LPBatu Ginjal

38
LAPORAN PENDAHULUAN BATU GINJAL A. Definisi Batu ginjal atau kalkulus adalah batu yang dibentuk di dalam saluran kemih oleh kristalisasi dari substansi ekskresi di dalam urine (M.Nurs, 2007 ). Batu ginjal/kalkulus adalah bentuk deposit mineral, paling umum oksalat Ca 2 + dan Fosfat Ca 2 + , namun asam urat dan kristal juga pembentuk batu (Doenges, 2000). Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68- 69). Batu dapat dibentuk dalam pelviks ginjal, menetap dan menjadi lebih besar, bergerak turun sepanjang ureter ke dalam kandung kemih dan kemudian keluar bersama kemih. Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter yang asimptomatik.

description

konsep dan asuan keperawatan pada klien dengan batu ginjal

Transcript of LPBatu Ginjal

Page 1: LPBatu Ginjal

LAPORAN PENDAHULUAN BATU GINJAL

A. Definisi

Batu ginjal atau kalkulus adalah batu yang dibentuk di dalam saluran kemih oleh kristalisasi

dari substansi ekskresi di dalam urine (M.Nurs, 2007 ).

Batu ginjal/kalkulus adalah bentuk deposit mineral, paling umum oksalat Ca2+ dan Fosfat

Ca2+, namun asam urat dan kristal juga pembentuk batu (Doenges, 2000).

Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,

infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan

merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69).

Batu dapat dibentuk dalam pelviks ginjal, menetap dan menjadi lebih besar, bergerak turun

sepanjang ureter ke dalam kandung kemih dan kemudian keluar bersama kemih. Batu juga

bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan

hidroureter yang asimptomatik.

B. Epidemiologi

Penelitian Tarihoran YM pada tahun 2001-2002 di RSUP. H. Adam Malik Medan terdapat

105 pasien urolitiasis dengan kelompok umur terbanyak 30-50 tahun yaitu sebesar 46,6%

dan jenis kelamin pria lebih banyak daripada wanita dengan proporsi 64,8%.

C. Faktor Resiko

Faktor yang mempengaruhi terbentuknya urolitiasis, yaitu:

1. Usia

Lebih sering ditemukan pada usia 30-50 tahun

Page 2: LPBatu Ginjal

2. Jenis kelamin

Jumlah penderita laki-laki lebih banyak tiga kali dibandingkan perempuan. Hal ini

disebabkan oleh perbedaan struktur anatomi saluran kemih antara laki-laki dan

perempuan serta faktor hormone estrogen yang mencegah terjadinya agregasi

garam kalsium.

3. Pekerjaan

Pekerja-pekerja keras yang banyak bergerak, misalnya buruh dan petani akan

mengurangi terjadinya batu sal. kemih bila dibandingkan dengan pekerja-pekerja

yang lebih banyak duduk.

4. Air minum

Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan mengurangi

terbentuknya batu, sedangkan bila kurang minum menyebabkan kadar semua

substansi dalam urin akan meningkat dan akan mempermudah pembentukan batu.

Kejenuhan air yang diminum sesuai dengan kadar mineralnya terutama kalsium

diperkirakan mempengaruhi terbentuknya batu sal. kemih

5. Makanan

Konsumsi makanan tinggi protein yang berlebihan dan garam akan

meningkatkan pembentukan batu sal. kemih. Diet banyak purin (kerang-kerangan,

anggur), oksalat (teh, kopi, cokelat, minuman soda, bayam), kalsium (daging, susu,

kaldu, ikan asin dan jeroan) mempermudah terjadinya penyakit ini. Makan-makanan

yang banyak mengandung serat dan protein nabati mengurangi risiko batu sal.

kemih dan makanan yang mengandung lemak dan protein hewani akan

meningkatkan risiko batu sal. kemih.

6. Riwayat Keluarga/keturunan

Riwayat anggota keluarga yang pernah menderita batu sal. kemih akan

memberikan resiko lebih besar timbulnya penyakit ini. 30-40% penderita kalsium

oksalat mempunyai riwayat keluarga yang positif menderita batu sal. kemih

7. Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan

menjadi inti pembentukan batu sal.kemih. Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum

dan membentuk amonium akan mengubah pH urin menjadi alkali dan akan

mengendapkan garam-garam fosfat sehingga akan mempercepat pembentukan batu

8. Iklim dan temperatur/suhu

Page 3: LPBatu Ginjal

Individu yang menetap di daerah beriklim panas dengan paparan sinar ultraviolet

tinggi akan cenderung mengalami dehidrasi serta peningkatan produksi vitamin D

(memicu peningkatan ekskresi kalsium dan oksalat), sehingga insiden batu saluran

kemih akan meningkat. Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak

mengeluarkan keringat, mengurangi produksi urin dan mempermudah pembentukan

batu saluran kemih.

D. Patofisiologi

Batu saluran kemih merupakan hasil dari beberapa gangguan metabolisme, meskipun

belum diketahui secara pasti mekanismenya. Namun beberapa teori menyebutkan

diantaranya teori inti matriks, teori supersaturasi, teori presipitasi-kristalisasi, teori

berkurangnya faktor penghambat. Setiap orang mensekresi kristal lewat urine setiap waktu,

namun hanya kurang dari 10 % yang membentuk batu. Supersaturasi filtrat diduga sebagai

faktor utama terbentuknya batu, sedangkan faktor lain yang dapat membantu yaitu

keasaman dan kebasaan batu, stasis urine, konsentrasi urine, substansi lain dalam urine

(seperti : pyrophospat, sitrat dll).

