Laporan Pengobatan Dasar Kasus Diare (Dr. Putri Fitrania)

download Laporan Pengobatan Dasar Kasus Diare (Dr. Putri Fitrania)

of 57

description

diare

Transcript of Laporan Pengobatan Dasar Kasus Diare (Dr. Putri Fitrania)

Laporan Kegiatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer (PKMP) dan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)F.6. UPAYA PENGOBATAN DASARLaporan Kasus DiareDiajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuhProgram Dokter InternshipPuskesmas Kutasari Purbalingga

Pendamping:dr. Dewanto, M. Kes

Oleh:dr. Putri Fitrania

PUSKESMAS KUTASARI PURBALINGGA2014HALAMAN PENGESAHAN

Nama: dr. Putri FitraniaJudul Laporan Pengobatan Dasar: Laporan Kasus Diare Laporan Kasus Diare telah disetujui guna melengkapi tugas Dokter Internship dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer (PKMP) dan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) di bidang Pengobatan Dasar.

Kutasari, 2014 Mengetahui Pendamping Dokter Internship

dr. Dewanto, M. Kes NIP 19701101.200212.1.003

PRAKATA

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik laporan ini. Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh Program Dokter Internship Puskesmas Kutasari Purbalingga.Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang kepada: 1. dr. Tanti Yuliastuti, MM selaku Kepala Puskesmas Kutasari Kabupaten Purbalingga. 2. dr. Dewanto, M.Kes. selaku pembimbing di Puskesmas Kutasari Kabupaten Purbalingga.3. Pasien Pada Kasus ini, Desa Meri Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga4. Semua rekan Dokter Internship dan Pegawai Puskesmas Kutasari Kabupaten Purbalingga periode Mei Agustus 2014 yang telah banyak membantuPenulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat menjadi bahan informasi yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu kedokteran, khususnya bidang kesehatan masyarakat.Wassalam.

\

Purbalingga, Dokter Internship

dr. Putri FitraniaBAB 1PENDAHULUAN1. Latar Belakang MasalahSejak tahun 1992, secara umum, penyakit menular merupakan sebab dari 37,2% kematian, diantaranya 9,8% tuberkulosa, 9,2% infeksi saluran nafas dan 7,5% diare. Namun untuk kelompok usia 1 4 tahun, diare merupakan penyebab kematian terbanyak ( 23,2% ) sedangkan urutan kedua (18,2%) penyebab kematian karena infeksi saluran nafas. Dari data-data di atas menunjukan bahwa diare pada anak masih merupakan masalah yang memerlukan penanganan yang komprehensif dan rasional. Terapi yang rasional diharapkan akan memberikan hasil yang maksimal, oleh karena efektif, efisien dan biaya yang memadai. Yang dimaksud terapi rasional adalah terapi yang: 1) tepat indikasi, 2) tepat obat, 3) tepat dosis, 4) tepat penderita, dan 5) waspada terhadap efek samping obat. Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh karena infeksi. Banyak dampak yang dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorpsi. Dan bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik. Beberapa cara penanganan dengan menggunakan antibiotika yang spesifik dan antiparasit, pencegahan dengan vaksinasi serta pemakaian probiotik telah banyak diungkap di beberapa penelitian. Namun secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah/ menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya intoleransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk melaksanakan terapi diare secara secara komprehensif, efisien dan efektif harus dilakukan secara rasional. Secara umum terapi rasional adalah terapi yang : 1) tepat indikasi, 2) tepat dosis, 3) tepat penderita, 4) tepat obat, 5) waspada terhadap efek samping. Jadi penatalaksanaan terapi diare yang menyangkut berbagai aspek didasarkan pada terapi yang rasional yang mencakup kelima hal tersebut.

BAB 2 PERMASALAHAN DI KELUARGA, MASYARAKAT DAN KASUS2.1 Permasalahan Kasus dan Keluarga2.1.1Data Pasien dan Orangtua Nama Kepala Keluarga: Tn. RAlamat Lengkap: Desa Metenggeng Kec. Kutasari, Kab. PurbalinggaNoNamaStatusL/PUmurPendidikanPekerjaanKeterangan

1. Bpk. RSuamiL30 thSMPPetani

2Ny. SIstriP25 thSMPIbu Rumah Tangga

3An. AAnakL6 thSD kelas 1Belum BekerjaPasien Diare

Sumber: Data Primer, Juli 2014Karakteristik demografi keluarga pasien berbentuk nuclear family, yaitu dalam satu rumah terdapat keluarga inti ayah, ibu, dan anak. An. A berjenis kelamin laki-laki, berusia 6 tahun menderita penyakit diare.2.1.2 Data Pasien dan Orangtua Alloanamnesis diambil dari ibu pasien, pada tanggal 15 Juli 2014 di Puskesmas Pembantu Kutasari Purbalingga pukul 09.00 WIB.Nama: An. AUmur: 6 tahunJenis Kelamin: Laki-lakiStatus: Belum MenikahPendidikan: SD kelas 1Pekerjaan: -Agama: IslamAlamat: Desa Metenggeng Kec. Kutasari, Kab. PurbalinggaSuku: JawaTanggal Periksa: 15 Juli 2014

2.1.3Anamnesis1. Keluhan UtamaBuang air besar cair2. Keluhan TambahanBadan Panas3. Riwayat Penyakit SekarangPasien dating ke Puskesmas Pustu Kutasari pada tanggal 15 Juli 2014, dengan keluhan buang air besar cair. Keluhan tersebut dikeluhkan sejak 2 hari sebelum ke puskesmas.Keluhan lain yang dirasakan pasien badan terasa panas. Demam timbul mendadak setelah bab cair, tidak menggigil, tidak kejang. Dua hari sebelum ke Puskesmas Pembantu, pasien mencret-mencret sebanyak 4 kali/hari warna kuning, ampas (+), bau yang khas (berbau tinja), lendir (+), busa (-), darah (-), sekali BAB 1 gelas. Satu hari sebelum ke Puskesmas , pasien mencret-mencret sebanyak 3 kali/hari warna kuning, ampas (+), bau yang khas (berbau tinja), lendir (+), busa (-), darah (-), sekali BAB 1 gelas, muntah (-). BAK lancar dan tidak ada keluhan, warna kuning jernih, tidak pekat, tidak ada darah, tidak sakit saat BAK. Anak terlihat lemas. Intake makan dan minum berkurang.4. Riwayat Penyakit Dahulua. Riwayat penyakit yang pernah diderita: diare (+), panas (+), batuk (+), pilek (+) kejang (-)b. Riwayat mondok: belum pernahc. Riwayat Operasi: belum pernahd. Riwayat Kecelakaan: belum pernahe. Riwayat Pengobatan: tidak adaf. Riwayat Alergi makanan / obat: tidak adag. Riwayat Imunisasi Dasar: Imunisasi BCG: lengkap Imunisasi DPT: lengkap Imunisasi Polio: lengkap Imunisasi Campak: lengkap Imunisasi Hepatitis B: lengkaph. Riwayat Imunisasi Tambahan:Tidak didapat5. Riwayat Penyakit KeluargaKeluhan yang sama dengan orang tua: disangkalKeluhan yang sama dengan keluarga: disangkal6. Riwayat Social dan Exposurea. CommunityLingkungan sekitar tempat tinggal pasien adalah di daerah padat pemukiman, jarak rumah dengan rumah terlalu berdekatan. Rumah pasien dikelilingi rumah penduduk lainnya dengan jarak sekitar 2 meter. Sebelah depan rumah terdapat rumah, dan terdapat jalan kecil yang dapat dilalui kendaraan bermotor. Sebelah kiri rumah, 4 meter, terdapat kandang ternak kambing dan kebun pisang. Di belakang rumah, terdapat kebun dan pembuangan air berupa genangan air. Kebun belakang rumah ditanami oleh pepohonan.. Pasien maupun penduduk lain sekitar rumah pasien sudah memiliki jamban sendiri. Sumber air sehari-hari didapat dari sumur. b. HomePasien tinggal di Desa Metenggeng Kecamatan Kutasari. Pasien tinggal di sebuah rumah permanen dan tidak bertingkat. Luas rumah 80 m2 dengan jumlah penghuni 3 orang. Lantai rumah berupa lantai, dinding rumah menggunakan tembok, sedangkan atap menggunakan seng dan genting. Rumah tersebut memiliki 1 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 dapur, 1 gudang, 1 ruang kosong. Ruang tamu memiliki jendela berukuran 1,5 x 2,5 m dan lubang ventilasi berukuran 0,5 x 2,5 m. Kamar tidur memiliki lubang ventilasi berukuran 0,5 x 0,4 m. Kesan pencahayaan cukup. Kesan kebersihan dan kerapian dalam rumah kurang. Rumah sudah memiliki jamban. Sumber air berasal dari sumur gali menggunakan timba yang letaknya bersebelahan dengan jamban. Kondisi air tampak bersih, bening serta tidak berbau. Air digunakan juga untuk minum maupun memasak makanan. Pembuangan dari jamban dialirkan ke dan pembuangan air cucian peralatan ataupun mencuci (tempat di dekat sumur) dialirkan ke dalam selokan kecil yang mengalir ke area pesawahan. Hal ini menyebabkan di beberapa tempat terdapat air bekas cucian yang menggenang. c. HobbyPasien mempunyai hobi bermain dengan saudara dan teman-teman sebayanya.d. OccupationalPasien sekolah dasar kelas 1 e. Personal habitPasien sering bermain di luar rumah dengan saudara dan teman sebayanya.f. DietPasien sehari-hari makan 2-3 kali, dengan menu nasi, sayur dan lauk pauk.g. DrugPasien tidak mengkonsumsi obat-obatan sebelumnya maupun jamu.7. Riwayat GiziPasien makan sehari-hari biasanya antara 2-3 kali dengan nasi sepiring, sayur, dan lauk pauk seperti telur, tahu-tempe, daging, terkadang konsumsi buah-buahan. Pasien kadang-kadang jajan sembarangan. 8. Riwayat PersalinanPasien dilahirkan cukup bulan, ditolong bidan, BBL 3200 gram. Selama hamil, ibu pasien rutin memeriksakan kehamilannya ke petugas kesehatan. Riwayat mengkonsumsi obat-obatan selama hamil disangkal. 9. Riwayat Pertumbuhan dan PerkembanganPertumbuhan dan perkembangan normal.10. Riwayat EkonomiAyah penderita bekerja sebagai petani, dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Penderita tinggal di rumah bersama bapak dan ibunya. Kebutuhan sehari-hari dicukupi dengan penghasilan kurang lebih Rp. 2.000.000 per bulan. Hubungan penderita dengan anggota keluarga yang lain saling mendukung. Orangtua penderita peduli dengan kesehatan anggota keluarganya. Dalam kehidupan sosial penderita banyak bergaul dengan saudara dan teman sebayanya.

