LAPORAN GINJAL

36
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Batu saluran kencing sudah lama dikenal dan ditemukan pada mumi dan mayat orang-orang Indian sejak zaman 3000-5000 tahun sebelum Masehi. Juga dilaporkan bahwa batu saluran kencing ditemukan pada raja-raja di Eropa pada abad pertengahan. Persoalan pembentukan batu pada saluran kencing juga sudah lama dikenal yang dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor yang belum diketahui dengan jelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk terjadinya batu saluran kencing diperlukan 2 komponen ialah matriks batu dan kristal. Matriks berupa suatu mukoprotein yang sering disebut juga matrix substance A. Sampai di mana perannya belum diketahui dengan jelas. Batu saluran kencing dapat ditemukan sebagai penyakit sekunder misalnya pada hipertiroidisme, penyakit gout atau penyakit primeridiopatik. Faktor-faktor yang ikut berperan pada pembentukan batu saluran kencing dibagi atas 2 golongan: 1. Faktor Endogen : misalnya faktor genetik- familial pada hipersistinuria, hiperkalsiuria primer dan hiperoksaluria primer. 1

Transcript of LAPORAN GINJAL

Page 1: LAPORAN GINJAL

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Batu saluran kencing sudah lama dikenal dan ditemukan pada

mumi dan mayat orang-orang Indian sejak zaman 3000-5000 tahun

sebelum Masehi. Juga dilaporkan bahwa batu saluran kencing ditemukan

pada raja-raja di Eropa pada abad pertengahan. Persoalan pembentukan

batu pada saluran kencing juga sudah lama dikenal yang dipengaruhi oleh

bermacam-macam faktor yang belum diketahui dengan jelas. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa untuk terjadinya batu saluran kencing

diperlukan 2 komponen ialah matriks batu dan kristal. Matriks berupa

suatu mukoprotein yang sering disebut juga matrix substance A. Sampai

di mana perannya belum diketahui dengan jelas.

Batu saluran kencing dapat ditemukan sebagai penyakit sekunder

misalnya pada hipertiroidisme, penyakit gout atau penyakit

primeridiopatik.

Faktor-faktor yang ikut berperan pada pembentukan batu saluran

kencing dibagi atas 2 golongan:

1. Faktor Endogen : misalnya faktor genetik-familial pada

hipersistinuria, hiperkalsiuria primer dan hiperoksaluria primer.

2. Faktor Eksogen : misalnya faktor lingkungan, pekerjaan,

makanan, infeksi, dan kejenuhan mineral di dalam air minum.

Faktor endogen-idiopatik umumnya sukar dikoreksi sehingga batu

saluran kencing mempunyai kecenderungan untuk kambuh. Sedangkan

faktor eksogen atau batu sekunder bila penyebabnya diketahui dapat

diambil langkah-langkah untuk mengubah faktor lingkungan atau

kebiasaan sehari-hari sehingga terjadinya rekurensi dapat dicegah.

1

Page 2: LAPORAN GINJAL

Ljunghell dan Hedstrand dalam laporannya yang dilakukan secara kuesioner

retrospektif di Swedia mendapatkan angka prevalensi 13,7% sedangkan di negara-

negara lain selama tiga tahun dilaporkan penderita batu saluran kencing yang datang

berobat dan dirawat di rumaha sakit diantara setiap 10.000 penduduk yang dirawat

sebagai berikut:

NO NEGARA % PENDERITA BATU

SALURAN KENCING

1. SWEDIA 1,9

2. FINLANDIA 3,0

3. INGGRIS 6,9

4. NEDERLAND 7,1

5. AMERIKA 9,5

6. JERMAN BARAT 10

7. CEKOSLOWAKIA 10,1

A. Suwito dari Semarang mendapatkan angka prevelansi batu

saluran kencing 51,9/10000 penmduduk. Pada pria lebih banyak

ditemukan batu ureter dan buli-buli sedangkan pada wanita lebih sering

ditemukan batu ginjal atau batu piala ginjal.

Upaya pengobatan batu saluran kemih dapat dilakukan dengan

dengan berbagai cara antara lain dengan pengangkatan/pembedahan,

terapi nutrisi, medikasi ESWL, pelarutan batu, uretroskopi, metode

endurologi dan lain-lain.

I.2 Tujuan penulisan

1. Mengidentifikasi tentang penyakit batu saluran kemih

2. Mengidentifikasi tentang penyebab penyakit batu saluran kemih

3. Mengidentifikasi tentang metode pengobatan penyakit batu saluran

kemih.