Sedangkan materi batunya sendiri bisa terbentuk dari kalsium, phospat, oksalat, asam

urat, struvit dan kristal sistin. Batu kalsium banyak dijumpai, yaitu kurang lebih 70-80 %

dari seluruh batu saluran kemih, kandungan batu jenis ini terdir atas kalsium oksalat,

kalsium fosfat atau campuran dari kedua unsur itu. Batu asam urat merupakan 5-10 % dari

seluruh BSK yang merupakan hasil metabolisme purine. Batu struvit disebut juga batu

infeksi karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih, kuman

penyebab infeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea atau ‘urea splitter’, yang dapat

menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi basa. Batu struvit biasanya

mengandung magnesium, amonium dan sulfat. Batu sistin masih sangat jarang ditemui di

Indonesia, berasal dari kristal sistin akibat adanya defek tubular renal yang herediter

Apabila karena suatu sebab, partikel pembentuk batu meningkat maka kondisi ini akan

memudahkan terjadinya supersaturasi, sebagai contoh pada seseorang yang mengalami

immobilisasi yang lama maka akan terjadi perpindahan kalsium dari tulang, akibatnya

kadar kalsium serum akan meningkat sehingga meningkat pula yang harus dikeluarkan

melalui urine. Dari sini apabila intake cairan tidak adekuat atau seseorang mengalami

dehidrasi, maka supersaturasi akan terjadi dan kemungkinan terjadinya batu kalsium

sangat besar. pH urine juga dapat membantu terjadinya batu atau sebaliknya, batu asam

urat dan sistin cenderung terbentuk pada suasana urine yang bersifat asam, sedangkan

Page 4: LPBatu Ginjal

batu struvit dan kalsium fosfat dapat terbentuk pada suasana urine basa, adapun batu

kalsium oksalat tidak dipengaruhi oleh pH urine.

Batu yang berada dan terbentuk di tubuli ginjal kemudian dapat berada di kaliks,

infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu

yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai

tanduk rusa sehingga disebut batu stoghorn. Batu yang besar dan menyumbat saluran

kemih akan menyebabkan obstruksi sehingga menimbulkan hidronefrosis atau kaliektasis.

Peningkatan tekanan akibat obstruksi menyebabkan ischemia arteri renalis diantara korteks

renalis dan medulla dan terjadi pelebaran tubulus sehingga dapat menimbulkan kegagalan

ginjal. Obstruksi yang tidak teratasi akan menyebabkan urin stasis yang menjadi

predisposisi terjadinya infeksi sehingga menambah kerusakan ginjal yang ada.

Sebagian urin dapat mengalir kembali ke tubulus renalis masuk ke vena dan tubulus

getah bening yang bekerja sebagai mekanisme kompensasi guna mencegah kerusakan

ginjal. Ginjal yang tidak menderita mengambil alih eliminasi produk sisa yang banyak.

Karena obstruksi yang berkepanjangan, ginjal yang tidak menderita membesar dan dapat

berfungsi seefektif seperti kedua buah ginjal seperti sebelum terjadi obstruksi. Obstruksi

kedua belah ginjal berdampak kepada kegagalan ginjal. Hidronefrosis bisa timbul tanpa

gejala selama ginjal berfungsi adekuat dan urin masih bisa mengalir. Adanya obstruksi dan

infeksi akan menimbulkan nyeri koliks, nyeri tumpul (dull pain), mual, muntah dan

perkembangan hidronefrosis yang berlangsung lamban dapat menimbulkan nyeri ketok

pada pinggang. Kadang-kadang dijumpai hematuri akibat kerusakan epitel.

Batu yang keluar dari pelvis ginjal dapat menyumbat ureter yang akan menimbulkan

rasa nyeri kolik pada pinggir abdomen, rasa nyeri bisa menjalar ke daerah genetalia dan

paha yang disebabkan oleh peningkatan aktivitas kegiatan peristaltik dari otot polos pada

ureter yang berusaha melepaskan obstruksi dan mendorong urin untuk berlalu. Mual dan

muntah seringkali menyertai obstruksi ureter akut disebabkan oleh reaksi reflek terhadap

nyeri dan biasanya dapat diredakan setelah nyeri mereda. Ginjal yang berdilatasi besar

dapat mendesak lambung dan menyebabkan gejala gastrointestinal yang

berkesinambungan. Bila fungsi ginjal sangat terganggu, mual dan muntah merupakan

ancaman gajala uremia

Beberapa teori terbentuknya urolitiasis, yaitu :

1. Teori Supersaturasi/Kristalisasi

Urin mempunyai kemampuan melarutkan lebih banyak zat yang terlarut bila

dibandingkan dengan air biasa. Dengan adanya molekul zat organik seperti urea,

Page 5: LPBatu Ginjal

asam urat, sitrat dan mukoprotein, juga akan mempengaruhi kelarutan zat-zat lain.

Bila konsentrasi zat-zat yang relatif tidak larut dalam urin (kalsium, oksalat, fosfat)

makin meningkat, maka akan terbentuk kristalisasi zat tersebut. Bila air kemih

menjadi asam (pH turun) maka beberapa zat seperti asam urat akan mengkristal.

Sebaliknya bila air kemih menjadi basa (pH naik) maka beberapa zat seperti kalsium

fosfat akan mengkristal. Dengan demikian, pembentukan batu pada saluran kemih

terjadi bila keadaan urin kurang dari atau melebihi batas pH normal sesuai dengan

jenis zat pembentuk batu dalam saluran kemih. Batasan pH urin normal antara 4,5-8.

2. Teori Nukleasi adanya nidus

Nidus atau nukleus yang terbentuk, akan menjadi inti presipitasi yang kemudian

terjadi. Zat/keadaan yang dapat bersifat sebagai nidus adalah ulserasi mukosa,

gumpalan darah, tumpukan sel epitel, bahkan juga bakteri, jaringan nekrotik iskemi

yang berasal dari neoplasma atau infeksi dan benda asing.

