LAPKAS Bedah Plastik

35
Laporan Kasus LUKA BAKAR DISUSUN OLEH : ABDUL HAMID AMIR LUBIS 110100190 WYNNE PUTRADANA 110100293 DEVINQA ADHIMAH AMANDA 110100155 DAHLIANA JESSICA ARISTY 110100196 ABDURRAHMAN HUZAIFI LUBIS 110100021 JESSELYN ANGELLEE 110100054 IDA KATARINA 110100059 RONI ABIMANYU 110100181 HELENA HOTMONICA HASTUTY 110100268

description

Laporan Kasus Bedah Plastik (Luka Bakar)

Transcript of LAPKAS Bedah Plastik

Page 1: LAPKAS Bedah Plastik

Laporan Kasus

LUKA BAKAR

DISUSUN OLEH :

ABDUL HAMID AMIR LUBIS 110100190

WYNNE PUTRADANA 110100293

DEVINQA ADHIMAH AMANDA 110100155

DAHLIANA JESSICA ARISTY 110100196

ABDURRAHMAN HUZAIFI LUBIS 110100021

JESSELYN ANGELLEE 110100054

IDA KATARINA 110100059

RONI ABIMANYU 110100181

HELENA HOTMONICA HASTUTY 110100268

Page 2: LAPKAS Bedah Plastik

2

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

DEPARTEMEN ILMU BEDAH UMUM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

RSUP HAJI ADAM MALIK

MEDAN

2016

DAFTAR ISI

Halaman Judul..........................................................................................................................i

Daftar Isi...................................................................................................................................ii

Bab 1 Tinjauan Pustaka..........................................................................................................1

1.1 Definisi................................................................................................................................1

1.2. Epidemiologi......................................................................................................................1

1.3. Etiologi...............................................................................................................................1

1.4. Patofisiologi ......................................................................................................................3

1.7. Diagnosis............................................................................................................................4

1.8. Penatalaksanaan.................................................................................................................8

1.9. Komplikasi.......................................................................................................................14

1.10.Prognosis..........................................................................................................................15

Bab 2 Status Pasien................................................................................................................16

Bab 3 Kesimpulan................................................................................................................ 19

Daftar Pustaka.......................................................................................................................20

Page 3: LAPKAS Bedah Plastik

3

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Definisi

Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak

dengan sumber panas seperti korban api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh

(flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat

sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn).1

1.2. Epidemiologi

Luka bakar yang diakibatkan unsur ketidaksengaan maupun kesengajaan

bervariasi. Kejadian luka bakar paling sering terjadi di rumah, dengan aktivitas

memasak sebagai faktor penyebab paling umum. Luka bakar pada anak-anak

terjadi lebih sering di rumah (84%) dan ketika anak-anak tidak diawasi (80%).

Orang dewasa baik pria maupun wanita biasanya mengalami luka bakar saat

berada di rumah, di luar rumah, maupun saat kerja. Luka bakar pada wanita

dewasa paling umum terjadi saat berada di rumah, dan pada pria dewasa

umumnya terjadi di luar rumah atau di lokasi kerja. Lansia biasanya mengalami

Page 4: LAPKAS Bedah Plastik

4

luka bakar di kamar mandi dan dapur sebagai kejadian tersering. Konflik

bersenjata juga dapat meningkatkan insidensi luka bakar.2

1.3. Etiologi

1. Trauma Termal

Air mendidih (scalds). Hingga 70% luka bakar pada anak

disebabkan air panas. Air mendidih menyebabkan luka

bakar derajat IIa hingga derajat IIb.

Api (flame). Sering berhubungan dengan trauma inhalasi.

Biasanya menyebabkan trauma derajat IIb atau derajat III.

Kontak benda panas (contact). Biasanya terjadi pada pasien

epilepsi, akibat pengaruh alkohol atau obat-obatan

terlarang, atau pada kecelakaan di area industri. Juga sering

pada pasien tua dengan penurunan kesadaran sehingga

menyebabkan kontak dengan objek panas. Kontak tersebut

biasanya menyebabkan luka bakar derajat IIb atau derajat

III.

2. Trauma Radiasi

Paling umum terjadi akibat pajanan yang terlalu lama terhadap

sinar ultraviolet (sunburn).

3. Trauma Elektrik

Biasanya arus listrik akan membuat jalur dengan membentuk satu

titik masuk dan keluar dan jaringan diantara kedua titik tersebut

akan mengalami jejas seketika. Jumlah panas yang masuk

menentukan derajat kerusakan jaringan. Dapat dihitung dengan

0,24 x (tegangan listrik, dalam volt)2 x resistensi listrik. Tampak

bahwa tegangan menjadi faktor utama derajat kerusakan jaringan.