2

Page 3: LAPORAN GINJAL

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Saluran Kemih

II.1.1 Sistem Saluran Kemih

Sistem saluran kemih adalah suatu sistem dimana terjadinya

proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak

dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan

oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan

dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem saluran kemih terdiri dari

ginjal, ureter, kandung kemih (vesika urinaria) dan uretra. Sistem saluran

kemih pada manusia dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1. Sistem Saluran Kemih pada Manusia

II.1.1.1 Ginjal

Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di

kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal terletak di bagian belakang

abdomen atas, di belakang peritoneum, di depan dua iga terakhir, dan tiga

otot besar –transversus abdominis, kuadratus lumborum, dan psoas

3

Page 4: LAPORAN GINJAL

mayor. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak

yang tebal. Kelenjar adrenal terletak di atas kutub maisng-masing ginjal.

Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal kiri karena tertekan

ke bawah oleh hati.

Pada orang dewasa, panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm

(4,7 hingga 5,1 inchi), lebarnya 6 cm (2,4 inchi), tebalnya 2,5 cm (1 inchi),

dan beratnya sekitar 150 gram. Ukurannya tidak berbeda menurut ukuran

dan bentuk tubuh.

Permukaan anterior dan posterior kutub atas dan bawah serta tepi

lateral ginjal berbentuk cembung sedangkan tepi medialnya berbentuk

cekung karena adanya hilus. Beberapa struktur yang masuk atau keluar

dari ginjal melalui hilus adalah arteria dan vena renalis, saraf, pembuluh

limfatik, dan ureter. Ginjal diliputi oleh suatu kapsula fibrosa tipis

mengkilat, yang berikatan longgar dengan jaringan di bawahnya dan

dapat dilepaskan dengan mudah dari permukaan ginjal.

Potongan longitudinal hinjal memperlihatkan dua daerah yang

berbeda- korteks di bagian luar dan medula di bagian dalam. Medula

terbagi –bagi menjadi baji segitiga yang disebut piramid. Piramid-piramid

tersebut dikelilingi oleh bagian korteks yang disebut kolumna bertini.

Piramid-piramid tersebut tampak bercorak karena tersusun dari segmen-

segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papila (apeks) dari tiap

piramid membentuk duktus papilaris Bellini yang terbentuk dari persatuan

bagian terminal dari banyak duktus pengumpul. Setiap duktus papilaris

masuk ke dalam suatu perluasan ujung pelvis ginjal berbentuk seperti

cawan yang disebut kaliks minor (L. Calix, cawan). Beberapa kaliks minor

bersatu membentuk kaliks mayor, yang selanjutnya bersatu sehingga

membentuk pelvis ginjal. Pelvis ginjal merupakan reservoar utama sistem

pengumpulan ginjal. Ureter menghubungkan pelvis ginjal dengan vesika

urinaria.

Kedua ginjal menghasilkan sekitar 125 ml filtrat per menit; dari

jumlah ini, 124 ml diabsorpsi dan hanya 1 ml dikeluarkan ke dalam kaliks-

4

Page 5: LAPORAN GINJAL

kaliks sebagai urin. Ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan air

dan elektrolit berupa ekskresi kelebihan air dan elektrolit,

mempertahankan keseimbangan asam basa, mengekskresi hormon,

berperan dalam pembentukan vitamin D, mengekskresi beberapa obat-

obatan dan mengekskresi renin yang turut dalam pengaturan tekanan

darah

Berikut ini adalah gambar anatomi ginjal :

Gambar 2. Anatomi Ginjal

II.1.1.2 Ureter

Ureter terdiri dari dua saluran pipa yang masing-masing

menyambung dari

ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria). Panjangnya kira-kira 25-

30 cm, dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam

rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.

Ureter mempunyai membran mukosa yang dilapisi dengan epitel

kuboid dan dinding otot yang tebal. Urin disemprotkan ke bawah ureter

oleh gelombang peristaltik, yang terjadi sekitar 1-4 kali per menit dan urin

memasuki kandung kemih dalam bentuk pancaran.

5

Page 6: LAPORAN GINJAL

II.1.1.3 Vesika Urinaria (Kandung Kemih)

Vesika urinaria adalah suatu kantong berotot yang dapat

mengempis, terletak di belakang simfisis pubis. Dinding vesika urinaria

terdiri dari lapisan sebelah luar (peritonium), Tunika muskularis (lapisan

otot), Tunika sabmukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

Vesika urinaria mempunyai tiga muara : dua dari ureter dan satu

menuju uretra. Dua fungsi vesika urinaria adalah : (1) sebagai tempat

penyimpanan urine sebelum meninggalkan tubuh dan (2) berfungsi

mendorong urine keluar tubuh (dibantu uretra).