3. Teori Tidak Adanya Inhibitor

Supersaturasi kalsium, oksalat dan asam urat dalam urin dipengaruhi oleh adanya

inhibitor kristalisasi. Terbentuk atau tidaknya batu di dalam saluran kemih ditentukan

oleh adanya keseimbangan antara zat-zat pembentuk batu dan penghambat

(inhibitor). Pada penderita batu saluran kemih, tidak didapatkan zat yang bersifat

sebagai inhibitor dalam pembentukan batu. Magnesium, sitrat dan pirofosfat telah

diketahui dapat menghambat pembentukan nukleasi (inti batu) spontan kristal

kalsium. Zat lain yang mempunyai peranan inhibitor, antara lain: asam ribonukleat,

asam amino terutama alanin, sulfat, fluorida, dan seng.

4. Teori Epitaksi

Epitaksi adalah peristiwa pengendapan suatu kristal di atas permukaan kristal lain.

Bila pada penderita ini, oleh suatu sebab terjadi peningkatan masukan kalsium dan

oksalat, maka akan terbentuk kristal kalsium oksalat. Kristal ini kemudian akan

menempel di permukaan kristal asam urat yang telah terbentuk sebelumnya,

sehingga tidak jarang ditemukan batu saluran kemih yang intinya terjadi atas asam

urat yang dilapisi oleh kalsium oksalat di bagian luarnya.

5. Teori Kombinasi

Teori Kombinasi adalah gabungan dari berbagai teori disebut dengan teori

kombinasi.

Terbentuknya batu sal.kemih dalam teori kombinasi adalah :

Page 6: LPBatu Ginjal

a. Fungsi ginjal harus cukup baik untuk mengekskresi zat yang dapat

membentuk kristal secara berlebihan.

b. Ginjal harus dapat menghasilkan urin dengan pH yang sesuai untuk

kristalisasi.

Dari kedua hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ginjal harus mampu

melakukan ekskresi suatu zat secara berlebihan dengan pH urin yang sesuai

sehingga terjadi presipitasi zat-zat tersebut.

c. Urin harus tidak mengandung sebagian atau seluruh inhibitor kristalisasi.

d. Kristal yang telah terbentuk harus berada cukup lama dalam urin, untuk dapat

saling beragregasi membentuk nukleus, selanjutnya akan mengganggu aliran

urin. Statis urin yang terjadi kemudian, memegang peranan penting dalam

pembentukan batu saluran kemih, sehingga nukleus yang telah terbentuk

dapat tumbuh.

Sedangkan klasifikasi batu saluran kemih yaitu:

1) Batu Kalsium

• Batu jenis ini adalah jenis batu yang paling banyak ditemukan, yaitu 70-80%

dari jumlah pasien urolitiasis.

• Ditemukan lebih banyak pada laki-laki, rasio pasien laki- laki dibanding

wanita adalah 3:1, dan paling sering ditemui pada usia 20-50 tahun.

• Kandungan batu ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau

campuran dari keduanya.

• Kelebihan kalsium dalam darah secara normal akan dikeluarkan oleh ginjal

melalui urin.

• Penyebab tingginya kalsium dalam urin antara lain:

a) Peningkatan penyerapan kalsium oleh usus, gangguan kemampuan

penyerapan kalsium oleh ginjal

b) peningkatan penyerapan kalsium tulang

2) Batu Infeksi/Struvit

Batu struvit disebut batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan

oleh adanya infeksi saluran kemih.

Adanya infeksi saluran kemih dapat menimbulkan gangguan keseimbangan

bahan kimia dalam urin.

Page 7: LPBatu Ginjal

Bakteri dalam saluran kemih mengeluarkan bahan yang dapat menetralisir

asam dalam urin sehingga bakteri berkembang biak lebih cepat dan

mengubah urin menjadi bersuasana basa.

Suasana basa memudahkan garam-garam magnesium, ammonium, fosfat

dan karbonat membentuk batu magnesium ammonium fosfat (MAP) dan

karbonat apatit.

Terdapat pada sekitar 10-15% dari jumlah pasien urolitiasis. Lebih banyak

pada wanita, dengan rasio laki-laki dibanding wanita yaitu 1:5.

Batu struvit biasanya menjadi batu yang besar dengan bentuk seperti tanduk

(staghorn)

3) Batu Asam Urat

• Ditemukan 5-10% pada penderita urolitiasis.

• Rasio laki-laki dibanding wanita adalah 3:1.

• Sebagian dari pasien jenis batu ini menderita Gout, yaitu suatu kumpulan

penyakit yang berhubungan dengan meningginya atau menumpuknya asam

urat.

• Pada penyakit jenis batu ini gejala dapat timbul dini karena endapan/kristal

asam urat (sludge) dapat menyebabkan keluhan berupa nyeri hebat (colic),

karena endapan tersebut menyumbat saluran kencing.

• Batu asam urat bentuknya halus dan bulat sehingga sering kali keluar

spontan.

• Batu asam urat tidak tampak pada foto polos.

4) Batu Sistin

• Jarang ditemukan, terdapat pada sekitar 1-3% pasien urolitiasis.

• Penyakit batu jenis ini adalah suatu penyakit yang diturunkan.

• Batu ini berwarna kuning jeruk dan berkilau.

• Rasio laki-laki dibanding wanita adalah 1:1.

• Batu lain yang juga jarang yaitu Batu Silica dan Batu Xanthine

Analisis: Dari jenis batu yang menyebabkan seseorang menderita obstruksi

saluran kemih, batu yang paling berpengaruh adalah batu kalsium. Hal ini

lebih beresiko terhadap orang yang inaktif, karena penumpukan kalsium

yang terdapat dalam tubuh. Selain itu pertumbuhan tulang yang tidak efektif

serta penggunaan kalsium yang tidak optimal dan kalsium merupakan salah

Page 8: LPBatu Ginjal

satu zat yang tidak dapat disimpan dalam tubuh. Oleh karena itu,

pengeluaran kalsium lebih banyak melewati system urinarius.