11. Riwayat PsikologiPasien termasuk orang yang memiliki sifat terbuka. Penyakit yang diderita pasien tampak mengganggu pasien. Hal tersebut dapat diketahui dari cerita ibu pasien, bahwa semenjak sakit pasien sering merasa lemas, dan tidak nyaman karena bab cair.12. Riwayat DemografiHubungan dalam keluarga cukup baik. Pasien adalah anak tunggal di keluarga. Tidak ada riwayat perceraian dalam keluarga.13. Riwayat SosialPenyakit yang diderita pasien dirasakan mengganggu aktivitas maupun sosialisasi sehari-hari. Akan tetapi, hubungan pasien dengan saudara maupun tetangga tampak sangat baik. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya orang yang menjenguk pasien ke rumah pasien.14. Anamnesis Sistemika. Keluhan Utama: BAB cairb. Kulit:Warna kulit sawo matangc. Kepala: Simetris, ukuran normal, sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala tidak rontok, berwarna hitam, luka pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-), ubun-ubun datar.d. Mata: Gatal (-), penglihatan kabur (-), mata cekung (-), air mata (+)e. Hidung:Keluar cairan (-)f. Telinga: Pendengaran jelas, keluar cairan (-)g. Mulut:Sariawan (-), mulut kering (-), mukosa merah muda, bintik-bintik pada mukosa (-)h. Tenggorokan: Sakit menelan (-)i. Pernafasan: Sesak nafas (-), mengi (-), batuk (-)j. Sistem Kardiovaskuler: Nyeri dada (-)k. Sistem Gastrointestinal:Mual (-), muntah (-) kembung (-), nyeri perut (-) .l. Sistem Muskuloskeletal:Lemas (-)m. Sistem Genitourinaria: BAK (+) normaln. Ekstremitas : Atas :bengkak (-), pegal (+) Bawah:bengkak (-), pegal (+)2.1.4Pemeriksaan Fisik1. Keadaan UmumTampak baik, kesadaran compos mentis2. Tanda Vitala. Nadi: 96x /menit, regularb. RR: 20x /menitc. Suhu: 370 Cd. BB: 18 kge. TB: 120 cm3. Status giziBerdasarkan perhitungan menggunakan tabel Z-Scorea. Perhitungan berat badan menurut umur anak:Kategori: berat badan normalb. Perhitungan tinggi badan menurut umur anak:Kategori: status gizi normalc. Perhitungan berat badan menurut tinggi badan anak:Kategori: status gizi normalKesimpulan status gizi : baik4. Kulit :Sianosis (-), turgor kulit normal (>1 detik), ikterus (-), keriput (-), eritema (-)5. Kepala : Bentuk kepala normal6. Mata : Edema palpebra (-/-), konjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-)7. Telinga : Bentuk normal, sekret (-/-)8. Hidung : Napas cuping hidung (-), discharge (-/-)9. Mulut : Bibir sianosis (-), lidah kotor (-), bibir kering (-)9. Tenggorokan: Radang (-), tonsil dbn10. Leher: Deviasi trakea (-), JVP meningkat (-), pembesaran kelenjar limfe (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)11. Thoraks : Bentuk simetris, datar, retraksi (-)Jantung :Inspeksi : Tidak terlihat ictus cordisPalpasi : Teraba ictus cordis di SIC V LMCSPerkusi : Batas kiri bawah SIC V 2 jari medial LMCSBatas kiri atas SIC II LMCSBatas kanan atas SIC II LPSDBatas kanan bawah SIC IV LPSDPerkusi : S1> S2 reguler, gallop (-), murmur (-)Pulmo :Inspeksi :Dinding dada datar, retraksi (-), gerakan paru simetris, benjolan (-), tanda radang (-), jejas (-), lesi (-)Palpasi : Nyeri tekan (-), retraksi (-), gerakan nafas simetrisPerkusi : Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiriAuskultasi : Vesikular normal, wheezing (-), ronkhi -/-12. Punggung : skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)13. Abdomen : Inspeksi : Datar, benjolan (-), lesi (-), jejas (-), tanda radang (-), caput medusae (-)Auskultasi : Bising usus (+) meningkatPalpasi : Nyeri tekan perut (-), benjolan (-)Perkusi : Timpani normal14. Genitalia : Tidak dilakukan15. Anorektal : Tidak dilakukan16. Ekstremitas :Superior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-)Inferior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-)