Trauma listrik dapat dibagi menjadi tiga, antala lain :

Listrik setempat. Terkena tegangan rendah yang

menyebabkan luka kecil namun dalam. Dapat mengganggu

siklus jantung dan menyebabkan aritmia.

Page 5: LAPKAS Bedah Plastik

5

True high tension injuries (trauma tegangan tinggi

sesungguhnya). Terkena tegangan >1.000V dapat

menyebabkan kerusakan jaringan yang luas hingga

menyebabkan kehilangan ekstremitas. Kerusakan otot dapat

menyebabkan rabdomiolisis hingga gagal ginjal. Resusitasi

dan debridement segera dan agresif sangat dibutuhkan.

Kontak dengan tegangan >70.000V dapat berakibat fatal.

Flash injury terjadi ketika terdapat percikan api dari sumber

tegangan tinggi yang menyebabkan luka superfisial pada

bagian tubuh yang terpajan, biasanya pada tangan dan

wajah. Pada kasus ini tidak terdapat aliran listrik yang

mengalir langsung ke tubuh pasien.

Bagian terpenting dari trauma listrik adalah mengamati jantung.

Apabila gambaran EKG saat kunjungan normal dan tidak ada

riwayat penurunan kesadaran, pengamatan jantung tidak

dibutuhkan. Namun bila ada, sebaiknya dilakukan monitor dalam

24 jam.

4. Trauma Kimia

Dapat terjadi di area industry atau rumah tangga. Pada umumnya

luka bakar bersifat dalam karena selama agen korosif masih kontak

dengan kulit, ia akan terus berlanjut mengakibatkan nekrosis

koagulatif. Bahan yang bersifat alkali mengakibatkan penetrasi

yang lebih dalam dan menyebabkan luka bakar yang lebih buruk

daripada bahan yang bersifat asam.1,3

1.4. Patofisiologi

Luka bakar menghasilkan respon lokal dan respon sistemik. Pada respon

lokal, luka bakar mengakibatkan denaturasi protein dan nekrosis koagulatif.1

Terdapat tiga zona luka bakar (Jackson, 1947) :

1. Zona koagulasi, dimana hal ini terjadi pada kerusakan maksimum, terdapat

kehilangan jaringan yang ireversibel.

Page 6: LAPKAS Bedah Plastik

6

2. Zona stasis, dimana zona ini mengalami penurunan perfusi jaringan.

Resusitasi pada luka bakar bertujuan untuk meningkatkan perfusi jaringan

pada zona ini dan mencegah kerusakan jaringan menjadi ireversibel.

3. Zona hiperemia, dimana pada zona ini perfusi jaringan meningkat.

Jaringan pada zona ini akan mengalami perbaikan kecuali jika terdapat

sepsis berat ataupun hipoperfusi yang berkepanjangan.

Ketiga zona ini adalah tiga dimensi, dan kehilangan jaringan pada zona stasis akan

menyebabkan jaringan luka semakin dalam dan semakin luas.3

Pelepasan sitokin dan mediator inflamasi pada lokasi luka bakar memiliki

efek sistemik jika luka bakar mencapai 30% dari total luas permukaan tubuh.

Respon sistemik yang dapat terjadi antara lain :

1. Perubahan Kardiovaskular

Permeabilitas kapiler meningkat, yang mengakibatkan kehilangan protein

intravaskular dan cairan ke kompartemen interstitial. Terjadi

vasokonstriksi arteri-arteri di perifer dan splanknik. Kontraktilitas

myokardiak menurun, yang mungkin diakibatkan oleh dikeluarkannya

tumor necrosis factor . . Perubahan ini, disertai dengan kehilangan cairan

dari jaringan luka bakar, dapat menyebabkan hipotensi sistemik dan

berujung pada hipoperfusi organ.

2. Perubahan Respiratorik

Mediator inflamasi menyebabkan vasokonstriksi, dan pada luka bakar

berat dapat terjadi respiratory distress syndrome.

3. Perubahan Metabolik

BMR meningkat hingga tiga kali lipat dari BMR normal. Hal ini jika

disertai hipoperfusi splanknik, membutuhkan suplai enteral yang segera

dan agresif untuk menurunkan katabolisme dan mempertahankan

integritas usus.

