Kala Zion

download Kala Zion

of 11

description

fxh

Transcript of Kala Zion

LAPORAN KASUS Kalazion Palpebra Superior ODS + Astigmatisma Mopia Compositus ODSPendahuluan

Kalazion merupakan peradangan limfogranuloma pada kelenjar meibom yang tersumbat.1 Penyebabnya akibat penyumbatan kelenjar meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis pada kelenjar tersebut. Dapat mengenai satu atau beberapa kelenjar dan dapat terjadi secara perlahan-lahan atau sampai beberapa minggu. 2,3 Kelenjar Meibom terletak pada kelopak mata bagian tarsus yang bermuara pada margo palpebra, fungsikelenjar meibom adalah sebagai kelenjar sebasea yang menghasilkan minyak yang membentuk permukaan selaput air mata sehingga mencegah penguapan serta menghambat terjadinya mata kering. Kalazion dapat mengenai semua umur. 2,4 Biasanya kelainan ini dimulai dengan penyumbatan kelenjar akibat infeksi ringan attau dengan adanya jaringan parut lainnya pada pangkal kelenjar. 1,5Kerusakan lipid yang terjadi akibat tertahannya sekresi kelenjar, kemungkinan karena enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi dan mengakibatkan inflamasi. Proses granulomatosa ini yang membendakan antara kalazion dan hordeolum internal atau eksternal (terutama proses piogenik yang menimbulkan pustul), walaupun kalazion dapat menyebabkan hordeolum, begitupun sebaliknya. Secara klinik didapatkan nodu tunggal, (jarang multiple), yang agak keras, berlokasi jauhdidalam palpebra atau tarsal. Nodul terdiri dari limfosit, makrofag, neutrofil, sel plasma, dan sel raksasa. Eversi palpebra mungkin menampakkan kelenjar meibom yang berdilatasi. 1,6Kalazion awalnya dapat berupa radang ringan dan memiliki sensasi nyeri tekan mirip hordeolum, yang membedakannya yaitu tidak adanya tanda-tanda peradangan akut pada kalazion. 7 Kalazion akan memberikan gejala adanya benjolan pada kelopak mata, tidak hiperemis, tidak ada nyeri tekan, adanya pseudoptosis, dan apabila palpebra dibalik, konjungtiva pada tempat kalazion meneonjol hiperemis . pada ujung kelenjar meibom terdapat masa kuning dari sekresi kelenjar yang tertahan. Kelenjar preaurikuler tidak membesar. Kadang-kadang dapat menyebabkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi ada mata tersebut. 2 Kadang kala kalazion dapat sembuh sendirinya atau menghilang sendiri akibat diabsorpsi.2Pengobatan pada kalazion yaitu dengan memberikan kompres hangat selama 10-20 menit sekali sehari dengan pijatan ringan diatas lesi. Berikan antibiotik topikal dan steroid disertai kompres hangat. Jika kalazion tidak bisa sembuh setelah 3-4 minggu melalui terapi medis yang tepat dan pasien merasa kalazion ingin dihilangkan maka dapat dilakukan insisi dan kuretasi pada kalazion. Kalazion dapat hlang dalam beberapa bulan atau dapat terserap dalam waktu beberapa tahun. Bila lesi kecil maka dapat disuntik dengan steroid dan bila lesi cukup besar dapat dilakukan pengeluaran isi. Dan apabila terdapat gejala sisa dapat diberikan kompres hangat. 2,8Penyulit pada kallazion berukuran besar adalah dapat menyebabkan astigmat dan bila terjadinya kalazion berulang sebaiknya dilakukan pemeriksaan histopatologi untuk menghndarkan kesalahan diagnosis dengan keungkinan adanya karsinoma sel sebasea.2,5Prognosis biasanya baik. Jika lesi baru sering terjadi, dreinage yang kurang adekuat mungkin meningkatkan lokal rekurensi pada kalazion. Kalazion yang tidak diobat kadang-kadang terdreinase secara spontan, namun biasanya lebih sering persisten menjadi inflamasi akut intermitten.6LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama

: Ny.FUmur

: 27 tahun

Jenis Kelamin: Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah TanggaAlamat

: CiteureupII. ANAMNESIS

Auto anamnesis pada tanggal 22 Juli 2015 pukul 12.40 WIB

Keluhan utama

Benjolan pada kelopak mata atas kanan dan kiri sejak 6 minggu SMRS.Riwayat Penyakit Sekarang

Terdapat benjolan pada kelopak mata atas kanan dan kiri sejak 6 minggu SMRS. Benjolan tidak nyeri, tidak merah. Sebelumnya pasien mengatakan bahwa sebelum timbul benjolan kecil yang lama-kelamaan menjadi membesar pada kelopak mata kanan dan kiri bagian atas, benjolan disertai bengkak, gatal, nyeri yang berdenyut dan berwarna merah. Pasien mengatakan nyeri pada kelopak mata berdenyut hingga menyebabkan nyeri kepala, namun tidak disertai dengan adanya demam. Mata terasa mengganjal. Belekan tidak ada. Empat minggu yang lalu pasien berobat ke klinik didekat rumahnya dan diberikan obat tetes mata dan salep antibiotik, namun pasien lupa nama obatnya. Keluhan benjolan pada kedua kelopak mata atas sudah tidak lagi nyeri, tidak gatal, teraba keras, dan tidak ada keluhan gangguan penglihatan. Benjolan ada mata kiri mengecil namun tidak hilang sedangkan pada mata kanan benjolan tetap tidak berkurang. Riwayat Penyakit DahuluPasien memiliki riwayat alergi makanan seafood. Keluhan seperti ini baru pertama kali pasien alami. Hipertensi, DM, kolesterol, asma disangkal.Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga lainnya yang mengalami keluhan serupa. Hipertensi, DM, kolesterol, asma disangkal.III. PEMERIKSAAN FISIK

Status GeneralisKeadaan umum: Tampak sakit ringanKesadaran: Compos mentis

Tanda Vital: TD : 110/70 mmHgNadi : 88 kali/menitPernapasan : 20 kali/menitSuhu : afebrisKepala/Leher: Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah beningThorax, Jantung: Dalam batas normal Paru: Dalam batas normal

Abdomen: Dalam batas normal Ekstremitas: Dalam batas normalStatus OphtalmologiKETERANGANODOS

1. VISUS

Visus 0.4 PH(+) 0.8 0.4 PH (+)0.8

Koreksi S-1.00 C-1.00x180 1.0S-1.25 C-0.75x180 1.0

Addisi --

Kaca mata lama--

Distensia Pupil64/62 mm64/62 mm

2. KEDUDUKAN BOLA MATA

Ukuran NormalNormal

Eksoftalmus --

Endoftalmus --

Deviasi--

Gerakan Bola MataBaik ke segala arahBaik ke segala arah

Strabismus--

Nystagmus --

3. SUPERSILIA

WarnaHitam Hitam

SimetrisNormalNormal

4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR

Edema --

Nyeri tekan --

Ekteropion--

Entropion--

Blefarospasme--

Trikiasis- -

Sikatriks--

Punctum lakrimalNormalNormal

Fissure palpebral--

Tes anelTidak dilakukan Tidak dilakukan

5. KONJUNGTIVA SUPERIOR DAN INFERIOR

Hiperemis-+

Folikel--

Papil--

Sikatriks--

Hordeolum--

Kalazion Superior (+) medialInferior (-)Superior (+) lateralInferior (-)