2.1.5 RESUMEAn. A, laki-laki, usia 6 tahun dengan bentuk keluarga nuclear family, tinggal dalam satu rumah bersama ayah dan ibu. Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien menderita BAB cair yang disertai demam. BAB cair dan demam dikeluhkan sejak 2 hari sebelum ke puskesmas. Kondisi psikologi keluarga cukup baik, yang terlihat dari dukungan keluarga dalam merawat pasien ketika sakit. Status ekonomi menengah ke bawah, rumah pasien berukuran cukup besar tetapi kurang memenuhi syarat rumah sehat. Lantai rumah dari lantai semen (plester), dindingnya terbuat dari tembok, serta atap menggunakan seng dan genting. Ventilasi dan pencahayaan matahari cukup. Rumah sangat dekat jarak nya dengan rumah tetangga, dengan kadang kambing dan genangan air (pembuangan air). Sumber air berasal dari sumur dan higienitas cukup. Pasien lebih dekat dengan ibu, bilamana terdapat permasalahan pasien akan bercerita kepada ibunya. Kesehariannya pasien sering bermain dengan tetangga atau saudaranya.2.2 Diagnosis Holistik2.2.1 Aspek Personal Idea: Pasien mengeluh BAB cair, pasien berharap penyakitnya segera sembuh.Concern: pasien menginginkan perhatian dari keluarganya untuk mendukung pengobatan dan perawatannya sampai sembuh.Expectacy: pasien mempunyai harapan penyakitnya segera sembuh, agar dapat beraktifitas dan bermain bersama teman-temannya.Anxiety: Pasien merasa tidak nyaman dengan BAB cair. Kedaan ini sangat mengganggu aktifitas sehari-hari.2.2.2 Aspek Klinis Diagnosa: Diare Cair Akut Tanpa Dehidrasi tipe DysentriformGejala klinis yang muncul: BAB cair dengan Dua hari sebelum ke Puskesmas Pembantu, pasien mencret-mencret sebanyak 4 kali/hari warna kuning, ampas (+), bau yang khas (berbau tinja), lendir (+), busa (-), darah (-), sekali BAB 1 gelas. Satu hari sebelum ke Puskesmas , pasien mencret-mencret sebanyak 3 kali/hari warna kuning, ampas (+), bau yang khas (berbau tinja), lendir (+), busa (-), darah (-), sekali BAB 1 gelas, muntah (-). BAK lancar dan tidak ada keluhan, warna kuning jernih, tidak pekat, tidak ada darah, tidak sakit saat BAK. Anak terlihat lemas. Intake makan dan minum berkurang.Diff diagnosis: Demam tifoid, Diare ec Malabsorpsi2.2.3 Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individua. Usia pasien 6 tahun dan berjenis kelamin laki.b. Kebiasaan pasien jajan sembaranganc. Kepribadian pasien termasuk dalam kepribadian terbuka, mau menerima nasehat orang lain.2.2.4 Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individua. Pasien tinggal di daerah padat pendudukb. Tempat tinggal pasien dekat dengan pembuangan air, terdapat tempat kandang binatang dan genangan air disekitar rumah.c. Rumah pasien berukuran cukup, terbuat dari tembok bata dengan lantai terbuat dari semen dan ventilasi serta pencahayaan rumah pasien cukupd. Ibu masih menggunakan tungku dan kayu bakar sebagai alat memasak.e. Pasien sekolah SD kelas 1f. Orangtua pasien bersekolah pendidikan terakhir SMPg. Pengetahuan keluarga mengenai penyakit pasien masih kurang.h. Penghasilan orangtua cukup untuk memenuhi kebutuhan primer keluarga.i. Pelayanan kesehatan di sekitar rumah pasien cukup dapat dijangkau, rumah berada di daerah padat penduduk dan dapat dilewati oleh kendaraan bermotor. Jarak tempuh rumah pasien dengan puskesmas sekitar 10 menit. 2.2.5 Aspek Skala Penilaian Fungsi SosialPasien mempunyai aspek skala penilaian 2, pasien mengeluh muncul BAB cair dan demam, pasien tidak bisa melalukan aktifitas seperti biasanya.

3.1 Penatalaksanaan1. Personal Terapi farmakologis: 1. Metronidazol 3 x 200 mg 2. Zinc 20 mg/hari, 2 x 1 tab 3. Lacto B 1 gr/sachet, 2x1 sachet4. Paracetamol 3 x 200 mg prnTerapi non farmakologis: 1. Istirahat2. Jaga daya tahan tubuh, dengan makan makanan yang bergizi 3. Menjaga kebersihan diri pasien dengan membiasakan mencuci tangan sebelum makan, sehabis buang air besar4. Tidak jajan sembarangan.Patient Centre Managementa. Dukungan PsikologisSuport psikologis perlu diberikan oleh keluarga pasien. Hal ini berkaitan dengan penyakit diare air yang membutuhkan perhatian yang cukup agar dapat benar-benar sembuh. Pasien harus dimotivasi agar mau beristirahat, tidak jajan sembarangan, selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Pasien juga diberikan pengertian mengenai faktor resiko apa saja yang dapat menyebabkan penyakit diare. b. Penentraman HatiMenentramkan hati sangat diperlukan untuk mendukung pengobatan pasien. Penyakit diare pada anak dapat juga menimbulkan komplikasi pada anak. Bila diare terjadi terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, dll. Motivasi keluarga terhadap pasien juga diperlukan agar pasien mau meminum obat secara teratur agar pasien cepat sembuh. Keluarga harus mendukung dengan sepenuh hati dalam pengobatan pasien. c. Penjelasan mengenai penyakit diare Keluarga harus dapat menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa pasien harus beristirahat cukup agar kondisi pasien cepat membaik dan tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan. Pasien juga diberikan pengertian mengenai faktor resiko yang dapat menyebabkan penyakit diare d. PengobatanMedika mentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera dalam penatalaksanaan.e. Pencegahan dan Promosi KesehatanHal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi kesehatan berupa perubahan pola hidup sehat, menjaga higienitas diri dan lingkungan, makan makanan yang bergizi, istirahat yang cukup.2. KeluargaMenjaga kebersihan, dibiasakan untuk mencuci tangan sebelum makan, memasak makanan dengan benar, dan tidak makan makanan disembarang tempat yang tidak terjamin kebersihannya. Selain itu air harus dimasak sampai mendidih. 3. KomunitasMenjaga kebersihan lingkungan rumah, membuang sampah di tempat pembuangan yang sudah disediakan dan buang air besar di WC umum. 4.1 Follow UpTanggal 16 Juli 2014S: diare (+), lendir (+), ampas (+), demam (+)O: KU baik, compos mentis Tanda vital RR: 18 x/menit N: 90 x/menit S: 37,5 0CBB: 18 kgA: Diare akut disentriform tanpa dehidtasiP: Terapi medikamentosa Metronidazol 3 x 200 mg , Zinc 20 mg/hari, 2 x 1 tab, Lacto B 1 gr/sachet, 2x1 sachet, Paracetamol 3 x 200 mg prn. Terapi non farmakologis, istirahat cukup, konsumsi makanan bergizi, jaga intake cairan, jaga higeinitas, jaga daya tahan tubuh. Selain itu juga dilakukan patient centered management, berupa dukungan psikologis, managemen stress, penentraman hati, penjelasan tentang penyakit yang diderita, basic konseling pada keluarga dan edukasi pasien.Tanggal 17 Juli 2014S: diare (+), panas (-)O: KU baik, compos mentis Tanda vital: R: 16 x/menit N : 80 x/menit S: 36,8 0CBB: 18 kgA: Diare akut disentriform tanpa dehidtasiP: Terapi medikamentosa Metronidazol 3 x 200 mg , Zinc 20 mg/hari, 2 x 1 tab, Lacto B 1 gr/sachet, 2x1 sachet, Paracetamol 3 x 200 mg prn. Terapi non farmakologis, istirahat cukup, konsumsi makanan bergizi, jaga intake cairan, jaga higeinitas, jaga daya tahan tubuh. Selain itu juga dilakukan patient centered management, berupa dukungan psikologis, managemen stress, penentraman hati, penjelasan tentang penyakit yang diderita, basic konseling pada keluarga dan edukasi pasienTanggal 18 Juli 2014S: diare (+), panas (-)O: KU baik, compos mentis Tanda vital: R: 20 x/menit N : 80 x/menit S: 36,5 0CBB: 18 kgA: Diare akut disentriform tanpa dehidtasiP: Terapi medikamentosa Metronidazol 3 x 200 mg , Zinc 20 mg/hari, 2 x 1 tab, Lacto B 1 gr/sachet, 2x1 sachet, Paracetamol 3 x 200 mg prn. Terapi non farmakologis, istirahat cukup, konsumsi makanan bergizi, jaga intake cairan, jaga higeinitas, jaga daya tahan tubuh. Selain itu juga dilakukan patient centered management, berupa dukungan psikologis, managemen stress, penentraman hati, penjelasan tentang penyakit yang diderita, basic konseling pada keluarga dan edukasi pasien4.2 Flow SheetNama: An. ADiagnosis: Diare Akut Disentriform Tanpa DehidrasiTabel Flow Sheet NoTglProblemNRRTBBkgPlanningTarget

1.16-07-14 Diare (+) Ampas (+) Lendir (+) Demam (+)901837,518 Metronidazol Zinc Lacto B Paracetamol edukasiDemam turunMengobati diare dan mengurangi keluhan utama

217-07-14 Diare (+) Ampas (+) Lendir (+)Demam (-)802036,518 Metronidazol Zinc Lacto B Paracetamol edukasiMengobati diare dan mengurangi keluhan utama

318-07-14 Diare (+) berkurang Ampas (+) Lendir (-) Demam (-)l802036,518 Metronidazol Zinc Lacto B Paracetamol edukasiMengobati diare dan mengurangi keluhan utama

BAB 3IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGAA. FUNGSI HOLISTIK 1. Fungsi BiologisKeluarga terdiri dari bapak kandung dan ibu kandung An. A. Bapak R yang merupakan seorang kepala rumah tangga. Ibu Sa adalah ibu kandung dari penderita. An. A, merupakan anak tunggal berusia 6 tahun. Keluarga pasien merupakan keluarga yang kurang cukup sadar mengenai kesehatan. Saat penderita mengalami muncul bab cair, keluarga penderita tidak langsung membawa pasien ke puskesmas. An. A saat berobat di dampingi oleh ibunya. Setelah ke puskesmas, An. A didiagnosis diare akut disentriform tanpa dehidrasi.2. Fungsi PsikologisAn. A tinggal serumah dengan bapak dan ibu kandungnya. Bapak R dan ibu S sangat menyayangi dari An. A. An. A juga sering berkumpul dengan keluarga disaat sore hari. 3. Fungsi SosialAn. A memiliki banyak teman di lingkungan rumahnya. An A sering bermain dengan saudara sepupun dan teman sebayanya, ia memiliki banyak teman. 4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan KebutuhanPenghasilan keluarga An. A berasal dari penghasilan bapak yang tiap bulannya berpenghasilan kira-kira Rp.2.000.000,-. Biaya pengobatan pasien di Puskesmas menggunakan BPJS.

B. FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R SCORE)Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. A.P.G.A.R SCORE disini akan dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 = baik.ADAPTATIONDalam menghadapi masalah selama ini penderita selalu mendapatkan dukungan berupa nasehat dari keluarganya. Jika penderita menghadapi suatu masalah selalu menceritakan kepada ibunya. Penyakitnya ini kadang mengganggu aktivitasnya sehari-hari.PARTNERSHIPKomunikasi terjalin satu sama lain, meskipun waktu kebersamaan dirasa singkat. Setiap ada permasalahan didiskusikan bersama dengan anggota keluarga lainnya, komunikasi dengan istri dan anggota keluarga lainnya berjalan dengan baik.GROWTHPasien merasa bersyukur masih dapat menjalani aktifitasnya sehari-hari yaitu masih dapat sekolah, bermain dengan saudara dan teman sebayanya.AFFECTIONPasien merasa hubungan kasih sayang dan interaksi dengan ibu dan ayahnya berjalan dengan lancar. Pasien juga sangat menyayangi keluarganya, begitu pula sebaliknya.RESOLVERasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien cukup, baik dari keluarga maupun dari saudara-saudara. Tabel 3.1 Skor APGAR An. AA.P.G.A.R An. A Terhadap KeluargaHampir selaluKadang-kadangHampir tidak pernah

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 7 Tabel 3.2 Skor APGAR Tn. RA.P.G.A.R Tn. R Terhadap KeluargaHampir selaluKadang-kadangHampir tidak pernah

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 6

Tabel 3.3 Skor APGAR Ny. SA.P.G.A.R Ny. S Terhadap KeluargaHampir selaluKadang-kadangHampir tidak pernah

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 7 A.P.G.A.R SCORE keluarga pasien = (7+6+7+)/3 = 6,7Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga pasien sedangSecara keseluruhan total poin dari A.P.G.A.R keluarga pasien adalah 20, sehingga rata-rata A.P.G.A.R dari keluarga pasien adalah 6,7. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien dalam keadaan sedang.

C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)Fungsi patologis dari keluarga An. A dinilai dengan menggunakan S.C.R.E.E.M sebagai berikut :Tabel 3.4 Tabel SCREEMSUMBERPATOLOGIKET

SocialInteraksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga dengan saudara, partisipasi mereka dalam kegiatan kemasyarakatan cukup aktif.-

CulturalKepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan, wetonan dll. Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan.-

Religion

Pemahaman agama cukup. Penerapan ajaran juga baik, hal ini dapat dilihat dari penderita dan keluarga yang rutin menjalankan sholat lima waktu di masjid. Saat tidak sakit penderita rutin belajar mengaji di sore hari di masjid dekat rumah.-

EconomicEkonomi keluarga ini tergolong cukup, pendapatan cukup untuk memenuhi keburuhan primer kebutuhan sekunder bisa terpenuhi.-

EducationPendidikan anggota keluarga kurang memadai. Pendidikan dan pengetahuan penderita kurang. Kemampuan untuk memperoleh dan memiliki fasilitas pendidikan seperti buku dan koran terbatas.+

Medical

Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga menggunakan pelayanan puskesmas dan menggunakan fasilitas BPJS untuk berobat.-

Keterangan : Social (-) artinya keluarga An. a sudah berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Cultural (-) artinya keluarga An. A masih aktif dalam pergaulan sehari-hari. Keluarga An. D masih menganut tradisi jawa, hal ini terbukti keluarga An.D masih mengikuti tradisi yasinan, mauludan, wetonan, menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan. Religion (-) artinya keluarga An. D sudah memiliki pemahaman agama yang cukup untuk seusianya, hal tersebut dapat dilihat dari keaktifan An. D dalam mengikuti pengajian jika An. D tidak sedang sakit. Economic (-) artinya Ekonomi keluarga ini tergolong cukup, pendapatan cukup untuk memenuhi keburuhan primer kebutuhan sekunder bisa terpenuhi. Education (+) artinya keluara Tn. R masih memiliki pengetahuan yang kurang, khususnya mengenai permasalahan kesehatan. Medical (-) artinya dalam mencari pelayanan kesehatan pasien sudah baik, yaitu dengan langsung mengunjungi Puskesmas terdekat tidak berobat ke dukun atau yang semisalnya.Kesimpulan :Dalam keluarga An. A fungsi patologis yang positif adalah fungsi edukasi.

D. FORMASI POLA INTERAKSI KELUARGADiagram 2. Pola Interaksi Keluarga An. A DALAM SATU RUMAH

Ny.SAn.ATn.R

Sumber : Data Primer, Juli 2014Keterangan : hubungan baikKesimpulan :Hubungan antara anggota keluarga di keluarga Tn.S baik-baik saja dan sangat harmonis dan saling dukung mendukung.

E. GENOGRAMAlamat: Desa Metenggeng Kec. Kutasari, Kab. Purbalingga, Propinsi Jawa TengahBentuk Keluarga: Nuclear Family

Tn. R PB Ny. S

An. A, 6thn Diagram 1. Genogram KeluargaKeterangan: = Laki-laki

= Perempuan

Atau= Meninggal

= Pasien

BAB 4IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATANA. IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU DAN NON PERILAKU 1. Faktor Perilaku Keluarga Pasien mulai menderita diare 2 hari sebelum ke Puskesmas. Saat ini, dikeluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama. Pasien tinggal di daerah pemukiman cukup padat penduduk dengan rumah yang sederhana. Rumah pasien sudah memiliki jamban sendiri. Keluarga pasien menggunakan jamban sendiri di rumah saat BAB dan BAK, sumber air yang digunakan dari sumur dengan kualitas cukup bersih. Pencahayaan rumah dan ventilasi udara cukup. Pasien mempunyai kebiasaan sering jajan sembarangan di sekolahannya, kadang memiliki kebiasaan jarang mencuci tangan sebeleum atau sesudah makan. Komunikasi yang terjalin dalam keluarga ini cukup baik dan harmonis. Semua anggota keluarga berusaha mengutarakan pendapatnya saat sedang ada masalah. Akan tetapi, anak lebih sering berkomunikasi dengan ibu dibandingkan dengan bapaknya. Anak jarang untuk bercerita mengenai masalahnya kepada sang ayah karena merasa takut. Anak A adalah anak yang pendiam. Dia hanya berbicara seperlunya saja, sehingga dia lebih sering memendam keinginannya dibandingkan mengutarakannya kepada orang tuanya apalagi kepada bapaknya. An. A lebih sering bercerita kepada ibunya. 2. Faktor Non PerilakuDari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga ekonomi menengah kebawah. Keluarga ini hanya memiliki satu sumber penghasilan yaitu gaji dari Bapak Slamet sebagai petani. Rumah pasien berada di daerah padat penduduk. Jarak antara rumah pasien dengan pelayanan kesehatan terdekat cukup dekat. Waktu yang ditempuh untuk ke Puskesmas sekitar 10 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor. Orang tua pasien memiliki pendidikan terakhir SMP. Hal ini menyebabkan pengetahuan dan kesadaran dari keluarga pasien mengenai kesehatan menjadi kurang. Orang tua pasien tidak mengetahui penyakit apa yang diderita oleh pasien dan apa yang harus dilakukan pada saat pasien sakit. Diagram 3. Faktor Perilaku dan Non Perilaku

Lingkungan:Padat penduduk, ada genangan air, sumber air dari sumurPengetahuan :Keluarga kurang mengetahui penyakit penderita