PATHWAY

Diet Geografis Iklim dan temperatur

Infeksi Bakteri

Enzim Urease

Amonia dan Karbonat

pH urine dan CO2

Fosfat ammonium magnesium

(Batu Struvit)

Purin, ksalat, kalsium

Kandungan air, Ca, dan kapur

Intake cairan <<

Subtansi pembentuk

batu

Gagal mencukupi kebutuhan air tubuh

Vol. urine pekat+rendah

TersaturasiLarutan

pembentuk batu

Batu Saluran Kemih

Obstruksi partial Obstruksi total

Page 9: LPBatu Ginjal

Obstruksi Partial

Tekanan hidrostatik

Batu berpindah

Radang/Iritasi Hematuria

Retensi Urine

Statis urin

Resiko Infeksi

Demam

Infeksi

Nyeri

Obstruksi Total

Anuria

Aliran Balik urine

Hidronefrosis

PeningkatanTekanan Ginjal

Iskemia

arteri

Obstruksi kedua ginjal

Gagal ginjal

Mendesak lambung

Reflek renointestinal

Mual dan muntah

Page 10: LPBatu Ginjal

E. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala urolitiasis, antara lain:

1. Nyeri

tergantung dari letak batu

2. Demam

Demam ialah tanda adanya kuman yang beredar di dalam darah. selain demam

adalah jantung berdebar-debar, tekanan darah rendah dan pelebaran pembuluh

darah di kulit. Demam akibat obstruksi saluran kemih memerlukan dekompresi

secepatnya

3. Hematuria dan Kristaluria

Hematuria adalah adanya darah yang keluar bersama urin. Kristaluria adalah urin

yang disertai dengan pasir atau batu.

4. Nausea dan Vomiting

Obstruksi saluran kemih bagian atas sering menimbulkan mual dan muntah.

5. Pembengkakkan daerah punggung bawah

Penyumbatan saluran kemih bagian atas yang akut ditandai rasa sakit punggung

bagian bawah.

6. Infeksi

Ditandai gejala menggigil, demam, nyeri pinggang, nausea serta muntah dan

disuria. Secara umum infeksi pada batu struvit (batu infeksi) berhubungan dengan

infeksi dari Proteus sp, Pseudomonas sp, Klebsiella sp

F. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Fisik

a) Kadang-kadang teraba ginjal yang mengalami hidronefrosis/obstruktif.

b) Nyeri tekan pada pinggang.

c) Batu uretra anterior bisa di raba.

d) Pada keadaan akut paling sering ditemukan kelembutan di daerah pinggul (flank

tenderness), ini disebabkan oleh hidronefrosis akibat obstruksi yaitu saat batu

melewati ureter menuju kandung kemih.

Pemeriksaan Laboratorium

a) Pemeriksaan sedimen urin, jenis kristal yang ditemukan dapat memberi petunjuk

jenis batu. Pemeriksaan pH urin < 5 menyokong suatu batu asam urat, sedangkan

Page 11: LPBatu Ginjal

peningkatan pH (≥7) menyokong adanya organisme pemecah urea seperti Proteus

sp, Klebsiella sp, Pseudomonas sp dan batu struvit.

b) Urine kultur: mikroorganisme

Untuk mengidentifikasi faktor pencetus terbentuknya urolitiasis

Pemeriksaan Radiologis

a) Foto polos abdomen

Menentukan besar, macam dan lokasi batu radiopaque. Batu jenis kalsium oksalat

dan kalsium fosfat bersifat radiopaque sedangkan batu asam urat bersifat

radiolusen

b) Intravenous Pyelogram (IVP)

IVP dapat menentukan letak batu, terutama batu yang radiolusen dan untuk

melihat fungsi ginjal. Selain itu IVP dapat mendeteksi adanya batu semi opaque

ataupun batu non opaque yang tidak dapat terlihat oleh foto polos abdomen.

c) CT Scan (Computerized Tomography)

CT Scan adalah tipe diagnosis sinar X yang dapat membedakan batu dari tulang

atau bahan radiopaque lain.

d) Retrograte Pielografi (RPG)

Dilakukan bila pada kasus di mana IVP tidak jelas, alergi zat kontras, dan IVP tidak

mungkin dilakukan.

e) USG

Cara terbaik untuk mendeteksi urolitiasis ialah dengan kombinasi USG dan foto

polos abdomen. USG dapat melihat bayangan batu baik di ginjal maupun di dalam

kandung kemih dan adanya tanda-tanda obstruksi urin.

f) Radioisotop

Untuk mengetahui fungsi ginjal secara satu persatu, sekaligus adanya sumbatan

pada gagal ginjal.

G. Penatalaksanaan Medis

1) Terapi Konservatif

• menunggu sampai batu dapat keluar dengan sendiri.

• Pasien diberikan air minum minimal 2-3 liter per hari.

• diet kalsium, oksalat, natrium, fosfat dan protein tergantung pada penyebab

batu

2) Pemberian obat-obatan

Page 12: LPBatu Ginjal

Bertujuan mengurangi rasa sakit, mengusahakan agar batu keluar spontan, disolusi

batu dan mencegah kambuhnya batu.

Beberapa jenis obat yang diberikan antara lain : spasmolitika yang dicampur

dengan analgesik untuk mengatasi nyeri, kalium sitrat untuk meningkatkan pH urin,

selulosa fosfat untuk menghambat absorbsi usus, antibiotika untuk mencegah

infeksi, tiazid untuk diuresis

3) Penatalaksanaan Tanpa Operasi

a) Medikamentosa

Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5mm,

karena batu dapat keluar spontan. Terapi bertujuan untuk mengurangi nyeri,

memperlancar aliran urin dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak

supaya dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih

b) Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)

ESWL adalah alat yang dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal atau

batu kandung kemih tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu

dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui

saluran kemih. batu yang keluar menimbulkan nyeri kolik dan menyebabkan

hematuria. Persyaratan dilakukan ESWL :

• Batu ginjal berukuran mulai dari 5 mm hingga 20 mm.