6. KONJUNGTIVA BULBI

Sekret--

Injeksi Konjungtiva-+

Injeksi Siliar--

Perdarahan Subkonjungtiva/kemosis--

Pterigium-+

Pinguekula--

Flikten --

Nevus Pigmentosus--

Kista Dermoid--

7. SKLERA

WarnaPutihPutih

Ikterik- -

Nyeri Tekan--

8. KORNEA

KejernihanJernihJernih

PermukaanRataTidak Rata

Ukuran10 mm10 mm

SensibilitasBaikBaik

Infiltrat--

Keratik Presipitat--

Sikatriks--

Ulkus--

Perforasi--

Arcus senilis--

Edema--

Test PlacidoTidak dilakukanTidak dilakukan

9. BILIK MATA DEPAN

KedalamanCukupCukup

Kejernihan JernihJernih

Hifema--

Hipopion--

Efek Tyndall--

10. IRIS

WarnaCoklatCoklat

Kripta--

Sinekia--

Kolobama--

11. PUPIL

Letak Tengah Tengah

Bentuk Bulat, isokor Bulat, isokor

Ukuran3 mm3 mm

Refleks Cahaya Langsung++

Refleks Cahaya Tidak Langsung++

12. LENSA

KejernihanJernihJernih

LetakTengahTengah

Test ShadowNegatifNegatif

13. BADAN KACA

Kejernihan--

14. FUNDUS OCCULI

BatasTidak dilakukanTidak dilakukan

Warna

Ekskavasio

Rasio arteri : vena

C/D rasio

Makula lutea

Retina

Eksudat

Perdarahan

Sikatriks

Ablasio

15. PALPASI

Nyeri tekan--

Masa tumor(+) diameter 4 mm, konsistensi keras, nyeri tekan (-)(+)diameter 7 mm, konsistensi keras, nyeri tekan (-)

Tensi OcculiNormal perpalpasiNormal perpalpasi

Tonometry SchiotzTidak dilakukanTidak dilakukan

16. KAMPUS VISI

Tes Konfrontasi++

IV. ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

-V. RESUME

Seorang perempuan berusia 27 tahun datang dengan keluhan benjolan pada kedua kelopak mata atas kanan dan kiri sejak 6 minggu SMRS, benjolan tidak nyeri, tidak merah dan teraba keras. Tidak ada belekan. Tidak ada keluhan gangguan penglihatan.Pemeriksaan fisik: keadaan umum: tampak sakit sedang, tekanan darah normotensi, nadi: 88 x/menit, pernapasan : 20x/menit

Status ophtalmologi :ODOS

Visus0.4 PH(+) 0.8 0.4 PH (+)0.8

KoreksiS-1.00 C-1.00x180 1.0S-1.25 C-0.75x180 1.0

Konjungtiva superior dan inferior

Kalazion Superior (+) medial

Inferior (-)Superior (+) lateral

Inferior (-)

PALPASI

Masa tumor(+) diameter 4 mm, konsistensi keras, nyeri tekan (-)(+) diameter 7 mm, konsistensi keras, nyeri tekan (-)

VI. DIAGNOSIS KERJA

1. Kalazion palpebra superior ODS Anamnesis: keluhan benjolan pada kelopak atas kanan dan kiri, benjolan tidak nyeri, tidak merah dan teraba keras. Status Ophtalmologi : OD: Kalazion superior medial, palpasi tumor (+) diameter 2 mm, konsistensi keras, nyeri tekan (-)

OS: Kalazion superior lateral, palpasi tumor (+) diameter 4 mm, konsistensi keras, nyeri tekan (-)

2. Astigmatisma miopia compositus ODSStatus Ophtalmologi OD : 0.4 PH(+) 0.8 koreksi : S-1.00 C-1.00x180 1.0 OS : 0.4 PH (+) 0.8 koreksi : S-1.25 C-0.75x180 1.0VII. DIAGNOSIS BANDING

-VIII. PENATALAKSANAAN

Nonmedikamentosa: Edukasi

Kompres air hangat 10-20 menit ODS Ekskokleasi ODS Kacamata : OD : S-1.00 C-1.00x180 1.0 OS : S-1.25 C-0.75x180 1.0Medikamentosa Gentamicin zalf 2x1 ODSIX. PROGNOSIS

OKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA (OS)