TindakanKebiasaan suka jajan sembarangan, jarang cuci tangan sebelum atau sesudah makan

Sikap:Kesadaran pasien akan kesehatan kurangKeluarga An. A

Komunikasi:Pasien adalah anak yang terbuka, mau menerima nasihat orang lain Pelayanan Kesehatan:Jika sakit berobat ke dokter dan puskesmas

: faktor non perilaku

: faktor perilaku A. Identifikasi Lingkungan Rumah1. Gambaran LingkunganKeluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 10 x 8 m2,. Tidak terdapat pagar pembatas. Rumah ini terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, dapur dan ruang bersama. Rumah terbuat dari dinding bata dan lantai di semua ruangan terbuat dari plester (semen). Atap rumah pasien terbuat dari genteng dan seng. Ruang tamu memiliki jendela dengan ukuran 2 X 1 m. Kamar tidur rumah pasien memiliki jendela dengan ukuran 2mx0,5m. Rumah pasien mempunyai kamar mandi di dalam rumah. 2. Denah RumahRumah pasien berukuran 10 x 8 m2 yang terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang bersama dan dapur. Tiap ruangan memiliki ukuran yang berbeda-beda, ruang tamu berukuran 3,5 x 3 m, kamar tidur berukuran 3,5 x 2,5 m. Rumah pasien menghadap kearah utara. Air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari menggunakan air sumur.

Dapur Ruang TV (R. Keluarga) J a l a n Pekarangan rumahRuang TamuRuang TamuJalan Ruang TidurRuang TamuRuang tidurRuang TamuKamar mandi P e k a r a n g a n

BAB 5DAFTAR MASALAH

A. Masalah medisTabel 5.1 Masalah MedisMASTER PROBLEM LIST

No.

Approx.Date ofOnsetDateProblemRecordedActive Problems

Inactive/ ResolvedProblemsDateResolved

1.13Juli 201415 Juli 2014Diare Akut Disentriform tanpa dehidrasi18 Juli 2014

B. Masalah non medis :1. Keluarga An. A kurang pengetahuan mengenai penyakit diare 2. Kondisi rumah An. A ventilasi dan pencahayaan cukup, kebersihan di dalam rumah kurang3. Rumah pasien sudah memuliki jamban 4. Kondisi ekonomi keluarga adalah cukup.5. Fungsi fisiologis keluarga Tn. R adalah sedang.6. Rumah pasien cukup jauh dari tempat pelayanan kesehatan.

C. Diagram Permasalahan Pasien(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

1.Keluarga An. A kurang mengerti akan penyakit diare

4. rumah kurang dijaga kebersihannya

2. Kebiasaan pasien suka jajan sembarangan, jarang mencuci tangan sebelum dan sesudah makan

An. A 6 th dengan diare

Diagram 4. Diagram Permasalahan PasienD. 3.rumah pasien cukup jauh dari tempat pelayanan kesehatanMatrikulasi MasalahPrioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks. (Azrul, 1996)Tabel 5.2 Matrikulasi MasalahNo.Daftar MasalahITRJumlahIxTxR

PSSBMnMoMa

1.Keluarga An. A kurang mengerti akan penyakit diare444344412.288

2.Kebiasaan pasien suka jajan sembarangan, jarang mencuci tangan sebelum dan sesudah makan 5

453 44524.000

3.Rumah pasien jauh dari tempat pelayanan kesehatan33433445.184

4.rumah kurang dijaga kebersihannya33333332.187

Keterangan :I: Importancy (pentingnya masalah)P: Prevalence (besarnya masalah)S: Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)SB: Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)T: Technology (teknologi yang tersedia)R: Resources (sumber daya yang tersedia)Mn: Man (tenaga yang tersedia)Mo: Money (sarana yang tersedia)Ma: Material (pentingnya masalah)Kriteria penilaian :1. = tidak penting1. = agak penting1. = cukup penting1. = penting1. = sangat pentingE. Prioritas MasalahBerdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga Tn. R adalah sebagai berikut :1. Pasien kurang menjaga kebersihan, jarang memcuci tangan sebelum dan sesudah makan, suka jajan sembarangan2. Keluarga Tn. R kurang mengerti akan penyakit diare 3. Rumah pasien jauh dari tempat pelayanan kesehatan.4. Rumah kurang dijaga kebersihannyaF. Pembinaan Keluarga1. TujuanTujuan UmumSetelah diberikan konseling diharapkan keluarga dan penderita lebih memahami mengenai pengetahuan keluarga mengenai diare serta penyebabnya yang dikaitkan dengan pola asuh dan kebiasaan kepada anak.Tujuan Khusus :Setelah diberikan konseling diharapkan keluarga dan penderita dapat :a. Mengetahui tentang penyebab diareb. Mengetahui tentang pentingnya peran keluarga dalam perjalanan penyakit diare.c. Mengetahui cara perawatan pasien dengan penyakit diare2. MateriMateri yang diberikan berupa pengetahuan mengenai diare. Sasaran dari pembinaan ini adalah pasien dan keluarganya. Pembinaan keluarga ini dilakukan pada tanggal 16 Juli 2014, dengan metode penyuluhan langsung kepada pasien dan keluarganya dan tanya jawab. Untuk mengevaluasi dari pembinaan keluarga dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada keluarga pasien. Selain itu diberikan pula management penatalaksanaan diare kepada pasien dan keluarganya. Adapun management penatalaksanaan diare yang diarahkan kepada pasien dan keluarganya adalah sebagai berikut:

A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT1. PengobatanMelaksanakan terapi yang telah diberikan di Puskesmas2. Menimbulkan tanggung jawab pada diri sendiriDalam hal ini, dokter berusaha memunculkan rasa tanggung jawab pasien untuk menjaga kesehatannya sendiri termasuk dalam meningkatkan higiene perseorangan. Pada kasus ini, dokter berusaha memunculkan tanggung jawab kepada keluarga pasien untuk memperhatikan kesehatan anaknya dan memberi pengertian tentang pentingnya menjaga kesehatan, sehingga apabila sakit hendaknya segera berobat ke Puskesmas atau dokter.3. Basic Konseling mengenai Pencegahan dan Promosi KesehatanUpaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya diare kembali pada anak yaitu: Meningkatkan daya tahan tubuh antara lain : Makan makanan yang sehat, cukup kualitas dan kuantitasnya. Pemeliharaan kesehatan jasmani dengan olahraga yang teratur dan cara hidup yang teratur (bekerja, beristirahat, rekreasi dan menikmati hiburan pada waktunya). Pemeliharaan kesehatan rohaniB. FAMILY CENTERED MANAGEMENTPada prinsipnya tujuan dari manajemen ini adalah untuk meminimalisir terjadinya kembali diare. Penanganannya hampir sama dengan manajemen pasien namun dalam hal ini diutamakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan pemahaman semua anggota keluarga mengenai diare. Diare bisa diakibatkan oleh sanitasi lingkungan yang buruk dan keadaan imunitas tubuh yang menurun sehingga rentan untuk tertular penyakit. Keluarga pasien juga diberi pengertian bahwa sakit yang diderita pasien dapat sembuh dengan sendiri tanpa obat, jika kondisi imun tubuh pasien baik.Dalam manajemen keluarga ini, diberikan pengertian kepada keluarga mengenai diare secara menyeluruh baik dari faktor host, agent dan lingkungan. 1. Faktor Host dan agenta. Hindari kontak langsung dengan penderita diareb. Makan makanan yang bersih dan sehat. c. Jaga higeinitas d. Jaga daya tahan tubuh2. Faktor lingkungan Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Terdapat faktor yang mendominasi yaitu kebiasaan pasien dan lingkungan yang kurang bersih.1. Cara PembinaanPembinaan dilakukan dengan cara konseling pada keluarga dan penderita2. Sasaran individuSeluruh anggota keluarga3. Target kegiatanMeningkatkan pengetahuan keluarga mengenai diare.4. Waktu dan tempat1. Tanggal: 16 Juli 20142. Tempat:Desa Metenggeng Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga3. Waktu: 13.30 WIB