II.1.1.4 Uretra

Uretra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari

vesika urinaria sampai keluar tubuh. Uretra pria sangat berbeda dari

uretra wanita. Pada laki-laki, sperma berjalan melalui uretra waktu

ejakulasi. Uretra pada laki-laki merupakan tuba dengan panjang kira-kira

20 cm dan memanjang dari kandung kemih ke ujung penis. Uretra pada

laki-laki mempunyai tiga bagian yaitu : uretra prostatika, uretra

membranosa dan uretra spongiosa.

Uretra wanita jauh lebih pendek daripada pria, karena hanya 4 cm

panjangnya dan memanjang dari kandung kemih ke arah ostium diantara

labia minora kira-kira 2,5 cm di sebelah belakang klitoris. Uretra ini

menjalar tepat di sebelah depan vagina. Lapisan uretra wanita terdiri dari

Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongiosa dan lapisan mukosa

(lapisan sebelah dalam).

II.2 Uraian

II.2.1 Pengertian Batu Saluran Kemih

Batu saluran kemih adalah penyakit dimana didapatkan batu di

dalam saluran kemih. Batu tersebut dibentuk dalam pelvik ginjal, menetap

6

Page 7: LAPORAN GINJAL

dan menjadi lebih besar, atau bergerak turun sepanjang ureter ke dalam

kandung kemih atau dapat terbentuk di dalam kandung kemih itu sendiri.

Selain itu, batu dapat juga dibentuk dalam uretra.

II.2.2 Penyebab Batu Saluran Kemih

Penyebab batu saluran kemih masih belum diketahui dengan pasti.

Pembentukan batu saluran kemih merupakan hasil interaksi beberapa

proses yang kompleks, merupakan komplikasi atau salah satu manifestasi

dari berbagai penyakit atau kelainan yang mendasarinya.

Beberapa teori terbentuknya batu saluran kemih:

1. Teori inti matriks

Terbentuknya batu saluran kemih memerlukan adanya substansia

organik sebagai inti. Substansia organik ini terutama terdiri dari

mukopolisakarida dan mukoprotein A yang akan mempermudah

kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk batu.

2. Teori Supersaturasi

Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti

sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah

terbentuknya batu.

3. Teori presipitasi-kristalisasi

Perubahan pH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam

urin. Pada urin yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin,

asam dan garam urat, sedangkan pada urin yang bersifat alkali

akan mengendap garam-garam fosfat.

4. Teori berkurangnya faktor penghambat

Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat,

polifosfat, sitrat, magnesium, asam mukopolisakarid akan

mempermudah terbentuknya batu saluran kemih.

5. Teori kombinasi

Teori terakhir mengenai pembentukan batu saluran kemih adalah

gabungan dari berbagai teori tersebut yang disebut dengan teori

7

Page 8: LAPORAN GINJAL

kombinasi. Terbentuknya batu saluran kemih dalam teori kombinasi

adalah sebagai berikut : Pertama, fungsi ginjal harus cukup baik

untuk mengekskresi zat yang dapat membentuk kristal secara

berlebihan. Kedua, ginjal harus dapat menghasilkan urin dengan

pH yang sesuai untuk kristalisasi. Dari kedua hal tersebut, maka

dapat disimpulkan bahwa ginjal harus mampu melakukan ekskresi

suatu zat secara berlebihan dengan pH urin yang sesuai sehingga

terjadi presipitasi zat-zat tersebut. Ketiga, urin harus tidak

mengandung sebagian atau seluruh inhibitor kristalisasi. Keempat,

kristal yang telah terbentuk harus berada cukup lama dalam urin,

untuk dapat saling beragregasi membentuk nukleus, yang

selanjutnya akan mengganggu aliran urin. Statis urin yang terjadi

kemudian, memegang peranan penting dalam pembentukan batu

saluran kemih.

Faktor-faktor yang ikut berperan pada pembentukan batu saluran

kemih. Dibagi atas dua golongan:

a. Faktor Endogen

1. Faktor genetik-familial pada hipersistinuria

2. Faktor genetik-familial pada hiperkalsiuria primer

3. Faktor genetik-familial pada hiperoksaluria primer

b. Faktor Eksogen

Faktor lain terutama faktor eksogen dan lingkungan yang diduga

ikut mempengaruhi kalkuligenesis antara lain:

1. Infeksi

Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan

ginjal dan akan menjadi inti pembentukan batu saluran

kemih. Infeksi oleh bakteri yang memecah jureum dan

membentuk amonium akan mengubah pH urin menjadi alkali

dan akan mengendapkan garam-garam fosfat sehingga

akan memperscepat pembentukan batu yang telah ada.

2. Obstruksi dan stasis urin

8

Page 9: LAPORAN GINJAL

Adanya obstruksi dan stasis urin akan mempermudah

terjadinya infeksi.

