupakan tawar sapuhun. Tawar sapuhun merupakan pengobatan yang sangat manjur terhadap penyakit (Hidayatullah, 2019:47).

7. Mantra untuk menyembuhkan penyakit gondok.BismillahirrahmanirrahimNun, wl qalami wama yastrun

Mantra ini umumnya dibaca oleh seseorang yang memang pandai dalam menyembuhkan. Mantra ini dibaca kepada orang yang berpenyakit gondok dengan harapan memperoleh kesembuhan (Yayuk, 2015:58).

8. Mantra untuk menyembuhkan orang yang kelilipan.Giling-giling tantadu ’giling-giling tantadu’Tantadu kahujanan ‘tantadu kehujanan’Tagiling mata hantu ‘tergiling mata hantu’Hilangakan kalimpanan ‘hilangkan kelilipan’

Mantra ini dibaca oleh mereka yang mengalami kelilipan dengan harapan kelilipannya segera hilang (Yayuk, 2015:59).

9. Mantra untuk menyembuhkan penyakit samak (rasa sakit pada bagian badan tertentu tanpa diketahui penyebabnya, masuk angin).

Mantra ini dibaca oleh orang pandai sambil mengurut-urut bagian tubuh yang sakit dengan harapan sakit tersebut hilang (Yayuk, 2015:59).

Caricit burung caricit ‘mencicit burung mencicit’Hinggapnya di batang tawar ‘hinggapnya di batang tawar’Datu mana nang manyumpit ‘datu mana yang menyumpit’Bismillahirrahmanirrahim aku manawar ‘Bismillahirrahmanirrahim aku

memantrai

10. Mantra untuk menyembuhkan penyakit cacar.BismillahirrahmanirrahimAllahumma salli ala MuhammadAllahumma salli wassalimBarkat lailaha ilallahMuhammadurrasulullah

Mantra ini dibaca oleh orang pandai (tuan guru atau tabib) untuk mengobati penyakit cacar. Penyakit cacar itu sendiri terdiri atas beberapa jenis, yaitu cacar air,

Page 11: MANTRA PENGOBATAN DAN LAMUT TATAMBA SEBAGAI MEDIA ...

136 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (2 )

Mantra Pengobatan ...

cacar api, dan cacar lembu. Pelaksanaan pembacaan mantra dilakukan secara berulang-ulang dengan harapan agar segala bintik-bintik cacar yang terdapat di anggota tubuh dapat segera hilang (Yayuk, 2015:62).

11. Mantra untuk menembuhkan penyakit pulung (guna-guna).Bismillahirrahmanirrahim ‘dengan nama Allah Yang Maha Pengasih

dan Penyayang’Asal kadada ‘semula tiada’Kambali kadada ‘kembali ke tiada’Barakat La ilaha illallah ‘berkat tiada Tuhan selain Allah’ Muhammadar Rasulullah ‘Muhammad pesuruh Allah’

Mantra ini digunakan untuk mengobati penyakit pulung baik yang baru menderita maupun yang sudah menderita beberapa tahun. Mantra ini dibacakan oleh orang pandai, yakni tuan guru atau tabib. Ayat atau mantra ini dibaca berulang-ulang dengan harapan dapat menyembuhkan si sakit. Sambil membaca mantra tersebut, tuan guru atau tabib mengibarkan kain hitam pada si pasien. Panjang kain hitam tersebut biasanya satu meter persegi di depan pintu pada waktu matahari akan tenggelam atau senja hari (Yayuk, 2015: 62--63).

12. Mantra untuk menyembuhkan orang yang keracunan.

Hai Sangiang BaruhukIkam jangan handak mamangsa lawanAku tahu asal kajadian ikamAnak Raja BaruntikSangian GarahakSangiang GaruhukGarahak, GaruhukHai sangiang Baruhuk bajauh ikamJangan paraki anak AdamIkam kusumpahiBarkat lailaha ilallahMuhammadurrasulullah

‘hai Sangiang Baruhuk’‘kamu jangan hendak membinasakan diriku’‘aku tahu kejadianmu’‘anak Raja Baruntik’‘Sangian Garahak’‘Sangiang Garuhuk’‘Garahak, Garuhuk’‘hai sangiang Baruhuk menjauh kamu’‘jangan dekati anak Adam’‘kamu kusumpahi’‘berkat lailaha ilallah’‘Muhammadurrasulullah’

Mantra in digunakan untuk menyembuhkan orang yang terkena (termakan/minum) racun. Dengan membaca mantra ini diharapkan racun yang masuk dalam tubuh tidak akan berfungsi. Mantra ini dibacakan berulang-ulang sebanyak tiga kali dan ditiupkan ke segelas air putih untuk diminumkan kepada orang yang keracunan (Yayuk, 2015:66—67).