4. Respon imunologik

Page 7: LAPKAS Bedah Plastik

7

Terjadi down regulation non-spesifik pada system imun baik selular

maupun humoral.3

1.5. Diagnosis

1.5.1. Anamnesis

Anamnesis penyebab luka bakar sangat berguna dalam penentuan

penanganan luka bakar. Luka bakar dapat disebabkan oleh api, cairan panas,

bahan kimia, uap panas, ledakan, dan sebagainya. Penting juga diketahui lamanya

dan lokasi pajanan. Mekanisme cedera yang berhubungan juga perlu ditanyakan,

misalnya ledakan, jatuh, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Trauma akibat

ledakan dapat menghasilkan proyektil yang menyebabkan fraktur maupun

kerusakan organ dalam. Pasien dengan keluhan sakit kepala atau pusing dan

menderita luka bakar karena api, harus dipertimbangkan keracunan karbon

monoksida.

Luka bakar terjadi pada usia ekstrem dapat membawa komorbiditas dan

mortalitas lebih besar. Perhatian terhadap usia <3 atau >60 tahun, karena imunitas

kurang dibanding usia lainnya. Wajah, kepala, tangan, kaki, dan perineum (area

primer) memerlukan perhatian khusus. Penyakit penyerta, alergi, dan konsumsi

obat-obatan dan alkohol terakhir juga perlu ditanyakan.4,5

1.5.2. Kedalaman Luka Bakar

Derajat 1

Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis. Kulit tampak kemerahan.

Nyeri hilang dalam 48-72 jam. Sembuh tanpa cacat.

Derajat 2

Kerusakan mengenai seluruh epidermis disertai sebagian dermis, terasa

nyeri, kulit kemerahan, edematous, timbul bulae. Luka bakar derajat 2

dibagi 2 jenis, yaitu :

Superfisial

Page 8: LAPKAS Bedah Plastik

8

Kulit kemerahan, edematous, timbul bulae, nyeri. Banyak sel basal

selamat, alat-alat di bagian dermis baik, pelebaran pembuluh darah.

Sembuh dalam 2 minggu dengan tanpa atau parut minimal.

Dalam

Kerusakan jaringan epidermis dan sebagian dermis, masih basah

tapi tampak pucat, nyeri kurang dibandingkan derajat 2 superfisial.

Dapat sembuh dalam beberapa minggu hingga beberapa bulan

disertai jaringan parut.

Derajat 3

Kerusakan seluruh lapisan dermis atau lebih dalam. Tampak epitel

terkelupas dan, daerah putih karena koagulasi protein dermis. Dermis yang

terbakar akan mengering dan menciut disebut eskar. Tidak ada perfusi

darah dan tidak ada sensasi rasa nyeri. Penyembuhan spontan tidak

mungkin terjadi. Setelah minggu kedua tampak jaringan granulasi yang

harus ditutup dengan skin graft, bila dibiarkan akan terjadi kontraktur

(jaringan parut yang menebal dan menyempit).4,5,6

Page 9: LAPKAS Bedah Plastik

9

1.5.3. Luas Luka Bakar

Presentasi dari total area permukaan tubuh yang terbakar (TBSA). Untuk

memudahkan perhitungan, satu telapak tangan pasien adalah 1 3/4 % TBSA.

Perhitungan berdasarkan “Rule of Nine” (Wallace) :

Kepala, leher : 9%

Lengan, tangan : 2 x 9%

Paha, betis, kaki : 4 x 9%

Dada, perut, punggung, bokong : 4 x 9%

Genitalia : 1%

Page 10: LAPKAS Bedah Plastik

10

Gambar Petunjuk praktis diatas berguna untuk mengevaluasi keparahan dari luka bakar dan menentukkan manajemen cairan. Tubuh orang dewasa secara umum dibagi atas bagian permukaan tubuh yakni 9% setiap fraksinya.

Penilaian berbeda pada anak karena ukuran kepala dan kedua tungkai berbeda.

Anak 9 tahun

Kepala : 14%

Tungkai, kaki : 16%

Bagian lain sama dengan dewasa

Bayi 1 tahun

Kepala, leher : 18%

Page 11: LAPKAS Bedah Plastik

11

Tungkai, kaki : 14%

Bagian lain sama dengan dewasa

Cara perhitungan lain dengan menggunakan Lund dan Browder Chart, mungkin

lebih tepat, tapi sukar dipakai sebagai acuan dalam praktek sehari-hari.4,5,6

Gambar Petunjuk praktis diatas berguna untuk mengevaluasi keparahan dari luka bakar dan menentukkan manajemen cairan. Tubuh anak memiliki perbedaan pada kepala dan ekstremitas.