3. Jenis kelamin

Jumlah penderita laki-laki lebih banyak tiga kali

dibandingkan dengan perempuan. Hal ini disebabkan oleh

perbedaan struktur anatomi saluran kemih antara laki-laki

dan perempuan serta faktor hormone estrogen yang

mencegah terjadinya agregasi garam kalsium.

4. Ras

Batu saluran kemih lebih banyak ditemukan di Afrika, dan di

Asia sedangkan pada penduduk Amerika dan Eropa jarang.

5. Keturunan

Riwayat anggota keluarga sebelumnya yang pernah

menderita BSK akan memberikan resiko lebih besar

timbulnya gangguan/penyakit BSK pada anggota keluarga

lainnya. Lebih kurang 30-40% penderita kalsium oksalat

mempunyai riwayat keluarga yang positif menderita BSK.

Namun sampai saat ini bagaimana peranan faktor keturunan

dalam terjadinya BSK masih belum diketahui dengan

jelas.

6. Air minum

Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan

mengurangi kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan

bila kurang minum menyebabkan kadar semua substansi

dalam urin akan meningkat dan akan mempermudah

pembentukan batu. Kejenuhan air yang diminum sesuai

dengan kadar mineralnya terutama kalsium diperkirakan

mempengaruhi terbentuknya batu saluran kemih.

7. Pekerjaan

Pekerja-pekerja keras yang banyak bergerak misalnya buruh

dan petani akan mengurangi kemungkinan-kemungkinan

9

Page 10: LAPORAN GINJAL

terjadinya batu saluran kemih bila dibandingkan dengan

pekerja-pekerja yang lebih banyak duduk.

8. Makanan

Pada golongan masyarakat yang lebih banyak makan

protein hewani angka morbiditas batu saluran kemih

berkurang, sedangkan pada golongan masyarakat dengan

kondisi sosial ekoniminya lebih rendah lebih sering

gterjadinya.

Penduduk vegetarier yang kurang makan putih telur lebih

sdering menderita batu saluran kencing (buli-buli dan uretra)

dan hanya sedikit yang ditemukan menderita batu ginjal atau

piala.

9. Suhu

Individu yang menetap di daerah beriklim panas dengan

paparan sinar ultraviolet tinggi akan cenderung mengalami

dehidrasi serta peningkatan produksi vitamin D (memicu

peningkatan ekskresi kalsium dan oksalat), sehingga insiden

BSK akan meningkat. Tempat yang bersuhu panas misalnya

di daerah tropis di kamar meisn, menyebabkan banyak

mengeluarkan keringat, akan mengurangi produksi urin, dan

mempermudah pembentukan batu saluran kencing.

II.2.3 Klasifikasi Batu Saluran Kemih

Jenis-jenis batu ginjal hingga saat ini yang sudah

dikenal di bagi atas 2 golongan:

1. Golongan murni

a. Asam urat

Batu jenis ini mempunyai warna yang

sangat bervariasi, dari kuning coklat sampai

merah jingga karena batu ini menyerap pigmen

urisin, permukaan lioin tetapi ada juga yang

10

Page 11: LAPORAN GINJAL

tidak rata. Pasir asam urat pada beberapa

keadaan tampak seperti debu merah, dan

batunya juga jingga atau merah. Ditemukan 5-

10% pada penderita BSK. Rasio laki-laki

dibanding wanita adalah 3:1. Sebagian dari

pasien jenis batu ini menderita Gout, yaitu

suatu kumpulan penyakit yang berhubungan

dengan meningginya atau menumpuknya

asam urat. Pada penyakit jenis batu ini gejala

sudah dapat timbul dini karena endapan/kristal

asam urat (sludge) dapat menyebabkan

keluhan berupa nyeri hebat (colic), karena

endapan tersebut menyumbat saluran kencing.

Batu asam urat bentuknya halus dan bulat

sehingga sering kali keluar spontan. Batu asam

urat tidak tampak pada foto polos

b. Kalsium oksalat

Batu jenis ini sangat keras dan agak

sukar dipecah, biasanya muncul dalam dua

bentuk, yaitu batu kecil yang mempunyai

permukaan licin dan batu besar yang

mempunyai permukaan tidak rata.

c. Fosfat

Batu jenis ini mempunyai warna yang

bervariasi dari kelabu, putih, kuning yang

bergantung pada kondisi batu, permukaannya

kasar, mudah rapuh, sehingga mudah dikenal

dari daya kerapuhannya, biasanya terdiri dari

bentuk tripel fosfat yang lain dari alkali tanah.