13. Mantra untuk menyembuhkan penyakit biri-biri.BismillahirrahmanirrahimJaluhu, jalukap, kipasatUguk, ugur

Page 12: MANTRA PENGOBATAN DAN LAMUT TATAMBA SEBAGAI MEDIA ...

1372020, Jurnal Lingko Volume 2 (2)

Agus Yulianto

Sang Maharaja Baruntik Barkat lailaha ilallah

Muhammadurrasulullah

Mantra ini digunakan untuk menyembuhkan penyakit biri-biri yang diderita seseorang. Orang yang membacanya adalah orang yang dianggap pandai (tuan guru atau tabib) yang memang berprofesi sebagai penyembuh penyakit ini secara turun-temurun. Harapan dari pembacaan mantra ini adalah agar si penderita dapat sembuh dari penyakit biri-biri yang di deritanya (Yayuk, 2015:70).

3.3 Lamut Tatamba dalamMasyarakatBanjar

Selain mantra pengobatan, masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan juga memiliki media penyembuhan lain apabila salah satu anggota masyarakatnya mengalami sakit. Media itu adalah lamut tatamba. Keberadaan lamut tatamba ini secara tersurat terdapat dalam isi pertunjukkan lamut itu sendiri. Menurut Maman (2012: 50) dalam prolog intermedium cerita dikatakan bahwa adanya perimbangan alam atas dengan alam bawah. Adanya alam atas, yaitu alam kahyangan yang dihuni oleh dewa-dewa dan batara-batara yang Hyang Sepuh yang dipercayai sebagai perwujudan dari roh-roh nenek moyang yang suci. Alam bawah, yaitu adanya alam empat persegi penjuru angin yang dipercayai sebagai urat nadi kehidupan manusia dan para roh-roh nenek moyang yang tidak dapat menjadi penghuni kahyangan. Roh-roh itu tetap berada di alam bawah dan menempati bagian kosong dari kehidupan manusia seperti pada pohon-pohonan, danau-danau ataupun ruang dan waktu yang tidak terhingga. Roh-roh nenek moyang yang masih berada di alam bawah ini sering mengganggu kehidupan manusia sehingga sering terjadi orang-orang yang sakit di luar kebiasaan. Oleh karena itu, palamutan berperan sebagai orang yang dapat berhubungan dengan roh-roh jahat tersebut. Orang-orang yang mengalami sakit yang diduga disebabkan oleh gangguan roh-roh jahat tersebut dapat memanggil palamutan untuk mendapatkan kesembuhan. Hal itu disebabkan seorang palamutan dipercaya dapat mengundang seluruh roh nenek moyang baik yang berada di kahyangan maupun roh-roh jahat yang berada di bumi untuk datang menghadap dan berbicara langsung. Pelamutan dalam hal ini bertindak sebagai juru bicara antara orang yang diganggu dengan roh-roh jahat yang mengganggu. Lebih jauh Maman (2012: 52) menjelaskan selama tuturan cerita lamut tatamba berlangsung dipercaya bahwa tuturan dengan kekuatan batin sang palamutan mampu mempengaruhi semangat dalam diri si sakit. Jiwa si sakit yang tadinya kehilangan semangat untuk sembuh mendapat dukungan moral dan kekuatan baru untuk bangkit dari sakwasangka gangguan roh-roh jahat. Dari tuturan itu pula si sakit merasa terbebas

Page 13: MANTRA PENGOBATAN DAN LAMUT TATAMBA SEBAGAI MEDIA ...