1.5.4. Pembagian Berat Luka Bakar

Berat/kritis

Derajat 2 lebih dari 25%

Derajat 3 lebih dari 105 Atau terdapat pada muka, kaki, tangan

Luka bakar disertai trauma jalan napas atau jaringan lunak luas, atau

fraktur

Luka bakar akibat listrik

Sedang

Derajat 2 : 15-25%

Derajat 3 kurang dari 10%, kecuali muka, kaki, tangan

Ringan

Page 12: LAPKAS Bedah Plastik

12

Derajat 2 kurang dari 15%5

1.6. Penatalaksanaan

Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh, misalnya

dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan

pasokan oksigen pada api yang menyala. Korban dapat mengusahakannya dengan

cepat menjatuhkan diri dan berguling agar bagian pakaian yang terbakar tidak

meluas.8

Pertolongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah merendam

daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir selama

sekurang-kurangnya lima belas menit. Upaya pendinginan ini, dan upaya

mempertahankan suhu dingin pada jam pertaa akan mengentikan proses koagulasi

protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi yang akan berlangusng walaupun

api telah dipadamkan, sehinggan destruksi tidak meluas.8

Pada luka bakar ringan, prinsip penanganan utama adalah mendinginkan

daerah yang terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-

sisa sel epitel untuk berproliferasi, dan menutup permukaan luka. Luka dapat

dirawat secara tertutup atau terbuka.8

Pada luka bakar luas dan dalam, pasien harus segera dibawa ke rumah

sakit terdekat yang punya tenaga terlatih dan unit luka bakar yang memadai untuk

penangan luka bakar tersebut. Dalam perjalaanan penderita sudah dilengkapi

dengan infus dan penutup kain yang bersih serta mobil ambulans atau sejenisnya

yang bisa membawa penderita dalam posisi tidur.8

Walaupun terdapat trauma penyerta, luka bakarlah yang paling berpotensi

menimbulkan mortalitas dan morbiditas. Jika trauma penyerta yang lebih

berpotensi tinggi menimbulkan mortalitas dan morbiditas, pasien distabilkan

terlebih dahulu di trauma centre sebelum ditransfer ke unit luka bakar.8

Pada luka bakar berat, selain penangan umum seperti pada luka bakar

ringan, kalau perlu, dilakukan resusitasi segera bila penderita menunjukkan gejala

Page 13: LAPKAS Bedah Plastik

13

syok. Bila penderita menunjukkan gejala terbakarnya jalan napas, diberikan

campuran udara lembab dan oksigen. Kalau terjadi edema laring, dipasang pipa

endotrakea atau dibuat trakeostomi. Trakeostomi berfungsi untuk membebaskan

jalan napas, mengurangi dead space, dan memudahkan pembersihan jalan napas

dari lendir atau kotoran. Bila ada dugaan keracunan CO, segera diberikan oksigen

murni.8

Luka akibat asam hidrofluorida perlu dilavase (cuci bilas) sebanyak-

banyaknya dan diberi gel kalsium glukonat topikal. Pemberian kalsium sistemik

juga diperlukan karen aasam hidrofluorida mengendapkan kalsium pada luka

bakar.8

Primary Survey dan Resusitasi

Primary survey dan resusitasi pada pasien dengan luka bakar berfokus pada jalan

napas, pernapasan dan sirkulasi.

Jalan napas

Edema laring dapat terjadi dalam 24-48 jam pertama setelah terhisap asap

atau uap panas sehingga memerlukan penanganan segera agar tidak serjadi

obstruksi jalan napas dan henti napas. Selain itu perlu diperhatiakn tanda-

tanda obstruksi jalan napas seperti stridor, mengi, suara serah sehingga

tindakan intubasi dapat segera dilakukan karena keterlambatan melakukan

penilaian dapat menyebabkan terjadinya intubasi yang sulit. Bila

ditemukan rmabut hangus terbakar, wajah terbakar, serak, disfoni, batuk,

jelaga di mulut dan hidung, tanpa disertai distres napas, harus dicurigai

kemungkinan adanya edema yang mengancam di jalan napas atas dan

bawah.2

Pernapasan

Penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi perlu dilakuakn denhan

melihat usaha napas, ekspansi dada, suara napas dan adanya sianosis.