2. Golongan campuran

a. Kalsium oksalat dan asam urat

11

Page 12: LAPORAN GINJAL

b. Kalsium fosfat, fosfat dan asam urat

c. Kalsium oksalat dan fosfat

Batu ginjal jenis yang lain yaitu :

Batu struvit, batu sistin, batu kolesterol, batu leusin,

batu fibrin dan lain-lain.

II.2.4 Gejala klinis/keluhan

Batu dalam saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter),

biasanya akan menyebabkan keluhan sakit. Keluhan yang timbul

tergantung dari lokasi batu, dan besar batu.

Gejala klinis/keluhan yang ditimbulkan antara lain demam,

nausea (mual), vomiting (muntah) dan sakit atau nyeri disekitar

pinggang, nyeri sewaktu buang air kecil (BAK) bahkan susah buang

air kecil, buang air kecil berdarah (hematuria), buang air kecil

berpasir (kristaluria) dan pembengkakkan daerah punggung bawah.

1. Rasa Nyeri

Biasanya penderita mengeluhkan rasa nyeri yang

berulang (kolik) tergantung dari letak batu. Batu yang berada di

ginjal akan menimbulkan dua macam nyeri, yaitu nyeri kolik

ginjal dan nyeri ginjal bukan kolik. Kolik ginjal biasanya

disebabkan oleh peregangan urinary collecting system (system

pelviokalises), sedangkan nyeri ginjal bukan kolik disebabkan

distensi dari kapsul ginjal. Batu ureter akan memberi gejala kolik

ureter, nyeri hebat di daerah punggung atau fosa iliaka yang

letaknya lebih rendah daripada kolik ginjal, dapat menyebar ke

atas ke daerah ginjal atau ke bawah sampai ke testis atau labia

mayor.

2. Demam

Timbulnya demam merupakan tanda-tanda adanya

kuman yang beredar di dalam darah. Biasanya gejala yang

12

Page 13: LAPORAN GINJAL

timbul selain demam adalah jantung berdebardebar, tekanan

darah rendah dan pelebaran pembuluh darah di kulit. Demam

akibat obstruksi saluran kemih memerlukan dekompresi

secepatnya.

3. Hematuria dan Kristaluria

Hematuria adalah adanya darah yang keluar bersama

urin. Namun lebih kurang 10-15% penderita BSK tidak menderita

hematuria. Kristaluria adalah urin yang disertai dengan pasir atau

batu.

4. Nausea dan Vomiting

Obstruksi saluran kemih bagian atas sering menimbulkan

mual dan muntah.

5. Pembengkakkan daerah punggung bawah

Penyumbatan saluran kemih bagian atas yang akut

ditandai dengan rasa sakit punggung bagian bawah. Pada

sumbatan yang berlangsung lama, kadang-kadang dapat diraba

adanya pembengkakkan ginjal yang membesar(Hidronefrosis).28

6. Infeksi

Biasanya dengan gejala-gejala menggigil, demam, nyeri

pinggang, nausea serta muntah dan disuria. Secara umum

infeksi pada batu struvit (batu infeksi) berhubungan dengan

infeksi dari Proteus sp, Pseudomonas sp, Klebsiella sp.

II. 2.5 Komplikasi

Batu saluran kemih dapat memberikan serangan sakit yang

datangnya secara tiba-tiba. Sering terjadi hematuria yang disertai

dengan perasaan nyeri. Batu yang letaknya pada piala ginjal atau

ureter dapat memberikan komplikasi obstruksi baik sebagian

maupun total. Obstruksi yang lama biasanya disertai dengan infeksi

berulang-ulang dan piuria yang sukar ditanggulangi.

13

Page 14: LAPORAN GINJAL

Obstruksi aliran kemih dapat memberikan berbagai akibat pada

ginjal, baik struktural maupun fungsional, yang dipengaruhi oleh :

- Sempurnanya obstruksi

- Lamanya obstruksi

- Lokasi obstruksi

- Ada tidaknya infeksi

Akibat gangguan struktural tubuli katrena obstruksi, berbagai

fungsi tubuli mengalami perubahan. Diduga fungsi reabsorbsi tubuli

mengalami perubahan. Diduga fungsi reabsorbsi tubuli menurun

dengan meningkatnya tekanan hidrostatik. Pada obstruksi yang

parsial, jelas adanya penurunan ekskresi Na diikuti dengan

rendahnya konsentrasi Na urin serta tingginya osmolalitas. Bila

obstruksi berkelanjutan “renal blood flow” akan menurun.

Beberapa faktor yang dapat menignkatkan terjadinya infeksi

obstruksi antara lain:

- Stasis urin meningkatkan pertumbuhan bakteri

- Meningkatnya tekanan intra luminal menyebabkan perfusi

mukosa saluran kemih berkurang, sehingga menurunkan

daya tahan.