BAB 6RENCANA DAN HASIL PEMBINAAN KELUARGAA. RENCANA PEMBINAAN KELUARGA1. TujuanTujuan dari pembinaan keluarga ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada pasien dan keluarga mengenai diare, lingkungan rumah yang sehat dan perilaku sehat. 2. MateriEdukasi kepada pasien dan keluarga mengenai diare beserta kesehatan lingkungan rumah dan perilaku. Pengetahuan mengenai diare meliputi pengertian diare, penyebab diare, cara penularan, cara pencegahan, pengobatan awal, serta komplikasi diare. Selain itu, pasien dan keluarga juga diberikan pengetahuan mengenai lingkungan rumah yang sehat seperti ventilasi, pencahayaan, jamban, pengelolaan limbah/sampah dan sumber air bersih. Edukasi mengenai cara pencegahan diare meliputi:a. Menghindari kontak dengan pasien yang menderita diareb. Menjaga kesehatan dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan bergizi.c. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar yaitu sebelum makan dan setelah buang air besar.d. Meminum air minum yang sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara merebus sampai mendidih. Selain itu, tempat air minum harus terlindung serta air tidak disimpan terlalu lama.e. Buang air besar dan kecil pada tempatnya seperti jamban.f. Selalu rutin membersihkan dan merapikan rumah Edukasi mengenai lingkungan rumah meliputi ventilasi, pencahayaan, jamban, pengelolaan sampah dan sumber air bersih.a. Rumah harus memiliki ventilasi supaya udara bersih masuk dan membebaskan udara ruangan dari kuman penyebab penyakit.b. Sinar matahari (cahaya alamiah) yang masuk rumah harus cukup, misalnya melalui rutin membuka tirai jendela atau membuat genting kaca jika memungkinkan.c. Rumah sebaiknya memiliki jamban sendiri. Sedangkan rumah yang sudah memiliki jamban, harus benar-benar memanfaatkan jamban serta pembuangannya tidak boleh mengotori tanah permukaan, air permukaan dan air dalam tanah.d. Pengelolaan sampah harus baik, misalnya sampah tidak ditumpuk dalam rumah, dibuang secara rutin dan pengelolaannya baik misalnya dibakar di ruang terbuka atau dibuat jadi pupuk.e. Sumber air bersih dapat dari sumur gali atau mata air. Untuk kepentingan konsumsi, air seharusnya dimasak sampai mendidih. B. HASIL PEMBINAAN KELUARGATanggalKegiatan yang dilakukanAnggota keluarga yang terlibatTargetHasil kegiatan

16-07-141. Membina hubungan saling percaya dengan pasien (perkenalan identitas).2. Menanyakan penyebab bintik-bintik dan demam.3. Kontrak dengan pasien untuk pertemuan akan datang.Pasien dan ibu pasien1. Terjalin hubungan baik dengan pasien1. Hubungan interpersonal dengan pasien dan keluarganya baik2. Pasien menepati janjinya

16-07-141. Mengkaji pengetahuan pasien tentang penyakit diare2. Memberikan penjelasan tentang Pengertian diare Penyebab diare Tanda dan gejala Penularan diarePasien, bapak dan ibu pasien.Pengetahuan keluarga pasien mengenai penyakit diare bertambah Pasien mengetahui pengertian, penyebab dan gejala diare

16-07-141. Cara pencegahan diare2. Akibat diare

Pasien, bapak, dan ibu.Pasien dan keluarga melakukan sesuai dengan yang di anjurkanAnjuran dilaksanakan oleh pasien dan keluarganya.

16-07-141. Menganjurkan pasien untuk periksa ke Puskesmas apabila nanti mengalami gejala yang samaPasien, bapak, dan ibu.Pasien dan keluarga melakukan sesuai dengan yang di anjurkanAnjuran dilaksanakan oleh pasien dan keluarganya.

BABTINJAUAN PUSTAKA1. Definisi Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Menurut WHO tahun 1998, diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Sedangkan menurut Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI, definisi diare berbeda pada neonatus dan bayi > 1 bulan serta anak. Neonatus dikatakan diare bila frekuensi BAB >4 kali, sedangkan bayi > 1 bulan dan anak dikatakan diare bila frekuensi BAB > 3 kali.

1. EtiologiDiare secara garis besar dibagi atas radang dan non radang. Diare radang dibagi lagi atas infeksi dan non infeksi. Diare non radang bisa karena hormonal, anatomis, obat-obatan dan lain-lain. Penyebab infeksi bisa virus, bakteri, parasit dan jamur, sedangkan non infeksi karena alergi, radiasi. (Lung. McGraw Hill, 2003).Mekanisme penularan utama untuk patogen diare adalah fecal-oral, dengan air dan makanan yang merupakan penghantar untuk kerjadian terbanyak.Adapun beberapa penyebab diare pada anak yaitu :1. Infeksi1. VirusAda beberapa jenis virus yang dapat menyebabkan diare akut, antara lain Rotavirus (sebanyak 40-60%), Norwalk virus, Adenovirus. Norwalk virus dan Adenovirus sering menyebabkan diare akut pada anak besar dan dewasa, sedangkan Rotavirus sering terjadi pada anak usia dibawah 5 tahun terutama usia dibawah 2 tahun.

1. BakteriAda beberapa bakteri yang menyebabkan diare akut pada anak :1. E.ColiAda 5 subtipe yang menimbulkan diare akut. E. Coli ini merupakan penyebab kedua diare akut setelah Rotavirus dengan frekuensi 20-30%. Subtipe E. Coli tersebut adalah :1. Entero Pathogenic E. Coli (EPEC)1. Entero Toxigenic E. Coli (ETEC)1. Entero Invasive E. Coli (EIEC)1. Entero Hemorrhagic E. Coli (EHEC)1. Entero Aggregative E. Coli (EAEC)1. Shigella1. Campylobacter yeyuni1. Salmonella sp.1. Yersinia1. Vibrio

1. Parasit1. Entamoeba Histolytica.Insidensinya kurang dari 1%1. Giardia Lamblia. Biasanya menyerang anak usia 1-5 tahun.1. Crytosporidium. Di negara berkembang frekuensinya antara 4-115. Sering terjadi pada penderita AIDS.1. Malabsorbsi1. Karbohidrat1. Lemak1. AlergiDiantaranya yaitu :1. Alergi susu1. Alergi makanan1. CMPSE (cows milk protein enteropathy).1. Keracunan1. Imunodefisiensi1. Sebab LainPemberian antibiotik, defek anatomis seperti malrotasi, Hisrchrsprungs disease dan Shor Bowel Syndrome.

1. Cara Penularan dan Faktor RisikoCara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat.Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain : tidak memberikan ASI secara penuh 4 6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan, kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik. Selain hal tersebut beberapa faktor pada penderita dapat meningkatkan kecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain : gizi buruk, imunodefisiensi, berurangnya keasaman lambung, menurunnya motilitas usus dan faktor genetik.

1. PatofisiologiSecara umum diare disebabkan 2 hal yaitu ganggan pada proses absorbs atau sekresi.Terdapat beberapa pembagian diare :1. Pembagian diare menurut etiologi1. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan absorbs dan ganggaun sekresi1. Pembagian diare menurut lamanya diare1. Diare akut berlangsung kurang dari 14 hari1. Diare kronik berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non infeksi1. Diare persisten berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi.

Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus (IDAI, 2010).1. Diare osmotikTerjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi menyebabkan bahan intraluminal pada usus halus bagian proksimal tersebut bersifat hipertonis dan menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan osmosis antara lumen usu dan darah maka pada segmen usus jejunum yang bersifat permeabel, air akan mengalir ke arah lumen jejunum sehingga air akan banyak terkumpul di dalam lumen usus. Natrium akan mengikuti masuk ke dalam lumen, dengan demikian akan terkumpul cairan intraluminal yang besar dengan kadar natrium yang normal. Sebagian kecil cairan ini akan diabsorpsi kembali, akan tetapi lainnya akan tetap tinggal di lumen oleh karena ada bahan yang tidak diserap seperti Mg, Glukose, sukrose, laktose, maltose di segmen ileum dan melebihi kemampuan absorpsi kolon sehingga terjadi diare. Bahan-bahan seperti karbohidrat dari jus buah atau bahan yang mengandung sorbitol dalam jumlah berlebihan akan memberikan dampak yang sama.1. Diare sekretorikDikenal 2 bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu enterotoksin bakteri dan bahan kimia yang dapat menstimulasi seperti laksansia, garam empedu bentuk dihydroxy serta asam lemak rantai panjang.Toksin penyebab diare ini terutama bekerja dengan cara meningkatkan konsentrasi intrasel cAMP, cGMP atau Ca2+ yang selanjutnya akan mengaktifkan protein kinase. Pengaktifan protein kinase akan menyebabkan fosforilasi membran protein sehingga mengakibatkan perubahan saluran ion, akan menyebabkan Cl- di kripta keluar. Di sisi lain terjadi peningkatan pompa natrium, dan natrium masuk ke dalam lumen usus bersama Cl-. Bahan laksatif dapat menyebabkan bervariasi efek pada aktivitas NaK-ATPase. Beberapa diantaranya memacu peningkatan kadar cAMP intraseluler, meningkatkan permeabilitas intestinal dan sebagian menyebabkan kerusakan sel mukosa. Beberapa obat menyebabkan sekresi intestinal. Penyakit malabropsi seperti reseksi ileum, penyakit Crohn dapat menyebabkan kelainan sekresi seperti menyebabkan peningkatan konsentrasi garam empedu, lemak.1. Diare karena gangguan motilitas ususMeskipun motilitas jarang menjadi penyebab utama malabsorpsi tetapi perubahan motilitas mempunyai pengaruh terhadap absorpsi. Baik peningkatan ataupun penurunan motilitas, keduanya menyebabkan diare. Penurunan motilitas dapat mengakibatkan bakteri tumbuh lampau yang menyebabkan diare. Perlambatan transit obat-obatan atau nutrisi akan meningkatkan absopsi. Kegagalan motilitas usus yang berat menyebabkan stasis intestinal berakibat inflamasi, dekonjugasi garam empedu dan malabsopsi. Diare akibat hiperperistaltik pada anak jarang terjadi. Watery diare dapat disebabkan karena hipermotilitas pada kasus kolon irritable pada bayi. Gangguan motilitas mungkin merupakan penyebab diare pada tirotoksikosis, malabsopsi asam empedu dan penyakit lain. Diare ini juga terjadi akibat adanya gangguan pada kontrol otonomik, misal pada diabetik neuropathi, post vagotomi, post reseksi usus serta hipertiroid.1. Diare terkait imunologiDiare terkait iunologi dihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe I, III, dan IV. Reaksi tipe I yaitu terjadi reaksi antara sel mast dengan IgE dan alergen makanan. Reaksi tipe III misalnya pada penyakit gastroenteropati, sedangkan reaksi tipe IV terdapat pada coeliac disease dan protein loss enteropaties.

1. Manifestasi KlinisInfeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya bila terjadi komplikasi ekstra intenstinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala gastrointenstinal bisa berupa diare, kram perut dan muntah sedangkan manifestasi sistematik bervariasi tergantung pada penyebabnya.Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja dengan mengandung sejumlah ion natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektronik ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada pans. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metbolik dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia.kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik,dehidrasi hipertonik(hipernatremik) atau dehidrasi hipotonuik. Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat.Bila terdapat panas dimungkinkan karena peradangan atau akibat dehidrasi.Panas badan umunya terjadi pada penderita dnegan inflammantory diare. Nyeri perut yang lebih hebat dan tenesmus yang terjadi pada perut bagian bawah serta rektum, menunjukkan terkenanya usus besar.Muat dan muntah adalah simptom yang nospsesifik akan tetapi muntah mungkin disebabkan oleh karena organisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas.

Gejala Khas diare akut oleh berbagai penyebabGejala klinikRotavirusShigellaSalmonellaETEECEIECKolera

Mas tunas17-72 jam24-48 jam6-72 jam6-72 jam6-72 jam48-72 Jam

Panas+++++-++-

Mual muntahSeringJarangSering+_Sering

Nyeri peruttenesmusTenesmus kramp[tenesmus-Tenesmus krampKramp

Nyeri kepala-+Kolik---

Lamanya sakit sifat tinja>7 hari3-7 hari2-3 hariVariasi3hari

Frekuensi konsistensi darahSedangSedikit>10x/hrSedikitbanyakSedikitBanyak

Bau5-10x/hrLembekSeringSeringSeringTerusMenerus

WarnaCairSeringLembek kadangCair -Lembek +cair -

LeukositLanguMerah-hijauBusuk+TidakAmais khas

Lain-lainKuning-hijau anorexia+kejang Busuk Kehijauan + sepsis+ tak berwarna MeteorismusMerah-hijau infeksi sistematikSeperti air cucian beras - +

1. Menegakkan Diagnosis1. AnamnesisPada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare, frekuensi,volume, konsitensi tinja,warna, bau ada/tidak lendir dan darah. Bila disertai muntah: volume dan frekuesnsinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalama 6-8 jam terakhir. Makanan dan minuman yang berikan selama diare. Adakan panas atau penyakit lain yang menyertai seperti: batuk,pilek,otitis media,campak.Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare : member oralit, membawa berobat ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan yang diberikan serta riwayat imunisasi.1. Pemeriksaan FisikPada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : Berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya : ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata : cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering basah.Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolic. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillart refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.1. LaboratoriumPemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungtkin diperlukan misalnya penyebab dasarnya tidak dikatahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat.Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut :Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika.Urine : urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika.Tinja :1. MakroskopikTinja yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan oleh enterotoksin virus, protozoa atau infeksi diluar saluran gastrointestinal.Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebabkan infeksi bakteri yang menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus seperti E. histolytica, B. coli, dan T. trichiura. Apabila terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi dengan E. histolytica darah sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi EHEC terdapat garis-garis darah pada tinja. Tinja yang berbau busuk didapatkan pada infeksi dengan Salmonella, Giardia, Cryptosporidium dan Strongyloides.1. MikroskopikLeukosit dalam tinja diproduksi sebagai respon terhadap bakteri yang menyerang mukosa kolon. Leukosit yang positif pada pemeriksaan tinja menunjukkan adanya kuman invasif atau kuman yang memproduksi sitokin seperti Shigella, Salmonella, C. jejuni, C. difficile, Y. enterocolitica, V. parahaemolyticus dan kemungkinan Aeromonas atau P. shigelloides. Leukosit yang ditemukan umumnya adalah PMN kecuali pada S. typhii mononuklear.Kultur tinja harus segera dilakukan bila dicurigai terdapat Hemolytic Uremic Syndrome, diare dengan tinja berdarah, bila terdapat lekosit pada tinja, KLB diare dan pada penderita immunocompromised.

1. Pemeriksaan Penunjang lain1. Pemeriksaan darah: darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai kejang), kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotik.1. Duodenal intubation (biopsi duodenum), untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik yang disebabkan Giardiasis, Strongyloides, dan protozoa yang membentuk spora.

1. PenatalaksanaanDepartemen kesehatan mulai melakukan sosialisasi panduan Tata Laksana pengobatan Diare pada balita yang baru didukung baru didukung oleh ikatan Dokter Anak Indonesia, dengan merujuk pada panduan WHO. Meperbaiki kondisi usus dan menghentikan diare juga menjadi cara untuk mengobati pasien. Untuk itu, Departemen kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanakan diare bagi semua kasus diare yangdiderita anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit, yaitu:1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru1. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut1. ASI dan makanan tetap diteruskan1. Antibiotik selektif1. Nasihat kepada orang tua.

Rehidrasi dengan oralit, dapat mengurangi rasa mual dan muntah.Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatsi dehidrasi. Oralit formula lama dikembangkan dari kejadian luar biasa diare di Asia Selatan yang terutama disebabkan karena disentri, yang menyebabkan berkurangnya lebih banyak elektronik tubuh, terutama natrium. Sedangkan diare yang lebih banyak terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat sanitasi yang lebih baik adalah disebabkan oleh karena virus. Diare karena virus tersebut tidak menyebabkan kekurangan elektronik seberat pada disentri. Karena itu, para ahli diare mengembangkan formula baru oralit dengan tingkat osmolaritas, sehingga kurang menyebabkan risiko terjadinya hiperpatremia. Oralit baru ini adalah oralit dengan osmolaritas yang rendah. Ketentuan pemberian oralit formula baru:1. Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru1. Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk persediaan 24 jam.1. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan ketentuan sebagai berikut:Untuk anak berumur < 2 tahun: berikan 50-100 ml tiap kali BABUntuk 2 tahun atau lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB1. Jika dalam waktu 24 jam persedian larutan oralit masih tersisa maka sisa larutan harus dibuang.Pemberiaan ZincZinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan anak. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut didasarkan pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare.Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak.Dosisi zinc untuk anak-anak:1. Anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg(1/2 tablet) perhari1. Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg(1tablet) per hari.Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari diare. Untuk bayi, tabl;et zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit.