• Batu ureter berukuran 5 mm hingga 10 mm.

• Fungsi ginjal masih baik.

• Tidak ada sumbatan distal dari batu.

c) Endourologi

Endourologi adalah tindakan invasif untuk memecah batu, dan

mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung

ke dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi

kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara

mekanik, dengan memakai energi hidroulik, energi gelombang suara atau

energi laser. Proses ini dilakukan dibawah anestesi lokal

4) Tindakan Operasi

a. Bedah Laparoskopi

Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu sal.kemih.

Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.

b. Bedah Terbuka

Page 13: LPBatu Ginjal

Pembedahan terbuka itu antara lain:

pielolitomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal

ureterolitotomi untuk batu di ureter.

nefrektomi atau pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak berfungsi

dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya sudah sangat tipis atau

mengalami pengkerutan akibat batu sal.kemih yang menimbulkan

obstruksi dan infeksi yang menahun.

ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian

Pengumpulan data

a. Identitas penderita

Meliputi nama, umur (penyakit BSK paling sering didapatkan pada usia 30

sampai 50 tahun), jenis kelamin (BSK banyak ditemukan pada pria dengan

perbandingan 3 kali lebih banyak dari wanita), alamat, agama/kepercayaan, pendidikan,

suku/bangsa (beberapa daerah menunjukkan angka kejadian BSK yang lebih tinggi dari

daerah lain), pekerjaan (BSK sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak

duduk atau kurang aktifitas atau sedentary life) (Purnomo, 2000).

b. Riwayat penyakit sekarang

Keluhan utama yang sering terjadi pada klien batu ginjal adalah nyeri pinggang

akibat adanya batu pada ginjal, berat ringannya nyeri tergantung lokasi dan besarnya

batu, dapat pula terjadi nyeri kolik/kolik renal yang menjalar ke testis pada pria dan

kandung kemih pada wanita. Klien dapat juga mengalami gangguan saluran

gastrointestinal dan perubahan dalam eliminasi urine (Ignatavicius, 1995).

c. Riwayat penyakit dahulu

Keadaan atau penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang

mungkin berhubungan dengan BSK, antara lain infeksi saaluran kemih,

hiperparatiroidisme, penyakit inflamasi usus, gout, keadaan-keadaan yang

mengakibatkan hiperkalsemia, immobilisasi lama dan dehidrasi (Carpenito, 1995).

d. Riwayat penyakit keluarga

Beberapa penyakit atau kelainan yang sifatnya herediter dapat menjadi penyebab

terjadinya batu ginjal antara lain riwayat keluarga dengan renal tubular acidosis (RTA),

cystinuria, Xanthinuria dan dehidroxynadeninuria (Munver & Preminger, 2001).

e. Riwayat psikososial

Page 14: LPBatu Ginjal

Klien dapat mengalami masalah kecemasan tentang kondisi yang dialami, juga

berkenaan dengan rasa nyeri, dapat juga mengekspresikan masalah tentang

kekambuhan dan dampak pada pekerjaan serta aktifitas harian lainnya (Engram, 1998).

f. Pola fungsi kesehatan

Pola persepsi dan penanganan kesehatan

Klien biasanya tinggal pada lingkungan dengan temperatur panas dan lingkungan

dengan kadar mineral kalsium yang tinggi pada air. Terdapat riwayat penggunaan

alkohol, obat-obatan seperti antibiotik, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinol

dan sebagainya. Aktifitas olah raga biasanya tidak pernah dilakukan

Pola nutrisi dan metabolisme

Adanya asupan dengan diet tinggi purin, kalsium oksalat dan fosfat. Terdapat juga

ketidakcukupan intake cairan. Klien BSK dapat mengalami mual/muntah, nyeri

tekan abdomen.

Pola eliminasi

Pada klien BSK terdapat riwayat adanya ISK kronis, adanya obstruksi sebelumnya

sehingga dapat mengalami penurunan haluaran urine, kandung kemih terasa

penuh, rasa terbakar saat berkemih, sering berkemih dan adanya diare

Pola istirahat – tidur

Klien BSK dapat mengalami gangguan pola tidur apabila nyeri timbul pada malam

hari atau saat istirahat

Pola aktifitas

Adanya riwayat keterbatasan aktifitas, pekerjaan monoton ataupun immobilisasi

sehubungan dengan kondisi sebelumnya (contoh penyakit tak sembuh, cedera

medulla spinalis)

Pola hubungan dan peran

Didapatkan riwayat klien tentang peran dalam keluarga dan masyarakat, interaksi

dengan keluarga dan orang lain serta hubungan kerja, adakah perubahan atau

gangguan

Pola persepsi dan konsep diri

Klien dapat melaporkan adanya perasaan gugup atau kecemasan yang dirasakan

sebagai akibat kurangnya pengetahuan tentang kondisi, diagnosa dan

tindakan/operasi

Pola kognitif-peseptual

Page 15: LPBatu Ginjal

Didapatkan adanya keluhan nyeri, nyeri dapat akut ataupun kolik tergantung lokasi

batu

Pola reproduksi seksual

Dikaji tentang pengetahuan fungsi seksual, adakah perubahan dalam hubungan

seksual karena perubahan kondisi yang dialami

Pola koping dan penanganan stress

Dikaji tentang mekanisme klien terhadap stress, penyebab stress yang mungkin

diketahui, bagaimana mengambil keputusan

Pola tata nilai dan kepercayaan

Bagaimana praktik religius klien (type, frekwensi), dengan apa (siapa) klien

mendapat sumber kekuatan atau makna

g. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada klien dengan kasus urologi atau penyakit ginjal dilakukan

berdasarkan data/informasi yang diperoleh saat melakukan pengkajian tentang riwayat

penyakit. Pemeriksaan meliputi sistem urinari disertai review sistem yang lain dan status

umum.