138 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (2 )

Mantra Pengobatan ...

dari segala kutukan atau pingitan yang menjerat suasana jiwanya yang terganggu. Menurut Maman (2012:52) palamutan ketika mengadakan lamut yang ditujukan untuk lamut tatamba memerlukan peralatan (properti) sebagai berikut: 1) perapin adalah perapian untuk membakar dupa setanggi dan kemenyan putih; 2) tapung tawar adalah campuran air dan minyak yang berbau harum; 3) Baras kuning adalah beras yang dicampur dengan serutan kunyit sehingga berwarna kuning; 4) Kambang barenteng adalah rangkaian kembang kenanga, cempaka, mawar, melati, dan beberapa kembang lain; 5) mayang maurai adalah mayang pinang yang masih terbungkus dalam kelopaknya; dan 6) dupa setanggi dan kemenyan. Selain peralatan, untuk mengadakan lamut tatamba juga diperlukan piduduk (kelengkapan syarat upacara). Piduduk digunakan dan disediakan dalam pertunjukkan lamut dengan anggapan jika dalam sesajen (sajian) kurang lengkap maka piduduk ini diperuntukkan untuk menggantikan kekurangan-kekurangan tersebut. Piduduk tersebut terdiri atas: 1) nyiur, yaitu sebiji kelapa yang sudah tua; 2) beras sekitar 3,30 liter; 3) Gula habang (gula merah), yaitu sebiji gula yang berasal dari air nira atau pohon enau; 4) Hintalu, yaitu sebiji telur itik yang mentah; 5) jarum; dan 6) benang dalam ukuran yang agak besar. Kelengkapan upacara yang juga harus ada yang tidak kalah penting dalam lamut tatamba adalah kelengkapan yang disebut tatungkal (berupa sesajian). Tatungkal tersebut terdiri atas 41 macam kue (wadai) sebagai berikut: 1) nasi lakatan kuning (nasi ketan kuning); 2) nasi lakatan putih (nasi ketan putih); 3) bubur habang (bubur merah gula nira); 4) bubur putih; 5) kokoleh habang (kokoleh merah); 6) kokoleh putih; 7) cingkaruk batu; 8) cingkaruk bacurai; 9) lamang (ketan bakar dalam bambu); 10) lalampar (ketan bakar dalam daun pisang); 11) wajik (nasi ketan yang dimasak dengan gula merah); 12) dodol (tepung ketan yang dimasak dengan santan kelapa dan gula merah); 13) tapai (ketan yang diberi ragi); 14) kue cucur; 15) kue cincin; 16) kue gagauk; 17) bubur gayam (tepung ketan yang dibuat bulat dimasak di air gula merah); 18) bubur sumsum: 19) bubur ba-ayak; 20) srikaya; 21) madu kasirat; 22) kikicak; 23) kalalapon; 24) katupat; 25) kacang-kacangan; 26) pisang mahuli; 27) pisang talas; 28) pisang manggala; 29) ular-ular; 30) urap-urapan; 31) apam habang (apem merah); 32) apam putih; (apem putih); 33) surabi; 34) upak; 35) rampaya 36) sasagun; 37) hintalu masak; 38) nyiur anum; (kelapa muda yang masih utuh); 39) banyu kinca (air santan kelapa dicampur dengan gula merah); 40) sasuap (yang terdiri dari daun sirih, pinang, kapur, dan gambir); 41) rokok daun (Maman, 2012:54).

Semua sesajian yang tersedia dalam perhelatan lamut tatamba (pengobatan) ini memiliki makna tersendiri. Tidak sembarang makanan dan peralatan dapat disediakan dalam upacara ini. Makanan-makanan dan peralatan yang disajikan dalam lamut tatamba ini beberapa diantaranya merupakan simbol yang berkaitan dengan bagian-bagian tubuh manusia yang sakit yang diharapkan mendapat kesembuhan dari

Page 14: MANTRA PENGOBATAN DAN LAMUT TATAMBA SEBAGAI MEDIA ...

1392020, Jurnal Lingko Volume 2 (2)

Agus Yulianto

perhelatan lamut ini adalah sebagai berikut. Nyiur atau kelapa adalah untuk pengganti kepala. Hintalu atau telur adalah untuk

pengganti mata. Pisang adalah untuk pengganti gigi. Jarum adalah untuk penganti tulang. Benang adalah untuk penganti urat. Banyu kinca adalah untuk pengganti darah. Banyu santan adalah untuk penganti lemak dan darah putih. Kokoleh habang (merah) adalah untuk pengganti hati. Kokoleh putih adalah untuk penganti jantung. Urap-urapan adalah untuk pengganti perut lilit. Gagauk adalah untuk pengganti otak. Bubur ba-ayak adalah untuk pengganti tulang belakang. Bubur sumsum adalah untuk sumsum tulang belakang (Maman, 2012:56).