Menurut buku pedoman pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, WHO tahun 2005, penatalaksanaan diare dibagi menjadi 3 rencana terapi yakni rencana terapi A untuk penanganan diare di rumah, rencana terapi B untuk dehidrasi ringan/sedang, terapi C untuk dehidrasi berat.

Rencana Terapi B(Dehidrasi Ringan Sedang)Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan pemberian oral sesuai dengan defisit yang terjadi namun jika gagal dapat diberikan secara intravena sebanyak : 75 ml/kgBB/3jam. Pemberian cairan oral dapat dilakukan setelah anak dapat minum sebanyak 5ml/kgbb/jam. Biasanya dapat dilakukan setelah 3-4 jam pada bayi dan 1-2 jam pada anak . Penggantian cairan bila masih ada diare atau muntah dapat diberikan sebanyak 10ml/kgbb setiap diare atau muntah.Beri tablet zink selama 10 hari dengan dosis yang sama seperti pada rencana terapi A.Yaitu :1. Oralit yang harus diberikan sebagai tambahan bagi kebutuhan cairannya sehari-hari :0. < 2 tahun : 50-100 ml tiapkali BAB0. >2 tahun : 100-200ml tiap BAB1. Beri tablet ZinkPada anak berumur 2 bulan ke atas, beri tablet zink selama 10 hari dengan dosis1. Umur < 6 bulan : tablet (10 mg) per hari1. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari

Meskipun belum terjadi dehidrasi berat tetapi bila anak sama sekali tidak bisa minum oralit mislanya karena anak muntah profus, dapat diberikan infus dengan intravena secepatnya.Berikan 70 ml/kg BB cairan RL / Ringer Asetat (atau jika tak tersedia, gunakan larutan NaCl) yang dibagi sebagai berikut :1. Bayi (dibawah 12 bulan) : 70 ml/kgBB/5 jam1. Anak (12 bulan sampai 5 tahun) : 70 ml/kgBB/2,5 jam(Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, WHO, 2009)

Amati Anak dengan Seksama dan Bantu Ibu Memberikan Oralit1. Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan1. Tunjukkan cara memberikannya sesendok teh tiap 12 menit untuk anak < 2 tahun, beberapa teguk dari cangkir untuk anak yang lebih tua1. Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah1. Bila anak muntah tunggu 10 menit dan kemudian teruskan pemberian oralit tetapi lebih lambat, misalnya sesendok tiap 23 menit1. Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masak atau ASI. Beri oralit sesuai Rencana Terapi A bila pembengkakan telah hilang

Setelah 34 jam, Nilai kembali Anak Menggunakan Bagan Penilaian, Kemudian Pilih Rencana Terapi A,B atau C untuk Melanjutkan Terapi1. Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi telah hilang, anak biasanya kencing dan lelah kemudian mengantuk dan tidur1. Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi Rencana Terapi B tetapi tawarkan makanan, susu dan sari buah seperti Rencana Terapi A1. Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi C.

Bila Ibu Harus Pulang Sebelum Selesai Rencana Terapi B 1. Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah1. Berikan bungkus oralit untuk rehidrasi dan untuk 2 hari lagi seperti dijelaskan dalam rencana terapi A1. Tunjukkan cara menyiapkan oralit1. Jelaskan 3 cara dalam Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah1. Memberikan oralit atau cairan lain hingga diare berhenti1. Member makan anak1. Membawa anak ke petugas kesehatan bila perlu.

AntibiotikAntibiotika pada umummya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karena sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak dapat dibunuh dengan antibiotika. Hanya sebagian kecil (10-20 %) yang disebabkan oleh bakteri patogen seperti V.cholera, Shigella, Enterotoksigenik E.Coli, Salmonella, Camphylobacter dan sebagainya.

ProbiotikProbiotik diberi batas sebagai mikroorganisme hidup dalam makanan yang difermentasi yang menunjang kesahatan melalui terciptanya keseimbangan mikroflora intestinal yang lebih baik. Pencegahan diare dapat dilakukan dengan pemberian probiotik dalam waktu yang panjang terutama untuk bayi yang tidak minum ASI. PrebiotikPrebiotik bukan merupakan mikroorganisme akan tetapi bahan makanan. Umumnya kompleks karbohidrat yang bila dikonsumsi dapat merangsang pertumbuhan flora intestinak yang menguntungkan kesehatan.Diet pada DiarePasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat. Pasien dianjurkan minum minuman sari buah, teh, minuman tidak bergas, makanan mudah dicerna seperti pisang, nasi, keripik, dan sup. Susu sapi harus dihindarkan karena adanya defisiensi lactase transien yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri.

1. Komplikasi1. Dehidrasi1. Hipoglikemi1. Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik)Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernapasan yakni pernapasan cepat, teratur dan dalam yang disebut pernapasan Kusmaul. Pernapasan ini merupakan homeostasis respiratorik yaitu usaha dari tubuh untuk mempertahankan pH darah. (Suraatmaja, 2005)1. Gangguan elektrolit1. HipernatremiaPenderita diare dengan natrium plasma > 150 mmol/L memerlukan pemantauan berkala yang ketat. Tujuannya adalah menurunkan kadar natrium secara perlahan-lahan. Penurunan kadar natrium plasma yang cepat sangat berbahaya oleh karena dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau nasogastik meenggunakan oralitadalah cara terbaik dan paling aman.Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan cairan 0,45% saline 55 dextrose selama 8 jam. Hitung kebutuhan cairan menggunakan berat badan tanpa koreksi. Periksa kadar natrium plasma setelah 8 jam. Bila normallanjutkan dengan rumatan, bila sebaliknya lanjtukan 8 jam lagi dan periksa kembali natrium plasma setelah 8 jam. Untuk rumatan gunakan 0,18% saline 5% dextrose, perhitungkan untuk 24 jam. Tambahkan 10 mmol KCl pada setiap 500 ml cairan infus setelah pasien dapat kencing. Selanjutnya pemberian diet normal dapat mulai diberikan. Lanjutkan pemberian oralit 10ml/kgBB/setiap BAB, sampai diare berhenti.1. HiperkalemiaDisebut hiperkalemia jika K > 5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v pelan-pelan dalam 5-10 menit dengan monitor detak jantung.1. HipokalemiaDikatakan hipokalemia bila K < 3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menurut kadar K : jika kadar kalium 2,5-3,5 mEq/L diberikan peroral 75 mcg/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Bila < 2,5 mEq/L maka diberikan secara intravena drip (tidak boleh bolus) diberikan dalam 4 jam.Dosisnya : (3,5 - kadar K terukur x BB x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam) diberikan dalam 4 jam, kemudian 20 jam berikutnya adalah (3,5 - kadar K terukur x BB x 0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB)Hipokalemia dapat menyebabkan kelemahan otot, paralitik ileus, gangguan fungsi ginjal dan aritmia jantung. Hipokalemia dapat dicegah dan kekurangan kalium dapat dikoreksi dengan menggunakan oralit dan memberikan makanan yang kaya kalium selama diare dan sesudah diare berhenti. 1. Kejang1. Gangguan sirkulasiSebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan/syok hipovolemik.

1. PencegahanUpaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara :1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diareKuman kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal oral. Pemberian ASI yang benar1. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI1. Penggunaan air besih yang cukup1. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air basar dan sebelum makan1. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga1. Membuang tinja bayi yang benar.1. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu1. Memberikan ASI paling tidak sampai usia 2 tahun1. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan member makan dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak.

BAB 7KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan 1. Pasien An. A menderita diare dengan tipe disentriform yang berlangsung akut, disebabkan oleh faktor risiko kebiasaan pasien terutama sering jajan sembarangan dan faktor kebersihan yang kurang diantaranya jarang mencuci tangan sebelum atau sesudah makan.

b. SaranUntuk mengatasi kasus yang diderita pasien maka harus :1. Menerima penyakitnya dengan lapang dada dan berusaha menyembuhkannya.2. Diare merupakan penyakit infeksi yang masih sering terjadi di masyarakat, sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus.3. Tidak jajan disembarang lagi. Pasien makan-makanan yang terjamin kebersihan dan kesehatannya.4. Meningkatkan gizi pasien yaitu dengan suplai makanan tinggi kalori tinggi protein.

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000.Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI; 2007. Garna H, Melinda H. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi ke-3. Bandung: Bag. Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD RS Dr. Hasan Sadikin. 2005.

DOKUMENTASI

Foto Pemeriksaan Pasien yang dilakukan di Puskesmas

Foto Home Visit Pasien

Foto Kondisi Rumah Pasien