Page 14: LAPKAS Bedah Plastik

14

Pulse oksimetri dapat digunakan untuk melihat saturasi seseorang dengan

luka bakar2

Hipoksia biasanya berhubungan erat dengan trauma inhalasi, ventilasi

yang tidak adekuat dikarenakan luka melingkar pada dada. Pemberian

oksigen dengan atau tanpa intubasi harus segera diberikan.6

Harus selalu mencurigai paparan terhadap CO pada pasien yang terkena

luka bakar pada area yang tertutup. Diagnosis pada keracunan CO diawali

dengan riwayat paparan dan pengukuran langsung dengan

carboxyhemoglobin (HbCO). Pasien dengan level CO kurang dari 20%

biasanya tanpa gejala, tetapi pasien dengan level CO yang lebih tinggi

dapat menunjukkan tanda:6

Sakit kepala dan mual

Kebingungan

Koma

Kematian

Pasien dengan keracunan CO diberikan oksigen murni 100%.

Sirkulasi

Gangguan sirkulasi dengan penilaian berupa kesadaran, nadi, warna kulit,

waktu pengisian kapiler dan suhu ektermitas. Pemberian cairan intravena

bertujuan untuk memperbaiki hipovolemi akibat dari kebocoran kapiler

kulit yang terluka. Kebocoran kapiler lokal dan sistemik dapat terjadi

secara proporsional sesuai dengan luas dan kedalaman luka bakar.

Perhitungan luasnya permukaan luka bakar dengan menggunakan rule of

nine9

Pemberian Cairan Intravena8

Page 15: LAPKAS Bedah Plastik

15

Sebelum infus diberikan, luas dan dalamnya luka bakar harus ditentukan

secara teliti. Kemudian juamlah cairan infus yang akan diberikan dihitung.

Ada beberapa cara untuk mengitung kebutuhan cairan ini.

Cara evans adalah sebagai berikut: 1) luas luka dalam persen x berat badan

dalam kg menjadi mL NaCl per 24 jam; 2) luas luka dalam persen x berat

badan dalam kg menjadi mL plasma per 24 jam. Keduanya merupakan

pengganti cairan yang hilang akibat udem. Plasma diberikan untuk

mengganti plasma yang keluar dari pembuluh dan meninggikan tekanan

osmosis sehingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali

cairan yang telah keluar, 3) Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat

penguapan, diberikan 2000 cc glukosa 5% per 24 jam.

Separuh jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan

dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah

cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari

kedua. Penderita mula-mula dipuasakan karena peristalsis usu terhambat

pada keadaan prasyok, dan mulai diberikan minum segera setelah fungsi

usus normal kembali. Kalau diuresis pada hari ketiga memuaskan dan

penderuta dapat minum tanpa kesulitan, infus dapat dikurangi, bahkan

dihentikan.

Cara lain yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan

rumus Baxter, yaitu luas luka bakar dalam persen x berat badan dalam kg

x 4 mL larutan Ringer.

Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya

diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan kristaloid yaitu

larutan ringer laktat. Hari kedua diberikan setengah cairan hari pertama.

Pemberian cairan dapat ditambah (jika perlu), misalnya pada pendrita

dalam keadaan syok, atau jika diuresis kurang. Untuk itu, pemantauan

yang ketat sangat penting, karena fluktuasi perubahan keadaan sangat

cepat terutama pada fase awal luka bakar.

Page 16: LAPKAS Bedah Plastik

16

Initnya, status hidrasi penderita luka bakar luas harus dipantau terus

menerus. Keberhasilan pemberian cairan dapat dilihat dari diuresis normal

yaitu sekurang-kurangnya 1000-1500mL/24jam atau 1mL/kgBB/jam dan

3mL/kgBB/jam pada pasien anak. Yang penting juga adalah pengamatan

apakah sirkulasi normal atau tidak.

Besarnya kehilangan cairan pada luka bakar luas disertai resusitasi yang

tidak betul dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.

Hiponatremia sebagai gejala keracunan air dapat menyebabkan udem otak

dengan tanda kejang. Kekurangan ion K akibat banyaknya kerusakan sel

dapat diketahui dari EKG yang menunjukkan depresi segmen ST atau

gelombang U. Ketidakseimbangan elektrolit ini juga harus dikoreksi

namun bukan menjadi prioritas utama dalam resusitasi cairan emergensi

manajamen primer pasien trauma

Kontrol infeksi dan penanganan nyeri

Antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Yang

banyak dipakai adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap

pseudomonas. Bila ada infeksi, antibiotik diberikan berdasarkan hasil biakan dan

uji kepekaan kuman.8

Untuk mengatasi nyeri, paling baik diberiakn opiat melalui intavena dalam dosis

serendah mungkin yang menghasilkan analgesia yang adekuat namun tanpa

disertao hipotensi.8

Selanjutnya, diberikan pencegahan tetanus berupas ATS dan/atau toksoid.