Semua makanan dan peralatan yang disajikan sebagai simbol tersebut dimaksudkan sebagai pengganti dari bagian-bagian tubuh yang sakit. Oleh sebab itu, palamutan dalam ritual ini menyatakan bila roh-roh jahat telah mengganggu salah satu bagian tubuh maka diganti dengan sesajian tersebut. Misalnya, bila mengganggu pada bagian kepala maka diganti oleh kelapa, bila mengganggu pada bagian mata maka diganti dengan telur, bila menganggu pada bagian urat maka diganti dengan benang begitu seterusnya. Menurut Maman (2012:58) prosesi acara ritual ini biasanya dilakukan pada malam hari yang dimulai sekitar pukul sembilan malam dan lamanya maundang-undang (memanggil roh leluhur) untuk pengobatan ini sekitar kurang lebih satu jam. Ritual dihadiri oleh yang sakit dan keluarga serta kerabat dekatnya. Setelah selesai upacara pengobatan dilanjutkan dengan hiburan, yaitu dengan bercerita yang diambil dari pakem cerita tutur lamut hingga menjelang tengah malam barulah beristirahat sambil menyantap makanan yang disajikan pada sesajian upacara tadi. Lebih jauh, Maman (2012:58) menyatakan setelah menyantap makanan di tengah malam, palamutan melanjutkan tuturan cerita yang dibawakan hingga pukul tiga dini hari yang saat itu dipercayai sebagai hati malam, yang mana saat itu semua makhluk sedang beristirahat, baik makhluk yang ada di bumi maupun makhluk gaib yang tidak kelihatan oleh manusia biasa. Saat itulah, palamutan sebagai seorang tabib melangsungkan ritual untuk menghantarkan kembali roh-roh leluhur yang dipanggil pada saat awal upacara pengobatan. Ritual penghantar ini hampir sama dengan maundang-undang, yaitu dengan membakar dupa menyan putih dan menghamburkan beras kuning. Satu per satu roh-roh tadi dikembalikan. Roh yang berasal dari kahyangan dikembalikan yang dilakukan melalui tuturan sang tabib palamutan sehingga seluruh yang dipanggil dapat dikembalikan semua.

3.4 Mantra Pengobatan dan Lamut Tatamba sebagai Media PenyembuhanAlternatif

Sebelum dunia medis maju pesat seperti sekarang ini, mantra pengobatan dan lamut tatamba merupakan media utama dalam mencari kesembuhan. Perkembangan

Page 15: MANTRA PENGOBATAN DAN LAMUT TATAMBA SEBAGAI MEDIA ...

140 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (2 )

Mantra Pengobatan ...

mantra yang berasal dari kebudayaan animis dan dinamis (kaharingan) yang selanjutnya mendapat pengaruh kuat dari kepercayaan Budha-Siva. Setelah agama Islam masuk dan menjadi kepercayaan mayoritas masyarakat Banjar. Mantra juga mendapat pengaruh dan mulai menyesuaikan diri dengan Islam. Salah satu indikatornya adalah masuknya ayat-ayat Alquran dalam bacaan mantra dan terpakainya kalimat bismillah dan kalimat tauhid dalam mantra tersebut. Hal itulah yang menjadikan mantra pengobatan masih diterima dan dipakai oleh sebagian masyarakat Banjar karena dianggap tidak bertentangan dengan akidah Islam.

Sementara itu, lamut tatamba sedikit mengalami nasib yang berbeda. Keberadaan lamut tatamba boleh dikatakan sangat jarang ditemui. Hal itu menurut Maman (2012:53) keberadaan lamut tatamba bagi masyarakat sekarang dapat dipandang sebagai sesuatu hal yang berbau mistik. Bahkan bagi sebagian masyarakat persoalan seperti ini dapat dianggap sebagai sesuatu hal yang mempersekutukan Tuhan atau syirik. Oleh sebab itu, walaupun lamut tatamba ini belum punah sama sekali, keberadaannya juga jarang ditemui.

4. SIMPULAN

Dunia medis di Indonesia termasuk di Kalimantan Selatan telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, masih terdapat pengobatan alternatif yang telah berabad-abad digunakan oleh masyarakat Banjar dalam mencari kesembuhan bila tertimpa sebuah penyakit. Media pengobatan tersebut adalah mantra pengobatan dan lamut tatamba. Mantra pengobatan dan lamut tatamba masih dipercaya oleh sebagian masyarakat Banjar dapat menyembuhkan penyakit-penyakit tertentu.