Keadaan umum

Meliputi tingkat kesadaran, ada tidaknya defisit konsentrasi, tingkat kelemahan

(keadaan penyakit) dan ada tidaknya perubahan berat badan. Tanda vital dapat

meningkat menyertai nyeri, suhu dan nadi meningkat mungkin karena infeksi serta

tekanan darah dapat turun apabila nyeri sampai mengakibatkan shock

Ginjal, ureter, buli-buli dan uretra

Pemeriksaan ini dilakukan bersama dengan pemeriksaan abdomen yang lain

dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

Inspeksi : dengan posisi duduk atau supine dilihat adanya pembesaran di daerah

pinggang atau abdomen sebelah atas; asimetris ataukah adanya perubahan warna

kulit. Pembesaran pada daerah ini dapat disebabkan karena hidronefrosis atau

tumor pada retroperitonium.

Auscultasi : dengan menggunakan belt dari stetoskop di atas aorta atau arteri renal

untuk memeriksa adanya ‘bruit’. Adanya bruit di atas arteri renal dapat disebabkan

oleh gangguan aliran pada pembuluh darah seperti stenosis atau aneurisma arteri

renal.

Palpasi : palpasi pada ginjal dilakukan secara bimanual yaitu dengan memakai dua

tangan, tangan kiri diletakkan di sudut kosta-vertebra untuk mengangkat ginjal ke

Page 16: LPBatu Ginjal

atas sedangkan tangan kanan meraba dari depan dengan sedikit menekan ke

bawah (pada ginjal kanan), bagian bawah dapat teraba pada orang yang kurus.

Adanya pembesaran pada ginjal seperti tumor, kista atau hidronefrosis biasa teraba

dan terasa nyeri. Ureter tidak dapat dipalpasi, tetapi bila terjadi spasme pada otot-

ototnya akan menghasilkan nyeri pada pinggang atau perut bagian bawah, menjalar

ke skrotum atau labia. Adanya distensi buli-buli akan teraba pada area di atas

simphisis atau setinggi umbilikus, yang disebabkan adanya obstruksi pada leher

buli-buli.

Perkusi : dengan memberikan ketokan pada sudut kostavertebra, adanya

pembesaran ginjal karena hidronefrosis atau tumor ginjal akan terasa nyeri ketok.

Pada buli-buli diketahui adanya distensi karena retensi urine dan terdengar redup,

dapat diketahui batas atas buli-buli serta adanya tumor/massa.

Uretra

Inspeksi pada daerah meatus dan sekitarnya, diketahui adanya discharge; darah;

mukus atau drainase purulen. Kulit dan membran mukosa dilihat adanya lesi, rash

atau kelainan pada penis atau scrotum; labia atau vagina. Iritasi pada uretra

biasanya dilaporkan dengan adanya rasa tidak nyaman saat klien miksi.

Sistem integument

Diperiksa adanya perubahan warna; pucat dapat menandakan adanya anemia

defisiensi erythropoetin, kuning kemungkinan karena adanya deposit carotene – like

substance akibat kegagalan ekskresi ginjal. Kulit kering dapat mengindikasikan

adanya gagal ginjal kronik atau kekurangan cairan, adanya ptekie menandakan

adanya perdarahan, adanya deposit kristal pada kulit merupakan tanda kegagalan

ginjal yang berlangsung lama

Sistem respirasi

Dalam beberapa keadaaan, kualitas pernafasan menggambarkan status cairan

klien atau keseimbangan asam basa. Pada gagal ginjal pernafasan mungkin berbau

urine atau 'fruit-flavored gum' yang menandakan adanya tosin dalam darah.

Sistem kardiovaskuler

Pemantauan sistem kardiovaskuler dapat digunakan untuk mengetahui status

keseimbangan cairan dan elektrolit dan yang spesifik dengan urinary tract adalah

pemeriksaan tekanan darah. Hipertensi dapat ditemukan pada beberapa penyakit

ginjal dan mungkin adanya overload cairan atau gangguan sistem renin-angiotensin

Sistem musculoskeletal

Page 17: LPBatu Ginjal

Diperiksa pergerakan klien selama pemeriksaan untuk menentukan tonus otot tubuh

secara keseluruhan dan menentukan kemampuan fisik klien mengontrol eliminasi

urine, otot yang spesifik pada proses ini adalah otot perineal dan abdomen. Klien

dianjurkan untuk mengencangkan (kontraksi) otot tersebut yang dapat diketahui

dengan cara palpasi

Sistem neurologi

Disfungsi ginjal dapat berpengaruh pada sistem persyarafan. Pada gagal ginjal

kronik peningkatan kalsium akan menyebabkan tetani, penurunan kalsium akan

menyebabkan kelemahan atau penumpukan toksin. Karena spinkter ani dan

spinkter urinari berasal dari cabang persyarafan yang sama maka pada

pemeriksaan bila salah satu utuh maka spinkter yang lain juga demikian.

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan memasukan jari ke dalam anus, jari akan

terasa terjepit pada saat diberikan rangsangan nyeri pada penis akibat

berkontraksinya spinkter ani eksterna dan otot bulbokavernosa, hal ini menandakan

reflek pada S2 dan S4 intake.

Pada pemeriksaan penunjang ditemukan :

Urinalisa : urine berwarna kuning, coklat atau merah, secara mikroskopis terdapat

sel darah merah, sel darah putih, kristal, mineral, bakteri, PH urine dapat asam

(untuk jenis batu cystine atau asam urat) dan basa (batu jenis magnesium,

amonium fosfat atau kalsium fosfat).

Urine 24 jam : ditemukan peningkatan kreatinin, asam urat, kalsium, fosfor, oksalat,

atau cystin.