- Kerusakan jaringan dapat menimbulkan penurunan daya

tahan.

II. 2. 6 Pemeriksaan dan Diagnosis Batu Saluran Kemih

Diagnosis batu saluran kemih dapat dilakukan dengan

beberapa cara :

1. Gambaran klinis (fisik)

Hasil pemeriksaan fisik antara lain :

a. Kadang-kadang teraba ginjal yang mengalami

hidronefrosis/obstruktif.

14

Page 15: LAPORAN GINJAL

b. Nyeri tekan/ketok pada pinggang.

c. Batu uretra anterior bisa di raba.

d. Pada keadaan akut paling sering ditemukan adalah

kelembutan di daerah pinggul (flank tenderness), ini

disebabkan oleh hidronefrosis akibat obstruksi

sementara yaitu saat batu melewati ureter menuju

kandung kemih.

2. Laboratorium

Pada urin biasanya dijumpai hematuria dan

kadang-kadang kristaluria. Hematuria biasanya terlihat

secara mikroskopis, dan derajat hematuria bukan

merupakan ukuran untuk memperkirakan besar batu atau

kemungkinan lewatnya suatu batu. Tidak adanya

hematuria dapat menyokong adanya suatu obstruksi

komplit, dan ketiadaan ini juga biasanya berhubungan

dengan penyakit batu yang tidak aktif. Pada pemeriksaan

sedimen urin, jenis kristal yang ditemukan dapat memberi

petunjuk jenis batu. Pemeriksaan pH urin < 5 menyokong

suatu batu asam urat, sedangkan bila terjadi peningkatan

pH (≥7) menyokong adanya organisme pemecah urea

seperti Proteus sp, Klebsiella sp, Pseudomonas sp dan

batu struvit.

3. Radiologis

Ada beberapa jenis pemeriksaan radiologis yaitu :

a. Foto Polos Abdomen

Foto polos abdomen dapat menentukan besar,

macam dan lokasi batu radiopaque. Batu-batu jenis

kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radiopaque

dan paling sering dijumpai diantara batu jenis lain,

sedangkan batu asam urat bersifat radiolusen.

b. Intravenous Pyelogram (IVP)

15

Page 16: LAPORAN GINJAL

IVP atau pileografi intravena dapat

menentukan dengan tepat letak batu, terutama batu-

bnatu yang radiolusen dan untuk melihat fungsi ginjal.

Selain itu IVP dapat mendeteksi adanya batu semi

opaque ataupun batu non opaque yang tidak dapat

terlihat oleh foto polos abdomen.

c. CT Scan

CT Scan (Computerized Tomography) adalah

tipe diagnosis sinar X yang dapat membedakan batu

dari tulang atau bahan radiopaque lain.

d. Retrograte Pielografi (RPG)

RPG atau pielografi retrograd dilakukan bila

pada kasus-kasus di mana Intravenous Pyelogram

(IVP) tidak jelas, alergi zat kontras, dan IVP tidak

mungkin dilakukan. Dilakukan terutama pada jenis

batu yang radiolusen.

e. Ultrasonografi (USG)

USG dilakukan bila pasien tidak mungkin

menjalani pemeriksaan IVP, yaitu pada keadaan-

keadaan : alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal

yang menurun dan pada wanita yang sedang hamil.

USG ginjal merupakan pencitraan yang lebih peka

untuk mendeteksi batu ginjal dan batu radiolusen

daripada foto polos abdomen. Cara terbaik untuk

mendeteksi BSK ialah dengan kombinasi USG dan

foto polos abdomen. USG dapat melihat bayangan

batu baik di ginjal maupun di dalam kandung kemih

dan adanya tanda-tanda obstruksi urin.

f. Radioisotop

Untuk mengetahui fungsi ginjal secara satu persatu,

sekaligus adanya sumbatan pada gagal ginjal.

16

Page 17: LAPORAN GINJAL

II.2.7 Penatalaksanaan Medis Batu Saluran Kemih

Tujuan pengelolaan batu saluran kemih adalah :

- Menghilangkan obstruksi

- Mengobati infeksi

- Menghilangkan rasa nyeri

- Mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi

kemungkinan terjadinya rekurensi.

Untuk mencapai tujuan ini, langkah-langkah yang dapat

diambil adalah sebagai berikut :

1. Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu, lokasinya, dan

besarnya batu.