Nutrisi

Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan

nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2500-3000 kalori

sehari denga kadar protein tinggi.8

Page 17: LAPKAS Bedah Plastik

17

Pada masa kini, tiap unit luka bakar sudah menerapkan pemberian dini nutrisi

enteral melalui selang nasogastrik untuk mencegah terjadinya ulkus Curling dan

memenuhi kebutuhan status hipermetabolsiem yang tarjadi pada fase akut luka

bakar. Nutrisi enteral ini diberikan melalui selang nasogastrik yang sekaligus

berfungsi untuk mendekompresi lambung.8

Penderita yang sudah mulai stabila keadaanya memerlukan fisioterapi untuk

memperlancar peredaran darah dan mecegah kekauan sendi.8

Perawatan luka bakar

Tujuan utama dari perawatan luka bakar adalah untuk mengurangi kehilangan

cairan, mencegah pengeringan kulit yang masih layak, mempercepat

penyembuhan dan mencegah terjadinya infeksi. Tatalaksana awal luka bakar

adalah melakukan pembersihan dan membuang jaringan yang. Eksisi dan skin

graft pada luka bakar yang dalam menjadi pilihan yang utama walaupun belum

ada penelitian terkontrol yang membuktikannya.9

Luka bakar derajat satu dan dua menyisakan elemen epitel berupa kelenjar

sebasea, kelenjar keringat, atau pangkal rambut, dapat diharapkan sembuh sendiri,

asal dijaga supaya elemn epitel tersebut tidak hancur atau rusak karena infeksi.

Pada luka lebih dalam perlu diusahakan secepat mungkin membuang jaringan

kulit yang mati dan memberi obat topikal yang daya tembusnya tinggi sampai

mencapai dasar jaringan mati. Perawatan setempat dapat dilakukan secara terbuka

atau tertutup.8

Masih banyak kontroversi dalam pemakaian obat-obatan topikal, tetapi yang

penting obat topikal tersebut membuat luka bebas infeksi, mengurangi rasa nyeri,

bisa menembus eskar dan mempercepat epitelisasi. Ada beberapa jenis obat yang

dianjurkan seperti golongan silver sulfadiazine dan yang terbaru MEBO (moist

exposure burn ointment).8

Obat topikal yang dipakai dapat berbentuk larutan salep atau krim. Antibiotik

dapat diberikan dalam bentuk sediaan kasa. Antiseptik yang dipakai adalah

Page 18: LAPKAS Bedah Plastik

18

yodium povidon atau nitras-argenti 0,5%. Kompres naras-argenti yang selalu

dibasahi tiap 2 jam efektif sebagai bakteriostatik untuk semua kuman. Obat ini

mengendap sebagai garam sulfida atau klorida yang memberi warna hitam

sehingga mengotori semua kain. Krim silver sulfadiazine 1% sangat berguna

karena bersifat bakteriostatik, mempunyai daya tembus yang cukup, efektif

terhadap semua kuman, tidak menimbulkan resistensi dan aman. Krim ini

dioleskan tanpa pembalut, dan padat dibersihkan dan diganti setiap hari.8

Keuntungan perawatan terbuka adalah mudah dan murah. Permukaan luka yang

selalu terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang.

Kerugiannya, bila digunakan obat tertentu, misalnya nitras-argenti, alas tidur

menjadi kotor.8

Perawatan tertutup dilakukan dengan memberikan balutan yang dimaksudkan

untuk menutup luka dari kemungkinan kontaminasi, tetapi tutupnya sedemikian

rupa sehingga masih cukup longgar untuk berlangsungnya penguapan.

Keuntungan perawatan tertutup adalah luka tampak rapi, terlindung, dan enak

bagi penderita. Hanya, diperlukan tenaga dan dana lebih banyak karena

dipakainya banyak pembalut dan antisepsis. Kadang suasana luka yang lembab

dan hangat memungkinkan kuman untuk berkembang biak. Oleh karena itu, bila

pembalut melekat pada luka, tetapi tidak berbau sebaiknya jangan dilepaskan,

tetapi ditunggu sampai terlepas sendiri.8

Tindakan Bedah

Pemotongan eskar atau eskaratomi dilakukan pada luka bakar derajat tiga yang

melingkar pasa ekstremitas atau tubuh karena pengerutan keropeng dan

pembengkakan yang terus berlangusng dapat mengakibatkan penjepitan yang

membahayakan sirkulasi sehinggan bagian distal bisa mati. Tanda dini penjepitan

adalah nyeri, kemudian kehilangan daya rasa sampai kebas pada ujung-ujung

distal. Keadaan ini harus cepat ditolong dengan membuat irisan memanjang yang

membuka keropeng sampai penjepitan terlepas.8

Page 19: LAPKAS Bedah Plastik

19

Debridemen diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan

jalan eksisi tangensial. Tindakan ini dilakukan sesegera mungkin setelah keadaan

penderita menjadi stabil karena eksisi tangensial juga menyebabkan perdarahan.