Ad Vitam

: Bonam

Bonam

Ad Fungsionam: Bonam

BonamAd Sanationam: Dubia

DubiaDISKUSI

Diagnosis pada pasien diatas ditegakkan berdasarkan dari anamnesis dan dari status ofthalmologis. Dari anamnesis pada pasien didapatkan adanya keluhan benjolan pada kedua kelopak mata atas, benjolan dengan konsistensi keras, tidak nyeri pada penekanan, serta tidak adanya merah pada lesi kedua kelopak mata atas. Keadaan ini sesuaidengan kepustakaan yang mengatakan bahwa kalazion dapat berupa benjolan tanpa keluhan, pada perabaan keras , tidak hiperemis, serta tidak adanya nyeri tekan, melekat pada tarsus akan tetapi lepas dari kulit. Terjadi perlahan-ahan dari benjolan kecil sampai beberapa minggu hingga menjadi benjolan besar yang dapat mengganggu.

Pada pemeriksaan ofthalmologi didapatkan benjolan yang tidak nyeri pada palpebra superior kanan dan kiri dengan ukuran yang berbeda (4 mm dan 7 mm), benjolan tidak nyeri, pada perabaan teraba konsistensi keras pada kedua benjolan. Benjolan yang melekat pada tarsus dan lepas dari kulit. Pada ujung kelenjar meibom terdapat masa kuning dari sekresi kelenjar meibom yang tertahan. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa kalazion merupakan peradangan pada kelenjar meibom yang tertahan akibat sumbatan.

Penanganan pada benjolan kelopak mata pasien ini yaitu dapat dberikan kompres hangat selma 10-20 menit 4x sehari serta pemberian antibiotik topikal. Maksud dari diberikannya kompres hangat adalah untuk melunakkan minyak yang mengeras yang menyumbat saluran dan mempermudah pengaliran serta penyembuhan. Sedangkan pemberian antibiotik topikal adalah untuk pencegahan infeksi setelah dilakukan ekskokleasi pada pasien nantinya. Kalazion dapat hilang dalam beberapa bulan sampai tahun. Bila kecil dapat disuntikkan steroid dan yang besar harus dilakukan insisi dan kuretase. Untuk kelainan refraksi astigmatismny diberikan tatalaksana berupa pemberian kacamata sesuai dengan hasil pemeriksaan visus serta hasil koreksinya.Prognosis pada pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang baik. Sering kali timbul lesi baru, dan rekurensi dapat terjadi pada lokasi yang sama akibat dreinage yang kurang baik. Kalazion yang tidak memperoleh perawatan dapat mengering dengan sendirinya, namun lebih sering terjadi peradangan akut intermiten.PENUTUPDemikian telah dilaporkan suatu kasus dengan diagnosis kalazion palpebra superior ODS + Astigmatism miop compositus ODS yang mencakup diagnosis, pemeriksaan ofthalmologis, penangan serta pronosisnya.

DAFTAR PUSTAKA1. Eksternal disease and cornea. American academic of opthalmology. Singapore. 2008.h. 87-8.2. Ilyas, Sidarta H. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. 2009. h. 28-9.3. Wijaya Nana. Ilmu penyakit mata. Cetakan ke-5. Abadi Tegal. Jakarta. 2002.h. 20-1.4. Kalazion. Available from: http://KALAZION//disease.asp.htm. (diunduh tanggal 25 Juli 2015)5. Ilyas, Sidarta H. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Jakarta. 2009. h. 94-5.6. Wessels IF. Chalazion. Taken from: www.emedicine.com. http://KALAZION//medika-online.blogspot.com/2005/11/hordeolum-dan-kalazion.html. (diunduh tanggal 25 juli 2015)7. Vaughan DG, dkk: Ofthalmologi umum. Edisi 17. EGC. Jakarta. 2009.h.79.8. Ehlers P Justis dan Shah P Chirag. The wills eye manual Affice and emergency Room diagnosis and treatment of eye disease. Wolter Kluwer. Phiadelphia.2005PAGE 14