2. Menentukan adanya akibat-akibat batu saluran kemih :

- Rasa nyeri

- Obstruksi disertai perubahan-perubahan pada ginjal

- Infeksi

- Adanya gangguan fungsi ginjal

3. Menghilangkan obstruksi, infeksi, dan rasa nyeri

4. Analisis batu

5. Mencari latar belakang terjadinya batu

6. Mengusahakan pencegahan terjadi rekurensi.

Berhasilnya penatalaksanaan medis BSK ditentukan oleh

lima faktor yaitu : ketetapan diagnosis, lokasi batu, adanya

infeksi dan derajat beratnya, derajat kerusakan fungsi ginjal,

serta tata laksana yang tepat. Terapi dinyatakan berhasil bila:

keluhan menghilang, kekambuhan batu dapat dicegah, infeksi

telah dapat dieradikasi dan fungsi ginjal dapat dipertahankan.

1. Terapi Konservatif

Batu kecil dalam ginjal yang tidak memberi

tanda (silent stone) dapat diobati secara konservatif

dengan menunggu sampai batu dapat keluar dengan

17

Page 18: LAPORAN GINJAL

sendiri. Pasien diberikan air minum minimal 2-3 liter

per hari. Selain itu juga dilakukan pembatasan diet

kalsium, oksalat, natrium, fosfat dan protein tergantung

pada penyebab batu

2. Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-

obatan

Pemberian obat-obatan pada penderita BSK

bertujuan mengurangi rasa sakit yang hebat,

mengusahakan agar batu keluar spontan, disolusi batu

dan mencegah kambuhnya batu. Beberapa jenis obat

yang diberikan antara lain spasmolitika yang dicampur

dengan analgesik untuk mengatasi nyeri, kalium sitrat

untuk meningkatkan pH urin, selulosa fosfat untuk

menghambat absorbsi usus, antibiotika untuk

mencegah infeksi, tiazid untuk diuresis dan

sebagainya.

3. Tanpa operasi

a. Medikamentosa

Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu

yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena

diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang

diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri,

memperlancar aliran urin dengan pemberian

diuretikum, dan minum banyak supaya dapat

mendorong batu keluar dari saluran kemih.

b. Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)

Alat ESWL adalah pemecah batu yang

diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun

1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu

18

Page 19: LAPORAN GINJAL

ureter proksimal atau batu kandung kemih tanpa

melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu

dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga

mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak

jarang pecahan-pecahan batu yang sedang keluar

menimbulkan perasaan nyeri kolik dan

menyebabkan hematuria.

Persyaratan batu saluran kemih yang dapat

ditangani dengan ESWL :

a. Batu ginjal berukuran mulai dari 5 mm

hingga 2o mm

b. Batu ureter berukuran 5 mm hingga 10

mm

c. Fungsi ginjal masih baik

d. Tidak ada sumbatan distal dari batu

c. Endourologi

Tindakan endourologi adalah tindakan

invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran

kemih yang terdiri atas memecah batu, dan

mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat

yang dimasukkan langsung ke dalam saluran

kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau

melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses

pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik,

dengan memakai energi hidroulik, energi

gelombang suara atau energi laser.

4. Tindakan Operasi

a. Bedah Laparoskopi

Pembedahan laparoskopi untuk mengambil

BSK saat ini sedang berkembang. Cara ini banyak

dipakai untuk mengambil batu ureter

19

Page 20: LAPORAN GINJAL

b. Bedah Terbuka

Di klinik-klinik yang belum mempunyai

fasilitas yang memadai untuk tindakan-tindakan

endourologi, laparoskopi maupun ESWL,

pengambilan batu masih dilakukan melalui

pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka itu

antara lain adalah : pielolitomi atau nefrolitotomi

untuk mengambil batu pada saluran ginjal, dan

ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang

pasien harus menjalani tindakan nefrektomi atau

pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak

berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya

sudah sangat tipis atau mengalami pengkerutan

akibat BSK yang menimbulkan obstruksi dan infeksi

yang menahun.

II.2.8 Pencegahan Batu Saluran Kemih

Untuk mencegah terjadinya batu saluran kemih harus dilihat

faktor-faktor yang ikut berperan mempengaruhi kalkuligenesis.

Analisis batu untuk mengetahui jenis batu dapat membantu dalam

langkah pencegahan terjadinya rekurensi.

Dengan menghilangnya faktor-faktor yang mempengaruhi

kalkuligenesis serta pengaturan jenis makanan dan minuman

terhadap penderita yang telah diketahui jenis batunya, terjadinya

batu saluran kemih dan kemungkinan terjadinya rekurensi akan

dapat dicegah.