Urine kultur : Mungkin ditemukan adanya kuman penyebab infeksi saluran kemih

Biokimia darah : Peningkatan magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein dan

elektrolit.

Ureum, creatinin serum dan urin : Terjadi peningkatan akibat terjadi iskemik pada

ginjal karena batu.

Natrium klorida dan bikarbonat serum : Peningkatan klorida dan penurunan

bikarbonat diduga akibat telah terjadinya asidosis tubulus renal.

Leukosit : Meningkat, menandakan adanya infeksi

Sel darah merah : Biasanya normal

Hb/Ht : Abnormal jika pasien telah mengalami dehidrasi atau polycitemia atau

anemia (perdarahan, gagal ginjal /disfungsi ginjal).

Hormon Parathyroid : Dapat meningkat jika telah terjadi kegagalan ginjal.

Page 18: LPBatu Ginjal

BNO : Memperlihatkan adanya batu atau perubahan anatomi pada ginjal dan

ureter.

IVP : Memperlihatkan abnormalnya struktur anatomis ginjal (distensi ureter) dan

bayangan batu.

Cystoscopy dan ureteroscopy : Secara visual dapat memperlihatkan batu dan

obstrksi pada bladder, ureter dan ginjal.

CT Scan dan MRI : Dapat mengindentifikasi batu, massa pada ginjal. Ureter dan

distensi bladder.

Ultrasound Ginjal : Melihat perubahan obstruksi, lokasi batu.

b. Diagnosa Keperawatan

Rencana Asuhan Keperawatan Urolithiasis

Pre Operasi

Tgl No

Dx

DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN RENCANA TINDAKAN

Resiko kelebihan volume

cairan tubuh

berhubungan dengan :

Penurunan fungsi

filtrasi ginjal

Retensi natrium dan

cairan

Volume cairan tubuh

seimbang

Kriteria hasil :

Urine out put > 30 ml/

jam

Balans cairan / 24 jam

500 cc

Edema (-)

Hasil lab ureum,

creatinin, CCT, Na, Cl

dalam batas normal

Kaji status cairan

klien:

Timbang berat ba-

dan secara periodik

Hitung balans

cairan intake-output

Kaji turgor kulit

dan adanya edema

Adanya distensi

vena jugularis

Peningkatan TD,

Nadi

Peningkatan fre-

kuensi nafas dan

suara nafas

tambahan

Batasi intake cairan

sesuai dengan balans

Page 19: LPBatu Ginjal

cairan

Identifikasi sumber

yang dapat

menyebabkan

pemasukan cairan

berlebih

Medikasi

Makanan

Jelaskan kepada

pasien dan keluarga

tentang pembatasan

cairan

Dorong klien untuk

mengekspresikan

perasaan dan frustasi

yang dirasakan

Berikan oral hygiene

yang adekuat untuk

meminimalkan

kekeringan membran

mukosa mulut

Konsultasi dengan

gizi untuk membatasi

pemasukan protein

dan lemak. Pastikan

masukan kalori yang

adekuat

Tgl No

Dx

DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN RENCANA TINDAKAN

Nyeri b.d :

Peningkatan

kontraksi ureter

Nyeri

berkurang/terkontrol

Mandiri :

Catat lokasi, durasi

dan intensitas

Page 20: LPBatu Ginjal

Trauma jaringan,

formasi edema,

iskemik sel

Kriteria Evaluasi :

Pasien melaporkan

bahwa spasme otot

berkurang

Pasien terlihat relaks,

dapat istirahat/tidur

cukup.

(skala0-10 ), radiasi

nyeri. Monitor tanda

nonverbal :

peningkatan TD,

Nadi, lemah.

Jelaskan tentang

penyebab nyeri dan

anjurkan klien untuk

melapor ke pada

perawat bila terjadi

perubahan

karakteristik nyeri

Berikan suasana

yang nyaman dan

tenang, masase

punggung

Bantu klien untuk

melakukan tehnik

nafas dalam,

imaginasi dan

aktivitas untuk

mengalihkan nyeri.

Bantu pasien dan

sarankan untuk

ambulasi dan minum

3000-4000 cc/hari

jika tidak ada kontra

indikasi

Catat adanya

peningkatan atau

nyeri abdomen yang

tetap

Kolaborasi

Page 21: LPBatu Ginjal

Berikan obat-obatan

sesuai indikasi :

Jenis narkosa; me-

peridine, morphine.

Antispasmodik :

flaavoxate (urispas),

Ditropan

Berikan kompres

hangat pada bagian

punggung

Pertahankan

kepatenan kateter

jika ada.

Tgl No

Dx

DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN RENCANA TINDAKAN

Perubahan eliminasi urin

b.d

Stimulasi bladder

oleh batu

Iritasi renal atau

ureter oleh batu

Obstruksi mekanis,

inflamasi

Eliminasi normal

Kriteria Evaluasi :

Pasien melaporkan

bahwa b.a.k spontan

tanpa keluhan.

Pola berkemih

normal

Tidak ada tanda

obstruksi

Mandiri :

Monitor intake dan

out put dan

karakteristik urin

Kaji pola normal bak

klien serta variasinya

Tingkatkan intake

cairan oral

Kumpulkan urine dan

saring untuk meng-

kumpulkan batu

sehingga dpt

dianalisa di lab

Kaji adanya distensi

bladder dengan pal-

pasi suprapubis.

Catat adanya

penurunan output

Page 22: LPBatu Ginjal

urin dan ada-nya

edema periorbital.