Biasanya eksisi dini ini dilakukan pada hari ke-3 sampai ke-7, dan pasti boleh

dilakukan pada hari ke-10. Eksisi tangensial sebaiknya tidak dilakukan lebih dari

10% luas permukaan tubuh, karena dapat terjadi perdarahan yang cukup banyak.8

Luka bakar yang telah dibersihkan atau luka granulasi dapat ditutup dengan skin

graft yang umumnya diambil dari kulit penderita sendiri. Penutupan luka bakar

dengan bahan biolohis seperti kulit mayat atau kulit binatang atau amnion

manusia dapat dilakukan jika terdapat keterbatasan luas kulit penderita. Walaupun

kemungkinan ditolak, bahan tersebut dapay berfungsi sementara untuk sebagai

pengjalang penguapan berlebihan, pencegahan infeksi yang lebih parah dan

mengurangi nyeri. Namun, sedikit demi sedikit penutupan sementara ini harus

diganti dengan kulit penderita sendiri sebagai penutup permanen.8

Sebaiknya pada penderita luka bakar derajat dua dalam dan derajat tiga dilakukan

skin grafting untuk mencegah terjadinya keloid dan jaringan parut yang

hipertropik. Sking grafting dapat dilakukan sebelum hari kesepuluh, yaitu

sebelum timbulnya jaringan granulasi.8

Saat ini telah banyak terdapat material pengganti kulit (skin subtitute) yang dapat

digunakan jika skin grafting tidak bisa dilakukan. Skin subtitute ini antar lain

integra, aloderm dan dermagraft. Aloderm adalah dermis manusia yang elemen-

elemen epitelnya telah dibuang sehingga secara teoritis bersifar bebas antigen dan

berfungsi sebagai kerangka pengganti dermis. Dermagraft merupakan hasil

pembiakan fibroblas neonatus yang digabung dengan membran silikon, kolagen

babi dan jaring nilon. Setelah dua minggu, membran silikon dikelupas dan

digantikan dengan STSG (split thickness skin graft). Integra merupakan analog

dermis yang terbuat dari lapisan kolagen dan kondroitin ditambah lapiran silikon

tipis.8

Page 20: LAPKAS Bedah Plastik

20

1.7. Komplikasi

Syok hipovolemik

Hypothermia

Pneumonia berhungan dengan ventilator

Edema laring

Acute respiratory distress syndrome

Keracunan metabolic (CO, HCN)

Compartment syndrome (abdomen, thoraks, maupun ekstremitas)

Deep vein thrombosis dan emboli paru

Gagal ginjal akut

Infeksi akibat kateterisasi urin

Sepsis

MODS

Skar

Kontraktur (pemendekkan dan pengetatan ligament, sendi, otot,

ataupun kulit)4,7

1.8. Prognosis

Untuk mengukur prognosis penderita luka bakar dapat menggunakan Baux

Score (mortalitas sebanding dengan %TBSA). Namun dengan meningkatnya

kualitas penanganan luka bakar, Baux score tidak lagi akurat. Umur, ukuran luka

bakar, dan trauma inhalasi menjadi indikator terpenting pada mortalitas penderita.

Pada pasien non-ekstrim, komorbid seperti HIV, kanker metastasis, penyakit

ginjal, dan penyakit hepar berpengaruh pada mortalitas dan lama rawatan. Pada

sebuah studi terbaru yang melibatkan 68.661 pasien luka bakar menemukan nilai

prediksi mortalitas tertinggi, yakni umur, %TBSA, traua inhalasi, trauma lain

yang menyertai, dan pneumonia.4

Page 21: LAPKAS Bedah Plastik

21

BAB 2

STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN

Nama : Paiman

Gender : Laki-laki

Umur : 58 tahun

MR : 66.24.85

Alamat : Huta VII Lamidor Tanjung Hataran Kec Bandar Huluan

Pekerjaan : Petani Sawit

Suku : Jawa

ANAMNESIS

Keluhan Utama : Luka bakar di paha dan kaki kiri.

Telaah : Hal ini dialami pasien 4 hari SMRS. Pasien bekerja sebagai

petani sawit sedang menyabit sawit sebelum galah pengait

sawit terjatuh ke tiang listrik. Pada saat itu pasien terkena

sengatan listrik yang dirasakan dari daerah paha sehingga ke

kaki pasien. Setelah itu pasien jatuh ke tanah bekas tempat

bakar sebelum dibantu oleh anaknya dan langsung di bawa ke

rumah sakit di daerah Simalingkar. Pasien mengaku setelah

kejadian terbakar, pasien tidak merasakan sesak, penurunan

kesadaran ataupun kesulitan bicara. Pasien dibawa ke rumah

sakit di Simalingkar dan dioperasi dan dirawat selama 3 hari

sebelum dirujuk ke RSHAM.

PEMERIKSAAN FISIK

Primary survey

a. Airway :

Look: pergerakan dada simetris

Listen: suara nafas (+)

Feel: terasa hembusan nafas

b. Breathing :

Look: pergerakan dada simetris

Page 22: LAPKAS Bedah Plastik

22

Listen: vesikuler (+/+)

Feel: perkusi (sonor/sonor)

c. Circulation :

Perdarahan spontan (-)

Urin Output (80cc/jam)

d. Disability:

Look: kejang (-), pupil bulat isokor 3mm, refleks cahaya (+/+)

Listen: GCS 15 (E4 M6 V5)

Feel: -

e. Exposure: Permukaan kulit dibalut dengan baik

Adjuncts to primary survey:

A : -

B : -

C : IVFD RL 20 gtt/i mikro

Terpasang kateter

Secondary Survey:

a. Kepala: tidak ditemukan kelainan

b. Mata: konjungtiva palpebra (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm), refleks

cahaya (+/+)

c. Telinga : tidak ditemukan kelainan

d. Hidung: tidak ditemukan kelainan

e. Mulut: tidak ditemukan kelainan

f. Leher: tidak ditemukan kelainan, pembesaran KGB (-)

g. Thorax: bentuk simetris, ketinggalan nafas (-), nyeri tekan (-)

h. Jantung

Inspeksi: iktus cordis tidak nampak

Palpasi: iktus cordis tidak kuat angkat

Perkusi: batas jantung kesan tidak membesar

Auskultasi: S1 S2 intensitas normal, regular, bising (-)

i. Pulmo:

Inspeksi: tidak ada ketinggalan bernafas

Palpasi: stem fremitus kiri = kanan

Page 23: LAPKAS Bedah Plastik

23

Perkusi: sonor

Auskultasi: vesikuler

j. Abdomen:

Inspeksi: distensi (-), jejas (-)

Auskultasi: bising usus (+) normal

Perkusi: timpani

Palpasi: soepel, nyeri tekan (-), defens muskular (-)

k. Ekstremitas: pada inspeksi didapati luka bakar derajat II-III pada daerah lengan

bawah kiri dan kanan, paha dan kaki kiri.

Status Lokalisata

Flame injury pada daerah ekstremitas bawah kiri.

DIAGNOSIS

Electrical Burn Gr II-III 23% o/t penoscrotal + inner thigh.

PENATALAKSANAAN

IVFD RL 20 gtt/i mikro

Inj. Cefrtiaxone 1gr/12 jam

Inj. Ketorolac 30mg/8 jam

Inj. Ranitidin 50mg /8 jam

Page 24: LAPKAS Bedah Plastik

24

BAB 3

KESIMPULAN

Pasien, P, laki-laki berusia 58 tahun, datang ke IGD akibat luka bakar dengan MOI

electrical burn, dan didiagnosis dengan Electrical Burn derajat II-III dengan luas 23%.

Page 25: LAPKAS Bedah Plastik

25

DAFTAR PUSTAKA

1. Porter and Kaplan. 2011. The Merck Manual Nineteenth edition.

2. Center for Disease Control. Fire deaths and injuries: Fact sheet overview. [Accessed

on February 21,2016].

3. Hettiararchy, S. and Dziewulski, P. Pathophysiology and types of burns. BMJ. 2004.

June 12; 328(7453):1427-9.

4. Friedstat J, Endorf FW, Gibran NS. 2010. Schwartz’s Principle of Surgery 10th

edition: Burns (ch. 8 : 227-236). Mc Graw Hill Education : New York.

5. Sudjatmiko, G. 2014. Petunjuk Praktis Ilmu Bedah Plastik Rekonstruksi Edisi 4.

6. American College of Surgeon. 2010. ATLS 9th edition.

7. Mayo clinic. 2015. Burns : complication. Assessed on 21th February 2016 from

www.mayoclinic.org/diseases-conditions/burns.

8. Jong, W.D., dan Sjamsujidajat, 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-3. EGC.

Jakarta.

9. Dewi, R., 2014. Current Evidences in Pediatric Emergencies Management. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.