1. Pencegahan Primer

Tujuan pencegahan primer adalah untuk mencegah

agar penyakit tidak terjadi, dengan mengendalikan faktor

penyebab suatu penyakit. Kegiatan yang dilakukan

meliputi promosi kesehatan, pendidikan kesehatan dan

20

Page 21: LAPORAN GINJAL

perlindungan kesehatan. Pencegahan primer penyakit

BSK seperti minum air putih yang banyak. Konsumsi air

putih minimal 2 liter per hari akan meningkatkan

produksi urin. Konsumsi air putih juga akan mencegah

pembentukan kristal urin yang dapat menyebabkan

terjadinya batu. Selain itu, dilakukan pengaturan pola

makan yang dapat meningkatkan risiko pembentukan BSK

seperti, membatasi konsumsi daging, garam dan makanan

tinggi oksalat (sayuran berwarna hijau, kacang, coklat),

dan sebagainya. Aktivitas fisik seperti olahraga juga

sangat dianjurkan, terutama bagi yang pekerjaannya lebih

banyak duduk.

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder bertujuan untuk mengurangi

keparahan penyakit dengan melakukan diagnosis dan

pengobatan dini. Untuk jenis penyakit yang sulit diketahui

kapan penyakit timbul, diperlukan pemeriksaan

teratur yang dikenal dengan pemeriksaan “Check-up”.

Pemeriksaan urin dan darah dilakukan secara berkala,

bagi yang pernah menderita BSK sebaiknya dilakukan

setiap tiga bulan atau minimal setahun sekali. Tindakan ini

juga untuk mendeteksi secara dini apabila terjadi

pembentukan BSK yang baru. Untuk pengobatan,

pemberian obat-obatan oral dapat diberikan tergantung

dari jenis gangguan metabolik dan jenis batu. Pengobatan

lain yang dilakukan yaitu melakukan kemoterapi dan

tindakan bedah (operasi).

3. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier mencakup pembatasan

terhadap segala ketidakmampuan dengan menyediakan

rehabilitasi saat penyakit, cedera atau ketidakmampuan

21

Page 22: LAPORAN GINJAL

sudah terjadi dan menimbulkan kerusakan. Kegiatan yang

dilakukan meliputi rehabilitasi (seperti konseling

kesehatan) agar orang tersebut lebih berdaya guna,

produktif dan memberikan kualitas hidup yang sebaik

mungkin sesuai dengan kemampuannya.

22

Page 23: LAPORAN GINJAL

BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Batu saluran kemih adalah penyakit yang disebabkan karena

adanya sedimen urin pada saluran kemih. Batu tersebut ditemukan di

setiap titik saluran kemih, dari ginjal sampai uretra. Batu-batu ini berbeda

dalam besarnya, dari partikel kecil sebesar butir pasir, hingga

pengelompokan besar yang dapat mengisi penuh pelvis ginjal. Sebagian

besar batu tersebut tersusun atas asam urat, Kalsium oksalat, fosfat, dan

mineral lain seperti Xanthine, Cystine dan Magnesium .

Gejala-gejala penyakit batu saluran kemih dapat berupa rasa nyeri

di daerah pinggang, buang air kecil berdarah, demam, muntah dan

sebagainya.

Metode pengobatan penyakit batu saluran kemih dapat dilakukan

dengan berbagai cara, mulai dari terapi konservatif, pengobatan medik

selektif dengan pemberian obat-obatan sampai dengan tindakan operasi.

Untuk mendeteksi keberadaan batu di saluran kemih dapat

dilakukan dengan pendeteksian pada gambaran klinis, laboratorium, dan

tradiologis.

Penyakit batu saluran kemih juga dapat dicegah melalui tiga cara

pencegahan yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan

pencegahan tersier.

III.2 Saran

Saran yang dapat penulis berikan baik kepada penderita penyakit batu

saluran kemih maupun kepada tenaga medis serta masyarakat pada

umumnya ialah sebagai berikut :

23

Page 24: LAPORAN GINJAL

1. Kepada masyarakat, dianjurkan mengkonsumsi makanan yang

berserat dan bergizi, air yang cukup serta memperbanyak aktivitas

agar dapat terhindar dari penyakit batu saluran kemih.

2. Kepada penderita, dianjurkan untuk mengikuti proses pengobatan

dengan baik dan teratur, serta tetap menjaga kesehatan dengan

memperbaiki pola hidup.

3. Kepada tenaga medis, baik itu dokter, perawat, maupun apoteker

agar mendampingi penderita dalam proses penyembuhan penyakit

batu saluran kemih dengan baik serta senantiasa memberi

semangat kepada penderita agar tidak merasa kurang percaya diri

dengan penyakit yang dideritanya.

24

Page 25: LAPORAN GINJAL

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Rasyid Lubis, Harun.1983. Gagal Ginjal Akut pada Nefropati

Obstruktif. Surabaya: Simposium Nasional Penyakit Ginjal dan Hipertensi

Soeprman dan Sarwono Waspadji.1998. Ilmu Penyakit Dalam Jilid

2. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson.2006. Patofisiolog i : Konsep

Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC

25