LAPKAS Bedah Plastik 2

34
Laporan Kasus LUKA BAKAR DISUSUN OLEH : RONNIE WIRAWAN SALIM 110100085 DINDA BASRI 110100326 ANGELA FOVINA 110100194 PATMARAJ A/L RAMACHAWOLRAN 110100440 IRNANDA WARDA RIZKI 110100168 GLANCIUS NIRONSTA HAREFA 110100066 JOS BRIYAN R. H. SIBARANI 110100302 FARZANA KHAIRUNISA 110100448 ANANDA PUTRI TARIGAN 110100358 HENDRIAWAN PUTRA 110100314

description

Laporan Kasus Bedah Plastik Edited

Transcript of LAPKAS Bedah Plastik 2

Page 1: LAPKAS Bedah Plastik 2

Laporan Kasus

LUKA BAKAR

DISUSUN OLEH :

RONNIE WIRAWAN SALIM 110100085

DINDA BASRI 110100326

ANGELA FOVINA 110100194

PATMARAJ A/L RAMACHAWOLRAN 110100440

IRNANDA WARDA RIZKI 110100168

GLANCIUS NIRONSTA HAREFA 110100066

JOS BRIYAN R. H. SIBARANI 110100302

FARZANA KHAIRUNISA 110100448

ANANDA PUTRI TARIGAN 110100358

HENDRIAWAN PUTRA 110100314

Page 2: LAPKAS Bedah Plastik 2

2

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

DEPARTEMEN ILMU BEDAH UMUM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

RSUP HAJI ADAM MALIK

MEDAN

2016

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 1

1.1. Definisi ............................................................................................. 1

1.2. Epidemiologi..................................................................................... 1

1.3. Etiologi ............................................................................................. 1

1.4. Patofisiologi ..................................................................................... 3

1.5. Diagnosis .......................................................................................... 4

1.6. Penatalaksanaan ............................................................................... 9

1.7. Komplikasi ..................................................................................... 16

1.8. Prognosis......................................................................................... 16

BAB 2 STATUS PASIEN ............................................................................... 18

BAB 3 KESIMPULAN ................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 22

Page 3: LAPKAS Bedah Plastik 2

3

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Definisi

Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak

dengan sumber panas seperti korban api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh

(flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat

sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn).1

1.2. Epidemiologi

Luka bakar yang diakibatkan unsur ketidaksengaan maupun kesengajaan

bervariasi. Kejadian luka bakar paling sering terjadi di rumah, dengan aktivitas

memasak sebagai faktor penyebab paling umum. Luka bakar pada anak-anak

terjadi lebih sering di rumah (84%) dan ketika anak-anak tidak diawasi (80%).

Orang dewasa baik pria maupun wanita biasanya mengalami luka bakar saat

berada di rumah, di luar rumah, maupun saat kerja. Luka bakar pada wanita

dewasa paling umum terjadi saat berada di rumah, dan pada pria dewasa

umumnya terjadi di luar rumah atau di lokasi kerja. Lansia biasanya mengalami

luka bakar di kamar mandi dan dapur sebagai kejadian tersering. Konflik

bersenjata juga dapat meningkatkan insidensi luka bakar.2

1.3. Etiologi

Trauma Termal

Page 4: LAPKAS Bedah Plastik 2

4

Air mendidih (scalds). Hingga 70% luka bakar pada anak disebabkan air

panas. Air mendidih menyebabkan luka bakar derajat IIa hingga derajat IIb.

Api (flame). Sering berhubungan dengan trauma inhalasi. Biasanya

menyebabkan trauma derajat IIb atau derajat III.

Kontak benda panas (contact). Biasanya terjadi pada pasien epilepsi, akibat

pengaruh alkohol atau obat-obatan terlarang, atau pada kecelakaan di area

industri. Juga sering pada pasien tua dengan penurunan kesadaran sehingga

menyebabkan kontak dengan objek panas. Kontak tersebut biasanya

menyebabkan luka bakar derajat IIb atau derajat III.

Trauma Radiasi

Paling umum terjadi akibat pajanan yang terlalu lama terhadap sinar

ultraviolet (sunburn).

Trauma Elektrik

Biasanya arus listrik akan membuat jalur dengan membentuk satu titik masuk

dan keluar dan jaringan diantara kedua titik tersebut akan mengalami jejas

seketika. Jumlah panas yang masuk menentukan derajat kerusakan jaringan.

Dapat dihitung dengan : 0,24 x (tegangan listrik, dalam volt)2 x resistensi

listrik. Tampak bahwa tegangan menjadi faktor utama derajat kerusakan

jaringan.

Trauma listrik dapat dibagi menjadi tiga, antara lain :

Listrik setempat. Terkena tegangan rendah yang menyebabkan luka kecil

namun dalam. Dapat mengganggu siklus jantung dan menyebabkan

aritmia.

True high tension injuries (trauma tegangan tinggi sesungguhnya).

Terkena tegangan >1.000V dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang

luas hingga menyebabkan kehilangan ekstremitas. Kerusakan otot dapat

menyebabkan rabdomiolisis hingga gagal ginjal. Resusitasi dan

debridement segera dan agresif sangat dibutuhkan. Kontak dengan

tegangan >70.000V dapat berakibat fatal.

Flash injury terjadi ketika terdapat percikan api dari sumber tegangan

tinggi yang menyebabkan luka superfisial pada bagian tubuh yang

Page 5: LAPKAS Bedah Plastik 2

5

terpajan, biasanya pada tangan dan wajah. Pada kasus ini tidak terdapat

aliran listrik yang mengalir langsung ke tubuh pasien.

Bagian terpenting dari trauma listrik adalah mengamati jantung. Apabila

gambaran EKG saat kunjungan normal dan tidak ada riwayat penurunan

kesadaran, pengamatan jantung tidak dibutuhkan. Namun bila ada,

sebaiknya dilakukan monitor dalam 24 jam.

Trauma Kimia

Dapat terjadi di area industri atau rumah tangga. Pada umumnya luka bakar

bersifat dalam karena selama agen korosif masih kontak dengan kulit, ia akan

terus berlanjut mengakibatkan nekrosis koagulatif. Bahan yang bersifat alkali

mengakibatkan penetrasi yang lebih dalam dan menyebabkan luka bakar yang

lebih buruk daripada bahan yang bersifat asam.1,3

1.4. Patofisiologi

Luka bakar menghasilkan respon lokal dan respon sistemik. Pada respon

lokal, luka bakar mengakibatkan denaturasi protein dan nekrosis koagulatif.

Terdapat tiga zona luka bakar1 :

1. Zona koagulasi, dimana hal ini terjadi pada kerusakan maksimum, terdapat

kehilangan jaringan yang ireversibel.

2. Zona stasis, dimana zona ini mengalami penurunan perfusi jaringan.

Resusitasi pada luka bakar bertujuan untuk meningkatkan perfusi jaringan

pada zona ini dan mencegah kerusakan jaringan menjadi ireversibel.

3. Zona hiperemia, dimana pada zona ini perfusi jaringan meningkat.

Jaringan pada zona ini akan mengalami perbaikan kecuali jika terdapat

sepsis berat ataupun hipoperfusi yang berkepanjangan.

Ketiga zona ini adalah tiga dimensi, dan kehilangan jaringan pada zona stasis akan

menyebabkan jaringan luka semakin dalam dan semakin luas.3

Pelepasan sitokin dan mediator inflamasi pada lokasi luka bakar memiliki

efek sistemik jika luka bakar mencapai 30% dari total luas permukaan tubuh.

Respon sistemik yang dapat terjadi antara lain :

Page 6: LAPKAS Bedah Plastik 2

6

1. Perubahan Kardiovaskular

Permeabilitas kapiler meningkat, yang mengakibatkan kehilangan protein

intravaskular dan cairan ke kompartemen interstitial. Terjadi

vasokonstriksi arteri-arteri di perifer dan splanknik. Kontraktilitas

myokardiak menurun, yang mungkin diakibatkan oleh dikeluarkannya

tumor necrosis factor . . Perubahan ini, disertai dengan kehilangan cairan

dari jaringan luka bakar, dapat menyebabkan hipotensi sistemik dan

berujung pada hipoperfusi organ.

2. Perubahan Respiratorik

Mediator inflamasi menyebabkan vasokonstriksi, dan pada luka bakar

berat dapat terjadi respiratory distress syndrome.

3. Perubahan Metabolik

BMR meningkat hingga tiga kali lipat dari BMR normal. Hal ini jika

disertai hipoperfusi splanknik, membutuhkan suplai enteral yang segera

dan agresif untuk menurunkan katabolisme dan mempertahankan

integritas usus.

4. Respon imunologik

Terjadi down regulation non-spesifik pada system imun baik selular

maupun humoral.3

1.5. Diagnosis

1.5.1. Anamnesis

Anamnesis penyebab luka bakar sangat berguna dalam penentuan

penanganan luka bakar. Luka bakar dapat disebabkan oleh api, cairan panas,

bahan kimia, uap panas, ledakan, dan sebagainya. Penting juga diketahui lamanya

dan lokasi pajanan. Mekanisme cedera yang berhubungan juga perlu ditanyakan,

misalnya ledakan, jatuh, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Trauma akibat

ledakan dapat menghasilkan proyektil yang menyebabkan fraktur maupun

kerusakan organ dalam. Pasien dengan keluhan sakit kepala atau pusing dan

menderita luka bakar karena api, harus dipertimbangkan keracunan karbon

monoksida.

Page 7: LAPKAS Bedah Plastik 2

7

Luka bakar terjadi pada usia ekstrem dapat membawa komorbiditas dan

mortalitas lebih besar. Perhatian terhadap usia <3 atau >60 tahun, karena imunitas

kurang dibanding usia lainnya. Wajah, kepala, tangan, kaki, dan perineum (area

primer) memerlukan perhatian khusus. Penyakit penyerta, alergi, dan konsumsi

obat-obatan dan alkohol terakhir juga perlu ditanyakan.4,5

1.5.2. Kedalaman Luka Bakar

Derajat 1

Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis. Kulit tampak kemerahan.

Nyeri hilang dalam 48-72 jam. Sembuh tanpa cacat.

Derajat 2

Kerusakan mengenai seluruh epidermis disertai sebagian dermis, terasa

nyeri, kulit kemerahan, edematous, timbul bulae. Luka bakar derajat 2

dibagi 2 jenis, yaitu :

Superfisial

Kulit kemerahan, edematous, timbul bulae, nyeri. Banyak sel basal

selamat, alat-alat di bagian dermis baik, pelebaran pembuluh darah.

Sembuh dalam 2 minggu dengan tanpa atau parut minimal.

Dalam

Kerusakan jaringan epidermis dan sebagian dermis, masih basah

tapi tampak pucat, nyeri kurang dibandingkan derajat 2 superfisial.

Dapat sembuh dalam beberapa minggu hingga beberapa bulan

disertai jaringan parut.

Derajat 3

Kerusakan seluruh lapisan dermis atau lebih dalam. Tampak epitel

terkelupas dan, daerah putih karena koagulasi protein dermis. Dermis yang

terbakar akan mengering dan menciut disebut eskar. Tidak ada perfusi

darah dan tidak ada sensasi rasa nyeri. Penyembuhan spontan tidak

mungkin terjadi. Setelah minggu kedua tampak jaringan granulasi yang

harus ditutup dengan skin graft, bila dibiarkan akan terjadi kontraktur

(jaringan parut yang menebal dan menyempit).4,5,6

Page 8: LAPKAS Bedah Plastik 2

8

Gambar 2.1. Derajat Luka Bakar

1.5.3. Luas Luka Bakar

Presentasi dari total area permukaan tubuh yang terbakar (TBSA). Untuk

memudahkan perhitungan, satu telapak tangan pasien adalah 1 3/4 % TBSA.

Perhitungan berdasarkan “Rule of Nine” :

Kepala, leher : 9%

Lengan, tangan : 2 x 9%

Paha, betis, kaki : 4 x 9%

Page 9: LAPKAS Bedah Plastik 2

9

Dada, perut, punggung, bokong : 4 x 9%

Genitalia : 1%

Gambar 2.2. Perkiraan Luas Daerah Luka Bakar pada Orang Dewasa

Penilaian berbeda pada anak karena ukuran kepala dan kedua tungkai berbeda.

Anak 9 tahun

Kepala : 14%

Tungkai, kaki : 16%

Bagian lain sama dengan dewasa

Bayi 1 tahun

Page 10: LAPKAS Bedah Plastik 2

10

Kepala, leher : 18%

Tungkai, kaki : 14%

Bagian lain sama dengan dewasa

Cara perhitungan lain dengan menggunakan Lund dan Browder Chart, mungkin

lebih tepat, tapi sukar dipakai sebagai acuan dalam praktek sehari-hari.4,5,6

Gambar 2.3. Perkiraan Luas Daerah Luka Bakar pada Anak

1.5.4. Pembagian Berat Luka Bakar

Berat/kritis

Derajat 2 lebih dari 25%

Derajat 3 lebih dari 10% Atau terdapat pada muka, kaki, tangan

Luka bakar disertai trauma jalan napas atau jaringan lunak luas, atau

fraktur

Luka bakar akibat listrik

Sedang

Derajat 2 : 15-25%

Derajat 3 kurang dari 10%, kecuali muka, kaki, tangan

Ringan

Page 11: LAPKAS Bedah Plastik 2

11

Derajat 2 kurang dari 15%5

1.6. Penatalaksanaan

Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh, misalnya

dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan

pasokan oksigen pada api yang menyala. Korban dapat mengusahakannya dengan

cepat menjatuhkan diri dan berguling agar bagian pakaian yang terbakar tidak

meluas.8

Pertolongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah merendam

daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir selama

sekurang-kurangnya lima belas menit. Upaya pendinginan ini, dan upaya

mempertahankan suhu dingin pada jam pertama akan mengentikan proses

koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi yang akan berlangusng

walaupun api telah dipadamkan, sehinggan destruksi tidak meluas.8

Pada luka bakar ringan, prinsip penanganan utama adalah mendinginkan

daerah yang terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-

sisa sel epitel untuk berproliferasi, dan menutup permukaan luka. Luka dapat

dirawat secara tertutup atau terbuka.8

Pada luka bakar luas dan dalam, pasien harus segera dibawa ke rumah

sakit terdekat yang punya tenaga terlatih dan unit luka bakar yang memadai untuk

penangan luka bakar tersebut. Dalam perjalaanan penderita sudah dilengkapi

dengan infus dan penutup kain yang bersih serta mobil ambulans atau sejenisnya

yang bisa membawa penderita dalam posisi tidur.8

Walaupun terdapat trauma penyerta, luka bakarlah yang paling berpotensi

menimbulkan mortalitas dan morbiditas. Jika trauma penyerta yang lebih

berpotensi tinggi menimbulkan mortalitas dan morbiditas, pasien distabilkan

terlebih dahulu di trauma centre sebelum ditransfer ke unit luka bakar.8

Pada luka bakar berat, selain penangan umum seperti pada luka bakar

ringan, kalau perlu, dilakukan resusitasi segera bila penderita menunjukkan gejala

syok. Bila penderita menunjukkan gejala terbakarnya jalan napas, diberikan

campuran udara lembab dan oksigen. Kalau terjadi edema laring, dipasang pipa

Page 12: LAPKAS Bedah Plastik 2

12

endotrakea atau dibuat trakeostomi. Trakeostomi berfungsi untuk membebaskan

jalan napas, mengurangi dead space, dan memudahkan pembersihan jalan napas

dari lendir atau kotoran. Bila ada dugaan keracunan CO, segera diberikan oksigen

murni.8

Luka akibat asam hidrofluorida perlu dilavase (cuci bilas) sebanyak-

banyaknya dan diberi gel kalsium glukonat topikal. Pemberian kalsium sistemik

juga diperlukan karena asam hidrofluorida mengendapkan kalsium pada luka

bakar.8

A. Primary Survey dan Resusitasi

Primary survey dan resusitasi pada pasien dengan luka bakar berfokus

pada jalan napas, pernapasan dan sirkulasi.

Jalan napas

Edema laring dapat terjadi dalam 24-48 jam pertama setelah terhisap asap

atau uap panas sehingga memerlukan penanganan segera agar tidak serjadi

obstruksi jalan napas dan henti napas. Selain itu perlu diperhatiakn tanda-

tanda obstruksi jalan napas seperti stridor, mengi, suara serah sehingga

tindakan intubasi dapat segera dilakukan karena keterlambatan melakukan

penilaian dapat menyebabkan terjadinya intubasi yang sulit. Bila ditemukan

rmabut hangus terbakar, wajah terbakar, serak, disfoni, batuk, jelaga di mulut

dan hidung, tanpa disertai distres napas, harus dicurigai kemungkinan adanya

edema yang mengancam di jalan napas atas dan bawah.2

Pernapasan

Penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi perlu dilakukan dengan

melihat usaha napas, ekspansi dada, suara napas dan adanya sianosis. Pulse

oksimetri dapat digunakan untuk melihat saturasi seseorang dengan luka

bakar.2 Hipoksia biasanya berhubungan erat dengan trauma inhalasi, ventilasi

yang tidak adekuat dikarenakan luka melingkar pada dada. Pemberian oksigen

dengan atau tanpa intubasi harus segera diberikan.6

Harus selalu mencurigai paparan terhadap CO pada pasien yang terkena luka

bakar pada area yang tertutup. Diagnosis pada keracunan CO diawali dengan

Page 13: LAPKAS Bedah Plastik 2

13

riwayat paparan dan pengukuran langsung dengan carboxyhemoglobin

(HbCO). Pasien dengan level CO kurang dari 20% biasanya tanpa gejala,

tetapi pasien dengan level CO yang lebih tinggi dapat menunjukkan tanda:6

Sakit kepala dan mual

Kebingungan

Koma

Kematian

Pasien dengan keracunan CO diberikan oksigen murni 100%.

Sirkulasi

Gangguan sirkulasi dengan penilaian berupa kesadaran, nadi, warna kulit,

waktu pengisian kapiler dan suhu ektermitas. Pemberian cairan intravena

bertujuan untuk memperbaiki hipovolemi akibat dari kebocoran kapiler kulit

yang terluka. Kebocoran kapiler lokal dan sistemik dapat terjadi secara

proporsional sesuai dengan luas dan kedalaman luka bakar. Perhitungan

luasnya permukaan luka bakar dengan menggunakan rule of nine.9

Sebelum infus diberikan, luas dan dalamnya luka bakar harus ditentukan

secara teliti. Kemudian jumlah cairan infus yang akan diberikan dihitung. Ada

beberapa cara untuk mengitung kebutuhan cairan ini. Cara evans adalah

sebagai berikut: 1) luas luka dalam persen x berat badan dalam kg menjadi mL

NaCl per 24 jam; 2) luas luka dalam persen x berat badan dalam kg menjadi

mL plasma per 24 jam. Keduanya merupakan pengganti cairan yang hilang

akibat udem. Plasma diberikan untuk mengganti plasma yang keluar dari

pembuluh dan meninggikan tekanan osmosis sehingga mengurangi

perembesan keluar dan menarik kembali cairan yang telah keluar, 3) Sebagai

pengganti cairan yang hilang akibat penguapan, diberikan 2000 cc glukosa 5%

per 24 jam. 8

Separuh jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan

dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan

hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.

Penderita mula-mula dipuasakan karena peristalsis usus terhambat pada

keadaan prasyok, dan mulai diberikan minum segera setelah fungsi usus

Page 14: LAPKAS Bedah Plastik 2

14

normal kembali. Kalau diuresis pada hari ketiga memuaskan dan penderuta

dapat minum tanpa kesulitan, infus dapat dikurangi, bahkan dihentikan.

Cara lain yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan

rumus Baxter, yaitu : luas luka bakar dalam persen x berat badan dalam kg x 4

mL larutan Ringer. Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam

pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan

kristaloid yaitu larutan ringer laktat. Hari kedua diberikan setengah cairan hari

pertama. Pemberian cairan dapat ditambah (jika perlu), misalnya pada

penderita dalam keadaan syok, atau jika diuresis kurang. Untuk itu,

pemantauan yang ketat sangat penting, karena fluktuasi perubahan keadaan

sangat cepat terutama pada fase awal luka bakar.

Intinya, status hidrasi penderita luka bakar luas harus dipantau terus

menerus. Keberhasilan pemberian cairan dapat dilihat dari diuresis normal

yaitu sekurang-kurangnya 1000-1500mL/24jam atau 1mL/kgBB/jam dan

3mL/kgBB/jam pada pasien anak. Yang penting juga adalah pengamatan

apakah sirkulasi normal atau tidak.

Besarnya kehilangan cairan pada luka bakar luas disertai resusitasi yang

tidak betul dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. Hiponatremia

sebagai gejala keracunan air dapat menyebabkan udem otak dengan tanda

kejang. Kekurangan ion K akibat banyaknya kerusakan sel dapat diketahui

dari EKG yang menunjukkan depresi segmen ST atau gelombang U.

Ketidakseimbangan elektrolit ini juga harus dikoreksi namun bukan menjadi

prioritas utama dalam resusitasi cairan emergensi manajemen primer pasien

trauma

B. Kontrol infeksi dan penanganan nyeri

Antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Yang

banyak dipakai adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap

pseudomonas. Bila ada infeksi, antibiotik diberikan berdasarkan hasil biakan dan

uji kepekaan kuman. Untuk mengatasi nyeri, paling baik diberiakn opiat melalui

intavena dalam dosis serendah mungkin yang menghasilkan analgesia yang

Page 15: LAPKAS Bedah Plastik 2

15

adekuat namun tanpa disertao hipotensi. Selanjutnya, diberikan pencegahan

tetanus berupas ATS dan/atau toksoid.8

C. Nutrisi

Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan

keseimbangan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2500-

3000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi. Pada masa kini, tiap unit luka

bakar sudah menerapkan pemberian dini nutrisi enteral melalui selang nasogastrik

untuk mencegah terjadinya ulkus Curling dan memenuhi kebutuhan status

hipermetabolisme yang tarjadi pada fase akut luka bakar. Nutrisi enteral ini

diberikan melalui selang nasogastrik yang sekaligus berfungsi untuk

mendekompresi lambung. Penderita yang sudah mulai stabil keadaanya

memerlukan fisioterapi untuk memperlancar peredaran darah dan mecegah

kekauan sendi.8

D. Perawatan luka bakar

Tujuan utama dari perawatan luka bakar adalah untuk mengurangi

kehilangan cairan, mencegah pengeringan kulit yang masih layak, mempercepat

penyembuhan dan mencegah terjadinya infeksi. Tatalaksana awal luka bakar

adalah melakukan pembersihan dan membuang jaringan yang. Eksisi dan skin

graft pada luka bakar yang dalam menjadi pilihan yang utama walaupun belum

ada penelitian terkontrol yang membuktikannya.9

Luka bakar derajat satu dan dua menyisakan elemen epitel berupa kelenjar

sebasea, kelenjar keringat, atau pangkal rambut, dapat diharapkan sembuh sendiri,

asal dijaga supaya elemen epitel tersebut tidak hancur atau rusak karena infeksi.

Pada luka lebih dalam perlu diusahakan secepat mungkin membuang jaringan

kulit yang mati dan memberi obat topikal yang daya tembusnya tinggi sampai

mencapai dasar jaringan mati. Perawatan setempat dapat dilakukan secara terbuka

atau tertutup.8

Masih banyak kontroversi dalam pemakaian obat-obatan topikal, tetapi

yang penting obat topikal tersebut membuat luka bebas infeksi, mengurangi rasa

Page 16: LAPKAS Bedah Plastik 2

16

nyeri, bisa menembus skar dan mempercepat epitelisasi. Ada beberapa jenis obat

yang dianjurkan seperti golongan silver sulfadiazine dan yang terbaru MEBO

(moist exposure burn ointment).8

Obat topikal yang dipakai dapat berbentuk larutan salep atau krim.

Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk sediaan kasa. Antiseptik yang dipakai

adalah yodium povidon atau nitras-argenti 0,5%. Kompres nitras-argenti yang

selalu dibasahi tiap 2 jam efektif sebagai bakteriostatik untuk semua kuman. Obat

ini mengendap sebagai garam sulfida atau klorida yang memberi warna hitam

sehingga mengotori semua kain. Krim silver sulfadiazine 1% sangat berguna

karena bersifat bakteriostatik, mempunyai daya tembus yang cukup, efektif

terhadap semua kuman, tidak menimbulkan resistensi dan aman. Krim ini

dioleskan tanpa pembalut, dan padat dibersihkan dan diganti setiap hari.8

Keuntungan perawatan terbuka adalah mudah dan murah. Permukaan luka

yang selalu terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang.

Kerugiannya, bila digunakan obat tertentu, misalnya nitras-argenti, alas tidur

menjadi kotor.8

Perawatan tertutup dilakukan dengan memberikan balutan yang

dimaksudkan untuk menutup luka dari kemungkinan kontaminasi, tetapi tutupnya

sedemikian rupa sehingga masih cukup longgar untuk berlangsungnya penguapan.

Keuntungan perawatan tertutup adalah luka tampak rapi, terlindung, dan enak

bagi penderita. Hanya, diperlukan tenaga dan dana lebih banyak karena

dipakainya banyak pembalut dan antisepsis. Kadang suasana luka yang lembab

dan hangat memungkinkan kuman untuk berkembang biak. Oleh karena itu, bila

pembalut melekat pada luka, tetapi tidak berbau sebaiknya jangan dilepaskan,

tetapi ditunggu sampai terlepas sendiri.8

E. Tindakan Bedah

Pemotongan eskar atau eskaratomi dilakukan pada luka bakar derajat tiga

yang melingkar pasa ekstremitas atau tubuh karena pengerutan keropeng dan

pembengkakan yang terus berlangusng dapat mengakibatkan penjepitan yang

membahayakan sirkulasi sehinggan bagian distal bisa mati. Tanda dini penjepitan

Page 17: LAPKAS Bedah Plastik 2

17

adalah nyeri, kemudian kehilangan daya rasa sampai kebas pada ujung-ujung

distal. Keadaan ini harus cepat ditolong dengan membuat irisan memanjang yang

membuka keropeng sampai penjepitan terlepas.8

Debridemen diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati

dengan jalan eksisi tangensial. Tindakan ini dilakukan sesegera mungkin setelah

keadaan penderita menjadi stabil karena eksisi tangensial juga menyebabkan

perdarahan. Biasanya eksisi dini ini dilakukan pada hari ke-3 sampai ke-7, dan

pasti boleh dilakukan pada hari ke-10. Eksisi tangensial sebaiknya tidak dilakukan

lebih dari 10% luas permukaan tubuh, karena dapat terjadi perdarahan yang cukup

banyak.8

Luka bakar yang telah dibersihkan atau luka granulasi dapat ditutup

dengan skin graft yang umumnya diambil dari kulit penderita sendiri. Penutupan

luka bakar dengan bahan biolohis seperti kulit mayat atau kulit binatang atau

amnion manusia dapat dilakukan jika terdapat keterbatasan luas kulit penderita.

Walaupun kemungkinan ditolak, bahan tersebut dapay berfungsi sementara untuk

sebagai pengjalang penguapan berlebihan, pencegahan infeksi yang lebih parah

dan mengurangi nyeri. Namun, sedikit demi sedikit penutupan sementara ini harus

diganti dengan kulit penderita sendiri sebagai penutup permanen. Sebaiknya pada

penderita luka bakar derajat dua dalam dan derajat tiga dilakukan skin grafting

untuk mencegah terjadinya keloid dan jaringan parut yang hipertropik. Sking

grafting dapat dilakukan sebelum hari kesepuluh, yaitu sebelum timbulnya

jaringan granulasi.8

Saat ini telah banyak terdapat material pengganti kulit (skin subtitute) yang

dapat digunakan jika skin grafting tidak bisa dilakukan. Skin substitute ini antar

lain integra, aloderm dan dermagraft. Aloderm adalah dermis manusia yang

elemen-elemen epitelnya telah dibuang sehingga secara teoritis bersifat bebas

antigen dan berfungsi sebagai kerangka pengganti dermis. Dermagraft merupakan

hasil pembiakan fibroblas neonatus yang digabung dengan membran silikon,

kolagen babi dan jaring nilon. Setelah dua minggu, membran silikon dikelupas

dan digantikan dengan STSG (split thickness skin graft). Integra merupakan

Page 18: LAPKAS Bedah Plastik 2

18

analog dermis yang terbuat dari lapisan kolagen dan kondroitin ditambah lapiran

silikon tipis.8

1.7. Komplikasi

Komplikasi dari luka bakar adalah sebagai berikut4,7 :

Syok hipovolemik

Hipotermia

Pneumonia berhungan dengan ventilator

Edema laring

Acute respiratory distress syndrome

Keracunan metabolic (CO, HCN)

Compartment syndrome (abdomen, thoraks, maupun ekstremitas)

Deep vein thrombosis dan emboli paru

Gagal ginjal akut

Infeksi akibat kateterisasi urin

Sepsis

MODS

Skar

Kontraktur (pemendekkan dan pengetatan ligament, sendi, otot,

ataupun kulit)

1.8. Prognosis

Untuk mengukur prognosis penderita luka bakar dapat menggunakan Baux

Score (mortalitas sebanding dengan %TBSA). Namun dengan meningkatnya

kualitas penanganan luka bakar, Baux score tidak lagi akurat. Umur, ukuran luka

bakar, dan trauma inhalasi menjadi indikator terpenting pada mortalitas penderita.

Pada pasien non-ekstrim, komorbid seperti HIV, kanker metastasis, penyakit

ginjal, dan penyakit hepar berpengaruh pada mortalitas dan lama rawatan. Pada

sebuah studi terbaru yang melibatkan 68.661 pasien luka bakar menemukan nilai

prediksi mortalitas tertinggi, yakni umur, %TBSA, trauma inhalasi, trauma lain

yang menyertai, dan pneumonia.4

Page 19: LAPKAS Bedah Plastik 2

19

Page 20: LAPKAS Bedah Plastik 2

20

BAB 2

STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN

Nama : Paiman

Gender : Laki-laki

Umur : 58 tahun

MR : 66.24.85

Alamat : Huta VII Lamidor Tanjung Hataran Kec Bandar

Huluan

Pekerjaan : Petani Sawit

Suku : Jawa

ANAMNESIS

Keluhan Utama : Luka bakar di paha dan kaki kiri.

Telaah : Hal ini dialami pasien 4 hari SMRS. Pasien

bekerja sebagai petani sawit. Saat itu pasien sedang menyabit sawit

kemudian terjatuh dan galah pengait sawit tersangkut ke kabel listrik dan

terkena sengatan listrik. Setelah kejadian pasien tidak sadar dan dibantu

warga setempat dan segera dibawa ke rumah sakit di Pematangsiantar.

Sampai disana pasien langsung dirujuk ke Rumah Sakit Murni Teguh dan

dirawat selama 3 hari. Kemudian dirujuk ke dr Bedah Plastik di RSUP

HAM Medan.

PEMERIKSAAN FISIK

Primary survey

a. Airway : clear

b. Breathing : Look/Listen/Feel: dalam batas normal, RR : 20 x/ mnt

c. Circulation :

Perdarahan spontan (-), akral hangat, HR : 100 x/ mnt

Urin Output (80cc/jam)

Page 21: LAPKAS Bedah Plastik 2

21

d. Disability:

GCS 15 (E4 M6 V5), kejang (-), pupil bulat isokor 3mm, refleks cahaya (+/+),

e. Exposure: Permukaan kulit dibalut dengan baik, cegah hipotermia

Secondary Survey:

a. Kepala: tidak ditemukan kelainan

b. Mata: konjungtiva palpebra (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor

(3mm), refleks cahaya (+/+)

c. Telinga : tidak ditemukan kelainan

d. Hidung: tidak ditemukan kelainan

e. Mulut: tidak ditemukan kelainan

f. Leher: tidak ditemukan kelainan, pembesaran KGB (-)

g. Thorax: bentuk simetris, ketinggalan nafas (-), nyeri tekan (-)

h. Jantung

Inspeksi: iktus cordis tidak nampak

Palpasi: iktus cordis kuat angkat

Perkusi: batas jantung kesan tidak membesar

Auskultasi: S1 S2 intensitas normal, regular, bising (-)

i. Pulmo:

Inspeksi: tidak ada ketinggalan bernafas

Palpasi: stem fremitus kiri = kanan

Perkusi: sonor

Auskultasi: vesikuler

j. Abdomen:

Inspeksi: distensi (-), jejas (-)

Auskultasi: bising usus (+) normal

Perkusi: timpani

Palpasi: soepel, nyeri tekan (-), defens muskular (-)

k. Ekstremitas: pada inspeksi didapati luka bakar derajat II-III pada

daerah lengan kiri dan kanan, paha dan kaki kiri.

Page 22: LAPKAS Bedah Plastik 2

22

DIAGNOSIS

Electrical Burn Gr II-III 23% o/t upper extremity + penoscrotal + inner thigh.

PENATALAKSANAAN

IVFD RL 20 gtt/i mikro

Inj. Cefrtiaxone 1gr/12 jam

Inj. Ketorolac 30mg/8 jam

Inj. Ranitidin 50mg /8 jam

OPERASI

TANGGAL OPERASI

23/12/2015 Debridement

11/1/2016 Pemasangan CVC

11/1/2016 Cystostomy

19/1/2016 Debridement

4/2/2016 Ureterotoracostomy

4/2/2016 STSG

29/2/2016 STSG

BAB 3

KESIMPULAN

Pasien, P, laki-laki berusia 58 tahun, datang ke IGD akibat luka bakar

dengan MOI electrical burn, dan didiagnosis dengan Electrical Burn derajat II-III

dengan luas 23%.

Page 23: LAPKAS Bedah Plastik 2

23

DAFTAR PUSTAKA

1. Porter and Kaplan. 2011. The Merck Manual Nineteenth edition.

2. Center for Disease Control. Fire deaths and injuries: Fact sheet overview.

[Accessed on February 21,2016].

3. Hettiararchy, S. and Dziewulski, P. Pathophysiology and types of burns.

BMJ. 2004. June 12; 328(7453):1427-9.

4. Friedstat J, Endorf FW, Gibran NS. 2010. Schwartz’s Principle of Surgery

10th edition: Burns (ch. 8 : 227-236). Mc Graw Hill Education : New York.

5. Sudjatmiko, G. 2014. Petunjuk Praktis Ilmu Bedah Plastik Rekonstruksi

Edisi 4.

6. American College of Surgeon. 2010. ATLS 9th edition.

7. Mayo clinic. 2015. Burns : complication. Assessed on 21th February 2016

from www.mayoclinic.org/diseases-conditions/burns.

8. Jong, W.D., dan Sjamsujidajat, 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-3.

EGC. Jakarta.

9. Dewi, R., 2014. Current Evidences in Pediatric Emergencies Management.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.