Bentuk mantra pengobatan terdiri atas mantra sempurna dan tidak sempurna. Corak mantra pengobatan terdiri atas pantun, ungkapan, dan syair. Bahasa yang digunakan dalam mantra pengobatan terdiri atas bahasa Banjar saja, perpaduan antara bahasa Banjar dengan bahasa Arab, dan hanya bahasa Arab. Lamut tatamba berupa teater tutur tunggal dengan menggunakan tarbang/rebana lamut yang memakai beberapa syarat tertentu, seperti menggunakan peralatan tertentu, piduduk, dan tatungkal.

Penyakit-penyakit yang dapat disembuhkan oleh mantra pengobatan seperti penyakit mag, penyakit perut, masuk angin, panas dalam, biri-biri, cacar, guna-guna, kelilipan, keracunan, samak, luka, bisul, sakit kepala, dan lain-lain. Begitu juga lamut tatamba dapat mengobati orang yang sakit kepala, mata, gigi, tulang, perut, jantung, hati, dan lain-lain.

Sampai saat ini di sebagian masyarakat Banjar masih mempercayai pengunaan mantra pengobatan dan lamut tatamba dalam memperoleh kesembuhan atas sebuah penyakit. Hal itu disebabkan mantra Banjar itu sendiri telah berakulturasi dengan budaya (ajaran) Islam yang menjadi agama mayoritas masyarakat Banjar. Begitu juga dengan lamut tatamba masih dipercayai oleh sebagian masyarakat dalam memperoleh

Page 16: MANTRA PENGOBATAN DAN LAMUT TATAMBA SEBAGAI MEDIA ...

1412020, Jurnal Lingko Volume 2 (2)

Agus Yulianto

kesembuhan bila menderita sesuatu penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. 2016. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Alfiannor. 2017. Ayat Alquran dalam Mantra Banjar. Dalam Jurnal Nalar. Vol. 1, No. 1, hlm 27—46.

Asmuni, Fahrurazie. 2012. Sastra Lisan Banjar Hulu. Landasan Ulin: Penerbit Panakia Dagun, Save M. 2013. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Lembaga Pengkajian

Kebudayaan Nusantara Daud, Alfanani, 1997. Islam dan Masyarakat Banjar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha

Nasional.Hidayatullah, Dede. 2019. Mantra Pengobatan dalam Naskah Banjar. Dalam Jurnal

Naditira. Vol. 13, No. 1, hlm 41—56.Ismail dkk. 1996. Fungsi Mantra dalam Masyarakat Banjar. Jakarta: Pusat Bahasa.Jarkasi dan Kawi. 1996. Deskripsi Lamut, Teater Tutur Rakyat Kalimantan Selatan.

Depdikbud: Bagian Proyek Pembinaan Kesenian Kalimantan Selatan.Jauhari, Ali Mahmud. 2008. Mantra Banjar: Bukti Orang Banjar Mahir Bersastra Sejak

Dulu. Dalam Jurnal Meta Sastra. Vol. 1, No.1, hlm 44--51.Junus, Umar. 1983. Dari peristiwa ke Imajinasi. Jakarta: Gramedia.Maman, Mukhlis. 2012. Lamut. Banjarbaru: Scripta CendekiaMugeni, Yulianto, Saefuddin. 2004. Sketsa Sastra Kalimantan Selatan: Lamut. Banjarbaru.

Balai bahasa Banjarmasin.Sanderta, Bahtiar.1988. Kesenian Lamut. Banjarmasin:Taman BudayaSeman, Syamsiar. 1981. Kesenian Lamut dan Madihin sebagai Media Traditional yang

Komunikatif. Banjarmasin: Depdikbud.Seman, Syamsiar dan Ahmad Makkie. 1998. Peribahasa dan Ungkapan Tradisional Bahasa

Banjar. Banjarmasin: Dewan Kesenian kalimantan Selatan.Semi M. Atar. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa Jaya.Soedjiono. 1987. Struktur dan Isi Mantra Bahasa Jawa. Jakarta: Pusat Bahasa.Sunarti, dkk. 1977. Sastra Lisan Banjar. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan

Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sunarto. 2001. Metode Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan Pendidikan. Surabaya: Unesa

University Press.Uniawati. 2006. Fungsi Mantra Melaut pada Masyarakat Suku Bajo di Sulawesi Tenggara.

Kendari: Balai Bahasa Sulawesi Tenggara.Yayuk, dkk. 2005. Mantra Banjar. Banjarbaru: Balai Bahasa Banjarmasin.