Observasi adanya

pe-rubahan status

men-tal, tingkah laku

atau tingkat

kesadaran

Kolaborasi

Monitor hasil lab :

Elektrolit, ureum dan

kreatinin

Lakukan

pemeriksaan kutur

urin dan resistensi

kuman

Berikan obat-obatan

sesuai indikasi

Pertahankan kepa-

tenan kateter uretra,

ureter, nefros-tomi

jika dipergunakan

Lakukan irigasi

dengan larutan asam

atau alkali sesuai

indikasi

Siapkan pasien untuk

dilakukan prosedur

endoskopi, ESWL

Atau prosedur

pembedahan

Post Operasi

Tgl No

Dx

DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN RENCANA TINDAKAN

Page 23: LPBatu Ginjal

Resiko kurang volume

cairan tubuh b.d

Nausea, muntah

Diuresis post

obstruksi

Volume cairan tbuh

cukup

Kriteria Evaluasi :

Balance cairan

seimbang

TTV dan berat badan

normal

Membran mukosa

lembab

Nadi perifer teraba

Turgor kulit baik

Mandiri :

Monitor intake dan

out put

Catat karakteristik

muntah, diarea dan

faktor presipitasi.

Tingkatkan cairan 3 –

4 ltr/hari jika tidak

ada kontra indikasi

Monitor TTV,

evaluasi Capilary

refill, turgor kulit,

membran mukosa.

Timbang berat badan

setiap hari

Kolaborasi

Monitor hasil lab :

Elektrolit dan Hb,Ht

Berikan cairan

intravena

Berikan makanan

lunak agar mudah

dicerna

Berikan obat-obatan

antiemetik sesuai

indikasi

Tgl No

Dx

DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN RENCANA TINDAKAN

Gangguan rasa nyaman

nyeri b.d

Insisi pembedahan

Posisi dan

ketegangan otot-otot

Nyeri berkurang

Kriteria hasil :

Pasien menyatakan

Mandiri :

Kaji tingkat nyeri

pasien dengan skala

nyeri

Berikan kompres

Page 24: LPBatu Ginjal

saat operasi nyeri berkurang

Secara bertahap

meningkatkan

aktivitas

Pasien tenang, cukup

istirahat /tidur

Berpartisipasi dalam

melakukan tehnik

relaksasi

hangat dan pijatan

pada otot yang

tegang

Tekan daerah insisi

dengan telapak

tangan atau bantal

saat pasien batuk

atau nafas dalam

Bantu dan anjurkan

pasien untuk

ambulasi dini

Ajarkan dan anjurkan

melakukan tehnik

relaksasi dan nafas

dalam

Kolaborasi :

Berikan analgetik

sesuai program

Tgl No

Dx

DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN RENCANA TINDAKAN

Resiko terjadinya infeksi

berhubungan dengan

Insisi operasi

Tidak adekuatnya

daya tahan primer

karena prosedur

infasif

Pemasangan kateter,

NGT, drain,

Nefrostomi

Infeksi tidak terjadi selama

tujuh hari

Kriteria evaluasi :

Luka insisi utuh, tidak

ada bengkak,

kemerahan, nyeri, pus

Luka sembuh dengan

adekuat

Suhu tubuh normal (36-

37 C)

Tidak ada tanda-tanda

infeksi pada

Observasi balutan dan

insisi luka terhadap

adanya pengeluaran

dan pendarahan setiap

4 jam sekali

Ganti balutan dan

observasi proses

penyembuhan

observasi tanda-tanda

infeksi luka, kemerahan,

drainase, nyeri, bau

Cuci tangan sebelum

dan sesudah melakukan

Page 25: LPBatu Ginjal

pemasangan alat

Hasil lab leukosit normal

(5000-10.000 ul)

tindakan

Gunakan tehnik aseptik

dan antiseptik pada saat

mengganti balutan dan

tindakan yang

berhubungan dengan

alat-alat yang terpasang

Observasi suhu tiap 4

jam hari pertama,

selanjutnya 6-8 jam atau

setiap shift jika tidak ada

kenaikan suhu

Jaga kebersihan

perorangan dan

lingkungan pasien

Berikan antibiotika

sesuai dengan program

dokter atau indikasi

Beri makan TKTP dan

pantau makan habis

atau tidak

Kolaborasi :

Pemeriksaan leukosit

Pemberian terapi

antibiotik

Tgl No

Dx

DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN RENCANA TINDAKAN

Kurang pengetahuan

tentang kondisi,

prognosis dan tindakan

yang dibutuhkan b.d

Misinterpretasi

Pengetahuan pasien

adekuat.

Kriteria Evaluasi :

Scr verbal pasien

Mandiri :

Ulangi tentang proses

penyakit dan tujuan yang

diharapkan

Tekankan tentang

Page 26: LPBatu Ginjal

informasi

Kurang terpaparnya

informasi

mengerti tentang

proses penyakit

Berinisiatif untuk

merubah gaya hidup

Berpartisipasi dalam

tindakan

perlunya intake cairan

yang cukup 3 – 4 ltr/hari,

ajari klien untuk memper-

hatikan bila adanya mulut

yang kering, diuresis yang

berle-bihan, dipphoresis

maka klien harus

meningkatkan intake

cairan

Ajarkan tentang makanan

yang harus dihindari/

dibatasi:

Purin; alkohol, jeroan,

kacang-kacangan

Kalsium; susu, keju,

yoghurt, Oksalat; coklat,

kopi, bayam.

Diskusikan bila ada obat

yang harus di-minum untuk

meng-hindari terjadinya

kambuh kembali

Anjurkan klien untuk tetap

aktif

Dengarkan secara aktif ttg

keinginan klien untuk

meng-ubah gaya hidup

dan mentaati pro-gram

terapi regimen

Ajarkan klien untuk

mengevaluasi penyakitnya;

rasa nyeri, hematuria,

oliguria

Ajarkan tentang perawatan

luka pembedahan

Page 27: LPBatu Ginjal

DAFTAR RUJUKAN

Carpenito, Linda Jual. (1998). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan (terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume I (terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Purnomo, Basuki B. (2009). Dasar-Dasar Urologi. Edisi II. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta