KASUS 4 PBL 235
-
Upload
gebrina-amanda -
Category
Documents
-
view
248 -
download
6
description
Transcript of KASUS 4 PBL 235
1
Kasus 4
Penyakit Lingkungan
Seorang anak perempuan berusia 3 tahun dibawa ibunya berobat ke
puskesmas karena diare. Pasien telah mengalami diare sebanyak 2 kali dalam
sebulan ini, sementara ibu pasien juga habis dirawat karena demam berdarah dua
minggu yang lalu. Dokter yang bekerja dipuskesmas memperhatikan adanya
peningkatan angka kunjungan karena penyakit lingkungan. Dokter tersebut
mengamati beberapa wilayah kerja puskesmas memiliki masalah lingkungan
seperti sumber air bersih, pengelolaan sampah. Namun, puskesmas tidak rutin
melakukan survey perumahan dan lingkungan dan data yang dikumpulkan tidak
lengkap, sehingga ia sulit melakukan evaluasi kondisi kesehatan lingkungan di
wilayah kerja puskesmas sesuai dengan standar pemerintah.
STEP 1. CLARIFY UNFAMILIAR TERM
1. Diare : Defekasi lebih dari 3 kali, konsistensi tinja cair,
dalam sehari.
2. Penyakit Lingkungan : Suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi
atau imunologi suatu organ tubuh yang
disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala
sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi
penyakit.
3. DBD : Penyakit infeksi karena virus Dengue,
manifestasi, demam 2-7 hari tanpa sebab yang
jelas, mialgia, atralgia, leukopenia, hemoragik,
adanya petekie, mimisan.
4. Survey : Study penelitian secara sistematis untuk menjawab
tujuan tertentu/ hipotesa yang berhubungan.
5. Kesehatan Lingkungan : Suatu keadaan dalam lingkungan sekitar untuk
keseimbangan hidup.
2
STEP 2. DEFINE THE PROBLEM
1. Apa saja penyakit yang berbasis lingkungan ?
2. Agen penyebab diare dan DBD ?
3. Apa penyebab angka kunjungan meningkat?
4. Standar air bersih dan pengelolaan sampah ?
5. Apa program puskesmas dalam kesehatan Lingkungan ?
6. Mekanisme penularan penyakit lingkungan ?
STEP 3. BRAINSTROM POSSIBLE HYPOTHESIS OR EXPLANATION
1. Tanah : Parasit (Ascariasis, Amebiasis, dll)
Air : Leptospirosis, filariasis, diare, kolera
Udara : TBC, ISPA, dll.
2. Diare : Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari, dengan/tanpa
darah dan lendir dalam tinja. Diare dikatakan sebagai keluarnya tinja
berbentuk cair sebanyak tiga kali atau lebih dalam dua puluh jam pertama,
dengan temperatur rectal di atas 38°C, kolik, dan muntah-muntah. Diare
diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang
encer dan frekuensinya lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan
diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali. Sedangkan
untuk bayi berumur lebih dari satu bulan dan anak dikatakan diare bila
frekuensinya lebih dari 3 kali.
b. DBD : Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD)
disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne
Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus,
famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu ; DEN-1,
DEN2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan
antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang
terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut.
Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3
atau 4 serotipe selama hidupnya.
3
Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak
tahun 1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa keempat serotipe
ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan
serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan
manifestasi klinik yang berat.
3. a. Keadaan rumah tidak sehat.
keadaan rumah sehat adanya ventilasi udara, adanya pencahayaan,
dan tidak padat / sesak.
b. Penularan meningkat
c. Jamban tidak higienis
Keadaan jamban bersih tidak mencemari tanah sekitarnya, mudah
dibersihkan dan aman digunakan, dilengkapi dinding dan atap
pelindungan, penerangan dan ventilasi cukup.
d. Sanitasi lingkungan kotor
e. Air kurang bersih
f. Pengelolaan sampah belum sesuai
g. Makanan tidak higienis.
4. Air bersih, 3T :
Tidak berbau
Tidak berasa
Tidak berwarna
Pengelolaan sampah :
Pewadahan sampah
Pengumpulan
Pengelolaan daur ulang
Perpindahan
Pengangkutan ke TPA
4
5. Program puskesmas
Penyuluhan
Posyandu
Klinik sanitasi
Inspeksi sanitasi lingkungan
Pengawasa tempat-tempat umum
Pengawasan industri
Pengawasan tempat pengelolaan makanan
Sanitasi lingkungan
Pemantauan jentik
Penyediaan air bersih
Penyuluhan kader-kader
6. PHBS
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
Memberikan ASI eksklusif
Menimbang balita setiap bulan
Menggunakan air bersih
Mencuci tangan dengan air dan sabun
Menggunakan jamban sehat
Memberantas jentik dirumah sekali seminggu
Makan buah dan sayur setiap hari
Melakukan aktifitas fisik
Tidak merokok
7.Agen
Penduduk
Lingkungan
5
Fisik :
Temperatur
Agen
Kelembaban udara
Tempat tinggal
Non fisik :
Sosial
Budaya
Ekonomi
8. Trias epidemiologi
Host
Disebabkan oleh berbagai unsur seperti unsur biologis yang
dikarenakan oleh mikro organisme (virus, bakteri, jamur, parasit, protzoa,
metazoa, dll), unsur nutrisi karena bahan makanan yang tidak memenuhi
standar gizi yang ditentukan, unsur kimiawi yang disebabkan karena bahan
dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh sendiri (karbon monoksid, obat-
obatan, arsen, pestisida, dll), unsur fisika yang disebabkan oleh panas,
benturan, dll, serta unsur psikis atau genetik yang terkait dengan heriditer
atau keturun. Demikian juga dengan unsur kebiasaan hidup (rokok,
alcohol, dll), perubahan hormonal dan unsur fisioloigis seperti kehamilan,
persalinan, dll.
Host
Lingkungan
Agen
6
Agen
Umur. Misalnya, usia lanjut lebih rentang unutk terkena penyakit
karsinoma, jantung dan lain-lain daripada yang usia muda.
Jenis kelamin (seks). Misalnya , penyakit kelenjar gondok, kolesistitis,
diabetes melitus cenderung terjadi pada wanita serta kanker serviks yang
hanya terjadi pada wanita atau penyakit kanker prostat yang hanya terjadi
pada laki-laki atau yang cenderung terjadi pada laki-laki seperti hipertensi,
jantung, dll.
Ras, suku (etnik). Misalnya pada ras kulit putih dengan ras kulit hitam
yang beda kerentangannay terhadapa suatu penyakit.
Genetik (hubungan keluarga). Misalnya penyakit yang menurun seperti
hemofilia, buta warna, sickle cell anemia, dll.
Status kesehatan umum termasuk status gizi, dll
Bentuk anatomis tubuh
Fungsi fisiologis atau faal tubuh
Keadaan imunitas dan respons imunitas
Kemampuan interaksi antara host dengan agent
Penyakit yang diderita sebelumnya
Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial dari host sendiri
Lingkungan
Lingkungan Biologis (flora & fauna)
Mikro organisme penyebab penyakit Reservoar, penyakit infeksi
(binatang, tumbuhan). Vektor pembawa penyakit umbuhan & binatang
sebagai sumber bahan makanan, obat dan lainnya
Lingkungan Fisik
Yang dimaksud dengan lingkunganfisik adalah yang berwujud
geogarfik dan musiman. Lingkungan fisik ini dapat bersumber dari udara,
keadaan tanah, geografis, air sebagai sumber hidup dan sebagai sumber
penyakit, Zat kimia atau polusi, radiasi, dll.
Lingkungan Sosial Ekonomi
7
Yang termasuk dalam faktor lingkungan soial ekonomi adalah
sistem ekonomi yang berlaku yang mengacu pada pekerjaan sesorang dan
berdampak pada penghasilan yang akan berpengaruh pada kondisi
kesehatannya. Selain itu juga yang menjadi masalah yang cukup besar
adalah terjadinya urbanisasi yang berdampak pada masalah keadaan
kepadatan penduduk rumah tangga, sistem pelayanan kesehatan setempat,
kebiasaan hidup masyarakat, bentuk organisasi masyarakat yang
kesemuanya dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan terutama
munculnya bebagai penyakit.
STEP 4. ARRANGE EXPLANATIONS INTO TENTATIVE SOLUTIONS
Penyakit Lingkungan
Macam-macam Penyakit Lingkungan
Penyebab Peningkatan Penyakit Lingkungan
Standar Kebersihan Lingkungan
Mekanisme Penularan Penyakit
Program Puskesmas
8
STEP 5. DEFINE LEARNING OBJECTIVES
1. Macam-macam penyakit berbasis lingkungan dan definisinya
2. Standar kebersihan lingkungan yang memenuhi syarat
3. Patogenesis DBD (Virus Dengue)
4. Epidemiologi penyakit menular
5. Promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif penyakit berbasis lingkungan
yang tidak memenuhi syarat kebersihan (termasuk PHBS)
6. Proses perencanaan terhadap masalah komunitas yang timbul akibat
lingkungan yang tidak sehat
7. Undang-Undang yang mengatur tentang kesehatan lingkungan
8. Bagaimana Pengelolaan lingkungan berdasarkann peraturan Undang-
Undang yang berlaku (termasuk karantina penyakit)
STEP 6. INFORMATION GATHERING (PRIVATE STUDY)
1.Macam macam penyakit di bikin bagan
9
Transmisi penyakit
agent penyakit penanganan
air Bakteri:Salmonella thypii/parathypii
Demam tifoid - Istirahat dan perawatan
- Pengobatang: kloramfenikol, amoksisilin, kotrimoksazol.
- Pencegahan: menjaga kebersihan makanan dan minuman.
shigella Disentri basiler - Terapi: istirahat, menjaga atau memperbaiki dehidrasi, dan pemberian antibiotika.
- Pencegahan: rajin mencuci tangan, dan penggunaan jamban bersih.
leptospira Leptospirosis - Pemberian antibiotik: penisilin dan ampisilin.
- Pencegahan: sanitasi lingkungan yang harus diperhatikan, dan penyuluhan tentang higiene pribadi.
Virus: Virus dengue
Demam dengue/ DBD
- Terapi: suportif yang adekuat, dan pemeliharaan cairan sirkulasi.
- Pencegahan: dengan 3M, fogging, dll.
Virus chikungunya
Chikungunya - Pengobatan: pengobatan suportif, analgesik, dan infus (bila perlu).
- Pencegahan: dengan 3M, fogging, dll.
protozoa: Amebiasis - Terapi: istirahat,
10
E. hystolitica diet.
- Medikamentosa: metronidazol, tetrasiklin, diloxanide furoat, emetin, paramomisin, iodoquinol.
Schistosoma
Wucheria bancrofti, B. Malayi dan B. timori
Schistosomiasis
Filariasis/kaki hajah
- Medikamentosa: paraziquantel, oxamniquine, artemisinin, metrifonate.
- Tindakan bedah.- Pencegahan: tidak
berenang di negara dengan sungai yang endemik, minum air yang aman (matang), menggunakan air yang sudah dipanaskan selama 5 menit untuk mandi.
- Prngobtan: dietilkarbamazin, ivermectin, dan albendazol.
- Pencegahan: pengobatan masal, pengendalian vektor, peran serta masyarakat.
Udara Virus:Mycobacterium tuberculosa
TBC/ tuberkulosis
- Pengobatan: isoniazid, rifampisin, pirazinamid, etambotul, streptomisin.
- Pencegahan: menghindari penularan dengan menggunakan masker saat
11
berkontak langsung.Virus influenza Influenza - Pengobatan:
oseltamivir dan zanamivir.
- Pencegahan: menjaga higiene pribadi, melakukan vaksinasi, dan pencegahan kemoprofilaksis (pada yang tidak di vaksinasi).
Virus H5N1 Avian influenza - Pengobatan: oseltamivir dan zanamivir.
- Pencegahan: mencuci tangan setelah memegang unggas, melakukan vaksisnasi terhadap hewan, menjaga higiene pribadi.
Bakteri:d. pneumoniae, pneumococcus, S. pyogenes, S. aureus, H. influenza
Pneumonia - Pemberian obat: antibiotik dan kortikosteroid.
Tanah Protozoa:N. americanus dan A. duodenale
Nekatoriasis dan Ankilostomiasis
- Pengobatan: pirantel pamoat.
- Pencegahan: dengan menggunakan alas kaki, sering mencuci tangan, dll.
Ascaris lumbricoides
Ascariasis - Pengobatan: pirantel pamoat, mebendazol, albendazol.
- Pencegahan: kebiasaan mencuci tangan, menjaga kebersihan pribadi, menggunakan alas kaki, dan tidk menggunakan tinja sebagai pupuk.
12
Proses penularan penyakit.
a. Air
Penularan melalui air dapat terjadi ketika patogen (bakteri, virus,
dan protozoa) terbawa dalam air minum, kolam renang, sungai, atau
danau yang digunakan untuk berenang ataupun untuk aktivitas lain.
Mikroba yang menular dalam air biasanya tumbuh dalam saluran
penceranaan dan meninggalkan tubuh dalam bentuk feses. Jika air
yang dikonsumsi tersebut dalam jumlah besar maka infeksi dapat
terjadi meskipun hanya mengandung patogen dalam jumlah sedikit.
Penularan ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui air dan masuk ke
mulut (oral penetration) atau masuk ke dalam kulit. Adapun penyakit
yang penularannya melalui air dan masuk ke dalam tubuh melalui
mulut yang merupakan penyakit yang cukup penting karena masih
sering dijumpai di masyarakat bahkan diantaranya dapat menjadi
wabah. Mekanisme penularannya berawal dari mulut atau kulit
(terutama pada kulit yang mengalami luka) yang berkontak langsung
dengan air yang telah terkontaminasi dengan banyak patogen (misal;
Salmonella thypii/parathypii) yang kemudia masuk ke dalam aliran
darah dan mencapai usus dan berkembang di RES (sel
retikuloendotelia) dan dapat mengganggu pada sistem tubuh manusia.
b. Tanah Tanah sebenarnya merupakan sumber asal bakteri dari udara.
Angin berdebu membawa populasi mikroba yang dapat menyebar
sangat luas. Bakteri yang dapat hidup di tanah adalah bakteri gram +
(Staphylococcus dan Streptococcus, Micrococcus), hal ini disebabkan
karena bakteri gram + yang tahan terhadap kekeringan. Bekteri ini
dibawa oleh udara (disebabkan oleh batuk ataupun bersin) untuk
menyebarkan penyakitnya yang kemudian masuk ke dalam sistem
pernapasan manusia dan menyebabkan penyakit. Sedangkan pada
transmisi tanah terdapat juga agent penyakit yang disebabkan karena
tidak menggunakan alas kaki contoh penyakitnya adalah ascaris yang
disebabka oleh Ascaris lumbricoides yang kemudia menembus pori-
13
pori kulit lalu mengkuti aliran darah lalu masuk ke dalam usus halus
dan dapat menyebabkan penyakit sistemik.
c. Udara
Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan yang
terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda yang
terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula
menular melalui kontak langsung. Namun tidak jarang penyakit yang
sebgain besar penularannya adalah kerana menghisap udara yang
mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab.
Penularan penyakit melalui udara dapat terjadi melalui bentuk
droplet atau nuklei maupun dalam bentuk debu (bentuk partikel
dengan berbagai ukuran sebagai hasil dan resuspensi partikel yang
terletak dilantai, tempat tidur serta yang tertiup angin bersama debu
dan lantai). Droplet nuklei yang keluar melalui mulut atau hidung baik
waktu bersin atau batuk maupun waktu bicara atau bernapas.
Pembentukan droplet dapat melalui berbagai cara, antara lain dengan
melalui eveporasi droplet yang dibatukan dan dibersinkan diudara.
Droplet juga dapat terbentuk dari aerolasi materi-materi penyebab
infeksi di dalam labiratorium. Karena bentuknya yang sangat kecil
sehingga bentuk ini dapat tetap berada di udara untuk waktu yang
cukup lama sehingga dapat dihisap pada waktu bernapas dan masuk ke
alat pernapasan dan menyebabkan penyakit saluran pernapasan. Salah
satu penyakit penyebab udara adalah TBC yang dapat ditularkan
melalui batuk atau bersin dari penderita
14
2. standar kondisi kesehatan.
Rumah
Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman, dan
arena sekitarnya yang dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana
pembinaan keluarga. (uu RI no.4 tahun 1992)
Menurut WHO rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat
berlindung dimana lingkungan bergunauntuk kesehatan keluarga dan
individu. (komisi WHO mengenai kesehatan dan lingkungan, 2011)
Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor yang
me ningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep tersebut
melibatkan pendekatan sosiologi dan tehnik pengelolaan faktor resiko dan
berorientasi pada lokasi, bangunan, kualifikasi, adaptasi, managemen,
penggunaan, dan pemeliharaan rumah dan lingkungan disekitarnya, serta
mencakup unsur penyediaan air minum dan sarana yang memadai untuk
memasak, mencuci, menyimpan makanan, serta pembuangan kotoran
manusia maupun limbah lainnya. (komisi WHO mengenai kesehatan dan
lingkungan, 2011)
Menurut american public health association (APHA) rumah dikatakan
sehat apabila :
Memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti temperatur lebih rendah
dari udara di luar rumah, penerangan yang memadai, ventilasi yang
nyaman dan jauh dari kebisingan.
Memenuhi kebutuhan psikologis
Melindungi penghuninya dari penularan penyakit menular yaitu
memiliki penyediaan air bersih, sarana pembuangan sampah dan
15
saluran pembuangan air limbah yang sanitiser dan memenuhi sarat
kesehatan.
Melindungi penghuninya dari kemungkinan terjadinya kecelakaan
dan bahaya kebakaran, seperti fondasi rumah yang kokoh, tangga
yang aman, aman dari bahaya arus listrik yang pendek, keracunan,
bahkan dari bahaya kecelakaan lalu lintas.
Komponen yang harus dimiliki rumah sehat :
Kondisi yang kuat
Lantai kedap air dan tidak lembab, untuk rumah panggung dapat
terbuat dari papan/anyaman bambu
Memiliki jendela dan pintu berfungsi sebagai ventilasi dan
masuknya sinar matahari
Dinding kedap air berfungsi sebagai pendukung atau penyangga
atap, menahan angin, dan air hujan, panas dan debu
Langit-langit untuk menahan dan menyerap panas
Atap rumah
(ditjen cipta karya, 1997)
Air
Kualitas air bersih menurut kandungan bakterinya menurut sk
ditjen ppm dan plp no 1/po.03.04.pa.91 dan sk juklak pedoman
kualitas air tahun 2000/2001 yaitu
1. air bersih kelas A kategori baik mengandung total koliform <50
2. air bersih kelas B kategori kurang baik mengandung total
koliform 51-100
3. air bersih kelas C kategori jelek mengandung total koliform
101-1000
4. air bersih kelas D kategori amat jelek mengandung total
koliform 1001-2400
5. air bersih kelas E kategori sangat jelek mengandung total
koliform > 2400
16
3. Patogenesis DBD (virus dengue)
CARA PENULARAN
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus
dengue, yaitu mausia, virus dan vektor perantara.Virus dengue ditularkan kepada
manusia melalui nyamuk Aedes Aegypti. Aedes Albopictus, Aedes Polynesiensis
dan beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini, namun
merupakan vektor yang kurang berperan. Aedes tersebut mengandung virus
dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian
virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8 – 10 hari
(extrinsic incubation period) sebelum dapat di tularkan kembali pada manusia
pada saat gigitan berikutnya. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di
dalam tubuh nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya
(infektif). Ditubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4 – 6 hari
(intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari
manusia kepada nyamuk dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang
sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah
demam timbul.
PATOGENESIS
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi
pertama mungkin memberi gejala sebagai demam dengue. Reaksi yang amat
berbeda akan tampak bila seseorang mendapat infeksi yang berulang dengan tipe
virus dengue yang berlainan. Hipotesis infeksi sekunder (the secamdary
heterologous infection/ the sequential infection hypothesis) menyatakan bahwa
demam berdarah dengue dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi dengue
pertama kali mendapat infeksi berulang dengue lainnya. Re – infeksi ini akan
menyebabkan suatu reaksi amnestif antibodi yang akan terjadi dalam beberapa
hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limsofit dengan menghasilkan
titik tinggi antibodi Ig G antidengue.Disamping itu replikasi virus dengue terjadi
juga dalam limsofit yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam
jumlah banyak. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya virus kompleks
antigen antibodi (virus antibody complex) yang selanjutnya akan mengakibatkan
17
aktivasi sistem komplemen pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan C5
menyebabkan peningkatan permeabilitis dinding pembuluh darah dan
merembesnya plasing dari ruang intravascular ke ruang ekstravascular.
PATOFISIOLOGI
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan
membedakan demam dengue dengan demam berdarah dengue ialah meningginya
permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktoksin, histamin dan
serothin sert aktivasi sistim kalikrein yang berakibat ekstravasosi cairan
intravascular. Hal ini mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadinya
hipotensi, hemokonsentrasi, hipeproteinemia, efusi dan syok. Plasma merembes
selama perjalanan penyakit mulai dari saat permulaan demam dan mencapai
puncaknya pada saat syok.
4.Epidemiologi penyakit menular
A. PENGANTAR
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
bidang kedokteran mendorong para tenaga ahli selalu
mengadakan riset terhadap bebagai penyakit termasuk salah
satunya adalah penyakit menular demi mengatasi kejadian
penderitaan dan kematian akibat penyakit.
B. TIGA KELOMPOK UTAMA PENYAKIT MENULAR
Penyakit yang sangat berbahaya karena angka kematian
cukup tinggi.
Penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan
kematian dan cacat, walaupun akibatnya lebih ringan dari
yang pertama
Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian dan
cacat tetapi dapat mewabah yang menimbulkan kerugian
materi.
C. TIGA SIFAT UTAMA ASPEK PENULARAN PENYAKIT DARI ORANG
KE ORANG
18
1. Waktu Generasi (Generation Time)
Masa antara masuknya penyakit pada pejamu tertentu
sampai masa kemampuan maksimal pejamu tersebut untuk
dapat menularkan penyakit. Hal ini sangat penting dalam
mempelajari proses penularan.
Perbedaan masa tunas denga wakru generasi yaitu
Masa tunas ditentukan oleh masuknya unsur penyebab
sampai timbulnya gejala penyakit sehingga tidak dapat
ditentukan pada penyakit dengan gejala yang terselubung,
waktu generasi ialah waktu masuknya unsur penyebab
penyakit hingga timbulnya kemampuan penyakit tersebut
untuk menularkan kepada pejamu lain walau tanpa gejala
klinik atau terselubung.
2. Kekebalan Kelompok (Herd Immunity)
Adalah tingkat kemampuan atau daya tahan suatu
kelompok penduduk tertentu terhadap serangan atau
penyebaran unsur penyebab penyakit menular tertentu
berdasarkan tingkat kekebalan sejumlah tertentu anggota
kelompok tersebut.
Herd Immunity merupakan faktor utama dalam proses
kejadian wabah di masyarakat serta kelangsungan penyakit
pada suatu kelompok penduduk tertentu.
Wabah terjadi karena 2 keadaan :
Keadaan kekebalan populasi yakni suatu wabah besar
dapat terjadi jika agent penyakit infeksi masuk ke dalam
suatu populasi yang tidak pernah terpapar oleh agen
tersebut atau kemasukan suatu agen penyakit menular
yang sudah lama absen dalam populasi tersebut.
Bila suatu populasi tertutup seperti asrama, barak
dimana keadaan sangat tertutup dan mudah terjadi
19
kontak langsung, masuknya sejumlah orang-orang yang
peka terhadap penyakit tertentu dalam populasi tsb. Ex:
Asrama mahasiswa/tentara.
3. Angka Serangan (Attack Rate)
Adalah sejumlah kasus yang berkembang atau muncul
dalam satu satuan waktu tertentu di kalangan anggota
kelompok yang mengalami kontak serta memiliki risiko atau
kerentanan terhadap penyakit tersebut.
Formula angak serangan ini adalah banyaknya kasus
baru (tidak termasuk kasus pertama) dibagi dengan
banyaknya orang yang peka dalam satu jangka waktu
tertentu.
Angka serangan ini bertujuan untuk menganalisis
tingkat penularan dan tingkat keterancamam dalam keluarga,
dimana tata cara dan konsep keluarga, sistem hubungan
keluarga dengan masyarakat serta hubungan individu dalam
kehidupan sehari-hari pada kelompok populasi tertentu
merupakan unit epidemiologi tempat penularan penyakit
berlangsung.
D. MANIFESTASI KLINIK SECARA UMUM
1. Spektrum Penyakit Menular
Pada proses penyakit menular secara umum dijumpai
berbagai manifestasi klinik, mulai dari gejala klinik yang
tidak tampak sampai keadaan yang berat disertai
komplikasi dan berakhir cacat atau meninggal dunia.
Akhir dari proses penyakit adalah sembuh, cacat
atau meninggal. Penyembuhan dapat lengkap atau dapat
berlangsung jinak (mild) atau dapat pula dengan gejala
sisa yang berat (serve sequele).
20
2. Infeksi Terselubung (Tanpa Gejala Klinis)
Adalah keadaan suatu penyakit yang tidak
menampakkan diri secara jelas dan nyata dalam bentuk
gejala klinis yang jelas sehingga tidak dapat didiagnosa
tanpa cara tertentu seperti test tuberkulin, kultur
tenggorokan, pemeriksaan antibodi dalam tubuh dll.
Untuk mendapatkan perkiraan besar dan luasnya
infeksi terselubung dalam masyarakat maka perlu
dilakukan pengamatan atau survai epidemiologis dan tes
tertentu pada populasi. Hasil survai ini dapa digunakauntuk
pelaksanaan program, keterangan untuk kepentingan
pendidikan.
E. GAMBAR PENYEBARAN KARAKTERISTIK MANIFESTASI KLINIK
DARI TIGA JENIS PENYAKIT MENULAR
1. Lebih banyak dengan tanpa gejala klinik (terselubung)
Kelompok penyakit dengan keadaan lebih banyak
penderita tanpa gejala atau hanya gejala ringan saja, tidak
tampak pada berbagai tingkatan, patogenisitas rendah.
Contoh, Tuberkulosis, Poliomyelitis, Hepatitis A
2. Lebih banyak dengan gejala klinik jelas
Kelompok dengan bagian terselubung kecil, sebagian
besar penderuta tampak secara klinis dan dapat dengan
mudah didiagnosa, karena umumnya penderita muncul
dengan gejala klasik.
Contoh :Measles, chickenpox.
3. Penyakit yang umumnya berakhir dengan kematian
Kelompok penyakit yang menunjukkan proses kejadian
yang umumnya berakhir dengan kelainan atau berakhirnya
dengan kematian,
21
Contoh: Rabies
F. KOMPONEN PROSES PENYAKIT MENULAR
1. Faktor Penyebab Penyakit Menular
Pada proses perjalanan penyakit menular di dalam
masyarakat faktor yang memegang peranan penting :
• Faktor penyebab atau agent yaitu organisme penyebab
penyakit
• Sumber penularan yaitu reservoir maupun resources
• Cara penularan khusus melalui mode of transmission
Unsur Penyebab Dikelompokkan Dalam :
Kelompok cacing/helminth baik cacing darah maupun
cacing perut.
Kelompok protozoa seperti plasmodium, amuba, dll.
Fungus atau jamur baik uni maupun multiselular.
Bakteri termasuk spirochaeta maupun ricketsia.
Virus sebagai kelompok penyebab yang paling sederhana.
Kelompok arthropoda (serangga) seperti scabies,
pediculosis, dll.
Sumber Penularan
Penderita
Pembawa kuman
Binatang sakit
Tumbuhan/benda
Cara Penularan
Kontak langsung
Melalui udara
22
Melalui makanan atau minuman
Melalui vector
Keadaan Pejamu
Keadaan umum
Kekebalan
Status gizi
Keturunan
Cara keluar dari sumber dan cara masuk ke pejamu
melalui :
mukosa atau kulit
saluran pencernaan
saluran pernapasan
saluran urogenitalia
gigitan, suntikan, luka
placenta
2. Interaksi Penyebab dengan Pejamu
Infektivitas
Infektivtas adalah kemampuan unsur penyebab atau
agent untuk masuk dan berkembang biak serta
menghasilkan infeksi dalam tubuh pejamu.
Patogenesis
Patogenesis adalah kemampuan untuk menghasilkan
penyakit dengan gejala klinis yang jelas
Virulensi
23
Virulensi adalah nilai proporsi penderita dengan
gejala klinis yang berat terhadap seluruh penderita
dengan gejala klinis jelas.
Imunogenisitas
Imunogenisitas adalah suatu kemampuan
menghasilkan kekebalan atau imunitas
3. Mekanisme Patogenesis
Invasi jaringan secara langsung
Produksi toksin
Rangsangan imunologis atau reaksi alergi yang
menyebabkan kerusakan pada tubuh pejamu
Infeksi yang menetap (infeksi laten)
Merangsang kerentanan pejamu terhadap obat dalam
menetralisasi toksisitas
Ketidakmampuan membentuk daya tangkal (immuno
supression)
4. Sumber penularan
a. Manusia sebagai reservoir
Kelompok penyakit menular yang hanya dijumpai
atau lebih sering hanya dijumpai pada manusia. Penyakit
ini umumnya berpindah dari manusia ke manusia dan
hanya dapat menimbulkan penyakit pada manusia saja.
b. Reservoir binatang atau benda lain
Selain dari manusia sebagai reservoir maka penyakit
menular yang mengenai manusia dapat berasal dari
binatang terutama yang termasuk dalam kelompok
penyakit zoonosis.
Beberapa penyakit Zoonosis utama dan reservoir utamanya
24
1. Pes (plaque) Tikus
2. Rabies (penyakit anjing gila Anjing
3. Bovine Tuberculosis Sapi
4. Thypus, Scrub & Murine Tikus
5. Leptospirosis Tikus
6. Virus Encephlitides Kuda
7. Trichinosis Babi
8. Hidatosis Anjing
9. Brocellossis Sapi, kambing
Melihat Perjalanan penyakit pada pejamu, bentuk
pembawa kuman (carrier) dapat dibagi dalam beberapa jenis :
1. Healthy carrier (inapparent), “Mereka yang dalam sejarahnya
tidak pernah menampakkan menderita penyakit tersebut
secara klinis akan tetapi mengandung unsur penyebab yang
dapat menular kepada orang lain”.
2. Incubatory carrier (masa tunas), “Mereka yang masih dalam
masa tunas tetapi telah mempunyai potensi untuk
menularkan penyakit”.
3. Convalescent carrier (baru sembuh klinis), “Mereka yang baru
sembuh dari penyakit menular tertentu tetapi masih
merupakan sumber penularan penyakit tersebut untuk masa
tertentu”.
4. Chronis carrier (menahun), “Merupakan sumber penularan
yang cukup lama”.
Manusia dalam kedudukannya sebagai reservoir penyakit
menular dibagi dalam 3 kategori utama :
1) Reservoir yang umumnya selalu muncul sebagai penderita
25
2) Reservoir yang dapat sebagai penderita maupun sebagai
carrier
3) Reservoir yang umumnya selalu bersifat penderita akan
tetapi dapat menularkan langsung penyakitnya ke pejamu
potensial lainnya, tetapi harus melalui perantara hidup.
5. Tindakan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif penyakit berbasis
lingkungan yang tidak memenuhi syarat kebersihan (termasuk PHBS)
Pelayanan Kesehatan Promotif , Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif
Rehabilitatif
Berbicara mengenai konsep kesehatan. Kita kenal ada 2 (dua) konsep
yaitu konsep kesehatan masyarakat dan konsep kedokteran, konsep kesehatan
masyarakat lebih berorientasi kepada masalah kesehatan dihubungkan dengan
aspek social cultural. Konsep kesehatan masyarakat menekankan pada
pendekatan preventif dan promotif .Sedangkan konsep kedokteran lebih
berorientasi pada masalah sehat sakit terutama penyakit yang berkaitan dengan
aspek biomedis.Pendekatan yang digunakan dalam pelayanan kesehatan adalah
Kuratif dan rehabilitative.
Kesehatan masyarakat menggunakan pendekatan preventif dan
promotif.Preventif (pencegahan) adalah mencegah jangan sampai terkena penyakit
atau menjaga orang yang sehat agar tetap sehat, Misalnya yang paling sederhana
melakukan cuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar akan
mencegah terjadinya penyakit diare. sedangkanpromotif (peningkatan) adalah
meningkatkan agar status status kesehatan menjadi semakin meningkat, misalnya
pemberian inisiasi menyusui dini (IMD) dan ASI eksklusif yang dapat membantu
meningkatkan kekebalan terhadap penyakit karena kolostrum dan zat-zat gizi
yang terkandung dalam ASI. Anak tidak mudah terkena penyakit.
Perbedaan lain yang cukup mencolok adalah kesehatan masyarakat
mengambil obyek sasaran kesehatannya yaitu masyarakat atau komunitas (skala
makro) sedangkan kedokteran menangani individu (skala mikro). Kuratif
(pengobatan) digunakan untuk orang-orang sakit atau dengan kata yang lebih
26
mudahnya kuratif adalah nama lain dari proses menyembuhkan seseorang dari
keadaan sakit secara fisik dan psikis. Misalnya balita yang menderita pneumonia
tentu membutuhkan pengobatan antiobiotik. Penyakit ini akan mengganggu
tumbuh kembang balita tersebut ; Balita tidak suka makan yang mungkin
berakibat pada penurunan status gizi balita. sedangkanrehabilitatif (pemulihan)
adalah proses menjaga agar seorang yang sudah sembuh (belum 100% sembuh)
kembali bugar seperti semula. Misalnya untuk balita sakit pneumonia
membutuhkan asupan gizi yang adekuat terutama protein untuk proses
penyembuhan serta pemulihan dari penyakitnya. Balita yang sering sakit akan
mengalami hambatan dalam tumbuh kembangnya.
A. PROMOTIF
Kesehatan Masyarakat (Public Health) adalah ilmu & seni mencegah penyakit,
memeperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik , mental & efisiensi
melalui usaha masyarakat yang terorganisasi untuk meningkatkan sanitasi
lingkungan, control infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan
perorangan, pengorganisasian pelayanan medis & perawatan, untuk melakukan
diagnosa dini, pencegahan penyakit & pengembanagan aspek social, yang akan
mendukung agar setiap warga masyarakat mempunyai standar kehidupan yg kuat
untuk menjaga kesehatannya.
Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan
yang mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni. Dilihat dari sisi seni, yakni
praktisi atau aplikasi pendidikan kesehatan adalah merupakan penunjang bagi
program-program kesehatan lain. Ini artinya bahwa setiap program kesehatan
yang telah ada misalnya pemberantasan penyakit menular/tidak menular, program
perbaikan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak,
program pelayanan kesehatan dan lain sebagainya sangat perlu ditunjang serta
didukung oleh adanya promosi kesehatan.
Dalam hal ini organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu bentuk
definisi mengenai promosi kesehatan :
“ Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and
27
improve, their health. To reach a state of complete physical, mental, and social,
well-being, an individual or group must be able to identify and realize aspirations,
to satisfy needs, and to change or cope with the environment “. (Ottawa
Charter,1986).
Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan diatas bahwa Promosi Kesehatan adalah
proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang
sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu
mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah
atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya).
Selanjutnya, Australian Health Foundation merumuskan batasan lain pada
promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
“ Health promotion is programs are design to bring about “change”within people,
organization, communities, and their environment ”.
Artinya bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang
dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat
sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.
Dengan demikian bahwa promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan
menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk
perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan (Green dan
Ottoson,1998).
Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof.Dr. Soekidjo Notoadmodjo,
ruang lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari 2 dimensi yaitu: a).dimensi
aspek pelayanan kesehatan, dan b).dimensi tatanan (setting) atau tempat
pelaksanaan promosi kesehatan.
1.Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan
Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok, yakni:
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Sedangkan ahli lainnya membagi menjadi hanya dua aspek saja, yakni :
28
a. Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat, dan
b. Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran
kelompok orang yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok
yang sakit.
Dengan ini maka ruang lingkup promosi kesehatan di kelompok menjadi dua
yaitu :
a. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif.
b. Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan.
Perhatian utama dalam promosi kesehatan adalah mengetahui visi serta misi yang
jelas. Dalam konteks promosi kesehatan “ Visi “ merupakan sesuatu atau apa yang
ingin dicapai dalam promosi kesehatan sebagai salah satu bentuk penunjang
program-program kesehatan lainnya. Tentunya akan mudah dipahami bahwa visi
dari promosi kesehatan tidak akan terlepas dari koridor Undang-Undang
Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 serta organisasi kesehatan dunia WHO (World
Health Organization).
Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara
ekonomi maupun sosial.
2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan
penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan,
maupun program kesehatan lainnya dan bermuara pada kemampuan pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat.
Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang
harus dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “ Misi ”. Misi promosi kesehatan
merupakan upaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam
pencapaian suatu visi.
Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
29
1. Advokasi (Advocation)
Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada
para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang
spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk
mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker) agar dapat
mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu
mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan.
2. Menjembatani (Mediate)
Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama
dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait.
Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership)
dengan berbagai program dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan
kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor
kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah
kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran yang
penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.
3.Kemampuan/Keterampilan(Enable)
Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara
serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian
keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan
keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka
kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan
meningkat.
Dalam perkembangan selanjutnya untuk mengatasi masalah kesehatan termasuk
penyakit di kenal tiga tahap pencegahan:
1. Pencegahan primer: promosi kesehatan (health promotion) dan
perlindungan khusus (specific protection).
30
2. Pencegahan sekunder: diagnosis dini dan pengobatan segera (early
diagnosis and prompt treatment), pembatasan cacat (disability limitation)
3. Pencegahan tersier: rehabilitasi.
Dilihat dari dimensi tingkat pelayanan kesehatan, dapat dilakukan berdasarkan
5(lima)tingkat pencegahan (five levels of prevention) dr Leavel and
Clark, sebagai berikut:
Pencegahan primer dilakukan pada masa individu belum menderita sakit, upaya
yang dilakukan ialah:
a. Promosi kesehatan/health promotion yang ditujukan untuk meningkatkan
daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan.
b. Perlindungan khusus (specific protection): upaya spesifik untuk mencegah
terjadinya penularan penyakit tertentu, misalnya melakukan imunisasi,
peningkatan ketrampilan remaja untuk mencegah ajakan menggunakan narkotik
dan untuk menanggulangi stress dan lain-lain.
Pencegahan sekunder dilakukan pada masa individu mulai sakit
c. Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt
treatment) diagnosis dini dan pengobatan yang tepat , tujuan utama dari tindakan
ini ialah 1) mencegah penyebaran penyakit bila penyakit ini merupakan penyakit
menular, dan 2) untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit,
menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi dan cacat.
d. Pembatasan cacat (disability limitation) kecacatan keterbatasan, pada
tahap ini cacat yang terjadi diatasi, terutama untuk mencegah penyakit menjadi
berkelanjutan hingga mengakibatkan terjadinya cacat yang lebih buruk lagi.
Pencegahan tersier
e. Rehabilitasi, pada proses ini diusahakan agar cacat yang di derita tidak
menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal
secara fisik, mental dan sosial.
Adapun skema dari ketiga upaya pencegahan itu dapat di lihat pada gambar dua.
Pada gambar dua proses perjalanan penyakit dibedakan atas a) fase sebelum orang
31
sakit:yang ditandai dengan adanya keseimbangan antara agen (kuman penyakit,
bahan berbahaya), host/tubuh orang dan lingkungan dan b) fase orang mulai
sakit: yang akhirnya sembuh atau mati.
Selain upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier yang dikalangan dokter
dan praktisi kesehatan masyarakat dikenal sebagai lima tingkat pencegahan, juga
dikenal empat tahapan kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat,
empat tahapan itu (Rossenberg, Mercy and Annest, 1998) ialah:
1. Apa masalahnya (surveillance). Identifikasi masalah, apa masalahnya,
kapan terjadinya, dimana, siapa penderitanya, bagaimana terjadinya, kapan hal itu
terjadi apakah ada kaitannya dengan musim atau periode tertentu.
2. Mengapa hal itu terjadi (Identifikasi faktor resiko). Mengapa hal itu lebih
mudah terjadi pada orang tertentu, faktor apa yang meningkatkan kejadian (faktor
resiko) dan faktor apa yang menurunkan kejadian (faktor protektif).
3. Apa yang berhasil dilakukan (evaluasi intervensi). Atas dasar kedua
langkah terdahulu, dapat di rancang upaya yang perlu dilakukan untuk mencegah
terjadinya masalah, menanggulangi dengan segera penderita dan melakukan upaya
penyembuhan dan pendampingan untuk menolong korban dan menilai
keberhasilan tindakan itu dalam mencegah dan menanggulangi masalah.
4. Bagaimana memperluas intervensi yang efektif itu (implementasi dalam
skala besar). Setelah diketahui intervensi yang efektif, tindakan selanjutnya
bagaimana melaksanakan intervensi itu di pelbagai tempat dan setting dan
mengembangkan sumber daya untuk melaksanakannya.
Pembatasan cacat (disability limitation)
Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan & penyakit, maka seorang masyarakat tidak melanjutkan
pengobatannya sampai tuntas. Dengan kata lain mereka tidak melakukan
pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya.Sehingga
pengobatan yang tidak layak dan sempurna akan dapat mengakibatkan orang yang
bersangkutan cacat atau berketidakmampuan, oleh karena itu pendidikan
32
kesehatan juga diperlukan pada tahap ini. Karena penanganan secara tuntas pada
kasus-kasus infeksi organ reproduksi dapat mencegah terjadinya infertilitas.
B. PREVENTIF
Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun,
menghadapi banyak masalah kesehatan masyarakat.Sebagai negara agraris yang
memasuki era industrilisasi membawa Indonesia ke dalam berbagai transisi, yaitu
transisi epidemiologi, demografi, dan lingkungan.
Transisi lingkungan dapat dilihat dengan adanya masalah yang berkaitan
erat dengan "traditional hazard" akibat belum terpenuhinya sanitasi dasar seperti
air bersih, jamban keluarga, pengelolaan sampah, limbah, permukiman sehat,
vektor penyakit, dll. Di samping itu, mulai muncul "modern hazard" yang berupa
pencemaran air, udara, dan tanah sebagai akibat industrialisasi serta penerapan
teknologi dalam pembangunan.Beban ganda (traditional dan modern hazard) ini
makin diperburuk dengan adanya berbagai krisis yang sampai saat ini belum dapat
diatasi.Sementara itu, Indonesia juga sedang mengalami "transformasi kesehatan"
yang ditandai dengan peningkatan penyakit berbasis lingkungan, yakni penyakit
yang berkaitan dengan lingkungan fisik, cenderung meningkat bila tidak diambil
langkah-langkah antisipatif.
Penyakit berbasis lingkungan yang masih menjadi pola kesakitan dan
kematian di Indonesia, mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas
intervensi kesehatan lingkungan.Di samping itu, harus diakui bahwa selama ini
kita hanya sibuk sebagai "Pemadam kebakaran", bukan melakukan pencegahan
pada sumber apinya.Pendekatan pemberantasan dengan pendekatan "Pemadam
Kebakaran" sebaiknya dikurangi porsinya karena sifatnya seperti "Biduk lalu
kiambang bertaut".
Untuk lebih menambah keyakinan kita bahwa dengan menggunakan
pendekatan lingkungan merupakan pendekatan yang paling "Cost
Effective" karena sifatnya yang "Sekali merengkuh dayung dua tiga pulau
terlampaui", di bawah ini disajikan tabel hubungan antara IMR (Infant Mortality
Rate), CMR (Child Mortality Rate), akses air bersih, dan akses sanitasi
lingkungan.
33
Negara IMR CMR Akses thd Air
Bersih
Akses thd
Sanitasi
Swedia 5 6 100 100
Chili 15 17 96 71
Filipina 39 48 84 75
Ghana 77 113 56 42
Guinea-Bissau 135 207 58 20
Afganistan 159 251 10 8
Sumber: WHO/ENG/97.8
Kesehatan Lingkungan Dalam Paradigma Sehat
Menteri Kesehatan RI pada 1998 yang lalu telah mengeluarkan kebijakan
tentang "Paradigma Sehat" sebagai acuan pembangunan kesehatan di
Indonesia.Dengan Paragdima baru ini maka orientasi pembangunan kesehatan di
Indonesia bergeser dari kuratif rehabilitatif ke promotif dan preventif.Hal ini
berarti bahwa pembangunan kesehatan memprioritaskan pada upaya-upaya
promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif.
Kesehatan lingkungan berangkat dari konsep konvensional dari
pencegahan, termasuk dalam upaya pencegahan primer yang menekankan
pencegahan secara dini kejadian suatu penyakit, ditujukan terutama kepada
penghambatan perkembangbiakan dan penularan serta kontak manusia dengan
agent, vektor ataupun faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit (seperti
kuman patogen, vektor, dan polutan).Misalnya, penyediaan jamban saniter sangat
efektif memutuskan kontaminasi dan perkembangbiakan bakteri penyebab diare
terhadap sumber air atau makanan.Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
cukup efektif memutuskan mata rantai infeksi bakteri.Demikian pula klorinasi air
34
minum dapat mengurangi pemajanan kuman patogen. Ketiga upaya seperti
dicontohkan di atas dapat merupakan cara sederhana guna mengurangi risiko
timbulnya beberapa penyakit rakyat.
Beberapa studi yang dilakukan oleh Esrey dkk.(1985--1991) melaporkan
bahwa intervensi air bersih dapat menurunkan insiden penyakit diare sekitar 17--
27%.Sedangkan beberapa studi yang dilakukan Esrey dan Daniel (1990) tentang
dampak penyediaan jamban terhadap penurunan prevalensi penyakit diare
menghasilkan angka yang konsisten, yaitu 22--24%.Demikian pula kajian oleh
Esrey dkk.(1985--1991) tentang intervensi kebiasaan mencuci tangan dapat
menurunkan prevalensi penyakit diare sebesar 33%.Jika ketiga upaya tersebut
dilakukan bersama-sama secara intensif, sangat mungkin sebagian besar penyakit
diare yang disebabkan oleh mikroba dapat dicegah.
Berdasarkan kajian tersebut di atas serta bila Departemen Kesehatan
konsisten dengan kebijakan barunya, yakni paradigma sehat, maka seyogyanya
kita merenungkan untuk kembali ke hal-hal yang sangat mendasar. Istilah
lainnya "Back to basic" dengan memberikan penekanan dan porsi anggaran yang
lebih besar untuk upaya-upaya promotif dan preventif. Karena, kalau orang sudah
jatuh sakit sebagai akibat dari lingkungan yang rusak, sedikit sekali yang dapat
dilakukan.Kalaupun ada, biayanya sangat besar.
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Berbasis Lingkungan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
1. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalan komunikasi, memberikan
informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social support)
dan pemberdayaan masyarakat (empowerman) sebagai suatu upaya untuk
membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam
tatanan masing-masing, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam
35
rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan (www.dinkes-
sulsel.go.id, 2010).
2. Tatanan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup, bekerja, bermain,
berinteraksi dan lain-lain.Terdapat 5 tatanan PHBS yaitu rumah tangga, sekolah,
tempat kerja, sarana kesehatan dan tempat-tempat umum
(www.dinkes-sulsel.go.id,2010).
a. PHBS di Rumah Tangga
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota
rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih
dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS
rumah tangga yaitu:
1)Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.
2) Memberi ASI ekslusif.
3) Menimbang balita setiap bulan.
4) Menggunakan air bersih.
5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
6) Menggunakan jamban sehat.
7) Memberantas jentik dd rumah sekali seminggu.
8) Makan buah dan sayur setiap hari.
9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
10) Tidak merokok di dalam rumah.
Kesehatan Lingkungan dalam Program Jaring Pengaman Sosial Bidang
Kesehatan (JPS-BK)
36
Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK) merpakan
salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi dampak krisis ekonomi di bidang
kesehatan, khususnya terhadap kesehatan keluarga miskin (Gakin).Akibat terbesar
dari krisis adalah menurunnya pendapatan riil masyarakat karena kehilangan
pekerjaan.Selanjutnya, inflasi memungkinkan berkurangnya daya beli mayarakat
yang berdampak semakin menurunnya aksesibilitas masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan, kualitas sanitasi lingkungan, gizi, dan perumahan sehat. Di
samping itu, bagi anggota masyarakat yang terserang penyakit-penyakit menular,
seperti diare, ISPA dan tuberkulosis paru, serta demam berdarah, akan menjadi
sumber penularan sebagai akibat berkurangnya kemampuan menanggung biaya
pengobatan. Keadaan ini sangat potensial untuk timbulnya kejadian Luar Biasa
(KLB) penyakit-penyakit tersebut, yang pada gilirannya akan berakibat kepada
semakin menurunnya daya ketahanan tubuh dan semakin bertambahlnya keluarga
yang akan jatuh ke dalam kelompok masyarakat di bawah garis kemiskinan.
Sebagai tindakan strategis untuk mengurangi dampak krisis di bidang
kesehatan, paket kegiatan program JPS-BK seharusnya berupa intervensi-
intervensi yang mendasar, responsif, progessif, dan komprehensif, yang terdiri
dari upaya-upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Hal ini didasari
bahwa masalah kesehatan pada keluarga miskin sangat kompleks dan saling
terkait satu sama lain.
Selain itu, agar program JPS-BK tersebut dapat berjalan secara efisien dan
cost efektif, perlu adanya "diferensiasi biaya" dari upaya-upaya promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitaif dalam paket kegiatan program JPS-BK. Sejalan
dengan kebijakan baru Departemen Kesehatan, yakni Paradigma Sehat, dan bila
Departemen Kesehatan masih tetap konsisten dengan kebijakan barunya, maka
untuk upaya promotif dan preventif seyogyanya mendapat alokasi dana yang lebih
besar. Diusulkan untuk upaya promotif dan preventif sebesar 50%, upaya kuratif
dan rehabilitatif sebesar 40%, serta kegiatan penunjang lainnya sebesar
10%.Selanjutnya, masing-masing upaya tersebut perlu membuat "menu" kegiatan
sehingga memudahkan pelaksanaan di lapangan.
37
Satu hal yang perlu mendapat perhatian dari para pengambil kebijakan, yaitu bila
ingin program JPS-BK tersebut berhasil untuk masa-masa yang akan datang, perlu
adanya "legitimasi" dari masyarakat. Artinya, program JPS-BK tersebut harus
berbasis masyarakat. Untuk itu, perlu ditumbuhkan partisipasi masyarakat dengan
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Membangun rasa memiliki sebagai dasar pemberdayaan masyarakat.
2. Manajemen dan tanggung jawab program diserahkan kepada masyarakat.
3. Berdasarkan demand masyarakat (Demand Approach).
Pemerintah perannya lebih banyak untuk melakukan"Steering Rather Than
Rowing",melakukan "Facipulation" (Facilitation dengansedikit Manipulation).Yai
tu,mengawinkan "Top Down" dengan "Bottom Up Planning". Jangan sampai
masyarakat menganggap program JPS-BK sebagai program "Sinterklas" dari
pemerintah.
Kesehatan lingkungan yang merupakan salah satu upaya pencegahan
primer diprioritaskan pada kegiatan kesehatan lingkungan yang murah, yang
memberikan dampak kesehatan yang besar, serta merupakan komitmen
internasional, yaitu pencapaian "Universal access". Berdasarkan kajian dan
uraian-uraian tersebut di atas, beberapa menu kegiatan kesehatan lingkungan yang
dapat dimasukkan dalam paket kegiatan program JPS-BK, antara lain:
1. Pemutusan rantai penularan penyakit berbasis lingkungan
a. Tersedianya informasi yang murah dan mudah dimengerti tentang
kesehatan lingkungan bagi keluarga/penderita dengan penyakit
berbasis lingkungan di Puskesmas/Klinik Sanitasi.
b. Kegiatan out-reach proaktif
Kunjungan rumah dalam rangka inspeksi sanitasi pada keluarga
penderita dengan penyakit berbasis lingkungan.
Pengambil sampel air yang tercemar untuk pemeriksaan
laboratorium.
Pemberian kaporit pada sumber air yang tercemar.
38
c. Pemberian stimulan untuk rehabilitasi fisik sarana kesehatan
lingkungan (sarana air bersih, jamban, SPAL, genteng kaca,
plesterisasi, ventilasi, dll).
2. Pemberdayaan masyarakat agar mampu ikut serta dalam kegiatan
kesehatan lingkungan
a. Lokakarya mini di Puskesmas maupun di kecamatan dalam rangka
membahas masalah kesehatan lingkungan/kegiatan Pekan Sanitasi.
b. Temu karya di desa dalam rangka penyusunan "Rencana kerja
masyarakat".
c. Pemberian stimulan untuk pembuatan/rehabilitasi sarana kesehatan
lingkungan permukiman.
6. Proses perencanaan terhadap masalah komunitas yang timbul akibat
lingkungan yang tidak sehat
a. Perencanaan Kesehatan
Perencanaan kesehatan perlu untuk dipikirkan ketepatan strateginya.baik
dalam pelayanan promosi,preventif dan dari segikuratif dan rehabilitatifnya.
Semua orang yang terlibat dalam perencanaan kesehatan seharusnya tahu apa
yang dibutuhkan dan diinginkan langsung oleh rakyat yang sebenarnya. Agar teori
dan kenyataan dilapangan dapat berjalan sebagaimana seharusnya. Proses
perencanaan kesehatan tidak terlepas pada isustrategis.Dimana terdapat beberapa
komponen penting dalam mendukung terlaksananya program perencanaan
kesehatan.Maka epidemiologi memiliki peran strategis untuk menetapakan sebuah
kebijakan kesehatan yang termasuk dalam program-program kesehatan.
b. Epidemiologi Perencanaan
Sebagai mana kita ketahui data daninformasi sebagai produk kegiatan
Surveilans epidemiologi, merupakan instrument pendukung untuk menentukan
39
kebijakan, perencanaan dan penganggaran termasuk untuk pelaksanaan
pengendalian factor risiko.Berdasarkan pengamatan kita sehari-hari, pencatatan
dan pelaporan yang mempunyai nilai strategis relative belum optimal yang
diakibatkan dari under recorded & reported, tidak tepat waktu, tidak adekuat,
termasuk umpan balik secara berjenjang dari Pusat – Propinsi – Kab/Kota –
Puskesmas tidak dilakukan secara baik dan tidak mempunyai
mekanisme reward dan punishment.
Surveilans adalah rangkaian kegiatan pengumpulan data epidemiologis (untuk
masalah kesehatan tertentu secara teratur dan terusmenerus dari kegiatan rutin), di
lakukan pengolahan data (koreksi/pemeriksaan, kompilasi, analisis dani
nterpretasi) sehingga menghasil kanin formasi epidemiologis yang dapat dipakai
oleh pihak yang membutuhkan nya sebagai bahan untuk perencanaan atau
tindakan maupun pengambilan keputusan (A. Ratgono, 2002).
c.Perencanaan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat maka
pemerintah, masyarakat serta bebagai elemen berpartisipasi dalam mencapai
tujuan tersebut.Salah satu bentuk dukungan tersebut dapat terlihat dukungan
pemerintah dengan memberikan prioritas yang tinggi dalam peningkatan
kesehatan masyarakat, termasuk pelayanan kesehatan untuk rakyat.Oleh karena
itu, pemerintah melakukan berbagai peningkatan dan perbaikan atas sistem,
kebijakan, program sampai dengan layanan yang dilaksanakan pada tingkat
masyarakat.
d.Perkembangan Epidemiologi Perencanaan
Pemerintah, dalam hal ini Depkes, telah menetapkan prioritas
pembangunan sector kesehatan.Pertama adalah pemerintah benar-benar ingin
meningkatkan pelayanan kesehatan untuk ibu dan anak. Kedua, meningkatkan
pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin.Revitalisasi puskesmas, posyandu,
kegiatan seperti imunisasi, di hidupkan kembali di pedesaan dan hasil nya positif,
termasuk pemberian asuransi kesehatan untuk masyarakt miskin agar mereka
memiliki akses di dalam upaya pelayanan kesehatan bagimereka.
40
Dalam mendukung upaya tersebut di perlukan sejumlah langkah kedepan untuk
terus meningkatkan mutu dan jumlah tenaga kesehatan, baik paramedis, dokter
maupun dokter-dokter spesialis baik melakukan pendidikan, pembinaan, dan
pembinaan karier
Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak terlepas dari partisipasi aktif
masyarakat.Inisiatif yang dilakukan oleh masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatan telah lama dilakukan.Berbagai upaya kesehatan berbasis masyarakat
banyak didirikan, antara lain dalam bentuk Posyandu yang berjumlah 2622 yang
terdiridari 49,12% Posyandu Pratama, 35,85% Posyandu Madya, 13,58%
Posyandu Purnama, dan 1,45% Posyandu Mandiri, Pondok bersalin desa
(Polindes) 77, Pos Obat Desa (POD) 194, Taman Obat Keluarga (TOGA) 25070,
Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK) 66, tapi pemberdayaan masyarakat dalam
bentuk Warung Obat Desa belumada. Pemberdayaan masyarakat dalam arti
mengembangkan dan menumbuhkan prakarsa masyarakat yang lebih luas dalam
mendukung upaya peningkatan derajat kesehatan yang terjadi selama ini belum
terkoordinasi dengan baik, sehingga hasilnya menjadi kurang optimal.Di samping
itu upaya menggerakkan partisipasi masyarakat yang di lakukan selama ini juga
masih sebatas mobilisasi, sehingga tidak dapat menjamin keberlangsungan
nya.Pemberdayaan masyarakat di laksanakan pula dalam berbagai bentuk, seperti
Gebrak Malaria, Gerakan Sayang Ibu (GSI), Gerakan Terpadu TB-Paru dan lain-
lain.Epidemiologi mempunyai peranan yang penting dalam proses pengambilan
keputusan, hal ini karena epidemiologi sebagai penyedia data base untuk
mengetahui besaran masalah kesehatan..analisis-analisis data tersebut dapat di
jadikan dasar pertimbangan. Epidemiologi dalam tataran pengatur kebijakan untuk
melakukan suatu proses perencanaan terdapat beberapa hal yang perlu di
perhatikan ,yakni :
Tersedianya dokumen sebagai penguat data bagi semua stake holder yang
terlibat dalam dunia kesehatan. Serta adanya telaah kebijakan, sosialisasi,
monitoring, dan evaluasi bagi kebijakan yang telah di tetapakan dalam
bentuk perundang-undangan agar komitmen terhadap peningkatan
kesehatan dapat terwujud.
41
Mampu mempertajam analisis perencanaan kesehatan salah satunya dalam
bentuk proses Tanya jawab pada stake holder yang terlibat dalam
kesehatan.
Berpikirlah general atau makro untuk mendapatkan gambaran yang jelas
terhadap permasalahan yang kita hadapi, namun berpikir mikro dan detail
tetap kita butuh kan. Kapasitas dan kompetensi kita sebagai para
profesional di bidangnya menuntut kita harus mampu menangkap dan
mendeteksi sekecil apapun potensi masalah dan mencari kansolusi
pemecahannya.Walaupun di dalam implementasinya kita harus bertindak
strategis sesuai dengan skala prioritas dan sumber daya yang dimiliki
7. UUD Kesehatan Lingkungan ,UUD RI no 23 tahun 1992 tentang
kesehatan
KESEHATAN LINGKUNGAN PASAL 22
1. Kesehatan lingkungan di selenggarakan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat.
2. Kesehatan lingkungan dilaksanakan terhadap tempat umum, lingkungan
pemukiman, lingkungan kerja, angkutan umum, dan lingkungan lainnya.
3. Kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air dan udara, pengamanan
limbah padat, limbah cair, limbah gas,radiasi dan kebisingan,
pengendalian vector penyakit, dan penyehatan atau pengamanan lainnya.
4. Setiap tempat atau sarana pelayanan umum wajib memelihara dan
meningkatan lingkungan yang sehat sesuai dengan standar persyaratan.
5. Ketentuan mengenai penyelenggaraan kesehatan lingkungan sebagaimana
dimaksud dalam ayat 1,2,3, dan 4 di tetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
( ilunifk, 2009)
42
8. PENYAKIT KARANTINA
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 1959 Tanggal 29 Oktober 1959
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
Bahwa penetapan jenis penyakit Karantina dalam Undang-undang Karantina
Staatsblad 1911 No. 277 perlu disesuaikan dengan International Sanitary
Regulation tahun 1951 ;
Mengingat :
Aturan Peralihan Undang-undang Dasar 1945 pasal II dan IV;
Memperhatikan :
Surat Menteri Muda Kesehatan tanggal 24 September 1959 No. 208755/Hukum:
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENYAKIT KARANTINA.
Pasal 1
(1) Penyakit Karantina adalah :
Pes (Sampar) = Plague.
Kolera = Cholera.
Demam Kuning = Yellow Fever.
Cacar = Smallpox.
Typhus Bercak Wabahi = Typhus Fever Louse borne. Typhus
Exanthematicus. Epidemictis.
Demam Balik-Balik = Relapsing Fever.
(2) Perubahan tentang penetapan penyakit Karantina selanjutnya diserahkan
kepada
Menteri Muda Kesehatan.
43
Pasal 2
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada hari diundangkan. Agar
supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Pemerintah ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Karantina adalah pembatasan aktivitas orang sehat atau binatang yang
telah terpajan (exposed) kasus penyakit menular selamat masa menularnya.
Misalnya melalui kontak untuk mencegah penyebaran penyakit selama masa
inkubasi. Di bedakan atas absolute / complete quartine dan modified quarantine.
a. Absolute/complete quartine yaitu pembatasan kebebasan bergerak bagi
mereka yang terpajan terhadap penyakit menular selama periode yang
berlangsung tidak lebih lama dari masa inkubasi terlama dengan suatu cara
tertentu dengan tujuan mencegah agar tidak terjadi kontak yang mungkin
menimbulkan penularan kepada mereka yang tidak terpejan.
b. Modified quartine yaitu pembatasan gerak parsial / sebagian dan selektif
bagi mereka yang terpajan yang pada umumnya, dilakukan berdasarkan
cara penularan. Misalnya melarang anak terkena campak untuk masuk
sekolah. Termasuk didalamnya personal surveillance dan segregation.
Pengelolaan penyakit lingkungan berdasarkan undang undang
a. Sasaran langsung pada sumber penularan penjamu
Keberadaan suatu reservoir dalam masyarakat merupakan faktor yang
sangat penting dalam rantai penularan. Cara menanggulangi dengan
mencari sumber penyakit (binatang atau manusia) yang dimana ju=ika
penyakit menyerang hewan, hewan tersebut akan dimusnahkan dan
melindungi binatang lainnya dari infeksi tersebut. Sedangkan, pada
manusia dilakukan dengan cara mengisolasi atau mengkarantina dan
pengibatan untuk menghilangkan unsur penyebab penyakit.
b. Pengembangan teknik deteksi penyakit berpola infeksi
c. Pengendalian penyakit bervektor binatang
44
Dengan cara teknik serangga mandul, yang menyebabkan serangga
tidak mengalami menghasilkan agen-agen selanjutnya yang
menyebabkan penyakit menular.
45
Kesimpulan
Pada diskusi PBL kasus penyakit linkungan,kami dapat menyimpulkan
beberapa penyikit lingkungan yang disebabkan oleh kerusakan lingkungan
menyebabkan timbulnya agen agen penyakit,baik dari agen biologis,kimia dan
fisika.
Biologis seperti bakteri,parasit,plasmodium,jamur dll agen kimia seperti
pencemaran pada cair dan gas dll fisiaka seperti radiasi dll selain komponen
tersebut penduduk juga mempengaruhi terjadi penyakit lingkungan dikarenakan
pola hidup penduduk tersebut dan pengetahuan nya.